KONFLIK PERAN GANDA PADA BURUH BANGUNAN WANITA Konflik Peran Ganda Pada Buruh Bangunan Wanita.

(1)

KONFLIK PERAN GANDA PADA BURUH BANGUNAN WANITA

NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Disusun Oleh: DESSY WULANDARI

F 100 110 104

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015


(2)

ii

KONFLIK PERAN GANDA PADA BURUH BANGUNAN WANITA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Oleh:

DESSY WULANDARI F 100 110 104

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015


(3)

iii

KONFLIK PERAN GANDA PADA BURUH BANGUNAN

WANITA

Yang diajukan oleh:

Dessy Wulandari F 100 110 104

Telah disetujui untuk dipertahankan di depan Dewan Penguji

Telah disetujui oleh Pembimbing,


(4)

iv

KONFLIK PERAN GANDA PADA BURUH BANGUNAN WANITAan pengesahan

Yang diajukan oleh DESSY WULANDARI

F 100 110 104

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal: 2 JULI 2015

dan dinyatakan telah memenuhi syarat Penguji utama

Taufik Kasturi, S.Psi., M.Si., Ph.D Penguji pendamping I

Dr. Eny Purwandari, M.Si Penguji pendamping II

Dr. Nanik Prihartanti, M.Si

Surakarta, 2 Juli 2015

Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Psikologi

Dekan


(5)

v

KONFLIK PERAN GANDA PADA BURUH BANGUNAN WANITA

Dessy Wulandari dsswlndr@gmail.com

Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakrta

ABSTRAKSI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, memahami, dan mendeskripsikan dinamika konflik peran ganda pada buruh bangunan wanita yang sudah menikah. Pengambilan sample dilakukan secara purposive sampling. Jumlah informan dalam penelitian ini empat wanita dengan karakteristik: bekerja sebagai buruh bangunan, pekerja yang sudah menikah tidak memiliki anak, pekerja wanita yang sudah menikah dan memiliki anak, pekerja wanita sudah menikah dan suami tidak bekerja/pensiun, pekerja wanita suami meninggal memiliki anak, serta berdomisisli di Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi serta dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk konflik peran ganda yang dialami oleh buruh bangunan adalah time-based conflict (tuntutan waktu dari peran satu mempengaruhi peran lain) dan strains-based conflict (konflik yang disebabkan gejala stres seperti kelelahan diakibatkan peran satu mengganggu peran lain). Catatan dari penelitian ini yaitu terungkapnya faktor yang mempengaruhi konflik keluarga-pekerjaan (family-work conflict) meliputi: permintaan waktu kerja lebih banyak dari pada waktu untuk keluarga serta dukungan sosial yang dirasakan baik dari keluarga maupun masyarakat. Kata kunci : Peran ganda, konflik keluarga-pekerjaan (family-work conflict)


(6)

1 PENDAHULUAN

Seiring dengan perubahan zaman, perkembangan industri di Indonesia telah menyerap banyak tenaga kerja, termasuk tenaga kerja wanita. Pekerjaann yang dilakukannya berdasarkan pada tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki dan juga ketersediaan lapangan pekerjaan. Dalam hal ini beberapa wanita yang memiliki taraf pendidikan dan keterampilan yang rendah cenderung memilih untuk melakukan pekerjaan kasar (menuntut kekuatan fisik dan berat), salah satunya pekerjaan proyek dilapangan yang mana meliputi tukang dan buruh bangunan. Aryatmi (dalam Daeng, Hartati, & Widyastuti, 2012) memaparkan bahwa Pilihan wanita untuk bekerja dilandasi oleh motif kerja sebagai berikut : (a) keharusan ekonomi, (b) keinginan untuk

membina karir dan (c) kesadaran bahwa pembangunan memerlukan tenaga kerja, baik tenaga kerja pria maupun wanita.

Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Melati, dkk. (2011) menjelaskan bahwa perempuan yang bekerja menjadi tukang bangunan tidak hanya menyelesaikan pekerjaan diproyek bangunan tetapi juga menyelesaikan pekerjaan rumah, mereka mengugkapkan bahwa konflik peran ganda cukup berat untuk dilakukan. Konflik peran ganda yang dialami meliputi peran sebagai istri yang membantu suami menjadi tulang punggung keluarga dan juga sebagai seorang ibu. Kecenderungan wanita dalam bekerja saat ini dapat menimbulkan dampak berupa: merenggangnya ikatan keluaraga,


(7)

2 meningkatnya kenakalan remaja dan lain-lain.

Berdasarkan wawancara pada salah satu buruh bangunan wanita yang bekerja di proyek pembangunan ponpes Assalam bekerja sebagai buruh dikarenakan tidak memiliki pengalaman bekerja dan ijazah SD, 1 anaknya masih membutuhkan biaya untuk sekolah, kebutuhan hidup yang semakin bertambah serta suami yang sudah meninggal membuatnya tidak memiliki pilihan selain bekerja sebagai buruh bangunan. Buruh bangunan mengatakan bahwa kurang memiliki waktu untuk keluarganya, karena harus bekerja dari pagi sampai sore, dimulai pukul 07.30-16.00 WIB. Tidak pernah ikut campur dengan urusan sekolah anaknya terutama dalam belajar. Upah yang diterima perhari sebesar Rp.

40.000,. Hal itu sesuai dengan yang diungkapkan oleh Greenhaus dan Beutell (dalam Laksmi 2012) yang mengatakan bahwa wanita akan memiliki pengalaman konflik peran ganda yang lebih tinggi daripada pria dikarenakan wanita memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap keluarga dan mengalokasikan sebagian besar waktu mereka terhadap keluarga (Laksmi & Hadi, 2012).

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan diatas maka peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang konflik peran ganda pada buruh bangunan wanita. Peneliti memiliki rumusan masalah yaitu bagaimanakah konflik peran ganda yang terjadi pada buruh bangunan wanita? Berdasarkan hal tersebut maka peneliti mengambil judul penelitian


(8)

3 “Konflik Peran Ganda Pada Buruh Bangunan Wanita yang Sudah Menikah”.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui, memahami, dan mendeskripsikan dinamika konflik peran ganda pada buruh bangunan wanita yang sudah menikah.

TINJAUAN PUSTAKA Konflik Peran Ganda

1. Pengertian konflik peran ganda. Menurut Mullins (dalam Wijono, 2010) konflik merupakan kondisi terjadinya ketidak sesuaian tujuan dan munculnya berbagai pertentangan perilaku, baik yang ada dalam diri individu, kelompok maupun organisasi. Menurut Davis ( dikutip Irawaty & Kusumaputri, 2008) membatasi peran sebagai perilaku yang diharapkan dari seseorang dalam

aktivitas yang melibatkan orang lain. Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang melibatkan hak, tanggung jawab, kewajiban dan kekuasaan.

Menurut Dewi (dalam Rosita, 2012) Ada tiga peran wanita pada zaman sekarang ini yaitu: 1) Sebagai istri, 2) Sebagai ibu, 3) Sebagai Wanita karir. Peran ganda wanita sebagai istri, ibu dan sebagai pekerja atau wanita karir menuntut upaya ekstra dari si wanita agar dapat menjalankan peran-peran tersebut secara seimbang dan optimal. Seorang wanita harus bisa menjadi seorang yang super, sukses didalam keluarga sebagai diri sendiri, istri, ibu, domestik manager dan sukses juga diluar rumah sebagai ibu bekerja, peran ganda wanita bisa memicu terjadinya konflik.


(9)

4 Menurut Greenhaus dan Beutel (1985) (dalam Apollo & cahyadi, 2012) konflik peran ganda adalah suatu bentuk konflik antar peran dimana tekanan-tekanan dari pekerjaan dan keluarga saling tidak cocok antara satu sama lain. Seseorang akan menghabiskan waktu yang lebih untuk digunakan dalam memenuhi peran yang penting bagi mereka, oleh karena itu mereka bisa kekurangan waktu untuk peran yang lainnya. Hal ini dapat meningkatkan kesempatan seseorang untuk mengalami konflik peran.

Frone (1992) menjelaskan terdapat dua jenis konflik yang membedakan dan yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari yaitu Konflik pekerjaan-keluarga (work family conflict), konflik pekerjaan-keluarga terjadi pada saat seseorang berusaha

memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan dan usaha tersebut dipengaruhi oleh kemampuan orang yang bersangkutan untuk memenuhi tuntutan keluarganya atau sebaliknya. Dan konflik keluarga-pekerjaan

(family - work conflict). Keluarga adalah kesatuan dari sejumlah orang yang saling berinteraksi dan berkomunikasi dalam rangka menjalankan peranan sosial mereka sebagai suami, istri, dan anak-anak. 2. Bentuk konflik peran ganda

Menurut Greenhaus & beutell (dalam Wirakristama, 2011) bentuk dari konflik peran ganda pada wanita yang sudah menikah ada 3 meliputi:

Time-based conflict (terjadi karena tuntutan waktu dari peran), Strains-based conflict (disebabkan oleh gejala-gejala stress), dan Behavior-based


(10)

5

conflict (terjadi jika perilaku saling menuntut).

Sedangkan menurut Frone, dkk (1992) indikator-indikator konflik keluarga-pekerjaan pada wanita yang meliputi: tekanan sebagai orang tua, tekanan perkawinan, kurangnya keterlibatan sebagai istri, kurangnya keterlibatan sebagai orang tua, campur tangan pekerjaan.

Menurut Greenhaus dan Beutell (1985) dikutip Wirakristam (2011) Faktor-faktor penyebab konflik peran ganda, diantaranya: (1)Permintaan waktu akan peran yang tercampur dengan pengambilan bagian dalam peran yang lain, (2)Stres yang dimulai dalam satu peran yang terjatuh ke dalam peran lain dikurangi dari kualitas hidup dalam peran itu, (3)Kecemasan dan kelelahan yang disebabkan ketegangan dari satu peran

dapat mempersulit untuk peran yang lainnya, (4)Perilaku yang efektif dan tepat dalam satu peran tetapi tidak efektif dan tidak tepat saat dipindahkan ke peran yang lainnya. Pertanyaan Penelitian

a) Bentuk konflik apa saja yang dialami oleh buruh bangunan wanita?

b) Faktor-faktor apa saja yang melandasi terjadinya konflik peran ganda pada buruh bangunan?

METODE PENELITIAN

Metode penelitiannya menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif fenomenologis, karena informasi yang ingin digali merupakan pengalaman sehari-hari informan.


(11)

6 Identifikasi Gejala Penelitian

Gejala penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah konflik peran ganda pada buruh wanita pekerja bangunan yang sudah menikah.

Informan Penelitian

Pemilihan informan dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling.

Kerakteristik informan penelitian dalam penelitian ini adalah: berjumlah 4 orang, Pekerja buruh bangunan wanita, seperti pekerja yang sudah menikah tidak memiliki anak, pekerja wanita sudah menikah dan memiliki anak, dan pekerja wanita sudah menikah suami tidak bekerja/ pensiun/ meninggal memiliki anak.

Metode pengumpulan data

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan metode wawancara dan observasi.

Metode analisis data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dikelompokkan dan diberi kode untuk mendeskripsikan tema-tema yang muncul kemudian digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam aspek Tekanan sebagai orang tua, semua informan memiliki kesulitan dalam membagi waktu antara kerja diluar rumah dan membereskan pekerjaan rumah tangga hal ini sesuai dengan pendapat Green hause dan Beutel (1985) bahwa konflik peran ganda adalah suatu bentuk konflik antar peran dimana tekanan-tekanan dari pekerjaan dan keluarga saling


(12)

7 tidak cocok antara satu sama lain. Seseorang akan menghabiskan waktu yang lebih untuk digunakan dalam memenuhi peran yang penting bagi mereka, oleh karena itu mereka bisa kekurangan waktu untuk peran yang lainnya.

Selain itu ketidak pekaan anak dalam melihat kondisi rumah dan kondisi ibu yang lelah bekerja seharian membuat informan lelah secara fisik dan mental. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Frone, dkk (1992) yang menyebtkan bahwa Tekanan sebagai orang tua merupakan beban kerja sebagai orang tua didalam keluarga. Beban yang ditanggung bisa berupa beban pekerjaan rumah tangga karena anak tidak dapat membantu dan kenakalan anak.

Dalam aspek tekanan perkawinan menunjukkan bahwa ketika suami tidak mendukung keputusan istri yang memilih untuk membantu suami dalam mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidup. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari Frone,dkk (1992) Beban yang ditanggung bisa berupa pekerjaan rumah tangga karena suami tidak dapat atau tidak bisa membantu, tidak adanya dukungan suami dan sikap suami yang mengambil keputusan tidak secara bersama-sama.

Dalam aspek kurangnya keterlibatan sebagai istri, beberapa informan yang mengalami konfik peran memilih untuk tidak bersedia menemani suami ataupun menanggapai positif masukan yang diberikan oleh suami. Sejalan dengan pendapat zenden (dalam apollo &


(13)

8 cahyadi, 2011) yang menyebutkan bahwa konflik peran ganda sebagai suatu situasi yang tidak menyenangkan yang dapat bersumber dari diri individu atau lingkungan sosialnya sehingga cenderung dihindari atau berusaha dicari jalan keluarnya. Hal ini yang melandasi salah satu informan memilih untuk menghindari suami agar tidak dituntut untuk melakukan kewajiban.

Dalam aspek kurang keterlibatan sebagai orang tua, tidak semua informan dapat meluangkan waktunya untuk sekedar menemani bermain ataupun belajar dikarenakan seharian waktu dihabiskan untuk bekerja diluar rumah, sehingga tak jarang anak berperilaku yang tidak diharapkan oleh orang tuanya “kenakalan”. Purwanto menyebutkan bahwa kewajiban seorang ibu salah satunya adalah

memberikan kasih sayang dan menjadi tempat curahan hati anggota keluarga (Herlinawati, 2014).

Selain itu informan menjelaskan karena minimnya waktu untuk kumpul bersama membuat informan mempercayakan sepenuhnya kepada anak dalam memilih teman bergaul, salah satu informan menyatakan bahwa anaknya susah diatur dan sering bergaul dengan anak yang kecanduan minuman beralkohol dan perokok. Hal ini sesuai dengan Greenhaus & Beutell (1985) konflik antara pekerjaan dan keluarga memiliki berbagai macam dampak negatif terhadap kesehatan termasuk kepenatan, perasaan tidak nyaman, ketidakpuasan pada hidup dan pekerjaan, menurunya tanggung jawab dalam keluarga. Tingginya konflik antara pekerjaan dan keluarga juga dapat berdampak pada disfungsi


(14)

9 sikap sosial seperti hilangnya kesadaran tanggung jawab sebagai orang tua dan menjadi pengkonsumsi alkhohol.

Dalam aspek campur tangan pekerjaan, Persoalan yang sering ditemui oleh ibu yang memilih untuk bekerja diluar rumah salah satunya adalah lamanya waktu yang dicurahkan untuk bekerja diproyek bangunan, hampir setengah hari dihabiskan untuk bekerja mulai dari jam 08.00wib - 16.00wib. Hal inilah yang sering membuat ibu lelah dalam bekerja sehingga tidak dapat menjalankan perannya sebagai ibu dengan baik saat dirumah. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Greenhaus dan Beutell (dalam Wirakristama, 2011) Work-family conflict dapat terjadi karena: tuntutan waktu di satu peran yang bercampur

aduk dengan keikut-sertaan peran lainnya, dan perilaku yang efektif dan tepat pada satu peran.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Bentuk konflik peran ganda yang dirasakan oleh buruh bangunan wanita yang sudah menikah paling banyak dirasakan pada Time-based conflicy (tuntutan akan waktu yang dipergunakan untuk pekerjaan dan keluarga tidak sesuai satu sama lain) dan Strains-based conflict (stres yang dirasakan akibat satu peran mengganggu peran lainnya).

Faktor-faktor yang

berpengaruh pada terjadinya konflik peran ganda pada buruh bangunan


(15)

10 yang sudah menikah adalah permintaan akan waktu kerja lebih banyak dari pada waktu untuk keluarga. Selain itu faktor dukungan keluarga yang dirasakan mempengaruhi keberhasilan ibu menjalankan peran gandanya. Dukungan dapat berupa kebersediaan suami dalam membantu istri untuk mengerjakan pekerjaan rumah, sikap anak yang pengertian terhadap kondisi psikologis ibu ketika pulang bekerja. Saran

Bagi Informan

Ibu diharapkan lebih mampu membagi waktu dengan abaik antara urusan kerja dan keluarga. Adanya waktu khusus yang diberikan hanya untuk keluarga seyogyanya dapat dimanfaatkan secara maksimal karena

kualitas lebih efektif dibandingkan kuantitas.

Bagi Keluarga (Suami dan anak) Diharapkan keluarga hendaknya bisa memberikan dukungan, sebab tidak adanya dukungan sosial dari keluarga merupakan tekanan berat sehingga menimbulkan konflik emosional.

Pengguna tenaga kerja wanita

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pengguna tenaga kerja wanita untuk memberikan batasan lamanya waktu kerja dan beban kerja yang diberikan, sebab wanita yang memiliki keluarga juga bertanggung jawab terhadap kondisi keluarganya.

Bagi Peneliti berikutnya

Dapat dimanfaatkan sebagai tambahan informasi para peneliti selanjutnya sehingga dapat lebih


(16)

11 memperdalam tema tentang konflik peran ganda. Hendaknya melibatkan juga dukungan sosial, kepribadian, pola komunikasi agar dapat menggali konflik peran ganda pada wanita yang bekerja berstatus menikah.

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P. (2009). Psikologi Kerja.

Jakarta: Rineka Cipta.

Apollo, & Cahyadi, A. (2012). Konflik Peran Ganda Perempuan Menikah yang Bekerja Ditinjau dari Dukungan Sosial Keluarga dan Penyesuaian Diri. Jurnal Widya Warta, 02, 255-271. Astuti, K. D. (2011).

Perempuan-perempuan "Keras" Pemecah Batu.

Artikel. http://www.pikiran-rakyat.com diakses tanggal 8 Maret 2015.

Christianti, C. V. (2010). Evaluasi atas kebijakan-Metodologi.

http://www.lontar.ui.ac.id. diakses tanggal 27 Mei 2015. Creswell, J. W. (2013). Research

Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Daeng, L. C., Hartati, S., & Widyastuti, E. (2012). Ketakutan Sukses Pada Wanita Karir Ditinjau dari Konflik Peran Ganda. Jurnal Psikologi/setiabudi.ac.id, 6. Haryanto, S. (2008). Peran Aktif

Wanita dalam Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Miskin: Studi Kasus Pada Wanita Pemecah Batu di Pucanganak Kecamatan Tugu Trenggalek. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 9, 216-227. Herdiansyah, H. (2010). Metodologi

Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Herlinawati. (2014). Pendidikan Keluarga. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Indrawijaya, A. I. (2000). Perilaku Organisasi. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Irawaty, & Kusumaputri, E. S. (2008). Pengaruh Manajemen Diri terhadap Intensitas Konflik Peran Ganda (Studi pada Wanita yang Bekerja di Lembaga Pendidikan).

Phronesis Jurnal Ilmiah Psikologi Industri dan Organisasi, 10, 14-33.

Laksmi, N. A., & Hadi, C. (2012). Hubungan antara Konflik Peran Ganda (Work Family Conflict) dengan Kepuasan


(17)

12 Kerja pada Karyawati bagian Produksi PT.X. Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi, 1, 127-129.

Lestari, S. (2013). Psikologi Kelurga Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga . Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Maharani, A. (2012). Pengaruh Konflik Peran Ganda dan Fear of Success Terhadap Kinerja Wanita Berperan Ganda.

Jurnal

publication.gunadarma.ac.id,

1, 3-6.

Melati, R. D., Zaika, Y., & Budio, S. P. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pekerja Wanita pada Proyek Konstruksi di Kota Denpasar.

Jurnal Rekayasa Sipil, 5, 108-118.

Melly, K. (2008). Siapa Bilang Ibu Bekerja Tidak Bisa Mendidik Anak dengan Baik. Jakarta: Alex Media Komputindo. Rahmadita, I. (2013). Hubungan

Antara Konflik Peran Ganda dan Dukungan Sosial Pasangan dengan Motivasi Kerja Karyawati di Rumah sakit Abdul Rivai-Berau. eJournal Psikologi, 1, 58-68.

Rosita, S. (2012). Pengaruh Konflik Peran Ganda dan Stress Kerja Terhadap Kinerja Dosen

Wanita di Fakultas Ekonomi Universitas Jambi. Jurnal Manejement Bisnis, 2, 185-193. Sujiatmoko, T. (2013). Perempuan di Kebumen jadi Buruh Bangunan.

Artikel.http://krjogja.com/read/

188469/perempuan-di-kebumen-jadi-buruh-bangunan. diakses tanggal 21 Oktober 2014

Wijono, S. (2010). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wirakristama, R. C. (2011). Analisis Pengaruh Konflik Peran Ganda (Work Family Conflict) Terhadap Kinerja Karyawan Wanita pada PT Nyonya Meneer Semarang dengan Stres Kerja Sebagai Variabel Intervening. SKRIPSI. (Tidak Diterbitkan). Semarang :Universitas Diponegoro, 33.


(1)

7 tidak cocok antara satu sama lain. Seseorang akan menghabiskan waktu yang lebih untuk digunakan dalam memenuhi peran yang penting bagi mereka, oleh karena itu mereka bisa kekurangan waktu untuk peran yang lainnya.

Selain itu ketidak pekaan anak dalam melihat kondisi rumah dan kondisi ibu yang lelah bekerja seharian membuat informan lelah secara fisik dan mental. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Frone, dkk (1992) yang menyebtkan bahwa Tekanan sebagai orang tua merupakan beban kerja sebagai orang tua didalam keluarga. Beban yang ditanggung bisa berupa beban pekerjaan rumah tangga karena anak tidak dapat membantu dan kenakalan anak.

Dalam aspek tekanan perkawinan menunjukkan bahwa ketika suami tidak mendukung keputusan istri yang memilih untuk membantu suami dalam mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidup. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari Frone,dkk (1992) Beban yang ditanggung bisa berupa pekerjaan rumah tangga karena suami tidak dapat atau tidak bisa membantu, tidak adanya dukungan suami dan sikap suami yang mengambil keputusan tidak secara bersama-sama.

Dalam aspek kurangnya keterlibatan sebagai istri, beberapa informan yang mengalami konfik peran memilih untuk tidak bersedia menemani suami ataupun menanggapai positif masukan yang diberikan oleh suami. Sejalan dengan pendapat zenden (dalam apollo &


(2)

8 cahyadi, 2011) yang menyebutkan bahwa konflik peran ganda sebagai suatu situasi yang tidak menyenangkan yang dapat bersumber dari diri individu atau lingkungan sosialnya sehingga cenderung dihindari atau berusaha dicari jalan keluarnya. Hal ini yang melandasi salah satu informan memilih untuk menghindari suami agar tidak dituntut untuk melakukan kewajiban.

Dalam aspek kurang keterlibatan sebagai orang tua, tidak semua informan dapat meluangkan waktunya untuk sekedar menemani bermain ataupun belajar dikarenakan seharian waktu dihabiskan untuk bekerja diluar rumah, sehingga tak jarang anak berperilaku yang tidak diharapkan oleh orang tuanya “kenakalan”. Purwanto menyebutkan bahwa kewajiban seorang ibu salah satunya adalah

memberikan kasih sayang dan menjadi tempat curahan hati anggota keluarga (Herlinawati, 2014).

Selain itu informan menjelaskan karena minimnya waktu untuk kumpul bersama membuat informan mempercayakan sepenuhnya kepada anak dalam memilih teman bergaul, salah satu informan menyatakan bahwa anaknya susah diatur dan sering bergaul dengan anak yang kecanduan minuman beralkohol dan perokok. Hal ini sesuai dengan Greenhaus & Beutell (1985) konflik antara pekerjaan dan keluarga memiliki berbagai macam dampak negatif terhadap kesehatan termasuk kepenatan, perasaan tidak nyaman, ketidakpuasan pada hidup dan pekerjaan, menurunya tanggung jawab dalam keluarga. Tingginya konflik antara pekerjaan dan keluarga juga dapat berdampak pada disfungsi


(3)

9 sikap sosial seperti hilangnya kesadaran tanggung jawab sebagai orang tua dan menjadi pengkonsumsi alkhohol.

Dalam aspek campur tangan pekerjaan, Persoalan yang sering ditemui oleh ibu yang memilih untuk bekerja diluar rumah salah satunya adalah lamanya waktu yang dicurahkan untuk bekerja diproyek bangunan, hampir setengah hari dihabiskan untuk bekerja mulai dari jam 08.00wib - 16.00wib. Hal inilah yang sering membuat ibu lelah dalam bekerja sehingga tidak dapat menjalankan perannya sebagai ibu dengan baik saat dirumah. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Greenhaus dan Beutell (dalam Wirakristama, 2011) Work-family conflict dapat terjadi karena: tuntutan waktu di satu peran yang bercampur

aduk dengan keikut-sertaan peran lainnya, dan perilaku yang efektif dan tepat pada satu peran.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Bentuk konflik peran ganda yang dirasakan oleh buruh bangunan wanita yang sudah menikah paling banyak dirasakan pada Time-based conflicy (tuntutan akan waktu yang dipergunakan untuk pekerjaan dan keluarga tidak sesuai satu sama lain) dan Strains-based conflict (stres yang dirasakan akibat satu peran mengganggu peran lainnya).

Faktor-faktor yang berpengaruh pada terjadinya konflik peran ganda pada buruh bangunan


(4)

10 yang sudah menikah adalah permintaan akan waktu kerja lebih banyak dari pada waktu untuk keluarga. Selain itu faktor dukungan keluarga yang dirasakan mempengaruhi keberhasilan ibu menjalankan peran gandanya. Dukungan dapat berupa kebersediaan suami dalam membantu istri untuk mengerjakan pekerjaan rumah, sikap anak yang pengertian terhadap kondisi psikologis ibu ketika pulang bekerja.

Saran

Bagi Informan

Ibu diharapkan lebih mampu membagi waktu dengan abaik antara urusan kerja dan keluarga. Adanya waktu khusus yang diberikan hanya untuk keluarga seyogyanya dapat dimanfaatkan secara maksimal karena

kualitas lebih efektif dibandingkan kuantitas.

Bagi Keluarga (Suami dan anak) Diharapkan keluarga hendaknya bisa memberikan dukungan, sebab tidak adanya dukungan sosial dari keluarga merupakan tekanan berat sehingga menimbulkan konflik emosional.

Pengguna tenaga kerja wanita

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pengguna tenaga kerja wanita untuk memberikan batasan lamanya waktu kerja dan beban kerja yang diberikan, sebab wanita yang memiliki keluarga juga bertanggung jawab terhadap kondisi keluarganya.

Bagi Peneliti berikutnya

Dapat dimanfaatkan sebagai tambahan informasi para peneliti selanjutnya sehingga dapat lebih


(5)

11 memperdalam tema tentang konflik peran ganda. Hendaknya melibatkan juga dukungan sosial, kepribadian, pola komunikasi agar dapat menggali konflik peran ganda pada wanita yang bekerja berstatus menikah.

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P. (2009). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Apollo, & Cahyadi, A. (2012). Konflik Peran Ganda Perempuan Menikah yang Bekerja Ditinjau dari Dukungan Sosial Keluarga dan Penyesuaian Diri. Jurnal Widya Warta, 02, 255-271. Astuti, K. D. (2011).

Perempuan-perempuan "Keras" Pemecah Batu.

Artikel.http://www.pikiran-rakyat.com diakses tanggal 8 Maret 2015.

Christianti, C. V. (2010). Evaluasi atas kebijakan-Metodologi.

http://www.lontar.ui.ac.id. diakses tanggal 27 Mei 2015. Creswell, J. W. (2013). Research

Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Daeng, L. C., Hartati, S., & Widyastuti, E. (2012). Ketakutan Sukses Pada Wanita Karir Ditinjau dari Konflik Peran Ganda. Jurnal Psikologi/setiabudi.ac.id, 6. Haryanto, S. (2008). Peran Aktif

Wanita dalam Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Miskin: Studi Kasus Pada Wanita Pemecah Batu di Pucanganak Kecamatan Tugu Trenggalek. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 9, 216-227. Herdiansyah, H. (2010). Metodologi

Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Herlinawati. (2014). Pendidikan Keluarga. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Indrawijaya, A. I. (2000). Perilaku Organisasi. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Irawaty, & Kusumaputri, E. S. (2008). Pengaruh Manajemen Diri terhadap Intensitas Konflik Peran Ganda (Studi pada Wanita yang Bekerja di Lembaga Pendidikan). Phronesis Jurnal Ilmiah Psikologi Industri dan Organisasi, 10, 14-33.

Laksmi, N. A., & Hadi, C. (2012). Hubungan antara Konflik Peran Ganda (Work Family Conflict) dengan Kepuasan


(6)

12 Kerja pada Karyawati bagian Produksi PT.X. Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi, 1, 127-129.

Lestari, S. (2013). Psikologi Kelurga Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga . Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Maharani, A. (2012). Pengaruh Konflik Peran Ganda dan Fear of Success Terhadap Kinerja Wanita Berperan Ganda. Jurnal

publication.gunadarma.ac.id, 1, 3-6.

Melati, R. D., Zaika, Y., & Budio, S. P. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pekerja Wanita pada Proyek Konstruksi di Kota Denpasar. Jurnal Rekayasa Sipil, 5, 108-118.

Melly, K. (2008). Siapa Bilang Ibu Bekerja Tidak Bisa Mendidik Anak dengan Baik. Jakarta: Alex Media Komputindo. Rahmadita, I. (2013). Hubungan

Antara Konflik Peran Ganda dan Dukungan Sosial Pasangan dengan Motivasi Kerja Karyawati di Rumah sakit Abdul Rivai-Berau. eJournal Psikologi, 1, 58-68.

Rosita, S. (2012). Pengaruh Konflik Peran Ganda dan Stress Kerja Terhadap Kinerja Dosen

Wanita di Fakultas Ekonomi Universitas Jambi. Jurnal Manejement Bisnis, 2, 185-193. Sujiatmoko, T. (2013). Perempuan di Kebumen jadi Buruh Bangunan.

Artikel.http://krjogja.com/read/

188469/perempuan-di-kebumen-jadi-buruh-bangunan. diakses tanggal 21 Oktober 2014

Wijono, S. (2010). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wirakristama, R. C. (2011). Analisis Pengaruh Konflik Peran Ganda (Work Family Conflict) Terhadap Kinerja Karyawan Wanita pada PT Nyonya Meneer Semarang dengan Stres Kerja Sebagai Variabel Intervening. SKRIPSI. (Tidak Diterbitkan). Semarang :Universitas Diponegoro, 33.