7.3. Dampak Lingkungan PLTB
Berdasarkan neraca energi di unit jaringan listrik Nusa Penida tahun 2007, dengan beroperasinya 2 unit PLTB, rata-rata pengurangan penggunaan bahan bakar
solar dalam proses produksi listrik mencapai 4.095 lbulan 1,63. Pengurangan penggunaan solar tidak sama setiap bulannya karena kontribusi produksi listrik dari
pembangkit listrik tenaga angin berfluktuasi sesuai dengan kecepatan angin pada bulan yang bersangkutan. Kontribusi produksi listrik PLTB dan pengurangan penggunaan
solar untuk bahan bakar PLTD perbulan disajikan pada Tabel 7.3. Tabel 7.3 Kontribusi produksi listrik PLTB dan pengurangan penggunaan solar untuk
bahan bakar PLTD unit jaringan Nusa Penida, tahun 2007
Produksi listrik kWh Penggunaan Solar l
Pengurangan Bulan
Total PLTD PLTB Tanpa
PLTB Ada
PLTB l
Januari 592.363 584.101
8.262 236.945
233.640 3.305
1.39 Pebruari 561.949
559.847 2.102
224.780 223.939
841 0.37
Maret 602.750 598.850
3.900 241.100
239.540 1.560
0.65 April 616.860
611.398 5.462
246.744 244.559
2.185 0.89
Mei 622.454 611.686
10.768 248.982
244.674 4.307
1.73 Juni 608.560
587.187 21.373
243.424 234.875
8.549 3.51
Juli 636.038 618.239
17.799 254.415
247.296 7.120
2.80 Agustus 649.546
623.297 26.249
259.818 249.319
10.500 4.04
September 638.049 627.254 10.795
255.220 250.902
4.318 1.69
Oktober 648.269 640.373
7.896 259.308
256.149 3.158
1.22 Nopember 658.815
652.944 5.871 263.526
261.177 2.348
0.89 Desember 687.332
684.969 2.363 274.933
273.988 945 0.34
Rata-rata 554.946 544.710 10.237 250.766
246.671 4095 1.63
Dengan pengurangan penggunaan bahan bakar solar sebesar 1,63, maka jumlah gas dan partikel yang diemisikan melalui cerobong PLTD juga berkurang sebanyak 1,63.
Meskipun pembangkit listrik tenaga angin memanfaatkan sumberdaya energi angin yang merupakan energi terbarukan, tetapi tidak berarti tidak menimbulkan
dampak lingkungan. Beberapa dampak lingkungan yang dapat ditimbulkan dalam pemanfaatan tenaga angin sebagai sumber energi adalah kebisingan, strobo, dan
kematian fauna. 7.3.1. Kebisingan
Konstruksi kincir angin yang terdiri atas komponen mekanik mengakibatkan terjadinya gesekan antar komponennya, sehingga menimbulkan suara kebisingan yang
dapat mengganggu pendengaran manusia pada jarak tertentu. Komponen utama yang memiliki kontribusi besar memunculkan kebisingan adalah Rostyono, 1998 :
• Gearbox dan Generator : frekuensi kebisingan yang ditimbulkan kedua komponen tersebut sesuai dengan frekuensi putarannya yang umumnya berkisar 1000-1500 Hz.
• Blade : diameter blade yang lebar serta jumlah blade yang sedikit menyebabkan gesekan dengan udara yang semakin besar dan kencang. Dengan frekuensi putaran
30-35 putaranmenit, maka putaran di ujung blade yang berdiameter 50 m dapat mencapai kecepatan 250 kmjam.
Untuk kasus pengembangan PLTB Puncak Mundi di Nusa Penida, kebisingan yang ditimbulkan oleh beroperasinya 2 unit PLTB belum dirasakan oleh masyarakat di
sekitar lokasi PLTB, karena jarak atara PLTB dengan pemukiman penduduk relatif jauh 500 m. Namun demikian dalam proses penambahan unit PLTB yang sampai dengan
bulan April 2008 telah mencapai 9 unit, ada 1 unit diantaranya berlokasi di dekat pemukiman penduduk. Resiko dampak kebisingan yang dapat ditimbulkan oleh unit
PLTB tersebut belum disadari oleh masyarakat setempat, karena belum dioperasikan. 7.3.2. Strobo
Strobo merupakan efek gelap terang yang diterima oleh panca indera mata akibat terhalangnya sinar matahari oleh blade yang berputar, maupun pantulan sinar
matahari oleh permukaan blade . Lamanya efek tersebut tergantung pada letak geografis, ketinggian rotor, dan jarak antara lokasi kincir dengan pengamat Rostyono,
1998. Seperti halnya dampak kebisingan, dampak strobo yang ditimbulkan oleh beroperasinya 2 unit PLTB juga belum dirasakan oleh masyarakat di sekitar lokasi
PLTB. 7.3.3. Kematian Fauna
Putaran blade mempunyai pengaruh terhadap keberadaan mahluk hidup terutama fauna yang ada di sekitarnya. Sambaran blade dapat menyebabkan kematian
burung dan serangga yang terbang di sekitar lokasi kincir. Sebagaimana diketahui bahwa Nusa Penida merupakan daerah yang dijadikan tempat penangkaran dan
naturalisasi satwa terutama burung Jalak Bali yang dilindungi karena sudah langka. Di daerah ini masyarakat juga dilarang berburu berbagai jenis burung, sehingga populasi
unggas tersebut sudah mulai meningkat.
7.4. Dampak Lingkungan PLTS