Kebijakan Pengawasan Tahun 2014
INSPEKTORATJENDERAL
KEMENTERIAN KESEHATAN
PI
BOX
48
L
IN5PEKTORAT JENDERAL KEMENKES RI
email: it;jen@kemkes.go.id
website : www.ltjen.kemkes.go.id
phone
:0215223011
address : ll. H.R. Rasuna Said Blok X5 Kavllng 49
Jakarta Selatan 12950
KEPUTUSANINSPEKTUIJENDEIAL
KEMENlEIIAN KESEHATAN II
NOMOI :hkLPRQSOセWU@
lENrANG
KEBIJAKAN PEN,GAWASAN INSPEKIORAI JENDERAl
KEMENIERIAN KESEHAIM REPUBLIK INDONESIA
TAHUN2014
KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERAL
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK IINDONESIA
NOMOR : HK.02.03/1.1/7215/2013
TENTANG
KEBIJA'KAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014
INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Menimbang
Mengingat
a.
Bahwa dalam rangka menjamin terlaksananya
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di bidang
kesehatan secara efektif dan efisien sebagai upaya
mewujudkan tat a kelola pemerintahan yang baik (good
governance) dan percepatan pemberantasan KKN
perlu adanya pengawasan yang profesional dan
akuntabel
b.
Bahwa dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi
pengawasan serta untuk meningkatkan kualitas
pengawasan program pembangunan kesehatan
diperlukan kebijakan pengawasan Inspektorat
Jenderal Kementerian Kesehatan RI
c.
Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan
Keputusan Inspektur Jenderal Kemenkes RI tentang
Kebijakan Pengawasan Tahun 2014.
1.
UndangUndang RI Nomor 28 Tahun 1999, tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bebas Kolusi, Korupsi
dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999
Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3851 );
2.
UndangUndang RI Nomor 17 i ahun 2003 tentang
Keuangan Negara;
3.
UndangUndang RI Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara;
4.
UndangUndang RI Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara;
5.
Peraturan Presiden RI Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah ;
6.
Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang
Strategi Nasional Pencegahan & Pemberantasan
Korupsi (Strategi Nasional PPK) Jangka Panjang 2012
2025 dan Jangka Menengah 2012 2014 ;
7.
Peraturan Presiden RI Nomor 81 Tahun 2010 tentang
Grand Design Reformasi Birokrasi Tahun 2010 2025;
8.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor PERl05/M .PAN/03/2008 tentang Standar Audit
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah;
9.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 19 tentang Pedoman Kendali Mutu Audit APIP;
10.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 20 Tahun 2010 tentang Roadmap Reformasi
Birokrasi 20102014;
11 .
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 238/Menkesl
SK/IV/2009
tentang
Pelaksanaan
Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah di lingkungan
Departemen Kesehatan RI;
12.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
1144/MENKES/PERlVIII 12010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan ;
MEMUTUSKAN
Menetapkan
KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN
KESEHATAN TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN
INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014;
KESATU
Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jendral Kementerian
Kesehatan Tahun 2014 sebagaimana dimaksud Diktum
Pertama tercantum dalam lampiran keputusan ini;
KEDUA
Kebijaka n lPengawasan sebagaimana dimaksud Diktum
Kedua agar digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pengawasan oleh aparatur pengawasan di li ngkungan
Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI;
KETIGA
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2014.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal, 12 Desember 2013
yu、ィャセZ
Inspektur Jenderal,
iセoォ@
Djuorso
NIP. 19541001 198311 1 001
LAMPIRAN
Lampiran Keputusan Iinspektur Jenderal Kemenkes RI
Nomor : HK.02.03/1.1/7215/201 3
KE BIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDIE RAL
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) yang efektif
sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 adalah sebagai internal auditor yang mela1ksanakan
fungsi assurance dan consulting serta anti corruption activities.
Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan sebagai bagian dari
APIP, dituntut untuk melaksanakan peran tersebut agar dapat
mem berikan keyakinan atas pencapaian tujuan Kementerian
Kesehatan, sekaligus sebagai sistem peringatan dini (early warning
system) terhadap potensi penyimpangan /kecurangan yang terjadi
karena kelemahan sistem maupun akibat tindak pelanggaran
individu.
Kebij akan Pengawasan ,Inspektorat Jenderal diarahkan guna
membantu dan mendorong terwujudnya penyelenggaraan tata kelola
pemerintahan yang baik (Good Governance), pelayanan publik yang
dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan rencana yang ditetapkan
serta mendorong agar pembangunan kesehatan dapat dicapai
secara hemat, efisien, efektif dan bebas dari KKN .
Selanjutnya, dalam rangka mewujudkan perilaku dan lingkungan
yang bebas korupsi , kolusi, dan nepotisme (KKN) di lingkungan
Kementerian Kesehatan, Inspektorat Jenderal Kementerian
Kesehatan akan mendorong pelaksanaan Strategi Komunikasi
Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi pada Tahun 201A sebagai
kelanj utan dari program yang sama di tahun 2013 yang merupakan
implementasi Peraturan Presiden Nomor 55 tahun 2012 tentang
Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka
Panjang Tahun 20122025 dan Jangka Menengah Tahun 20122014.
Agar pelaksanaan program dan kegiatan Inspektorat Jenderal lebih
terarah, efektif dan efisien maka dipandang perlu untuk menyusun
1
Kebijakan Pengawasan Insp ektorat Jenderal Kemenkes RJ 2014
Kebijakan Pengawasan Tahun 2014 yang merupakan penjabaran
dari Rencana Aks i Program (RAP) Inspektorat Jenderal Kementerian
Kesehatan Tahun 20102014 serta mengacu pada Renstra
Kementerian Kesehatan RI 2010 2014 .
B. Ruang Lingkup
Kebijakan Pengawasan merupakan acuan pelaksanaan program
pengawasan Inspektorat Jenderal Kemenkes RI yang efektif.
Efektifitas pelaksanaan program pengawasan akan memberi
kontribusi pos'itif dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
baik (Good Governance), terciptanya aparatur yang akuntabel,
bersih , bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) di
Kementerian Kesehatan.
Pengawasan dilakukan untuk memastikan programprogram prioritas
Kementerian Kesehatan berjalan efektif, efisien dan ekonomis sesuai
dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Obyek
pengawasan meliputi Unit Utama beserta Unit Pelaksana Teknis
(UPT), pengelola dana Oekonsentrasi (OK) dan Tugas Pembantuan
(TP), serta Bantuan Sosial (Bansos) .
C. Maksud dan Tujuan
Kebijakan pengawasan dimaksudkan memberikan arah pelaksanaan
tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal dalam pengawasan kegiatan
prioritas Kementerian Kesehatan.
Tujuan Kebijakan Pengawasan Tahun 2014 adalah :
1.
Menetapkan kebijakan, program dan kegiatan pengawasan
Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan tahun 2014.
2. Pelaksanaan pengawasan
berkesinambungan.
3.
yang
efektif,
efisien,
dan
Oasar penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan
(PKPT) tahun 2014.
4 . Optimalisasi peran Inspektorat Jenderal Kementerian
Kesehatan dalam pela'ksanaan Peraturan Presiden Nomor 55
Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 20122025 dan
Jangka Menengah Tahun 20122014.
2
Kebijakan Pengawasan lnspektorat } enderal Kemenkes Rl2014
5.
Meningkatkan peran Inspektorat Jenderal sebagai konsultan ,
katalisator dan quality assurance mulai dari tahap perencanaan,
pengorganisasian dan pelaksanaan pengawasan.
D. Pengertianpengertian
1.
Pengawasan Fungsional atau Wasnal adalah pengawasan yang
dilakukan oleh Aparat Pengawasan Fungsional, baik intern
maupun ekstern pemerintah, terhadap pelaksanaan tugas
umum pemerintah dan pelayanan masyarakat, agar sesuai
dengan rencana dan peraturan perundangundangan .
2.
Pengawasan Masyarakat atau Wasmas adalah pengawasan
yang dilakukan oleh masyarakat terhadap penyelenggaraan
pemerintah, disampaikan secara 'Iisan atau tulisan kepada
aparatur pemerintah yang berkepentingan, berupa sumbangan
pikiran, saran, gagasan atau pengaduan yang bersifat
membangun, baik secara langsung maupun melalui media
massa.
3.
Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) adalah instansi
pemerintah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi
melakukan pengawasan intern.
4. Auditor adalah Jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas,
tanggungjawab, dan wewenang untuk melakukan pengawasan
intern pada instansi pemerintah, lembaga dan/atau pihak lain
yang di dalamnya terdapat kepentingan negara sesuai dengan
peraturan perundangundangan , yang diduduki oleh Pegawai
Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara
penuh oleh pejabat yang berwenang.
5. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah proses
yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan
secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundangundangan.
6. Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi
bukti yang di lakukan secara independen, obyektif dan
profesional berdasarkan standar audit, untuk menila i
kebenaran , kecermatan, kredibiHtas, efektifitas, efisiensi, dan
keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi instans i
pemerintah .
7.
Audit Kinerja adalah audit atas pela'ksanaan tugas dan fungs i
instansi pemerintah yang terdiri atas audit aspek ekonomi,
efisiensi, dan audit aspek efektifitas.
3
Kebijakan P engarvasan InspektoratJenderal Kemenkes RI2014
8.
Audit dengan tujuan tertentu mencakup audit yang tidak
termasuk dalam audit kinerja, antara lain audit investigatif, audit
atas penyelenggaraan SPIP, dan audit atas halhal lain di
bidang keuangan .
9. Klarifikasi adalah proses penjernihan atau kegiatan yang
berupa permintaan penjelasan mengenai permasalahan yang
diadukan pada proporsi yang sebenarnya serta dapat dijadikan
sebagai bahan audit.
10. Reviu adalah penelaahan ulang buktibukti suatu kegiatan untuk
mendapatkan keyakinan terbatas dan memastikan balhwa
kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai denQ'an ketentuan,
standar, rencana atau norma yang telah ditetapkan.
11. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau
prestasi suatu kegiatan dengan stan dar, rencana atau norma
yang telah ditetapkan dan menentukan faktorfaktor yang
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan
dalam mencapai tujuan.
12. Pemantauan adalah proses penilaian kemajuan suatu program
atau kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
13. Satuan Organisasi adalah unit organisasi dimana
diselenggarakan kegiatankegiatan administrasi yang di
dalamnya terdapat
pejabatpejabat
yang
mengurusi
administrasi kepegawaian, keuangan , perlengkapan, dan
administrasi umum.
14. Satuan Kerja adalah unit organisasi yang melaksanakan
administrasi tertentu dan tidak memenuhi unsur yang
menangani urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, dan
administrasi umum.
15. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah
satuan organisasi yang bersifat mandiri yang melaksanakan
tugas teknis operasional, tugas teknis penunjang, dan tugas
teknis yang berhubungan dengan pelayanan masyarakat.
16. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang
dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah yang
mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka
pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang
dilaksanakan untuk instansi vertikal pusat dan di daerah.
17. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN
yang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencaku p
semua penerim aan dalam rangka tugas pembantuan.
4
Kebijakan P enga wasan InspektoratJendera] Kemenkes RI 2014
18. Reformasi Birokrasi adalah proses menata ulang, mengubah,
memperbaiki, dan menyempurnakan birokrasi agar menjadi
lebih baik (profesional, bersih, efisien, efektif, dan produktif).
19. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) adalah salah satu opini yang
diberikan oleh BPK sebagai hasil audit laporan keuangan
terhadap satuan kerja pad a tahun tertentu .
20. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
adalah bentuk perwujudan kewajiban seseorang atau unit
organisasi untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan
pengendalian sumber daya pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan dalam rangka mencapai tujuan .
21 . Zona Integritas adalah sebutan atau predikat yang diberikan
kepada suatu Kementerian/Lembaga/Provinsi IKabupaten/Kota
yang pimpinannya dan jajarannya mempunyai niat (komitmen)
untuk mewujudkan birokrasi yang bersih dan melayani.
22 . Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) adalah sebutan atau
predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja pada Zona
Integritas yang memenuhi syarat indikator mutlak dan
memperoleh hasil penilaian indikator operasional di antara 80
dan 90.
23. Konsultan adalah pihak yang memberikan arah/petunjuk
kepada suatu masalah agar kebijakan yang ditempuh obyek
pengawasan tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
24. Katalisator adalah pihak yang senantiasa mendorong Imemacu
terjadinya peru bahan untuk mewuj.udkan tata kelola
pemerintahan yang baik.
25 . Watchdog adalah pihak yang mengawasi jalannya roda
organisasi dengan berpegang pada peraturan perundangundangan.
26. Risiko adalah kondisi atau halhal yang dapat mencegah atau
menghambat tercapainya tujuan.
27. Manajemen Risiko adalah tindakan organisasi yang membantu
pengambilan
keputusan
dengan
mempertimbangkan
ketidakpastian dan pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan.
28.
Quality Assurance yaitu menerapkan sistem kendali mutu yang
dimulai sejak tahap perencanaan, pengorganisasian dan
pelaksanaan pengawasan.
29. Pendidikan Budaya Anti Korupsi yaitu membangun dan
memperkuat sikap anti korupsi individu melalui pendidikan
dalam berbagai cara dan bentuk.
5
Kebijakan P engawasan lnspektorat Jenderal Kemenkes R12014
30.
Whist/eb/ower's system adalah Mekanisme penyampaian
dugaan pelanggaran tindak pidana korupsi yang telah terjadi
atau akan terjadi yang melibatkan pegawai dan atau orang lain
yang dilakukan di lingkungan Kementerian Kesehatan.
31.
Justice Collaborator yaitu usaha pelaku yang terlibat atau bisa
dinilai ikut membantu dan atau mau bekerja sam a dengan
pengawas internal dalam mengungkap kasus Tindak Pidana
Korupsi (TPK).
6
Kebijakan P engawasan lnspektorat Jenderal Kemenkes Rl2014
BAB II
KEBIJAKAN PENGAWASAN TAHUN 2014
A.
Tuju an Pengawasan
Tujuan pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan
terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Kesehata n
adal ah:
1. Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan,
kehematan, efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan
penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan .
2. Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas serta
pengendalian intern
dan manajemen risiko dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan.
3.
B.
Meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tug as dan
fungsi Kementerian Kesehatan yang akuntabel.
Arah Kebijakan Pengawasan
Inspektorat Jendera l sebagai Aparat Pengawas Intern Pemerintah
(APIP) dituntut untuk terus mengawal perjalanan Reformasi
Birokrasi Kementerian Kesehatan, hal tersebut dilakukan melalu i
peningkatan peran dan fungsi pengawasan yang mendorong
terwujudnya penye lenggaraan pemerintahan yang baik (good
governance), memastikan pelayanan publik dilaksanakan sesuai
kebijakan dan rencana yang ditetapkan serta mendorong agar
tujuan pembangunan kesehatan dapat dicapai secara hemat,
efisien, efektif, bebas dari Korupsi , Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Kebijakan pengawasan Itjen Kementerian Kesehatan tahun 2014
ditetapkan untuk memberikan arah dan acuan bagi Inspektorat
Jenderal dalam melakukan kegiatan pengawasan secara efektif dan
efisien melalui :
1. Kegiatan Pokok
a. Peningkatan peran Inspektorat Jenderal sebagai kons ultan ,
katalisator dan quality assurance.
Adapun pengertian peranperan tersebut yakni:
1) Konsultan , yaitu memberikan arah/petunjuk kepada
suatu masalah agar kebijakan yang ditempuh obyek
7
Kebijakan Pengawasan ImpektoratJenderal Kemenk es RI2014
2)
3)
pengawasan tidak bertentangan dengan peratura n
perundangundangan yang berlaku.
Katalisator, yaitu senantiasa mendorong/memacu
terjadinya perubahan untuk mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik.
Quality Assurance, yaitu menerapkan sistem kendal i
mutu yang dimulai sejak tahap perencanaan,
pengorganisasian dan pelaksanaan pengawasan.
b. Peningkatan intensitas dan kualitas pengawasan
1)
2)
3)
Peningkatan
pengawasan
terhadap
program
kesehatan prioritas.
Penetapan sasaran/obyek audit berbasis risiko.
Konsisten pada pedoman pengawasan.
c. Peningkatan Opini Laporan Keuangan Kementeria n
Kesehatan menuju Wajar Tanpa Pengecualian (WTP),
melalui:
1)
Peningkatan kualitas laporan keuangan
Dalam rangka meningkatkan opini Laporan Keuangan
Kementerian Kesehatan tahun 2014, Inspektorat
Jenderal akan melaksanakan kegiatan reviu atas
Laporan Keuangan Kemenkes tahun 2013 semester II
dan Laporan Keuangan tahun 2014 semester I.
Reviu laporan keuangan bertujuan memberikan
keyaki nan tentang akurasi , keandalan dan keabsaha n
informasi yang disajikan pada laporan keuangan
sehingga laporan keuangan sesuai Standar Akuntans i
Pemerintah (SAP) .
2)
Pendampingan
berbasis risiko
penyusunan laporan keuanga n
Dilakukan dengan cara mendampingi penyusunan
laporan keuangan dalam setiap satuan kerja sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP),
sehingga terselenggara laporan keuangan yang
akuntabel dan berdasarkan bukti (evidence based).
3)
Pen gam an an aset Kementerian Kesehatan
8
Kebijakan P engawasall Insp ektorat jeJJdera/ K emeJJkes RI2014
Pengamanan aset Kementerian Kesehatan dilakukan
dalam
upaya
mendorong
terselenggaranya
penatausahaan dan tata kelola aset sesuai dengan
ketentuan yang berlaku .
4)
Pendampingan Pengadaan Barang Jasa/Konsultasi
Pengadaan Barang Jasa
Dilakukan dengan tujuan untuk memelihara tingkat
kepercayaan publik dan peserta tender, meyakinkan
keputusan yang dibuat terhindar dari tuntutan hukum,
menciptakan akuntabilitas dalam proses PBJ dan
menghindari terjadinya praktik korupsi.
5)
Reviu penyusunan perencanaan anggaran tahun
20 15
Dalam
rangka
meningkatkan
penyusunan
perencanaan anggaran Kementerian Kesehatan
tahun 2015, Inspektorat Jenderal akan melaksanakan
kegiatan reviu penyusunan perencanaan anggaran
tahun 2015 di masingmasing Unit Utama atau
Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan .
Oleh sebab itu, Inspektorat Jenderal Kementerian
Kesehatan akan melakukan penelahaan terlebih
dahulu terhadap perencanaan anggaran sebelum
dilakukan penelanaan oleh Direktorat Jenderal
Anggaran Kementerian Keuangan.
6)
Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP)
Dalam
rangka
meningkatkan
akuntabilitas
penyelenggaraan sis tim akuntansi pemerintah , maka
Inspektorat Jenderal akan melakukan evaluasi SAKIP
setiap akhir periode tahun anggaran.
d. Percepatan Tindak Lanjut Has/! Pengawasan Aparat
Pengawas Fungsional (APF)
Salah satu tugas Inspektorat Jenderal adalah memastikan
bahwa satuan kerja telah menindaklanjuti rekomendasi atau
saran hasil audit internal maupun eksternal. Oleh karena itu,
Inspektorat Jenderal Kemenkes mempunyai peran yang
sangat penting dalam memantau percepatan tindak lanjut,
sehingga tindak lanjut dapat terlaksana tepat waktu sesuai
ketentuan. Percepatan tindak lanjut dilakukan melalu i
pemantauan dan pemutakhiran data, serta dilakukan
bimbingan teknis dalam rangka memberikan masukan
kepada satker untuk penyelesaian tindak lanjut hasil audit
yang dilakukan secara berkala.
9
Kebijak an Penga nrasan Inspektorat Jenderal K em enkes RI2014
e. Kerjasama Pengawasan dengan Aparat Pengawas Internal
Pemerintah (APIP) lain
Kerjasama pengawasan dilakukan dengan aparat
pengawasan lain, baik dari intern maupun ekstern
pemerintah .
f.
Penanganan pengaduan masyarakat
Dalam rangka meningkatkan penyelesaian pengaduan
masyarakat, Kementerian Kesehatan telah membentuk tim
untuk menangani pengaduan masyarakat berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor.134/MENKES/SKJIII/2012 tanggal 21 Maret 2012
tentang Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu .
Dalam pelaksanaannya dilakukan berdasarkan Peraturan
Menteri PAN Nomor PERl05/M.PAN 14/2009 Tentan g
Pedoman Umum Penanganan Pengaduan Masyarakat bagi
Instansi Pemerintah .
g. Penguatan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik
1) Pelaksanaan Aksi Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi diantaranya melalui :
a) Pendidikan Budaya Anti Korupsi di seluruh
Satuan Kerja di lingkungan Kementerian
Kesehatan.
b) Sosialisasi tentang Whistleblower's System dan
Justice Collaborator.
c)
Pelaksanaan Penerapan Zona Integritas dan
Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM).
d) Penerapan Peraturan Pemerintah No. 60 tahu n
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) di lingkungan Kementerian
Kesehatan me'lalui Asistensi/Pendampingan
Penerapan SPIP dan Peningkatan Peran Aparat
Pengawas Intern Pemerintah Dalam Rangka
10
K ebijakan Penga wasan Inspektorat Jenderal Kemenkes RI 2014
Manajemen Risiko di seluruh Satuan Kerja di
lingkungan Kementerian Kesehatan.
e) Pemantapan Pendid ikan Budaya Anti Korupsi
(PBAK) melalui pelaksanaan kegiatan sosialisasi
dan diseminasi pencegahan korupsi di beberapa
satuan kerja terpilih .
2) Mengoptimalkan peran Unit Pengendalian Gratifikasi
(UPG) .
3)
Mengoptimalkan pelaporan LHKPN.
4) Memantau implementasi pelaksanaan Reformasi
Birokrasi melalui Penilaian Mandiri Pelaksanaan
Reformasi Birokrasi (PMPRB) online di Kementerian
Kesehatan melalui :
a) Monitoring dan evaluasi Reformasi Birokrasi di
lingkungan Kementerian Kesehatan.
b) Mengoptimalkan peran agent of change dan
assessor di seluruh unit utama untuk mend ukung
pelaksanaan Reformasi Birokrasi.
2. Kegiatan Penunjang
a.
Peningkatan SOM
SOM pengawasan dilakukan melalui Oiklat Substansi
Audit, seminar, Workshop Pengawasan dan Oiklat Jabatan
Fungsional Auditor (JFA), Diklat Manajemen resiko baik
yang dilakukan di dalam negeri maupun luar negeri.
b.
Pengembangan dan pemantapan pelaksanaan kegiatan
penunjang pengawasan dengan teknologi informasi
melalui Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pengawasan
mel iputi: SIM TLHP, Keuangan, Rencana Pengawasan
(Renwas) , Tata Persuratan , Electronic Data Management
System (EOMS) .
c. Sosialisasi Bidang Pengawasan
Media elektronik dan cetak (website, inforwas , leaflet,
banner dll).
d.
Penguatan Satuan Pemeriksa Internal (SPI) pad a satker
Badan Layanan Umum (BLU)
Melalui
bimbingan
teknik
(Bimtek),
Koordinas i
Pengawasan pada Satker BLU diharapkan dapat
11
Kebijakan P engawasan Inspektoratlendera1 Kemenkes RI2014
meningkatkan kapasitas SDM SPI sebagai perpanjangan
tangan Itjen pada satker BLU.
e. Peningkatan SDM Penunjang
Kegiatan peningkatan SDM penunjang dilaksanakan
melalui Pendidikan dan Pelatihan Perencanaan ,
Kepegawaian, Pelayanan Prima, Keuangan , ArsipfTata
Usaha, dll.
c.
Sasaran Pengawasan
1. Sekretariat Jenderal
Pengawasan di lingkungan Sekretariat Jenderal meliputi reviu
laporan keuangan, reviu RKAKlL, evaluasi akuntabilitas kinerja
dan audit kinerja terhadap satuan kerja di lingkungan
Sekretariat Jenderal (Kantor Pusat dan Satuan Kerja penerima
dana Dekonsentrasi).
2. I nspektorat Jenderal
Pengawasan di lingkungan Inspektorat Jenderal meliputi audit
kinerja reviu laporan keuangan , reviu RKAKlL, evaluasi
akuntabilitas kinerja terhadap Satuan Kerja di lingkungan
Inspektorat Jenderal.
3. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Pengawasan di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan meliputi reviu laporan keuangan, reviu RKAKlL,
evaluasi akuntabilitas kinerja dan audit kinerja terhadap satuan
kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
(Kantor Pusat, Kantor Daerah , Satuan Kerja penerima dana
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan).
4. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Pengawasan di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak meliputi reviu laporan keuangan , reviu
RKAKlL, evaluasi akuntabilitas kinerja dan audit kinerja
terhadap satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (Kantor Pusat, Kantor
Daerah, Satuan Kerja penerima dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan).
5. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan A tat Kesehatan
(Sinfar & Alkes)
Pengawasan di lingkungan Direktorat Jenderal Binfar & Alkes
meliputi reviu laporan keuangan, reviu RKAKlL , evaluasi
12
Kebijak an P enga wasan lnspektoratJenderal Kemenkes Rl 2014
akuntabilitas kinerja dan audit kinerja terhadap satuan kerja di
li ngkungan Direktorat Jenderal Binfar & Alkes (Kantor Pusat
dan Satuan Kerja penerima dana Dekonsentrasi).
6.
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia (PPSDM) Kesehatan
Pengawasan di lingkungan Badan PPSDM Kesehatan meliputi
reviu laporan keuangan, reviu RKAKlL, evaluasi akuntabilitas
kinerja dan audit kinerja terhadap satuan kerja di lingkungan
Badan PPSDM Kesehatan (Kantor Pusat, Kantor Daerah dan
Satuan Kerja penerima dana Dekonsentrasi).
7.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes)
Pengawasan di Ilingkungan Badan Litbangkes meliputi reviu
laporan keuangan, reviu RKAKlL,evaluasi akuntabiHtas kinerj,a
dan audit kinerja terhadap satuan kerja di lingkungan Badan
Litbangkes (Kantor Pusat dan Kantor Daerah).
8. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan
Lingkungan (PP & PL)
Pengawasan di lingkungan Direktorat Jenderal PP & PL
meliputi reviu laporan keuangan, reviu RKAKlL, evaluasi
akuntabilitas kinerja dan audit kinerja terhadap satuan kerja di
lingkungan Direktorat Jenderal PP & PL (Kantor Pusat, Kantor
Daerah, Satuan Kerja penerima dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan).
D. Kegiatan Pengawasan 2014
Berdasarkan
kebijakan
pengawasan
Inspektorat
Jenderal
Kementerian Kesehatan RI tahun 2014, selanjutnya disusun kegiatankegiata n sebagai berikut:
1. Peni ngkatan Pengawasan dan Pendampingan Penyusunan
Laporan Keuangan
a. Audit
Audit dilaksanakan bertujuan untuk memberikan keyakinan
yang memadai bahwa pelaksanaan program/kegiatan di seluruh
satker telah memenuhi aspek efektifitas, efisiensi, ekonomis
dan mematuhi ketentuan perundangan yang berlaku. Kegiatan
audit meliputi:
13
Kebijakan Pengawasan fnspektorat Jenderal Kemenkes Rf 2014
1) Audit Reguler yaitu audit terhadap Unit Utama, Satker
Vertikal , Satker Penerima Dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan, Pelayanan Kesehatan Haji. Penetapa n
sasaran audit ditetapkan berdasarkan risiko sebagai
berikut: a) Belanja alokasi anggaran, b) Besarnya belanj a
modal, c) Saldo kerugian negara yang belum
ditindaklanjuti, d) Saldo temuan hasil pengawasan yang
belum ditindaklanjuti, dan
d) Program prioritas
Kemenkes.
2) Klarifikasi , Audit dengan Tujuan Tertentu/Audit Investigasi
yang dilaksanakan atas instruksi pimpinan, pengaduan
masyarakat, Laporan Hasil Pemeriksaan Reguler yang
perlu pemeriksaan lebih lanjut.
3) Joint Audit dengan APIP lain meliputi audit terhadap
pelaksanaan program BOK.
b. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi dimaksudkan untuk mendorong
satuan kerja agar lebih mening:katkan kinerjanya sehingga
dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Pemantauan dan
evaluasi yang dilaksanakan Inspektorat Jenderal yaitu :
1) Pemantauan/evaluasi SPI'P di Lingkungan Kementerian
Kesehatan, 2) Pemantauan/evaluasi Tindak Lanjut atas laporan
hasil audit APF, 3) Evaluasi Akuntabilitas Kinerja
c. Reviu Laporan Keuangan
Salah satu tug as Inspektorat Jenderal dalam mendoro ng
Kementerian K esehatan menyusun laporan keuanga n
sesuai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yaitu denga n
melakukan
reviu
terhadap
laporan
keua nga n
berdasarkan P P No .8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Inspektorat
Jenderal berkewajiban untuk melakukan reviu terhadap
laporan keuangan Kementerian Kesehatan yang aka n
d isampaikan
kepada
Menteri
Keuangan
untuk
dikonsolidasikan sebagai bagian pertanggungjawaban
keuangan pemerintah.
Reviu bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas
mengenai akurasi, keandalan dan keabsahan informasi RKAKL sesuai dengan RKP, Renja KlL dan pagu anggaran serta
kesesuaian dengan standar biaya sebagai upaya untuk
14
Kebijakan Penga wasan Insp ektoratJenderal Kemenkes RI 2014
membantu Menteri
berkualitas.
agar
menghasilkan
RKAKL
yang
Dalam rangka meningkatkan kualitas Laporan Keuangan maka
Inspektorat Jenderal melakukan pendampingan dalam ra ngka
penyusunan Laporan Keuangan dan bentuk penyampaian
Laporan keuangan berbasis resiko serta penataan pengelolaan
aset.
d. Reviu penyusunan perencanaan anggaran tahun 2015
Inspektorat Jenderal akan melaksanakan kegiatan reviu
penyusunan perencanaan anggaran tahun 2015 di masingmasing unit utama atau satuan kerja di lingkungan Kementerian
Kesehatan sebagai salah satu langkah untuk meningkatkan
penyusunan perencanaan anggaran Kementerian Kesehatan
tahun 2015.
e. Pembinaan Satker
Pembinaan satker binaan di lingkungan Kemenkes dilakukan
dalam upaya tertib pengelolaan pertanggung jawaban kinerja
dalam rangka terselenggaranya good governance dan clean
government.
f. Penyelesaian Laporan Hasil Pengawasan
Penyelesaian Laporan Hasil Pengawasan dilaksanakan dalam
rangka meningkatkan kualitas laporan hasil audit. baik audit
reguler maupun audit dengan tujuan tertentu/audit investigasi.
2. Peningkatan
Peran APIP Sebagai Quality Assurance
(Penjamin Mutu) dalam Mendukung Reformasi Birokrasi
a. Penyusunan Pedoman Inspektorat Jenderal sebagai
quality assurance dan consulting.
b. Peningkatan Pendampingan Pelaksanaan SPIP
c. Penguatan peran Tim Konsultasi Pengadaan Barang dan
Jasa
d. Pembinaan. Koordinasi dan Konsultasi Pengawasan
dengan ruang lingkup:
1) Koordinasi Penanganan Pengaduan Masyarakat
2) Pembinaan teknis penyelesaian Tindak Lanjut
Laporan Hasil Audit
15
Kebijakan Pengawasan lnspektorat JenderaI Kemenlces R1 2014
3)
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
I.
3.
Pembinaan Satuan Pemeriksa Internal (SPI) Satker
BLU
Pengawasan program prioritas Kementerian Kesehatan
yaitu BOK .
Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi secara
online
Penguatan Pengawasan Akuntabilitas Aparatur
Penyusunan Profil Pengawasan Itjen Kemenkes RI
Penerapan Zona Integritas dan WBKlWBBM
Pendidikan Budaya Anti Korupsi di seluruh satuan kerja di
lingkungan Kementerian Kesehatan.
Sosialisasi tentang Whistleblower's System dan Justice
Collaborator.
AssistensilPendampingan
Penerapan
SPIP
dan
Peningkatan Peran Aparat Pengawas Intern Pemerintah
Oalam Rangka Manajemen Resiko di seluruh satuan kerja
di lingkungan Kementerian Kesehatan.
Peningkatan Kualitas dan Kuantitas SDM Pengawasan
Oalam upaya peningkatan kuantitas dan kualitas serta
profesionalisme SOM pengawasan Itjen dilakukan melalui :
a. Rekruitmen SOM Pengawasan
b. Peningkatan Kapasitas SOM Pengawasan (Capacity
Building)
c. Pendidikan dan Pelatihan internal dan Eksternal
d. Peningkatan Kompetensi SOM Pengawasan dan
Penunjang Pengawasan (SOM Perencanaan , Keuangan .
Kepegawaian & Ketatausahaan)
e. Pembinaan
Administrasi
Kepegawaian
(Retensi ,
Klasifikasi , Registrasi, dan Penerapan Sistem Kearsipan)
f. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen
4.
Perencanaan Program Pengawasan Lintas Program Dan
Lintas Sektor
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Penyusunan Program dan Rencana Kerja Pengawasan
Rapat Kerja Pengawasan
Rapat Koordinasi Pengawasan
Kerjasama lintas program dan lintas sektor bidang
pengawasan
Pengumpulan Bahan Awal Pengawasan
Penyusunan, Pengolahan dan Analisis Data sebagai
upaya pelaksanaan tertib administrasi yang dilakukan
secara berkala (bulanan , triwulanan dan tahunan)
16
Kebijakan Pengawasan InspektoratJenderal Kemenkes RI 2014
5. Percepatan Tindak Lanjut HasH Pengawasan
Untuk meningkatkan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Aparat
Pengawasan Fungsional (APF) yang belum di tindaklanjuti
maka dilakukan langkahIangkah percepatan tindak lanjut
sebagai berikut :
a. Pembahasan Hasil Tindak Lanjut dengan Unit
Utama/Penyusunan Ikhtisar Laporan Peraturan Menteri
PAN 42/2011
b. Pemutakhiran Tindak Lanjut Hasil Pengawasan dengan
APF
c. Bimbingan Teknis Tindak Lanjut Hasil Pengawasan
d. Pembahasan Penyelesaian Temuan Pemeriksaan yang
Tidak Dapat Ditindaklanjuti (TPTD)
6. Pengembangan Komunikasi dan Informasi Pengawasan
Salah satu penunjang i
KEMENTERIAN KESEHATAN
PI
BOX
48
L
IN5PEKTORAT JENDERAL KEMENKES RI
email: it;jen@kemkes.go.id
website : www.ltjen.kemkes.go.id
phone
:0215223011
address : ll. H.R. Rasuna Said Blok X5 Kavllng 49
Jakarta Selatan 12950
KEPUTUSANINSPEKTUIJENDEIAL
KEMENlEIIAN KESEHATAN II
NOMOI :hkLPRQSOセWU@
lENrANG
KEBIJAKAN PEN,GAWASAN INSPEKIORAI JENDERAl
KEMENIERIAN KESEHAIM REPUBLIK INDONESIA
TAHUN2014
KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERAL
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK IINDONESIA
NOMOR : HK.02.03/1.1/7215/2013
TENTANG
KEBIJA'KAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014
INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Menimbang
Mengingat
a.
Bahwa dalam rangka menjamin terlaksananya
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di bidang
kesehatan secara efektif dan efisien sebagai upaya
mewujudkan tat a kelola pemerintahan yang baik (good
governance) dan percepatan pemberantasan KKN
perlu adanya pengawasan yang profesional dan
akuntabel
b.
Bahwa dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi
pengawasan serta untuk meningkatkan kualitas
pengawasan program pembangunan kesehatan
diperlukan kebijakan pengawasan Inspektorat
Jenderal Kementerian Kesehatan RI
c.
Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan
Keputusan Inspektur Jenderal Kemenkes RI tentang
Kebijakan Pengawasan Tahun 2014.
1.
UndangUndang RI Nomor 28 Tahun 1999, tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bebas Kolusi, Korupsi
dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999
Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3851 );
2.
UndangUndang RI Nomor 17 i ahun 2003 tentang
Keuangan Negara;
3.
UndangUndang RI Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara;
4.
UndangUndang RI Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara;
5.
Peraturan Presiden RI Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah ;
6.
Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang
Strategi Nasional Pencegahan & Pemberantasan
Korupsi (Strategi Nasional PPK) Jangka Panjang 2012
2025 dan Jangka Menengah 2012 2014 ;
7.
Peraturan Presiden RI Nomor 81 Tahun 2010 tentang
Grand Design Reformasi Birokrasi Tahun 2010 2025;
8.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor PERl05/M .PAN/03/2008 tentang Standar Audit
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah;
9.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 19 tentang Pedoman Kendali Mutu Audit APIP;
10.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 20 Tahun 2010 tentang Roadmap Reformasi
Birokrasi 20102014;
11 .
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 238/Menkesl
SK/IV/2009
tentang
Pelaksanaan
Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah di lingkungan
Departemen Kesehatan RI;
12.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
1144/MENKES/PERlVIII 12010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan ;
MEMUTUSKAN
Menetapkan
KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN
KESEHATAN TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN
INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014;
KESATU
Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jendral Kementerian
Kesehatan Tahun 2014 sebagaimana dimaksud Diktum
Pertama tercantum dalam lampiran keputusan ini;
KEDUA
Kebijaka n lPengawasan sebagaimana dimaksud Diktum
Kedua agar digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pengawasan oleh aparatur pengawasan di li ngkungan
Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI;
KETIGA
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2014.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal, 12 Desember 2013
yu、ィャセZ
Inspektur Jenderal,
iセoォ@
Djuorso
NIP. 19541001 198311 1 001
LAMPIRAN
Lampiran Keputusan Iinspektur Jenderal Kemenkes RI
Nomor : HK.02.03/1.1/7215/201 3
KE BIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDIE RAL
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) yang efektif
sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 adalah sebagai internal auditor yang mela1ksanakan
fungsi assurance dan consulting serta anti corruption activities.
Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan sebagai bagian dari
APIP, dituntut untuk melaksanakan peran tersebut agar dapat
mem berikan keyakinan atas pencapaian tujuan Kementerian
Kesehatan, sekaligus sebagai sistem peringatan dini (early warning
system) terhadap potensi penyimpangan /kecurangan yang terjadi
karena kelemahan sistem maupun akibat tindak pelanggaran
individu.
Kebij akan Pengawasan ,Inspektorat Jenderal diarahkan guna
membantu dan mendorong terwujudnya penyelenggaraan tata kelola
pemerintahan yang baik (Good Governance), pelayanan publik yang
dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan rencana yang ditetapkan
serta mendorong agar pembangunan kesehatan dapat dicapai
secara hemat, efisien, efektif dan bebas dari KKN .
Selanjutnya, dalam rangka mewujudkan perilaku dan lingkungan
yang bebas korupsi , kolusi, dan nepotisme (KKN) di lingkungan
Kementerian Kesehatan, Inspektorat Jenderal Kementerian
Kesehatan akan mendorong pelaksanaan Strategi Komunikasi
Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi pada Tahun 201A sebagai
kelanj utan dari program yang sama di tahun 2013 yang merupakan
implementasi Peraturan Presiden Nomor 55 tahun 2012 tentang
Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka
Panjang Tahun 20122025 dan Jangka Menengah Tahun 20122014.
Agar pelaksanaan program dan kegiatan Inspektorat Jenderal lebih
terarah, efektif dan efisien maka dipandang perlu untuk menyusun
1
Kebijakan Pengawasan Insp ektorat Jenderal Kemenkes RJ 2014
Kebijakan Pengawasan Tahun 2014 yang merupakan penjabaran
dari Rencana Aks i Program (RAP) Inspektorat Jenderal Kementerian
Kesehatan Tahun 20102014 serta mengacu pada Renstra
Kementerian Kesehatan RI 2010 2014 .
B. Ruang Lingkup
Kebijakan Pengawasan merupakan acuan pelaksanaan program
pengawasan Inspektorat Jenderal Kemenkes RI yang efektif.
Efektifitas pelaksanaan program pengawasan akan memberi
kontribusi pos'itif dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
baik (Good Governance), terciptanya aparatur yang akuntabel,
bersih , bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) di
Kementerian Kesehatan.
Pengawasan dilakukan untuk memastikan programprogram prioritas
Kementerian Kesehatan berjalan efektif, efisien dan ekonomis sesuai
dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Obyek
pengawasan meliputi Unit Utama beserta Unit Pelaksana Teknis
(UPT), pengelola dana Oekonsentrasi (OK) dan Tugas Pembantuan
(TP), serta Bantuan Sosial (Bansos) .
C. Maksud dan Tujuan
Kebijakan pengawasan dimaksudkan memberikan arah pelaksanaan
tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal dalam pengawasan kegiatan
prioritas Kementerian Kesehatan.
Tujuan Kebijakan Pengawasan Tahun 2014 adalah :
1.
Menetapkan kebijakan, program dan kegiatan pengawasan
Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan tahun 2014.
2. Pelaksanaan pengawasan
berkesinambungan.
3.
yang
efektif,
efisien,
dan
Oasar penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan
(PKPT) tahun 2014.
4 . Optimalisasi peran Inspektorat Jenderal Kementerian
Kesehatan dalam pela'ksanaan Peraturan Presiden Nomor 55
Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 20122025 dan
Jangka Menengah Tahun 20122014.
2
Kebijakan Pengawasan lnspektorat } enderal Kemenkes Rl2014
5.
Meningkatkan peran Inspektorat Jenderal sebagai konsultan ,
katalisator dan quality assurance mulai dari tahap perencanaan,
pengorganisasian dan pelaksanaan pengawasan.
D. Pengertianpengertian
1.
Pengawasan Fungsional atau Wasnal adalah pengawasan yang
dilakukan oleh Aparat Pengawasan Fungsional, baik intern
maupun ekstern pemerintah, terhadap pelaksanaan tugas
umum pemerintah dan pelayanan masyarakat, agar sesuai
dengan rencana dan peraturan perundangundangan .
2.
Pengawasan Masyarakat atau Wasmas adalah pengawasan
yang dilakukan oleh masyarakat terhadap penyelenggaraan
pemerintah, disampaikan secara 'Iisan atau tulisan kepada
aparatur pemerintah yang berkepentingan, berupa sumbangan
pikiran, saran, gagasan atau pengaduan yang bersifat
membangun, baik secara langsung maupun melalui media
massa.
3.
Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) adalah instansi
pemerintah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi
melakukan pengawasan intern.
4. Auditor adalah Jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas,
tanggungjawab, dan wewenang untuk melakukan pengawasan
intern pada instansi pemerintah, lembaga dan/atau pihak lain
yang di dalamnya terdapat kepentingan negara sesuai dengan
peraturan perundangundangan , yang diduduki oleh Pegawai
Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara
penuh oleh pejabat yang berwenang.
5. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah proses
yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan
secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundangundangan.
6. Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi
bukti yang di lakukan secara independen, obyektif dan
profesional berdasarkan standar audit, untuk menila i
kebenaran , kecermatan, kredibiHtas, efektifitas, efisiensi, dan
keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi instans i
pemerintah .
7.
Audit Kinerja adalah audit atas pela'ksanaan tugas dan fungs i
instansi pemerintah yang terdiri atas audit aspek ekonomi,
efisiensi, dan audit aspek efektifitas.
3
Kebijakan P engarvasan InspektoratJenderal Kemenkes RI2014
8.
Audit dengan tujuan tertentu mencakup audit yang tidak
termasuk dalam audit kinerja, antara lain audit investigatif, audit
atas penyelenggaraan SPIP, dan audit atas halhal lain di
bidang keuangan .
9. Klarifikasi adalah proses penjernihan atau kegiatan yang
berupa permintaan penjelasan mengenai permasalahan yang
diadukan pada proporsi yang sebenarnya serta dapat dijadikan
sebagai bahan audit.
10. Reviu adalah penelaahan ulang buktibukti suatu kegiatan untuk
mendapatkan keyakinan terbatas dan memastikan balhwa
kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai denQ'an ketentuan,
standar, rencana atau norma yang telah ditetapkan.
11. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau
prestasi suatu kegiatan dengan stan dar, rencana atau norma
yang telah ditetapkan dan menentukan faktorfaktor yang
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan
dalam mencapai tujuan.
12. Pemantauan adalah proses penilaian kemajuan suatu program
atau kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
13. Satuan Organisasi adalah unit organisasi dimana
diselenggarakan kegiatankegiatan administrasi yang di
dalamnya terdapat
pejabatpejabat
yang
mengurusi
administrasi kepegawaian, keuangan , perlengkapan, dan
administrasi umum.
14. Satuan Kerja adalah unit organisasi yang melaksanakan
administrasi tertentu dan tidak memenuhi unsur yang
menangani urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, dan
administrasi umum.
15. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah
satuan organisasi yang bersifat mandiri yang melaksanakan
tugas teknis operasional, tugas teknis penunjang, dan tugas
teknis yang berhubungan dengan pelayanan masyarakat.
16. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang
dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah yang
mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka
pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang
dilaksanakan untuk instansi vertikal pusat dan di daerah.
17. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN
yang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencaku p
semua penerim aan dalam rangka tugas pembantuan.
4
Kebijakan P enga wasan InspektoratJendera] Kemenkes RI 2014
18. Reformasi Birokrasi adalah proses menata ulang, mengubah,
memperbaiki, dan menyempurnakan birokrasi agar menjadi
lebih baik (profesional, bersih, efisien, efektif, dan produktif).
19. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) adalah salah satu opini yang
diberikan oleh BPK sebagai hasil audit laporan keuangan
terhadap satuan kerja pad a tahun tertentu .
20. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
adalah bentuk perwujudan kewajiban seseorang atau unit
organisasi untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan
pengendalian sumber daya pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan dalam rangka mencapai tujuan .
21 . Zona Integritas adalah sebutan atau predikat yang diberikan
kepada suatu Kementerian/Lembaga/Provinsi IKabupaten/Kota
yang pimpinannya dan jajarannya mempunyai niat (komitmen)
untuk mewujudkan birokrasi yang bersih dan melayani.
22 . Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) adalah sebutan atau
predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja pada Zona
Integritas yang memenuhi syarat indikator mutlak dan
memperoleh hasil penilaian indikator operasional di antara 80
dan 90.
23. Konsultan adalah pihak yang memberikan arah/petunjuk
kepada suatu masalah agar kebijakan yang ditempuh obyek
pengawasan tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
24. Katalisator adalah pihak yang senantiasa mendorong Imemacu
terjadinya peru bahan untuk mewuj.udkan tata kelola
pemerintahan yang baik.
25 . Watchdog adalah pihak yang mengawasi jalannya roda
organisasi dengan berpegang pada peraturan perundangundangan.
26. Risiko adalah kondisi atau halhal yang dapat mencegah atau
menghambat tercapainya tujuan.
27. Manajemen Risiko adalah tindakan organisasi yang membantu
pengambilan
keputusan
dengan
mempertimbangkan
ketidakpastian dan pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan.
28.
Quality Assurance yaitu menerapkan sistem kendali mutu yang
dimulai sejak tahap perencanaan, pengorganisasian dan
pelaksanaan pengawasan.
29. Pendidikan Budaya Anti Korupsi yaitu membangun dan
memperkuat sikap anti korupsi individu melalui pendidikan
dalam berbagai cara dan bentuk.
5
Kebijakan P engawasan lnspektorat Jenderal Kemenkes R12014
30.
Whist/eb/ower's system adalah Mekanisme penyampaian
dugaan pelanggaran tindak pidana korupsi yang telah terjadi
atau akan terjadi yang melibatkan pegawai dan atau orang lain
yang dilakukan di lingkungan Kementerian Kesehatan.
31.
Justice Collaborator yaitu usaha pelaku yang terlibat atau bisa
dinilai ikut membantu dan atau mau bekerja sam a dengan
pengawas internal dalam mengungkap kasus Tindak Pidana
Korupsi (TPK).
6
Kebijakan P engawasan lnspektorat Jenderal Kemenkes Rl2014
BAB II
KEBIJAKAN PENGAWASAN TAHUN 2014
A.
Tuju an Pengawasan
Tujuan pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan
terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Kesehata n
adal ah:
1. Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan,
kehematan, efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan
penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan .
2. Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas serta
pengendalian intern
dan manajemen risiko dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan.
3.
B.
Meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tug as dan
fungsi Kementerian Kesehatan yang akuntabel.
Arah Kebijakan Pengawasan
Inspektorat Jendera l sebagai Aparat Pengawas Intern Pemerintah
(APIP) dituntut untuk terus mengawal perjalanan Reformasi
Birokrasi Kementerian Kesehatan, hal tersebut dilakukan melalu i
peningkatan peran dan fungsi pengawasan yang mendorong
terwujudnya penye lenggaraan pemerintahan yang baik (good
governance), memastikan pelayanan publik dilaksanakan sesuai
kebijakan dan rencana yang ditetapkan serta mendorong agar
tujuan pembangunan kesehatan dapat dicapai secara hemat,
efisien, efektif, bebas dari Korupsi , Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Kebijakan pengawasan Itjen Kementerian Kesehatan tahun 2014
ditetapkan untuk memberikan arah dan acuan bagi Inspektorat
Jenderal dalam melakukan kegiatan pengawasan secara efektif dan
efisien melalui :
1. Kegiatan Pokok
a. Peningkatan peran Inspektorat Jenderal sebagai kons ultan ,
katalisator dan quality assurance.
Adapun pengertian peranperan tersebut yakni:
1) Konsultan , yaitu memberikan arah/petunjuk kepada
suatu masalah agar kebijakan yang ditempuh obyek
7
Kebijakan Pengawasan ImpektoratJenderal Kemenk es RI2014
2)
3)
pengawasan tidak bertentangan dengan peratura n
perundangundangan yang berlaku.
Katalisator, yaitu senantiasa mendorong/memacu
terjadinya perubahan untuk mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik.
Quality Assurance, yaitu menerapkan sistem kendal i
mutu yang dimulai sejak tahap perencanaan,
pengorganisasian dan pelaksanaan pengawasan.
b. Peningkatan intensitas dan kualitas pengawasan
1)
2)
3)
Peningkatan
pengawasan
terhadap
program
kesehatan prioritas.
Penetapan sasaran/obyek audit berbasis risiko.
Konsisten pada pedoman pengawasan.
c. Peningkatan Opini Laporan Keuangan Kementeria n
Kesehatan menuju Wajar Tanpa Pengecualian (WTP),
melalui:
1)
Peningkatan kualitas laporan keuangan
Dalam rangka meningkatkan opini Laporan Keuangan
Kementerian Kesehatan tahun 2014, Inspektorat
Jenderal akan melaksanakan kegiatan reviu atas
Laporan Keuangan Kemenkes tahun 2013 semester II
dan Laporan Keuangan tahun 2014 semester I.
Reviu laporan keuangan bertujuan memberikan
keyaki nan tentang akurasi , keandalan dan keabsaha n
informasi yang disajikan pada laporan keuangan
sehingga laporan keuangan sesuai Standar Akuntans i
Pemerintah (SAP) .
2)
Pendampingan
berbasis risiko
penyusunan laporan keuanga n
Dilakukan dengan cara mendampingi penyusunan
laporan keuangan dalam setiap satuan kerja sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP),
sehingga terselenggara laporan keuangan yang
akuntabel dan berdasarkan bukti (evidence based).
3)
Pen gam an an aset Kementerian Kesehatan
8
Kebijakan P engawasall Insp ektorat jeJJdera/ K emeJJkes RI2014
Pengamanan aset Kementerian Kesehatan dilakukan
dalam
upaya
mendorong
terselenggaranya
penatausahaan dan tata kelola aset sesuai dengan
ketentuan yang berlaku .
4)
Pendampingan Pengadaan Barang Jasa/Konsultasi
Pengadaan Barang Jasa
Dilakukan dengan tujuan untuk memelihara tingkat
kepercayaan publik dan peserta tender, meyakinkan
keputusan yang dibuat terhindar dari tuntutan hukum,
menciptakan akuntabilitas dalam proses PBJ dan
menghindari terjadinya praktik korupsi.
5)
Reviu penyusunan perencanaan anggaran tahun
20 15
Dalam
rangka
meningkatkan
penyusunan
perencanaan anggaran Kementerian Kesehatan
tahun 2015, Inspektorat Jenderal akan melaksanakan
kegiatan reviu penyusunan perencanaan anggaran
tahun 2015 di masingmasing Unit Utama atau
Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan .
Oleh sebab itu, Inspektorat Jenderal Kementerian
Kesehatan akan melakukan penelahaan terlebih
dahulu terhadap perencanaan anggaran sebelum
dilakukan penelanaan oleh Direktorat Jenderal
Anggaran Kementerian Keuangan.
6)
Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP)
Dalam
rangka
meningkatkan
akuntabilitas
penyelenggaraan sis tim akuntansi pemerintah , maka
Inspektorat Jenderal akan melakukan evaluasi SAKIP
setiap akhir periode tahun anggaran.
d. Percepatan Tindak Lanjut Has/! Pengawasan Aparat
Pengawas Fungsional (APF)
Salah satu tugas Inspektorat Jenderal adalah memastikan
bahwa satuan kerja telah menindaklanjuti rekomendasi atau
saran hasil audit internal maupun eksternal. Oleh karena itu,
Inspektorat Jenderal Kemenkes mempunyai peran yang
sangat penting dalam memantau percepatan tindak lanjut,
sehingga tindak lanjut dapat terlaksana tepat waktu sesuai
ketentuan. Percepatan tindak lanjut dilakukan melalu i
pemantauan dan pemutakhiran data, serta dilakukan
bimbingan teknis dalam rangka memberikan masukan
kepada satker untuk penyelesaian tindak lanjut hasil audit
yang dilakukan secara berkala.
9
Kebijak an Penga nrasan Inspektorat Jenderal K em enkes RI2014
e. Kerjasama Pengawasan dengan Aparat Pengawas Internal
Pemerintah (APIP) lain
Kerjasama pengawasan dilakukan dengan aparat
pengawasan lain, baik dari intern maupun ekstern
pemerintah .
f.
Penanganan pengaduan masyarakat
Dalam rangka meningkatkan penyelesaian pengaduan
masyarakat, Kementerian Kesehatan telah membentuk tim
untuk menangani pengaduan masyarakat berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor.134/MENKES/SKJIII/2012 tanggal 21 Maret 2012
tentang Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu .
Dalam pelaksanaannya dilakukan berdasarkan Peraturan
Menteri PAN Nomor PERl05/M.PAN 14/2009 Tentan g
Pedoman Umum Penanganan Pengaduan Masyarakat bagi
Instansi Pemerintah .
g. Penguatan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik
1) Pelaksanaan Aksi Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi diantaranya melalui :
a) Pendidikan Budaya Anti Korupsi di seluruh
Satuan Kerja di lingkungan Kementerian
Kesehatan.
b) Sosialisasi tentang Whistleblower's System dan
Justice Collaborator.
c)
Pelaksanaan Penerapan Zona Integritas dan
Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM).
d) Penerapan Peraturan Pemerintah No. 60 tahu n
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) di lingkungan Kementerian
Kesehatan me'lalui Asistensi/Pendampingan
Penerapan SPIP dan Peningkatan Peran Aparat
Pengawas Intern Pemerintah Dalam Rangka
10
K ebijakan Penga wasan Inspektorat Jenderal Kemenkes RI 2014
Manajemen Risiko di seluruh Satuan Kerja di
lingkungan Kementerian Kesehatan.
e) Pemantapan Pendid ikan Budaya Anti Korupsi
(PBAK) melalui pelaksanaan kegiatan sosialisasi
dan diseminasi pencegahan korupsi di beberapa
satuan kerja terpilih .
2) Mengoptimalkan peran Unit Pengendalian Gratifikasi
(UPG) .
3)
Mengoptimalkan pelaporan LHKPN.
4) Memantau implementasi pelaksanaan Reformasi
Birokrasi melalui Penilaian Mandiri Pelaksanaan
Reformasi Birokrasi (PMPRB) online di Kementerian
Kesehatan melalui :
a) Monitoring dan evaluasi Reformasi Birokrasi di
lingkungan Kementerian Kesehatan.
b) Mengoptimalkan peran agent of change dan
assessor di seluruh unit utama untuk mend ukung
pelaksanaan Reformasi Birokrasi.
2. Kegiatan Penunjang
a.
Peningkatan SOM
SOM pengawasan dilakukan melalui Oiklat Substansi
Audit, seminar, Workshop Pengawasan dan Oiklat Jabatan
Fungsional Auditor (JFA), Diklat Manajemen resiko baik
yang dilakukan di dalam negeri maupun luar negeri.
b.
Pengembangan dan pemantapan pelaksanaan kegiatan
penunjang pengawasan dengan teknologi informasi
melalui Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pengawasan
mel iputi: SIM TLHP, Keuangan, Rencana Pengawasan
(Renwas) , Tata Persuratan , Electronic Data Management
System (EOMS) .
c. Sosialisasi Bidang Pengawasan
Media elektronik dan cetak (website, inforwas , leaflet,
banner dll).
d.
Penguatan Satuan Pemeriksa Internal (SPI) pad a satker
Badan Layanan Umum (BLU)
Melalui
bimbingan
teknik
(Bimtek),
Koordinas i
Pengawasan pada Satker BLU diharapkan dapat
11
Kebijakan P engawasan Inspektoratlendera1 Kemenkes RI2014
meningkatkan kapasitas SDM SPI sebagai perpanjangan
tangan Itjen pada satker BLU.
e. Peningkatan SDM Penunjang
Kegiatan peningkatan SDM penunjang dilaksanakan
melalui Pendidikan dan Pelatihan Perencanaan ,
Kepegawaian, Pelayanan Prima, Keuangan , ArsipfTata
Usaha, dll.
c.
Sasaran Pengawasan
1. Sekretariat Jenderal
Pengawasan di lingkungan Sekretariat Jenderal meliputi reviu
laporan keuangan, reviu RKAKlL, evaluasi akuntabilitas kinerja
dan audit kinerja terhadap satuan kerja di lingkungan
Sekretariat Jenderal (Kantor Pusat dan Satuan Kerja penerima
dana Dekonsentrasi).
2. I nspektorat Jenderal
Pengawasan di lingkungan Inspektorat Jenderal meliputi audit
kinerja reviu laporan keuangan , reviu RKAKlL, evaluasi
akuntabilitas kinerja terhadap Satuan Kerja di lingkungan
Inspektorat Jenderal.
3. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Pengawasan di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan meliputi reviu laporan keuangan, reviu RKAKlL,
evaluasi akuntabilitas kinerja dan audit kinerja terhadap satuan
kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
(Kantor Pusat, Kantor Daerah , Satuan Kerja penerima dana
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan).
4. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Pengawasan di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak meliputi reviu laporan keuangan , reviu
RKAKlL, evaluasi akuntabilitas kinerja dan audit kinerja
terhadap satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (Kantor Pusat, Kantor
Daerah, Satuan Kerja penerima dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan).
5. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan A tat Kesehatan
(Sinfar & Alkes)
Pengawasan di lingkungan Direktorat Jenderal Binfar & Alkes
meliputi reviu laporan keuangan, reviu RKAKlL , evaluasi
12
Kebijak an P enga wasan lnspektoratJenderal Kemenkes Rl 2014
akuntabilitas kinerja dan audit kinerja terhadap satuan kerja di
li ngkungan Direktorat Jenderal Binfar & Alkes (Kantor Pusat
dan Satuan Kerja penerima dana Dekonsentrasi).
6.
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia (PPSDM) Kesehatan
Pengawasan di lingkungan Badan PPSDM Kesehatan meliputi
reviu laporan keuangan, reviu RKAKlL, evaluasi akuntabilitas
kinerja dan audit kinerja terhadap satuan kerja di lingkungan
Badan PPSDM Kesehatan (Kantor Pusat, Kantor Daerah dan
Satuan Kerja penerima dana Dekonsentrasi).
7.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes)
Pengawasan di Ilingkungan Badan Litbangkes meliputi reviu
laporan keuangan, reviu RKAKlL,evaluasi akuntabiHtas kinerj,a
dan audit kinerja terhadap satuan kerja di lingkungan Badan
Litbangkes (Kantor Pusat dan Kantor Daerah).
8. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan
Lingkungan (PP & PL)
Pengawasan di lingkungan Direktorat Jenderal PP & PL
meliputi reviu laporan keuangan, reviu RKAKlL, evaluasi
akuntabilitas kinerja dan audit kinerja terhadap satuan kerja di
lingkungan Direktorat Jenderal PP & PL (Kantor Pusat, Kantor
Daerah, Satuan Kerja penerima dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan).
D. Kegiatan Pengawasan 2014
Berdasarkan
kebijakan
pengawasan
Inspektorat
Jenderal
Kementerian Kesehatan RI tahun 2014, selanjutnya disusun kegiatankegiata n sebagai berikut:
1. Peni ngkatan Pengawasan dan Pendampingan Penyusunan
Laporan Keuangan
a. Audit
Audit dilaksanakan bertujuan untuk memberikan keyakinan
yang memadai bahwa pelaksanaan program/kegiatan di seluruh
satker telah memenuhi aspek efektifitas, efisiensi, ekonomis
dan mematuhi ketentuan perundangan yang berlaku. Kegiatan
audit meliputi:
13
Kebijakan Pengawasan fnspektorat Jenderal Kemenkes Rf 2014
1) Audit Reguler yaitu audit terhadap Unit Utama, Satker
Vertikal , Satker Penerima Dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan, Pelayanan Kesehatan Haji. Penetapa n
sasaran audit ditetapkan berdasarkan risiko sebagai
berikut: a) Belanja alokasi anggaran, b) Besarnya belanj a
modal, c) Saldo kerugian negara yang belum
ditindaklanjuti, d) Saldo temuan hasil pengawasan yang
belum ditindaklanjuti, dan
d) Program prioritas
Kemenkes.
2) Klarifikasi , Audit dengan Tujuan Tertentu/Audit Investigasi
yang dilaksanakan atas instruksi pimpinan, pengaduan
masyarakat, Laporan Hasil Pemeriksaan Reguler yang
perlu pemeriksaan lebih lanjut.
3) Joint Audit dengan APIP lain meliputi audit terhadap
pelaksanaan program BOK.
b. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi dimaksudkan untuk mendorong
satuan kerja agar lebih mening:katkan kinerjanya sehingga
dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Pemantauan dan
evaluasi yang dilaksanakan Inspektorat Jenderal yaitu :
1) Pemantauan/evaluasi SPI'P di Lingkungan Kementerian
Kesehatan, 2) Pemantauan/evaluasi Tindak Lanjut atas laporan
hasil audit APF, 3) Evaluasi Akuntabilitas Kinerja
c. Reviu Laporan Keuangan
Salah satu tug as Inspektorat Jenderal dalam mendoro ng
Kementerian K esehatan menyusun laporan keuanga n
sesuai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yaitu denga n
melakukan
reviu
terhadap
laporan
keua nga n
berdasarkan P P No .8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Inspektorat
Jenderal berkewajiban untuk melakukan reviu terhadap
laporan keuangan Kementerian Kesehatan yang aka n
d isampaikan
kepada
Menteri
Keuangan
untuk
dikonsolidasikan sebagai bagian pertanggungjawaban
keuangan pemerintah.
Reviu bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas
mengenai akurasi, keandalan dan keabsahan informasi RKAKL sesuai dengan RKP, Renja KlL dan pagu anggaran serta
kesesuaian dengan standar biaya sebagai upaya untuk
14
Kebijakan Penga wasan Insp ektoratJenderal Kemenkes RI 2014
membantu Menteri
berkualitas.
agar
menghasilkan
RKAKL
yang
Dalam rangka meningkatkan kualitas Laporan Keuangan maka
Inspektorat Jenderal melakukan pendampingan dalam ra ngka
penyusunan Laporan Keuangan dan bentuk penyampaian
Laporan keuangan berbasis resiko serta penataan pengelolaan
aset.
d. Reviu penyusunan perencanaan anggaran tahun 2015
Inspektorat Jenderal akan melaksanakan kegiatan reviu
penyusunan perencanaan anggaran tahun 2015 di masingmasing unit utama atau satuan kerja di lingkungan Kementerian
Kesehatan sebagai salah satu langkah untuk meningkatkan
penyusunan perencanaan anggaran Kementerian Kesehatan
tahun 2015.
e. Pembinaan Satker
Pembinaan satker binaan di lingkungan Kemenkes dilakukan
dalam upaya tertib pengelolaan pertanggung jawaban kinerja
dalam rangka terselenggaranya good governance dan clean
government.
f. Penyelesaian Laporan Hasil Pengawasan
Penyelesaian Laporan Hasil Pengawasan dilaksanakan dalam
rangka meningkatkan kualitas laporan hasil audit. baik audit
reguler maupun audit dengan tujuan tertentu/audit investigasi.
2. Peningkatan
Peran APIP Sebagai Quality Assurance
(Penjamin Mutu) dalam Mendukung Reformasi Birokrasi
a. Penyusunan Pedoman Inspektorat Jenderal sebagai
quality assurance dan consulting.
b. Peningkatan Pendampingan Pelaksanaan SPIP
c. Penguatan peran Tim Konsultasi Pengadaan Barang dan
Jasa
d. Pembinaan. Koordinasi dan Konsultasi Pengawasan
dengan ruang lingkup:
1) Koordinasi Penanganan Pengaduan Masyarakat
2) Pembinaan teknis penyelesaian Tindak Lanjut
Laporan Hasil Audit
15
Kebijakan Pengawasan lnspektorat JenderaI Kemenlces R1 2014
3)
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
I.
3.
Pembinaan Satuan Pemeriksa Internal (SPI) Satker
BLU
Pengawasan program prioritas Kementerian Kesehatan
yaitu BOK .
Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi secara
online
Penguatan Pengawasan Akuntabilitas Aparatur
Penyusunan Profil Pengawasan Itjen Kemenkes RI
Penerapan Zona Integritas dan WBKlWBBM
Pendidikan Budaya Anti Korupsi di seluruh satuan kerja di
lingkungan Kementerian Kesehatan.
Sosialisasi tentang Whistleblower's System dan Justice
Collaborator.
AssistensilPendampingan
Penerapan
SPIP
dan
Peningkatan Peran Aparat Pengawas Intern Pemerintah
Oalam Rangka Manajemen Resiko di seluruh satuan kerja
di lingkungan Kementerian Kesehatan.
Peningkatan Kualitas dan Kuantitas SDM Pengawasan
Oalam upaya peningkatan kuantitas dan kualitas serta
profesionalisme SOM pengawasan Itjen dilakukan melalui :
a. Rekruitmen SOM Pengawasan
b. Peningkatan Kapasitas SOM Pengawasan (Capacity
Building)
c. Pendidikan dan Pelatihan internal dan Eksternal
d. Peningkatan Kompetensi SOM Pengawasan dan
Penunjang Pengawasan (SOM Perencanaan , Keuangan .
Kepegawaian & Ketatausahaan)
e. Pembinaan
Administrasi
Kepegawaian
(Retensi ,
Klasifikasi , Registrasi, dan Penerapan Sistem Kearsipan)
f. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen
4.
Perencanaan Program Pengawasan Lintas Program Dan
Lintas Sektor
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Penyusunan Program dan Rencana Kerja Pengawasan
Rapat Kerja Pengawasan
Rapat Koordinasi Pengawasan
Kerjasama lintas program dan lintas sektor bidang
pengawasan
Pengumpulan Bahan Awal Pengawasan
Penyusunan, Pengolahan dan Analisis Data sebagai
upaya pelaksanaan tertib administrasi yang dilakukan
secara berkala (bulanan , triwulanan dan tahunan)
16
Kebijakan Pengawasan InspektoratJenderal Kemenkes RI 2014
5. Percepatan Tindak Lanjut HasH Pengawasan
Untuk meningkatkan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Aparat
Pengawasan Fungsional (APF) yang belum di tindaklanjuti
maka dilakukan langkahIangkah percepatan tindak lanjut
sebagai berikut :
a. Pembahasan Hasil Tindak Lanjut dengan Unit
Utama/Penyusunan Ikhtisar Laporan Peraturan Menteri
PAN 42/2011
b. Pemutakhiran Tindak Lanjut Hasil Pengawasan dengan
APF
c. Bimbingan Teknis Tindak Lanjut Hasil Pengawasan
d. Pembahasan Penyelesaian Temuan Pemeriksaan yang
Tidak Dapat Ditindaklanjuti (TPTD)
6. Pengembangan Komunikasi dan Informasi Pengawasan
Salah satu penunjang i