PENGARUH SET KESEMPATAN INVESTASI, KEBIJAKAN HUTANG, PROFITABILITAS, KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN
1
PENGARUH SET KESEMPATAN INVESTASI, KEBIJAKAN
HUTANG, PROFITABILITAS, KEPEMILIKAN
MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL
TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN
Fitri Yenti
Jurusan Manajemen, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jl. Lingkar Seltan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183
Telp. (0274) 387656, 387649, Fax. (0274) 387646/387649, Website:
www.umy.ac.id
Email: [email protected]
The purpose of this study was to investigate the investment opportunity
set (IOS), leverage, profitability, managerial ownership and institutional
ownership to dividend policy. This study focused on Manufactur companies listed
in Bursa Efek Indonesia for period 2011-2014. This study used purposive
sampling method in order to collect the sample. Based on certain criteria, there
were 51 Manufactur companies that matched with the sample. The statistical
method used in this study was multiple regression.
The result of this study the simultaneous testing showed that investment
opportunity set (IOS), profitability and institutional ownership has unsignificant effect to dividend policy. Meanwhile, leverage and managerial
ownership has the negative and significant effect to dividend policy.
Key Words :
Dividend Policy, Investment Opportunity Set (IOS), Leverage,
Profitability, Managerial Ownership and Institutional Ownership
PENDAHULUAN
Sektor investasi sebagai salah satu faktor penopang pertumbuhan
perekonomian di Indonesia, keberadaan pasar modal mulai menjadi
tempat serius bagi para investor yang kelebihan dana untuk
mendapatkan keuntungan yang juga serius. Aktivitas investasi oleh
investor ke suatu perusahaan memiliki tujuan yaitu untuk mencari
pendapatan atau tingkat pengembalian investasi (return) baik berupa
dividen maupun berupa capital gain. Dividen itu sendiri merupakan
bagian laba yang diperoleh pemegang saham. Sedangkan kebijakan
dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba sebagai
2
dividen atau menahannya untuk diinvestasikan kembali di dalam
perusahaan (laba ditahan).
Dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham
tergantung kepada kebijakan masing-masing perusahaan, sehingga
memerlukan pertimbangan serius dari manajemen perusahaan.
Manajer keuangan dituntut untuk bisa menentukan kebijakan dividen
saat ini dan pertumbuhan dimasa datang. Kebijakan dividen sendiri
mempunyai arti penting bagi perusahaan dikarenakan kebijakan ini
berpengaruh pada sikap atau reaksi investor. Suatu perusahaan yang
membayarkan dividen dalam jumlah besar akan memberikan reputasi
baik untuk perusahaan tersebut di pasar modal sehingga mampu
menarik investor untuk menginvestasikan sejumlah dananya pada
perusahaan tersebut. Sebaliknya perusahaan yang membayarkan
dividen dalam jumlah yang sedikit yang berarti pemotongan dividen
dapat dipandang negatif oleh para investor, pemotongan seperti itu
seringkali dikaitkan dengan kesulitan keuangan yang dihadapi
perusahaan.
Kebijakan dividen ini juga penting artinya bagi investor, karena hal
itu menunjukkan bahwa manajemen perusahaan telah bekerja keras
untuk mencapai pertumbuhan laba semaksimal mungkin untuk
kepentingan pemegang saham. Perusahaan yang membagikan dividen
menunjukkan bahwa kondisi keuangan perusahaan itu bagus,
keuangan perusahaan sehat karena bisa menyisihkan sebagian
keuntungan bersihnya untuk dibagi ke pemegang saham.
Mengingat
pentingnya
kebijakan
pembayaran
dividen,
pemahaman yang tepat mengenai faktor-faktor penentu kebijakan
pembayaran deviden sangat diperlukan. Dalam penelitian ini, faktorfaktor yang menjadi penentu kebijakan dividen adalah kesempatan
investasi (IOS), leverage, profitabilitas dan struktur kepemilikan.
RUMUSAN MASALAH
a. Apakah Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh terhadap
kebijakan dividen?
b. Apakah leverage (DAR) berpengaruh terhadap kebijakan dividen ?
c. Apakah profitabilitas (ROA) berpengaruh terhadap kebijakan
dividen ?
d. Apakah struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap
kebijakan dividen?
e. Apakah struktur kepemilikan institusional berpengaruh terhadap
kebijakan dividen?
3
KERANGKA TEORI
Pengertian Dividen
Dividen merupakan distribusi oleh perusahaan kepada pemegang
sahamnya yang didasarkan pada laba perusahaan. Pemegang saham
memiliki hak untuk bagian yang proporsional dari setiap dividen di
mana saham dalam suatu kelas tertentu akan menerima dividen yang
sama (Harrison Jr. W.T. et al, 2011).
Pengertian Kebijakan Dividen
Dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang
saham, disamping capital gain. Dividen ditentukan berdasarkan dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Besarnya jumlah dividen yang
akan dibayarkan kepada pemegang saham dan laba yang akan ditahan
untuk reinvestasi tergantung dari kebijakan dividen yang akan
ditetapkan. Oleh karena itu, perumusan kebijakan dividen memerlukan
pertimbangan yang matang dari manajemen (Husnan dan Pudjiastuti,
1994 dikutip dalam Endarwati, 2011).
Teori Keagenan (Agency Theory)
Menurut teori ini konflik bisa terjadi antar pihak-pihak yang
berkaitan di dalam perusahaan. Karena keputusan salah satu dari pihak
tidak menguntungkan pihak lain di dalam perusahaan, maka dari hal
tersebut timbullah konflik sehigga dibentuklah tim pengawas guna
untuk mengurangi konflik tersebut.
Teori Dividen Residual
Kebijakan ini menyatakan bahwa perusahaan membayarkan
dividen hanya jika terdapat kelebihan dana atas laba perusahaan yang
digunakan untuk membiayai proyek yang telah direncanakan. Dasar
dari kebijakan ini adalah bahwa investor lebih menyukai perusahaan
menahan
dan
menginvestasikan
kembali
laba
daripada
membagikannya dalam bentuk dividen apabila laba yang
diinvestasikan kembali tersebut dapat menghasilkan return yang lebih
tinggi daripada return rata-rata yang dapat dihasilkan investor dari
investasi lain dengan risiko yang sebanding (Dini Rosdini, 2009).
Pecking Order Theory
Penggunaan dana internal lebih efisien dibandingkan dengan dana
eksternal sehingga keuntungan yang diperoleh perusahaan akan
dialokasikan pada laba ditahan untuk kepentingan ekspansi
perusahaan dibanding untuk membayar dividen tinggi. Dengan
4
demikian berdasarkan pecking order theory sebaiknya dividen dibayar
rendah.
Dividend Smoothing
Salah satu kebijakan dividen adalah dividend smoothing. Dividend
Smoothing adalah jumlah dividen yang tergantung atas keuntungan
perusahaan sekarang dan dividen tahun sebelumnya (Lintner, 1956).
Teori Signaling
Menurut teori signaling, dividen dipakai sebagai signal oleh
perusahaan. Jika perusahaan merasa bahwa prospek dimasa
mendatang baik (pendapatan meningkat dan diperkirakan dividen
yang meningkat dapat dibayarkan), maka perusahaan akan
meningkatkan dividen. Pasar akan merespon positif pengumuman
kenaikan dividen tersebut. Namun jika perusahaan merasa prospek
dimasa mendatang menurun, perusahaan akan menurunkan
pembayaran dividennya. Pasar akan merespon negatif pengumuman
tersebut.
Investment Opportunity Set (IOS)
Investment Opportunity Set (IOS) adalah set kesempatan investasi
yang merupakan pilihan investasi di masa mendatang dan dapat
dijadikan cermin untuk pertumbuhan aktiva dan ekuitas perusahaan
(Sari, 2010). Menurut Haryetti dan Ekayanti (2012) Investment
Opportunity Set (IOS) merupakan nilai kesempatan investasi dan
merupakan pilihan untuk membuat investasi dimasa yang akan datang.
Leverage
Tujuan perusahaan menggunakan leverage yaitu supaya
keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya aset dan sumber
dananya. Penggunaannya bisa menjadi risiko jika perusahaan ternyata
mendapat keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya sehingga
menurunkan keuntungan pemegang saham (Sartono, 2001).
Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
memperoleh laba. Profitabilitas adalah salah satu cara untuk menilai
sejauh mana tingkat pengembalian dari aktivitas investasi, pendanaan
dan aktivitas lainnya (Sanjaya, 2014). Menurut Brigham dan Houston
profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan.
Sedangkan menurut Munawir (1995) mengatakan bahwa “profitabilitas
adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam periode
tertentu”.
5
Struktur Kepemilikan
Menurut Sugiarto (2009) strukur kepemilikan adalah proporsi
kepemilikan institusional dan kepemilikan manajemen dalam
kepemilikan saham perusahaan. Marlene (2012) juga menjelaskan
bahwa kepemilikan manajerial merupakan proporsi pemegang saham
dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan
keputusan perusahaan. Sedangkan kepemilikan institusional adalah
proporsi pemegang saham yang dimiliki oleh pemilik institusional,
seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan
kepemilikan lain.
PENELITIAN TERDAHULU
Elyzabet Indrawati Marpaung (2009) melakukan studi mengenai
Pengaruh Profitabilitas dan Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan
Dividen: Studi Empirik pada Emiten Pembentuk Indeks LQ45 di Bursa
Efek Indonesia diperoleh hasil bahwa profitabilitas berpengaruh positif
terhadap kebijakan dividen, kesempatan investasi berpengaruh negatif
terhadap kebijakan dividen.
Rizki Diamanda (2010) meneliti tentang pengaruh free cash flow,
profitability dan investment opportunity set terhadap dividend payout ratio
pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Hasil penelitiannya menunjukkan free cash flow berpengaruh negatif
terhadap DPR, profitabilitas berpengaruh positif terhadap DPR dan
investment opportunity set berpengaruh positif terhadap DPR.
Anggie Noor Rachmad (2013) dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh struktur kepemilikan, leverage dan return on asset terhadap
kebijakan dividen” yang mengemukakan bahwa struktur kepemilikan
manajerial, kepemilikan saham publik dan ROA memiliki pengaruh
positif terhadap kebijakan dividen sedangkan kepemilikan institusional
dan leverage memiliki pengaruh negatif terhadap kebijkan dividen.
HIPOTESIS
Tingkat pertumbuhan perusahaan yang tinggi di masa depan
biasanya diikuti dengan adanya penurunan dividen tunai. Perusahaan
dengan pertumbuhan yang tinggi sering dikatakan juga memiliki
kesempatan investasi (IOS) tinggi. Untuk semakin meningkatkan
pertumbuhan tersebut, perusahaan cenderung menggunakan dana
yang berasal dari sumber internal dibandingkan dengan sumber
eksternal (penerbitan saham atau obligasi). Sumber dana internal lebih
disukai untuk membiayai kegiatan reinvestasi karena dana tersebut
memiliki risiko dan biaya yang lebih rendah.
H1: Investment opportunity set (IOS) berpengaruh negatif signifikan
terhadap kebijakan dividen.
6
Semakin tinggi hutang suatu perusahaan berarti semakin rendah
kebijakan dividen perusahaan karena semakin tinggi hutang suatu
perusahaan, maka laba yang didapatkan oleh perusahaan akan
dialihkan untuk membayar hutang terlebih dahulu yang menyebabkan
laba ditahan atau laba yang akan dibagikan ke pemegang saham akan
berkurang.
H2: Leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan
dividen.
Perusahaan dengan laba yang tinggi mampu membayar deviden
yang lebih tinggi kepada para pemegang saham demi kesejahteraan
para pemegang saham. Perusahaan yang memperoleh keuntungan
besar cenderung akan membayarkan deviden lebih besar. Hal ini
didukung oleh teori signalling yang menyatakan bahwa perusahaan
yang profitable dengan sengaja akan memberikan sinyal kepada pasar
(Hanafi, 2004).
H3: Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan
dividen
Semakin banyak jumlah insider dalam perusahaan akan membuat
manajemen semakin cenderung melakukan pengendalian terhadap
penggunaan hutang yang telah ada dengan menahan penjualan saham
baru. Mereka akan memilih untuk memakai sumber dana yang besar
dari internal perusahaan yaitu laba ditahan. Jadi semakin tinggi jumlah
insider ownership akan membuat rasio penggunaan laba ditahan yang
semakin tinggi, hal ini akan mengakibatkan jumlah dividen yang akan
dibagikan akan semakin kecil.
H4: Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Tingkat kepemilikan oleh investor institusi yang tinggi akan
menghasilkan upaya-upaya pengawasan yang lebih intensif sehingga
dapat membatasi perilaku oportunistik manajer. Pengawasan terhadap
manajer dapat menurunkan konflik keagenan yang dapat terjadi.
Pengawasan yang dilakukan investor institusional menyebabkan
manajer akan bertindak sesuai dengan kepentingan investor. Karena
investor pasti menginginkan laba yang diterima perusahaan akan
dibagikan kepada mereka dalam bentuk dividen. Jika kepemilikan
institusional dalam sebuah perusahaan jumlahnya besar, maka semakin
besar pula pengawasan terhadap pihak manajer agar manajer tidak
akan menggunakan dana untuk keperluan yang tidak penting atau
7
untuk keperluan pribadinya sehingga dana yang ada dapat dibagikan
kepada pemegang saham.
H5: Kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan
terhadap kebijakan dividen.
MODEL PENELITIAN
METODE PENELITIAN
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data
sekunder dan didapat dari laporan keuangan perusahaan yang
diunduh dari situs Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling yaitu teknik penentuan, penarikan, atau
pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbangan atau kriteria
tertentu, dengan kriteria: 1) Perusahaan manufaktur yang membagikan
dividen pada periode 2011-2014, 2) Perusahaan manufaktur yang
memiliki kelengkapan informasi yang dibutuhkan terkait dengan
indikator-indikator perhitungan yang dijadikan variabel pada
penelitian ini yang meliputi Investment Opportunity Set (IOS), Leverage,
Profitabilitas, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional.
Teknik atau metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah penggunaan data
8
atau informasi subyek, objek ataupun dokumen yang sudah ada.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen.
Kebijakan dividen adalah keputusan manajemen tentang besar kecilnya
jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham
dengan menggunakan indikator dividend payout ratio (Arilaha,2009).
DPR=
�
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
investment opportunity set (IOS), leverage, profitabilitas, kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional.
Investment Opportunity Set (IOS)
Menurut Haryetti dan Ekayanti (2012) Investment Opportunity Set
(IOS) merupakan nilai kesempatan investasi dan merupakan pilihan
untuk membuat investasi dimasa yang akan datang. Investment
Opportunity Set (IOS) ini berkaitan dengan peluang pertumbuhan
perusahaan dimasa yang akan datang. Pertumbuhan perusahaan
seperti adanya kesempatan untuk melakukan investasi di masa yang
akan datang.
�
MVE/BVE=
Leverage (Debt to Asset Ratio)
Leverage adalah perbandingan antara total hutang dengan total
aktiva yang digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang.
Pada penelitian ini, variabel kebijakan hutang diproksikan dengan rasio
hutang atau Debt to Asset Ratio (DAR). Brigham dan Houston (2011)
menjelaskan bahwa Debt to Asset Ratio merupakan rasio hutang yang
diukur dengan perbandingan antara total hutang terhadap total aset,
rasio ini digunakan untuk mengukur persentase dana yang diberikan
oleh kreditor. Rumus menurut Brigham dan Houston (2011):
DAR=
Profitabilitas (Return on Assets)
Rasio profitabilitas pada penelitian ini diukur dengan return on
assets (ROA). Menurut Hanafi dan Halim (2005), return on assets (ROA)
merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan
profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
9
keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham
tertentu. Return on assets dapat dirumuskan sebagai berikut:
Kepemilikan Manajerial
�=
Struktur kepemilikan menurut Sugiarto (2009) merupakan
perbandingan jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insiders)
dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor. Rumus Struktur
Kepemilikan Manajerial menurut Sugiarto (2009):
�� =
�
Kepemilikan Institusional
�
Struktur kepemilikan institusional adalah proporsi kepemilikan
institusi lain dalam kepemilikan saham perusahaan Sugiarto (2009).
Rumusan menurut Sugiarto (2009) :
INST=
Langkah-langkah dalam menganalisis data adalah pertama statistik
deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat
dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). (Ghozali,
2011).
Kedua, uji asumsi klasik. (1) Uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal (Ghozali, 2011), (2) Uji heteroskedastisitas bertujuan
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas, (3) Ghozali
(2011) mengatakan bahwa uji multikolineritas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi,
maka variabel-variabel ini tidak ortogonal., (4) Uji Autokorelasi adalah
menurut Rahmawati dkk, (2014) untuk menguji apakah dalam suatu
10
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan terjadi problem autokorelasi.
Ketiga, secara sistematis model yang dikembangkan untuk menguji
penelitian ini adalah dengan menggunakan regresi linear berganda.
Model tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
DPR = 0 + 1MVE/BVE + 2DAR + 3ROA + 4KPMJ + 5INST
Keterangan :
DPR
0
1MVE/BVE
2DAR
3ROA
4KPMJ
5INST
= Kebijakan Dividen
= Konstanta
= Investment Opportunity Set (IOS)
= Leverage
= Profitabilitas
= Struktur Kepemilikan Manajerial
= Struktur Kepemilikan Institusional
Langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis (Ghozali, 2011): (1)
Uji F ini bertujuan untuk mengetahui ada pengaruh atau tidaknya
variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen dengan
nilai signifikansi = 5%. (2) Uji t bertujuan untuk mengetahui variabel
independen terhadap dependen secara parsial dengan nilai signifikansi
= 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan metode purposive sampling diperoleh 66 data observasi
yang memenuhi kriteria dengan data outlier 15 sehingga data yang
deiolah sebanyak 51. Metode purposive sampling merupakan metode
pengumpulan data yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
tertentu sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan oleh peneliti.
Hasil statistik deskriptif untuk masing-masing variabel pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
11
Tabel 1. Statistik Deskriptif
Variabel
N
Minimum Maximum
DPR
51
MVE/BV
E
51
DAR
Mean
Std.
Deviation
-0,01110
0,58140
0,2308922 0,17384843
0,00130
6,45000
1,6929353 1,34311963
51
0,03440
0,83750
0,3581020 0,18274725
ROA
51
-0,10680
5,03460
0,1957216 0,69447821
KPMJ
51
0,00000
0,47520
0,462941
INST
51
0,00000
0,97970
0,6490392 0,20941731
0,9345402
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas data dilakukan dengan metode One-Sampel
Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil uji normalitas dengan metode One-Sample
Kolmogorov-Smirnov ditunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih besar dari
nilai kritis 0,05, yang berarti data normal dan bisa melakukan uji
selanjutnya.
Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Park dengan melihat
probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%.
Hasil pengujian Park seluruh variabel independen (bebas) memiliki
nilai signifikansi di bawah nilai kritis 0,05 (5%). Hasil uji tersebut
menunjukkan bahwa data terkena penyakit heteroskedastisitas. Cara
untuk mengatasi gejala heterokedastisitas ini dilakukan dengan cara
deteksi outlier yang disebut case-wise, yakni menghapus data yang
memiliki angka residual tinggi. Setelah dilakukan case-wise, hasil uji
heterokedastisitas memiliki nilai signifikansi di atas nilai 0,05 atau 5%.
Tabel 2. Hasil Uji Heteroskedastisitas Setelah di Casewise
Variabel
Sig
Kesimpulan
Independen
MVE/BVE
0,262
Tidak terjadi heterokedastisitas
DAR
0,738
Tidak terjadi heterokedastisitas
ROA
0,174
Tidak terjadi heterokedastisitas
KPMJ
0,669
Tidak terjadi heterokedastisitas
INST
0,345
Tidak terjadi heterokedastisitas
Dependent Variable: ABS_RESID
Hasil uji multikolinieritas dengan menggunakan bantuan SPSS
terlihat bahwa kelima variabel independen yaitu MVE/BVE, DAR, ROA,
12
KPMJ dan INST menunjukkan angka VIF kurang dari 10 dan nilai
tolerance di atas 0,10. Dengan demikian dapat disimpulkan model regresi
tersebut tidak terkena multikolinieritas maka model regresi yang ada
layak untuk dipakai.
Hasil uji autokorelasi dengan Durbin-Watson dapat dilihat bahwa
nilai Durbin-Watson sebesar 1,788. Nilai ini akan dibandingkan dengan
nilai tabel alpha 5%, jumlah sampel (n) sebesar 51 dan jumlah variabel
independen sebesar 5 (k=5), maka didapatkan nilai tabel Durbin Watson
yaitu dL = 1,3431 dan du = 1,7701. Dari nilai Durbin-Watson yang didapat
sebesar 1,788 maka dapat disimpulkan bahwa DU < DW < (4-DU) dengan
nilai 1,7701 < 1,788 < 2,2299 sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak
terjadi autokorelasi.
Tabel 3. Hasil Pengujian Hipotesis dan Regresi
Variabel
Independen
Koefisien
Regresi
B
Konstanta
0,415
MVE/BVE
0,022
DAR
-0,308
ROA
-0,039
KPMJ
-0,832
INST
-0,100
R2
: 0,523
Adj. R2
: 0,192
F- statistic
: 3,381
Sig.
: 0,011
N
: 51
Variabel dependen : DPR
Sig
0,000
0,196
0,016
0,249
0,005
0,429
Hasil tabel diatas menunjukkan bahwa model persamaan ini
memiliki nilai F hitung sebesar 3,381 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,011. Nilai signifikansi sebesar 0,011 lebih kecil dari a= 0,05 atau 5%,
maka menunjukan bahwa kebijakan dividen dapat dijelaskan oleh
investment opportunity set (IOS), leverage, profitabilitas, kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional. Dapat disimpulkan bahwa
variabel independen yang meliputi investment opportunity set (IOS),
leverage, profitabilitas, kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional dalam penelitian ini secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen yaitu kebijakan dividen.
Pengujian pertama dalam penelitian ini untuk menguji apakah
Investment Opportunity Set (IOS) diproksikan dengan MVE/BVE
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen (DPR). Berdasarkan
hasil pengujian di atas, didapatkan hasil estimasi variabel Investment
13
Opportunity Set (IOS) diproksikan dengan MVE/BVE memiliki koefisien
regresi sebesar 0,022 dengan arah yang positif dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,196 yang berarti lebih besar dari = 0,05. Dapat disimpulkan
bahwa Investment Opportunity Set (IOS) diproksikan dengan MVE/BVE
memiliki arah yang positif dan tidak signifikan dengan kebijakan dividen
(DPR). Dengan demikian, penelitian ini tidak mendukung hipotesis
pertama, maka pada peneltian ini hipotesis 1 ditolak yang berarti tidak
ada pengaruh antara Investment Opportunity Set (IOS) terhadap kebijakan
dividen (DPR). Hal tersebut dikarenakan dalam melakukan suatu
investasi, perusahaan sebelumnya sudah memperkirakan atau
memprediksi atau sudah menyiapkan dana serta modal untuk melakukan
investasi. Jadi besar kecilnya investasi tidak akan mempengaruhi
kebijakan dividen karena sudah ada dana yang disiapkan sendiri oleh
perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Achadi (2011) bahwa investment opportunity set tidak berpengaruh
terhadap kebijakan dividen.
Pengujian kedua dalam penelitian ini untuk menguji apakah leverage
(DAR) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen (DPR).
Berdasarkan hasil pengujian di atas, didapatkan hasil estimasi variabel
leverage (DAR) memiliki koefisien regresi sebesar -0,308 yang memiliki
arah yang negatif dengan tingkat signifikansi sebesar 0,016 yang berarti
lebih kecil dari = 0,05 atau 5%. Dapat disimpulkan bahwa leverage (DAR)
memiliki arah yang negatif dan signifikan dengan kebijakan dividen
(DPR). Dengan demikian, penelitian ini mendukung hipotesis kedua,
maka pada peneltian ini hipotesis 2 diterima yang berarti ada pengaruh
antara leverage (DAR) terhadap kebijakan dividen (DPR), yang artinya
semakin tinggi hutang suatu perusahaan berarti semakin rendah
kebijakan dividen perusahaan karena semakin tinggi hutang suatu
perusahaan, maka laba yang didapatkan oleh perusahaan akan dialihkan
untuk membayar hutang terlebih dahulu yang menyebabkan laba ditahan
atau laba yang akan dibagikan ke pemegang saham akan berkurang. Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian lain yang dilakukan oleh Kumar
(2003) dan Nuringsih (2005) yang menyatakan bahwa kebijakan hutang
(leverage) berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.
Pengujian ketiga dalam penelitian ini untuk menguji apakah
profitabilitas (ROA) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen
(DPR). Berdasarkan hasil pengujian di atas, didapatkan hasil estimasi
variabel profitabilitas (ROA) memiliki koefisien regresi sebesar -0,039
yang memiliki arah yang negatif dengan tingkat signifikansi sebesar 0,249
yang berarti lebih besar dari = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa
profitabilitas (ROA) memiliki arah yang negatif dan tidak signifikan
dengan kebijakan dividen (DPR). Dengan demikian, penelitian ini
14
mendukung hipotesis ketiga, maka pada peneltian ini hipotesis 3 ditolak
yang berarti tidak ada pengaruh antara profitabilitas (ROA) terhadap
kebijakan dividen (DPR). Besar kecilnya kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba tidak mempengaruhi besarnya dividen yang dibagikan
pada pemegang saham. Hal ini mungkin saja terjadi apabila perusahaan
memilih untuk membayarkan dividen dengan jumlah yang tetap,
sehingga sebesar apapun profitabilitas perusahaan tidak mempengaruhi
besarnya dividen yang dibayarkan pada pemegang saham. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Fauzan (2002)
bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Pengujian keempat dalam penelitian ini untuk menguji apakah
kepemilikan manajerial (KPMJ) berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen (DPR). Berdasarkan hasil pengujian di atas, didapatkan
hasil estimasi variabel kepemilikan manajerial (KPMJ) memiliki koefisien
regresi sebesar
-0,832 dengan arah yang negatif dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,005 yang berarti lebih kecil dari = 0,05. Dapat
disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial (KPMJ) memiliki arah yang
negatif dan signifikan dengan kebijakan dividen (DPR). Dengan demikian,
penelitian ini mendukung hipotesis keempat, maka pada peneltian ini
hipotesis 4 diterima yang berarti ada pengaruh antara kepemilikan
manajerial (KPMJ) terhadap kebijakan dividen (DPR). Semakin banyak
jumlah insider dalam perusahaan akan membuat manajemen semakin
cenderung melakukan pengendalian terhadap penggunaan hutang yang
telah ada dengan menahan penjualan saham baru. Mereka akan memilih
untuk memakai sumber dana yang besar dari internal perusahaan yaitu
laba ditahan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Budi Mulyono (2009) dan Yanistya Ardian (2014) yang
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap
kebijakan dividen.
Pengujian kelima dalam penelitian ini untuk menguji apakah
kepemilikan institusional (INST) berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen (DPR). Berdasarkan hasil pengujian di atas, didapatkan
hasil estimasi variabel kepemilikan institusional (INST) memiliki koefisien
regresi sebesar -0,100 dengan arah yang negatif dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,429 yang berarti lebih besar dari = 0,05. Dapat
disimpulkan bahwa kepemilikan institusional (INST) memiliki arah yang
negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen (DPR). Dengan
demikian, penelitian ini tidak mendukung hipotesis kelima, maka pada
peneltian ini hipotesis 5 ditolak yang berarti tidak ada pengaruh antara
kepemilikan institusional (INST) terhadap kebijakan dividen (DPR). Hal
ini disebabkan karena pihak institusional di dalam suatu perusahaan pasti
15
lebih dari satu dan pendapat tentang dividen dari setiap pihak
institusional pasti berbeda-beda. Ada pihak yang mengharapkan bahwa
laba yang ada ditahan untuk diinvestasikan kembali dan ada juga pihak
yang mengharapkan bahwa laba yang didapatkan lebih baik dibagikan
kepada para pemegang saham sebagai dividen. Perbedaan pendapat
tersebutlah yang menyebabkan variabel kepemilikan institusional tidak
signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Resky, dkk (2014) dan Bukhori (2008) yang menyatakan bahwa kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Koefisien Determinasi (R2)
Besarnya koefisien determinasi (adjusted R Square) adalah 0,192 atau
19,2%. Hal ini berarti 19,2% variabel kebijakan dividen (DPR) dapat
dijelaskan oleh kelima variabel independen yang meliputi Investment
Opportunity Set (IOS), leverage (DAR), profitabilitas (ROA), kepemilikan
manajerial (MOWN) dan kepemilikan institusional (INST). Sedangkan
sisanya (100% - 19,2%) yaitu 80,8% dapat dijelaskan oleh variabel lain di
luar model penelitian.
SIMPULAN
Hasil analisis hipotesis 1 menyatakan bahwa variabel investment
opportunit set (IOS) yang diproksikan dengan MVE/BVE tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini dapat dilihat
dari nilai signifikansi investment opportunit set (IOS) lebih besar dari 0,05
atau 5% . Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang peneliti ajukan bahwa
variabel investment opportunit set (IOS) berpengaruh negatif terhadap
kebijakan dividen. Hasil analisis hipotesis 2 menyatakan bahwa variabel
leverage yang diproksikan dengan DAR mempunyai pengaruh yang
negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini dapat dilihat
dari nilai beta sebesar -0,308 dan nilai signifikansinya yang lebih kecil dari
0,05 atau 5% . Hal ini sesuai dengan hipotesis yang peneliti ajukan bahwa
variabel leverage (DAR) berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.
Hasil analisis hipotesis 3 menyatakan bahwa variabel profitabilitas yang
diproksikan dengan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi variabel
profitabilitas (ROA) yang lebih besar dari 0,05 atau 5% . Hal ini tidak
sesuai dengan hipotesis yang peneliti ajukan bahwa variabel profitabilitas
(ROA) berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Hasil analisis
hipotesis 4 menyatakan bahwa kepemilikan manajerial yang diproksikan
dengan KPMJ berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini
dapat dilihat dari nilai beta sebesar -0,832 dan nilai signifikansi
kepemilikan manajerial (KPMJ) yang lebih kecil dari 0,05 atau 5% . Hal ini
sesuai dengan hipotesis yang peneliti ajukan bahwa variabel kepemilikan
16
manajerial (KPMJ) berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Hasil
analisis hipotesis 5 menyatakan bahwa kepemilikan institusional yang
diproksikan dengan INST tidak berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi kepemilikan
institusional (INST) yang lebih besar dari 0,05 atau 5% . Hal ini tidak
sesuai dengan hipotesis yang peneliti ajukan bahwa variabel kepemilikan
institusional (INST) berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
SARAN
1)Penelitian selanjutnya perlu untuk menambah atau mengganti
beberapa variabel yang dimungkinkan berpengaruh terhadap kebijakan
dividen perusahaan. 2)Penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel
dari sektor industri yang lain misalnya di bidang properti yang dapat
mengembangkan penelitian ini. 3)Penelitian selanjutnya memperpanjang
periode penelitian agar memperoleh banyak sampel yang dapat
digunakan dalam penelitian. 4)Penelitian selanjutnya diharapkan
merubah atau menggunakan proksi lain untuk variabel independennya
dikarenak variabel indeoenden dalam penelitian ini mempunyai lebih dari
satu proksi yang dapat digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Achadi, Pri. 2011. “Pengaruh Growth Opportunity, Debt to Opportunity dan
Investment Opportunity Set terhadap Dividend Payout Ratio”. Jurnal
Akuntansi, Vol, 2, No 2.
Arilaha, Muhammad, A., (2009), “Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas,
Likuiditas,
dan Leverage Terhadap Kebijakan Dividen”. Jurnal Keuangan dan
Perbankan,
7 (1), 78 -87.
Brigham, E. F., dan Houston, J. F. 2011. Dasar-dasar Manajemen Keuangan,
Buku 2 Edisi 11. Jakarta: Salemba Empat.
Bukhori, Iskandar, 2008, Pengaruh Kepemilikan Saham Institusional,
Kesempatan Bertumbuh, Kebijakan Hutang, Profit dan Tingkat
Risiko terhadap Kebijakan Dividen, Utilitas Jurnal Manajemen &
Bisnis Vol. XVI No. 2, hal 135-143.
Diamanda, Rizki. 2010. Pengaruh Free Cash Flow, Profitability, dan
Investment Opportunity Set terhadap Dividend Payout Ratio.
Ghozali, I., 2011, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,
Semarang: BPFE Universitas Diponegoro.
Hanafi, Mamduh M., dan Ahmad Halim, 2005, Analisis Laporan Keuangan,
Edisi 2, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Harrison Jr. W.T. et al. (2015). Akuntansi Keuangan. (Alih Bahasa: Gina
Gania). Jakarta: Erlangga.
17
Haryetti, dan Ekayanti, A. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Investmen
Opportunity
Set, dan Pertumbuhan Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI. Jurnal
Akuntansi, Vol. 20, No. 3, September 2012 .
Lintner, Jhon. 1956. Distribution of Incomes of Corporations. American
Economic Review, 46, 97-133.
Marlene Artha Mathilda. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Pajak, Dan
Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Pembayaran Dividen Pada
Perusahaan Non Financial Yang Terdaftar di BEI. Skripsi.
Universitas Indonesia. 2012.
Marpaung, Elyzabet Indrawati. 2009. Pengaruh Profitabilitas dan
Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen: Studi Empirik
pada Emiten Pembentuk Indeks LQ-45 di BE. Jurnal Akuntansi. Vol.
6. No. 1. Hlm 70 -84
Rachmad, Anggie Noor. 2013. Pengaruh Struktur Kepemelikan, Leverage
dan Return on Asset terhadap Kebijakan Dividen. E-Journal Undip,
Vol.2, No.3. ISSN 2337-3806.
Rahmawati, A., Fajarwati, & Fauziyah, 2014, Statistika, Yogyakarta :
Penerbit Laboratorium Manajemen FE UMY
Sanjaya. 2014. “Entrenchment and Aligment Effect on Earning Management”.
The Indonesian Journal of Accounting Research, hal. 247-264.
Sari, F. R., 2010. “Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan
Hutang, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Kesempatan
Investasi terhadap Kebijakan Dividen”, Skripsi, Fakultas Ekonomi,
Universitas 11 Maret, Surakarta.
Sartono, R. Agus. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4.
Yogyakarta: BPFE.
Sugiarto. 2009. Struktur Modal, Struktur Kepemilikan Perusahaan,
Permasalahan Keagenan dan Informasi Asimetri. Edisi Pertama. Graha
Ilmu, Yogyakarta.
PENGARUH SET KESEMPATAN INVESTASI, KEBIJAKAN
HUTANG, PROFITABILITAS, KEPEMILIKAN
MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL
TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN
Fitri Yenti
Jurusan Manajemen, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jl. Lingkar Seltan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183
Telp. (0274) 387656, 387649, Fax. (0274) 387646/387649, Website:
www.umy.ac.id
Email: [email protected]
The purpose of this study was to investigate the investment opportunity
set (IOS), leverage, profitability, managerial ownership and institutional
ownership to dividend policy. This study focused on Manufactur companies listed
in Bursa Efek Indonesia for period 2011-2014. This study used purposive
sampling method in order to collect the sample. Based on certain criteria, there
were 51 Manufactur companies that matched with the sample. The statistical
method used in this study was multiple regression.
The result of this study the simultaneous testing showed that investment
opportunity set (IOS), profitability and institutional ownership has unsignificant effect to dividend policy. Meanwhile, leverage and managerial
ownership has the negative and significant effect to dividend policy.
Key Words :
Dividend Policy, Investment Opportunity Set (IOS), Leverage,
Profitability, Managerial Ownership and Institutional Ownership
PENDAHULUAN
Sektor investasi sebagai salah satu faktor penopang pertumbuhan
perekonomian di Indonesia, keberadaan pasar modal mulai menjadi
tempat serius bagi para investor yang kelebihan dana untuk
mendapatkan keuntungan yang juga serius. Aktivitas investasi oleh
investor ke suatu perusahaan memiliki tujuan yaitu untuk mencari
pendapatan atau tingkat pengembalian investasi (return) baik berupa
dividen maupun berupa capital gain. Dividen itu sendiri merupakan
bagian laba yang diperoleh pemegang saham. Sedangkan kebijakan
dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba sebagai
2
dividen atau menahannya untuk diinvestasikan kembali di dalam
perusahaan (laba ditahan).
Dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham
tergantung kepada kebijakan masing-masing perusahaan, sehingga
memerlukan pertimbangan serius dari manajemen perusahaan.
Manajer keuangan dituntut untuk bisa menentukan kebijakan dividen
saat ini dan pertumbuhan dimasa datang. Kebijakan dividen sendiri
mempunyai arti penting bagi perusahaan dikarenakan kebijakan ini
berpengaruh pada sikap atau reaksi investor. Suatu perusahaan yang
membayarkan dividen dalam jumlah besar akan memberikan reputasi
baik untuk perusahaan tersebut di pasar modal sehingga mampu
menarik investor untuk menginvestasikan sejumlah dananya pada
perusahaan tersebut. Sebaliknya perusahaan yang membayarkan
dividen dalam jumlah yang sedikit yang berarti pemotongan dividen
dapat dipandang negatif oleh para investor, pemotongan seperti itu
seringkali dikaitkan dengan kesulitan keuangan yang dihadapi
perusahaan.
Kebijakan dividen ini juga penting artinya bagi investor, karena hal
itu menunjukkan bahwa manajemen perusahaan telah bekerja keras
untuk mencapai pertumbuhan laba semaksimal mungkin untuk
kepentingan pemegang saham. Perusahaan yang membagikan dividen
menunjukkan bahwa kondisi keuangan perusahaan itu bagus,
keuangan perusahaan sehat karena bisa menyisihkan sebagian
keuntungan bersihnya untuk dibagi ke pemegang saham.
Mengingat
pentingnya
kebijakan
pembayaran
dividen,
pemahaman yang tepat mengenai faktor-faktor penentu kebijakan
pembayaran deviden sangat diperlukan. Dalam penelitian ini, faktorfaktor yang menjadi penentu kebijakan dividen adalah kesempatan
investasi (IOS), leverage, profitabilitas dan struktur kepemilikan.
RUMUSAN MASALAH
a. Apakah Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh terhadap
kebijakan dividen?
b. Apakah leverage (DAR) berpengaruh terhadap kebijakan dividen ?
c. Apakah profitabilitas (ROA) berpengaruh terhadap kebijakan
dividen ?
d. Apakah struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap
kebijakan dividen?
e. Apakah struktur kepemilikan institusional berpengaruh terhadap
kebijakan dividen?
3
KERANGKA TEORI
Pengertian Dividen
Dividen merupakan distribusi oleh perusahaan kepada pemegang
sahamnya yang didasarkan pada laba perusahaan. Pemegang saham
memiliki hak untuk bagian yang proporsional dari setiap dividen di
mana saham dalam suatu kelas tertentu akan menerima dividen yang
sama (Harrison Jr. W.T. et al, 2011).
Pengertian Kebijakan Dividen
Dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang
saham, disamping capital gain. Dividen ditentukan berdasarkan dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Besarnya jumlah dividen yang
akan dibayarkan kepada pemegang saham dan laba yang akan ditahan
untuk reinvestasi tergantung dari kebijakan dividen yang akan
ditetapkan. Oleh karena itu, perumusan kebijakan dividen memerlukan
pertimbangan yang matang dari manajemen (Husnan dan Pudjiastuti,
1994 dikutip dalam Endarwati, 2011).
Teori Keagenan (Agency Theory)
Menurut teori ini konflik bisa terjadi antar pihak-pihak yang
berkaitan di dalam perusahaan. Karena keputusan salah satu dari pihak
tidak menguntungkan pihak lain di dalam perusahaan, maka dari hal
tersebut timbullah konflik sehigga dibentuklah tim pengawas guna
untuk mengurangi konflik tersebut.
Teori Dividen Residual
Kebijakan ini menyatakan bahwa perusahaan membayarkan
dividen hanya jika terdapat kelebihan dana atas laba perusahaan yang
digunakan untuk membiayai proyek yang telah direncanakan. Dasar
dari kebijakan ini adalah bahwa investor lebih menyukai perusahaan
menahan
dan
menginvestasikan
kembali
laba
daripada
membagikannya dalam bentuk dividen apabila laba yang
diinvestasikan kembali tersebut dapat menghasilkan return yang lebih
tinggi daripada return rata-rata yang dapat dihasilkan investor dari
investasi lain dengan risiko yang sebanding (Dini Rosdini, 2009).
Pecking Order Theory
Penggunaan dana internal lebih efisien dibandingkan dengan dana
eksternal sehingga keuntungan yang diperoleh perusahaan akan
dialokasikan pada laba ditahan untuk kepentingan ekspansi
perusahaan dibanding untuk membayar dividen tinggi. Dengan
4
demikian berdasarkan pecking order theory sebaiknya dividen dibayar
rendah.
Dividend Smoothing
Salah satu kebijakan dividen adalah dividend smoothing. Dividend
Smoothing adalah jumlah dividen yang tergantung atas keuntungan
perusahaan sekarang dan dividen tahun sebelumnya (Lintner, 1956).
Teori Signaling
Menurut teori signaling, dividen dipakai sebagai signal oleh
perusahaan. Jika perusahaan merasa bahwa prospek dimasa
mendatang baik (pendapatan meningkat dan diperkirakan dividen
yang meningkat dapat dibayarkan), maka perusahaan akan
meningkatkan dividen. Pasar akan merespon positif pengumuman
kenaikan dividen tersebut. Namun jika perusahaan merasa prospek
dimasa mendatang menurun, perusahaan akan menurunkan
pembayaran dividennya. Pasar akan merespon negatif pengumuman
tersebut.
Investment Opportunity Set (IOS)
Investment Opportunity Set (IOS) adalah set kesempatan investasi
yang merupakan pilihan investasi di masa mendatang dan dapat
dijadikan cermin untuk pertumbuhan aktiva dan ekuitas perusahaan
(Sari, 2010). Menurut Haryetti dan Ekayanti (2012) Investment
Opportunity Set (IOS) merupakan nilai kesempatan investasi dan
merupakan pilihan untuk membuat investasi dimasa yang akan datang.
Leverage
Tujuan perusahaan menggunakan leverage yaitu supaya
keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya aset dan sumber
dananya. Penggunaannya bisa menjadi risiko jika perusahaan ternyata
mendapat keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya sehingga
menurunkan keuntungan pemegang saham (Sartono, 2001).
Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
memperoleh laba. Profitabilitas adalah salah satu cara untuk menilai
sejauh mana tingkat pengembalian dari aktivitas investasi, pendanaan
dan aktivitas lainnya (Sanjaya, 2014). Menurut Brigham dan Houston
profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan.
Sedangkan menurut Munawir (1995) mengatakan bahwa “profitabilitas
adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam periode
tertentu”.
5
Struktur Kepemilikan
Menurut Sugiarto (2009) strukur kepemilikan adalah proporsi
kepemilikan institusional dan kepemilikan manajemen dalam
kepemilikan saham perusahaan. Marlene (2012) juga menjelaskan
bahwa kepemilikan manajerial merupakan proporsi pemegang saham
dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan
keputusan perusahaan. Sedangkan kepemilikan institusional adalah
proporsi pemegang saham yang dimiliki oleh pemilik institusional,
seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan
kepemilikan lain.
PENELITIAN TERDAHULU
Elyzabet Indrawati Marpaung (2009) melakukan studi mengenai
Pengaruh Profitabilitas dan Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan
Dividen: Studi Empirik pada Emiten Pembentuk Indeks LQ45 di Bursa
Efek Indonesia diperoleh hasil bahwa profitabilitas berpengaruh positif
terhadap kebijakan dividen, kesempatan investasi berpengaruh negatif
terhadap kebijakan dividen.
Rizki Diamanda (2010) meneliti tentang pengaruh free cash flow,
profitability dan investment opportunity set terhadap dividend payout ratio
pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Hasil penelitiannya menunjukkan free cash flow berpengaruh negatif
terhadap DPR, profitabilitas berpengaruh positif terhadap DPR dan
investment opportunity set berpengaruh positif terhadap DPR.
Anggie Noor Rachmad (2013) dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh struktur kepemilikan, leverage dan return on asset terhadap
kebijakan dividen” yang mengemukakan bahwa struktur kepemilikan
manajerial, kepemilikan saham publik dan ROA memiliki pengaruh
positif terhadap kebijakan dividen sedangkan kepemilikan institusional
dan leverage memiliki pengaruh negatif terhadap kebijkan dividen.
HIPOTESIS
Tingkat pertumbuhan perusahaan yang tinggi di masa depan
biasanya diikuti dengan adanya penurunan dividen tunai. Perusahaan
dengan pertumbuhan yang tinggi sering dikatakan juga memiliki
kesempatan investasi (IOS) tinggi. Untuk semakin meningkatkan
pertumbuhan tersebut, perusahaan cenderung menggunakan dana
yang berasal dari sumber internal dibandingkan dengan sumber
eksternal (penerbitan saham atau obligasi). Sumber dana internal lebih
disukai untuk membiayai kegiatan reinvestasi karena dana tersebut
memiliki risiko dan biaya yang lebih rendah.
H1: Investment opportunity set (IOS) berpengaruh negatif signifikan
terhadap kebijakan dividen.
6
Semakin tinggi hutang suatu perusahaan berarti semakin rendah
kebijakan dividen perusahaan karena semakin tinggi hutang suatu
perusahaan, maka laba yang didapatkan oleh perusahaan akan
dialihkan untuk membayar hutang terlebih dahulu yang menyebabkan
laba ditahan atau laba yang akan dibagikan ke pemegang saham akan
berkurang.
H2: Leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan
dividen.
Perusahaan dengan laba yang tinggi mampu membayar deviden
yang lebih tinggi kepada para pemegang saham demi kesejahteraan
para pemegang saham. Perusahaan yang memperoleh keuntungan
besar cenderung akan membayarkan deviden lebih besar. Hal ini
didukung oleh teori signalling yang menyatakan bahwa perusahaan
yang profitable dengan sengaja akan memberikan sinyal kepada pasar
(Hanafi, 2004).
H3: Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan
dividen
Semakin banyak jumlah insider dalam perusahaan akan membuat
manajemen semakin cenderung melakukan pengendalian terhadap
penggunaan hutang yang telah ada dengan menahan penjualan saham
baru. Mereka akan memilih untuk memakai sumber dana yang besar
dari internal perusahaan yaitu laba ditahan. Jadi semakin tinggi jumlah
insider ownership akan membuat rasio penggunaan laba ditahan yang
semakin tinggi, hal ini akan mengakibatkan jumlah dividen yang akan
dibagikan akan semakin kecil.
H4: Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Tingkat kepemilikan oleh investor institusi yang tinggi akan
menghasilkan upaya-upaya pengawasan yang lebih intensif sehingga
dapat membatasi perilaku oportunistik manajer. Pengawasan terhadap
manajer dapat menurunkan konflik keagenan yang dapat terjadi.
Pengawasan yang dilakukan investor institusional menyebabkan
manajer akan bertindak sesuai dengan kepentingan investor. Karena
investor pasti menginginkan laba yang diterima perusahaan akan
dibagikan kepada mereka dalam bentuk dividen. Jika kepemilikan
institusional dalam sebuah perusahaan jumlahnya besar, maka semakin
besar pula pengawasan terhadap pihak manajer agar manajer tidak
akan menggunakan dana untuk keperluan yang tidak penting atau
7
untuk keperluan pribadinya sehingga dana yang ada dapat dibagikan
kepada pemegang saham.
H5: Kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan
terhadap kebijakan dividen.
MODEL PENELITIAN
METODE PENELITIAN
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data
sekunder dan didapat dari laporan keuangan perusahaan yang
diunduh dari situs Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling yaitu teknik penentuan, penarikan, atau
pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbangan atau kriteria
tertentu, dengan kriteria: 1) Perusahaan manufaktur yang membagikan
dividen pada periode 2011-2014, 2) Perusahaan manufaktur yang
memiliki kelengkapan informasi yang dibutuhkan terkait dengan
indikator-indikator perhitungan yang dijadikan variabel pada
penelitian ini yang meliputi Investment Opportunity Set (IOS), Leverage,
Profitabilitas, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional.
Teknik atau metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah penggunaan data
8
atau informasi subyek, objek ataupun dokumen yang sudah ada.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen.
Kebijakan dividen adalah keputusan manajemen tentang besar kecilnya
jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham
dengan menggunakan indikator dividend payout ratio (Arilaha,2009).
DPR=
�
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
investment opportunity set (IOS), leverage, profitabilitas, kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional.
Investment Opportunity Set (IOS)
Menurut Haryetti dan Ekayanti (2012) Investment Opportunity Set
(IOS) merupakan nilai kesempatan investasi dan merupakan pilihan
untuk membuat investasi dimasa yang akan datang. Investment
Opportunity Set (IOS) ini berkaitan dengan peluang pertumbuhan
perusahaan dimasa yang akan datang. Pertumbuhan perusahaan
seperti adanya kesempatan untuk melakukan investasi di masa yang
akan datang.
�
MVE/BVE=
Leverage (Debt to Asset Ratio)
Leverage adalah perbandingan antara total hutang dengan total
aktiva yang digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang.
Pada penelitian ini, variabel kebijakan hutang diproksikan dengan rasio
hutang atau Debt to Asset Ratio (DAR). Brigham dan Houston (2011)
menjelaskan bahwa Debt to Asset Ratio merupakan rasio hutang yang
diukur dengan perbandingan antara total hutang terhadap total aset,
rasio ini digunakan untuk mengukur persentase dana yang diberikan
oleh kreditor. Rumus menurut Brigham dan Houston (2011):
DAR=
Profitabilitas (Return on Assets)
Rasio profitabilitas pada penelitian ini diukur dengan return on
assets (ROA). Menurut Hanafi dan Halim (2005), return on assets (ROA)
merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan
profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
9
keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham
tertentu. Return on assets dapat dirumuskan sebagai berikut:
Kepemilikan Manajerial
�=
Struktur kepemilikan menurut Sugiarto (2009) merupakan
perbandingan jumlah saham yang dimiliki oleh orang dalam (insiders)
dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor. Rumus Struktur
Kepemilikan Manajerial menurut Sugiarto (2009):
�� =
�
Kepemilikan Institusional
�
Struktur kepemilikan institusional adalah proporsi kepemilikan
institusi lain dalam kepemilikan saham perusahaan Sugiarto (2009).
Rumusan menurut Sugiarto (2009) :
INST=
Langkah-langkah dalam menganalisis data adalah pertama statistik
deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat
dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). (Ghozali,
2011).
Kedua, uji asumsi klasik. (1) Uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal (Ghozali, 2011), (2) Uji heteroskedastisitas bertujuan
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas, (3) Ghozali
(2011) mengatakan bahwa uji multikolineritas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi,
maka variabel-variabel ini tidak ortogonal., (4) Uji Autokorelasi adalah
menurut Rahmawati dkk, (2014) untuk menguji apakah dalam suatu
10
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan terjadi problem autokorelasi.
Ketiga, secara sistematis model yang dikembangkan untuk menguji
penelitian ini adalah dengan menggunakan regresi linear berganda.
Model tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
DPR = 0 + 1MVE/BVE + 2DAR + 3ROA + 4KPMJ + 5INST
Keterangan :
DPR
0
1MVE/BVE
2DAR
3ROA
4KPMJ
5INST
= Kebijakan Dividen
= Konstanta
= Investment Opportunity Set (IOS)
= Leverage
= Profitabilitas
= Struktur Kepemilikan Manajerial
= Struktur Kepemilikan Institusional
Langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis (Ghozali, 2011): (1)
Uji F ini bertujuan untuk mengetahui ada pengaruh atau tidaknya
variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen dengan
nilai signifikansi = 5%. (2) Uji t bertujuan untuk mengetahui variabel
independen terhadap dependen secara parsial dengan nilai signifikansi
= 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan metode purposive sampling diperoleh 66 data observasi
yang memenuhi kriteria dengan data outlier 15 sehingga data yang
deiolah sebanyak 51. Metode purposive sampling merupakan metode
pengumpulan data yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
tertentu sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan oleh peneliti.
Hasil statistik deskriptif untuk masing-masing variabel pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
11
Tabel 1. Statistik Deskriptif
Variabel
N
Minimum Maximum
DPR
51
MVE/BV
E
51
DAR
Mean
Std.
Deviation
-0,01110
0,58140
0,2308922 0,17384843
0,00130
6,45000
1,6929353 1,34311963
51
0,03440
0,83750
0,3581020 0,18274725
ROA
51
-0,10680
5,03460
0,1957216 0,69447821
KPMJ
51
0,00000
0,47520
0,462941
INST
51
0,00000
0,97970
0,6490392 0,20941731
0,9345402
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas data dilakukan dengan metode One-Sampel
Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil uji normalitas dengan metode One-Sample
Kolmogorov-Smirnov ditunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih besar dari
nilai kritis 0,05, yang berarti data normal dan bisa melakukan uji
selanjutnya.
Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Park dengan melihat
probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%.
Hasil pengujian Park seluruh variabel independen (bebas) memiliki
nilai signifikansi di bawah nilai kritis 0,05 (5%). Hasil uji tersebut
menunjukkan bahwa data terkena penyakit heteroskedastisitas. Cara
untuk mengatasi gejala heterokedastisitas ini dilakukan dengan cara
deteksi outlier yang disebut case-wise, yakni menghapus data yang
memiliki angka residual tinggi. Setelah dilakukan case-wise, hasil uji
heterokedastisitas memiliki nilai signifikansi di atas nilai 0,05 atau 5%.
Tabel 2. Hasil Uji Heteroskedastisitas Setelah di Casewise
Variabel
Sig
Kesimpulan
Independen
MVE/BVE
0,262
Tidak terjadi heterokedastisitas
DAR
0,738
Tidak terjadi heterokedastisitas
ROA
0,174
Tidak terjadi heterokedastisitas
KPMJ
0,669
Tidak terjadi heterokedastisitas
INST
0,345
Tidak terjadi heterokedastisitas
Dependent Variable: ABS_RESID
Hasil uji multikolinieritas dengan menggunakan bantuan SPSS
terlihat bahwa kelima variabel independen yaitu MVE/BVE, DAR, ROA,
12
KPMJ dan INST menunjukkan angka VIF kurang dari 10 dan nilai
tolerance di atas 0,10. Dengan demikian dapat disimpulkan model regresi
tersebut tidak terkena multikolinieritas maka model regresi yang ada
layak untuk dipakai.
Hasil uji autokorelasi dengan Durbin-Watson dapat dilihat bahwa
nilai Durbin-Watson sebesar 1,788. Nilai ini akan dibandingkan dengan
nilai tabel alpha 5%, jumlah sampel (n) sebesar 51 dan jumlah variabel
independen sebesar 5 (k=5), maka didapatkan nilai tabel Durbin Watson
yaitu dL = 1,3431 dan du = 1,7701. Dari nilai Durbin-Watson yang didapat
sebesar 1,788 maka dapat disimpulkan bahwa DU < DW < (4-DU) dengan
nilai 1,7701 < 1,788 < 2,2299 sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak
terjadi autokorelasi.
Tabel 3. Hasil Pengujian Hipotesis dan Regresi
Variabel
Independen
Koefisien
Regresi
B
Konstanta
0,415
MVE/BVE
0,022
DAR
-0,308
ROA
-0,039
KPMJ
-0,832
INST
-0,100
R2
: 0,523
Adj. R2
: 0,192
F- statistic
: 3,381
Sig.
: 0,011
N
: 51
Variabel dependen : DPR
Sig
0,000
0,196
0,016
0,249
0,005
0,429
Hasil tabel diatas menunjukkan bahwa model persamaan ini
memiliki nilai F hitung sebesar 3,381 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,011. Nilai signifikansi sebesar 0,011 lebih kecil dari a= 0,05 atau 5%,
maka menunjukan bahwa kebijakan dividen dapat dijelaskan oleh
investment opportunity set (IOS), leverage, profitabilitas, kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional. Dapat disimpulkan bahwa
variabel independen yang meliputi investment opportunity set (IOS),
leverage, profitabilitas, kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional dalam penelitian ini secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen yaitu kebijakan dividen.
Pengujian pertama dalam penelitian ini untuk menguji apakah
Investment Opportunity Set (IOS) diproksikan dengan MVE/BVE
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen (DPR). Berdasarkan
hasil pengujian di atas, didapatkan hasil estimasi variabel Investment
13
Opportunity Set (IOS) diproksikan dengan MVE/BVE memiliki koefisien
regresi sebesar 0,022 dengan arah yang positif dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,196 yang berarti lebih besar dari = 0,05. Dapat disimpulkan
bahwa Investment Opportunity Set (IOS) diproksikan dengan MVE/BVE
memiliki arah yang positif dan tidak signifikan dengan kebijakan dividen
(DPR). Dengan demikian, penelitian ini tidak mendukung hipotesis
pertama, maka pada peneltian ini hipotesis 1 ditolak yang berarti tidak
ada pengaruh antara Investment Opportunity Set (IOS) terhadap kebijakan
dividen (DPR). Hal tersebut dikarenakan dalam melakukan suatu
investasi, perusahaan sebelumnya sudah memperkirakan atau
memprediksi atau sudah menyiapkan dana serta modal untuk melakukan
investasi. Jadi besar kecilnya investasi tidak akan mempengaruhi
kebijakan dividen karena sudah ada dana yang disiapkan sendiri oleh
perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Achadi (2011) bahwa investment opportunity set tidak berpengaruh
terhadap kebijakan dividen.
Pengujian kedua dalam penelitian ini untuk menguji apakah leverage
(DAR) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen (DPR).
Berdasarkan hasil pengujian di atas, didapatkan hasil estimasi variabel
leverage (DAR) memiliki koefisien regresi sebesar -0,308 yang memiliki
arah yang negatif dengan tingkat signifikansi sebesar 0,016 yang berarti
lebih kecil dari = 0,05 atau 5%. Dapat disimpulkan bahwa leverage (DAR)
memiliki arah yang negatif dan signifikan dengan kebijakan dividen
(DPR). Dengan demikian, penelitian ini mendukung hipotesis kedua,
maka pada peneltian ini hipotesis 2 diterima yang berarti ada pengaruh
antara leverage (DAR) terhadap kebijakan dividen (DPR), yang artinya
semakin tinggi hutang suatu perusahaan berarti semakin rendah
kebijakan dividen perusahaan karena semakin tinggi hutang suatu
perusahaan, maka laba yang didapatkan oleh perusahaan akan dialihkan
untuk membayar hutang terlebih dahulu yang menyebabkan laba ditahan
atau laba yang akan dibagikan ke pemegang saham akan berkurang. Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian lain yang dilakukan oleh Kumar
(2003) dan Nuringsih (2005) yang menyatakan bahwa kebijakan hutang
(leverage) berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.
Pengujian ketiga dalam penelitian ini untuk menguji apakah
profitabilitas (ROA) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen
(DPR). Berdasarkan hasil pengujian di atas, didapatkan hasil estimasi
variabel profitabilitas (ROA) memiliki koefisien regresi sebesar -0,039
yang memiliki arah yang negatif dengan tingkat signifikansi sebesar 0,249
yang berarti lebih besar dari = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa
profitabilitas (ROA) memiliki arah yang negatif dan tidak signifikan
dengan kebijakan dividen (DPR). Dengan demikian, penelitian ini
14
mendukung hipotesis ketiga, maka pada peneltian ini hipotesis 3 ditolak
yang berarti tidak ada pengaruh antara profitabilitas (ROA) terhadap
kebijakan dividen (DPR). Besar kecilnya kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba tidak mempengaruhi besarnya dividen yang dibagikan
pada pemegang saham. Hal ini mungkin saja terjadi apabila perusahaan
memilih untuk membayarkan dividen dengan jumlah yang tetap,
sehingga sebesar apapun profitabilitas perusahaan tidak mempengaruhi
besarnya dividen yang dibayarkan pada pemegang saham. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Fauzan (2002)
bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Pengujian keempat dalam penelitian ini untuk menguji apakah
kepemilikan manajerial (KPMJ) berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen (DPR). Berdasarkan hasil pengujian di atas, didapatkan
hasil estimasi variabel kepemilikan manajerial (KPMJ) memiliki koefisien
regresi sebesar
-0,832 dengan arah yang negatif dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,005 yang berarti lebih kecil dari = 0,05. Dapat
disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial (KPMJ) memiliki arah yang
negatif dan signifikan dengan kebijakan dividen (DPR). Dengan demikian,
penelitian ini mendukung hipotesis keempat, maka pada peneltian ini
hipotesis 4 diterima yang berarti ada pengaruh antara kepemilikan
manajerial (KPMJ) terhadap kebijakan dividen (DPR). Semakin banyak
jumlah insider dalam perusahaan akan membuat manajemen semakin
cenderung melakukan pengendalian terhadap penggunaan hutang yang
telah ada dengan menahan penjualan saham baru. Mereka akan memilih
untuk memakai sumber dana yang besar dari internal perusahaan yaitu
laba ditahan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Budi Mulyono (2009) dan Yanistya Ardian (2014) yang
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap
kebijakan dividen.
Pengujian kelima dalam penelitian ini untuk menguji apakah
kepemilikan institusional (INST) berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen (DPR). Berdasarkan hasil pengujian di atas, didapatkan
hasil estimasi variabel kepemilikan institusional (INST) memiliki koefisien
regresi sebesar -0,100 dengan arah yang negatif dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,429 yang berarti lebih besar dari = 0,05. Dapat
disimpulkan bahwa kepemilikan institusional (INST) memiliki arah yang
negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen (DPR). Dengan
demikian, penelitian ini tidak mendukung hipotesis kelima, maka pada
peneltian ini hipotesis 5 ditolak yang berarti tidak ada pengaruh antara
kepemilikan institusional (INST) terhadap kebijakan dividen (DPR). Hal
ini disebabkan karena pihak institusional di dalam suatu perusahaan pasti
15
lebih dari satu dan pendapat tentang dividen dari setiap pihak
institusional pasti berbeda-beda. Ada pihak yang mengharapkan bahwa
laba yang ada ditahan untuk diinvestasikan kembali dan ada juga pihak
yang mengharapkan bahwa laba yang didapatkan lebih baik dibagikan
kepada para pemegang saham sebagai dividen. Perbedaan pendapat
tersebutlah yang menyebabkan variabel kepemilikan institusional tidak
signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Resky, dkk (2014) dan Bukhori (2008) yang menyatakan bahwa kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Koefisien Determinasi (R2)
Besarnya koefisien determinasi (adjusted R Square) adalah 0,192 atau
19,2%. Hal ini berarti 19,2% variabel kebijakan dividen (DPR) dapat
dijelaskan oleh kelima variabel independen yang meliputi Investment
Opportunity Set (IOS), leverage (DAR), profitabilitas (ROA), kepemilikan
manajerial (MOWN) dan kepemilikan institusional (INST). Sedangkan
sisanya (100% - 19,2%) yaitu 80,8% dapat dijelaskan oleh variabel lain di
luar model penelitian.
SIMPULAN
Hasil analisis hipotesis 1 menyatakan bahwa variabel investment
opportunit set (IOS) yang diproksikan dengan MVE/BVE tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini dapat dilihat
dari nilai signifikansi investment opportunit set (IOS) lebih besar dari 0,05
atau 5% . Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang peneliti ajukan bahwa
variabel investment opportunit set (IOS) berpengaruh negatif terhadap
kebijakan dividen. Hasil analisis hipotesis 2 menyatakan bahwa variabel
leverage yang diproksikan dengan DAR mempunyai pengaruh yang
negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini dapat dilihat
dari nilai beta sebesar -0,308 dan nilai signifikansinya yang lebih kecil dari
0,05 atau 5% . Hal ini sesuai dengan hipotesis yang peneliti ajukan bahwa
variabel leverage (DAR) berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.
Hasil analisis hipotesis 3 menyatakan bahwa variabel profitabilitas yang
diproksikan dengan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi variabel
profitabilitas (ROA) yang lebih besar dari 0,05 atau 5% . Hal ini tidak
sesuai dengan hipotesis yang peneliti ajukan bahwa variabel profitabilitas
(ROA) berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Hasil analisis
hipotesis 4 menyatakan bahwa kepemilikan manajerial yang diproksikan
dengan KPMJ berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini
dapat dilihat dari nilai beta sebesar -0,832 dan nilai signifikansi
kepemilikan manajerial (KPMJ) yang lebih kecil dari 0,05 atau 5% . Hal ini
sesuai dengan hipotesis yang peneliti ajukan bahwa variabel kepemilikan
16
manajerial (KPMJ) berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Hasil
analisis hipotesis 5 menyatakan bahwa kepemilikan institusional yang
diproksikan dengan INST tidak berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi kepemilikan
institusional (INST) yang lebih besar dari 0,05 atau 5% . Hal ini tidak
sesuai dengan hipotesis yang peneliti ajukan bahwa variabel kepemilikan
institusional (INST) berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
SARAN
1)Penelitian selanjutnya perlu untuk menambah atau mengganti
beberapa variabel yang dimungkinkan berpengaruh terhadap kebijakan
dividen perusahaan. 2)Penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel
dari sektor industri yang lain misalnya di bidang properti yang dapat
mengembangkan penelitian ini. 3)Penelitian selanjutnya memperpanjang
periode penelitian agar memperoleh banyak sampel yang dapat
digunakan dalam penelitian. 4)Penelitian selanjutnya diharapkan
merubah atau menggunakan proksi lain untuk variabel independennya
dikarenak variabel indeoenden dalam penelitian ini mempunyai lebih dari
satu proksi yang dapat digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Achadi, Pri. 2011. “Pengaruh Growth Opportunity, Debt to Opportunity dan
Investment Opportunity Set terhadap Dividend Payout Ratio”. Jurnal
Akuntansi, Vol, 2, No 2.
Arilaha, Muhammad, A., (2009), “Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas,
Likuiditas,
dan Leverage Terhadap Kebijakan Dividen”. Jurnal Keuangan dan
Perbankan,
7 (1), 78 -87.
Brigham, E. F., dan Houston, J. F. 2011. Dasar-dasar Manajemen Keuangan,
Buku 2 Edisi 11. Jakarta: Salemba Empat.
Bukhori, Iskandar, 2008, Pengaruh Kepemilikan Saham Institusional,
Kesempatan Bertumbuh, Kebijakan Hutang, Profit dan Tingkat
Risiko terhadap Kebijakan Dividen, Utilitas Jurnal Manajemen &
Bisnis Vol. XVI No. 2, hal 135-143.
Diamanda, Rizki. 2010. Pengaruh Free Cash Flow, Profitability, dan
Investment Opportunity Set terhadap Dividend Payout Ratio.
Ghozali, I., 2011, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,
Semarang: BPFE Universitas Diponegoro.
Hanafi, Mamduh M., dan Ahmad Halim, 2005, Analisis Laporan Keuangan,
Edisi 2, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Harrison Jr. W.T. et al. (2015). Akuntansi Keuangan. (Alih Bahasa: Gina
Gania). Jakarta: Erlangga.
17
Haryetti, dan Ekayanti, A. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Investmen
Opportunity
Set, dan Pertumbuhan Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI. Jurnal
Akuntansi, Vol. 20, No. 3, September 2012 .
Lintner, Jhon. 1956. Distribution of Incomes of Corporations. American
Economic Review, 46, 97-133.
Marlene Artha Mathilda. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Pajak, Dan
Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Pembayaran Dividen Pada
Perusahaan Non Financial Yang Terdaftar di BEI. Skripsi.
Universitas Indonesia. 2012.
Marpaung, Elyzabet Indrawati. 2009. Pengaruh Profitabilitas dan
Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen: Studi Empirik
pada Emiten Pembentuk Indeks LQ-45 di BE. Jurnal Akuntansi. Vol.
6. No. 1. Hlm 70 -84
Rachmad, Anggie Noor. 2013. Pengaruh Struktur Kepemelikan, Leverage
dan Return on Asset terhadap Kebijakan Dividen. E-Journal Undip,
Vol.2, No.3. ISSN 2337-3806.
Rahmawati, A., Fajarwati, & Fauziyah, 2014, Statistika, Yogyakarta :
Penerbit Laboratorium Manajemen FE UMY
Sanjaya. 2014. “Entrenchment and Aligment Effect on Earning Management”.
The Indonesian Journal of Accounting Research, hal. 247-264.
Sari, F. R., 2010. “Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan
Hutang, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Kesempatan
Investasi terhadap Kebijakan Dividen”, Skripsi, Fakultas Ekonomi,
Universitas 11 Maret, Surakarta.
Sartono, R. Agus. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4.
Yogyakarta: BPFE.
Sugiarto. 2009. Struktur Modal, Struktur Kepemilikan Perusahaan,
Permasalahan Keagenan dan Informasi Asimetri. Edisi Pertama. Graha
Ilmu, Yogyakarta.