KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDRAL DEPARTEMEN KESEHATAN RI TAHUN 2014

KEPUTUSAN INSPEKTUR JENOERAt OEPARTEMEN KESEHTAN Rf
NOMOR : 01T.PS.00.00.214.09.
TENTANG
KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENOERAL OEPKES RI
TAHUN 2010

INSPEKTUR JENOERAL OEPARTE'MEN KESEHATAN RI
Menimbang 

:  a.   bahwa  dalam  rangka  menjamin  terlaksananya 
penyelenggaraan  kegiatan  pemerintahan  di  bidang 
kesehatan  secara  efektif  dan  efisien  dalam  rangka 
mewujudkan  tata  kepemerintahan  yang  baik  (good
governance) perlu  adanya pengawasan. 
b.   bahwa  dalam  percepatan  pemberantasan  KKN  perl u 
adanya  pengawasan yang  profesional dan akuntabel. 
c.   bahwa  untuk  meningkatkan  kualitas  pengawasan 
program  pembangunan  kesehatan,  perlu  ditetapkan 
Keputusan  Inspektur  Jenderal  Dep,kes  RI  tentang 
Kebijakan  Pengawasan Tahun 2010. 


Mengingat 

1.   Undang­Undang  Nomor  23  Tahun  1992  tentang 
Kesehatan  (Lembaran  Negara  Tahun  1992  Nomor 
100, Tambahan  Lembaran  Negara Nomor 3495); 

14. Peraturan  Presiden  RI  Nomor  9  Tahun  2005  tentang 
Kedudukan ,  Tugas,  Fungsi,  Susunan  Organisasi  dan 
Tata Kerja  Kementerian; 
15. Keputusan  Presiden  RI  Nomor 74 Tahun  2001  tentang 
Tata 
Cara 
Pengawasan 
Penyelenggaraan 
Pemerintahan Daerah; 
16. Keputusan   Presiden  RI  Nomor  80  Tahun  2003  dan 
perubahannya  tentang  Pengadaan  Barang  dan  Jasa 
Pemerintah; 
17.lnstruksi  Presiden  RI  Nomor  5  Tahun  2004  tentang 
Percepatan Pemberantasan Korupsi; 

18. Peraturan   Menteri  Pendayagunaan  Aparatur  Negara 
Nomor  PER/03/M.PAN/02/2006 tentang  Kebijakan 
Pengawasan  Nasional  Aparat  Pengawasan  Intern 
Pemerintah tahun 2006; 
19. Peraturan  Menteri  Pendayagunaan  Aparatur  Negara 
Nomor  PER/05/M.PAN/03/2008 tentang  Standar Audit 
Aparat Pengawasan Intern  Pemerintah; 
RI 
Nomor 
20. Peraturan  
Menteri 
Kesehatan 
1575/MENKES/PER/XI/2005  tentang  Organisasi  dan 
Tata  Kerja  Departemen Kesehatan; 
RI 
Nomor 
21. Keputusan   Menteri 
Kesehatan 
238/Menkes/SKlIV/2009  tentang  Pelaksanaan  Sistem 
Pengendalian  Intern  Pemerintah  di  lingkungan 

Departemen Kesehatan RI; 
22.lnstruksi  Menteri  Kesehatan  RI  Nomor  234/Menkesl 
IMSIII/2005  tentang  Pelaksanaan  Tindak  Lanjut  Hasil 
Pengawasan Aparat Pengawasan  Intern Pemerintah; 
23. Surat   Edaran  Menteri  Pendayagunaan  Aparatur 
SE/0211npan/01/2005
tentang 
Negara 
Nomor 
Pelaksanaan  Tindak  Lanjut  Hasil  Pengawasan  Aparat 
Pengawasan Intern Pemerintah; 

2.   Undang­Undang  Nomor  28  Tahun  1999,  tentang 
Penyelenggaraan  Negara  yang  8ebas  Kolusi,  Korupsi 
dan  Nepotisme (Lembaran  Negara Tahun 1999 Nomor 
75,  Tambahan Lembaran Negara  Nomor 3851) 
3.   Undang­Undang  Nomor  17  Tahun  2003  tentang 
Keuangan Negara; 
4.   Undang­Undang  Nomor  1  Tahun  2004  tentang 
Perbendaharaan Negara; 

5.   Undang­Undang  Nomor  15  Tahun  2004  tentang 
Pemeriksaan  Pengelolaan  dan  Tanggung  Jawab 
Keuangan Negara; 
6.   Undang­Undang  Nomor  32  Tahun  2004  tentang 
Pemerintahan Daerah; 
7.   Undang­Undang  Nomer  33  Tahun  2004  tentang 
Perimbangan  Keuangan  antara  Pemerintah  Pusat dan 
Pemerintah Daerah; 
8.   Peraturan  Pemerintah  Nemer  39  Tahun  2006  tentang 
Tata  Cara  Pengendalian  dan  Evaluasi  Pelaksanaan 
Rencana  Pembangunan; 
9.   Peraturan  Pemerintah  Nemer 65  Tahun  2005  tentang 
Pedeman  Penyusunan  dan  Penerapan  Standar 
Pelayanan Minimal (SPM); 
10. Peraturan  Pemerintah  Nemer  79  Tahun  2005  tentang 
Pedeman 
Pembinaan 
dan 
Pengawasan 
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 

11. Peraturan  Pemerintah  Nemer  8  Tahun  2006  tentang 
Pelaperan  Keuangan  dan  Kinerja  Instansi  Pemerintah 
Depkes; 
12. Peraturan  Pemerintah  Nemer  7  Tahun  2008  tentang 
Dana Dekensentrasi dan Tugas Pembantuan; 
13. Peraturan  Pemerintah  Nemer  60  Tahun  2008  tentang 
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah; 

MEMUTUSKAN
Menetapkan 
Pertama 

KEPUTUSAN  INSPEKTUR  JENDERAL  DEPARTEMEN 
KESEHATAN  RI  TENTANG  KEBIJAKAN  PENGAWASAN 
INSPEKTORAT 
JENDERAL 
DEPARTEMEN 
KESEHATAN  RI  TAHUN 2010; 

Kedua 


Kebijakan  Pengawasan  Inspektorat  Jenderal  Departemen 
Kesehatan  RI  Tahun 2010 sebagaimana dimaksud diktum 
pertama tercantum  dalam lampiran keputusan ini; 

Ketiga 

Kebijakan  Pengawasan  sebagaimana  dimaksud  diktum 
kedua  agar  digunakan  sebagai  pedoman  pelaksanaan 
pengawasan  oleh  Inspektorat  Jenderal  Departemen 
Kesehatan  RI; 

Keempat 

Keputusan  ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. 

Ditetapkan di 
Pada tanggal 

Jakarta 

Januari 2010 

-

Faig  Bahfen 

NIP. 19501130 197507 1 001

Lampiran 

KEPUTUSANINSPEKTURJENDERAL
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
NOMOR : 01T.PS.OO.OO.214.09 ....... .
TENTANG
KEBIJAKAN PENGAWASAN
INSPEKTORAT JENDERAL DEPKES RI
TAHUN 2010

BABI
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan  kesehatan  diarahkan  untuk  mendukung  peningkatan  derajat 
kesehatan  masyarakat  melalui  pelayanan  kesehatan  yang  murah/gratis  dan 
berkualitas  terutama  untuk  penduduk  miskin,  penduduk  di  wilayah  daerah 
terpencil,  tertinggal  dan  perbatasan.  Untuk  mencapai  sasaran  dan 
melaksanakan  prioritas  pembangunan  kesehatan  yang  telah  diitetapkan 
dihadapkan pada kenyataan tersedianya anggaran  pemerintah yang terbatas. 
Seiring  dengan  hal  tersebut  Menteri  Kesehatan  antara  lain  mengharapkan 
agar  perencanaan  dan  penganggaran  pembangunan  kesehatan  disusun 
secara  terpadu.  Dengan  upaya  ini,  pembiayaan  kesehatan  yang  terbatas 
akan dapat dimanfaatkan dengan sebaik­baiknya. 
Perencanaan  dan  penganggaran  terpadu  antar  program,  antar  pusat  dan 
daerah  dapat  meniadakan  berbagai  kegi'atan  yang  tumpang  tindih  dan 
meningkatkan  efisiensi  penggunaan  anggaran  serta  dapat  membuat 
langkah­Iangkah  untuk percepatan  penyerapan  anggaran.  Setiap tahun  telah 
dilaporkan  berbagai  upaya  untuk  mengatasi  hambatan  dalam  meningkatkan 
penyerapan APBN,  namun hasilnya belum dapat diwujudkan. 
Pengelolaan  keuangan  negara  diharapkan  dilaksanakan  secara  efektif, 
efisien,  transparan  dan  akuntabel.  Untuk  mencapai  hal  tersebut 
MenterilPimpinan  lembaga  wajib  melakukan  pengendalian  intern 

pemerintahan,  sebagaimana  secara  tegas  dinyatakan  dalam  Peraturan 
Pemerintah  Nomor  60  tahun  2008  tentang  Sistem  Pengendalian  Intern 
Pemerintah,  pasal2 ayat (1). 
Salah  satu  faktor  penting  yang  dapat  menunjang  keberhasilan  pelaksanaan 
pengendalian  intern  pemerintah  adalah  efektifitas  peran  Aparat  Pengawasan 
Intern  Pemerintah.  Oleh  karena  itu  Aparat  Pengawasan  Intern  Pemerintah 
perlu  melakukan  pembenahan  dalam  melaksanakan  kegiatan  pengawasan 
supaya dapat memberikan masukan  bagi  Kementerian  Negara.  Peran Aparat 
Pengawasan  Internal  yang  saat  ini  sedang  dikembangkan  meliputi 
peningkatan  efektifitas  manajemen  risiko  (risk management), pengendalian 
dan tata pemerintahan  yang  baik  (good governance)
Sesuai  dengan  Peraturan  Menteri  Kesehatan  RI  No.  1575/MENKESI 
PER/XII2005  tanggal  16  Nopember 2005  tentang  Organisasi  dan  Tata  Kerja 
Departemen  Kesehatan,  Inspektorat  Jenderal  Departemen  Kesehatan 
melakukan  pengawasan  terhadap  seluruh  kegiatan  dalam  rangka 
penyelenggaraan  tugas  dan  fungsi  Departemen  Kesehatan  sesuai  dengan 
kebijakan  yang  ditetapkan dan berdasarkan peraturan  perundang­undangan. 

Da'iam  melaksanakan  tug as  tersebut,  Inspektorat  Jenderal  Departemen 
Kesehatan  mempunyai fungsi  : 

1.   penyiapan perum usan kebijakan  Departemen d1i bidang  pengawasan. 
2.   pelaksanaan  pengawasan  kinerja,  pengawasan  keuangan,  pengawasan 
untuk tujuan tertentu 
3.   penyusunan  laporan hasil pengawasan 
4.   pelaksanaan  urusan  administrasi  dan  dukungan  teknis  Inspektorat 
Jenderal. 
Untuk  dapat  melaksanakan  peran  pengawasan  secara  optimal  perlu 
ditetapkan  prioritas  sasaran  pengawasan  yang  dituangkan  kedalam 
Kebijakan  Pengawasan. 
Kebijakan  pengawasan  ini  diharapkan  dapat  mendorong  terwujudnya 
pengawasan  oleh  Inspektorat  Jenderal  Depkes  berjalan  lebih  efektif,  yang 
pada  gilirannya  dapat  memberi  kontribusi  nyata  bagi  terselenggaranya 
pemerintahaan  yang  baik  (good governance) serta  terciptanya  aparatur yang 
bersih dan bertanggung jawab be bas Korupsi,  Kolusi dan  Nepotisme (KKN) di 
lingkungan  Departemen Kesehatan. 
B. Ruang Lingkup

Pengawasan  sebagai  salah  satu  fungsi  organik  manajemen  sesungguhnya 
dilaksanakan  oleh  setiap  manajemen  sesuai tingkatan  dan  ruang  lingkupnya. 
Setiap  pimpinan  suatu  kegiatan/program  melekat  tugas  pengawasan  dalam 

lingkup kegiatan/programnya. 
Ruang  lingkup  kebijakan  pengawasan  ini  diarahkan  sebagai  dasar 
perumusan  kegiatan  pengawasan  di  lingkungan  Inspektorat Jenderal.  Namun 
demikian  mengingat  keberhasilan  pengawasan  di  lingkungan  Departemen 
Kesehatan  bukan  semata  tanggung  jawab  Inspektorat  Jenderal  maka 
kebijakan  pengawasan  ini  hendaknya  menjadi  salah  satu  referensi  dalam 
melaksanakan pengawasan oleh pimpinan Unit  Organisasi lainnya. 

c.

Maksud dan Tujuan

Kebijakan  pengawasan  dimaksud  merupakan  serangkaian  keputusan  yang 
harus  dijadikan  pedoman  dalam  menentukan  arah  pelaksanaan  kegiatan 
karena  dalam  kebUakan  pengawasan  terkandung  kegiatan­kegiatan  strategis 
dan  prioritas  yang  selanjutnya  perlu  dirumuskan  secara  jelas  dan  terinci 
dalam  Program  Kerja  Pengawasan  Tahunan  (PKPT).  Hasil  pengawasan 
diharapkan  dapat  memberikan  kontribusi  nyata  bagi  terselenggarannya 
manajemen  pemerintahan  dibidang  kesehatan  yang  baik,  agar  dapat 
terwujudnya  akuntabilitas  publik,  transparan,  dan  terciptanya  aparatur 
pemerintahan yang bersih dan  bertanggungjawab 
2

Tujuan penyusunan Kebijakan pengawasan  adalah  : 
1.   Menetapkan  arah  kebijakan,  program  dan  kegiatan  peng'awasan  di 
lingkungan Departemen  Kesehatan tahulil 2010. 
2.   Meningkatkan  pelaksanaan  pengawasan  supaya  dapat  berjalan  efektif 
dan  efisien  serta  memberikan  sumbangan  nyata  bagi  kelancaran  tugas 
pokok dan fungsi  Departemen  Kesehatan  dalam  mencapai keberhasilan 
pembangunan di bidang kesehatan . 
3.   Menjadi  dasar  penyusunan  Program  Kerja  Pengawasan  Tahunan 
(PKPT) tahun 2010. 
D.   Pengertian­Pengertian 

1.   Pengawasan  adalah  seluruh  proses  kegiatan  penilaian  terhadap  tugas 
dan  fungsi  satuan  organisasi  atau  satuan  kerja  dengan  tujuan  untuk 
memastikan  apakah  pelaksanaan  tug as  dan fungsi  telah  sesuai  dengan 
rencana,  kebijakaln yang ditetapkan dan  peraturan perundang­undangan. 
2.   Audit atau  pemeriksaan  adalah  proses identifikasi  masalah, analisis,  dan 
evaluasi  bukti  yang  dilakukan  secara  independen,  obyektif,  dan 
profesional  berdasarkan  standar  audit,  untuk  menilai  kebenaran, 
kecermatan, kredibilitas, dan  keandalan  informasi mengenai pengelolaan 
dan tanggungjawab keuangan  negara. 
3.   Standar  audit  adalah  kriteria  atau  ukuran  mutu  untuk  melakukan 
kegiatan  audit yang  wajib  dipedomani  oleh  Aparat  Pengawasan  Internal 
Pemerintah 
4.   Sistem  Pengendalian  Intern  adalah  proses  yang  integral  pad a  tindakan 
dan  kegiatan  yang  dilakukan  secara  terus  menerus  oleh  pimpinan  dan 
seluruh  pegawai  untuk  memberikan  keyakinan  memadai  atas 
tercapainya  tujuan  organisasi  mel'alui  kegiatan  yang  efektif dan  efisien, 
kendala  pelaporan  keuangan,  pengamanan  aset  negara  dan  ketaatan 
terhadap peraturan perundang­undangan. 
5.   Pengawasan  Fungsional  atau  Wasnal  adalah  pengawasan  yang 
dilakukan  oleh  aparat  pengawasan  secara  fungsional,  baik  intern 
maupun  ekstern  pemerintah,  terhadap  pelaksanaan  tugas  umum 
pemerintahan  dan  pelayanan  masyarakat  agar  sesuai  dengan  rencana 
dan  peraturan perundang­undangan. 

3

6.   Pengawasan  Masyarakat  atau  Wasmas  adalah  pengawasan  yang 
dilakukan  oleh  warga  masyarakat  terhadap  penyelenggaraan 
pemerintahan,  disampaikan  secara  lisan  atau  tulisan  kepada  aparatur 
pemerintah  yang  berkepentingan,  berupa  sumbangan  pikiran,  saran, 
gagasan  atau  pengaduan  yang  bersifat  membangun,  baik  secara 
langsung maupun  melalui media masa. 
7.   Audit  kゥョ・セ。@
merupakan  audit  atas  pengelolaan  keuangan  negara  dan 
pelaksanaan  tugas  dan  fungsi  Instansi  Pemerintah  yang  terdiri  atas 
aspek kehematan, efisiensi dan  efektivitas. 
8.   Audit dengan tujuan tertentu  mencakup audit yang tidak termasuk dalam 
audit  kinerja,  antara  lain  audit  investigatif,  audit  atas  penyelenggaraan 
SPIP, dan  audit atas hal­hal lain dibidang keuangan. 
9.   Reviu  adalah  penelaahan  ulang  bukti­bukti  suatu  kegiatan  untuk 
memastikan  bahwa  kegiatan  tersebut telah  dilaksanakan  sesuai dengan 
ketentuan,  standar,  rencana,  atau  norma yang telah  ditetapkan. 
10.  Evaluasi  adalah  rangkaian  kegiatan  membandingkan  hasil  atau  prestasi 
suatu  kegiatan  dengan  standar,  rencana,  atau  norma  yang  telah 
ditetapkan,  dan  menentukan  faktor­faktor  yang  mempengaruhi 
keberhasilan atau  kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan. 
11.  Pemantauan  adalah  proses  penilaian  kemajuan  suatu  program  atau 
kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 
12.  Satuan  Organisasi  adalah  unit  organisasi  di  mana  diselenggarakan  Ikegiatan­kegiatan  administrasi  yang  di  dalamnya  terdapat pejabat­pejabat 
yang  mengurusi  administrasi  kepegawaian,  keuangan,  perlengkapan, 
dan  administrasi umum. 
13.  Satuan  Kerja  adalah  unit  organisasi  yang  melaksanakan  administrasi 
tertentu  dan  tidak  memenuhi  unsur  yang  menangani  urusan 
kepegawaian,  keuangan,  perlengkapan,  dan  administrasi umum. 
14.  Unit  Pelaksana  Teknis  yang  selanjutnya  disingkat  UPT  adalah  satuan 
organisasi  yang  bersifat  mandiri  yang  melaksanakan  tugas  teknis 
operasional,  tugas  teknis  penunjang,  dan  tugas  teknis  yang 
berhubungan dengan pelayanan masyarakat. 
15. Auditor  adalah  pejabat  fungsional  PNS  dilingkungan  Instansi 
Pemerintah  sesuai  dengan  peraturan  perundang­undangan. 
16. Dana  Dekonsentrasi  adalah  dana  yang  berasal  dari  APBN  yang 
dilaksanakan  oleh  gubernur  sebagai  wakil  Pemerintah  yang 
mencakup  semua  penerimaan  dan  pengeluaran  dalam  rang ka 


pe!aksanaan  dekonsentrasi,  tidak  termasuk  dana 
dilaksanakan  untuk instansi  vertikal  pusat dan di daerah. 

yang 

17. Dana  Tugas  Pembantuan  adalah  dana  yang  berasal  dari  APBN 
yang  dilaksanakan  oleh  daerah  dan  desa  yang  mencakup  semua 
penerimaan  dalam  rangka  pelaksanaan tugas  pembantuan. 
18. Penilaian  Resiko  adalah  kegiatan  penilaian  atas  kemungkinan 
kejadian  yang  mengancam  pencapaian  tujuan  dan  sasaran 
instansi  pemerintah 
19.  Kode  Etik  adalah  pernyataan  tentang  pri,nsip  moral  dan  nilai  yang 
digunakan  oleh  auditor  sebagai  pedoman  tingkah  laku  dalam 
melaksanakan  tugas pembantuan . 

5

BAB II 
KEBIJAKAN PENGAWASAN TAHUN 2010 

A.   Tujuan Pengawasan 
Pengawasan  Inspektorat  Jenderal  Departemen  Kesehatan  terhadap 
pelaksanaan tugas di  lingkungan  Departemen Kesehatan  bertujuan untuk : 
1.   Memberikan  keyakinan  yang  memada,i  atas  ketaatan,  kehematan, 
efisiensi  dan  efektivitas  pencapaian  tujuan  penyelenggaraan  tugas  dan 
fungsi  Departemen Kesehatan. 
2.   Memberikan  peringatan  dini  dan  meningkatkan  efektivitas  manajemen 
risiko dalam penyelengga /iaan tugas dan fungsi  Departemen  Kesehatan. 
3.   Meningkatkan  kualitas  tata  kelola  penyelenggaraan  tugas  dan  fungsi 
Departemen  Kesehatan. 

B.   Sasaran Pengawasa n 
Sasaran  pengawasan  Inspektorat  Jenderal  Departemen  Kesehatan  adalah 
sebagai berikut : 
1.   Terwujudnya  sistem  pengendalian  intern  pada  unit  kerja  yang 
menerapkan  administrasi 
akuntabel  di  lingkungan  Departemen 
Kesehatan . 
2.   Terciptanya  sistem  kelembagaan  &  tata  pemerintahan  di  lingkungan 
Departemen  Kesehatan yang  bersih, efisien, transparan, dan akuntabel. 
. 3.   Tercapainya  cakupan  pengawasan  hingga  100%  dari,  program  kerja 
pengawasan tahunan yang ditetapkan. 
4.   Berkurangnya  secara  nyata  praktek  KKN  di  lingkungan  Departemen 
Kesehatan. 

c.

Arah Kebijakan Pengawasan 
Kebijakan  pengawasan  Inspektorat  Jenderal  Departemen  Kesehatan  tahun 
2010  diarahkan  pada  peningkatan  peran  dan  fungsi  pengawasan  intern 
pemerintah,  guna membantu dan  mendorong terwujudnya  penyelenggaraan 
pemerintahan  yang  baik  (good governance), pelayanan  publik  dilaksanakan 
sesuai  kebijakan  dan  rencana  yang  ditetapkan  serta  mendorong  agar tujuan 
pembangunan  kesehatan  dapat  dicapai  secara  hemat,  efisien ,  efektif  dan 
bebas dari  Korupsi, Kolusi dan  Nepotisme (KKN). 
6

Kebijakan  pengawasan  tahun  2010  mencakup  keseluruhan  proses  kegiatan 
mulai  dari  aspek  kebijakan,  penyusunan  rencana,  pelaksanaan  sampai 
dengan  manfaat  suatu  kegiatan  untuk  mendapatkan  suatu  penilaian  yang 
obyektif,  sehingga  diharapkan  dapat  memberikan  kontribusi  positif  dalam 
mewujudkan penyelenggaraan tugas di  lingkungan Departemen Kesehatan. 
Arah  kebijakan  pengawasan  dal'am  rangka  pelaksanaan  pembangunan 
kesehatan tahun 2010,  diuraikan  sebagai berikut : 
1.   Peningkatan  efisiensi  dan  efektivitas  penyelenggaraan  pengawasan  untuk 
mewujudkan  keterpaduan  Sistem  Pengendalian  Intern  Pemerintah 
(pengawasan  fungsional,  pengendalian  intern  dan  pengawasan 
masyarakat). 
2.   Peningkatan kualitas pengawasan melalui supervisi secara memadai yang 
dilaksanakan  pada  setiap  tahapan  audit  untuk  memastikan  tercapainya 
sasaran,  dan  meningkatnya  kemampuan  auditor  serta  penatausahaan 
dokumen audit dalam  bentuk kertas kerja audit yang tertib dan sistematis 
3.   Percepatan pelaksanaan tindak lanjut hasil­hasil pengawasan. 
4.   Penilaian  kinerja  secara  tepat  untuk  dilakukan  tindakan  secara  dini  dan 
dapat  memberikan  masukan  bagi  pengelola  maupun  penanggung  j,awab 
program. 
5.   Peningkatan  pembinaan  dan  memberikan  konsultasi  pengawasan 
kepada  penanggung  jawab  program  tentang  masalah  yang  ditemukan 
dalam  pengawasan  untuk  mencegah  dan  memperkecil  terjadinya 
penyimpangan. 
6.   Peningkatan  kerjasama  di  bidang  pengawasan  melalui  koordinasi 
integrasi  dan  sinkronisasi  dengan  Aparat  Pengawas  Fungsional  baik 
intern maupun ekstern pemerintah dalam  rangka  sinergi pengawasan. 
7.   Pencegahan  dan  pemberantasan  KKN  antara  lain  melalui  pemberian 
rekomendasi yang  tegas  bagi pelaku  KKN  sesuai  ketentuan yang  berlaku. 
8.  Peningkatan  kualitas  pengawasan  melalui  pengembangan,  peningkatan 
kualitas  dan  kuantitas  SDM  pengawasan  serta  penyusunan  NSPK 
pengawasan program kesehatan. 
9.   Percepatan  penerapan  PP  Nomor  60  tahun  2008  tentang  SPIP  di 
lingkungan Departemen  Kesehatan. 

D.   Prinsip Pengawasan 
Dalam  rangka  mel'aksanakan  arah  kebijakan  pengawasan,  Inspektorat 
Jenderal  Departemen  Kesehatan  menetapkan  prinsip­prinsip  pengawasan 
sebagai berikut : 
1.   Aspek  perencanaan,  pengorganisasian,  pelaksanaan ,  pelaporan  dan 
evaluasi  yang  dilakukan  secara  terkoordinasi,  integrasi  dan  sinkronisasi 
(konsisten); 

7

2.   Mendorong  tercapainya  kelembagaan  yang  tangguh,  sumber daya yang 
profesional, dan ketatal'aksanaan yang  mudah,  cepat,  tepat dan akurat; 
3.   Penanganan  pengaduan  atau  pengawasan  masyarakat  sesuai 
mekanisme  dan  prosedur  yang  jelas,  transparan  tepat  sasaran,  efektif, 
efisien,  dan  dapat  dipertanggungjawabkan  kepada  masyarakat 
berdasarkan peratura n perundang­undangan; 
4.   Mengoptimalkan  kendali  mutu  audit melalui pelaksanaan  sesuai standar 
audit  dan  kode  etik  serta  supervisi  setiap  tahapan  audit  dan 
didokumentasikan dalam kertas kerja audit. 
5.   Mengoptimalkan  peranan  dan  hasil  pengawasan  fungsional  dan 
pengawasan  masyarakat  yang  akan  mewujudkan  aparatur  yang  bersih 
dan akuntabel; 
6.   Mendorong  pembentukan  suatu  sistem  yang  mampu  mencegah 
terjadinya  korupsi,  ko'lusi,  dan  nepotisme  serta  bentuk  penyimpangan 
lainnya; 
7.   Inventarisasi  dan  analisa  kelemahan,  menerapkan  standar  audit,  kode 
etik  dan  standar  kompetensi  auditor  untuk  meningkatkan  kinerja 
organisasi; 
8.   Memantapkan  implementasi  pakta  integritas,  kepribadian  yang  jujur, 
berani,  bijaksana,  profesional,  independen,  bertanggung  jawab  dan 
obyektif; 
9.   Memberikan  saran tindak  lanjut terhadap  penyelesaian  masalah  dengan 
pendekatan hukum dan  tata kelola pemerintahan  yang  baik. 

E.   Program dan Kegiatan  Pengawasan Tahun 2010 

Kebijakan  pengawasan tersebut dilaksanakan  melalui  program  dan  kegiatan 
pengawasan sebagai  berikut : 
1.   Kegiatan Utama 
a.   Audit 

Pengawasan  terhadap  pelaksanaan  tug as  di  lingkungan 
Departemen  Kese hatan  dilakukan  oleh  Inspektorat  Jenderal  antara 
lain  melalui audit. 

8

Mengaeu  pada  PP  Nomor  60  Tahun  2008  tentang  Sistem 
Pengendalian  Intern  Pemerintah,  audit  o,leh  Inspektorat  Jenderal 
Departemen  Kesehatan terdiri dari : 
1)   Audit  Kinerja  yaitu  audit atas  pengelolaan  keuangan  negara dan 
pelaksanaan  tugas  dan  fungsi  instansi  pemerintah  yang  terdiri 
atas aspek kehematan,  efisiensi dan efelktivitas. 
Pada tahun 2010 Inspektorat Jenderal Depkes memprogramkan 
audit kinerja terdiri dari : 
a)   Audit  Kinerja  terhadap  Penggunaan  Dana APBN  dan  PHLN 
pad a  Kantor  Pusat,  Kantor  Daerah  serta  Dana 
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. 
b)   Audit Kinerja terhadap Penyelenggaraan  Pelayanan  Publik. 
e)   Audit  ォゥョ・セ。@
terhadap  pelayanan  kesehatan  yang 
diselenggarakan  oleh  Badan  Layanan  Umum  Rumah  Sakit 
serta  Program Jarninan Kesehatan Masyarakat. 
d)   Audit  Kinerja  terhadap  Penyelenggaraan 
Pendidikan Tinggi (Anggaran  Fungsi Pendid,ikan). 

Program 

e)   Audit  Kinerja  terhadap  Penyelenggaraan  Pelayanan 
Kesehatan  Jemaah  Haji  yang  dilaksanakan  dengan  tahap 
pra  operasional  penyelenggaraan  haji,  tahap  operasional 
penyelenggaraan  haji  dan  tahap  pasca  operasional 
penyelenggaraan haji. 
2)   Audit  Dengan  Tujuan  Tertentu  yaitu  audit  yang  tidak  termasuk 
dalam audit kinerja. 
Audit  Dengan  Tujuan  Tertentu  yang  diprogramkan  pad a  tahun 
2010 meliputi : 
a)   Audit  Tujuan  Tertentu  Pengadaan  Barang  dan  Jasa  (post
audit) pad a seluruh satker di 'lingkungan  Kantor Pusat ; 
b)   Audit  Pelayanan  Publik  dengan  mengaeu  pada  Standar 
Pelayanan  Minimal  (SPM)  di  lingkungan  Departemen 
Kesehatan (Pelaksanaan Desa Siaga termasuk Poskestren); 
e)  Audit Tujuan Tertentu terhadap  Pelaksanaan "Save Papua"; 
d)  Audit  Tujuan  Tertentu  terhadap  Anggaran  Stimulus,  dan 
Anggaran  069  (Anggaran 999 .06)  Departemen  Kesehatan; 
e)   Audit  Tujuan  Tertentu  terhadap  pelaksanaan  Bantuan  Luar 
Negeri  pada  Rumah  Sakit  (Bantuan  Korea  , NICE,  Bantuan 
Jerman  (KfW) dan  NICE; 


f)   Audit 
Investigasi  atas  penintahlinstruksi  pimpinan 
berdasarkan  pengaduan  masyarakat,  instruksi  Menteri 
Kesehatan,  instruksi  Inspektur  Jenderal,  usulan  Sekretaris 
Inspektorat Jenderal/para Inspektur; 
g)   Audit  Khusus  atas  perintah/instruksi  pimpinan  berdasarkan 
pengaduan  masyarakat,  instruksi  Menteri  Kesehatan, 
Instruksi  Inspektur  Jenderal,  usulan  Sekretaris  Inspektorat 
Jenderal/para Inspektur; 
h)   Audit  Dengan  Tujuan  lainnya  menurut  skala  prioritas  (Audit 
tematik  pelaksanaan  program  kesehatan,  misalnya 
Kesehatan  Ibu,  Kesehatan  Anak,  Pemberantasan  Tb­Paru, 
Gizi buruk dll). 

b.   Reviu 
Reviu  merupaka n  salah  satu  bentuk  kegiatan  pengawasan 
berupa  penilaian  terhadap  hasil  kegiatan  suatu  instansi 
pemerintah.  Salah  satu  bentuk  reviu  yang  sangat  penting  dan 
menjadi  kewajiban  Inspektorat  Jenderal  adalah  reviu  terhadap 
laporan  keuangan  berdasarkan  PP  No.  8  Tahun  2006  tentang 
PelaporanKeuangan  dan  Kinerja  Instansi  Pemerintah  Departemen 
Kesehatan  yang  akan  disampaikan 
kepada Menteri  Keuangan 
untuk  dikonsolidasikan  sebagai  bag ian  pertanggungjawaban 
keuangan 
pemerintah.  Reviu  bertujuan  untuk  memberikan 
keyakinan  akurasi,  keandalan  dan  keabsahan  informasi  yang 
disajikan  dalam  laporan  keuangan.  Sasaran  reviu  adalah  untuk 
memperoleh  keyakinan  bahwa  laporan  keuangan  Departemen 
Kesehatan  telah  disusun  dan  disajikan  sesuai  dengan  Standar 
Akuntansi  Pemerintahan  (SAP).  Reviu  dilakukan  secara  paralel 
dengan  pelaksanaan  anggaran  dan  penyusunan  laporan  keuangan 
Departemen  Kesehatan. 
Laporan  Hasil  Pemeriksaan  BPK­RI  terhadap  Laporan  Keuangan 
Departemen  Kesehatan  tahun  2007  dinyatakan  disclaimer, 
kemudian  pad a tahun  2008  dinyatakan Wajar dengan  Pengecualian. 
Untuk  mempertahankan  supaya  tidak terjadi  disclaimer,  Inspektorat 
Jenderal tahun  2010 memprogramkan  sebagai berikut : 
1)   Reviu  atas  Laporan  Keuangan  Departemen  Kesehatan  tahun 
2009. 
2)  Reviu  atas  Laporan  Keuangan  Departemen  Kesehatan  tahun 
2010  semester I. 
3)  Pra  Reviu  dan Penyempurnaan  Inventarisasi  BMN. 

c.  Pemantauan 
10 

Inspektorat  Jenderal  wajib  untuk  memantau  tindak  lanjut  dari 
rekomendasi  hasil  pengawasan  intern,  ekstern  dan 
pengawasan  masyarakat  dan  mendorong  pimpinan  instansi 
untuk  memperhatikan  dan  melaksanakan  tindak  lanjut  hasil 
pengawasan. 
Dalam  tahun  2010  Inspektorat  Jenderal  memprogramkan 
pemantauan  tindak  lanjut,  terdini  dari  : 
1)   Monitoring/pemantauan  tindak  lanjut  hasil  audit  atas  temuan 
Inspektorat  Jenderal  Depkes,  BPK­RI  dan  BPKP  pad a  Unit 
Kerja/UPT  di  lingkungan  Departemen  Kesehatan.Terhadap 
auditan  yang  belum  melaksanakan  tindak  lanjut  lebih  dari  60 
(enam  puluh)  hari  dapat  diterapkan  sanksi  yang  tegas  sesuai 
ketentuan  yang berlaku. 
2)   Pemutakhiran  Data  pelaksanaan  tindak  lanjut  atas  temuan  hasil 
pengawasan  dengan  Unit  Utama,  BPKP,  Depdagrillnspektorat 
Propinsi dan MENPAN. 
3)   Pemantauan  pelaksanaan  Instruksi  Presiden  Nomor  5  Tahun 
2004 
tentang 
Percepatan 
Pemberantasan 
Korupsi 
diimplementasikan  di  lingkungan  Inspektorat  Jenderal  Depkes 
melalui antara lain  : 
a)   Eselon  II  ke  atas  dan  auditor  wajib  melaporkan  harta 
kekayaannya kepada  KPK; 
b)   Pemantauan  Pelaksanaan  Keppres  Nomor  80  Tahun  2003 
tentang  Pedoman  Pelaksanaan  Pengadaan  Barang/Jasa 
Pemerintah  secara  konsisten  untuk  mencegah  Iberbagai 
macam  kebocoran  dan  pemborosan  penggunaan  keuangan 
Negara (Lembar Kendali APIP) . 
d.   Evaluasi 

Sistem  Pengendalian  Intern  Pemerintah  yang  ditetapkan 
melalui  PP  Nomor  60  tahun  2008  merupakan  lapisan 
pengawasan  terdepan yang  menjadi benteng  pertahanan terhadap 
setiap  upaya  penyimpangan  dan  hambatan  dalam 
mencapai  tujuan  yang  telah  ditetapkan.  Setiap  unit dalam  suatu 
instansi  perlu  menyelenggarakan  sistem  pengendalian  intern,  yang 
secara  berkala dievaluasi secara mandiri  (self assesment).

11 

Inspektorat  Jenderal  melakukan  evaluasi  terhadap  hasi,1 
pengawasan  dan  menyampaikan  kepada  Unit Utama  di  lingkungan 
Departemen  Kesehatan  bahwa  pelaksanaan  Sistem  Pengendalian 
Intern  yang  benar  dapat 
berperan  sebagai  early warning
system atau  alat  kendali  yang  dapat  memberikan  peringatan  dini 
terhadap  kemungkinan  エ・セ。、ゥョケ@
penyimpangan  dan  memberikan 
jaminan  kualitas  (quality assurance) bagi  penyelenggaraan 
pemerintahan. 

e. Pembinaan Pengawasan
Dalam  rangka  lebih  memperjelas  ruang  lingkup  pelaksanaan 
pengawasan  Inspektorat  Jenderal  Departemen  Kesehatan 
menyelenggarakan  Pembinaan  Pengawasan  dengan  materi  hasil 
pengawasan. 
Berdasarkan  Kepmenkes  Nomor  238  Tahun  2009  tentang 
pelaksanaan  SPIP  di  lingkungan  Depkes  RI,  Inspektorat  Jenderal 
mengkoordinir  Penyelenggaraan  Sistem  Pengendalian  Intern  di 
lingkungan  Departemen  Kesehatan.  Sosialisasi  PP  Nomor  60  tahun 
2008 diprogramkan tahun 2010 di lingkungan Unit Utama. 
2.

Kegiatan Penunjang
a.

Sinergi Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan

Kebijakan  Pengawasan  Inspektorat Jenderal  Depkes dengan Aparat 
Pengawasan  Intern  Pemerintah  lainnya  dUakukan  dengan  prinsip 
sinergisme  yaitu  kerjasama  yang  saling  mendukung  satu  sama  lain 
sehingga tercipta  koordinasi,  integrasi dan  sinkronisasi baik program 
pengawasan  maupun  manajerial.  k・セ。@
sam a  fungsional  dilakukan 
dalam  bentuk  "joint  audit"  atau  joint  evaluasi  antara  lain  dengan 
BPKP atau  Kementerian  Negara Lainnya (Depkeu) . 
b.

Pengumpulan Data Awal Bahan Pengawasan

Sejalan  dengan  PP  Nomor  60  tahun  2008  dan  standar  audit 
dinyatakan  bahwa  kewajiban  APIP  antara  lain  menyusun  rencana 
pengawasan  dengan prioritas  pada  kegiatan  yang  mempunyai  risiko 
terbesar  terhadap  pencapaian  tujuan  organisasi .  Dalam  rangka 
memenuhi kebutuhan  perencanaan  dan  penugasan  audit  perlu  data 
dan  bahan  yang  dapat  dipergunakan  untuk  penyusunan  rencana 
audit,  sehingga  penyusunan  program  kerja  audit  lebih  terarah, 
dengan  memperhatikan  risk based audit. Kegiatan  Pengumpulan 
dan  Pengolahan  Data  diprogramkan  tahun  2010  antara  lain  untuk 

12

identifikasi  program  dan  kegiatan  untuk  bahan  perencanaan  dan 
persiapan pemeriksaaJn. 
c.   Pendidikan dan Pelatihan 
Berbagai  kegiatan  yang  bertujuan  untuk  meningkatkan 
pengetahuan,  ketrampilan,  kapabilitas,  dan  profesionalisme  SDM 
Pengawasan,  perlu  terus  ditingkatkan  melalui  pendidikan  dan 
pelatihan  pengawasan  yang  meliputi  diklat  sertifikasi  JFA,  diklat 
penjenjangan  struktural,  diklat  manajemen  pengawasan,  diklat  teknis 
substansi  (antara  la,in  termasuk  diklat  pengawasan  program, 
diklat evaluasi kinerja). 
Program  Pendidikan dan  Pelatihan tahun  2010 terdiri dari  : 
1)   Diklat  Penjejangan  Struktural  untuk  PIM  IV,  PIM  III',  PIM  II  dan 
PIM  I  yang  pelaksanaannya  disesuaikan  dengan  rencana 
kebutuhan  pengembangan  SDM  Itjen  dan  program  Badan 
PPSDM  Kesehatan  dan LAN; 
2)   Diklat  JFA  untuk  Tingkat  Ahli  (PNS  baru),  Tingkat  Ketua  TIM 
(sesuai  hasil  psikotest),  Tingkat  Pengendali  Teknis,  Tingkat 
Pengendali  Mutu.  Untuk Diklat Tingkat Ahli dan  Ketua  Tim  dapat 
diselenggarakan secara mandiri kerjasama dengan  Pusdiklatwas 
BPKP; 
3)   Diklat Substansi Audit (diklat program  kesehatan  sesuai  prioritas 
dan  diusulkan  oleh  Inspektur),  Diklat  Investigasi  (Pusdiklat 
Kejaksaan). 
4)   Diklat sertifikasi  berbasis kompetensi (Leadership,  QIA dll). 
d.   Pengembanga,n dan Studi di bidang pengawasan 
Selain  Pendidikan  dan  Pelatihan  perlu  pula  dilakukan  SDM 
Pengawasan  melalui  : 
1)   Forum  seperti  Pelatihan  di  Kantor Sendiri  (PKS),  diskusi,  studi 
kasus  berbagai  masalah  yang  berhubungan  dengan 
pengawasan  dalam  rangka  meningkatkan  dan  memelihara 
konsep  pendidikan  dan  pelatihan  berkelanjutan  (continuing
professional education) .

2)   Mendukung dan mengikutsertakan pegawai  Inspektorat Jenderal 
dalam  kegiata n  seminar/temu  karya  ilmiah  yang  relevan  dan 
13

i. 

Kegiatan Penunjang Lainnya 

Kegiatan  Inspektorat  Jenderal  yang  juga  merupakan  kegiatan 
penunjang meliputi kewajiban penyusunan  laporan berkala  (bulanan, 
triwulanan,  tahunan),  Rapat  Kerja  Inspektorat  Jenderal,  penyusunan 
kebijakan  pengawasan,  penyusunan  UPKPT  dan  PKPT, 
penyusunan  Standar  Operasional  Prosedur  (SOP)  serta  klarifikasi 
atas pengaduan masyarakat. 
3.  Koordinasi Pengawasan 
a.  Rapat Koordinasi Pengawasan 

Pengawasan  penyelenggaraan  pemerintahan  di  tingkat  pusat 
dilaksanakan  oleh  Kementerian  Pendayagunaan  Aparatur  Negara 
berdasarkan  Perpres  No.  9  Tahun  2005,  sedangkan  pengawasan 
atas  penyelenggaraan  pemerintahan  daerah  dikoordinasikan  oleh 
Departemen  Dalam  Negeri  berdasarkan  UU,  Nomor 32  Tahun  2004 
yang  selanjutnya  dijabarkan  dalam  PP  No.  79  Tahun  2005  tentang 
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah  Daerah. 
Untuk  meningkatkan  koordinasi  pengawasan  di  antara jajaran  APIP 
perlu  dHaksanakan  Rapat  Koordinasi  Pengawasan  (Rakorwas)  guna 
diperoleh  kesamaan  persepsi  mengenai  kebijakan  pengawasan, 
memantapkan  sinergi  pengawasan,  dan  sekaligus  mengeliminasi 
adanya 
tumpang­tindih 
pelaksanaan 
audit. 
Rakorwas 
diselenggarakan dalam  bentuk  Rakorwas  Nasional yang  diikuti  unsur 
APIP  Pusat  dan  Daerah  dengan  tujuan  untuk  membahas  isu­isu 
pengawasan yang  relevan. 
Kegiatan  rapat  koordinasi  pengawasan  Inspektorat Jenderal  Depkes 
yaitu  koordinasi  antara  Inspektorat  Jenderal  Depkes  dengan 
Pimpinan Satker di lingkungan Departemen  Kesehatan, dilaksanakan 
dalam  bentuk  pertemuan  atau  rapat  kerja  pengawasan  yang 
membahas  kebijakan  pengawasan,  dan  tindak  lanjut  hasill 
pengawasan APF yang  dilakukan secara regional. 
b.  Koordinasi Pelaporan 

Koordinasi  pelaporan  dilakukan  melalui  pengmman  laporan  hasil 
pengawasan  Inspektorat Jenderal  ke  BPK­RI  dan  ke  APIP  lainnya 
yang  memerlukan,  diantaranya  Inspektorat  Provinsi/Kab 
IKota (Iaporan  hasil  audit  dana  dekonsentrasi  dan  tugas 
pembantuan). 

15 

BAB III  
INDIKATOR KINERJA  
Dalam  rangka  reformasi  birokrasi  di  bidang  perencanaan  dan  penganggaran 
untuk  RPJMN  2010  ­ 2014  dilakukuan  restrukturisasi  program  dan  kegiatan 
dengan  tujuan  untuk  meletakan  prinsip  dasar  penerapan  anggaran  berbasis 
kinerja.  Inspektorat Jenderal Departemen  Kesehatan tahun  2010 menetapkan 
program  dan  kegiatan  prioritas,  sasaran,  indikator  outcome,  indikator  output 
serta target sebagai berikut : 

Ptrsalla.o;;e NSPK J Siandar Audit I Pen!,>aW3S3n yang leJah
dlletapi.;M dan dilalsanahn

100

Persenl:lSc Icrlali.!iilll:snya Program Keqa Peng21wasan
Ti'lhunan. Sal!.cr  I AudlliWl  、ゥィョセャ[オァSヲ@

Depanen'letl 

100

KesehalOlll
PeBenla..; e reJ,;omendas. hzuil pengawnun dJ1::W1ilhn bagi
J,;er)D
pellg.tmbilan t.cpulusan ptmpman セゥャ@
S Perscntase le"..."VI  l:lporan hnsil penga\\':lSatl yang 

100
60

100

Persenln.'((! NSPK I SI:Uldar Audil l Pengaw:lSOUl
ケ[カLセ@

100

dllel3p1iarJ dM dllaksan.u.an
Per.ienla.... .: h.:rlali.silIlanya Pro!,;ram Kelja Pmg3wasOU'l
Tatu.Wlan . Salker I Aooll