Eksternalitas Penambangan Pasir Pantai S

Resensi
Jurnal Manajemen Perikanan dan Kelautan
Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 10
dengan judul

Eksternalitas Penambangan Pasir Pantai
Secara Tradisional Terhadap Ekosistem
Mangrove dan Sosial Ekonomi Masyarakat
Pesisir di Kabupaten Merauke
dan perbandingannya dengan

Prosiding Seminar Antarbangsa Ke-4
Ekologi, Habitat Manusia & Perubahan
Persekitaran di Alam Melayu
dengan judul

Pemanfaatan Pasir Bono di Sungai Kampar:
Ditinjau Dari Segi Dampak dan Persepsi
Masyarakat

Oleh

Luqman Raharjo
3613100067

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya
2015

Degradasi

[EKONOMI PERKOTAAN: RESENSI JURNAL] Lingkungan
Deskripsi Isu Pokok
Dalam Jurnal Manajemen Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1,
2014, artikel 10 dengan judul Eksternalitas Penambangan Pasir
Pantai Secara Tradisional Terhadap Ekosistem Mangrove dan
Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir di Kabupaten Merauke,
masyarakat di wilayah pesisir Kabupaten Merauke awalnya memiliki
mata pencaharian sebagai nelayan seperti menangkap ikan, menjaring

udang, dan menangkap kepiting. Ketika muncul masyarakat yang
bermata pencaharian sebagai penambang pasir pantai, ekosistem
pesisir menjadi rusak sehingga menyulitkan masyarakat nelayan untuk
mencari nafkah di wilayah perairan pesisir.
Penjelasan Isu Pokok
Kegiatan penambangan pasir pantai di Kabupaten Merauke
khususnya di Kampung Bina Loka, Payum, dan Ndalir telah berlangsung
lama. Kegiatan tersebut menimbulkan eksternalitas positif dan negatif.
Eksternalitas positif lebih mengarah pada peningkatan ekonomi dan
kegiatan pembangunan infrastruktur, sedangkan eksternalitas negatif
meliputi dampak lingkungan buatan, lingkungan alami, dan ekonomi
nelayan.
Eksternalitas positif dari kegiatan penambangan pasir pantai di
Kabupaten Merauke berupa meningkatkan pendapatan kelompok
masyarakat itu sendiri. Selain itu, kegiatan ini memberi kontribusi pajak
dari bahan galian golongan C dan membantu kelancaran pembangunan
infrastruktur yang ada di Kabupaten Merauke,
Eksternalitas negatif dari kegiatan penambangan pasir pantai di
Kabupaten Merauke terbagi menjadi tiga. Pertama, mengenai
lingkungan buatan. Kegiatan penambangan pasir pantai ini

memerlukakan pengakutan dari pantai ke pasarnya. Lalu lintas ini
menyebabkan infrastruktur jalan di sepanjang jalur pengangkutan
menjadi rusak.
Kedua, mengenai lingkungan alami. Kegiatan penambangan pasir
ini mengakibatkan abrasi pantai yang membuat perubahan garis pantai
semakin menjorok ke darat bahkan kian dekat dengan pemukiman
warga. Selain itu, dalam konteks lingkungan alami, kegiatan ini
mengurangi luasan mangrove. Pada tahun 2005, luasan hutan
mangrove di Kabupaten Merauke seluas 334.518 hektare dan tahun
2010 seluas 296.778 hektare. Data tersebut menunjukkan adanya
penurangan luasan lahan mangrove sebesar 34.770 hektare. Selain

Degradasi

[EKONOMI PERKOTAAN: RESENSI JURNAL] Lingkungan
karena dampak langsung konversi lahan berupa penebangan mangrove
untuk diambil pasir di bawahnya, luasan mangrove juga berkurang
karena dampak tidak langsung berupa semakin tergerusnya lahan
habitat mangrove yang membuat akar mangrove tidak dapat
menangkap subtrat lumpur sehingga mangrove tidak tumbuh bahkan

mati.
Kerusakan hutan mangrove akibat dari kegiatan penambangan
pasir pantai sangat berpengaruh terhadap seluruh biota perairan di
sekitarnya. Kerusakan tersebut mengakibatkan daerah asuhan untuk
ikan dan udang bertelur, membesarkan anak, dan mencari makan tidak
cukup tersedia. Akibatnya, produksi biota perairan di wilayah pesisir
semakin menurun, khususnya pada udang.
Ketiga, mengenai perekonomian nelayan yang merupakan
dampak lanjutan dari aspek sebelumnya. Kegiatan penambangan pasir
pantai berkontribusi terhadap rusaknya ekosistem mangrove yang
menurunkan sumber daya ikan. Akhirnya nelayan harus mencari ikan,
udang, dan hasil perikanan lain ke tempat yang lebih jauh. Tentunya ini
membutuhkan biaya yang lebih besar.
Hasil survei yang dilakukan pada 120 responden pendapatan
nelayan berkurang. Sebelum kegiatan penambangan pasir pantai
berlangsung, ada 5 nelayan memiliki pendapatan di atas Rp
5.000.000,00, 8 nelayan berpendapatan antara Rp 1.600.000,00 – Rp
2.500.000,00, dan tidak ada nelayan berpendapatan di bawah Rp
1.500.000,00. Namun setelah adanya kegiatan penambangan pasir,
tidak ada 5 nelayan yang memiliki pendapatan di atas Rp 5.000.000,00,

ada 15 nelayan yang berpendapatan antara Rp 1.600.000,00 – Rp
2.500.000,00, dan ada 17 nelayan yang berpendapatan di bawah Rp
1.500.000,00.
Apabila ditimbang antara eksternalitas positif dan negatifnya,
maka eksternalitas negatif dari kegiatan penambangan pasir pantai
jauh
lebih
besar
dengan
potensi
kerugian
mencapai
Rp
128.109.000.000,00 dibandingkan dengan eksternalitas positif yang
berpotensi menghasilkan Rp 25.904.201.428,00.
Ada beberapa hal di jurnal yang tidak saya tampilkan di
pembahasan ini. Pertama, perspektif masyarakat terhadap kegiatan
penambangan pasir. Dalam jurnal secara implisit menunjukkan bahwa
seluruh responden adalah nelayan. Kesimpulan ini diambil dari bahan
penelitian nomor 3, yaitu tingkat pendapatan nelayan. Padahal, pada

kesimpulan jurnal menyatakan bahwa masyarakat tetap melakukan

Degradasi

[EKONOMI PERKOTAAN: RESENSI JURNAL] Lingkungan
kegiatan penambangan pasir pantai meskipun memiliki persepsi negatif
terkait kegiatan itu. Itu menandakan bahwa penambang pasir termasuk
bagian dari masyarakat. Bagaimana bisa menggeneralisasi persepsi
negatif tersebut pada masyarakat jika responden yang dipilih hanya dari
pihak nelayan saja, tidak termasuk pihak penambang?
Kedua, mengenai data tingkat perubahan pendapatan nelayan
pada rentang pendapatan Rp 1.600.000,00 – Rp 2.500.000,00, Rp
2.600.000,00 – Rp 3.500.000,00 dan Rp 3.600.000,00 – Rp
5.000.000,00. Penjelasan di jurnal mengatakan bahwa peningkatan di
rentang penerimaan tersebut merupakan penambahan dari rentangan
yang lebih tinggi. Padahal terdapat data yang memaparkan data
33,33% responden menyatakan kondisi perekonomiannya meningkat.
Data tersebut bertentangan dengan penjelasan mengenai peningkatan
rentang penerimaan.
Dalam Prosiding Seminar Antarbangsa Ke-4 Ekologi, Habitat

Manusia & Perubahan Persekitaran di Alam Melayu dengan judul
Pemanfaatan Pasir Bono di Sungai Kampar: Ditinjau Dari Segi
Dampak dan Persepsi Masyarakat, terdapat pembahasan
eksternalitas yang luput dari jurnal. Eksternalitas tersebut adalah
perluasan lapangan kesempatan kerja. Penambangan pasir tersebut
akan menyerap tenaga kerja sopir pengangkut pasir, pembuat batako,
dll yang berhubungan dengan pasir. Pasir-pasir yang dikumpulkan selain
untuk membangun infrastruktur, pasir digunakan untuk membangun
rumah dan masjid.
Kesimpulan Pembahasan Isu Pokok
Kegiatan penambangan pasir pantai mengakibatkan kerusakan
ekosistem pesisir di sepanjang wilayah pesisir Kabupaten Merauke.
Kondisi ini menurunkan pendapatan nelayan karena menurunnya hasil
tangkapan. Eksternalitas negatif yang dihasilkan dari penambangan
pasir pantai lebih besar dengan potensi kerugian mencapai Rp
128.109.000.000,00 dibandingkan dengan eksternalitas positif yang
berpotensi
menghasilkan Rp 25.904.201.428,00. Hanya saja,
perhitungan eksternalitas di luar daerah pesisir belum diperhitungkan
seperti menggerakkan perekonomian yang bersentuhan dengan pasir.

Pelajaran yang Dapat Dipetik
Dari pembahasan di atas, ada satu pelajaran yang dapat dipetik.
Antara kegiatan yang mampu menunjang pembangunan perekonomian
masyarakat dengan menjaga kelestarian sumber daya alam memang
dilematis. Sejatinya dua hal tersebut ibarat dua sisi koin yang tak

Degradasi

[EKONOMI PERKOTAAN: RESENSI JURNAL] Lingkungan
terpisahkan. Metode analisis eksternalitas sangat membantu dalam
mengambil keputusan yang dilematis ini. Selain itu, dalam penilian
eksternalitas terlalu sempit apabila batasannya hanya di dalam wilayah
kegiatan utama. Perlu diruntut kemana produk kegiatan itu mengalir.

Degradasi

[EKONOMI PERKOTAAN: RESENSI JURNAL] Lingkungan

Lampiran


Dokumen yang terkait

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

UPAYA PENINGKATAN “ORIENTASI REALITA”PENGENALAN ORANG PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM MELALUI INTERVENSI TERAPI AKTIVITAS INDIVIDU DI RUANG MELATI RSJ.DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG. TAHUN 2012

1 50 16

UPAYA HUMAS PEMERINTAH DALAM MENGATASI KRISIS KEPERCAYAAN (Studi pada Humas Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pacitan pasca kecelakaan beruntun di Pantai Klayar)

0 38 42

E RB E DA AN P E RI L AKU S E KS UA L RE M AJA YA NG M E NGI KUT I DA N T I DA K M E NGI KUT I P USAT I NF ORM ASI DA N KO S E L I NG RE M AJA ( P I K R ) P AD A RE M AJA S M U DI KAB UP AT E N JE M B E R

0 21 18

HUBUN GAN AN TAR A KUA LITAS P ELAYA NA N DA N P ROMOTION MIX (BERD ASARKAN P ERSE P S I P ASIEN) DE NGAN P ROSES P ENGAM BILAN KEP UT USAN P ASIEN DA LAM P EM AN F AA TAN P ELAY AN AN RA WAT INAP DI RSD KAL IS AT

0 36 20

HUBUNGAN BENTUK S KELET ENDOMORFI K DENGAN MATURI TAS TULANG ULNA PADA ANAK LAKI-LAKI USIA 14 TAHUN

0 55 15

JAR AK AT AP P UL P A T E RHAD AP T E P I I N S I S AL GI GI I NSI S I VU S S E NT RA L P E RM AN E N RA HAN G AT AS P AD A S UB RA S DE UT ROM E L AY U ( T in j au an L ab or at o r is d an Radi ol ogis )

0 35 16

Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Kelas 1 S Rositawaty Aris Muharam 2008

0 27 147

PREDIKSI PERUBAHAN GARIS PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM GENESIS (Studi Kasus Pantai Kelapa Rapat Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung)

8 32 51

S 1 Teknik Kimia

0 11 2