MANAJEMEN KONFLIK DALAM PENAMBANGAN PASIR TRAS DI DESA NGROGUNG KECAMATAN NGEBEL KABUPATEN PONOROGO

(1)

i

MANAJEMEN KONFLIK DALAM PENAMBANGAN PASIR TRAS DI DESA NGROGUNG KECAMATAN NGEBEL

KABUPATEN PONOROGO

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh kesarjanaan Strata Satu (S-1) Ilmu Pemerintahan

Disusun oleh : UNIKE AYU AGUSTINA

201110050311057

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

i

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Nama : Unike Ayu Agustina

NIM : 201110050311057

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Judul : Manajemen Konflik dalam Penambangan Pasir “Tras” Di Desa Ngrogung Kecamatan Ngebel Kabupaten

Ponorogo

Disetujui Untuk Diuji Dihadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang


(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Telah Dipertahankan Dihadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang pada:

Hari : Kamis

Tanggal : 30 April 2015

Jam : 11.00-12.00


(4)

iii

BERITA ACARA BIMBINGAN

Nama :UNIKE AYU AGUSTINA

NIM : 201110050311057

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Judul : Manajemen Konflik dalam Penambangan Pasir Tras di Desa Ngrogung Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo Pembimbing : 1. Hevi Kurnia Hardini, S.IP, MA.Gov

2. Drs. Juli Astuti, M.Si Konsultasi Skripsi :


(5)

iv

SURAT PERNYATAAN

Nama :UNIKE AYU AGUSTINA

Tempat, Tanggal Lahir : Ponorogo, 7 Agustus 1993

NIM : 201110050311057

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa Karya Ilmiah/ Skripsi saya yang berjudul:

Manajemen Konflik dalam Penambangan Pasir Tras di Desa Ngrogung Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo

Adalah bukan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademik sebagaimana berlaku.


(6)

v MOTTO “FAITH”

makes all things possible “HOPE”

makes all things work “LOVE”

makes things beautiful

-Semua Akan Indah Jika Engkau Awali Dengan Bismillah, Engkau Lakukan Dengan Ikhlas,


(7)

vi

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Tugas Akhir ini untuk Orang yang Kucintai dan Kusayangi yang selalu mendukungku, membantuku, dan menyemangatiku.

 Pertama untuk Ayah dan Ibu tercinta Mispandi dan Suharti serta mamak dan bapakku Ranimun dan Sujiati yang sangat aku sayangi, terima kasih atas semua kasih sayang, perhatian, dukungan, dan doanya.

 Buat saudara- saudaraku mas Nur, Mbak Lin, Mbak Dina, Mbak Indi, Mbak Ani, Mbak Elsy dan Igoh serta Kakak Firmanto, terimakasih telah membantu terselesaikannya tugas akhirku ini dari segi materi, pikiran, tenaga, dan juga doa kalian.

 Untuk semua dosen jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan ilmu dan motivasi dalam empat tahun ini hingga akhirnya saya selesaikan tugas akhir ini.

 Buat Sahabat tersayang Mey Yustinasari, Palupi, Ripti, dan Hesbhi, semangat dan sukses buat kalian dan terimakasih support dan bantuan kalian.

 Buat sahabat-sahabatku Novia Suhastini, Revita Laut, Jumiati Paspol (Jomeq), Iffah Muthmainnah, Luluk Zaidah, Yutari, Anyke, Ida, Arista, Ulin, Echa, Alif, Yudi, Opik, Sardi, haeril, Mashuri, mas Bagus, Ikhwan Kusuma Aji dan semua teman-teman Ilmu Pemerintahan angkatan 2011 dan keluarga kecil Laboratorium Ilmu Pemerintahan, terimakasih atas support dan bantuan kalian.

 Dan tidak lupa untuk sahabat sekaligus keluargaku di lila kos, Elsy, Novia Suhastini, Leli, Neni, Nurul, Mbak Ros, Mbak Ririn, kalian adalah penyemangat hari-hariku….

“Tidak akan ada hal spesial tanpa kalian, sukses dan terimakasih untuk kalian semua yang telah aku sebutkan”


(8)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Manajemen Konflik dalam Penambangan Pasir Tras di Desa Ngrogung Kecamatan Ngebel Kabupaten

Ponorogo” ini dengan tepat waktu. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk

memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis sadar, bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik bantuan yang berupa moril maupun spritiuil yang penulis dapat. Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan rasa hormat atas segala bimbingan, pengarahan, serta dorongan yang telah diberikan kepada penulis, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Dr. Muhadjir Effendi, M.AP, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dr. Asep Nurjaman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Hevi Kurnia Hardini, S.IP, Ma.Gov, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan. 4. Hevi Kurnia Hardini,S.IP,Ma.Gov, selaku pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan, penjelasan, masukan, saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini dengan penuh kesabaran.

5. Dra. Juli Astusi, M.Si, selaku pembimbing II yang juga telah telah banyak memberikan bimbingan, penjelasan, masukan, saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini dengan penuh kesabaran.

6. Drs. Krishno Hadi, MA, selaku dosen wali serta kepala LaboratoriumIlmu Pemerintahan yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama perjalanan menempuh studi.

7. Segenap aparat Pemerintah Kabupaten Ponorogo, Dinas Pekerjaan Umum Bidang Energi Sumber Daya Mineral, Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu, Kantor


(9)

viii

Lingkungan Hidup, Pemerintah Desa Ngrogung, LSM AMARTA Ponorogo, Pemilik Tambang Pasir tras Bapak Heru Agus, serta masyarakat Desa Ngrogung yang ikut andil dalam penelitian ini. Terima kasih atas bantuannya kepada peneliti selama proses penelitian dilapangan.

8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membagi ilmu yang sangat bermanfaat dan memberikan sumbangan berupa saran serta materi selama perkuliahan kepada penulis.

9. Keluarga besar MISPANDI SH dan SUHARTI, serta sanak saudara yang telah banyak membantu penulis secara materi maupun non materi dalam penyelesaian skripsi ini

10.Keluarga besar RANIMUN dan SUJIATI, serta sanak saudara yang telah banyak membantu penulis secara materi maupun non materi dalam penyelesaian skripsi ini

11.Teman-teman angkatan 2011 jurusan Ilmu Pemerintahan, serta semuanya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan motivasi, membagi kebahagiaan,

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi penulisan selanjutnya.

Malang, 30 April 2015


(10)

ix DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Berita Acara Bimbingan Skripsi ... iii

Surat Pernyataan ... iv

Motto ... v

Persembahan ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... xv

Abstraksi ... xvi

Abstact... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Definisi Konsep ... 9

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 12

1.7 Metode Penelitian ... 13

1.7.1. Jenis Penelitian ... 13

1.7.2. Subjek Penelitian ... 14

1.7.3. Lokasi Penelitian ... 15

1.7.4. Sumber Data ... 15


(11)

x

1.7.6. Analisa Data ... 17

1.7.7. Teknik Keabsahan Data ... 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konflik ... 20

2.1.1. Teori Penyebab Konflik ... 20

2.1.2. Manajemen Konflik ... 23

2.1.3. Konflik Grid ... 25

2.1.4 Pengendalian Konflik ... 28

2.2 Usaha Pertambangan ... 30

2.2.1 Konsep Usaha Pertambangan ... 30

2.2.2. Izin Usaha Pertambangan ... 33

2.2.3 Dampak Kegiatan Pertambangan ... 35

2.3 Konflik Pertambangan ... 37

BAB III DESKRIPSI USAHA PERTAMBANGANB DI KABUPATEN PONOROGO 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Ponorogo ... 43

3.1.1. Sejarah kabupaten Ponorogo ... 43

3.1.2. Visi Misi Kabupaten Ponorogo ... 44

3.1.3. Kondisi Wilayah Kabupaten Ponorogo ... 45

3.1.4. Potensi Pertambangan Mineral ... 47

3.2. Potensi Pertambangan Kabupaten Ponorogo ... 48

3.3. Tim Teknis Perizinan Pemerintah Kabupaten Ponorogo Di Bidang Pertambangan ... 54

3.4. Perubahan Paradigma Kewenangan Pemerintah Daerah di Bidang Pertambangan ... 55

3.5. Kondisi Pertambangan Pasir Trass di Desa Ngrogung ... 59

3.6. Gambaran Umum Desa Ngrogung Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo ... 62


(12)

xi

BAB IV ANALISIS DAN PENYAJIAN DATA

1.1. Kronologi Konflik dalam Penambangan Pasir Trass Di Desa Ngrogung ... 65 1.2. Identifikasi Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Konflik ... 76 1.3. Identifikasi Penyebab Konflik ... 80 1.4. Manajemen Konflik dalam Penambangan Pasir Trass Di Desa

Ngrogung ... 87 4.4.1 Manajemen Konflik pertambangan pasir trass di desa

Ngrogung pada tahun 2011 ... 87 4.4.2 Manajemen Konflik pertambangan pasir trass di desa

Ngrogung pada tahun 2014 ... 88 1.5. Kendala Pemerintah dalam melakukan manajemen konflik dalam

penambangan pasir trass di Desa Ngrogung ... 110

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ... 114 5.2. Saran ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...


(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Potensi Bahan galian mineral logam ... 49 Tabel 3.2 Potensi Bahan galian mineral bukan logam ... 50 Tabel 3.3 Bahan galian batuan di Kabupaten Ponorogo ... 51 Tabel 3.4 Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Energi Dan

Sumber Daya Mineral ... 58 Tabel 3.5 Daftar Izin Usaha Pertambangan Di Desa Ngrogung Kecamatan

Ngebel Kabupaten Ponorogo ... 60 Tabel 3.6 Klasifikasi pekerjaan masyarakat Desa Ngrogung berdasarkan usia 63 Tabel 3.7 Struktur mata pencaharian menurut sector ... 63 Tabel 3.8 Kesejahteraan Keluarga Desa Ngrogung (analisis DDK) ... 64 Tabel 4.1 Kronologis Konflik dalam penambangan Pasir Trass di Desa


(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Komponen dalam analisis data dalam model interactive ... 17

Gambar 2.1 Konflik Grid Robert R Blake dan jane S. Mouton ... 27

Gambar 2.2 Skema Pengajuan Ijin Usaha Pertambangan (IUP) ... 34

Gambar 3.1 Peta Kabupaten Ponorogo ... 46

Gambar 3.2 Peta wilayah potensi pertambangan Kabupeten Ponorogo ... 49

Gambar 3.3 Sebaran lokasi pengambilan data penambangan pasir bukit di wilayah Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo... 59

Gambar 4.1 Aksi demonstrasi gabungan LSM di depan Kantor DPRD terkait tambang di Ngebel ... 72

Gambar 4.2 Kondisi demonstrasi LSM di Depan Kantor DPRD Kabupaten Ponorogo... 73

Gambar 4.3 Gambar aktivitas pengankutan pasir trass yang meninggalkan debu di sepanjang jalan ... 80

Gambar4.4 Pelanggaran penambang yaitu penambangan dilakukan dengan tegak lurus dapat mengakibatkan rawan longsor... 82

Gambar 4.5 Kondisi beberapa waktu sejak dinding bukit berbentuk saat penambangan selesai, hampir tegak lurus sehingga sangat rawan longsor, terlebih jika musim hujan ... 82

Gambar 4.6 Kerusakan jalan Raya Ngebel di Desa Ngrogung akibat adanya lalu lalang truk angkutan pasir trass ... 83

Gambar 4.7 Air menjadi keruh akibat adanya pertambangan di Desa Ngrogung dan air ini mrngalir menuju sungai sehingga mencemari seluruh air disungai berikutnya yaitu sungai Kecamatan Jenangan ... 84

Gambar 4.8 Sidak yang dilakukan tim pokok kerja dari pemerintah daerah Kabupaten Ponorogo di Tambang pasir Desa Ngrogung .. 94

Gambar 4.9 Jalan Raya Ngebel di Desa Ngrogung yang telah diperbaiki oleh pemerintah daerah Kabupaten Ponorogo ... 96


(15)

xiv

Gambar 4.10 Jalan desa yang diperbaiki oleh masyarakat ... 97 Gambar 4.11 Pos jaga dari pemerintah daerah yang dibangun di

Kecamatan Jenangan. ... 98 Gambar 4.12 Laporan sidak yang dilakukan DPRD Komisi C ... 101 Gambar 4.13 Alur Manajemen Konflik dalam Penambangan Pasir Tras

di Desa Ngrogung oleh Pemeritah Desa Ngrogung ... 107 Gambar 4.14 Alur Manajemen Konflik dalam Penambangan Pasir Tras

di Desa Ngrogung oleh DPRD Kabupaten Ponorogo ... 107 Gambar 4.15 Alur Manajemen Konflik dalam Penambangan Pasir Tras


(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Transkip Wawancara

Foto Perpanjangan Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Foto Surat rekomendasi tata ruang

Foto Peta Kawasan Lindung Foto Peta Lokasi pertambangan Foto Berita Acara UKL-UPL Foto saat wawancara

Surat pengaduan masyarakat Desa Ngrogung Surat pengaduan Masyarakat Kecamatan Jenangan Surat Pemberitahuan Demonstrasi LSM Gabungan Draft Tuntutan LSM dalam Demonstrasi

Surat Undangan dari DPRD kepada Masyarakat Desa Ngrogung Laporan Hasil Kunjungan Kerja DPRD


(17)

xvi

DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutedi, 2011. Hukum Pertambangan, Jakarta, Sinar Grafika

Executive Summary “Kebijakan Tambang NTT : Suatu Pendekatan Evaluatif Menuju Tata Kelola Pertambangan Komprehensif Ramah Lingkungan dan

Memenuhi HAM Ekosob”, 2013, DPA-SKPD Badan Pendidikan, Pelatihan,

Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi NTT.

H.Salim Hs. 2005, Hukum Pertambangan Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo persada Janu Murdiyatmoko, Sosiologi: Memahami dan Mengkaji Masyarakat, PT Grafindo

Media Pratama.

Kajian Tingkat Kerusakan dan Dampak sosial Penambangan Pasir Di Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 oleh UGM dan Bappeda Kabupaten Ponorogo

Kun, Krisnus. 2012. Konflik Etnik: Telaah Kritis dan Konstruktif atas Konflik Etnis di Tana Papua, Yogyakarta, Mata Padi Pressindo

Moloeng, Lexy J. 1994, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya. Bandung

Nandang Sudrajat, Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia Menurut Hukum,(PT Buku Seru Jakarta 2010)

Pudyatmoko, Y. Sri. 2009, perizinan: problem dan upaya pembenahan, Yogyakarta, Grasindo Profil Desa Ngrogung

Said, M Mas’ud. 2012. Konflik Etnik; Telah Kritis dan Konstuktif atas Konflik Etnis

di Tana Papua. Yogyakarta. Mata Padi Pressindo Sugiyono, memahami penelitian kualitatif. CV Alfabeta, Bandung, 2014

Supancana, 2009, Penelitan Penyelesaian Sengketa-Sengketa Di Bidang Pertambangan, Jakarta, Badan Pembinaan Hukum Nasional Dapertemen Hukum dan HAM RI


(18)

xvii

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintshan Daerah

Waluya, Bagja. 2007,Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat, PT Setia Purna Inves, Bandung

Wirawan, 2010, konflik dan manajemen konflik; teori aplikasi dan penelitian,

Jakarta, Salemba Humanika

Internet:

Azma, Muaddib Ulil. Tingkat Kerusakan Lingkungan Akibat Aktivitas Penambangan Bahan Galian Golongan C di Kabupaten Ponorogo. Skripsi, Jurusan Geografi FIS Universitas Negeri Malang, 2013. http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/Geografi/article/view/29051(diakses tanggal 22 November 2014)

Catur, Proyek Galian C Rusak Jalan menuju Wisata Ngebel,

http://reog.tv/?p=4375(diakses tanggal 25 November 2014)

Dampak Wacana Penutupan Tambang Galian C Sopir dan Pekerja Tambang Ancam Duduki Pemkab Ponorogo Minggu, 21 September 2014,

http://surabaya.tribunnews.com/2014/09/21/sopir-dan-pekerja-tambang-ancam-duduki-pemkab-ponorogo(diakses tanggal 25 November 2014)

Ponorogo News, Masa Dari 9 LSM Gerudug Pemkab Tuntut Galian C Ditutup, 12 september 2014,

http://ponorogohorandlomok.blogspot.com/2014/09/masa-dari-9-lsn-gerudug-pemkab-tuntut.html(diakses tanggal 12 Februari 2015)

Radar Madiun, 2014, Antar satker beda pendapat,

http://www.radarmadiun.info/blog/2014/08/antar-satker-beda-pendapat/ diakses 24 November 2014 www.ponorogo.go.id

______, (Online)

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/Geografi/article/view/29051 (diakses tanggal 25 November 2014)

______, 2014 (Online) http://surabaya.tribunnews.com/2014/09/21/sebelum-ditutup-dewan-desak-pemkab-evaluasi-izin-tambang-galian-c (diakses tanggal 25 November 2014)


(19)

xviii

______, 2014 (Online) http://surabaya.tribunnews.com/2014/09/21/sebelum-ditutup-dewan-desak-pemkab-evaluasi-izin-tambang-galian-c (diakses tanggal 12 Februari 2015)

______, (Online) http://www.esdm.go.id/berita/artikel/56-artikel/4387-tata-cara-pemberian-izin-usaha-pertambangan-batuan.html (diakses tanggal 12 Februari 2015)

_______, (Online) http://www.meristanews.co.id/sembilan-lsm-gelar-aksi-demo-tuntut-penutupan-galian-c/(diakses tanggal 12 Februari 2015)

______, 2014 (Online) http://www.jejakkasus.info/2014/09/pemkab-ponorogo-harus-evaluasi-tambang.html (diakses tanggal 12 Februari 2015)


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertambangan merupakan sektor penyumbang devisa negara paling besar, namun keberadaan aktivitas pertambangan manjadi persoalan disejumlah kalangan. Dalam dampak pertambangan negara sering dihadapkan pada kondisi dilematis antara sektor pendapatan dengan kerugian lingkungan dan sosial.1 Keberadaan kegiatan usaha tambang bahan galian sering menimbulkan dampak negatif, karena adanya kesan buruk dalam kegiatan usaha tambang yang bersifat zero value yang diakibatkan dari berkembangnya kegiatan pertambangan yang tidak memenuhi kriteria.2 Dimana kriteria tersebut dapat dilihat dari hasil studi kelayakan segi ekonomis, teknis usaha, dan mengenai dampak lingkungan serta perencanaan pascatambang.

Saat ini kegiatan pertambangan yang lebih dikenal adalah pertambangan untuk komoditas mineral logam seperti emas, tembaga, nikel, bauksit dan komoditas batubara. Perlu diketahui bahwa ada komoditas lain yaitu bahan galian, dimana komoditas ini juga berperan penting terutama sebagai material utama untuk pembangunan infrastruktur, seperti pendirian sarana infrastruktur jalan, pembangunan perumahan, gedung perkantoran dan sebagainya. Bahan galian ada tiga golongan yaitu A, B dan C, golongan tersebut diatur dalam UU No 11 Tahun 1967 dan sekarang telah diubah berdasarkan UU No 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubaramenjadi pertambangan golongan batuan, sehingga penggunaan istilah

1

Adrian Sutedi. 2011. Hukum Pertambangan, Jakarta, Sinar Grafika

2


(21)

2

bahan galian golongan C diganti menjadi golongan batuan. Pertambangan golongan batuan ini terdiri dari andesit, tanah liat, tanah urug, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai, pasir urug.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009, suatu pertambangan bisa beroperasi dengan syarat harus memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP). Izin tersebut dikeluarkan oleh pemerintah, sehingga pemerintah bisa melakukan pengawasan terhadap jalannya kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh pelaku kegiatan pertambangan. Di dalam Pasal 38 disebutkan bahwa pelaku usaha pertambangan meliputi Badan Usaha Swasta, Koperasi dan Perseorangan. Pelaku Pertambangan bisa dikelompokkan dengan pertambangan skala besar, pertambangan skala menengah dan juga pertambangan skala kecil dalam bentuk pertambangan rakyat.

Modal pembangunan suatu daerah sangat bergantung pada pemanfaatan potensi bahan galian, sehingga jika suatu daerah memiliki potensi tersebut harus bisa memanfaatkan secara optimal. Berdasarkan UU No 32 tahun 2004, pemerintah daerah memiliki wewenang dalam mengelola potensi daerah termasuk potensi bahan galian. Berdasarkan Undang - Undang No 4 tahun 2009 pemberian IUP di wilayah daerah kota/kabupaten diberikan oleh walikota/bupati, sedangkan usaha pertambangan lintas kabupaten maka IUP dikeluarkan oleh gubernur, sedangkan pertambangan lintas provinsi maka IUP dikeluarkan oleh menterienergi sumber daya mineral. Dalam mengeluarkan izin, pemerintah harus memperhatikan beberapa aspek dimana sesuai dengan Undang-Undang No 4 tahun 2009 dan memperhatikan Pasal 33 ayat (3) UUD


(22)

3

tahun 1945 yang menyatakan bahwa “bumi dan air dan kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”.

Namun, saat ini telah berlaku Undang – Undang No 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah yang memberikanperubahan terkait perizinan usaha pertambangan.Dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa bupati/walikota tidak lagi memiliki wewenang untuk menetapkan izin usaha pertambangan (IUP) ke pelaku usaha, namun kewenangan tersebut hanya dimiliki oleh gubernur dan pemerintah pusat. Gubernur memiliki wewenang untuk mengeluarkan IUP di wilayahnya, sedangkan usaha pertambangan lintas provinsi merupakan wewenang pemerintah pusat yaitu kementerian energi sumber daya mineral.

Dalam pertambangan, ada beberapa kegiatan yaitu kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, eksploitasi, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang.Namun dalam melaksanakan kedelapan kegiatan tersebut tidak selalu dapat dilaksanankan dengan baik oleh pemegang IUP. Pada kenyataannya dalam pelaksanaan kegiatan tambang terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh pemilik IUP yang menimbulkan masalah. hal tersebut tidak hanya terjadi antara masyarakat dengan pemilik IUP tetapi juga terjadi antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Pelanggaran yang sering terjadiadalah pada tahap eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, eksploitasi, maupun pasca tambang.3

3


(23)

4

Usaha pertambangan kini banyak menimbulkan pro dan kontra di banyak kalangan. Reaksi pro biasa muncul dari masyarakat sekitar tambang yang terlibat dalam aktifitas pertambangan, karena adanya pertumbuhan kehidupan sosial ekonomi serta kultural. Sedangkan reaksi kontra atau penolakan adanya kegiatan tambang dari masyarakat terjadi karena adanya kecemasan dan pengalaman dampak negatif lebih besar daripada dampak positif dari kegiatan tersebut.4 Lebih dari itu, masyarakat sekitar tambang juga menanggung dampak negatif berupa menurunnya kualitas lingkungan dan terpinggirkannya kegiatan ekonomi semula akibat hadirnya pertambangan. Dilain pihak terdapat kelompok yang peduli terhadap keselamatan lingkungan yang akan selalu menolak kegiatan pertambangan yang merusak lingkungan. Reaksi pro dan kontra terkait pertambangan ini sering juga menimbulkan konflik yang serius.5

Konflik pertambangan batuan dalam hal ini konflik pertambangan pasir trass atau pasir urug (bahasa jawa) di Desa Ngrogung Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo terjadi akibat adanya dampak yang dirasakan oleh masyarakat sekitar tambang. Masyarakat merasa terganggu oleh debu, suara bising truk angkutan, rusaknya jalan dan tidak jarang truk angkutan pasir trass mengemudi dengan tidak mengindahkan peraturan lalu lintas. Berdasarkan dampak tersebut masyarakat Desa Ngrogung menuntut kepada pemerintah dan pemilik tambang untuk segera menutup tambang pasir tersebut.

4Executive Summary “Kebijakan Tambang NTT : Suatu Pendekatan Evaluatif Menuju Tata

Kelola Pertambangan Komprehensif Ramah Lingkungan dan Memenuhi HAM Ekosob”, 2013, DPA-SKPD Badan Pendidikan, Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi NTT

5

Catur, Proyek Galian C Rusak Jalan menuju Wisata Ngebel, http://reog.tv/?p=4375 diakses tanggal 25 November 2014


(24)

5

Tambang pasir tersebut beroperasi sejak tahun 2008, awalnya masyarakat sekitar merasa senang dengan adanya tambang di daerah tersebut karena memberikan lapangan pekerjaan baru dan akan meningkatkan ekonomi mereka. Selain itu, pemerintah juga berpendapat bahwa tambang akan memberikan dampak positif seperti bertambahnya pendapatan asli daerah (PAD), terbukanya lapangan pekerjaan baru, dan terpenuhinya kebutuhan pasir masyarakat. Namun setelah berlangsung beberapa tahun ini, dampak negatif mulai dirasakan terutama debu.

Tambang pasir ini terletak di daerah jalur wisata, sehingga wisatawan banyak mengeluh karena rusaknya jalan menuju wisata, ramainya jalan oleh truk dan debu yang bertebaran dari truk tersebut. Desa Ngrogung merupakan salah satu desa yang terletak di kawasan wisata telaga Ngebel, sehingga sangat disayangkan jika akses jalan menuju wisata mengalami kerusakan, karena hal tersebut dapat mengurangi wisatawan yang berkunjung dan pendapatan sector pariwisata kecamatan Ngebel berkurang.

Isu kerusakan lingkungan akibat penambangan di kawasan Ngebel diawali dari hasil penelitian Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Hasil penelitian mengindikasi adanya kebocoran airTelaga Ngebel yang berpotensi membuat tanah longsor, oleh karena itu disarankan agar pertambangan pasir trass yang ada di Desa Ngrogung segera ditertibkan. Bersamaan dengan itu, terungkap deposit anggaran reklamasi yang disetor pengelola tambang dinilai sangat kecil yatu hanya di kisaran Rp 3 juta hingga Rp 13 juta.6

6

http://surabaya.tribunnews.com/2014/09/21/sebelum-ditutup-dewan-desak-pemkab-evaluasi-izin-tambang-galian-c


(25)

6

Sebagaimana data yang dirilis oleh Ponorogo News, pada tanggal 11 September 2014 terdapat sembilan LSM Ponorogo menggelar demo dengan mendatangi Kantor Dinas Lingkungan Hidup, Dinas PU, Kantor DPRD,dan berakhir di kantor Pemerintahan Kabupaten Ponorogo, kemudian diterimaoleh Asisten Bupati Ponorogo.Mereka menuntut pemerintah agar menutup pertambangan karena usaha pertambangan tersebut hanya menguntungkan sedikit orang.7 Selain itu, dalam berita Surabaya Tribun News merilis bahwa selang beberapa hari kemudian, sopir truck mengancam akan menggelar demo tandingan di depan kantor pemerintahan Kabupaten Ponorogo jika pemerintah mengabulkan tuntutan sembilan LSM, karena usaha pertambangan yang ada di Desa Ngrogung merupakan mata pencaharian mereka.8

Fenomena diatas dapat dikatakan bahwa dikeluarkannya izin usaha pertambangan pasir di desa Ngrogung berpotensi melahirkan konflik yang bersifat vertikal, yakni; konflik antara pemerintah dan masyarakat, maupun konflik horizontal, yakni; konflik yang terjadi antara masyarakat dengan masyarakat yang mengakibatkan kurangnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Melihat fenomena tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa sumber konflik bersifat struktural yang berdampak terhadap aspek-aspek politik, ekonomi dan kultural karena kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak

7

Ponorogo News, Masa Dari 9 LSM Gerudug Pemkab Tuntut Galian C Ditutup, 12 september 2014, http://ponorogohorandlomok.blogspot.com/2014/09/masa-dari-9-lsn-gerudug-pemkab-tuntut.html di akses tanggal

8

Dampak Wacana Penutupan Tambang Galian C Sopir dan Pekerja Tambang Ancam Duduki Pemkab Ponorogo

Minggu, 21 September 2014, http://surabaya.tribunnews.com/2014/09/21/sopir-dan-pekerja-tambang-ancam-duduki-pemkab-ponorogo


(26)

7

memperhatikan aspirasi yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka peran manajemen konflik dalam permasalahan ini sangatlah penting, dimana dengan adanya manajemen konflik diharapkan dapat menentukan suatu resolusi konflik. Dalam hal ini, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai sebab-sebab dan proses terjadinya konflik pertambangan pasir trass di Desa Ngrogung, pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, bagaimana manajemen konflik yang dilakukan pihak ketiga, kendala apa saja yang dialami dalam melakukan manajemen konflik tersebut. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti mengambil judul

“Manajemen Konflik dalam Penambangan Pasir Trass di Desa Ngrogung Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana manajemen konflik dalam penambangan pasir trass di Desa Ngrogung Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo?

2. Apa saja kendala pemerintah daerah dalam manajemen konflik dalam penambangan pasir trass di Desa Ngrogung Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut:


(27)

8

1. Menganalisis bagaimana manajemen konflik dalam penambangan pasir trass di Desa Ngrogung Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo.

2. Mengetahui kendala pemerintah daerah dalam manajemen konflik pertambangan pasir trass di Desa Ngrogung Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak. Manfaat penelitian dibagi menjadi dua, yaitu sebagai beikut;

1. Manfaat Akademis

Sebagai pengembangan disiplin ilmu pemerintahan berkaitan dengan pengelolaan konflik khususnya terkait konflik pertambangan pasir trass di daerah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah Kabupaten Ponorogo

diharapkan hasil penelitian ini, dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran kepada pemerintah daerah dalam mengelola konflik pertambangan pasir trass yang terjadi Desa Ngrogung Kecamatan Ngebel.

b. Bagi Pemilik Usaha Pertambangan Pasir Trass

dapat memberikan informasi terkait manajemen konflik yang dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam menjalankan kegiatan usaha pertambangan.


(28)

9

diharapkan penelitian ini mampu memberikan pengetahuan, pemahaman serta pemikiran kritis dalam mengatasi fenomena konlik yang terjadi di pertambangan pasir trass.

1.5 Definisi Konsep a. Konflik

Dalam buku wirawan, konflik merupakan proses pertentangan yang diekspresikan diantara dua pihak atau lebih yang saling tergantung mengenai objek konflik, menggunakan pola perilaku dan interaksi konflik

yang menghasilkan keluaran konflik atau solusi konflik.9Konflik dalam penelitian ini adalah konflik karena adanya dampak negatif yang dirasakan masyarakat desa Ngrogung dan sekitarnya, serta kekhawatiran kerusakan lingkungan oleh LSM terkait adanya pasir trass di Desa Ngrogung.

b. Manajemen Konflik

Dalam penelitian ini, manajemen konflik berperan sebagai proses pihak yang terlibat konflik atau pihak ketiga menyusun strategi konflik dan menerapkannyauntuk mengendalikan konflik agar menghasilakn resolusi yang diinginkan. Dalam buku Wirawan, pengelolaan konflik memiliki beberapa kata kunci yaitu; (1) pihak yang terlibat konflik dan pihak ketiga,

dalam menghadapi konflik pihak yang terlibat konflik berupaya mengelola konflik untuk mencapai solusi yang menguntungkan dengan menggunakan berbagai sumber sekecil dan seefisien mungkin, pengelolaan konflik juga

9

Objek konflik merupakan sesuatu yang menyebabkan terjadinya konflik. Interaksi konflik

merupakan bentuk dari konflik, seperti saling agresi, saling negosiasi dan sebagainya. Pola perilaku merupakan kecenderungan orang untuk berperilaku secara tertentu dalam menghadapi situasi konflik, pola perilaku biasa disebut juga sebagai gaya manajemen konlik atau taktik konflik.


(29)

10

dapat dilakukan oleh pihak ketiga (mediator) yang mendapat tugas dari pihak-pihak yang terlibat konflik, (2) Strategi Konflik,pengelolaan konflik merupakan proses penyusunan strategi konflik sebagai rencana untuk mengelola konflik, jika tidak kendalikan, konflik bisa berkembang menjadi konflik destruktif, dimana masing-masing pihak akan memfokuskan perhatian, tenaga, dan pikiran serta sumber-sumber organisasi bukan untuk mengembangkan produktivitas, tetapi untuk merusak dan menghancurkan lawan konfliknya. (3) mengendalikan konflik, bagi pihak yang terlibat konflik, pengelolaan konflik merupakan aktivitas untuk mengendalikan dan mengubah konflik demi mencapai keluaran konflik yang menguntungkan (minimal tidak merugikan), bagi pihak ketiga pengelolaan konflik merupakan upaya untuk mengarahkan konflik deskruktif menjadi konflik konstruktif, konflik konstruktif akan mengembangkan kretivitas dan inovasi pihak-pihak yang terlibat konflik untuk menciptakan win & win solution. (4) resolusi konflik, jika pengelolaan konflik dilakukan oleh pihak yang terlibat konflik, hal ini bertujuan untuk menciptakan solusi konflik yang menguntungkan, Jika dilakukan oleh pihak ketiga, manajemen konflik untuk bertujuan untuk menciptakan solusi yang bisa diterima oleh pihak yang terlibat konflik.10

c. Usaha Pertambangan Pasir Trass

Usaha pertambangan merupakan sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang rneliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi

10

Wirawan, 2010, konflik dan manajemen konflik; teori aplikasi dan penelitian, Jakarta, Salemba Humanika


(30)

11

kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang (Pasal 1 UU Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batu Bara).

Usaha pertambangan pasir Trass termasuk dalam pertambangan golongan batuan, komoditas batuan memiliki peran yang sama pentingnya terutama dalam memberikan dukungan material untuk pembangunan infrastruktur antara lain: pendirian sarana infrastruktur jalan, pembangunan perumahan, dan gedung perkantoran. Untuk mendirikan usaha pertambangan pemilik usaha harus mengajukan permohonan izin usaha pertambangan (IUP) kepada pemerintah setempat berdasarkan cakupan wilayah.

d. Izin Usaha Pertambangan Pasir

Izin Usaha Pertambangan selanjutnya disebut IUP adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan yang dikeluarkan oleh pemerintah sesuai dengan undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Selain itu, penerbitan IUP pasir trass diatur dalam PP Nomor 23 Tahun 2010tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara, dimana pengusaha pertambangan harus mengajukan

permohonan kepada kantor perijinan pemerintah

setempat.Pertama,pengusaha mengajukan permohonan wilayah izin usaha pertambangan (WIUP), setelah permohonan WIUP di analasis oleh tim teknis perijinan pertambangan, WIUP bisa diterbitkan. Kedua,setelah WIUP diterbitkan pengusaha bisa melakukan permohonan untuk izin usaha pertambangan operasi produksi (IUP) menggunakan IUP, setelah


(31)

12

permohonan kedua diterima dan di verifikasi oleh tim taknis maka IUP bisa diterbitkan.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian kualitatif mencakup keseluruhan situasi sosisal yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Karena terlalu luasnya masalah, maka dalam penelitian kualitatif peneliti akan membatasi penelitian dalam satu atau lebih variabel.11Berdasarkan unit analisanya yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengelolaan Konflik

Pengelolaan konflik dalam penelitian ini adalah konflik yang terjadi di pertambangan pasir trass desa ngrogung kecamatan ngebel kabupaten ponorogo. Dimana pengelolaan tersebut mencakup beberapa hal berikut:

a. Mengidentifikasi kronologi konflik yang terjadi b. Mengidentifikasi siapa saja yang terlibat konflik c. Mengidentifikasi penyebab terjadinya konflik

d. Menganalisis bagaimana manajemen dari pihak ketiga yaitu pemerintah Desa Ngrogung, pemerintah daerah Kabupaten ponorogo, dan DPRD. Manajemen dapat dilakukan beberapa tahap untuk mengendalikan konflik yaitu negosiasi, konsiliasi, mediasi, dan arbitration. Kemudian gaya

11


(32)

13

manajemen ada lima yaitu Memaksa, Konfrontasi, Kompromi, menarik diri, dan mengekomodasi.

2. Kendala dalam melakukan Pengelolaan Konflik

Kendala dalam melakukan pengelolaan konflik pertambangan meliputi beberapa aspek, yaitu:

1) Benturan kepentingan antar aktor.

2) Adanya perubahan regulasi terkait kewenangan pemerintah daerah dalam hal usaha pertambangan.

1.7 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini mengunakan metode kualitatif. Menurut Denzin dan Lincoln (1987) dalam Lexy J. Moleong (1988) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan melibatkan beberapa metode seperti wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen.12

1.7.1 Jenis Penelitan

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Menurut Bogdan Taylor dalam Lexy Moloeng, metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif merupakan sebuah proses inquiri yang menyelidiki masalah sosial dan kemanusiaan dengan tradisi metodelogi yang berbeda.

12

Moloeng, Lexy J. 1994, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya. Bandung hlm 5


(33)

14

Peneliti membangun sebuah gambaran yang kompleks dan holistic, menganalisa kata-kata, melaporkan pandangan atau opini para informan, dan kesaluruhan studi berlangsung dalam latar situasi alamiah wajar.

Penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana pengelolaankonflik yang terjadi di pertambangan pasir trass di Desa Ngrogung Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo. Peneliti menganalisis semua temuan data mengenai pengelolaan konflik dan kendala yang dihadapi dalam pengelolaan konflik tersebut, kemudian memaparkan hasil analisis tersebut dalam pembahasan, hingga akhirnya peneliti dapat menyimpulkan bagaimana pengelolaan konflik pertambangan dan apa saja kendala yang dihadapi.

1.7. 2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian berkaitan dengan sumber informasi yaitu narasumber atau orang yang bisa memberikan informasi secara lengkap terkait dengan masalah penelitian. Peneliti menetapkan subjek untuk mendapatkan informasi tentang konflik yang terjadi, yaitu sebagai berikut; 1. Pemerintahan Daerah Kabupaten Ponorogo

a. Kepala badan pelayanan perijinan terpadu

b. Kepala bidang energi sumber daya mineral dinas pekerjaan umum sebagai SKPD yang mengurusi pertambangan.

c. Kepala kantor lingkungan hidup sebagai pengeluar AMDAL tambang

2. Dewan perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Ponorogo 3. Pemerintah Desa Ngrogung


(34)

15

5. Masyarakat Desa yang melakukan pengaduan kepada pemerintah terkait dampak pertambangan pasir trass

6. Lembaga Swadaya Masyarakat

1.7.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian akan dilakukan oleh penelitii untuk mendapatkan informasi yang tepat dan data yang diperlukan untuk menunjang penelitian ini. Dalam penelitian ini, lokasi konflik ada di tambang pasir trass Desa Ngrogung Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo. Alasan pemilihan lokasi tersebut karena pertambangan pasir trass di Desa Ngrogung menuai konflik yang berkepanjangan dimana masyarakat menolak keberadaan tambang tersebut.

1.7.4 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari nara sumber pertama, sedangkan data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua. Dalam penelitian pengelolaan konflik pertambangan pasir trass di Desa Ngrogung, data primer yang dibutuhkan peneliti ialah dokumen dari pihak konflik dan wawancara langsung kepada subyek yang terlibat langsung dalam pengelolaan konflik tersebut seperti tim teknis pertambangan pemerintah Kabupaten Ponorogo, pemilik usaha pertambangan, masyarakat Desa Ngrogung dan lain-lain. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini ialah surat kabar, internet,


(35)

16

undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batu bara, penelitian terdahulu tentang pertambang di Kabupaten Ponoorogo.

1.7.5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi yaitu dilakukannya pengamatan atau menggunakan indera langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses, atau perilaku (Sanapiah Faisal;1999). Observasi dilakukan agar peneliti mengetahui fakta dilapangan, seperti mengetahui kondisi wilayah dan aktivitas pertambangan pasir trass pertambangan di desa Ngrogung, serta mengetahui aktivitas masyarakat desa terkait konflik.

b. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara memberikan pertanyaan secara langsung atau lisan kepada nara sumber yang bersangkutan (Sanapiah Faisal;1999).Wawancara dilakukan untuk mendapatkan sejumlah data, pendapat dan ide langsung dari narasumber yang bersangkutan. Dimana dalam penelitian ini peneliti akan melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait konflik, seperti LSM, masyarakat desa serta pemerintah Desa Ngrogung dan pemerintah Kabupaten Ponorogo sehingga peneliti mendapatkan data langsung melalui jawaban para subyek mengenai konflik, pengelolaan konflik, dan kendala pengelolaan konflik tersebut.

c. Dokumentasi yaitu suatu cara pengumpulan data berupa foto, arsip, buku-buku, pendapat/delik, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian yang diambil. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengambildata dan dokumen seperti petensi wilayah Kabupaten


(36)

17

Ponorogo, peta kota, arsip IUP, dan sebagainya untuk dicantumkan dalam hasil penelitian.

1.7.6Analisa Data

Dalam penelitian ini digunakan analisis data kualitatif sebagaimana yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman dalam buku Sugiyono yaitu analisis model interaktif. Pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah reduksi data (reduction data), penyajian data (display data), dan terakhir menarik kesimpulan atau verifikasi (drawing conclucing).13

Gambar 1.1. Komponen dalam analisis data dalam model interaktive Sumber: Sugiyono, memahami penelitian kualitatif (2014:92)

Reduksi data, berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya.

13

Ibid, hlm 92-99

Data Collection

Data Display

Data Reduction

Coclusions: Drawing/Verifyng


(37)

18

Penyajian Data, setelah data direduksi, data dapat disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam penelitian kualitatif penyajian data sering dilakukan dengan teks yang naratif. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

Kesimpulan atau verifikasi, kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan awal dapat didukung dengan data dan buktu yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan maka kesimpulan dianggap kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif akan menjawab rumusan masalah.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengumpulkan data dari subyek penelitian yaitu LSM, masyarakat desa serta pemerintah Desa Ngrogung dan pemerintah Kabupaten Ponorogo yang yang mengetahui dan memahami tentang permasalahan tentang pengelolaan konflik petambangan pasir trass di Desa Ngrogung Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo. Setelah memperoleh data tentang konflik, pengelolaan konflik serta kendala pengelolaan konflik tersebut, peneliti akan melakukan reduksi data yaitu peneliti akan memilih data data mana yang penting untuk di sajikan dalam pembahasan. Setelah data tereduksi data tersebut peneliti paparkan dengen analisis dalam pembahasan, kemudian terakhir peneliti akan menarik kesimpulan dan verifikasi data-data tersebut.


(38)

19 1.7.7 Teknik Keabsahan Data

Dalam pengujian keabsahan data, metode kualitatif menggunakan uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian yaitu melalui teknik tringulasi. Tringulasi yaitu menggabungkan dari beberapa teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Sehingga data dari wawancara akan peneliti cocokan dengan data lainnya setra keadaan dilapangan. Tringulasi dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.14Dalam penelitian ini, keabsahan data perlu dilakukan karena data yang diperlukan untuk dianalisis sangat banyak, selain itu sumber datayang digunakan ada tiga cara yaitu wawancara, observasi serta dokumentasi.

Dalam penelitian ini, peneliti fokus pada tringulasi sumber yaitu untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Dimana peneliti akan melakukan teknik wawancara kepada semua sumber data, sehingga peneliti akan memahami permasalahan yang ada dan hasil penelitian akan lebih mendalam.

14


(1)

14

Peneliti membangun sebuah gambaran yang kompleks dan holistic, menganalisa kata-kata, melaporkan pandangan atau opini para informan, dan kesaluruhan studi berlangsung dalam latar situasi alamiah wajar.

Penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana pengelolaankonflik yang terjadi di pertambangan pasir trass di Desa Ngrogung Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo. Peneliti menganalisis semua temuan data mengenai pengelolaan konflik dan kendala yang dihadapi dalam pengelolaan konflik tersebut, kemudian memaparkan hasil analisis tersebut dalam pembahasan, hingga akhirnya peneliti dapat menyimpulkan bagaimana pengelolaan konflik pertambangan dan apa saja kendala yang dihadapi.

1.7. 2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian berkaitan dengan sumber informasi yaitu narasumber atau orang yang bisa memberikan informasi secara lengkap terkait dengan masalah penelitian. Peneliti menetapkan subjek untuk mendapatkan informasi tentang konflik yang terjadi, yaitu sebagai berikut;

1. Pemerintahan Daerah Kabupaten Ponorogo

a. Kepala badan pelayanan perijinan terpadu

b. Kepala bidang energi sumber daya mineral dinas pekerjaan umum

sebagai SKPD yang mengurusi pertambangan.

c. Kepala kantor lingkungan hidup sebagai pengeluar AMDAL

tambang

2. Dewan perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Ponorogo

3. Pemerintah Desa Ngrogung


(2)

15

5. Masyarakat Desa yang melakukan pengaduan kepada pemerintah terkait

dampak pertambangan pasir trass

6. Lembaga Swadaya Masyarakat

1.7.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian akan dilakukan oleh penelitii untuk mendapatkan informasi yang tepat dan data yang diperlukan untuk menunjang penelitian ini. Dalam penelitian ini, lokasi konflik ada di tambang pasir trass Desa Ngrogung Kecamatan Ngebel

Kabupaten Ponorogo. Alasan pemilihan lokasi tersebut karena

pertambangan pasir trass di Desa Ngrogung menuai konflik yang berkepanjangan dimana masyarakat menolak keberadaan tambang tersebut.

1.7.4 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari nara sumber pertama, sedangkan data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua. Dalam penelitian pengelolaan konflik pertambangan pasir trass di Desa Ngrogung, data primer yang dibutuhkan peneliti ialah dokumen dari pihak konflik dan wawancara langsung kepada subyek yang terlibat langsung dalam pengelolaan konflik tersebut seperti tim teknis pertambangan pemerintah Kabupaten Ponorogo, pemilik usaha pertambangan, masyarakat Desa Ngrogung dan lain-lain. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini ialah surat kabar, internet,


(3)

16

undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batu bara, penelitian terdahulu tentang pertambang di Kabupaten Ponoorogo.

1.7.5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi yaitu dilakukannya pengamatan atau menggunakan indera

langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses, atau perilaku (Sanapiah Faisal;1999). Observasi dilakukan agar peneliti mengetahui fakta dilapangan, seperti mengetahui kondisi wilayah dan aktivitas pertambangan pasir trass pertambangan di desa Ngrogung, serta mengetahui aktivitas masyarakat desa terkait konflik.

b. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara memberikan

pertanyaan secara langsung atau lisan kepada nara sumber yang bersangkutan (Sanapiah Faisal;1999).Wawancara dilakukan untuk mendapatkan sejumlah data, pendapat dan ide langsung dari narasumber yang bersangkutan. Dimana dalam penelitian ini peneliti akan melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait konflik, seperti LSM, masyarakat desa serta pemerintah Desa Ngrogung dan pemerintah Kabupaten Ponorogo sehingga peneliti mendapatkan data langsung melalui jawaban para subyek mengenai konflik, pengelolaan konflik, dan kendala pengelolaan konflik tersebut.

c. Dokumentasi yaitu suatu cara pengumpulan data berupa foto, arsip, buku-buku, pendapat/delik, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian yang diambil. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengambildata dan dokumen seperti petensi wilayah Kabupaten


(4)

17

Ponorogo, peta kota, arsip IUP, dan sebagainya untuk dicantumkan dalam hasil penelitian.

1.7.6Analisa Data

Dalam penelitian ini digunakan analisis data kualitatif sebagaimana yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman dalam buku Sugiyono yaitu analisis model interaktif. Pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah reduksi data (reduction data), penyajian data (display data), dan terakhir menarik kesimpulan atau verifikasi (drawing conclucing).13

Gambar 1.1. Komponen dalam analisis data dalam model interaktive Sumber: Sugiyono, memahami penelitian kualitatif (2014:92)

Reduksi data, berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya.

13

Ibid, hlm 92-99

Data Collection

Data Display

Data Reduction

Coclusions: Drawing/Verifyng


(5)

18

Penyajian Data, setelah data direduksi, data dapat disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam penelitian kualitatif penyajian data sering dilakukan dengan teks yang naratif. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

Kesimpulan atau verifikasi, kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan awal dapat didukung dengan data dan buktu yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan maka kesimpulan dianggap kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif akan menjawab rumusan masalah.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengumpulkan data dari subyek penelitian yaitu LSM, masyarakat desa serta pemerintah Desa Ngrogung dan pemerintah Kabupaten Ponorogo yang yang mengetahui dan memahami tentang permasalahan tentang pengelolaan konflik petambangan pasir trass di Desa Ngrogung Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo. Setelah memperoleh data tentang konflik, pengelolaan konflik serta kendala pengelolaan konflik tersebut, peneliti akan melakukan reduksi data yaitu peneliti akan memilih data data mana yang penting untuk di sajikan dalam pembahasan. Setelah data tereduksi data tersebut peneliti paparkan dengen analisis dalam pembahasan, kemudian terakhir peneliti akan menarik kesimpulan dan verifikasi data-data tersebut.


(6)

19 1.7.7 Teknik Keabsahan Data

Dalam pengujian keabsahan data, metode kualitatif menggunakan uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian yaitu melalui teknik tringulasi. Tringulasi yaitu menggabungkan dari beberapa teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Sehingga data dari wawancara akan peneliti cocokan dengan data lainnya setra keadaan dilapangan. Tringulasi dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.14Dalam penelitian ini, keabsahan data perlu dilakukan karena data yang diperlukan untuk dianalisis sangat banyak, selain itu sumber datayang digunakan ada tiga cara yaitu wawancara, observasi serta dokumentasi.

Dalam penelitian ini, peneliti fokus pada tringulasi sumber yaitu untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Dimana peneliti akan melakukan teknik wawancara kepada semua sumber data, sehingga peneliti akan memahami permasalahan yang ada dan hasil penelitian akan lebih mendalam.

14