Strategi pengelolaan perikanan Strategi Pengelolaan Kawasan

keterampilan dalam hal pengolahan hasil perikanan. Pengelolaan perikanan dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan berkoordinasi dengan masyarakat sekitar dimana dalam hal ini adalah nelayan. 1 Perbaikan armada perikanan Perbaikan armada perikanan yang ddapat dilakukan yaitu pengecetan, pembersihan dan pemberian tempat duduk di kapal. Pemberian tempat duduk tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan nelayan untuk membawa wisatawan menikmati wisata memancing di laut. Perbaikan armada dapat memperlancar aktivitas nelayan dalam menangkap ikan tidak ada alat tangkap yang rusak. 2 Peningkatan keterampilan dalam pengolahan hasil perikanan Hasil tangkapan yang diperoleh nelayan selama ini langsung dijual dalam bentuk segar. Harga ikan dalam bentuk segar lebih murah dibandingkan harga ikan yang sudah diolah. Oleh karena itu perlu diberikan keterampilan pengolahan hasil perikanan. Pengolahan yang dilakukan dapat berupa pengolahan hasil menjadi nuget, bakso skala rumah tangga dengan melibatkan keluarga nelayan dan masyarakat sekitar maupun pengolahan dalam bentuk makanan kuliner yang khas. Makanan kuliner tersebut dapat dijual di kios makanan yang nantinya dapat dinikmati oleh wisatawan. Adanya makanan kuliner yang khas dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. 3 Pengembangan pemasaran Nelayan melakukan aktivitas penangkapan one day fishing yang artinya penangkapan harian. Dalam sehari aktivitas penangkapan dilakukan selama enam jam dengan area penangkapan di perairan sekitar Watukarung Lampiran 39. Selama ini penjualan dimonopoli oleh tengkulak sehingga harga jual produk tidak terlalu tinggi. Oleh karena itu pihak pengelola perlu melakukan pengaturan pasar sehingga harga tidak merugikan nelayan. Selain itu pemerintah dapat turun tangan supaya tengkulak tidak memonopoli pemasaran ikan segar. Apabila pengolahan hasil perikanan sudah dilakukan, perlu dikembangkan pemasaran untuk hasil olahan tersebut misalnya sebagai oleh-oleh khas wisatawan. 5.8.2 Strategi pengelolaan wisata pantai 5.8.2.1 Strategi pengelolaan wisata di Kawasan Srau Kawasan wisata Srau dikelola oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga. Pengelolaan dengan melibatkan masyarakat sekitar untuk membantu menjaga kawasan, menjaga loket masuk dan menjual makanan di kios makanan. Selain melibatkan masyarakat sekitar, pengelolaan juga perlu melibatkan Dinas Pekerjaan Umum untuk perbaikan infrastruktur jalan menuju kawasan. Hal tersebut dilakukan karena beberapa ruas jalan ada yang mengalami kerusakan sehingga cukup mengganggu perjalanan wisatawan. 1 Penyediaan dan perbaikan fasilitas Ketersediaan fasilitas yang belum memadai berpengaruh terhadap tingkat kepuasan wisatawan. Fasilitas yang ada juga tidak dirawat dengan baik sehingga menurunkan kenyamanan bagi pengunjung. Perlu dilakukan perbaikan dan penambahan fasilitas seperti tempat sampah, tempat duduk dan toilet. Tempat sampah dapat ditempatkan di tepi pantai dengan jumlah yang cukup banyak sehingga wisatawan tidak membuang sampah sembarangan. Selain itu perlu juga penyediaan penginapan. Penginapan tidak perlu terlalu bagus, namun sederhana dan bersih karena kebersihanlah yang diutamakan oleh wisatawan. 2 Perbaikan infrastruktur Kondisi jalan menuju ke lokasi wisata yang relatif sempit, beberapa berlubang, tidak dilengkapi dengan papan petunjuk arah serta penerangan jalan jalan yang mengalami kerusakan yaitu jalan menuju kawasan Srau yang terletak di Desa Candi. Beberapa ruas jalan berlubang, bahkan beberapa di tikungan ataupun belokan yang mengganggu wisatawan untuk mengunjungi kawasan. Selain itu jaringan komunikasi juga perlu ditingkatkan supaya kebutuhan wisatwan dapat terpenuhi. BTS jaringan komunikasi berada di Desa Candi dekat dengan kantor desa. Padahal posisi kawasan Srau masih cukup jauh dari kantor desa tersebut sehingga jangkauan di Kawasan Srau menjadi terbatas. Oleh karena itu perlu dilakukan penambahan BTS di sekitar kawasan Srau supaya jaringan komunikasi wisatawan menjadi lebih lancar. 3 Penyediaan penunjuk jalan dan tanda Penunjuk jalan dan tanda menuju kawasan maupun di dalam kawasan masih minim. Penunjuk jalan perlu ditambahkan jumlahnya mulai dari Pacitan Kota hingga ke kawasan. Penunjuk jalan dibuat dengan menunjukkan keterangan kurang berapa kilometer lagi menuju kawasan. Penunjuk jalan dibuat di pusat kota Kabupaten Pacitan, di Desa Sidoharjo dekat Pantai Teleng Ria, di Desa Dadapan pertigaan Dadapan, Desa Candi Pertigaan antara Kawasan Srau dan Watukarung, Desa Candi pertengahan jalan menuju kawasan Srau di Kawasan Srau yang menunjukkan posisi masing-masing pantai. Tanda di dalam kawasan pun penting supaya wisatawan lebih teratur dan nyaman. Tanda yang dibuat dapat menunjukkan tempat yang aman untuk berenang dan tidak. 4 Pelatihan untuk peningkatan SDM dan keterlibatan penjaga kawasan sebagai guide Peningkatan SDM perlu dilakukan mengingat komunikasi pegawai kawasan masih kurang. Komunikasi terutama terhadap wisatawan mancanegara. Pelatihan antara lain pelatihan bahasa yang diharapkan dapat mempermudah pegawai dalam berkomunikasi dengan wisatawan terutama wisatawan mancanegara. Hal tersebut dapat mendukung kegiatan wisata. Kawasan Srau dilakukan penjagaan untuk tiket masuk setiap hari. Pegawai kawasan selain menjaga kawasan dapat berperan juga sebagai guide perlu ada pembagian tugas. Wisatawan saat mengunjungi kawasan banyak yang tidak tahu tempat-tempat yang sesuai untuk memancing, berenang, mencari makan dan sebagainya. Oleh karena itu perlu disediakan guide untuk mendampingi ataupun menjadi penunjuk bagi wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata. Apabila penjaga kawasan tidak mampu menjadi guide, dapat menunjuk orang masyarakat sekitar yang mampu menjadi guide. Penyediaan informasi atau pengumuman untuk menghubungi nomor guide yang dapat mendampingi dalam memancing, wisata yang lain bahkan menunjukkan tepat untuk membeli makan sangat penting. Pelayanan tersebut akan membuat wisatawan terbantu dan nyaman dalam berwisata.

5.8.2.2 Strategi pengelolaan wisata di Kawasan Watukarung

Kawasan Watukarung dikelola oleh masyarakat desa setempat Desa Watukarung. Hal ini terjadi karena Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan