52
4.4 Pengukuran Nilai Hamburan
Tinggi rendahnya nilai kontras dipengaruhi oleh besarnya hamburan. Pada tegangan yang sama, besarnya intensitas hambur, N
s
, untuk citra yang diambil secara konvensional hasilnya lebih besar dibandingkan intensitas hambur dengan
air gap. Penggunaan air gap yang berarti pemberian jarak dari sumber ke detektor meyebabkan pengurangan hamburan sinar X. Nilai N
s
yang tinggi akan mengurangi besarnya nilai kontras yang dihasilkan. Dapat kita lihat pada data
konvensional tabel 4.2 dimana nilai N
s
nya yang tinggi menyebabkan nilai-nilai kontrasnya lebih rendah dibandingkan pada air gap. Hal ini terjadi baik untuk
tegangan 60 kVp, 80 kVp maupun 100 kVp. Pada tabel 4.3 berikut ditunjukkan nilai-nilai intensitas hambur yang muncul pada tegangan 60 kVp, 80 kVp dan 100
kVp dengan pemakaian timbal yang divariasi lebarnya.
Tabel 4.3. Nilai-nilai intensitas hambur pada masing-masing lebar timbal. v=60 kVp
v=80 kVp v=100 kVp
N
s
N
s
N
s
lebar timbal
mm konv
air gap konv
air gap konv
air gap 1
56,122 1,378 7,9480,493 183,9047,213 45,0870,491 374,16718,736 107,230,767
2 42,878
2,213 7,040,256 149,1212,844 42,4371,738 292,2279,729 99,1030,742
3 38,768
3,667 7,0320,518 123,3247,601 39,681,256 244,9936,378 92,6231,649
4 26,462
2,119 6,4130,284 95,76610,131 36,6360,942 188,568,907 91,8230,364
5 24,403
3,708 6,3900,345 82,4868,791 35,8571,234 159,4136,876 87,4730,671
Dari tabel 4.3 di atas, nilai intensitas hambur terendah diperoleh pada tegangan 60 kVp dengan pemakaian air gap. Nilainya berkisar antara 6,390
0,345 sampai dengan 7,948
0,493.
53
1 2
3 4
5 40
80 120
160 kVp60
kVp80 kVp100
linear fit
In te
n si
ta s
h am
b u
r
Lebar timbal mm
Gambar 4.6a. Grafik hubungan antara lebar timbal mm dan intensitas hambur dengan Air Gap.
1 2
3 4
5 1 5 0
3 0 0 4 5 0
6 0 0 k V p 6 0
k V p 8 0 k V p 1 0 0
lin e a r fit
In te
n si
ta s
h am
b u
r
L e b a r tim b a l m m
Gambar 4.6b. Grafik hubungan antara lebar timbal mm dan intensitas hambur, N
s
, secara konvensional.
Pada gambar 4.6a dan 4.6b, timbal digunakan sebagai sarana untuk mengukur intensitas hambur yang muncul ketika berkas sinar X mengenai bidang phantom.
Dari interpolasi grafik dengan menggunakan linear fit diperoleh nilai-nilai N
s
untuk lebar timbal 0 mm, yang berarti diperoleh nilai N
s
yang sebenarnya. Ditunjukkan pada tabel berikut:
54
Tabel 4.4a. Nilai-nilai intensitas hambur, N
s
pada masing-masing tegangan. Ns
Tegangan, V kVp
air gap konvensional
60 8,089
0,145 61,683
1,809
80 47,217
0,389 203,777
3,668
100 109,689
1,331 411,824
8,726
Pada tabel 4.4a besarnya intensitas hambur, N
s
, pada data konvensional jauh lebih besar dibanding dengan penggunaan air gap.
60 70
80 90
100 150
300 450
600 Nsag
Nskonv
In te
n si
ta s
h am
b u
r
Tegangan kVp
Gambar 4.7. Grafik hubungan antara tegangan kVp dan intensitas hambur, N
s.
Keterangan: Nsag
: Intensitas hambur dengan air gap Nskonv : Intensitas hambur secara konvensional
55 Pada gambar 4.7, semakin tinggi tegangan yang diberikan, nilai-nilai N
s
nya semakin tinggi. Hal ini terjadi baik dengan penggunaan air gap maupun secara
konvensional. Sedangkan nilai intensitas hambur yang diperoleh dengan menggunakan grid pada kondisi yang sama dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Tabel 4.4b. Nilai-nilai intensitas hambur, N
s
dengan menggunakan grid Agus Hartanto, 2003.
Tegangan, V kVp
Ns 60
8,870±0,170
80
50,060±0,620
100
129,570±0,770
Dari tabel 4.4b, pemakaian grid memberikan nilai intensitas hambur yang tidak jauh berbeda dengan pemakaian air gap. Pada kondisi ini, hamburan yang terjadi
pada citra untuk tegangan 60 kVp, 80 kVp maupun 100 kVp dapat dikurangi dengan pemakaian anti hambur grid atau air gap.
Besarnya intensitas hambur bisa juga ditampilkan dalam bentuk fraksi hambur, SF. Perhitungan untuk masing-masing nilai SF, persamaan 19, baik untuk
air gap maupun konvensional didapatkan dari perbandingan intensitas foton yang ada di belakang timbal N
s
dengan intensitas di sekitar timbal N
p
+N
s
. Gambar 4.8a dan 4.8b menunjukkan grafik hubungan antara lebar timbal dan nilai SF
phantom pada tegangan 60 kVp, 80 kVp dan 100 kVp.
56
Tabel 4.5. Nilai-nilai fraksi hambur, SF pada masing-masing lebar timbal.
v=60 kVp v=80 kVp
v=100 kVp SF
SF SF
lebar timbal
mm konv
air gap konv
air gap konv
air gap 1
0,349 0,011 0,2090,013 0,3530,014 0,2170,003 0,3810,019 0,2190,002
2 0,262
0,014 0,1920,007 0,2820,024 0,2050,008 0,2970,012 0,2050,002
3 0,235
0,023 0,1910,014 0,2420,017 0,1980,007 0,2530,009 0,1940,004
4 0,168
0,014 0,1720,007 0,1930,021 0,1820,005 0,2050,012 0,1920,001
5 0,155
0,024 0,1710,009 0,1700,019 0,1790,007 0,1790,009 0,1860,002
1 2
3 4
5 0 ,1 8
0 ,2 0 0 ,2 2
0 ,2 4 k V p 6 0
k V p 8 0 k V p 1 0 0
lin ear fit
F ra
k si
h am
b u
r
L eb ar tim bal m m
Gambar 4.8a. Grafik hubungan antara lebar timbal dan fraksi hambur phantom dengan air gap.
57
1 2
3 4
5 0 ,1 4
0 ,2 1 0 ,2 8
0 ,3 5 0 ,4 2
0 ,4 9 k V p 6 0
k V p 8 0 k V p 1 0 0
lin e a r fit
F ra
k si
h am
b u
r
L e b a r tim b a l m m
Gambar 4.8b. Grafik hubungan antara lebar timbal dan fraksi hambur phantom secara
konvensional.
Dari grafik 4.8a dan 4.8b ini, besarnya fraksi hambur pada tegangan 60 kVp lebih kecil dibanding pada dua tegangan yang lain. Dari interpolasi grafik dengan
menggunakan linear fit, didapatkan SF untuk lebar timbal 0 nol mm. Dengan lebar timbal 0 mm ini berarti diperoleh nilai SF yang sebenarnya, seperti
ditunjukkan pada tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6. Nilai-nilai fraksi hambur, SF yang sebenarnya. SF
Tegangan, V kVp
air gap konvensional
60 0,216
0,003 0,378
0,012
80 0,225
0,002 0,385
0,008
100 0,223
0,002 0,411
0,009
58 Berikut adalah grafik hubungan antara tegangan, V dengan nilai SF pada lebar
timbal 0 mm :
60 70
80 90
100 0,3
0,4 0,5
0,6 S Fag
S Fkon v
F ra
k si
h am
b u
r
T egangan kV p
Gambar 4.9. Grafik hubungan antara tegangan, V, dengan fraksi hambur, SF pada lebat
timbal = 0 mm.
Keterangan: SFag
: Besarnya fraksi hambur yang diperoleh dengan menggunakan air gap SFkonv : Besarnya fraksi hambur yang diperoleh secara konvensional
Dari grafik 4.9, nilai SF air gap dengan lebar timbal = 0 mm pada tegangan 60 kVp dan 80 kVp adalah sebesar 0,216
0,003 dan 0,2250,002. Tetapi pada 100 kVp diperoleh sebesar 0,223
0,002. Terlihat tidak ditunjukkan kelinearitasan hubungan antara tegangan, V dengan nilai SF. Hal ini bisa disebabkan karena:
ketika tegangan 100 kVp diberikan, energi rata-ratanya semakin tinggi dibandingkan pada tegangan 60 kVp dan 80 kVp. Bila energi makin tinggi, sudut
hambur yang dibentuk semakin kecil, maka ada sinar hambur yang bercampur dengan sinar primer. Sinar hambur ini ikut terdeteksi bersamaan dengan sinar
59 primer. Hal ini menyebabkan fraksi hamburnya mengecil. Tetapi keadaan ini
hanyalah pengasumsian saja. Lebar timbal 0 mm adalah untuk mengasumsikan bahwa seandainya timbal tersebut tidak ada. Keadaan serupa dijumpai pada grafik
4.8a. Kita perhatikan pada saat lebar timbal 3 mm, nilai SF pada V = 100 kVp, yaitu sebesar 0,194
0,004 lebih kecil dibandingkan pada V = 80 kVp yaitu sebesar 0,198
0,007. Selain karena alasan di atas, hal ini bisa juga disebabkan karena adanya fluktuasi dari intensitas sinar X.
Besarnya hamburan sebanding dengan tegangan yang diberikan. Nilai- nilai hamburan pada tegangan 100 kVp lebih tinggi dibandingkan dengan nilai-
nilai hamburan pada tegangan 60 kVp dan 80 kVp. Sedangkan nilai-nilai hamburan pada tegangan 80 kVp sendiri juga lebih tinggi dibandingkan pada
tegangan 60 kVp. Hal ini mengakibatkan kontras yang dihasilkan menjadi rendah ketika tegangan dinaikkan. Dapat ditunjukkan pada gambar berikut:
8 1 0
1 2 1 4
1 6 1 8
2 0 0 ,2
0 ,4 0 ,6
0 ,8 1 ,0
k V p 6 0 k V p 8 0
k V p 1 0 0
K o
n tr
as
K e d a la m a n lu b a n g m m
Gambar 4.10a. Grafik hubungan antara kedalaman lubang dan kontras pada diameter 6
mm dengan Air Gap.
60
8 10
12 14
16 18
20 0,2
0,4 0,6
0,8 1,0
kVp60 kVp80
kVp100
K o
n tr
as
Kedalaman lubang mm
Gambar 4.10b. Grafik hubungan antara kedalaman lubang dan kontras pada diameter 6
mm secara konvensional.
Pada gambar 4.10a dan 4.10b kontras yang baik diperoleh pada tegangan 60 kVp.
4.5 Pengukuran Nilai Transmisi