BAHAN BAKAR ALTERNATIF

BAHAN BAKAR ALTERNATIF
A. Pendahuluan
Pada saat ini penelitian-penelitian guna mencari dan mendapatkan sumber
energi terbarukan (renewable energy) tersebut sudah banyak dilakukan. Salah satu
hasil yang mememuaskan dari penelitan tersebut adalah sumber energi hayati,
biodiesel. Biodiesel adalah bahan bakar untuk mesin diesel yang dihasilkan dari
sumber daya hayati. Biodiesel ini dapat dibuat dari minyak kelapa sawit, minyak biji
jarak (Jatropha curcas) sampai pada minyak jelantah (waste cooking oil). Minyak
jelantah adalah limbah dari proses menggoreng, bila ditinjau dari komposisi
kimianya minyak jelantah mengandung senyawa kimia yang bersifat karsinogenik
(dapat memicu terjadinya kanker) yang terbentuk selama proses penggorengan.
Sehingga penggunaan minyak jelantah secara berkelanjutan dapat merusak
kesehatan manusia, menyebabkan kanker dan akibat selanjutnya akan menurunkan
kecerdasan generasi muda yang mengkonsumsinya. Maka langkah penanganan
minyak jelantah ini sangat tepat untuk dijadikan bahan baku pembuatan biodiesel
karena akan mengurangi kerugian yang ditimbulkan dari aspek kesehatan manusia
dan lingkungan serta menambah manfaat yang ada dari minyak jelantah tersebut.
Oleh karena itu sangatlah cocok untuk menjadikan biodiesel dari minyak jelantah
sebagai solusi sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.
Minyak jelantah dapat dijadikan bahan baku biodiesel karena merupakan
minyak nabati turunan dari CPO (crude palm oil). Pembuatan biodiesel dari minyak

jelantah menggunakan reaksi transesterifikasi seperti pembuatan biodiesel pada
umumnya dengan melakukan pretreatment yang dilakukan guna menurunkan
bilangan asam pada minyak jelantah. Tahapan perlakuan tersebut yaitu, pertama
pemurnian dari pengotor-pengotor sisa penggorengan dan water content. Kedua,
esterifikasi dari asam lemak bebas (free fatty acid) yang terdapat dalam minyak
jelantah. Ketiga, trans esterifikasi molekul trigliserida ke dalam bentuk metil ester
dan keempat, pemisahan dan pemurnian.
Reaksi kimia proses transesterifikasi trigliserida menjadi metil ester
menggunakan senyawa organik methanol adalah sebagai berikut:
1

B. Langkah – Langkah percobaan
1. Alat dan bahan
1) Alat
a. Gelas Kimia
1 buah
b. Gelas ukur 250 ml 1 buah
c. Gelas Erlemenyer
1 buah
d. Timbangan Analitik 1 buah

e. Pipet
1 buah
f. Gelas arloji
1 buah
2) Bahan
a. Minyak jelantah
100 ml
b. NaOH
0,7 gr
c. Metanol
30 ml
2. Prosedur kerja
1) Siapkan alat dan bahan
2) Buatlah larutan metoxida yaitu dengan melarutkan NaOH 0,7 gr ke dalam
metanol 30 ml hingga homogen
3) Ukurlah minyak jelantah sebanyak 100 ml kemudian masukkan ke dalam
4)
5)
6)
7)


gelas kimia
Masukkan larutan metoxida ke dalam minyak jelatah yang telah disiapkan.
Aduk campuran perlahan hingga homogen
Diamkan selama 4 jam sehingga terjadi endapan.
Pada lapisan pertama adalah lemak yang membeku sedangkan lapisan ke dua

adalah crude biodiesel dan lapisan terakhir adalah glycerin
8) Lapisan kemudian dipisahkan dengan cara mengambil lapisan biodiesel
melalui penyaringan
C. Pembahasan
Biodiesel didefinisikan sebagai metil ester yang diproduksi dari minyak
tumbuhan atau lemak hewan yang memenuhi kualitas untuk digunakan sebagai
bahan bakar mesin diesel (Vicente et al. 2006) dan menurut Darnoko et al. (2000)
biodiesel merupakan monoalkil ester yang dihasilkan dari minyak alami terbarukan.

2

Metil ester atau etil ester merupakan senyawa yang relatif stabil, berwujud cair pada
suhu ruang (titik leleh antara 40-180 C), titik didih rendah dan tidak korosif.

Biodisel yang dihasilkan dari percobaan siswa SMK merupakan biodiesel
berbahan dasar minyak jelantah. Atas dasar kepedulian akan pentingnya bahan bakar
minyak maka dengan segenap upaya mencoba menemukan bahan bakar alternatif
yakni biodisel dari minyak jelantah.
Standar biodiesel yang kami miliki masih berupa bahan bakar alternatif.
Biodiesel dari minyak jelantah ini dapat menggantikan peran minyak tanah yang
sudah mulai langka. Uji kelayakan yang telah dilakukan baru sebatas uji reaksi
biodiesel terhadap api. Hasil pengamatan menunjukkan ada beberapa perbedaan
mendasar antara solar yang dibeli dari SPBU dengan Biodiesel yang kami peroleh.
Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan kedua produk dengan masingmasing perbedaan yang dimiliki.
SOLAR SPBU
Sama besar
4,57 menit
Hitam lebat
Asam
Bening kehitaman

STANDAR DALAM 7 ml
Nyala Api
Daya Tahan Api

Asap
PH
Warna cairan

BIO SOLAR SMK
Sama besar
6,6 menit
Hitam tipis
Basa
Bening
kekuningkuningan

Pada gambar disamping dapat dilihat
antara Cawan A dan B yang sama –
sam menghasilkan nyala api yang
besar.
Dimana pada cawan A merupakan
biosolar SPBU dan B biosolar minyak
jelantah


3

Setelah dilakukan penghitungan pada
lama nyala api didapatkan hasil
bahwa nyala api biosolar SPBU lebih
cepat

padam

sedangkan

biosolar

minyak jelantah lebih tahan lama.

Dari gambar disamping dapat dilihat
asap pada cawan A terlihat hitam hal
ini

mengindikasikan


pembakaran

banyak menghasilkan carbon.

Pada cawan B yang berisi biosolar
minayk jelantah hasil pembakarannya
tidak terlalu banyak menghasilkan
carbon. Hal ini dapat dilihat pada
asap yang dihasilkan tidak terlalu
berwarna hitam.

Bahan yang digunakan untuk membuat bio solar, berupa minyak jelantah,
NaOH dan metanol. Menurut hasil analisa, campuran NaOH dan metanol
menghasilkan metoksida. Metoksida tersebut memiliki peran mengikat lemak dan
gliserin yang terkandung dalam jelantah. Analisis lebih dalam menunjukkan bahwa
NaOH memiliki peran menggumpalkan lemak dan gliserin sedangkan metanol
sendiri mengikat minyak jelantah sehingga memiliki daya bakar ketika bereaksi
dengan api. Akan tetapi antara metanol dengan minyak jelantah tidak dapat menyatu
karena memiliki massa jenis yang berbeda, selain itu metanol akan mudah menguap

jika bereaksi dengan udara. Sedangkan NaOH sendiri merupakan senyawa yang
4

tidak dapat larut dalam minyak dan akan menguap jika beeaksi dengan udara bebas.
Berkaca dari reaksi tersebut maka NaoH dan metanol direaksikan terlebih dahulu
menjadi metoksida. Untuk selanjutnya metoksida ini yang akan mengubah minyak
jelantah menjadi tiga unsur berbeda, yakni lapisan atas berupa ikatan lemak, bagian
tengah merupakan bio solar sedangkan bagian paling bawah adalah gliserin. Bagian
tengahlah yang akan disaring dan menjadi bahan bakar alternatif yakni bio solar.
D. Kesimpulan
Hasil pengamatan dan uraian telah sampai pada titik kesimpulan. Sementara ini
bahan bakar bio diesel/bio solar dapat dihasilkan dengan alternatif minyak jelantah.
Selain efisien, bio solar juga turut serta mengurangi limbah dapur. Bio solar mudah
diproses dan bahanyapun tidak sulit didapatkan, sehingga kelak dengan evaluasi
yang lebih mendalam maka akan dapat diuji kelayakannya sebagai bahan bakar
alternatif.

5