KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDRAL DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2014
KEPUTUSAN INSPEKTUR JENOERAt OEPARTEMEN KESEHTAN Rf
NOMOR : 01T.PS.00.00.214.09.
TENTANG
KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENOERAL OEPKES RI
TAHUN 2010
INSPEKTUR JENOERAL OEPARTE'MEN KESEHATAN RI
Menimbang
: a. bahwa dalam rangka menjamin terlaksananya
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di bidang
kesehatan secara efektif dan efisien dalam rangka
mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good
governance) perlu adanya pengawasan.
b. bahwa dalam percepatan pemberantasan KKN perl u
adanya pengawasan yang profesional dan akuntabel.
c. bahwa untuk meningkatkan kualitas pengawasan
program pembangunan kesehatan, perlu ditetapkan
Keputusan Inspektur Jenderal Dep,kes RI tentang
Kebijakan Pengawasan Tahun 2010.
Mengingat
1. UndangUndang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor
100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
14. Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan , Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian;
15. Keputusan Presiden RI Nomor 74 Tahun 2001 tentang
Tata
Cara
Pengawasan
Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah;
16. Keputusan Presiden RI Nomor 80 Tahun 2003 dan
perubahannya tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah;
17.lnstruksi Presiden RI Nomor 5 Tahun 2004 tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi;
18. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor PER/03/M.PAN/02/2006 tentang Kebijakan
Pengawasan Nasional Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah tahun 2006;
19. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah;
RI
Nomor
20. Peraturan
Menteri
Kesehatan
1575/MENKES/PER/XI/2005 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kesehatan;
RI
Nomor
21. Keputusan Menteri
Kesehatan
238/Menkes/SKlIV/2009 tentang Pelaksanaan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah di lingkungan
Departemen Kesehatan RI;
22.lnstruksi Menteri Kesehatan RI Nomor 234/Menkesl
IMSIII/2005 tentang Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil
Pengawasan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah;
23. Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur
SE/0211npan/01/2005
tentang
Negara
Nomor
Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah;
2. UndangUndang Nomor 28 Tahun 1999, tentang
Penyelenggaraan Negara yang 8ebas Kolusi, Korupsi
dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor
75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851)
3. UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara;
4. UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara;
5. UndangUndang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara;
6. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;
7. UndangUndang Nomer 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah;
8. Peraturan Pemerintah Nemer 39 Tahun 2006 tentang
Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan;
9. Peraturan Pemerintah Nemer 65 Tahun 2005 tentang
Pedeman Penyusunan dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal (SPM);
10. Peraturan Pemerintah Nemer 79 Tahun 2005 tentang
Pedeman
Pembinaan
dan
Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
11. Peraturan Pemerintah Nemer 8 Tahun 2006 tentang
Pelaperan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
Depkes;
12. Peraturan Pemerintah Nemer 7 Tahun 2008 tentang
Dana Dekensentrasi dan Tugas Pembantuan;
13. Peraturan Pemerintah Nemer 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah;
MEMUTUSKAN
Menetapkan
Pertama
KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERAL DEPARTEMEN
KESEHATAN RI TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN
INSPEKTORAT
JENDERAL
DEPARTEMEN
KESEHATAN RI TAHUN 2010;
Kedua
Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal Departemen
Kesehatan RI Tahun 2010 sebagaimana dimaksud diktum
pertama tercantum dalam lampiran keputusan ini;
Ketiga
Kebijakan Pengawasan sebagaimana dimaksud diktum
kedua agar digunakan sebagai pedoman pelaksanaan
pengawasan oleh Inspektorat Jenderal Departemen
Kesehatan RI;
Keempat
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
Pada tanggal
Jakarta
Januari 2010
-
Faig Bahfen
NIP. 19501130 197507 1 001
Lampiran
KEPUTUSANINSPEKTURJENDERAL
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
NOMOR : 01T.PS.OO.OO.214.09 ....... .
TENTANG
KEBIJAKAN PENGAWASAN
INSPEKTORAT JENDERAL DEPKES RI
TAHUN 2010
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mendukung peningkatan derajat
kesehatan masyarakat melalui pelayanan kesehatan yang murah/gratis dan
berkualitas terutama untuk penduduk miskin, penduduk di wilayah daerah
terpencil, tertinggal dan perbatasan. Untuk mencapai sasaran dan
melaksanakan prioritas pembangunan kesehatan yang telah diitetapkan
dihadapkan pada kenyataan tersedianya anggaran pemerintah yang terbatas.
Seiring dengan hal tersebut Menteri Kesehatan antara lain mengharapkan
agar perencanaan dan penganggaran pembangunan kesehatan disusun
secara terpadu. Dengan upaya ini, pembiayaan kesehatan yang terbatas
akan dapat dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya.
Perencanaan dan penganggaran terpadu antar program, antar pusat dan
daerah dapat meniadakan berbagai kegi'atan yang tumpang tindih dan
meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran serta dapat membuat
langkahIangkah untuk percepatan penyerapan anggaran. Setiap tahun telah
dilaporkan berbagai upaya untuk mengatasi hambatan dalam meningkatkan
penyerapan APBN, namun hasilnya belum dapat diwujudkan.
Pengelolaan keuangan negara diharapkan dilaksanakan secara efektif,
efisien, transparan dan akuntabel. Untuk mencapai hal tersebut
MenterilPimpinan lembaga wajib melakukan pengendalian intern
pemerintahan, sebagaimana secara tegas dinyatakan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah, pasal2 ayat (1).
Salah satu faktor penting yang dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan
pengendalian intern pemerintah adalah efektifitas peran Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah. Oleh karena itu Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
perlu melakukan pembenahan dalam melaksanakan kegiatan pengawasan
supaya dapat memberikan masukan bagi Kementerian Negara. Peran Aparat
Pengawasan Internal yang saat ini sedang dikembangkan meliputi
peningkatan efektifitas manajemen risiko (risk management), pengendalian
dan tata pemerintahan yang baik (good governance)
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1575/MENKESI
PER/XII2005 tanggal 16 Nopember 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kesehatan, Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan
melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi Departemen Kesehatan sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan dan berdasarkan peraturan perundangundangan.
Da'iam melaksanakan tug as tersebut, Inspektorat Jenderal Departemen
Kesehatan mempunyai fungsi :
1. penyiapan perum usan kebijakan Departemen d1i bidang pengawasan.
2. pelaksanaan pengawasan kinerja, pengawasan keuangan, pengawasan
untuk tujuan tertentu
3. penyusunan laporan hasil pengawasan
4. pelaksanaan urusan administrasi dan dukungan teknis Inspektorat
Jenderal.
Untuk dapat melaksanakan peran pengawasan secara optimal perlu
ditetapkan prioritas sasaran pengawasan yang dituangkan kedalam
Kebijakan Pengawasan.
Kebijakan pengawasan ini diharapkan dapat mendorong terwujudnya
pengawasan oleh Inspektorat Jenderal Depkes berjalan lebih efektif, yang
pada gilirannya dapat memberi kontribusi nyata bagi terselenggaranya
pemerintahaan yang baik (good governance) serta terciptanya aparatur yang
bersih dan bertanggung jawab be bas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) di
lingkungan Departemen Kesehatan.
B. Ruang Lingkup
Pengawasan sebagai salah satu fungsi organik manajemen sesungguhnya
dilaksanakan oleh setiap manajemen sesuai tingkatan dan ruang lingkupnya.
Setiap pimpinan suatu kegiatan/program melekat tugas pengawasan dalam
lingkup kegiatan/programnya.
Ruang lingkup kebijakan pengawasan ini diarahkan sebagai dasar
perumusan kegiatan pengawasan di lingkungan Inspektorat Jenderal. Namun
demikian mengingat keberhasilan pengawasan di lingkungan Departemen
Kesehatan bukan semata tanggung jawab Inspektorat Jenderal maka
kebijakan pengawasan ini hendaknya menjadi salah satu referensi dalam
melaksanakan pengawasan oleh pimpinan Unit Organisasi lainnya.
c.
Maksud dan Tujuan
Kebijakan pengawasan dimaksud merupakan serangkaian keputusan yang
harus dijadikan pedoman dalam menentukan arah pelaksanaan kegiatan
karena dalam kebUakan pengawasan terkandung kegiatankegiatan strategis
dan prioritas yang selanjutnya perlu dirumuskan secara jelas dan terinci
dalam Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT). Hasil pengawasan
diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi terselenggarannya
manajemen pemerintahan dibidang kesehatan yang baik, agar dapat
terwujudnya akuntabilitas publik, transparan, dan terciptanya aparatur
pemerintahan yang bersih dan bertanggungjawab
2
Tujuan penyusunan Kebijakan pengawasan adalah :
1. Menetapkan arah kebijakan, program dan kegiatan peng'awasan di
lingkungan Departemen Kesehatan tahulil 2010.
2. Meningkatkan pelaksanaan pengawasan supaya dapat berjalan efektif
dan efisien serta memberikan sumbangan nyata bagi kelancaran tugas
pokok dan fungsi Departemen Kesehatan dalam mencapai keberhasilan
pembangunan di bidang kesehatan .
3. Menjadi dasar penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan
(PKPT) tahun 2010.
D. PengertianPengertian
1. Pengawasan adalah seluruh proses kegiatan penilaian terhadap tugas
dan fungsi satuan organisasi atau satuan kerja dengan tujuan untuk
memastikan apakah pelaksanaan tug as dan fungsi telah sesuai dengan
rencana, kebijakaln yang ditetapkan dan peraturan perundangundangan.
2. Audit atau pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan
evaluasi bukti yang dilakukan secara independen, obyektif, dan
profesional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan
dan tanggungjawab keuangan negara.
3. Standar audit adalah kriteria atau ukuran mutu untuk melakukan
kegiatan audit yang wajib dipedomani oleh Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah
4. Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pad a tindakan
dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan
seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi mel'alui kegiatan yang efektif dan efisien,
kendala pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan
terhadap peraturan perundangundangan.
5. Pengawasan Fungsional atau Wasnal adalah pengawasan yang
dilakukan oleh aparat pengawasan secara fungsional, baik intern
maupun ekstern pemerintah, terhadap pelaksanaan tugas umum
pemerintahan dan pelayanan masyarakat agar sesuai dengan rencana
dan peraturan perundangundangan.
3
6. Pengawasan Masyarakat atau Wasmas adalah pengawasan yang
dilakukan oleh warga masyarakat terhadap penyelenggaraan
pemerintahan, disampaikan secara lisan atau tulisan kepada aparatur
pemerintah yang berkepentingan, berupa sumbangan pikiran, saran,
gagasan atau pengaduan yang bersifat membangun, baik secara
langsung maupun melalui media masa.
7. Audit kゥョ・セ。@
merupakan audit atas pengelolaan keuangan negara dan
pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang terdiri atas
aspek kehematan, efisiensi dan efektivitas.
8. Audit dengan tujuan tertentu mencakup audit yang tidak termasuk dalam
audit kinerja, antara lain audit investigatif, audit atas penyelenggaraan
SPIP, dan audit atas halhal lain dibidang keuangan.
9. Reviu adalah penelaahan ulang buktibukti suatu kegiatan untuk
memastikan bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan, standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan.
10. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau prestasi
suatu kegiatan dengan standar, rencana, atau norma yang telah
ditetapkan, dan menentukan faktorfaktor yang mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan.
11. Pemantauan adalah proses penilaian kemajuan suatu program atau
kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
12. Satuan Organisasi adalah unit organisasi di mana diselenggarakan Ikegiatankegiatan administrasi yang di dalamnya terdapat pejabatpejabat
yang mengurusi administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan,
dan administrasi umum.
13. Satuan Kerja adalah unit organisasi yang melaksanakan administrasi
tertentu dan tidak memenuhi unsur yang menangani urusan
kepegawaian, keuangan, perlengkapan, dan administrasi umum.
14. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah satuan
organisasi yang bersifat mandiri yang melaksanakan tugas teknis
operasional, tugas teknis penunjang, dan tugas teknis yang
berhubungan dengan pelayanan masyarakat.
15. Auditor adalah pejabat fungsional PNS dilingkungan Instansi
Pemerintah sesuai dengan peraturan perundangundangan.
16. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang
dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah yang
mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rang ka
4
pe!aksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana
dilaksanakan untuk instansi vertikal pusat dan di daerah.
yang
17. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN
yang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua
penerimaan dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan.
18. Penilaian Resiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan
kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran
instansi pemerintah
19. Kode Etik adalah pernyataan tentang pri,nsip moral dan nilai yang
digunakan oleh auditor sebagai pedoman tingkah laku dalam
melaksanakan tugas pembantuan .
5
BAB II
KEBIJAKAN PENGAWASAN TAHUN 2010
A. Tujuan Pengawasan
Pengawasan Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan terhadap
pelaksanaan tugas di lingkungan Departemen Kesehatan bertujuan untuk :
1. Memberikan keyakinan yang memada,i atas ketaatan, kehematan,
efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan
fungsi Departemen Kesehatan.
2. Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen
risiko dalam penyelengga /iaan tugas dan fungsi Departemen Kesehatan.
3. Meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi
Departemen Kesehatan.
B. Sasaran Pengawasa n
Sasaran pengawasan Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan adalah
sebagai berikut :
1. Terwujudnya sistem pengendalian intern pada unit kerja yang
menerapkan administrasi
akuntabel di lingkungan Departemen
Kesehatan .
2. Terciptanya sistem kelembagaan & tata pemerintahan di lingkungan
Departemen Kesehatan yang bersih, efisien, transparan, dan akuntabel.
. 3. Tercapainya cakupan pengawasan hingga 100% dari, program kerja
pengawasan tahunan yang ditetapkan.
4. Berkurangnya secara nyata praktek KKN di lingkungan Departemen
Kesehatan.
c.
Arah Kebijakan Pengawasan
Kebijakan pengawasan Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan tahun
2010 diarahkan pada peningkatan peran dan fungsi pengawasan intern
pemerintah, guna membantu dan mendorong terwujudnya penyelenggaraan
pemerintahan yang baik (good governance), pelayanan publik dilaksanakan
sesuai kebijakan dan rencana yang ditetapkan serta mendorong agar tujuan
pembangunan kesehatan dapat dicapai secara hemat, efisien , efektif dan
bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
6
Kebijakan pengawasan tahun 2010 mencakup keseluruhan proses kegiatan
mulai dari aspek kebijakan, penyusunan rencana, pelaksanaan sampai
dengan manfaat suatu kegiatan untuk mendapatkan suatu penilaian yang
obyektif, sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam
mewujudkan penyelenggaraan tugas di lingkungan Departemen Kesehatan.
Arah kebijakan pengawasan dal'am rangka pelaksanaan pembangunan
kesehatan tahun 2010, diuraikan sebagai berikut :
1. Peningkatan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pengawasan untuk
mewujudkan keterpaduan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(pengawasan fungsional, pengendalian intern dan pengawasan
masyarakat).
2. Peningkatan kualitas pengawasan melalui supervisi secara memadai yang
dilaksanakan pada setiap tahapan audit untuk memastikan tercapainya
sasaran, dan meningkatnya kemampuan auditor serta penatausahaan
dokumen audit dalam bentuk kertas kerja audit yang tertib dan sistematis
3. Percepatan pelaksanaan tindak lanjut hasilhasil pengawasan.
4. Penilaian kinerja secara tepat untuk dilakukan tindakan secara dini dan
dapat memberikan masukan bagi pengelola maupun penanggung j,awab
program.
5. Peningkatan pembinaan dan memberikan konsultasi pengawasan
kepada penanggung jawab program tentang masalah yang ditemukan
dalam pengawasan untuk mencegah dan memperkecil terjadinya
penyimpangan.
6. Peningkatan kerjasama di bidang pengawasan melalui koordinasi
integrasi dan sinkronisasi dengan Aparat Pengawas Fungsional baik
intern maupun ekstern pemerintah dalam rangka sinergi pengawasan.
7. Pencegahan dan pemberantasan KKN antara lain melalui pemberian
rekomendasi yang tegas bagi pelaku KKN sesuai ketentuan yang berlaku.
8. Peningkatan kualitas pengawasan melalui pengembangan, peningkatan
kualitas dan kuantitas SDM pengawasan serta penyusunan NSPK
pengawasan program kesehatan.
9. Percepatan penerapan PP Nomor 60 tahun 2008 tentang SPIP di
lingkungan Departemen Kesehatan.
D. Prinsip Pengawasan
Dalam rangka mel'aksanakan arah kebijakan pengawasan, Inspektorat
Jenderal Departemen Kesehatan menetapkan prinsipprinsip pengawasan
sebagai berikut :
1. Aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan , pelaporan dan
evaluasi yang dilakukan secara terkoordinasi, integrasi dan sinkronisasi
(konsisten);
7
2. Mendorong tercapainya kelembagaan yang tangguh, sumber daya yang
profesional, dan ketatal'aksanaan yang mudah, cepat, tepat dan akurat;
3. Penanganan pengaduan atau pengawasan masyarakat sesuai
mekanisme dan prosedur yang jelas, transparan tepat sasaran, efektif,
efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
berdasarkan peratura n perundangundangan;
4. Mengoptimalkan kendali mutu audit melalui pelaksanaan sesuai standar
audit dan kode etik serta supervisi setiap tahapan audit dan
didokumentasikan dalam kertas kerja audit.
5. Mengoptimalkan peranan dan hasil pengawasan fungsional dan
pengawasan masyarakat yang akan mewujudkan aparatur yang bersih
dan akuntabel;
6. Mendorong pembentukan suatu sistem yang mampu mencegah
terjadinya korupsi, ko'lusi, dan nepotisme serta bentuk penyimpangan
lainnya;
7. Inventarisasi dan analisa kelemahan, menerapkan standar audit, kode
etik dan standar kompetensi auditor untuk meningkatkan kinerja
organisasi;
8. Memantapkan implementasi pakta integritas, kepribadian yang jujur,
berani, bijaksana, profesional, independen, bertanggung jawab dan
obyektif;
9. Memberikan saran tindak lanjut terhadap penyelesaian masalah dengan
pendekatan hukum dan tata kelola pemerintahan yang baik.
E. Program dan Kegiatan Pengawasan Tahun 2010
Kebijakan pengawasan tersebut dilaksanakan melalui program dan kegiatan
pengawasan sebagai berikut :
1. Kegiatan Utama
a. Audit
Pengawasan terhadap pelaksanaan tug as di lingkungan
Departemen Kese hatan dilakukan oleh Inspektorat Jenderal antara
lain melalui audit.
8
Mengaeu pada PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah, audit o,leh Inspektorat Jenderal
Departemen Kesehatan terdiri dari :
1) Audit Kinerja yaitu audit atas pengelolaan keuangan negara dan
pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah yang terdiri
atas aspek kehematan, efisiensi dan efelktivitas.
Pada tahun 2010 Inspektorat Jenderal Depkes memprogramkan
audit kinerja terdiri dari :
a) Audit Kinerja terhadap Penggunaan Dana APBN dan PHLN
pad a Kantor Pusat, Kantor Daerah serta Dana
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
b) Audit Kinerja terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
e) Audit ォゥョ・セ。@
terhadap pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Badan Layanan Umum Rumah Sakit
serta Program Jarninan Kesehatan Masyarakat.
d) Audit Kinerja terhadap Penyelenggaraan
Pendidikan Tinggi (Anggaran Fungsi Pendid,ikan).
Program
e) Audit Kinerja terhadap Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Jemaah Haji yang dilaksanakan dengan tahap
pra operasional penyelenggaraan haji, tahap operasional
penyelenggaraan haji dan tahap pasca operasional
penyelenggaraan haji.
2) Audit Dengan Tujuan Tertentu yaitu audit yang tidak termasuk
dalam audit kinerja.
Audit Dengan Tujuan Tertentu yang diprogramkan pad a tahun
2010 meliputi :
a) Audit Tujuan Tertentu Pengadaan Barang dan Jasa (post
audit) pad a seluruh satker di 'lingkungan Kantor Pusat ;
b) Audit Pelayanan Publik dengan mengaeu pada Standar
Pelayanan Minimal (SPM) di lingkungan Departemen
Kesehatan (Pelaksanaan Desa Siaga termasuk Poskestren);
e) Audit Tujuan Tertentu terhadap Pelaksanaan "Save Papua";
d) Audit Tujuan Tertentu terhadap Anggaran Stimulus, dan
Anggaran 069 (Anggaran 999 .06) Departemen Kesehatan;
e) Audit Tujuan Tertentu terhadap pelaksanaan Bantuan Luar
Negeri pada Rumah Sakit (Bantuan Korea , NICE, Bantuan
Jerman (KfW) dan NICE;
9
f) Audit
Investigasi atas penintahlinstruksi pimpinan
berdasarkan pengaduan masyarakat, instruksi Menteri
Kesehatan, instruksi Inspektur Jenderal, usulan Sekretaris
Inspektorat Jenderal/para Inspektur;
g) Audit Khusus atas perintah/instruksi pimpinan berdasarkan
pengaduan masyarakat, instruksi Menteri Kesehatan,
Instruksi Inspektur Jenderal, usulan Sekretaris Inspektorat
Jenderal/para Inspektur;
h) Audit Dengan Tujuan lainnya menurut skala prioritas (Audit
tematik pelaksanaan program kesehatan, misalnya
Kesehatan Ibu, Kesehatan Anak, Pemberantasan TbParu,
Gizi buruk dll).
b. Reviu
Reviu merupaka n salah satu bentuk kegiatan pengawasan
berupa penilaian terhadap hasil kegiatan suatu instansi
pemerintah. Salah satu bentuk reviu yang sangat penting dan
menjadi kewajiban Inspektorat Jenderal adalah reviu terhadap
laporan keuangan berdasarkan PP No. 8 Tahun 2006 tentang
PelaporanKeuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah Departemen
Kesehatan yang akan disampaikan
kepada Menteri Keuangan
untuk dikonsolidasikan sebagai bag ian pertanggungjawaban
keuangan
pemerintah. Reviu bertujuan untuk memberikan
keyakinan akurasi, keandalan dan keabsahan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan. Sasaran reviu adalah untuk
memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan Departemen
Kesehatan telah disusun dan disajikan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP). Reviu dilakukan secara paralel
dengan pelaksanaan anggaran dan penyusunan laporan keuangan
Departemen Kesehatan.
Laporan Hasil Pemeriksaan BPKRI terhadap Laporan Keuangan
Departemen Kesehatan tahun 2007 dinyatakan disclaimer,
kemudian pad a tahun 2008 dinyatakan Wajar dengan Pengecualian.
Untuk mempertahankan supaya tidak terjadi disclaimer, Inspektorat
Jenderal tahun 2010 memprogramkan sebagai berikut :
1) Reviu atas Laporan Keuangan Departemen Kesehatan tahun
2009.
2) Reviu atas Laporan Keuangan Departemen Kesehatan tahun
2010 semester I.
3) Pra Reviu dan Penyempurnaan Inventarisasi BMN.
c. Pemantauan
10
Inspektorat Jenderal wajib untuk memantau tindak lanjut dari
rekomendasi hasil pengawasan intern, ekstern dan
pengawasan masyarakat dan mendorong pimpinan instansi
untuk memperhatikan dan melaksanakan tindak lanjut hasil
pengawasan.
Dalam tahun 2010 Inspektorat Jenderal memprogramkan
pemantauan tindak lanjut, terdini dari :
1) Monitoring/pemantauan tindak lanjut hasil audit atas temuan
Inspektorat Jenderal Depkes, BPKRI dan BPKP pad a Unit
Kerja/UPT di lingkungan Departemen Kesehatan.Terhadap
auditan yang belum melaksanakan tindak lanjut lebih dari 60
(enam puluh) hari dapat diterapkan sanksi yang tegas sesuai
ketentuan yang berlaku.
2) Pemutakhiran Data pelaksanaan tindak lanjut atas temuan hasil
pengawasan dengan Unit Utama, BPKP, Depdagrillnspektorat
Propinsi dan MENPAN.
3) Pemantauan pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun
2004
tentang
Percepatan
Pemberantasan
Korupsi
diimplementasikan di lingkungan Inspektorat Jenderal Depkes
melalui antara lain :
a) Eselon II ke atas dan auditor wajib melaporkan harta
kekayaannya kepada KPK;
b) Pemantauan Pelaksanaan Keppres Nomor 80 Tahun 2003
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah secara konsisten untuk mencegah Iberbagai
macam kebocoran dan pemborosan penggunaan keuangan
Negara (Lembar Kendali APIP) .
d. Evaluasi
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang ditetapkan
melalui PP Nomor 60 tahun 2008 merupakan lapisan
pengawasan terdepan yang menjadi benteng pertahanan terhadap
setiap upaya penyimpangan dan hambatan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Setiap unit dalam suatu
instansi perlu menyelenggarakan sistem pengendalian intern, yang
secara berkala dievaluasi secara mandiri (self assesment).
11
Inspektorat Jenderal melakukan evaluasi terhadap hasi,1
pengawasan dan menyampaikan kepada Unit Utama di lingkungan
Departemen Kesehatan bahwa pelaksanaan Sistem Pengendalian
Intern yang benar dapat
berperan sebagai early warning
system atau alat kendali yang dapat memberikan peringatan dini
terhadap kemungkinan エ・セ。、ゥョケ@
penyimpangan dan memberikan
jaminan kualitas (quality assurance) bagi penyelenggaraan
pemerintahan.
e. Pembinaan Pengawasan
Dalam rangka lebih memperjelas ruang lingkup pelaksanaan
pengawasan Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan
menyelenggarakan Pembinaan Pengawasan dengan materi hasil
pengawasan.
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 238 Tahun 2009 tentang
pelaksanaan SPIP di lingkungan Depkes RI, Inspektorat Jenderal
mengkoordinir Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di
lingkungan Departemen Kesehatan. Sosialisasi PP Nomor 60 tahun
2008 diprogramkan tahun 2010 di lingkungan Unit Utama.
2.
Kegiatan Penunjang
a.
Sinergi Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan
Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal Depkes dengan Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah lainnya dUakukan dengan prinsip
sinergisme yaitu kerjasama yang saling mendukung satu sama lain
sehingga tercipta koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik program
pengawasan maupun manajerial. k・セ。@
sam a fungsional dilakukan
dalam bentuk "joint audit" atau joint evaluasi antara lain dengan
BPKP atau Kementerian Negara Lainnya (Depkeu) .
b.
Pengumpulan Data Awal Bahan Pengawasan
Sejalan dengan PP Nomor 60 tahun 2008 dan standar audit
dinyatakan bahwa kewajiban APIP antara lain menyusun rencana
pengawasan dengan prioritas pada kegiatan yang mempunyai risiko
terbesar terhadap pencapaian tujuan organisasi . Dalam rangka
memenuhi kebutuhan perencanaan dan penugasan audit perlu data
dan bahan yang dapat dipergunakan untuk penyusunan rencana
audit, sehingga penyusunan program kerja audit lebih terarah,
dengan memperhatikan risk based audit. Kegiatan Pengumpulan
dan Pengolahan Data diprogramkan tahun 2010 antara lain untuk
12
identifikasi program dan kegiatan untuk bahan perencanaan dan
persiapan pemeriksaaJn.
c. Pendidikan dan Pelatihan
Berbagai kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan, kapabilitas, dan profesionalisme SDM
Pengawasan, perlu terus ditingkatkan melalui pendidikan dan
pelatihan pengawasan yang meliputi diklat sertifikasi JFA, diklat
penjenjangan struktural, diklat manajemen pengawasan, diklat teknis
substansi (antara la,in termasuk diklat pengawasan program,
diklat evaluasi kinerja).
Program Pendidikan dan Pelatihan tahun 2010 terdiri dari :
1) Diklat Penjejangan Struktural untuk PIM IV, PIM III', PIM II dan
PIM I yang pelaksanaannya disesuaikan dengan rencana
kebutuhan pengembangan SDM Itjen dan program Badan
PPSDM Kesehatan dan LAN;
2) Diklat JFA untuk Tingkat Ahli (PNS baru), Tingkat Ketua TIM
(sesuai hasil psikotest), Tingkat Pengendali Teknis, Tingkat
Pengendali Mutu. Untuk Diklat Tingkat Ahli dan Ketua Tim dapat
diselenggarakan secara mandiri kerjasama dengan Pusdiklatwas
BPKP;
3) Diklat Substansi Audit (diklat program kesehatan sesuai prioritas
dan diusulkan oleh Inspektur), Diklat Investigasi (Pusdiklat
Kejaksaan).
4) Diklat sertifikasi berbasis kompetensi (Leadership, QIA dll).
d. Pengembanga,n dan Studi di bidang pengawasan
Selain Pendidikan dan Pelatihan perlu pula dilakukan SDM
Pengawasan melalui :
1) Forum seperti Pelatihan di Kantor Sendiri (PKS), diskusi, studi
kasus berbagai masalah yang berhubungan dengan
pengawasan dalam rangka meningkatkan dan memelihara
konsep pendidikan dan pelatihan berkelanjutan (continuing
professional education) .
2) Mendukung dan mengikutsertakan pegawai Inspektorat Jenderal
dalam kegiata n seminar/temu karya ilmiah yang relevan dan
13
i.
Kegiatan Penunjang Lainnya
Kegiatan Inspektorat Jenderal yang juga merupakan kegiatan
penunjang meliputi kewajiban penyusunan laporan berkala (bulanan,
triwulanan, tahunan), Rapat Kerja Inspektorat Jenderal, penyusunan
kebijakan pengawasan, penyusunan UPKPT dan PKPT,
penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) serta klarifikasi
atas pengaduan masyarakat.
3. Koordinasi Pengawasan
a. Rapat Koordinasi Pengawasan
Pengawasan penyelenggaraan pemerintahan di tingkat pusat
dilaksanakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
berdasarkan Perpres No. 9 Tahun 2005, sedangkan pengawasan
atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dikoordinasikan oleh
Departemen Dalam Negeri berdasarkan UU, Nomor 32 Tahun 2004
yang selanjutnya dijabarkan dalam PP No. 79 Tahun 2005 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
Untuk meningkatkan koordinasi pengawasan di antara jajaran APIP
perlu dHaksanakan Rapat Koordinasi Pengawasan (Rakorwas) guna
diperoleh kesamaan persepsi mengenai kebijakan pengawasan,
memantapkan sinergi pengawasan, dan sekaligus mengeliminasi
adanya
tumpangtindih
pelaksanaan
audit.
Rakorwas
diselenggarakan dalam bentuk Rakorwas Nasional yang diikuti unsur
APIP Pusat dan Daerah dengan tujuan untuk membahas isuisu
pengawasan yang relevan.
Kegiatan rapat koordinasi pengawasan Inspektorat Jenderal Depkes
yaitu koordinasi antara Inspektorat Jenderal Depkes dengan
Pimpinan Satker di lingkungan Departemen Kesehatan, dilaksanakan
dalam bentuk pertemuan atau rapat kerja pengawasan yang
membahas kebijakan pengawasan, dan tindak lanjut hasill
pengawasan APF yang dilakukan secara regional.
b. Koordinasi Pelaporan
Koordinasi pelaporan dilakukan melalui pengmman laporan hasil
pengawasan Inspektorat Jenderal ke BPKRI dan ke APIP lainnya
yang memerlukan, diantaranya Inspektorat Provinsi/Kab
IKota (Iaporan hasil audit dana dekonsentrasi dan tugas
pembantuan).
15
BAB III
INDIKATOR KINERJA
Dalam rangka reformasi birokrasi di bidang perencanaan dan penganggaran
untuk RPJMN 2010 2014 dilakukuan restrukturisasi program dan kegiatan
dengan tujuan untuk meletakan prinsip dasar penerapan anggaran berbasis
kinerja. Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan tahun 2010 menetapkan
program dan kegiatan prioritas, sasaran, indikator outcome, indikator output
serta target sebagai berikut :
Ptrsalla.o;;e NSPK J Siandar Audit I Pen!,>aW3S3n yang leJah
dlletapi.;M dan dilalsanahn
100
Persenl:lSc Icrlali.!iilll:snya Program Keqa Peng21wasan
Ti'lhunan. Sal!.cr I AudlliWl 、ゥィョセャ[オァSヲ@
Depanen'letl
100
KesehalOlll
PeBenla..; e reJ,;omendas. hzuil pengawnun dJ1::W1ilhn bagi
J,;er)D
pellg.tmbilan t.cpulusan ptmpman セゥャ@
S Perscntase le"..."VI l:lporan hnsil penga\\':lSatl yang
100
60
100
Persenln.'((! NSPK I SI:Uldar Audil l Pengaw:lSOUl
ケ[カLセ@
100
dllel3p1iarJ dM dllaksan.u.an
Per.ienla.... .: h.:rlali.silIlanya Pro!,;ram Kelja Pmg3wasOU'l
Tatu.Wlan . Salker I Aooll
NOMOR : 01T.PS.00.00.214.09.
TENTANG
KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENOERAL OEPKES RI
TAHUN 2010
INSPEKTUR JENOERAL OEPARTE'MEN KESEHATAN RI
Menimbang
: a. bahwa dalam rangka menjamin terlaksananya
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di bidang
kesehatan secara efektif dan efisien dalam rangka
mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good
governance) perlu adanya pengawasan.
b. bahwa dalam percepatan pemberantasan KKN perl u
adanya pengawasan yang profesional dan akuntabel.
c. bahwa untuk meningkatkan kualitas pengawasan
program pembangunan kesehatan, perlu ditetapkan
Keputusan Inspektur Jenderal Dep,kes RI tentang
Kebijakan Pengawasan Tahun 2010.
Mengingat
1. UndangUndang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor
100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
14. Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan , Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian;
15. Keputusan Presiden RI Nomor 74 Tahun 2001 tentang
Tata
Cara
Pengawasan
Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah;
16. Keputusan Presiden RI Nomor 80 Tahun 2003 dan
perubahannya tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah;
17.lnstruksi Presiden RI Nomor 5 Tahun 2004 tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi;
18. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor PER/03/M.PAN/02/2006 tentang Kebijakan
Pengawasan Nasional Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah tahun 2006;
19. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah;
RI
Nomor
20. Peraturan
Menteri
Kesehatan
1575/MENKES/PER/XI/2005 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kesehatan;
RI
Nomor
21. Keputusan Menteri
Kesehatan
238/Menkes/SKlIV/2009 tentang Pelaksanaan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah di lingkungan
Departemen Kesehatan RI;
22.lnstruksi Menteri Kesehatan RI Nomor 234/Menkesl
IMSIII/2005 tentang Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil
Pengawasan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah;
23. Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur
SE/0211npan/01/2005
tentang
Negara
Nomor
Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah;
2. UndangUndang Nomor 28 Tahun 1999, tentang
Penyelenggaraan Negara yang 8ebas Kolusi, Korupsi
dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor
75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851)
3. UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara;
4. UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara;
5. UndangUndang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara;
6. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;
7. UndangUndang Nomer 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah;
8. Peraturan Pemerintah Nemer 39 Tahun 2006 tentang
Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan;
9. Peraturan Pemerintah Nemer 65 Tahun 2005 tentang
Pedeman Penyusunan dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal (SPM);
10. Peraturan Pemerintah Nemer 79 Tahun 2005 tentang
Pedeman
Pembinaan
dan
Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
11. Peraturan Pemerintah Nemer 8 Tahun 2006 tentang
Pelaperan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
Depkes;
12. Peraturan Pemerintah Nemer 7 Tahun 2008 tentang
Dana Dekensentrasi dan Tugas Pembantuan;
13. Peraturan Pemerintah Nemer 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah;
MEMUTUSKAN
Menetapkan
Pertama
KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERAL DEPARTEMEN
KESEHATAN RI TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN
INSPEKTORAT
JENDERAL
DEPARTEMEN
KESEHATAN RI TAHUN 2010;
Kedua
Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal Departemen
Kesehatan RI Tahun 2010 sebagaimana dimaksud diktum
pertama tercantum dalam lampiran keputusan ini;
Ketiga
Kebijakan Pengawasan sebagaimana dimaksud diktum
kedua agar digunakan sebagai pedoman pelaksanaan
pengawasan oleh Inspektorat Jenderal Departemen
Kesehatan RI;
Keempat
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
Pada tanggal
Jakarta
Januari 2010
-
Faig Bahfen
NIP. 19501130 197507 1 001
Lampiran
KEPUTUSANINSPEKTURJENDERAL
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
NOMOR : 01T.PS.OO.OO.214.09 ....... .
TENTANG
KEBIJAKAN PENGAWASAN
INSPEKTORAT JENDERAL DEPKES RI
TAHUN 2010
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mendukung peningkatan derajat
kesehatan masyarakat melalui pelayanan kesehatan yang murah/gratis dan
berkualitas terutama untuk penduduk miskin, penduduk di wilayah daerah
terpencil, tertinggal dan perbatasan. Untuk mencapai sasaran dan
melaksanakan prioritas pembangunan kesehatan yang telah diitetapkan
dihadapkan pada kenyataan tersedianya anggaran pemerintah yang terbatas.
Seiring dengan hal tersebut Menteri Kesehatan antara lain mengharapkan
agar perencanaan dan penganggaran pembangunan kesehatan disusun
secara terpadu. Dengan upaya ini, pembiayaan kesehatan yang terbatas
akan dapat dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya.
Perencanaan dan penganggaran terpadu antar program, antar pusat dan
daerah dapat meniadakan berbagai kegi'atan yang tumpang tindih dan
meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran serta dapat membuat
langkahIangkah untuk percepatan penyerapan anggaran. Setiap tahun telah
dilaporkan berbagai upaya untuk mengatasi hambatan dalam meningkatkan
penyerapan APBN, namun hasilnya belum dapat diwujudkan.
Pengelolaan keuangan negara diharapkan dilaksanakan secara efektif,
efisien, transparan dan akuntabel. Untuk mencapai hal tersebut
MenterilPimpinan lembaga wajib melakukan pengendalian intern
pemerintahan, sebagaimana secara tegas dinyatakan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah, pasal2 ayat (1).
Salah satu faktor penting yang dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan
pengendalian intern pemerintah adalah efektifitas peran Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah. Oleh karena itu Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
perlu melakukan pembenahan dalam melaksanakan kegiatan pengawasan
supaya dapat memberikan masukan bagi Kementerian Negara. Peran Aparat
Pengawasan Internal yang saat ini sedang dikembangkan meliputi
peningkatan efektifitas manajemen risiko (risk management), pengendalian
dan tata pemerintahan yang baik (good governance)
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1575/MENKESI
PER/XII2005 tanggal 16 Nopember 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kesehatan, Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan
melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi Departemen Kesehatan sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan dan berdasarkan peraturan perundangundangan.
Da'iam melaksanakan tug as tersebut, Inspektorat Jenderal Departemen
Kesehatan mempunyai fungsi :
1. penyiapan perum usan kebijakan Departemen d1i bidang pengawasan.
2. pelaksanaan pengawasan kinerja, pengawasan keuangan, pengawasan
untuk tujuan tertentu
3. penyusunan laporan hasil pengawasan
4. pelaksanaan urusan administrasi dan dukungan teknis Inspektorat
Jenderal.
Untuk dapat melaksanakan peran pengawasan secara optimal perlu
ditetapkan prioritas sasaran pengawasan yang dituangkan kedalam
Kebijakan Pengawasan.
Kebijakan pengawasan ini diharapkan dapat mendorong terwujudnya
pengawasan oleh Inspektorat Jenderal Depkes berjalan lebih efektif, yang
pada gilirannya dapat memberi kontribusi nyata bagi terselenggaranya
pemerintahaan yang baik (good governance) serta terciptanya aparatur yang
bersih dan bertanggung jawab be bas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) di
lingkungan Departemen Kesehatan.
B. Ruang Lingkup
Pengawasan sebagai salah satu fungsi organik manajemen sesungguhnya
dilaksanakan oleh setiap manajemen sesuai tingkatan dan ruang lingkupnya.
Setiap pimpinan suatu kegiatan/program melekat tugas pengawasan dalam
lingkup kegiatan/programnya.
Ruang lingkup kebijakan pengawasan ini diarahkan sebagai dasar
perumusan kegiatan pengawasan di lingkungan Inspektorat Jenderal. Namun
demikian mengingat keberhasilan pengawasan di lingkungan Departemen
Kesehatan bukan semata tanggung jawab Inspektorat Jenderal maka
kebijakan pengawasan ini hendaknya menjadi salah satu referensi dalam
melaksanakan pengawasan oleh pimpinan Unit Organisasi lainnya.
c.
Maksud dan Tujuan
Kebijakan pengawasan dimaksud merupakan serangkaian keputusan yang
harus dijadikan pedoman dalam menentukan arah pelaksanaan kegiatan
karena dalam kebUakan pengawasan terkandung kegiatankegiatan strategis
dan prioritas yang selanjutnya perlu dirumuskan secara jelas dan terinci
dalam Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT). Hasil pengawasan
diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi terselenggarannya
manajemen pemerintahan dibidang kesehatan yang baik, agar dapat
terwujudnya akuntabilitas publik, transparan, dan terciptanya aparatur
pemerintahan yang bersih dan bertanggungjawab
2
Tujuan penyusunan Kebijakan pengawasan adalah :
1. Menetapkan arah kebijakan, program dan kegiatan peng'awasan di
lingkungan Departemen Kesehatan tahulil 2010.
2. Meningkatkan pelaksanaan pengawasan supaya dapat berjalan efektif
dan efisien serta memberikan sumbangan nyata bagi kelancaran tugas
pokok dan fungsi Departemen Kesehatan dalam mencapai keberhasilan
pembangunan di bidang kesehatan .
3. Menjadi dasar penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan
(PKPT) tahun 2010.
D. PengertianPengertian
1. Pengawasan adalah seluruh proses kegiatan penilaian terhadap tugas
dan fungsi satuan organisasi atau satuan kerja dengan tujuan untuk
memastikan apakah pelaksanaan tug as dan fungsi telah sesuai dengan
rencana, kebijakaln yang ditetapkan dan peraturan perundangundangan.
2. Audit atau pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan
evaluasi bukti yang dilakukan secara independen, obyektif, dan
profesional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan
dan tanggungjawab keuangan negara.
3. Standar audit adalah kriteria atau ukuran mutu untuk melakukan
kegiatan audit yang wajib dipedomani oleh Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah
4. Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pad a tindakan
dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan
seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi mel'alui kegiatan yang efektif dan efisien,
kendala pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan
terhadap peraturan perundangundangan.
5. Pengawasan Fungsional atau Wasnal adalah pengawasan yang
dilakukan oleh aparat pengawasan secara fungsional, baik intern
maupun ekstern pemerintah, terhadap pelaksanaan tugas umum
pemerintahan dan pelayanan masyarakat agar sesuai dengan rencana
dan peraturan perundangundangan.
3
6. Pengawasan Masyarakat atau Wasmas adalah pengawasan yang
dilakukan oleh warga masyarakat terhadap penyelenggaraan
pemerintahan, disampaikan secara lisan atau tulisan kepada aparatur
pemerintah yang berkepentingan, berupa sumbangan pikiran, saran,
gagasan atau pengaduan yang bersifat membangun, baik secara
langsung maupun melalui media masa.
7. Audit kゥョ・セ。@
merupakan audit atas pengelolaan keuangan negara dan
pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang terdiri atas
aspek kehematan, efisiensi dan efektivitas.
8. Audit dengan tujuan tertentu mencakup audit yang tidak termasuk dalam
audit kinerja, antara lain audit investigatif, audit atas penyelenggaraan
SPIP, dan audit atas halhal lain dibidang keuangan.
9. Reviu adalah penelaahan ulang buktibukti suatu kegiatan untuk
memastikan bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan, standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan.
10. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau prestasi
suatu kegiatan dengan standar, rencana, atau norma yang telah
ditetapkan, dan menentukan faktorfaktor yang mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan.
11. Pemantauan adalah proses penilaian kemajuan suatu program atau
kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
12. Satuan Organisasi adalah unit organisasi di mana diselenggarakan Ikegiatankegiatan administrasi yang di dalamnya terdapat pejabatpejabat
yang mengurusi administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan,
dan administrasi umum.
13. Satuan Kerja adalah unit organisasi yang melaksanakan administrasi
tertentu dan tidak memenuhi unsur yang menangani urusan
kepegawaian, keuangan, perlengkapan, dan administrasi umum.
14. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah satuan
organisasi yang bersifat mandiri yang melaksanakan tugas teknis
operasional, tugas teknis penunjang, dan tugas teknis yang
berhubungan dengan pelayanan masyarakat.
15. Auditor adalah pejabat fungsional PNS dilingkungan Instansi
Pemerintah sesuai dengan peraturan perundangundangan.
16. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang
dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah yang
mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rang ka
4
pe!aksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana
dilaksanakan untuk instansi vertikal pusat dan di daerah.
yang
17. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN
yang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua
penerimaan dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan.
18. Penilaian Resiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan
kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran
instansi pemerintah
19. Kode Etik adalah pernyataan tentang pri,nsip moral dan nilai yang
digunakan oleh auditor sebagai pedoman tingkah laku dalam
melaksanakan tugas pembantuan .
5
BAB II
KEBIJAKAN PENGAWASAN TAHUN 2010
A. Tujuan Pengawasan
Pengawasan Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan terhadap
pelaksanaan tugas di lingkungan Departemen Kesehatan bertujuan untuk :
1. Memberikan keyakinan yang memada,i atas ketaatan, kehematan,
efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan
fungsi Departemen Kesehatan.
2. Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen
risiko dalam penyelengga /iaan tugas dan fungsi Departemen Kesehatan.
3. Meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi
Departemen Kesehatan.
B. Sasaran Pengawasa n
Sasaran pengawasan Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan adalah
sebagai berikut :
1. Terwujudnya sistem pengendalian intern pada unit kerja yang
menerapkan administrasi
akuntabel di lingkungan Departemen
Kesehatan .
2. Terciptanya sistem kelembagaan & tata pemerintahan di lingkungan
Departemen Kesehatan yang bersih, efisien, transparan, dan akuntabel.
. 3. Tercapainya cakupan pengawasan hingga 100% dari, program kerja
pengawasan tahunan yang ditetapkan.
4. Berkurangnya secara nyata praktek KKN di lingkungan Departemen
Kesehatan.
c.
Arah Kebijakan Pengawasan
Kebijakan pengawasan Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan tahun
2010 diarahkan pada peningkatan peran dan fungsi pengawasan intern
pemerintah, guna membantu dan mendorong terwujudnya penyelenggaraan
pemerintahan yang baik (good governance), pelayanan publik dilaksanakan
sesuai kebijakan dan rencana yang ditetapkan serta mendorong agar tujuan
pembangunan kesehatan dapat dicapai secara hemat, efisien , efektif dan
bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
6
Kebijakan pengawasan tahun 2010 mencakup keseluruhan proses kegiatan
mulai dari aspek kebijakan, penyusunan rencana, pelaksanaan sampai
dengan manfaat suatu kegiatan untuk mendapatkan suatu penilaian yang
obyektif, sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam
mewujudkan penyelenggaraan tugas di lingkungan Departemen Kesehatan.
Arah kebijakan pengawasan dal'am rangka pelaksanaan pembangunan
kesehatan tahun 2010, diuraikan sebagai berikut :
1. Peningkatan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pengawasan untuk
mewujudkan keterpaduan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(pengawasan fungsional, pengendalian intern dan pengawasan
masyarakat).
2. Peningkatan kualitas pengawasan melalui supervisi secara memadai yang
dilaksanakan pada setiap tahapan audit untuk memastikan tercapainya
sasaran, dan meningkatnya kemampuan auditor serta penatausahaan
dokumen audit dalam bentuk kertas kerja audit yang tertib dan sistematis
3. Percepatan pelaksanaan tindak lanjut hasilhasil pengawasan.
4. Penilaian kinerja secara tepat untuk dilakukan tindakan secara dini dan
dapat memberikan masukan bagi pengelola maupun penanggung j,awab
program.
5. Peningkatan pembinaan dan memberikan konsultasi pengawasan
kepada penanggung jawab program tentang masalah yang ditemukan
dalam pengawasan untuk mencegah dan memperkecil terjadinya
penyimpangan.
6. Peningkatan kerjasama di bidang pengawasan melalui koordinasi
integrasi dan sinkronisasi dengan Aparat Pengawas Fungsional baik
intern maupun ekstern pemerintah dalam rangka sinergi pengawasan.
7. Pencegahan dan pemberantasan KKN antara lain melalui pemberian
rekomendasi yang tegas bagi pelaku KKN sesuai ketentuan yang berlaku.
8. Peningkatan kualitas pengawasan melalui pengembangan, peningkatan
kualitas dan kuantitas SDM pengawasan serta penyusunan NSPK
pengawasan program kesehatan.
9. Percepatan penerapan PP Nomor 60 tahun 2008 tentang SPIP di
lingkungan Departemen Kesehatan.
D. Prinsip Pengawasan
Dalam rangka mel'aksanakan arah kebijakan pengawasan, Inspektorat
Jenderal Departemen Kesehatan menetapkan prinsipprinsip pengawasan
sebagai berikut :
1. Aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan , pelaporan dan
evaluasi yang dilakukan secara terkoordinasi, integrasi dan sinkronisasi
(konsisten);
7
2. Mendorong tercapainya kelembagaan yang tangguh, sumber daya yang
profesional, dan ketatal'aksanaan yang mudah, cepat, tepat dan akurat;
3. Penanganan pengaduan atau pengawasan masyarakat sesuai
mekanisme dan prosedur yang jelas, transparan tepat sasaran, efektif,
efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
berdasarkan peratura n perundangundangan;
4. Mengoptimalkan kendali mutu audit melalui pelaksanaan sesuai standar
audit dan kode etik serta supervisi setiap tahapan audit dan
didokumentasikan dalam kertas kerja audit.
5. Mengoptimalkan peranan dan hasil pengawasan fungsional dan
pengawasan masyarakat yang akan mewujudkan aparatur yang bersih
dan akuntabel;
6. Mendorong pembentukan suatu sistem yang mampu mencegah
terjadinya korupsi, ko'lusi, dan nepotisme serta bentuk penyimpangan
lainnya;
7. Inventarisasi dan analisa kelemahan, menerapkan standar audit, kode
etik dan standar kompetensi auditor untuk meningkatkan kinerja
organisasi;
8. Memantapkan implementasi pakta integritas, kepribadian yang jujur,
berani, bijaksana, profesional, independen, bertanggung jawab dan
obyektif;
9. Memberikan saran tindak lanjut terhadap penyelesaian masalah dengan
pendekatan hukum dan tata kelola pemerintahan yang baik.
E. Program dan Kegiatan Pengawasan Tahun 2010
Kebijakan pengawasan tersebut dilaksanakan melalui program dan kegiatan
pengawasan sebagai berikut :
1. Kegiatan Utama
a. Audit
Pengawasan terhadap pelaksanaan tug as di lingkungan
Departemen Kese hatan dilakukan oleh Inspektorat Jenderal antara
lain melalui audit.
8
Mengaeu pada PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah, audit o,leh Inspektorat Jenderal
Departemen Kesehatan terdiri dari :
1) Audit Kinerja yaitu audit atas pengelolaan keuangan negara dan
pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah yang terdiri
atas aspek kehematan, efisiensi dan efelktivitas.
Pada tahun 2010 Inspektorat Jenderal Depkes memprogramkan
audit kinerja terdiri dari :
a) Audit Kinerja terhadap Penggunaan Dana APBN dan PHLN
pad a Kantor Pusat, Kantor Daerah serta Dana
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
b) Audit Kinerja terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
e) Audit ォゥョ・セ。@
terhadap pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Badan Layanan Umum Rumah Sakit
serta Program Jarninan Kesehatan Masyarakat.
d) Audit Kinerja terhadap Penyelenggaraan
Pendidikan Tinggi (Anggaran Fungsi Pendid,ikan).
Program
e) Audit Kinerja terhadap Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Jemaah Haji yang dilaksanakan dengan tahap
pra operasional penyelenggaraan haji, tahap operasional
penyelenggaraan haji dan tahap pasca operasional
penyelenggaraan haji.
2) Audit Dengan Tujuan Tertentu yaitu audit yang tidak termasuk
dalam audit kinerja.
Audit Dengan Tujuan Tertentu yang diprogramkan pad a tahun
2010 meliputi :
a) Audit Tujuan Tertentu Pengadaan Barang dan Jasa (post
audit) pad a seluruh satker di 'lingkungan Kantor Pusat ;
b) Audit Pelayanan Publik dengan mengaeu pada Standar
Pelayanan Minimal (SPM) di lingkungan Departemen
Kesehatan (Pelaksanaan Desa Siaga termasuk Poskestren);
e) Audit Tujuan Tertentu terhadap Pelaksanaan "Save Papua";
d) Audit Tujuan Tertentu terhadap Anggaran Stimulus, dan
Anggaran 069 (Anggaran 999 .06) Departemen Kesehatan;
e) Audit Tujuan Tertentu terhadap pelaksanaan Bantuan Luar
Negeri pada Rumah Sakit (Bantuan Korea , NICE, Bantuan
Jerman (KfW) dan NICE;
9
f) Audit
Investigasi atas penintahlinstruksi pimpinan
berdasarkan pengaduan masyarakat, instruksi Menteri
Kesehatan, instruksi Inspektur Jenderal, usulan Sekretaris
Inspektorat Jenderal/para Inspektur;
g) Audit Khusus atas perintah/instruksi pimpinan berdasarkan
pengaduan masyarakat, instruksi Menteri Kesehatan,
Instruksi Inspektur Jenderal, usulan Sekretaris Inspektorat
Jenderal/para Inspektur;
h) Audit Dengan Tujuan lainnya menurut skala prioritas (Audit
tematik pelaksanaan program kesehatan, misalnya
Kesehatan Ibu, Kesehatan Anak, Pemberantasan TbParu,
Gizi buruk dll).
b. Reviu
Reviu merupaka n salah satu bentuk kegiatan pengawasan
berupa penilaian terhadap hasil kegiatan suatu instansi
pemerintah. Salah satu bentuk reviu yang sangat penting dan
menjadi kewajiban Inspektorat Jenderal adalah reviu terhadap
laporan keuangan berdasarkan PP No. 8 Tahun 2006 tentang
PelaporanKeuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah Departemen
Kesehatan yang akan disampaikan
kepada Menteri Keuangan
untuk dikonsolidasikan sebagai bag ian pertanggungjawaban
keuangan
pemerintah. Reviu bertujuan untuk memberikan
keyakinan akurasi, keandalan dan keabsahan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan. Sasaran reviu adalah untuk
memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan Departemen
Kesehatan telah disusun dan disajikan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP). Reviu dilakukan secara paralel
dengan pelaksanaan anggaran dan penyusunan laporan keuangan
Departemen Kesehatan.
Laporan Hasil Pemeriksaan BPKRI terhadap Laporan Keuangan
Departemen Kesehatan tahun 2007 dinyatakan disclaimer,
kemudian pad a tahun 2008 dinyatakan Wajar dengan Pengecualian.
Untuk mempertahankan supaya tidak terjadi disclaimer, Inspektorat
Jenderal tahun 2010 memprogramkan sebagai berikut :
1) Reviu atas Laporan Keuangan Departemen Kesehatan tahun
2009.
2) Reviu atas Laporan Keuangan Departemen Kesehatan tahun
2010 semester I.
3) Pra Reviu dan Penyempurnaan Inventarisasi BMN.
c. Pemantauan
10
Inspektorat Jenderal wajib untuk memantau tindak lanjut dari
rekomendasi hasil pengawasan intern, ekstern dan
pengawasan masyarakat dan mendorong pimpinan instansi
untuk memperhatikan dan melaksanakan tindak lanjut hasil
pengawasan.
Dalam tahun 2010 Inspektorat Jenderal memprogramkan
pemantauan tindak lanjut, terdini dari :
1) Monitoring/pemantauan tindak lanjut hasil audit atas temuan
Inspektorat Jenderal Depkes, BPKRI dan BPKP pad a Unit
Kerja/UPT di lingkungan Departemen Kesehatan.Terhadap
auditan yang belum melaksanakan tindak lanjut lebih dari 60
(enam puluh) hari dapat diterapkan sanksi yang tegas sesuai
ketentuan yang berlaku.
2) Pemutakhiran Data pelaksanaan tindak lanjut atas temuan hasil
pengawasan dengan Unit Utama, BPKP, Depdagrillnspektorat
Propinsi dan MENPAN.
3) Pemantauan pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun
2004
tentang
Percepatan
Pemberantasan
Korupsi
diimplementasikan di lingkungan Inspektorat Jenderal Depkes
melalui antara lain :
a) Eselon II ke atas dan auditor wajib melaporkan harta
kekayaannya kepada KPK;
b) Pemantauan Pelaksanaan Keppres Nomor 80 Tahun 2003
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah secara konsisten untuk mencegah Iberbagai
macam kebocoran dan pemborosan penggunaan keuangan
Negara (Lembar Kendali APIP) .
d. Evaluasi
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang ditetapkan
melalui PP Nomor 60 tahun 2008 merupakan lapisan
pengawasan terdepan yang menjadi benteng pertahanan terhadap
setiap upaya penyimpangan dan hambatan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Setiap unit dalam suatu
instansi perlu menyelenggarakan sistem pengendalian intern, yang
secara berkala dievaluasi secara mandiri (self assesment).
11
Inspektorat Jenderal melakukan evaluasi terhadap hasi,1
pengawasan dan menyampaikan kepada Unit Utama di lingkungan
Departemen Kesehatan bahwa pelaksanaan Sistem Pengendalian
Intern yang benar dapat
berperan sebagai early warning
system atau alat kendali yang dapat memberikan peringatan dini
terhadap kemungkinan エ・セ。、ゥョケ@
penyimpangan dan memberikan
jaminan kualitas (quality assurance) bagi penyelenggaraan
pemerintahan.
e. Pembinaan Pengawasan
Dalam rangka lebih memperjelas ruang lingkup pelaksanaan
pengawasan Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan
menyelenggarakan Pembinaan Pengawasan dengan materi hasil
pengawasan.
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 238 Tahun 2009 tentang
pelaksanaan SPIP di lingkungan Depkes RI, Inspektorat Jenderal
mengkoordinir Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di
lingkungan Departemen Kesehatan. Sosialisasi PP Nomor 60 tahun
2008 diprogramkan tahun 2010 di lingkungan Unit Utama.
2.
Kegiatan Penunjang
a.
Sinergi Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan
Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal Depkes dengan Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah lainnya dUakukan dengan prinsip
sinergisme yaitu kerjasama yang saling mendukung satu sama lain
sehingga tercipta koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik program
pengawasan maupun manajerial. k・セ。@
sam a fungsional dilakukan
dalam bentuk "joint audit" atau joint evaluasi antara lain dengan
BPKP atau Kementerian Negara Lainnya (Depkeu) .
b.
Pengumpulan Data Awal Bahan Pengawasan
Sejalan dengan PP Nomor 60 tahun 2008 dan standar audit
dinyatakan bahwa kewajiban APIP antara lain menyusun rencana
pengawasan dengan prioritas pada kegiatan yang mempunyai risiko
terbesar terhadap pencapaian tujuan organisasi . Dalam rangka
memenuhi kebutuhan perencanaan dan penugasan audit perlu data
dan bahan yang dapat dipergunakan untuk penyusunan rencana
audit, sehingga penyusunan program kerja audit lebih terarah,
dengan memperhatikan risk based audit. Kegiatan Pengumpulan
dan Pengolahan Data diprogramkan tahun 2010 antara lain untuk
12
identifikasi program dan kegiatan untuk bahan perencanaan dan
persiapan pemeriksaaJn.
c. Pendidikan dan Pelatihan
Berbagai kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan, kapabilitas, dan profesionalisme SDM
Pengawasan, perlu terus ditingkatkan melalui pendidikan dan
pelatihan pengawasan yang meliputi diklat sertifikasi JFA, diklat
penjenjangan struktural, diklat manajemen pengawasan, diklat teknis
substansi (antara la,in termasuk diklat pengawasan program,
diklat evaluasi kinerja).
Program Pendidikan dan Pelatihan tahun 2010 terdiri dari :
1) Diklat Penjejangan Struktural untuk PIM IV, PIM III', PIM II dan
PIM I yang pelaksanaannya disesuaikan dengan rencana
kebutuhan pengembangan SDM Itjen dan program Badan
PPSDM Kesehatan dan LAN;
2) Diklat JFA untuk Tingkat Ahli (PNS baru), Tingkat Ketua TIM
(sesuai hasil psikotest), Tingkat Pengendali Teknis, Tingkat
Pengendali Mutu. Untuk Diklat Tingkat Ahli dan Ketua Tim dapat
diselenggarakan secara mandiri kerjasama dengan Pusdiklatwas
BPKP;
3) Diklat Substansi Audit (diklat program kesehatan sesuai prioritas
dan diusulkan oleh Inspektur), Diklat Investigasi (Pusdiklat
Kejaksaan).
4) Diklat sertifikasi berbasis kompetensi (Leadership, QIA dll).
d. Pengembanga,n dan Studi di bidang pengawasan
Selain Pendidikan dan Pelatihan perlu pula dilakukan SDM
Pengawasan melalui :
1) Forum seperti Pelatihan di Kantor Sendiri (PKS), diskusi, studi
kasus berbagai masalah yang berhubungan dengan
pengawasan dalam rangka meningkatkan dan memelihara
konsep pendidikan dan pelatihan berkelanjutan (continuing
professional education) .
2) Mendukung dan mengikutsertakan pegawai Inspektorat Jenderal
dalam kegiata n seminar/temu karya ilmiah yang relevan dan
13
i.
Kegiatan Penunjang Lainnya
Kegiatan Inspektorat Jenderal yang juga merupakan kegiatan
penunjang meliputi kewajiban penyusunan laporan berkala (bulanan,
triwulanan, tahunan), Rapat Kerja Inspektorat Jenderal, penyusunan
kebijakan pengawasan, penyusunan UPKPT dan PKPT,
penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) serta klarifikasi
atas pengaduan masyarakat.
3. Koordinasi Pengawasan
a. Rapat Koordinasi Pengawasan
Pengawasan penyelenggaraan pemerintahan di tingkat pusat
dilaksanakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
berdasarkan Perpres No. 9 Tahun 2005, sedangkan pengawasan
atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dikoordinasikan oleh
Departemen Dalam Negeri berdasarkan UU, Nomor 32 Tahun 2004
yang selanjutnya dijabarkan dalam PP No. 79 Tahun 2005 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
Untuk meningkatkan koordinasi pengawasan di antara jajaran APIP
perlu dHaksanakan Rapat Koordinasi Pengawasan (Rakorwas) guna
diperoleh kesamaan persepsi mengenai kebijakan pengawasan,
memantapkan sinergi pengawasan, dan sekaligus mengeliminasi
adanya
tumpangtindih
pelaksanaan
audit.
Rakorwas
diselenggarakan dalam bentuk Rakorwas Nasional yang diikuti unsur
APIP Pusat dan Daerah dengan tujuan untuk membahas isuisu
pengawasan yang relevan.
Kegiatan rapat koordinasi pengawasan Inspektorat Jenderal Depkes
yaitu koordinasi antara Inspektorat Jenderal Depkes dengan
Pimpinan Satker di lingkungan Departemen Kesehatan, dilaksanakan
dalam bentuk pertemuan atau rapat kerja pengawasan yang
membahas kebijakan pengawasan, dan tindak lanjut hasill
pengawasan APF yang dilakukan secara regional.
b. Koordinasi Pelaporan
Koordinasi pelaporan dilakukan melalui pengmman laporan hasil
pengawasan Inspektorat Jenderal ke BPKRI dan ke APIP lainnya
yang memerlukan, diantaranya Inspektorat Provinsi/Kab
IKota (Iaporan hasil audit dana dekonsentrasi dan tugas
pembantuan).
15
BAB III
INDIKATOR KINERJA
Dalam rangka reformasi birokrasi di bidang perencanaan dan penganggaran
untuk RPJMN 2010 2014 dilakukuan restrukturisasi program dan kegiatan
dengan tujuan untuk meletakan prinsip dasar penerapan anggaran berbasis
kinerja. Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan tahun 2010 menetapkan
program dan kegiatan prioritas, sasaran, indikator outcome, indikator output
serta target sebagai berikut :
Ptrsalla.o;;e NSPK J Siandar Audit I Pen!,>aW3S3n yang leJah
dlletapi.;M dan dilalsanahn
100
Persenl:lSc Icrlali.!iilll:snya Program Keqa Peng21wasan
Ti'lhunan. Sal!.cr I AudlliWl 、ゥィョセャ[オァSヲ@
Depanen'letl
100
KesehalOlll
PeBenla..; e reJ,;omendas. hzuil pengawnun dJ1::W1ilhn bagi
J,;er)D
pellg.tmbilan t.cpulusan ptmpman セゥャ@
S Perscntase le"..."VI l:lporan hnsil penga\\':lSatl yang
100
60
100
Persenln.'((! NSPK I SI:Uldar Audil l Pengaw:lSOUl
ケ[カLセ@
100
dllel3p1iarJ dM dllaksan.u.an
Per.ienla.... .: h.:rlali.silIlanya Pro!,;ram Kelja Pmg3wasOU'l
Tatu.Wlan . Salker I Aooll