Small Island Resources Use for Sustainability Tourism (Case Study Sepanjang Island, Sumenep Regency, East Java Province)

i

PEMANFAATAN SUMBERDAYA PULAU KECIL UNTUK
WISATA BERKELANJUTAN
(Studi Kasus Pulau Sepanjang, Kabupaten Sumenep,
Propinsi Jawa Timur)

FERY KURNIAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pemanfaatan

Sumberdaya Pulau Kecil untuk Wisata Berkelanjutan (Studi Kasus Pulau
Sepanjang, Kabupaten Sumenep, Propinsi Jawa Timur)” adalah karya saya
sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir tesis ini.

Bogor, Desember 2011

Fery Kurniawan
NRP. C252090071

iv

v

ABSTRACT

FERY KURNIAWAN. Small Island Resources Use for Sustainability Tourism

(Case Study Sepanjang Island, Sumenep Regency, East Java Province). Under
direction of LUKY ADRIANTO and ARIO DAMAR.
The needs of coastal and marine tourism, especially in small island
continues to rise. But tourism have risk unsustainable if not planned properly and
not based on carrying capacity (CC). The aims of this study are to identify degree
of use and coastal resources management, estimated suitability and opportunity
for sustainable tourism, and measure ecological CC and sustainable tourism
management on Sepanjang Island. This study uses a hybrid analysis method that
include Participatory Rural Appraisal (PRA), tourism suitability index, Recreation
Opportunities Spectrum (ROS) and Touristic Ecological Footprint (TEF). The
results of this study indicate that the degree of resources use of Sepanjang Island
is still low and management on resources not yet optimal, although Sepanjang
Island has been set as Marine Protected Area (MPA) since 2010. Sepanjang Island
has suitability resources for tourism of beach 26.35 km, mangrove 3,319.75 ha,
seagrass 85.06 ha, snorkeling 134.95 ha and diving 107.36 ha. Sepanjang Island is
divided into 6 classes of ROS are urban 557.1260 ha (0.92%), Rural 3,086.6240
ha (19%), Frontcountry 4,104.0390 ha (6.75%), Backcountry 26,018.7110 ha
(42.80%), Remote 26,997.9960 ha (44.41%) and Wilderness 33.7920 ha (0.06%).
Whereas TEF values Sepanjang Island is 0.162504 ha with CC is 159,743 capita.
Keywords: small island tourism, sustainability, PRA, ROS, TEF


vi

vii

RINGKASAN
FERY KURNIAWAN. Pemanfaatan Sumberdaya Pulau Kecil untuk Wisata
Berkelanjutan (Studi Kasus Pulau Sepanjang, Kabupaten Sumenep, Propinsi Jawa
Timur). Dibimbing oleh LUKY ADRIANTO dan ARIO DAMAR.
Kebutuhan akan wisata pesisir dan laut khususnya di pulau kecil terus
meningkat. Wisata juga merupakan industri yang meningkat cepat di negara
berkembang. Tetapi wisata beresiko tidak berkelanjutan jika ekologi lokal dan
kapasitas kultur sosial tidak dihargai. Kearifan, baik dalam perencanaan dan
implementasi ekowisata dapat memberikan nilai konservasi dan penggunaan
sumberdaya pesisir dan laut berkelanjutan di daerah penyelenggara wisata seperti
membatasi fasilitas, akomodasi, jumlah wisatawan dan menentukan jenis aktivitas
wisata. Keberlanjutan pemanfaatan pulau kecil untuk wisata perlu dipahami
tingkat perubahan yang bisa ditoleransi dan batas sistem perubahan yang diterima.
Pulau Sepanjang yang terletak di 07° 10’ 00” LS dan 115° 49’ 00” BT dengan
luas ± 100.4010 km2 berpotensi untuk dikembangkan untuk wisata karena

memiliki potensi sumberdaya pantai dengan panjang garis pantai 106.48 km,
mangrove seluas ± 3 374.26 ha, lamun seluas ± 97.96 ha dan terumbu karang
seluas ± 390.44 ha. Untuk itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1)
mengetahui tingkat pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pesisir Pulau
Sepanjang, 2) mengestimasi kesesuaian dan peluang Pulau Sepanjang untuk
wisata yang berkelanjutan, dan 3) mengukur daya dukung ekologi dan
pengelolaan wisata Pulau Sepanjang yang berkelanjutan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Juni 2011 dengan
pendekatan sosial dan ekologi. Adapun metode yang digunakan meliputi
Participatory Rural Appraisal (PRA), indek kesesuaian wisata, Recreation
Opportunity Spectrum (ROS), zonasi dan Touristic Eclogical Footprint (TEF)
serta dikombinasikan dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG).
Pengambilan data dilakukan dengan pendekatan partisipatif dan eksploratif.
Contoh biofisik sumberdaya diambil dengan menggunakan metode tracking GPS
untuk pantai dengan 5 stasiun pengamatan, transek 50 x 50 cm untuk lamun
dengan 3 stasiun pengamatan, transek 10 x 10 m untuk mangrove dengan 5
stasiun pengamatan dan multi metode (LIT, transek kuadrat dan manta tow) untuk
terumbu karang dengan 28 stasiun pengamatan yang telah dilakukan oleh
Kangean Energi Indonesia (KEI) Ltd. tahun 2008. Keterwakilan sumber data
diperkuat dengan analisis PRA dan Citra Satelit Landsat 7ETM+. Sedangkan

untuk sosial ekonomi, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara semi
terstruktur dengan snowball sampling di 4 stasiun pengamatan (Dusun Tembing,
Panamparan, Pajan Barat dan Tanjung Kiaok) dari masyarakat pemanfaat
sumberdaya langsung dan tidak langsung, tokoh masyarakat dan stakeholders P.
Sepanjang. Untuk wisatawan, teknik pengambilan contoh dilakukan secara
accidental sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya
masih rendah dan pengelolaan terhadap sumberdaya belum optimal. Pemanfaatan
yang ada meliputi penangkapan ikan dengan pancing dan budidaya rumput laut,
sedangkan untuk pengelolaan yang dilakukan adalah dengan menetapkan kawasan

viii

perairan Pulau Sepanjang sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD)
tahun 2010 tetapi belum dibentuk unit pelaksana teknisnya, sehingga penetapan
kawasan tersebut belum memberikan fungsi dan manfaat terhadap sumberdaya
yang ada.
Pulau Sepanjang memiliki sumberdaya yang sesuai untuk wisata pantai
kategori rekreasi dengan panjang 26.35 km, wisata mangrove seluas 3 319.75 ha,
wisata lamun seluas 85.06 ha, wisata snorkeling seluas 134.95 ha dan wisata

selam seluas 107.36 ha. Pulau Sepanjang cukup berpeluang untuk dikembangkan
sebagai wisata. Dari analisis Recreation Opportunity Spectrum (ROS), Pulau
Sepanjang bisa memberikan banyak pilihan pengalaman wisata bagi wisatawan,
mulai dari kawasan yang dekat dengan akses dan masyarakat sampai dengan
daerah yang jauh dari akses dan masyarakat. Hasil analisis ROS juga
mengkelaskan kawasan Pulau Sepanjang kedalam 6 kategori, yaitu kawasan
urban seluas 557.12 ha (0.92%), rural 3 086.62 ha (5.08%), frontcountry 4 104.04
ha (6.75%), backcountry 26 018. 71 ha (42.80%), remote 26 997.99 ha (44.41%)
dan wilderness 33.79 ha (0.06%), dan dari 6 kategori kawasan tersebutlah yang
bisa memberikan peluang pengembangan wisata dengan berbagai jenis
pengalaman wisata. Peluang ini juga didukung dengan adanya kebijakan yang
memprioritaskan Pulau Sepanjang untuk wisata. Hal ini terlihat dalam rencana
tata ruang wilayah Kabupaten Sumenep.
Nilai daya dukung sumberdaya Pulau Sepanjang yang sesuai untuk
dimanfaatkan sebagai wisata, diantaranya adalah wisata pantai dengan potensi
ekologis 26.35 km dan daya dukung pemanfaatan (DDP) 105 orang/hari, wisata
mangrove dengan potensi ekologis 30.93 km dan DDP 247 orang/hari, wisata
lamun dengan potensi ekologis 85.06 ha dan DDP 340 orang/hari, wisata
snorkeling dengan potensi ekologis 134.95 ha dan DDP 540 orang/hari dan wisata
selam dengan potensi ekologis 107.36 ha dan DDP 429 orang/hari. Jadi total DDP

wisata Pulau Sepanjang adalah 1 661 orang/hari. Sedangkan dari hasil analisis
Touristic Ecological Footrint (TEF) didapatkan nilai sebesar 0.162504 ha dan
biocapacity (BC)/kapasitas lahan sebesar 25 958.91027 ha, sehingga didapatkan
daya dukung pulau sebesar 159 743 orang. Pengelolaan wisata yang berkelanjutan
di Pulau Sepanjang dapat dilakukan dengan melakukan pemanfaatan wisata
berdasarkan pada daya dukung dan zonasi wisata.
Kata kunci: wisata pulau kecil, keberlanjutan, PRA, ROS, TEF

ix

© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor Tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulisan ini tanpa mencantumkan
atau menyebut sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


x

xi

PEMANFAATAN SUMBERDAYA PULAU KECIL UNTUK
WISATA BERKELANJUTAN
(Studi Kasus Pulau Sepanjang, Kabupaten Sumenep,
Propinsi Jawa Timur)

FERY KURNIAWAN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2011

xii

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc

xiii

Judul Penelitian
Nama
NRP
Program Studi

: Pemanfaatan Sumberdaya Pulau Kecil untuk Wisata
Berkelanjutan (Studi Kasus Pulau Sepanjang, Kabupaten
Sumenep, Propinsi Jawa Timur)
: Fery Kurniawan
: C252090071
: Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan


Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Luky Adrianto, M.Sc
Ketua

Dr. Ir. Ario Damar, M.Si
Anggota
Diketahui,

Ketua Program Studi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

Tanggal ujian : 8 Oktober 2011


Tanggal lulus :

xiv

xv

PRAKATA
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat-Nya sehingga penelitian dengan judul Pemanfaatan Sumberdaya Pulau
Kecil untuk Wisata Berkelanjutan (Studi Kasus Pulau Sepanjang, Kabupaten
Sumenep, Propinsi Jawa Timur) dapat diselesaikan. Tulisan ini berisi tentang
pemanfaatan pulau kecil yang dalam hal ini mengambil kasus Pulau Sepanjang
dengan rangkaian analisis mulai dari pemanfaatan sumberdaya yang ada
menggunakan Participatory Rural Appraisal (PRA), analisis kesesuaian untuk
wisata, peluang pengelolaan wisata menggunakan Recreation Opportunity
Spectrum (ROS) dan Ecological Footprint (EF) yang menggunakan analisis
Touristic Ecological Footprint (TEF).
Harapan penelitian yang menggunakan multi analisis ini (hybrid), baik dari
pendekatan ekologi dan sosial dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan pulau
kecil untuk wisata berkelanjutan. Selain itu, kesalahan dalam implementasi
pengelolaan wisata di pulau kecil dapat dikurangi karena keputusan hanya diambil
dari satu pendekatan saja.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna untuk bisa jadi
rujukan dalam pelaksanaan penelitian, sehingga perlu adanya perbaikan dan
pengembangan baik dalam teoritis dan metodologis. Saran dan kritik sangat
diharapkan untuk penyempurnaan penelitian ini dan penulisan karya ilmiah
selanjutnya demi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bogor, Desember 2011
Fery Kurniawan

xvi

xvii

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak
yang telah mendukung terselesaikannya penelitian ini.
1. Kedua Orang Tua dan seluruh keluarga yang selalu mendukung penulis
untuk terus belajar dan berusaha.
2. Dr. Ir. Luky Adrianto, M.Sc, selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir.
Ario Damar, M.Si selaku anggota pembimbing yang sangat berperan aktif
membimbing penulis dalam rangka penyelesaian tugas akhir, memberikan
wawasan dan pendidikan yang sangat membantu dalam proses belajar serta
bagaimana memahami hidup dan berfikir cerdas.
3. Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc selaku dosen penguji luar komisi atas saran
dan masukan yang sangat berharga demi perbaikan tesis ini.
4. Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA selaku Ketua Program Studi, seluruh
staf dosen dan staf sekretariat Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
atas segala arahan, sumbangsih IPTEK, bantuan dan kerjasama yang baik
selama studi.
5. Sajogyo Institute (Sains) yang telah memberikan kesempatan untuk
melakukan proses belajar yang tak ternilai sehingga banyak sudut pandang
yang bisa dilihat dalam memahami sesuatu hal.
6. Ir. Abdul Azis Jakfar, M.Tmi dan Drs. Ec. Muh. Syarif, MS yang telah
memberikan motivasi untuk belajar, arahan masa depan, cara bekerja dan
mengambil keputusan yang baik dari sudut pandang yang berbeda.
7. Agus Romadhon, SP., M.Si, Wahyu A’idin Hidayat, Miftachul Ilmi,
Sabtana Ari, Sawiya dan Yunus sebagai tim peneliti, teman-teman kos pojok
Sendi, Aris, Joffa, M. Akbar dan Andre Bahar, dan sahabat sepermainan
dan seperjuangan Chichi Rizky dan Norita Vibriyanto, terima kasih atas
dukungannya. Serta buat Indah Sulistin Rahayu yang memberikan motivasi
baru.
8. Teman-teman Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
Lautan angkatan 16 tahun 2009 Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor (Ita Karlina, James Walalangi, Moch. Idham Shilman, Al Azhar,
Sudirman Adibrata, Syultje M. Latukolan, Rieke Kusuma Dewi, Moch.
Sayuti Djau, Mohamad Akbar, Suryo Kusumo, RM. Puji Rahardjo, Dewi
Dwi Puspitasari Sutedjo, Andi Chodijah, Yofi Mayalanda, Destilawaty
dan Aldino Akbar) terima kasih banyak atas saran, kritik dan dorongan
selama menempuh belajar bersama. Kebersamaan yang sudah dilalui akan
menjadi catatan hidup yang berharga.
9. Semua Pihak yang tidak mungkin disebutkan, yang telah membantu dan
memberikan masukan bagi penyempurnaan tesis ini.

xviii

xix

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 29 Maret 1984 dari ayah Amar
Fagi dan ibu Lilik Haryati. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara
(Ainur Rafiq Amrullah – Kakak dan Fitri Kusuma Wardani – Adik).
Pendidikan penulis diselesaikan di SDN Bangkal 2 Sumenep tahun 1996,
SMPN 2 Sumenep tahun 1999, SMAN 2 Sumenep tahun 2002 dan mendapatkan
gelar Sarjana Kelautan dari Universitas Trunojoyo tahun 2007.
Sejak kuliah dan lulus penulis banyak aktif dalam kegiatan organisasi,
pendampingan dan penelitian baik di lembaga swadaya dan dibawah lembaga
pendidikan. Pada tahun 2009 penulis berkesempatan meneruskan studi magister di
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor program studi Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Lautan, dan berhasil menyelesaikan studi pada tahun
2011.

xx

xxi

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .........................................................................................

xxiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

xxv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

xxvii

1.

PENDAHULUAN ................................................................................
1.1. Latar Belakang..............................................................................
1.2. Perumusan Masalah ......................................................................
1.3. Tujuan Penelitian ..........................................................................
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................
1.5. Kerangka Pemikiran .....................................................................

1
1
3
4
4
4

2.

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................
2.1. Pulau-pulau Kecil (PPK) ..............................................................
2.1.1. Pengertian Pulau-pulau Kecil (PPK) .................................
2.1.2. Karakteristik Pulau-pulau Kecil ........................................
2.1.3. Permasalahan Pulau-pulau Kecil .......................................
2.1.4. Pengelolaan Pulau-pulau Kecil ..........................................
2.2. Konsep Daya Dukung Pulau-pulau Kecil .....................................
2.2.1. Definisi Daya Dukung .......................................................
2.2.2. Daya Dukung Lingkungan Ekosistem Pesisir Pulaupulau Kecil .........................................................................
2.2.3. Indikator Daya Dukung Pulau-pulau Kecil .......................
2.3. Wisata ...........................................................................................
2.3.1. Definisi Wisata ..................................................................
2.3.2. Konsep Pengelolaan Wisata ..............................................
2.4. Recreation Opportunity Spectrum (ROS).....................................
2.4.1. Konsep Recreation Opportunity Spectrum (ROS) ............
2.4.2. Kondisi Peluang Rekreasi ..................................................
2.4.3. Perkembangan ROS ...........................................................
2.5. Ecological Footprint (EF) .............................................................
2.6. Sistem Informasi Geografis (SIG) ................................................
2.7. Participatory Rural Appraisal (PRA) ............................................
2.8. Citra Satelit ...................................................................................

7
7
7
9
10
10
13
13

METODOLOGI ....................................................................................
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................
3.2. Metode dan Kerangka Penelitian..................................................
3.3. Pengumpulan Data ........................................................................
3.3.1. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ................................
3.3.2. Metode Pengambilan Contoh ............................................
3.4. Analisis Data ...............................................................................
3.4.1. Analisis Spasial Citra Satelit ............................................
3.4.2. Analisis Kondisi dan Pemanfaatan Sumberdaya ..............
3.4.3. Analisis Kesesuaian untuk Wisata ....................................
3.4.4. Analisis Recreation Opportunity Spectrum (ROS) ..........

43
43
43
44
44
49
57
57
59
60
66

3.

xxi

14
14
16
16
17
21
21
24
25
30
36
38
41

xxii

3.4.5. Analisis Ecological Footprint (EF)..................................

68

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................
4.1. Profil Umum Pulau Sepanjang....................................................
4.2. Kondisi Geofisik Pulau Sepanjang .............................................
4.3. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pulau Sepanjang ..............
4.4. Kondisi dan Pemanfaatan Sumber Daya Pulau Sepanjang .........
4.4.1. Pantai ................................................................................
4.4.2. Mangrove .........................................................................
4.4.3. Lamun ..............................................................................
4.4.4. Terumbu Karang ..............................................................
4.4.5. Terestrial ..........................................................................
4.5. Kesesuaian Kawasan untuk Wisata Pesisir .................................
4.5.1. Kesesuaian Wisata Pantai ................................................
4.5.2. Kesesuaian Wisata Mangrove ..........................................
4.5.3. Kesesuaian Wisata Lamun ...............................................
4.5.4. Kesesuaian Wisata Snorkeling .........................................
4.5.5. Kesesuaian Wisata Selam ................................................
4.6. Recreation Opportunity Spectrum (ROS) ...................................
4.7. Touristic Ecological Footprint (TEF) .........................................
4.8. Peluang dan Pengelolaan Pulau Sepanjang .................................
4.8.1. Peluang Pengembangan Wisata dari Perspektif Wilayah
4.8.2. Pengelolaan Wisata Pulau Sepanjang ..............................

77
77
78
79
83
87
88
93
95
98
101
103
106
109
112
114
117
122
126
126
132

5.

KESIMPULAN ...................................................................................
5.1. Kesimpulan .................................................................................
5.2. Saran ...........................................................................................

135
135
136

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

137

LAMPIRAN ................................................................................................

149

xxiii

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Perbandingan umum ciri-ciri umum pulau oseanik (pulau kecil),
pulau kontinental dan benua ................................................................

8

2

Indikator lingkungan di pesisir dan pulau kecil ...................................

15

3

Manfaat ekonomi perjalanan dan wisata .............................................

18

4

The Spectrum of Marine Recreation Opportunity (SMRO) ................

26

5

Kategori dan kelas-kelas Water Recreation Opportunity Spectrum
(WROS) ...............................................................................................

27

6

Ringkasan karakteristik spasial dari setiap kelas ROS ........................

28

7

Komponen, jenis dan metode pengambilan data .................................

48

8

Titik stasiun pengamatan kondisi pantai..............................................

52

9

Titik stasiun pengamatan ekosistem mangrove ...................................

52

10

Titik stasiun pengamatan ekosistem lamun .........................................

53

11

Titik stasiun dan metode pengamatan terumbu karang .......................

54

12

Matriks Kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori rekreasi ........

63

13

Matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori wisata
mangrove .............................................................................................

63

Matriks kesesuaian lahan untuk ekowisata bahari kategori wisata
lamun ...................................................................................................

64

Matriks kesesuaian lahan untuk ekowisata bahari kategori wisata
snorkeling ............................................................................................

64

Matriks kesesuaian lahan untuk ekowisata bahari kategori wisata
selam ....................................................................................................

65

17

Potensi ekologis pengunjung (K) dan luas area kegiatan (Lt) .............

65

18

Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan .......................

66

19

Ringkasan karakteristik spasial dari setiap kelas ROS ........................

67

20

Yield dan Equivalence Factors tipe penggunaan lahan .......................

75

21

Sarana transportasi laut yang bisa digunakan menuju Pulau
Sepanjang.............................................................................................

78

22

Jumlah penduduk .................................................................................

79

23

Tingkat pendidikan masyarakat Pulau Sepanjang ...............................

79

24

Jenis dan luas penggunaan lahan .........................................................

80

25

Jenis dan jumlah kendaraan yang digunakan di Pulau Sepanjang .......

82

26

Distribusi jenis dan jumlah vegetasi mangrove ...................................

89

14
15
16

xxiii

xxiv

27

Distribusi jenis vegetasi mangrove indeks H’, E dan D ....................

90

28

Jenis-jenis mangrove di Pulau Sepanjang ..........................................

91

29

Sebaran jenis lamun ...........................................................................

94

30

Persentase penutupan karang, Indeks Keanekaragaman (H’),
Keseragaman (E) dan Dominasi (C) ikan karang ..............................

96

31

Jumlah jenis dan individu ikan karang ...............................................

98

32

Jenis-jenis vegetasi daratan Pulau Sepanjang ....................................

99

33

Daya dukung kawasan (DDK) dan pemanfaatan (DDP) wisata
untuk setiap jenis kegiatan wisata ......................................................

101

34

Luas dan persentase wilayah kategori ROS .......................................

117

35

Jumlah dan tipe komponen ecological footprint dari wisatawan
Pulau Sepanjang .................................................................................

124

Analisis daya dukung Pulau Sepanjang menggunakan ecological
footprint (EF) .....................................................................................

125

Analisis TOWS wisata Pulau Sepanjang ...........................................

131

36
37

xxv

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Diagram kerangka pemikiran penelitian ..............................................

6

2

Interaksi antar komponen PPK (Debance 1999) .................................

12

3

Peta konsep, kerangka dan model wisata pesisir dan laut
berkelanjutan (modifikasi dari Brown et al. 2006)..............................

21

4

Hubungan antara faktor-faktor ROS (Emmelin 2006) ........................

22

5

Diagram konseptual untuk output ROS modelling (diagram tidak
termasuk kelas urban dan rural) (Joyce dan Sutton 2009) ...................

29

6

Keterkaitan EF dengan CC (Wilson dan Anielski 2005).....................

35

7

Komponen Touristic Ecological Footprint (TEF)...............................

36

8

Alur kerangka penelitian......................................................................

45

9

Lokasi penelitian ..................................................................................

46

10

Peta sebaran sumberdaya pesisir Pulau Sepanjang ..............................

47

11

Stasiun pengamatan sumberdaya pesisir Pulau Sepanjang ..................

51

12

Stasiun pengamatan sosial ekonomi masyarakat Pulau Sepanjang .....

56

13

Ringkasan alur prosedur klasifikasi ROS ............................................

68

14

Suasana Desa Sepanjang dan Desa Tanjung Kiaok .............................

80

15

Jenis, teknik dan kawasan budidaya rumput laut Pulau Sepanjang .....

81

16

Lahan pertanian dan sarana nelayan untuk menangkap ikan dengan
memancing dan menanam rumput laut ................................................

82

17

Sarana dan prasana distribusi barang di Pulau Sepanjang ...................

83

18

Kawasan pemanfaatan sumberdaya pesisir .........................................

85

19

Kebakaran kapal tanker di perairan Pulau Sepanjang dan
penambangan karang oleh masyarakat di sekitar kepulauan ...............

86

Kayu mangrove yang dimanfaatkan dan pembuangan sampah ke
laut .......................................................................................................

87

Pantai Tembing yang telah dimanfaatkan sebagai wisata di Pulau
Sepanjang.............................................................................................

88

22

Tipologi pantai Pulau Sepanjang .........................................................

88

23

Kondisi ekosistem mangrove dan biota yang bisa ditemui di Pulau
Sepanjang.............................................................................................

90

24

Kondisi lamun Pulau Sepanjang ..........................................................

95

25

Histogram perubahan persentase karang tahun 2005 dan 2008...........

97

26

Kondisi terumbu karang Pulau Sepanjang ...........................................

97

20
21

xxv

xxvi

27

Beberapa fauna yang bisa menjadi daya tarik wisata.........................

99

28

Peta arahan wisata di Pulau Sepanjang ..............................................

102

29

Peta kesesuaian kawasan wisata pantai kategori rekreasi ..................

104

30

Kondisi pantai Pulau Sepanjang kategori sesuai ................................

105

31

Ekosistem mangrove Pulau Sepanjang ..............................................

107

32

Peta kesesuaian kawasan wisata pantai kategori mangrove ...............

108

33

Peta kesesuaian kawasan wisata bahari kategori lamun ....................

110

34

Ekosistem lamun Pulau Sepanjang kategori sesuai ...........................

111

35

Peta kesesuaian wisata bahari kategori snorkeling ............................

113

36

Kondisi terumbu karang di perairan dangkal Pulau Sepanjang .........

114

37

Peta kesesuaian kawasan wisata bahari kategori selam .....................

116

38

Kondisi terumbu karang Pulau Sepanjang di kedalaman lebih dari 3
m.........................................................................................................

117

39

Spektrum ROS ...................................................................................

118

40

Peta ROS Pulau Sepanjang ................................................................

119

41

Data kunjungan wisata tahun 2000-2010 Kabupaten Sumenep.........

129

42

Prosedur kerja pengamatan kondisi ekosistem mangrove .................

150

xxvii

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Prosedur Pengamatan Kondisi Ekosistem Mangrove ..........................

149

2

Penilaian Kondisi Ekosistem Mangrove..............................................

151

3

Prosedur Pengamatan Ekosistem Lamun.............................................

154

4

Analisis dan Penilaian Kondisi Ekosistem Lamun ..............................

155

5

Panduan Pertanyaan Wawancara Kepada Masyarakat ........................

157

6

Kuesioner Wisatawan ..........................................................................

159

7

Jenis-jenis dan Status Burung Di Pulau Sepanjang .............................

162

8

Jenis-jenis dan Status Burung Di Ekosistem Mangrove Pulau
Sepanjang.............................................................................................

165

9

Karakteristik Narasumber dari Unsur Masyarakat ..............................

166

10

Karakteristik Narasumber Wisatawan/Orang yang Pernah Ke Pulau
Sepanjang.............................................................................................

167

11

Identitas Narasumber dari Unsur Pemerintah .....................................

168

12

Perhitungan Nilai Indeks Kesesuaian Wisata Rekreasi Pantai ............

169

13

Perhitungan Nilai Indeks Kesesuaian Wisata Mangrove.....................

170

14

Perhitungan Nilai Indeks Kesesuaian Wisata Lamun ..........................

171

15

Perhitungan Nilai Indeks Wisata Snorkeling .......................................

172

16

Perhitungan Nilai Indeks Wisata Selam ..............................................

174

17

Perhitungan Daya Dukung Kawasan (DDK) dan Daya Dukung
Pemanfaatan (DDP) untuk Wisata .......................................................

176

18

Perhitungan Touristic Ecological Footprint (TEF) .............................

177

19

Perhitungan Biocapacity (BC) .............................................................

179

20

Peta Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) ................................

180

xxvii

xxviii

1

1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pengembangan pulau-pulau kecil (PPK) di Indonesia masih belum
mendapatkan perhatian yang cukup besar dari pemerintah. Banyak PPK yang
kurang optimal pemanfaatannya. Pemanfaatan PPK harus dilakukan dengan
metode yang tepat dan mempertimbangkan kemampuan atau daya dukung suatu
pulau sehingga dapat berkelanjutan.
PPK menyediakan potensi sumberdaya alam yang besar. Potensi tersebut
ditunjukkan dengan adanya keanekaragaman ekosistem seperti pada ekosistem
mangrove, lamun dan terumbu karang beserta biota yang hidup didalamnya.
Keberadaan potensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk peningkatan produksi
perikanan (perikanan tangkap dan budidaya), wisata, konservasi dan jenis
pemanfaatan lainnya. PPK rentan terhadap perubahan, oleh sebab itu diperlukan
kebijakan dalam pengelolaan yang dapat menyeimbangkan tingkat pemanfaatan
PPK untuk kepentingan ekonomi tanpa mengorbankan kebutuhan generasi yang
akan datang.
Kabupaten Sumenep sebagai kabupaten yang memiliki wilayah laut terluas
di Pulau Madura dan Propinsi Jawa Timur memiliki potensi PPK yang amat besar
dengan jumlah pulau 126 pulau (48 pulau berpenghuni dan 78 pulau tidak
berpenghuni) (Perbup Sumenep nomor 11 tahun 2006). Bagian kepulauan di
wilayah Kabupaten Sumenep mencapai 45.21% dari total luasan wilayah (2
093.457573 km2) (Bappeda Kabupaten Sumenep 2006; BPS Kabupaten Sumenep
2010). Salah satu diantara PPK yang ada di Kabupaten Sumenep adalah Pulau
Sepanjang.
Wilayah Kepulauan Sumenep merupakan daerah yang sulit berkembang
karena dimensi fisik yang dimiliki dan aksesibilitas (165 mil dari Kabupaten
Sumenep). Selama ini, pemerintah daerah belum mampu merancang bentuk
pengelolaan dan menerapkan kebijakan yang tepat bagi pemanfaatan potensi
sumberdaya laut. Tercatat 1 056 KK tergolong kedalam Pra Sejahtera dan 1 134
KK tergolong kedalam Sejahtera I dan II (Kecamatan Sapeken dalam Angka
2010), sehingga langkah konkrit sangat dibutuhkan untuk lebih memberdayakan

2

wilayah kepulauan menjadi kawasan yang lebih menguntungkan dari aspek
ekologi, ekonomi dan sosial.
Pengelolaan harus dirancang dalam sebuah disain pembangunan yang
terpadu. Salah satu pengelolaan yang bisa dikembangkan di Pulau Sepanjang
adalah wisata. Hal ini karena Pulau Sepanjang memiliki potensi dan ekosistem
yang khas dan unik serta kekayaan khasanah budaya. Adanya wisata di Pulau
Sepanjang diharapkan akan menumbuhkan sektor-sektor ekonomi lain yang
menjanjikan baik perdagangan dan jasa (hotel/penginapan, kuliner, persewaan,
dan lain-lain) secara berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan ekonomi
masyarakat baik secara langsung dan tidak langsung.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumenep tahun 2009-2029
dan dalam dokumen Penyusunan Rencana Tata Ruang Gugus Pulau Kangean
(Madura), Pulau Sepanjang direkomendasikan untuk dikembangkan sebagai
wisata. Tetapi di dalam zonasi wilayah kepulauan Kabupaten Sumenep, Pulau
Sepanjang direkomendasikan sebagai agropolitan (Bappeda Kabupaten Sumenep
2009 dan DKP 2005).
Wisata dimulai sejak tahun 1960an. Ditandai dengan naiknya penerbangan
sipil yang mencapai puncak pertamanya pada tahun 1980, ketika 71 762
wisatawan datang kekepulauan (MTCA 2001 in Gössling 2002). Wisata juga
merupakan industri yang meningkat cepat di negara berkembang (Cleverdon dan
Kalisch 2000). Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan wisata pesisir dan laut
terus meningkat.
Wisata beresiko menjadi tidak berkelanjutan jika sistem ekologi dan
kapasitas kultur sosial tidak dihargai (Wall 1997 in Teh dan Cabanban 2007).
Kearifan, baik dalam perencanaan dan implementasi ekowisata dapat memberikan
konservasi dan penggunaan sumberdaya pesisir dan laut berkelanjutan di daerah
penyelenggara wisata (White dan Rosales 2001 in Teh dan Cabanban 2007).
Didalam keberlanjutan pemanfaatan PPK untuk wisata perlu dipahami
tingkat perubahan yang bisa ditoleransi seperti Konsep Daya Dukung/Carrying
Capacity Concept (CCC) dan batas Sistem Perubahan yang Diterima/Acceptable
Change System (LAC) (O’Reilly 1986 dan McCool 1994 in Gössling at al. 2002).
Ecological Footprint Analysis (EFA) dapat dijadikan konsep dalam mengkaji

3

keberlanjutan wisata dan menguji hipotesis ekowisata sebagai keberlanjutan dari
wisata (Gössling 2002).
1.2. Perumusan Masalah
Letak yang jauh dari pulau utama dan aksesibilitas yang rendah membuat
Pulau Sepanjang menjadi terisolasi. Hal ini yang membuat kurangnya perhatian
terhadap keberadaan sumberdaya pulau kecil. Kurangnya perhatian ini yang
menyebabkan terbatasnya informasi tentang potensi yang ada dan yang bisa
dikembangkan serta pengelolaan yang telah dilakukan.
Keberadaan potensi sumberdaya yang beranekaragam dapat memberikan
manfaat baik secara ekologi dan ekonomi. Manfaat tersebut akan dapat diterima
jika dikelola secara baik dan benar berdasarkan konsep pengelolaan yang
komperehensif dengan mempertimbangkan daya dukung yang dimiliki baik
biofisik dan sosio-ekonomi. Jika melebihi batas tersebut dan pembangunan yang
tidak direncanakan pasti akan mengarah terhadap degradasi lingkungan atau
konflik sosial (Wong 1991).
Pengelolaan yang dilakukan hendaknya juga perlu mempertimbangkan
aspek pemanfaatan masyarakat yang sudah ada, agar tidak terjadi konflik
pemanfaatan. Salah satu cara yang dilakukan dengan melakukan zonasi yang tepat
sesuai dengan daya dukung yang ada dan kearifan lokal, sehingga keharmonisan
ekologi, sosial dan ekonomi dapat tercapai. Pemanfaatan yang dianggap ramah
lingkungan dan memiliki manfaat sosial ekonomi adalah wisata.
Wisata melalui pendekatan ekologis yang ramah, secara ekonomi layak dan
diterima secara sosial dapat memberikan nilai positif bagi masyarakat lokal
terutama sektor ekonomi. Selain itu, perencanaan dan implementasi wisata dengan
benar akan dapat berkontribusi terhadap konservasi dan pemanfaatan sumber daya
kelautan dan darat berkelanjutan di host tujuan (White dan Rosales 2001 in Teh
dan Cabanban 2007).
Berdasarkan uraian di atas, maka kajian yang dibutuhkan dalam
pemanfaatan sumberdaya di Pulau Sepanjang adalah:
1. Tingkat pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pesisir Pulau Sepanjang
saat ini.
2. Kesesuaian dan peluang yang dimiliki Pulau Sepanjang untuk wisata.

4

3. Daya dukung ekologi dan pengelolaan wisata Pulau Sepanjang.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pesisir Pulau
Sepanjang.
2. Mengestimasi kesesuaian dan peluang Pulau Sepanjang untuk wisata yang
berkelanjutan.
3. Mengukur daya dukung ekologi dan pengelolaan wisata Pulau Sepanjang yang
berkelanjutan.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi dasar dan
bahan perumusan dalam perencanaan pembangunan pulau-pulau kecil (PPK)
secara berkelanjutan untuk wisata pesisir dan laut di Pulau Sepanjang. Selain itu
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan atau acuan
bagi semua pihak.
1.5. Kerangka Pemikiran
Ketergantungan masyarakat di pulau kecil terhadap sumberdaya pesisir dan
laut cukup besar, hal ini juga terkait dengan akses yang terbatas dan jarak yang
jauh dengan daratan utamanya (mainland), begitu juga dengan Pulau Sepanjang.
Potensi besar yang dimiliki oleh Pulau Sepanjang masih belum banyak
termanfaatkan dan dikelola secara optimal baik sumberdaya pantai, mangrove,
lamun dan terumbu karang.
Pemanfaatan sumberdaya di pulau kecil secara langsung sangat rentan untuk
tidak berkelanjutan, apalagi pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan seperti
penebangan mangrove, penggunaan bom dan potasium. Alternatif pemanfaatan
yang bisa menjadi jalan keluar untuk kesejahteraan masyarakat yang
berkelanjutan adalah pemanfaatan yang berbasis pada jasa sumberdaya seperti
wisata.
Keterkaitan aktivitas masyarakat (sosial) terhadap ekologi yang ada di
daerah tempat tinggalnya membuat sistem yang erat (sistem sosial-ekologi).

5

Untuk itu didalam konsep pengelolaan berkelanjutan tidak boleh lepas satu sama
lain. Pengelolaan perlu disesuaikan dengan karakteristik jasa ekosistem Pulau
Sepanjang

yang

memiliki

nilai

ekonomi

dan

ekologi

penting

dalam

pengembangannya.
Potensi sumberdaya yang khas, indah dan unik sangat berpeluang untuk
pengembangan wisata, sehingga ekonomi Pulau Sepanjang tidak hanya
pemanfaatan langsung dan bergantung pada sektor perikanan yang tergantung
pada musim dan membutuhkan modal yang cukup besar. Berkembangnya wisata
di Pulau Sepanjang akan diiringi dengan berkembangnya sektor-sektor ekonomi
lainnya, terutama sektor-sektor penunjang wisata secara langsung.
Upaya

pemanfaatan

wisata

yang

berkelanjutan

hendaknya

tidak

mendasarkan pada satu analisis dan pendekatan saja, namun perlu dilakukan
dengan analisis dan pendekatan multi (multiple approach). Terdapat tiga
pendekatan dalam pengelolaan wisata yang berkelanjutan, yaitu pendekatan
ekologi, sosial dan ekonomi. Dalam penelitian ini digunakan dua pendekatan
campuran (hybrid), yaitu pendekatan ekologi dengan menggunakan analisis daya
dukung dan Ecological Footprint (EF), dan pendekatan sosial dengan
menggunakan analisis Recreation Opportunity Spectrum (ROS).
Selain itu, untuk parameter biofisiknya didasarkan pada kesesuaian
sumberdaya untuk setiap jenis aktivitas wisata. Hal ini juga terkait dengan
ketersediaan ruang yang ada di suatu kawasan, sehingga dapat diukur besaran
potensi dan aktivitas yang bisa dilakukan agar tidak melebihi daya dukung yang
dimiliki oleh Pulau Sepanjang.
Analisis daya dukung pemanfaatan dan pengelolaan wisata di Pulau
Sepanjang menggunakan luas potensi pemanfaatan kawasan (DDP) dan
Ecological Footprint untuk wisata (TEF) yang dibandingkan dengan Biocapacity
(BC), sedangkan untuk mengetahui seberapa besar peluang wisata digunakan
pendekatan ROS. ROS dapat dijadikan dasar didalam menyusun pengelolaan yang
harus dilakukan di Pulau Sepanjang untuk kegiatan wisata terkait dengan aktivitas
sosial, pilihan pengalaman wisata dan fasilitas.
Hasil interpretasi dari analisis kesesuaian wisata dan ROS akan dibentuk
sebagai zonasi wisata pulau kecil yaitu Pulau Sepanjang. Semua hasil dari alat

6

analisis yang dilakukan kemudian disusun untuk dijadikan sebagai pedoman
pengelolaan Pulau Sepanjang. Diagram kerangka pikir penelitian dapat dilihat
pada Gambar 1.

Sistem Sosial-Ekologi
Pulau Sepanjang

Ecological
Importances

Karakteristik Jasa Ekosistem
untuk Wisata Pesisir dan Laut

Recreation
Opportunity
Spectrum (ROS)

Economic
Importances

Analisis Kesesuaian

Feedback and
Response

Kesesuaian Wisata
Pulau-pulau Kecil
Analisis Sistem
Informasi Geografis
(SIG)
Zonasi Wisata
Pulau-pulau Kecil
Analisis Ecological
Footprint (TEF)
Daya Dukung Wisata

Pengelolaan Pulau Sepanjang
sebagai Kawasan Wisata

Gambar 1 Diagram kerangka pemikiran penelitian

7

2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pulau-pulau Kecil (PPK)
2.1.1. Pengertian Pulau-pulau Kecil (PPK)
Pulau-pulau kecil (PPK) didefinisikan berdasarkan dua kriteria utama yaitu
luasan pulau dan jumlah penduduk yang menghuninya. Definisi pulau-pulau kecil
yang dianut secara nasional sesuai dengan Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan nomor 41 tahun 2000 jo. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
nomor 67 tahun 2002 adalah pulau yang berukuran kurang atau sama dengan 10
000 km2, dengan jumlah penduduk kurang atau sama dengan 100 000 jiwa
(Permen Budpar nomor 67 tahun 2004). Di samping kriteria utama tersebut,
beberapa karakteristik pulau-pulau kecil adalah secara ekologis terpisah dari pulau
induknya (mainland island), memiliki batas fisik yang jelas dan terpencil dari
habitat pulau induk, sehingga bersifat insular; mempunyai sejumlah besar jenis
endemik dan keanekaragaman yang tipikal dan bernilai tinggi; tidak mampu
mempengaruhi hidroklimat; memiliki daerah tangkapan air (catchment area)
relatif kecil sehingga sebagian besar aliran air permukaan dan sedimen masuk ke
laut serta dari segi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat pulau-pulau kecil
bersifat khas dibandingkan dengan pulau induknya.
Menurut Undang-undang nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Pasal 1, pulau kecil adalah pulau dengan
luas lebih kecil atau sama dengan 2 000 km2 beserta kesatuan ekosistemnya.
UNCLOS (United Nations Convention of the Law on the Sea) (1982) bab VIII
pasal 121 ayat 1 mendefinisikan pulau kecil adalah massa daratan yang terbentuk
secara alami, dikelilingi air dan selalu berada/muncul di atas permukaan air
pasang tertinggi, mampu menjadi habitat dan memberikan kehidupan dan
dimensinya lebih kecil dari daerah daratan.
Pulau dapat dikelompokkan atas dua kelompok, yaitu pulau oseanik dan
pulau kontinental (sering disebut sebagai pulau besar). Pulau oseanik dapat dibagi
atas dua kategori, yaitu pulau vulkanik dan pulau koral/karang (Bengen dan
Retraubun 2006). Karakteristik pulau oseanik, pulau kontinental dan benua secara
lengkap disajikan pada Tabel 1.

8

Tabel 1 Perbandingan umum ciri-ciri umum pulau oseanik (pulau kecil), pulau
kontinental dan benua
PULAU OSEANIK















Jauh dari benua
Dikelilingi oleh laut
luas
Area daratan kecil
Suhu udara stabil
Iklim sering berbeda
dengan pulau
kontinental terdekat
Umumnya karang atau
vulkanik
Sedikit mineral penting
Tanahnya
porous/permeabel
Keanekaragaman
rendah
Pergantian spesies
cukup tinggi
Tingginya pemijahan
massal hewan laut
bertulang belakang

Sedikit sumberdaya
daratan
 Sumberdaya laut lebih
penting
 Jauh dari pasar
Sumber: Salm et al. (2000)

PULAU KONTINENTAL
Karakteristik Geografis
 Dekat dengan benua
 Dikelilingi sebagian
oleh laut yang sempit
 Area daratan besar









Suhu agak bervariasi
Iklim mirip benua
terdekat

Karakteristik Geologi
 Sedimen atau
metamorphosis
 Beberapa mineral
penting
 Beragam tanahnya

BENUA





Karakteristik Biologi
 Keanekaragaman hayati
sedang
 Pergantian spesies agak
rendah
 Seringnya pemijahan
massal hewan laut
bertulang belakang
Karakteristik Ekonomi
 Sumberdaya daratan
agak luas
 Sumberdaya laut lebih
penting
 Lebih besar pasar









Area daratan sangat
besar
Suhu udara bervariasi
Iklim musiman

Sedimen atau
metamorphosis
Beberapa mineral
penting
Beragam tanahnya

Keanekaragaman hayati
tinggi
Pergantian spesies
biasanya rendah
Sedikit pemijahan
massal hewan laut
bertulang belakang
Sumberdaya daratan
luas
Sumberdaya laut sering
tidak penting
Pasar relatif mudah

Berlandaskan kepentingan hidrologi (ketersediaan air tawar), para ilmuwan
menetapkan pulau kecil dengan ukuran kurang dari 1 000 km2 atau lebarnya
kurang dari 10 km (Diaz dan Huertas 1986).

Batasan pulau kecil juga

dikemukakan dalam pertemuan CSC 1984, yang menetapkan pulau kecil adalah
pulau dengan luas area maksimum 5 000 km2.

Namun pada kenyataannya,

banyak pulau yang berukuran antara 1 000-2 000 km2 memiliki karakteristik dan
permasalahan yang sama dengan pulau yang berukuran kurang dari 1 000 km2,
sehingga terjadi perubahan bahwa batasan pulau kecil menurut UNESCO (1991)

9

adalah pulau yang luasnya kurang atau sama dengan 2 000 km2. Bengen dan
Retraubun (2006), menggunakan batasan yang sama, dengan jumlah penduduk
kurang atau sama dengan 20 000 jiwa.
Berdasarkan morfogenesa dan potensi sumberdaya air, pulau–pulau kecil
dapat diklasifikasikan atas 2 kelompok yaitu pulau dataran dan kelompok pulau
berbukit. Secara topografi pulau daratan terdiri dari 3 (tiga) kelompok yaitu pulau
alluvium, pulau karang (koral) dan pulau atol sedangkan pulau berbukit
dikelompokan kedalam 5 (lima) golongan yaitu pulau vulkanik, pulau tektonik,
pulau teras terangkat, pulau petabah dan pulau genesis campuran. Berdasarkan
tipe dan asal pembentukannya, pulau-pulau kecil dibedakan menjadi pulau benua,
pulau vulkanik dan pulau karang sedangkan berdasarkan karakteristik pulau-pulau
kecil juga diartikan sebagai wilayah daratan yang terbentuk secara alami yang
dikelilingi oleh air laut dan selalu berada di atas permukaan air pada waktu air
pasang (UNCLOS 1982).
2.1.2. Karakteristik Pulau-pulau Kecil
Karakteristik ekonomi dari PPK adalah tingkat ketergantungan yang tinggi
dari bantuan atau subsidi dari pihak luar dalam hal ini pemerintah pusat.
Karakteristik penting lain dari PPK yang terkait dengan pengembangan ekonomi
wilayah adalah tingkat insularitas atau terpencil jauh dari daratan induknya
(mainland). Persoalan ekonomi PPK yang terkait dengan insularitas, terutama
berhubungan dengan persoalan transportasi dan komunikasi, lingkungan ekonomi
yang cenderung monopolistic, melimpahnya sumberdaya alam kelautan dan
dominasi sektor jasa (Adrianto 2005).
Karakteristik lain adalah PPK sangat rentan terhadap bencana alam (natural
disasters) seperti angin topan, gempa bumi dan banjir (Briguglio 1995). Dalam
kacamata ekonomi, Adrianto dan Matsuda (2004) menjelaskan dampak bencana
alam terhadap ekonomi di PPK sangat besar sehingga menyebabkan tingkat resiko
di PPK menjadi tinggi pula. Beberapa sumber ancaman utama dari aktivitas
manusia antara lain: 1) kerusakan karena perahu/kapal, 2) reef-walking,
snorkeling dan diving, 3) pemancingan, 4) aktivitas konstruksi di karang dan
sekitarnya, dan 5) polusi dan peningkatan sedimen (Yulianda et al. 2010).

10

2.1.3. Permasalahan Pulau-pulau Kecil
Hall (1999) in Adrianto (2005) membagi persoalan lingkungan yang ada di
PPK kedalam 2 (dua) persoalan yaitu 1) persoalan lingkungan secara umum
(common environmental problems), persoalan ini hampir terjadi di seluruh PPK di
dunia yaitu limbah lokal, perikanan, penggunaan lahan, kehutanan dan persoalan
hak ulayat pula; 2) persoalan lingkungan lokal (local environmental problems)
yang terdiri dari hilangnya tanah (soil loss) baik secara fisik maupun kuantitas,
kekurangan air (water shortage), limbah padat dan bahan kimia beracun.
Kehilangan tanah baik dalam arti fisik maupun kualitas (kesuburan) terjadi karena
erosi yang juga terjadi di berbagai wilayah lainnya. Akan tetapi di PPK dampak
dari masalah di atas sangat terasa bagi masyarakat hal ini dikarenakan luas
wilayah yang sangat sempit.
Menurut Hein (1990), agar kegiatan ekonomi di PPK mendapat skala yang
sesuai maka pengembangan sektor perdagangan menjadi sangat diperlukan,
walaupun tergantung pula pada infrastruktur yang ada di PPK tersebut. Lebih
lanjut lagi Hein (1990) mengemukakan karakteristik PPK khususnya masalah
yang terkait dengan luas lahan (smallness) dan insularitas (insularity) dapat secara
bersama-sama memiliki efek terhadap kebijakan ekonomi pembangunan wilayah
PPK. Terkait dengan ukuran luas fisik PPK memiliki peluang ekonomi yang
sangat terbatas khususnya ketika berbicara tentang skala ekonomi (economics of
scale). Berdasarkan dengan karakteristik ukuran luas fisik PPK, maka kegiatan
ekonomi yang mungkin adalah kegiatan ekonomi yang terspesialisasi dengan daya
dukung di PPK tersebut.
2.1.4. Pengelolaan Pulau-pulau Kecil
Awal pengelolaan PPK di Indonesia dilakukan sejak berdirinya Departemen
Kelautan dan Perikanan. Setiap pulau memiliki format pengelolaan yang berbeda
disesuaikan dengan latar geografisnya, kara