4.3.1. Karakteristik Lahan
Hasil identifikasi contoh tanah di daerah pengembangan tanaman jarak pagar di Nusa Penida menunjukkan adanya variasi kandungan berbagai jenis unsur hara
pada tiga lokasi pengambilan contoh. Yang menonjol dari hasil analisis kandungan hara tersebut adalah kandungan kalsium yang sangat tinggi. Hasil analisis kandungan hara
disajikan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Hasil Analisis Contoh Tanah di Nusa Penida
Nilai Per Lokasi Contoh Karakteristik
Kimia Tanah Tanglad Kriteria Batumadeg Kriteria Mundi Kriteria
C 1,93
Rendah 2,45
Sedang 5,53
Sangat Tinggi
N 0,19
Rendah 0,28
Sedang 0,56
Tinggi P tersedia ppm
1,45 0,69
1,07 CEC me100g
tanah 28,55 Tinggi
45,57 Sangat
Tinggi 37,92 Tinggi
EC K 0,83
Tinggi 0,38
Sedang 0,20
Rendah Na 0,37
Rendah 0,46
Sedang 0,40
Sedang Mg 1,88
Sedang 1,45
Sedang 1,54
Sedang Ca 28,53
Sangat Tinggi
53,28 Sangat Tinggi
46,64 Sangat Tinggi
Kejenuhan basa
111,50 Sangat Tinggi
121,94 Sangat Tinggi
128,64 Sangat Tinggi
pH-H
2
O 6,50 Sedang
7,10 Sedang
6,90 Sedang
pH-KCl 5,26 Sedamg
6,37 Tinggi 6,32 Tinggi
Fe 2,43
2,44 2,07
Mn ppm
1351 1193
1054 Cu
ppm 51 36
25 Zn
ppm 77 67
63
Berdasarkan hasil identifikasi lahan dapat digambarkan sebagai berikut :
pH Tanah. Hasil analisis pH terhadap contoh tanah yang diambil dari Desa
Tanglad, Batumadeg, dan Puncak Mundi, yang merupakan daerah pengembangan tanaman jarak pagar menunjukkan kisaran pH H
2
O 6,50-7,10 dan pH KCl 5,26-6,37. Kisaran pH tanah di lahan pengembangan jarak pagar di Nusa Penida termasuk ke
dalam kisaran yang sesuai untuk pengembangan tanaman jarak pagar. Heller 1996, menyatakan bahwa bila perakarannya sudah cukup berkembang, jarak pagar dapat
toleran terhadap kondisi tanah-tanah masam atau alkalin, terbaik pada pH tanah 5.5-6.5. Berdasarkan kriteria karakteristik kimia tanah Tabel 4.8, nilai pH tersebut termasuk ke
dalam kriteria sedang, mengindikasikan bahwa tanah di lokasi pengembangan bereaksi netral. Menurut Hanafiah 2007, kriteria nilai pH tanah dapat dijadikan indikator
kesuburan kimiawi tanah, karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah. pH optimum untuk ketersediaan unsur hara tanah adalah sekitar 7,0 karena pada pH
tersebut semua unsur makro tersedia secara maksimum sedangkan unsur hara mikro tidak maksimum kecuali Mo, sehingga kemungkinan terjadinya toksisitas unsur mikro
tertekan. Pada pH 6,5 dapat terjadi defisiensi P, Ca dan Mg serta toksisitas B, Mn, Cu, Zn dan Fe, sedangkan pada pH7,5 dapat terjadi defisiensi P, B, Fe, Mn, Cu, Zn, Ca,
dan Mg serta toksisitas B dan Mo. Tabel 4.8 Kisaran nilai karakteristik kimia tanah
Kisaran Nilai Karakteristik
Kimia Tanah Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat Tinggi
C 1,00
1,00-2,00 2,01-3,00
3,01-5,00 5,00
N 0.10
0.10-0.20 0.21-0,50
0,51-0.75 0,75
P
2
O
5
HCl 25 mg100g
10 10-20 21-40 41-60 60
Bray 1 mgkg 10
10-15 16-25
26-35 35
Olsen mg’kg 10
10-25 26-45
46-60 60
K
2
O HCl 25 mg100g
10 10-20 21-40 41-60 60
CEC me100g tanah 5
5-16 17-24
25-40 40
EC K 0,1
0,1-0,2 0,3-0,5
0,6-1,0 1,0
Na 0,1 0,1-0,3
0,4-0,7 0,8-1,0
1,0 Mg 0,4
0,4-1,0 1,1-2,0
2,1-8,0 8,0
Ca 2 2,5
6-10 11-20
20 Kejenuhan basa
20 20-35
36-50 51-70
70 Kejenuhan Al
10 10-20
21-30 31-60
60 EC 1
1-2 2-3
3-4 4
pH-H
2
O 4,0 4,0-5,5
5,5-7,5 7,5-8,0
8,0 pH-KCl 2,5
2,5-4,0 4,0-6,0
6,0-6,5 6,5
Sumber : Sulistyono, 2001
Nisbah CN.
Hasil analisis tanah di daerah pengembangan tanaman jarak pagar di Nusa Penida menunjukkan nisbah CN 9,88-10,16. Hal ini mengindikasikan bahwa di
daerah tersebut terjadi proses mineralisasi N. Menurut Hanafiah 2007, nisbah CN merupakan indikator yang menunjukkan proses mineralisasi-immobilisasi N oleh
mikrobia dekomposer bahan organik. Nisbah CN bahan organik tanah berkisar antara 8:1 – 15:1 umumnya antara 10:1 – 12:1, terkait dengan curah hujan dan suhu,
mikrobia yang terlibat, dan nisbah CN vegetasi diatasnya. Nisbah CN di daerah kering lebih rendah dari pada daerah basah, demikian pula di wilayah panas lebih rendah dari
pada daerah dingin. Apabila nisbah CN 20 menunjukkan terjadinya mineralisasi N, apabila CN30 berarti terjadi immobilisasi N, sedangkan jika 20CN30 berarti
mineralisasi seimbang dengan immobilisasi N.
Tekstur Tanah. Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah
separat yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi relatif antara fraksi pasir sandberdiameter 2,00-0,20 mm, debu silt berdiameter 0,20-0,002 mm, dan liat
clay 0,002 mm. Tekstur tanah dibagi menjadi 12 kelas seperti pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Proporsi fraksi menurut kelas tekstur tanah Proporsi fraksi tanah
Kelas Tekstur Tanah Pasir Debu
Liat Pasir 85
15 10
Pasir berlempung 70-90
30 15
Lempung berpasir 40-87,5
50 20
Lempung 22,5-52,5 30-50
10-30 Lempung liat berpasir
45-80 30
20-37,5 Lempung liat berdebu
20 40-70
27,5-40 Lempung berliat
20-45 15-52,5
27,5-40 Lempung berdebu
47,5 50-87,5
27,5 Debu 20
80 12,5
Liat berpasir 45-62,5
20 37,5-57,5
Liat berdebu 20
40-60 40-60
Liat 45 40
40 Sumber : Hanafiah, 2007
Hasil identifikasi contoh tanah di daerah pengembangan tanaman jarak pagar di Nusa
Penida menunjukkan proporsi pasir 19,86-36,07, debu 20,10-46,64, dan liat 17,29- 55,04. Data proporsi untuk 3 daerah pengambilan contoh tanah disajikan pada Tabel
4.10. Berdasarkan pengelompokan kelas tekstur tanah pada Tabel 4.9 maka tekstur tanah di ketiga lokasi pengambilan contoh tanah yang merupakan daerah pengembangan
tanaman jarak pagar masing-masing tergolong kelas tekstur Liat untuk lokasi Tanglad, Lempung Liat Berdebu untuk lokasi Batumadeg dan Lempung untuk lokasi Mundi.
Kelas tekstur tanah tersebut tidak akan memberikan hasil optimal bagi pengembangan tanaman jarak pagar. Menurut Okabe dan Somabhi 1989 tanaman jarak pagar yang
ditanam pada tanah bertekstur lempung berpasir memberikan hasil biji lebih tinggi daripada tanah bertekstur lainnya. Selanjutnya Jones dan Miller 1992 mengemukakan
bahwa jarak pagar dapat tumbuh dengan baik di tanah yang dangkal, berkerikil, berpasir, dan berliat, tetapi di tanah yang tererosi berat pertumbuhannya kerdil.
Tabel 4.10 Proporsi fraksi tanah di daerah pengembangan tanaman jarak pagar di Nusa Penida
Proporsi fraksi tanah Lokasi
Pasir Debu Liat Kelas tekstur
Tanglad 24,86 20,10
55,04 Liat
Batumadeg 19,86
44,53 35,61
Lempung liat berdebu Mundi 36,07
46,64 17,29
Lempung Sumber : Data primer dianalisis di Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik, Bogor, April 2008 4.3.2. Karakteristik Iklim
Berdasarkan klasifikasi Koppen, wilayah Nusa Penida termasuk tipe iklim tropis yang dicirikan dengan suhu dan kelembaban relatif cukup tinggi dan hujan bermusim.
Berdasarkan bulan basah dan bulan kering klasifikasi Schmidth dan Ferguson, wilayah Nusa Penida terkasuk tipe iklim F kering.
Hasil tabulasi data curah hujan di lokasi Sampalan Nusa Penida bagian timur dan Prapat Nusa Penida bagian barat, menunjukkan rata-rata curah hujan tahunan
periode 1991-2003 masing-masing 1.080 mmth dan 1.215 mmth, sehingga rata-rata untuk Nusa Penida adalah 1.152,5 mmth. Dilihat dari distribusi curah hujan pada setiap
bulannya, bulan basah hanya terjadi selama dua bulan yaitu bulan Januari dan Pebruari, sedangkan bulan kering berlangsung selama tujuh bulan, April-Oktober. Curah hujan
rata-rata bulanan tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 264,5 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 2 mm. Data curah hujan
disajikan pada Tabel 4.11. Tabel 4.11 Curah hujan bulanan di Nusa Penida, tahun 1991-2003
Bulan Lokasi
Jan Peb Mar Apr Mei
Jun Jul
Ags Sep
Okt Nop
Des Jumlah
Curah hujan Sampalan
268 205 128 78 29 29 11 2 11 38 126
156 1080 Prapat 261 250 142 99 56 28 7 2 13 30 144
186 1215 Rata-rata 264,5 227,5 135 88,5 42,5 28,5 9 2 12 34 135 171 1152,5
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar,2006 4.3.3. Kesesuaian Lahan dan Iklim untuk Pengembangan Tanaman Jarak Pagar
Analisis kesesuaian lahan dan iklim untuk pengembangan tanaman jarak pagar mengacu kepada kriteria dan klas kesesuaian iklim sebagaimana disajikan dalam Tabel
4.12.
Tabel 4.12 Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan dan iklim untuk tanaman jarak pagar
Klas kesesuaian Simbol kesesuaian
Altitude m dpl
Curah Hujan Tahunan mm
CH Bulan Kering,
≤ 100 mm BK Bulan Basah,
≥ 200 mm BB
Unsur Iklim Pembatas S-1 Sangat
sesuai 400
1.000 – 2.000 4
≤BK ≤5 ≤ 4; ≤ 5
2.000 – 3.000 5
≤BK ≤6 ≤ 6
S-2 Sesuai
400 1000 CH 2.000
6 ≤BK ≤8
≤ 4 Ketersediaan air
2.000 CH 3.000 5 - 6
Radiasi agak kurang S-3 Kurang
sesuai 700
1000 BK8
≤ 2; 0; ≤ 2 Ketersediaan air
2.000 CH 3.000 3
≤ BK ≤ 4 6 - 8
Radiasi kurang 3.000 CH 4.000
= 3 7 - 9
Radiasi sangat kurang N
Tidak sesuai 700
3.000 ≤ CH ≤ 4.000
≤ 2 7 - 11
Radiasi sangat kurang 4000
≤ 2 7 - 12
Radiasi sangat kurang
Sumber : Allorerung et al, 2007
Berdasarkan hasil tabulasi data lahan dan curah hujan, dapat dikemukakan karakteristik iklim Nusa Penida yang dijadikan indikator penilaian kesesuaian lahan dan
iklim untuk pengembangan tanaman jarak pagar seperti disajikan pada Tabel 4.13. Tabel 4.13 Karakteristik iklim Nusa Penida
Altitude m dpl
Curah HujanTahunan mm
Bulan Kering, ≤ 100 mm
Bulan Basah, 200 mm
400 1.152,5 7
2 Mengacu kepada kriteria klasifikasi kesesuaian lahan dan iklim untuk tanaman
jarak pagar Allorerung, et al., 2007 dan karakteristik iklim Nusa Penida, maka wilayah Nusa Penida termasuk ke dalam kriteria sesuai S-2 dengan unsur iklim pembatas
ketersediaan air. Keterbatasan ketersediaan air terjadi terutama pada bulan-bulan Agustus, September, dan Oktober yang merupakan puncak musim kemarau. Kekeringan
yang terjadi pada musim kemarau dapat menghambat pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya berpengaruh terhadap proses pembuahan. Meskipun sesungguhnya tanaman
jarak pagar dapat berproduksi sepanjang tahun, namun hal tersebut tidak terjadi di Nusa Penida. Menurut informasi masyarakat, jarak pagar yang tumbuh secara alami dan
ditanam sebagai pagar di Nusa Penida, pada bulan-bulan tersebut biasanya mengalami
gugur daun, dan pada awal musim hujan yang biasanya jatuh pada bulan Oktober atau Nopember kembali bertunas, lalu berbunga dan berbuah.
Dengan demikian, maka dapat diprediksi bahwa masa produktif musim berbuah untuk tanaman jarak pagar di daerah tersebut hanya berlangsung selama 5
bulan pertahun, yaitu pada bulan Maret sampai dengan Juli. Kondisi demikian tentu akan mengurangi produktivitas tanaman bila dibandingkan dengan penanaman yang
dilakukan di daerah dengan musim kemarau tidak terlalu panjang. Disamping kesesuaian berdasarkan karakteristik lahan dan iklim pada Tabel
5.12, karakteristik lahan yang juga perlu mendapat perhatian adalah tingginya kapasitas pertukaran kalsium pada lokasi pengembangan tanaman jarak pagar, mencapai 28,53-
53,28 yang mencerminkan tingginya kandungan kapur Tabel 4.8. Tekstur tanah di lokasi pengembangan yang tergolong tanah lempung, liat, dan lempung liat berdebu
Tabel 4.10 juga tidak akan memberikan hasil yang optimal bagi pengembangan tanaman jarak pagar yang menghendaki lahan berpasir Allorerung, et al., 2007.
Program pengembangan tanaman jarak pagar di Nusa Penida yang merupakan kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Klungkung, PT.PLN Daerah Bali, dan
Universitas Udayana mentargetkan wilayah pengembangan seluas 1000 ha BPP Nusa Penida, komunikasi pribadi, sampai dengan bulan Maret 2008 tertanam 125.250 bbit
51,5 ha pertanaman. Kondisi pertanaman jarak disajikan pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Pertanaman jarak pagar di areal Taman Energi Terbarukan Nusa Penida.
Jika target areal pengembangan tercapai, pada tingkat produksi optimal 5 tonhath, potensi produksi biji jarak pagar mencapai 5.000 ton dan dengan rendemen
minyak 30, maka potensi produksi minyak jarak pagar mencapai 1.500.000 lth. Namun demikian mengingat terbatasnya sumber pengairan dan panjangnya musim
kemarau di Nusa Penida, dengan asumsi produktivitas 2 tonhath, maka produksi biji jarak pagar mencapai 2.000 ton, ekuivalen dengan 600.000 l minyakth.
V. NERACA ENERGI LISTRIK DI NUSA PENIDA