Bahan kepemimpinan

Makalah Biografi dan Kisah Kepemimpinan Umar bin Khattab Ra Latar Belakang Sejarah mencatat, bahwa Nabi Muhammad SAW. bersama
umat Islam selama 23 tahun telah berhasil meletakkan dasar-dasar Islam
yang sangat kokoh dan lebih dari itu membangun fondasi peradaban Islam
yang berpusat di Madinah Al-Munawwarah. Setelah Rasulullah wafat (12
Rabiul Awwal tahun 11 H/ 632 M), pada perkembangan berikutnya umat
Islam mengalami fase baru dengan terbentuknya sistem kekhalifahan Islam
yang utama (Khulafa ar-Rasyidin) di bawah kepemimpinan Abu Bakar AsShiddiq, Khalifah Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi
Thalib.

Nabi Muhammad SAW. tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan
menggantikan beliau sebagai pemimpin umat Islam setelah beliau wafat.
Beliau menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk
menentukannya. Karena itulah tidak lama setelah beliau wafat, sejumlah
tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul untuk memusyawarahkan siapa yang
akan dipilih menjadi pemimpin.
Adapun yang menjadi kesepakatan dari hasil musyawarah tersebut adalah
memilih Abu Bakar menggantikan tugas Nabi sebagai kepala negara dan
pemimpin masyarakat yang digelari dengan Khalifah. Namun masa
pemerintahan Abu bakar tidaklah lama, setelah beliau wafat umat Islam
mempercayakan kepemimpiman umat Islam ketangan Khalifah Umar bin
Khattab


Dalam pentas sejarah umat manusia, nama Umar tidak dapat dipisahkan
dengan kejayaan Islam. Berbagai prestasi yang gemilang yang telah dicapai
yang belum pernah diperoleh pada masa sebelumnya. Sangatlah layak jika
kemudian nama Umar punya tempat tersendiri dalam sejarah perkembangan
Islam disejajarkan dengan pemimpin-pemimpin terkenal yang ada
dikalangan suku Quraiys.
Salah satu sistem yang dikembangkan oleh Umar bin Khattab pada masa
pemerintahannya adalah ekspansi yang dilakukan secara besar-besaran dan
pembaruan dalam sistem administrasi negara. Sehingga menjadi kekuatan
politik bagi pemerintahan Islam pada waktu itu.
Sejarah mencatat nama Umar bin Khattab sebagai pembangun peradaban
Islam. Khalifah kedua setelah Abu Bakar Ash-shiddiq ini adalah pendobrak
dua kekuatan adidaya, Persia dan Romawi, yang telah berabad-abad
mencekeram dunia. Kecerdasan dan kehebatan Umar tidak saja dapat dilihat
dari jasa-jasanya, tapi juga dari kepribadiannya yang agung. Kondisi fisik
dan kemampuannya sangat menonjol menjadikan khalifah Umar mampu

memikul tanggung jawab besar. Ia benar-benar telah melakukan pembaruan
diberbagai bidang kehidupan .

Umar telah terbukti memiliki kualitas kepribadian yang agung yang mampu
membawa umat islam kepada kejayaan. Kehebatan Umar telah mendapat
pengakuan dari berbagai kalangan, baik yang beragama Islam maupun yang
tidak.
Apa yang dilakukan Umar bin Kaattab merupakan langkah cemerlang,
sehingga diangap pemerintahan paling berhasil dari empat masa
Khulafaurrrasyidin, yang berhasil membawa umat Islam mencapai kejayaan
di bidang politik dan kesejahteraan dibidang sosial ekonomi yang belum
sempat dicapai pada masa pemerintahan Khalifah sebelum dan sesudahnya.
Dari uraian pada latar belakang di atas, maka pembahasan dalam makalah
ini akan di fokuskan pada pokok-pokok pembahasan, yaitu:
1.Biografi Umar bin Khattab ra.
2.Kekhalifaan Umar bin Khattab
3.Strategi dan Sistem pemerintahan dalam perkembangan Islam sebagai
suatu kekuatan politik
Biografi Umar bin Khattab ra.
Umar lahir dari keturunan yang mulia, Ia berasal dari suku Quraisy. Nasabnya
bertemu dengan Rasulullah pada leluhur mereka yang kesembilan. Pohon
keturuan Umar dapat ditelusuri sebagai berikut: Umar adalah putra Khattab,
putra Nufail, putra Abd al-‘Uzza, putra Riya, putra Abdullah, putra Qarth,

putra Razah, putra ‘Adiy, putra Ka’ab, putra Lu’ay, putra Ghalib al-‘Adawi alQuraisyi. Nasab Umar bertemu dengan nasab Nabi Muhammad SAW pada
Ka’ab. Sementara itu, ibunda Umar adalah Hantamah putri Hasyim, putra alMughirah al-Makhzumiyah.[1]
Ath-Thabari meriwayatkan bahwa Umar dilahirkan di Makkah kira-kira empat
tahun sebelum perang Fijar dan dia telah tumbuh dengan sehat. Sedangkan
Ibnu al-Atsir dalam Usul al-Ghabah meriwayatkan bahwa Umar dilahirkan
tiga belas tahun sesudah kelahiran Rasulullah SAW. Umar adalah figur
kefasihan dalam berbicara dan dalam balaghah, juga merupakan figur
ketegasan dalam menyatakan dan membela hak. Semasa kecil dia suka
menggembala kambing milik ayahnya, kemudian aktif berdagang ke Syam.
Dia adalah seorang yang berasal dari keluarga dimana kemuliaan pada
zaman jahiliah bermuara kepada mereka, disamping sebagai duta besar bagi
puaknya pada masa itu.[2]
Umar bin Khattab memeluk agama Islam pada tahun kelima dari kenabian.
[3] sebelum menjadi muslim, beliau termasuk pemimpin Quraiys yang

sangat gigih menentang Islam. Oleh karena itu dengan masuknya beliau
kedalam agama Islam sangat berpengaruh terhadap kaum Quraiys. Apalagi
Umar adalah salah seorang yang disegani di kalangan kaum Quraiys.
Setelah Islam, Umar menjadi salah seorag sahabat Nabi Muhammad SAW.
yang terdekat. ia digelari oleh Nabi Muammad SAW. dengan al-Faruq, artinya

pembeda/pemisah. Maksudnya ,Allah telah memisahkan dalam dirinya
antara yang hak dan yan bathil. Hanya Umar yang begitu berani
mengemukakan pikiran-pikiran dan pendapatnya di hadapan NAbi SAW.[4]
Namun, sebagian kalangan mengartikan al-Faruq sebagai penjaga Rasulullah
dan pencerai berai barisan kaum kafir, musuh yang senantiasa membangkan
dan melawan dakwah Rasul. Pada masa-masa awal memeluk Islam, Umar
bertanya Kepada Rasul, “wahai Rasulullah, bukankah hidup dan mati kita
dalam kebenaran?” Rasul Menjawab, “Ya, demi Allah, hidup dan mati kita
dalam kebenaran.” Kemudian kembali Umar berkata,”jika demikian mengapa
kita sembunyi-sembunyi dalam mendakwakan ajaran agama kita? Demi zat
yang mengutusmu atas nama kebenaran, sudah saatnya kita keluar.[5]
Umar juga dicatat sebagai orang yan pertama kali digelari Amir al-Mu’mininpemimpin orang beriman. Seorang utusan dari Irak datang menghadap
kepada Umar untuk memberitakan keadaan wilayah pemerintahan Irak. Saat
tiba di Madinah, utusan itu masuk ke masjid dan bertemu dengan Amr bin
Ash. Ia bertanya tentang Khalifah Umar, “wahai Amr , maukah kau
mengantarku menghadpa Amirul Mukminin?” Amr balik bertanya, “mengapa
engkau memanggil Khalifah dengan Amirul Mukminin?” utusan itu menjawab
, “ya, karena Umar adalah pemimpin (amir), sementara kita adalah orangorang beriman (mu’minin).” Amr menilai panggilan itu sangat baik. “Demi
Allah, tepat sekali engkau mnyebutkannya.” Sejak itu, gelar Amirul Mukminin
lekat pada Umar dan para khalifah sesudahnya[6].

Diantara kelebihan Umar bin Khattab ialah beliau memiliki sifat yang tegas
yang ia warisi dari bapaknya, selain itu beliau adalah seorang pemimpin
yang shaleh, adil, jujur dan
sederhana serta selalu mendahulukan
kepentingan dan kemaslahatan orang banyak. Karakter-karakter tersebut
menjadi modal utama beliau dalam mensukseskan politik pemerintahannya .
Kekhalifaan Umar bin Khattab (13-23 H / 634-644 M)
Sebelum Abu Bakar meninggal, ditunjuklah Umar bin Khattab sebagai
penggantinya. Menurutnya hanya Umar bin Khattablah yang mampu untuk
meneruskan tugas kepemimpinan umat Islam yang waktu itu berada pada
saat-saat yang paling menentukan dalam sejarahnya yang akan
mempengaruhi keberadaan Islam dan umatnya yang masih muda usianya,
khususnya dengan banyaknya penaklukan-penaklukan umat Islam.[7]

Sebelum Abu Bakar memutuskan untuk menetapkan Umar bin Khattab
sebagai penggantinya, terlebih dahulu beliau berkonsultasi dengan tokohtokoh masyarakat yang datang menjenguknya, antara lain : Abd al-Rahman
bin Auf, Usman bin Affan, Usaid bin Hudlair al-Anshary, Said bin Zaid dan
lain-lain dari kaum Muhajirin dan Anshar. Ternyata mereka tidak keberatan
atas maksud Khalifah untuk mencalonkan Umar bin Khattab sebagai
penggantinya.[8]

Melihat kondisi umat Islam waktu itu, penunjukan Abu Bakar terhadap Umar
sebagai penggantinya merupakan pilihan yang sangat tepat. Umar adalah
seorang yang berkharisma tinggi, dan mempunyai sifat yang adil amat
disegani terutama terhadap orang yang mengenalnya. Salah satu bukti atas
besarnya kharisma dan keadilan Umar dihadapan pengikutnya adalah
kebijaksanaannya ketika memecat Khalid bin Walid yang digelari Rasulullah
saw dengan gelar pedang Allah yang amat dikagumi kawan maupun lawan.
Pemecatan itu sendiri dilakukan sewaktu umat Islam sangat membutuhkan
seorang panglima perang sehebat Khalid bin Walid. Tunduknya Khalid kepada
kebijakan Umar itu menunjukkan betapa hebatnya kharisma Umar bin
Khattab di mata kaum muslimin.[9]
Umar yang namanya dalam tradisi Islam adalah yang terbesar pada masa
awal Islam setelah Muhammad SAW. telah menjadi idola para penulis Islam
karena keshalehan, keadilan dan kesederhanaannya. Mereka juga
mengannggapnya sebagai personifikasi semua nilai yang harus dimiliki oleh
seorang khalifah. Wataknya yang yang terpuji menjadi teladan bagi para
penerusnya.[10]
Para ilmuwan Barat pun mengakui ketokohan Umar bin Khattab dalam
panggung sejarah Islam. Michael H. Hart menempatkannya pada urutan ke51 dari seratus tokoh yang dianggap sangat berpengaruh di dunia.[11]
Meskipun pengangkatan Umar bin Khattab sebagai khalifah merupakan

fenomena yang baru yang menyerupai penobatan putra mahkota, tetapi
harus dicatat bahwa proses peralihan kepemimpinan tersebut tetap dalam
bentuk musyawarah yang tidak memakai sistem otoriter. Sebab Abu Bakar
tetap meminta pendapat dan persetujuan dari kalangan sahabat Muhajirin
dan Anshar.
Perkembangan Islam Sebagai Kekuatan Politik Masa Umar bin
Khattab
Setelah Abu Bakar menyelesaikan tugas kekhalifaannya dan menyusul
kepergian Rasulullah SAW. Kehadirat Allah SWT. Umar meneruskan langkahlangkahnya untuk membangun kedaulatan Islam sampai berdiri tegak.
Kemmpuannya dalam melaksanakan pembangunan ditandai dengan
keberhasilannya diberbagai bidang.

Pemerintahan dibawah kepemimpinan Umar dilandasi prinsip-prinsip
musyawarah. Untuk melaksanakan prinsip musyawarah itu dalam
pemerintahannya, Umar senantiasa mengumpulkan para sahabat yang
terpandang dan utama dalam memutuskan sesuatu bagi kepentingan
masyarakat. Karena pemikiran dan pendapat mereka sangat menentukan
bagi perkembangan kehidupan kenegaraan dan pemerintahan. Umar
menempatkan mereka dalam kedudukan yang lebih tinggi dari semua
pejabat negara lainnya. Hal ini tidak lain karena dilandasi rasa tanggung

jawab kepada Allah SWT.[12]
Di zaman Umar gelombang ekspansi secara besar-besaran pertama terjadi,
ibukota Syiria, Damaskus ditaklukkan dan setahun kemudian (636 M),
setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah
Syiriah jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syiria sebagai
basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan Amr bin Ash dan ke
Irak di bawah pimpinan Sa’ad bin Abi Waqash. Iskandaria ditaklukkan pada
tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh di bawah kekuasaan Islam. AlQadisiyah, sebuah ibukota dekat Hirah di Irak, ditaklukkan pada tahun 637
M, dari sana serangan dilanjutkan ke ibukota Persia, al-Madain ditaklukkan
pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Musol dapat dikuasai. Pada masa
kepemimpinan Umar bin Khattab ra, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi
jazirah Arabiah, Palestina, Syiriah, sebagian besar wilayah Persia dan Mesir.
[13]
Umar mengajak dunia memeluk Islam dengan ajakan yang baik dan penuh
hikmah. Setelah pasukan muslim menaklukkan Persia, Umar berwasiat
kepada Sa’ad ibn Abi Waqash, ”kuperintahkan engkau untuk mengajak
mereka memeluk Islam; ajakla mereka dengan cara yang baik, sebelum
memulai pertempuran. Umar juga berwasiat kepada para pemimpin pasukan
agar tidak memaksa penduduk setempat untuk mengganti agama mereka
dengan Islam. Umar justru berwasiat agar umat Islam dapat memuliakan

mereka dan tidak mengganggu praktik-praktik ibadah mereka.[14]
Seiring dengan berkembang dan meluasnya wilayah kekuasaan Islam pada
masa Khalifah Umar bin Khattab mengharuskan ia mengatur adminstrasi
pemerintahannya dengan cermat. Dalam sejarah umat Islam, Umar bin
Khattab dipandang sebagai Khalifah yang cukup berhasil mengembangkan
dan mewujudkan tata pemerintahan dan sistem adminstrasi kenegaraan
yang baik. Baik dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, politik, hukum
maupun ekonomi.
Adapun sistem yang beliau terapkan dalam keihidupan sosial
kemasyarakatan ialah menerapakan perlunya menghargai hak-hak individu
dalam kehidupan masyarakat. Hal itu tampak pada masyarakat yang

ditaklukkannya. Beliau memberikan kelonggaran dalam menjalankan ibadah
menurut ajaran agamanya masing-masing.
Dalam bidang pemerintahan, kemasyarakatan dan kenegaraan, Umar
menyelesaikan tiap permasalahan yang dihadapi tidak cukup dengan
pengamatan fisik semata-mata. Semua diselesaikan dengan peelitian yang
cermat, teliti dan seksama. Kebijakan ini diberlakukan ke seluruh wilayah
yang menjadi tanggung jawab kekhalifaannya. [15]
Lebih jauh lagi, Umar berhasil menghapuskan sistem feodal Roma yang

diterapkan di Suria, dan kemudian membagi-bagikan tanah di situ kepada
penggarap yang asli, yang memang penduduk Suriah[16]
Wilayah kekuasaan yang sangat luas itu mendorong Umar untuk segera
mengatur administrasi negara. Administrasi pemerintahan diatur menjadi
delapan wilayah propinsi, yaitu: Mekah, Madinah, Syiriah, Jazirah, Basrah,
Kufah, Palestina dan Mesir, dan yang menjadi pusat pemerintahannya adalah
Madinah. Sehingga dapat dikatakan bahwa Umar bin Khatab telah
menciptakan sistem desentralisasi dalam pemerintahan Islam.[17]
Sejak pemerintahan Umar, telah dilengkapi adminstrasi pemerintahan
dengan beberapa jawatan yang diperlukan sesuai dengan perkembangan
negara pada waktu itu. Jawatan-jawatan penting itu antara lain adalah;
Dewan al-Kharaj (jawatan pajak) yang mengelolah adminstrasi pajak tanah
di daerah-daerah yang telah ditaklukkan. Dewan al-Hadts (jawatan
kepolisian) yang berfungsi untuk memelihara ketertiban dan menindak
pelanggar-pelanggar hukum yang nantinya akan diadili oleh qadhi. Beliau
juga telah merintis jawatan pekerjaan umum (Nazarat al-Nafiah), Jawatan ini
bertangung jawab atas pembangunan dan pemeliharaan gedung-gedung
pemerintah, saluran-saluran irigasi, jalan-jalan, rumah-rumah sakit dan
sebagainya.[18]
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar juga telah didirikan pengadilan,

untuk memisahkan antara kekuasaan eksekutif dan yudikatif yang pada
pemerintahan Abu Bakar, khalifah dan para pejabat adminstratif merangkap
jabatan sebagai qadhi atau hakim. Awalnya konsep rangkap jabatan
trersebut juga diadopsi pemerintahan Umar. Tetapi, seiring dengan
perkembangan keukasaan kaum muslimin, dibutuhkan mekanisme
administraif yang mendukung terselenggaranya sistem pemerintahan yang
baik[19].
Setidaknya ada 3 faktor penting yang ikut andil mempengaruhi kebijakankebijakan umar dalam bidang hukum yaitu militer, ekonomi dan demografis
(multi suku)
1. faktor militer

Penaklukan besar-besaran pada masa pemerintahan Umar adalah fakta yang
tak dapat difungkiri. Beliau menaklukan Irak, Syiria, Mesir, Armenia dan
daerah-daerah yang ada di bawah kekuasaan Romawi dan Persia.[20] Untuk
mewujudkan dan menyiapkan pasukan profesional, Umar menciptakan suatu
sistem militer yang tidak pernah dikenal sebelumnya yaitu seluruh personil
militer harus terdaptar dalam buku catatan negara dan mendapat tunjangan
sesuai dengan pangkatnya. Pembentukan militer secara resmi menuntut
untuk melakukan mekanimisme baru yang sesuai dengan aturan-aturan
militer.
2. faktor ekonomi
Dengan semakin luasnya daerah kekuasaan Islam, tentu membawa dampak
pada pendapatan negara. Sumber-sumber ekonomi mengalir ke dalam kas
negara, mulai dari kharaj (pajak tanah), jizyah (pajak perlindungan),
ghanimah (harta rampasan perang), Fai’ (harta peninggalan jahiliyah), tak
ketinggalan pula zakat dan harta warisan yang tak terbagi[21]. Penerimaan
negara yang semakin bertumpuk, mendorong Umar untuk merevisi kebijakan
khalifah sebelumnya (Abu Bakar). Umar menetapkan tunjangan yang
berbeda dan bertingkat kepada para rakyat sesuai dengan kedudukan sosial
dan kontribusinya terhadap Islam. Padahal sebelumnya, tunjangan diberikan
dalam porsi yang sama.
3. faktor demografis
Faktor ini juga sangat berpengaruh pada kebijakan-kebijakan yang diambil
oleh Umar. Jumlah warga Islam non-Arab semakin besar setelah terjadi
penaklukan sehingga kelompok sosial dalam komunitas Islam semakin
beragam dan kompleks sehingga terjadi asimilasi antara kelompok. Terlebih
lagi setelah kota Kufah dijadikan sebagai kota pertemuan antarsuku baik dari
utara maupun selatan. Perbauran inilah yang membawa pada perkenalan
institusi baru.
Dari uraian faktor-faktor yang ikut andil mempengaruhi kebijakan-kebijakan
Umar di atas, dapat dipahami dan disimpulkan bahwa metodologi Umar
dalam menetapkan hukum dipengaruhi oleh dua sikap yaitu beradaptasi
dengan kemajuan zaman dengan kreatif dan berorientasi pada sejarah
secara kontekstual
Beberapa Kasus Penetapan Hukum Umar
1. Kasus Mauallaf
Dalam surah Taubah ayat 60, Allah telah menjelaskan bahwa ada delapan
kelompok yang berhak menerima zakat. Diantaranya adalah muallaf yaitu

orang yang masih lemah imannya, agar mereka tetap memeluk Islam dan
orang yang dibujuk hatinya agar bergabung dengan Islam atau menahan diri
untuk tidak mengganggu umat Islam. Namun pada masa pemerintahan
Umar, orang-orang kafir tidak lagi mendapatkan zakat sebagaimana yang
telah dilakukan oleh Rasulullah dan Abu Bakar dengan alasan bahwa kondisi
umat Islam pada masanya telah kuat dan stabilitas pemerintahan sudah
mantap.
Menurut Umar, muallaf dari kelompok kafir hanya berhak menerima zakat di
kala Islam masih lemah, akan tetapi jika alasan itu sudah tidak ada (Islam
sudah kuat) maka mereka tidak berhak lagi. Keputusan Umar ini berdasarkan
penalaran ijtihad tahqiq al-manath (memperjelas dan merealisasikan alasan
hukum syariat) yang tidak bersentuhan langsung dengan teks.[22]
Keputusan ijtihad Umar tidaklah bertentangan dengan nash al-Qu’ran dan
tidak menggugurkan hukum muallaf dari kelompok penerima zakat,
melainkan hanya merupakan penerapan hukum untuk suatu kondisi dan
pada saat tertentu karena ada maslahah yang perlu dicapai. Sedangkan
muallaf dari golongan Islam tetap mendapatkan zakat.[23]
2. Kasus potong tangan bagi pencuri
Dalam hukum Islam, pencurian yang dilakukan oleh seseorang akan
dihukum dengan hukuman potong tangan.[24] Namun terkadang sebagian
umat Islam tidak memahami model-model pencurian yang mendapat
hukuman potong tangan, bahkan terkadang arogan untuk menvonis semua
pencuri dihukum dengan hukuman potong tangan, sehingga menimbulkan
imej bahwa hukum Islam itu tidak manusiawi. Sebagaimana yang telah
diketahui bahwa Umar pernah tidak memberlakukan hukum potong tangan
terhadap pencurian di kala umat Islam terbelit krisis ekonomi. Umar tidak
menentang hukum potong tangan akan tetapi memperketat kriteria seorang
pencuri dijatuhi hukuman yang sangat berat ini.
Oleh karena itu, kasus pencurian perlu difahami dan diteliti secara
menyeluruh, bukan saja menyangkut objek, materi curian akan tetapi juga
memahami penyebab terjadinya kejahatan itu sendiri dan sudah barang
tentu pelakunya. Pada akhirnya hukuman potong tangan tidak semudah
yang dipahami oleh sebagian umat Islam saat ini, sehingga tidaklah layak
mengatakan bahwa Islam tidak mengenal HAM. Dan sangat perlu diingat
bahwa menjaga keamanan masyarakat itu lebih penting, meskipun dengan
cara
mengorbankan
seseorang
yang
sudah
menjadi
sampah
masyarakat.
3. Kasus ghanimah
Sejarah Islam telah menjelaskan kepada umat Islam bahwa harta yang
dihasilkan dari kontak senjata dengan non-Islam, seperlimanya dialokasikan

sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dalam al-Qur’an.[25] Sedang empat
perlima dibagikan kepada pasukan yang ikut dalam peperangan. Namun
Umar yang menjadi khalifah kedua tidak memberlakukan hukum di atas
dengan berbagai pertimbangan.
Pertimbangan Umar dapat disimpulkan dari sidang musyawarah yang
diadakan oleh beliau dengan para sahabat-sahabatnya sebagai berikut:
1. Penaklukkan tidak selamanya terjadi terus menerus dan penghasilan
negara Islam tentunya akan berkurang.
2. Menjaga ekonomi dan keuangan negara
3. Kecenderungan umat Islam untuk berperang bukan lagi atas dasar
kejayaan Islam akan tetapi karena harta rampasan.
4. Belanja negara yang semakin besar dan membengkak seperti biaya
operasional penjaga perbatasan dan perlengkapan militer serta
santunan janda-janda dan anak-anak.[26]
Pemaparan dan penjelasan berikut contoh-contoh keputusan Umar yang
tertera di atas dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam memahami
teks-teks al-Qur’an dan Sunnah sekaligus dijadikan sebagai metode dalam
mencetuskan hukum. Beberapa point penting yang terkait dengan alasan
perubahan hukum yang dilakukan oleh Umar sebagai berikut :
1. Memperhatikan dan mengkaji alasan hukum (illat al-ahkam)
2. Hikmah dan kemashlahatan manusia di dunia dan akhirat
3. Perkembangan masyarakat yang terus berkembang dan berubah
4. Kondisi kehidupan masyarakat
Selain membentuk lembaga peradilan negara dalam upaya penegakan
hukum, Umar juga membentuk lembaga-lembaga negara lain, guna
menunjang tugas-tugas pemerintahan. lembaga-lembaga yang dibentuk itu
antara lain Lembaga Pendaftaran dan pencatatan penduduk yang bertugas
melakukan sensus penduduk. Sebuah lembaga yang pernah ada
sebelumnya. Disamping itu Umar juga membentuk Dinas (kantor) pos, Kas
Negara (baitul mall), percetakan negara yang bertugas untuk mencetak
uang resmi pemerintah, lembaga-lembaga pemasyarakatan, dan markasmarkas tentara. Lembaga-lembaga tersebut tersebar disetiap wilayah dan
ditangani oleh orang-orang atau penduduk setempat.[27]

Dalam pemerintahan Umar seluruh pejabat dan pegawai pemerintahan
harus mampu melaksnakan tugas dengan baik, karena Umar juga
menggunakan petugas intelejen untuk mengawasi mereka, serta selalu
mencari keterangan tentang kemungkinan penyalahgunaan wewenang atau
tindakan yang tidak adil terhadap penduduk.[28]
Umar adalah seorang khalifah yang bersikap keras dan tegas kepada kepada
para gubernurnya (pembantunya). Dia begitu khawatir mereka akan
bertindak dengan tindakan yang akan membuat rakyat takut kepada mereka,
mau menghinakan diri dan dengan demikian berarti mereka telah dididik
menjadi pengecut dan berkarakter tidak baik. Untuk itu ia selalu membuka
diri untuk menerima berbagai keluhan dari para pembantunya, lalu hal
tersebut disampaikan kepada masyarakat luas dalam khutbanya.[29]
Dan hal yang paling penting juga bahwa pada masa pemerintahan Umar bin
Khattab penetapan kalender Hijriah dimulai sebagai kalender Islam, dengan
peristiwa hijrah sebagai titik awal penghitungan sistem kalender dalam
Islam.
Khalifah Umar bin Khattab memerintah selama 10 tahun (13-23 H/634-644
M), beliau dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Lu’luah.[30]
Tidak diketahui latar belakang dan tujuan utama pembunuhan itu. Tetapi
para ahli sejarah mengatakan, bahwa terdapat permusuhan yang meningkat
antara bangsa Persia dengan Khalifah Umar bin Khattab. Permusuhan itu
antara lain disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Dimasa Umar negara Persia dibuka oleh Islam dan bangsa Arab masuk ke
daerah itu. Kemungkinan hal itu dianggap bangsa Persia sebagai penjajahan,
sedangkan Persia adalah satu negara besar yang tidak pernah dijajah atau
ditundukkan oleh siapapun.
2. Banyak pembesar Persia seperti raja, menteri-menteri dan lain-lainnya
yang kehilangan jabatan. Hal ini menimbulkan rasa kesal dan tidak puas,
apalagi sebelumnya kekuasaan mereka sangat luas dan memiliki banyak
hamba sahaya dan pengikut.[31]
Demikianlah gambaran singkat tentang Umar bin Khattab, seorang
pemimpin yang agung dengan segudang prestasi yang gemilang telah
dicapai dalam pemerintahannya, eksapansi-eksapansi yang dilakukan dan
penataan administrasi pemerintah yang tepat dan cermat sehingga dalam
jangka waktu kurang lebih 10 tahun kepemimpinannya telah mampu
membawa umat Islam kesituasi yang gemilang yang belum pernah dicapai
sebelumnya.
Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan dan pemaparan yang telah diuraikan di atas, dapat
dibuat kesimpulan sebagai berikut:
1.Umar sebagai khalifah kedua setelah abu bakar, dilahirkan dari keluarga
mulia suku quraisy, tiga belas tahun sesudah kelahiran Rasulullah SAW.. dan
memeluk agama Islam pada tahun kelima dari kenabian dan menjadi slah
satu sahabat nabi yang terdekat, beliau adalah sosok pemimpin yang
berakhlak tinggi, tegas, cerdas dan adil. Rasulullah SAW. memberinya gelar
Al-Faruq yaitu pembeda anatara yang hak dan yang bathil.
2.Pengangkatan Umar sebagai khalifah berbeda pada zaman sebelumya,
dimana Umar ditunjuk oleh Abu bakar untuk menajadi pengantinya sebagai
pemimpin Umat Islam setelah beliau wafat, namun hal itu terlebih dahulu
dimusyawarakan dengan sahabat-sahabat yang lain dari kalangan Muhajirin
dan Anshar.
3.Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab banyak sekali prestasi-prestasi
gemilang yang telah dicapai pada masanya. Beliau telah meletakkan dan
membangun sistem administrasi pemerintahan yang kuat, sehingga
membawa negara Islam pada pucak keemasan pada masanya
Umar bin Khattab adalah salah seorang sahabat nabi dan khalifah kedua setelah wafatnya Abu
Bakar As-Sidiq. Jasa dan pengaruhnya terhadap penyebaran Islam sangat besar hingga Michael
H. Heart menempatkannya sebagai orang paling berpengaruh nomor 51 sedunia sepanjang masa.
Beliau lahir di Mekah dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy dengan nama lengkap
Umar bin Khattab bin Nafiel bin abdul Uzza. Keluarga Umar tergolong keluarga kelas
menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu yang jarang.
Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.
Umar tumbuh menjadi pemuda yang disegani dan ditakuti pada masa itu. Wataknya yang keras
membuatnya mendapat julukan “Singa Padang Pasir”. Ia juga amat keras dalam membela agama
tradisional bangsa Arab yang menyembah berhala serta menjaga adat-istiadat mereka. Bahkan
putrinya dikubur hidup-hidup demi menjaga kehormatan Umar. Dikatakan bahwa pada suatu
saat, Umar berketetapan untuk membunuh Muhammad SAW. Saat mencarinya, ia berpapasan
dengan seorang muslim (Nu’aim bin Abdullah) yang kemudian memberi tahu bahwa saudara
perempuannya juga telah memeluk Islam. Umar terkejut atas pemberitahuan itu dan pulang ke
rumahnya.
Di rumah Umar menjumpai bahwa saudaranya sedang membaca ayat-ayat Al Qur’an (surat
Thoha), ia menjadi marah akan hal tersebut dan memukul saudaranya. Ketika melihat saudaranya
berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia
lihat. Ia kemudian menjadi sangat terguncang oleh isi Al Qur’an tersebut dan kemudian langsung
memeluk Islam pada hari itu juga.
Sebagai seorang petinggi militer dan ahli siasat yang baik, Umar sering mengikuti berbagai
peperangan yang dihadapi umat Islam bersama Rasullullah Saw. Ia ikut terlibat pada perang

Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Setelah wafatnya Rasullullah Saw., beliau
merupakan salah satu shabat yang sangat terpukul dengan kejadian tersebut. Ia bahkan pernah
Advertisement

mencegah dimakamkannya Rasullullah karena yakin bahwa nabi tidaklah wafat, melainkan
hanya sedang tidak berada dalam tubuh kasarnya, dan akan kembali sewaktu-waktu. Namun
setelah dinasehati oleh Abu Bakar, Umar kemudian sadar dan ikut memakamkan Rasullullah.
Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasehat
kepalanya. Kemudian setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, atas wasiat Abu Bakar
Umar ditunjuk menggantikannya dan disetujui oleh seluruh perwakilan muslim saat itu. Selama
masa jabatannya, khalifah Umar amat disegani dan ditakuti negara-negara lain. Kekuatan Islam
maju pesat, mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari
Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria,
Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).

A.

Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan
penampilan para penguasa di jaman itu, ia tetap hidup sebagaimana saat para pemeluk Islam
masih miskin dan dianiaya. Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun keempat kekhalifahannya,
Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat
peristiwa hijrah.
Umar syahid setelah ditikam oleh Abu Lukluk, seorang budak asal Persia yang dendam atas
kekalahan Persia terhadap Islam pada suatu subuh saat Umar sedang mengerjakan shalat. Umar
meninggal pada 25 Dzulhijjah 23 H dan selanjutnya digantikan oleh Utsman bin Affan.
.
Islam Periode Umar Bin Khattab
B.1. Riwayat Singkat Ummar Bin Khattab
Umar bin Khatab (583-644) memiliki nama lengkap Umar bin Khathab bin
Nufail bin Abd Al-Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin razail bin ‘Adi bin
Ka’ab bin Lu’ay, adalah khalifah kedua yang menggantikan Abu Bakar AshShiddiq.[1] Umar bin khattab lahir di Mekkah pada tahun 583 M, dua belas
tahun lebih muda dari Rasulullah Umar juga termasuk kelurga dari keturunan
Bani Suku Ady (Bani Ady). Suku yang sangat terpandang dan berkedudukan
tinggi dikalangan orang-orang Qurais sebelum Islam. Umar memiliki postur
tubuh yang tegap dan kuat, wataknya keras, pemberani dan tidak mengenal
gentar, pandai berkelahi, siapapun musuh yang berhadapan dengannya akan
bertekuk

lutut.

Ia

memiliki

kecerdasan

yang

luar

biasa,

mampu

memperkirakan hal-hal yang akan terjadi dimasa yang akan datang, tutur
bahasanya halus dan bicaranya fasih.

Umar bin Khatthab adalah salah satu sahabat terbesar sepanjang sejarah
sesudah Nabi Muhammad SAW. Peranan umar dalam sejarah Islam masa
permulaan merupakan yang paling menonjol kerena perluasan wilayahnya,
disamping kebijakan-kebijakan politiknya yang lain. Adanya penaklukan
besar-besaran pada masa pemerintahan Umar merupakan fakta yang diakui
kebenarannya oleh para sejarahwan. Bahkan, ada yang mengatakan, bahwa
jika tidak karena penaklukan-penaklukan yang dilakukan pada masa Umar,
Isalm belum tentu bisa berkembang seperti zaman sekarang.
Khalifah Umar bin Khatab dikenal sebagai pemimpin yang sangat
disayangi rakyatnya karena perhatian dan tanggungjawabnya yang luar
biasa

pada

rakyatnya.

Salah

satu

kebiasaannya

adalah

melakukan

pengawasan langsung dan sendirian berkeliling kota mengawasi kehidupan
rakyatnya. Dalam banyak hal Umar bin Khatthab dikenal sebagai tokoh yang
sangat bijaksana dan kreatif, bahkan genius. Beberapa keunggulan yang
dimiliki Umar, membuat kedudukannya semakin dihormati dikalangan
masyarakat Arab, sehingga kaum Qurais memberi gelar ”Singa padang
pasir”, dan karena kecerdasan dan kecepatan dalam berfikirnya, ia dijuluki
”Abu Faiz”.[2]
B.2. Pengangkatan Kahlifah Ummar Bin Khattab
Pada musim panas tahun 364 M Abu Bakar menderita sakit dan akhirnya
wafat pada hari senin 21 Jumadil Akhir 13 H/22Agustus 634 M dalam usia 63
tahun. Sebelum beliau wafat telah menunjuk Umar bin Khatab sebagai
penggantinya sebagai khalifah. Penunjukan ini berdasarkan pada kenangan
beliau tentang pertentangan yang terjadi antara kaum Muhajirin dan Ansor.
Dia khawatir kalau tidak segera menunjuk pengganti dan ajar segera datang,
akan timbul pertentangan dikalangan umat islam yang mungkin dapat lebih
parah dari pada ketika Nabi wafat dahulu.
Dengan demikian, ada perbedaan antara prosedur pengangkatan Umar
bin Khatab sebagai khalifah dengan khalifah sebelumnya yaitu Abu Bakar.
Umar mendapat kepercayaan sebagai khalifah kedua tidak melalui pemilihan

dalam system musyawarah yang terbuka, tetapi melalui penunjukan atau
watsiat oleh pendahulunya (Abu Bakar).
Pada saat itu pula Umar di bai’at oleh kaum muslimin, dan secara
langsung beliau diterima sebagai khalifah yang resmi yang akan menuntun
umat Islam pada masa yang penuh dengan kemajuan dan akan siap
membuka cakrawala di dunia muslim. Beliau diangkat sebagai khlifah pada
tahun 13H/634M.
B.3. Kemajuan-kemajuan ynag Dicapai Umar Bin Khattab
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat
pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan
dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid)
serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari
kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu
Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan islam pada jaman
Umar. Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal
penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus.
20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu
dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol
dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif
untuk

daerah

yang

baru

ditaklukkan.

Ia

juga

memerintahkan

diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638,
ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di
Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Ia juga memulai proses kodifikasi
hukum Islam. Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih
mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia
tetap hidup sangat sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar
mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai
dihitung saat peristiwa hijrah.

Ada beberapa perkembangan peradaban Islam pada masa khalifah Umar
bin Khtthab, yang meliputi Sistem pemerintahan (politik), ilmu pengetahuan,
sosial, seni, dan agama.
1.

Perkembangan Politik
Pada masa khalifah Umar bin khatab, kondisi politik islam dalam keadaan
stabil, usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang.
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar Radhiallahu ‘anhu
segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang
sudah berkembang terutama di Persia. Perluasan penyiaran Islam ke Persia
sudah dimulai oleh Khalid bin Walid pada masa Khalifah Abu Bakar,
kemudian dilanjutkan oleh Umar. Tetapi dalam usahanya itu tidak sedikit
tantangan

yang

dihadapinya

bahkan

sampai

menjadi

peperangan.[3]

Kekuasaan Islam sampai ke Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan
dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid)
serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari
kekaisaran Romawi (Byzantium).
Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi:
Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Pada
masa Umar bin khatab mulai dirintis tata cara menata struktur pemerintahan
yang bercorak desentralisasi. Mulai sejak masa Umar pemerintahan dikelola
oleh pemerintahan pusat dan pemerintahan propinsi.
Karena

telah

banyak

daerah

yang

dikuasai

Islam

maka

sangat

membutuhkan penataan administrasi pemerintahan, maka khalifah Umar
membentuk

lembaga

pengadilan,

dimana

kekuasaan

seorang

hakim

(yudikatif) terlepas dari pengaruh badan pemerintahan (eksekutif). Adapun
hakim yang ditunjuk oleh Umar adalah seorang yang mempunyai reputasi
yang baik dan mempunyai integritas dan keperibadian yang luhur. Zaid ibn
Tsabit ditetapkan sebagai Qadhi Madinah, Ka’bah ibn Sur al-Azdi sebagai
Qadhi Basrah, Ubadah ibn Shamit sebagai Qadhi Palestina, Abdullah ibn
mas’ud sebagai Qadhi kufah.

Pada masa Umar ibn Khatab juga mulai berkembang suatu lembaga
formal yang disebut lembaga penerangan dan pembinaan hukum islam.
Dimasa ini juga terbentuknya sistem atau badan kemiliteran.
Pada masa khalifah Umar bin Khattab ekspansi Islam meliputi daerah
Arabia, syiria, Mesir, dan Persia. Karena wilayah Islam bertambah luas maka
Umar berusaha mengadakan penyusunan pemerintah Islam dan peraturan
pemerintah yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
2.

Perkembangan Ekonomi
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, dan setelah Khalifah
Umar mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang
sudah berkembang terutama di Persia. Pada masa ini juga mulai diatur dan
ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan
dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif.
Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk.
Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal,
menempa mata uang, dan membuat tahun hijiah. Dan menghapuskan zakat
bagi para Mu’allaf. Ada beberapa kemajuan dibidang ekonomi antara lain :

a.

Al kharaj
Kaum muslimin diberi hak menguasai tanah dan segala sesuatu yang
didapat dengan berperang. Umar mengubah peraturan ini, tanah-tanah itu
harus tetap dalam tangan pemiliknya semula, tetapi bertalian dengan ini
diadakan pajak tanah (Al kharaj).

b. Ghanimah
Semua harta rampasan perang (Ghanimah), dimasukkan kedalam Baitul
Maal Sebagai salah satu pemasukan negara untuk membantu rakyat. Ketika
itu, peran diwanul jund, sangat berarti dalam mengelola harta tersebut.
c.

Pemerataan zakat
Umar bin Khatab juga melakukan pemerataan terhadap rakyatnya dan
meninjau kembali bagian-bagian zakat yang diperuntukkan kepada orangorang yang diperjinakan hatinya (al-muallafatu qulubuhum).

d. Lembaga Perpajakan

Ketika wilayah kekuasaan Islam telah meliputi wilayah Persia, Irak dan Syria
serta Mesir sudah barang tentu yang menjadi persoalan adalah pembiayaan,
baik yang menyangkut biaya rutin pemerintah maupun biaya tentara yang
terus berjuang menyebarkan Islam ke wilayah tetangga lainnya. Oleh karena
itu, dalam kontek ini Ibnu Khadim mengatakan bahwa institusi perpajakan
merupakan kebutuhan bagi kekuasaan raja yang mengatur pemasukan dan
pengeluaran.[4]
3.

Perkembangan Pengetahuan
Pada masa khalifah Umar bin Khatab, sahabat-sahabat yang sangat
berpengaruh tidak diperbolehkan untuk keluar daerah kecuali atas izin dari
khalifah dan dalam waktu yang terbatas. Jadi kalau ada diantaa umat Islam
yang ingin belajar hadis harus perdi ke Madinah, ini berarti bahwa
penyebaran ilmu dan pengetahuan para sahabat dan tempat pendidikan
adalah terpusat di Madinah. Dengan meluasnya wilayah Islam sampai keluar
jazirah Arab, nampaknya khalifah memikirkan pendidikan Islam didaerahdaerah yang baru ditaklukkan itu. Untuk itu Umar bin Khatab memerintahkan
para panglima perangnya, apabila mereka berhasil menguasai satu kota,
hendaknya

mereka

mendirikan

Mesjid

sebagai

tempat

ibadah

dan

pendidikan.
Berkaitan dengan masalah pendidikan ini, khalifah Umar bin Khatab
merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota
Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di mesjid-mesjid dan pasarpasar serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah
yang ditaklukkan itu, mereka bertugas mengajarkan isi al-Qur'an dan ajaran
Islam lainnya seperti fiqh kepada penduduk yang baru masuk Islam.
Meluasnya kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam
bertambah besar, karena mereka yang baru menganut agama Islam ingin
menimba ilmu keagamaan dari sahabat-sahabat yang menerima langsung
dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi mobilitas penuntut ilmu dari daerahdaerah yang jauh dari Madinah, sebagai pusat agama Islam. Gairah

menuntut ilmu agama Islam ini yang kemudian mendorong lahirnya sejumlah
pembidangan disiplin keagamaan.
Dengan demikian pelaksanaan pendidikan dimasa khalifah umar bin
khatab lebih maju, sebab selama Umar memerintah Negara berada dalam
keadaan stabil dan aman, ini disebabkan, disamping telah ditetapkannya
mesjid sebagai pusat pendidikan, juga telah terbentuknya pusat-pusat
pendidikan Islam diberbagai kota dengan materi yang dikembangkan, baik
dari segi ilmu bahasa, menulis dan pokok ilmu-ilmu lainnya.
4.

Perkembangan Sosial
Pada masa Khalifah Umar ibn Khatthab ahli al-dzimmah yaitu penduduk
yang memeluk agama selain Islam dan berdiam diwilayah kekuasaan Islam.
Al-dzimmah terdiri dari pemeluk Yahudi, Nasrani dan Majusi. Mereka
mendapat perhatian, pelayanan serta perlindungan pada masa Umar.
Dengan membuat perjanjian, yang antara lain berbunyi ;
Keharusan orang-orang Nasrani menyiapkan akomodasi dan konsumsi
bagi para tentara Muslim yang memasuki kota mereka, selama tiga hari
berturut-turut.
Pada masa umar sangat memerhatikan keadaan sekitarnya, seperti kaum
fakir, miskin dan anak yatim piatu, juga mendapat perhatian yang besar dari
Umar ibn Khathab.

5.

Perkembangan Agama
Di zaman Umar Radhiallahu ‘anhu gelombang ekspansi (perluasan
daerah kekuasaan) pertama terjadi ; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun
635

M

dan

setahun

kemudian,

setelah

tentara

Bizantium

kalah

di

pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam.
Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah
pimpinan 'Amr ibn 'Ash Radhiallahu ‘anhu dan ke Irak di bawah pimpinan
Sa'ad ibn Abi Waqqash Radhiallahu ‘anhu. Iskandariah/Alexandria, ibu kota
Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah
kekuasaan Islam.

Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M.
Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada
tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul dapat dikuasai. Dengan demikian,
pada masa kepemimpinan Umar Radhiallahu ‘anhu, wilayah kekuasaan Islam
sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah
Persia, dan Mesir. Dalam kata lain. Islam pada zaman Umar semakin
berkembang.
Jadi dapat disimpulkan, keadaan agama Islam pada masa Umar bin
Khatthab sudah mulai kondusif, dikarenakan karena kepemimpinannya yang
loyal, adil, dan bijaksana. Pada masa ini Islam mulai merambah ke dunia
luar, yaitu dengan menaklukan negara-negara yang kuat, agar islam dapat
tersebar kepenjuru dunia.

[1] Departemen Agama, Ensiklopedi Islam, jakarta : Depaq, 1993, jilid ke III. Hal 1256
[2] Arif Setiawan, Islam dimasa Umar bin Khatthab, jakarta : Hijri Pustaka, 2002. Hal 2
[3] Ibid, hal 4

[4] Muhammad Husein Haikal, Umar bin Khatthab, sebuah telaah mendalam tentang pertumbuhan islam dan kedaulatannya
dimasa itu, Bogor : Pustaka Lintera AntarNusa, 2002. Hal 45

Umar bin Khattab berasal dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar di kota
Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya
Hantamah binti Hasyim, dari Bani Makhzum.[2] 'Umar memiliki julukan yang diberikan oleh
Nabi Muhammad yaitu Al-Faruq yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan
kebatilan. Pada zaman jahiliyah keluarga 'Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia
bisa membaca dan menulis, yang pada masa itu merupakan sesuatu yang langka.

Daftar isi


1 Biograf
o

1.1 Memeluk Islam

o

1.2 Kehidupan di Madinah

o

1.3 Wafatnya Nabi Muhammad

o

1.4 Masa kekhalifahan Abu Bakar

o

1.5 Menjadi khalifah

o

1.6 Wafatnya



2 Referensi



3 Lihat pula



4 Referensi



5 Pranala luar

Biografi
Sebelum memeluk Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan dihormati oleh penduduk
Mekkah. Umar juga dikenal sebagai seorang peminum berat, beberapa catatan mengatakan
bahwa pada masa pra-Islam (Jahiliyyah), Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi seorang
Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali, meskipun belum diturunkan larangan
meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas.

Memeluk Islam
Ketika Nabi Muhammad
menyebarkan Islam secara terbuka di Mekkah, Umar bereaksi
sangat antipati terhadapnya, beberapa catatan mengatakan bahwa kaum Muslim saat itu
mengakui bahwa Umar adalah lawan yang paling mereka perhitungkan, hal ini dikarenakan
Umar yang memang sudah mempunyai reputasi yang sangat baik sebagai ahli strategi perang dan
seorang prajurit yang sangat tangguh pada setiap peperangan yang ia lalui. Umar juga dicatat
sebagai orang yang paling banyak dan paling sering menggunakan kekuatannya untuk menyiksa
pengikut Nabi Muhammad

.

Pada puncak kebenciannya terhadap ajaran Nabi Muhammad
mencoba membunuh Nabi Muhammad

, Umar memutuskan untuk

, namun saat dalam perjalanannya ia bertemu dengan

salah seorang pengikut Nabi Muhammad
bernama Nu'aim bin Abdullah yang kemudian
memberinya kabar bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk Islam, ajaran yang dibawa
oleh Nabi Muhammad
yang ingin dibunuhnya saat itu. Karena berita itu, Umar terkejut dan
pulang ke rumahnya dengan dengan maksud untuk menghukum adiknya, diriwayatkan bahwa
Umar menjumpai saudarinya itu sedang membaca Al Qur'an surat Thoha ayat 1-8, ia semakin
marah akan hal tersebut dan memukul saudarinya. Ketika melihat saudarinya berdarah oleh
pukulannya ia men)jadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat,
diriwayatkan Umar menjadi terguncang oleh apa yang ia baca tersebut, beberapa waktu setelah
kejadian itu Umar menyatakan memeluk Islam, tentu saja hal yang selama ini selalu
membelanyani membuat hampir seisi Mekkah terkejut karena seseorang yang terkenal paling
keras menentang dan paling kejam dalam menyiksa para pengikut Nabi Muhammad

kemudian memeluk ajaran yang sangat dibencinya tersebut, akibatnya Umar dikucilkan dari
pergaulan Mekkah dan ia menjadi kurang atau tidak dihormati lagi oleh para petinggi Quraisy
yang selama ini diketahui selalu membelanya.

Kehidupan di Madinah
Pada tahun 622 M, Umar ikut bersama Nabi Muhammad
dan pemeluk Islam lain berhijrah
(migrasi) (ke Yatsrib (sekarang Madinah) . Ia juga terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar
serta penyerangan ke Syria. Ia dianggap sebagai seorang yang paling disegani oleh kaum Muslim
pada masa itu karena selain reputasinya yang memang terkenal sejak masa pra-Islam, juga
karena ia dikenal sebagai orang terdepan yang selalu membela Nabi Muhammad
dan ajaran
Islam pada setiap kesempatan yang ada bahkan ia tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya
yang dulu bersama mereka ia ikut menyiksa para pengikutnya Nabi Muhammad

.

Wafatnya Nabi Muhammad
Pada saat kabar wafatnya Nabi Muhammad
pada 8 Juni 632 M (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah)
suasana sedih dan haru menyelimuti kota Madinah,sambil berdiri termenung Umar dikabarkan
sebagai salah seorang yang paling terguncang atas peristiwa itu, ia menghambat siapapun
memandikan atau menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Akibat syok yang ia terima, Umar
berkata "Sesungguhnya beberapa orang munafik menganggap bahwa Nabi Muhammad
. telah
wafat. Sesungguhnya dia tidak wafat, tetapi pergi ke hadapan Tuhannya, seperti dilakukan Musa
bin Imran yang pergi dari kaumnya. Demi Allah dia benar-benar akan kembali. Barang siapa
yang beranggapan bahwa dia wafat, kaki dan tangannya akan kupotong."
Abu Bakar yang mendengar kabar bergegas kembali dari Madinah, ia menjumpai Umar sedang
menahan Muslim yang lain dan lantas mengatakan,
"Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Nabi Muhammad
, Nabi Muhammad
sudah
meninggal dunia. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati!"
—Abu Bakar ash-Shiddiq

Abu Bakar mengingatkan kepada para pemeluk Islam yang sedang terguncang, termasuk Umar
saat itu, bahwa Nabi Muhammad
, seperti halnya mereka, adalah seorang manusia biasa, Abu
Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Qur'an[3] dan mencoba untuk mengingatkan mereka
kembali kepada ajaran yang diajarkan Nabi Muhammad
yaitu kefanaan makhluk yang
diciptakan. Setelah peristiwa itu, Umar sadar kesalahannya dan membiarkan persiapan
penguburan dilaksanakan.

Masa kekhalifahan Abu Bakar

Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasihat
kepalanya. Setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk untuk
menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah kedua dalam sejarah Islam.

Menjadi khalifah
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil
alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri
masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan
Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan
Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan Umar.
Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada
pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam
mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di
Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan
atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di
dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas
mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam
Farrukhzad.
Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya
mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta
Sophronius dan diundang untuk salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar
memilih untuk salat di tempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian,
Masjid Umar didirikan di tempat ia salat.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan
publik, termasuk membangun sistem administrasi untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga
memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia
memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid
Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan
penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan
keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.

Wafatnya
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak yang fanatik pada saat ia
akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah orang Persia yang masuk Islam setelah Persia
ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz)
terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, y