BAB I Teori Konseling new.doc
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Usaha yang di lakukan manusia dalam membantu masalah manusia tidak mungkin tanpa mengenal dengan baik tentang manusia itu sendiri.Unik dan rumitnya perilahal manusia sebagai makhluk individu, telah melahirkan bermacam-macam konsep dan pandangan.Toeri humanistik di kembangkan oleh Maslow tahun 1908-1970 di Amerika serkat. Dasar falsafah yang menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik dan layak di hormati dan mereka akan bergerak ke arah realisasi potensi-potensi mereka, manakala kondisi lingkungannya memberikan kemungkinan.
Psikoterapai Humanistik membicarakan kepribadian manusia di tinjau dari segi self dasi akunya. Konsep utama yang anut adalah usaha untuk mengerti manusia sebagai mana adanya, mengetahui mereka dari realitasnya, melihat dunia sebagai mana mereka melihatnya, memahami mereka bergerak dan mempunyai keberadaan yang unik, kongkrit dan berbeda dari teori yang abstrak.Teori humanistik di katakan demikian, karena menekankan kemampuan-kemampuan yang khas manusiawi. Manusia mempunyai kemampuan untuk refleksi diri, kemampuan aktualisasi potensi-potensi kreatif dan juga ke khususan manusia, yaitu menentukan bagi dirinya sendiri secara aktif. Salah satu aliran humanistik modern yaitu humanistik Eksistensial diaman individu dipandang makhluk yang sempurna dalam artian individu dibebaskan untuk mengekspresikan dirinya untuk berkembang. Dalam aliran konseling eksistensional manusia merupakan sosok yang utuh mempunyai banyak potensi-potensi yang ada dalam dirinya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah perkembangan teori konseling eksistensial ? 2. Bagaimana hakekat manusia menurut teori konseling eksistensial ?
3. Bagaimana perkembangan perilaku (perkembangan kepribadian, pribadi sehat, pribadi bermasalah) menurut teori konseling eksistensial ?
(2)
5. Bagaimana kondisi pengubahan (tujuan konseling, sikap-peran-dan tugas konselor, sikap-tugas dan peran konseli, situasi hubungan) dalam teori konseling eksistensial ?
6. Bagaimana Mekanisme pengubahan / tahapan dan teknik konseling eksistensial ?
7. Hasil penelitian apa yang berkaitan dengan konseling eksistensial ? C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengatahui sejarah perkembangan teori konseling eksistensial. 2. Untuk mengetahui hakekat manusia menurut teori konseling eksistensial. 3. Untuk mengetahui perkembangan perilaku (perkembangan kepribadian,
pribadi sehat, pribadi bermasalah) menurut teori konseling eksistensial. 4. Untuk mengetahui hakekat konseling menurut teori konseling eksistensial. 5. Untuk mengatahui kondisi pengubahan (tujuan konseling, sikap-peran-dan
tugas konselor, sikap-tugas dan peran konseli, situasi hubungan) dalam teori konseling eksistensial.
6. Untuk mengatahui mekanisme pengubahan / tahapan dan teknik konseling eksistensial.
7. Untuk mengatahui hasil penelitian berkaitan dengan konseling eksistensial.
BAB II PEMBAHASAN
(3)
A. Sejarah Perkembangan Teori Konseling Eksistensial
Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force).
Meskipun tokoh-tokoh psikologi humanistik memiliki pandangan yang berbeda-beda, tetapi mereka berpijak pada konsepsi fundamental yang sama mengenai manusia, yang berakar pada salah satu aliran filsafat modern, yaitu eksistensialisme. Eksistensialisme adalah hal yang mengada-dalam dunia (being-in-the-world) dan menyadari penuh akan keberadaannya Koeswara (dalam samjaya, 2014). Eksistensialisme menolak paham yang menempatkan manusia semata-mata sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan. Sebaliknya, para filsuf eksistensialis percaya bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya, dalam hal ini “pilihan” menjadi evaluasi tertinggi dari tindakan yang akan diambil oleh seseorang.
Teori eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia. Banyak para ahli psikologi yang berorientasi eksistensial,mengajukan argumen menentang pembatasan studi tingkah laku pada metode-metode yang digunakan oleh ilmu alam.
Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa lari dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan. Dalam penerapan-penerapan terapeutiknya eksistensial-humanistik memusatkan perhatian pada filosofis yang melandasi terapi. Pendekatan atau teori eksistensial-humanistik menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang berhubungan dengan sesama yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui implikasi-implikasi bagi usaha membantu dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan manusia.
Pendekatan eksistensial-humanistik mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, sentral memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang
(4)
tertinggi. Ia menunjukkan bahwa manusia selalu ada dalam proses pemenjadian dan bahwa manusia secara sinambung mengaktualkan dan memenuhi potensinya. Pendekatan eksistensial secara tajam berfokus pada fakta-fakta utama keberadaan manusia – kesadaran diri dan kebebasan yang konsisten.
Pendekatan Eksistensial-humanistik berfokus pada diri manusia. Pendekatan ini mengutamakan suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia. Pendekatan Eksistensial-Humanistik dalam konseling menggunakan sistem tehnik-tehnik yang bertujuan untuk mempengaruhi konseli. Pendekatan terapi eksistensial-humanistik bukan merupakan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia (corey, 2007:54).
B. Hakekat Manusia
Pendekatan Eksistensial-humanistik berfokus pada diri manusia. Pendekatan ini mengutamakan suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia. Pendekatan Eksistensial-Humanistik dalam konseling menggunakan sistem tehnik-tehnik yang bertujuan untuk mempengaruhi konseli. Pendekatan terapi eksistensial-humanistik bukan merupakan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia (corey, 2007:54).
Ada beberapa konsep utama dari pendekatan eksistensial diantaranya : 1. Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri,suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
2. Kebebasan, tanggung jawab dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tangung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar bagi manusia. Kesadaran atas keterbatasannya bias menyebabkan kecemasan eksistensial. Individu memiliki kesadaran akan kematian dengan adanya kesadaran tersebut
(5)
individu akan berfikir bahwa untuk mengaktualisasikan dirinya memiliki waktu yang terbatas. Dosa eksistensial merupakan bagian dari kondisi manusia artinya dari suatu kegagalan invividu mampu memperbaikinya secara sungguh-sungguh sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. 3. Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk yang rasional. Manusia juga berusaha untuk mengaktualisasikan diri yakni mengungkapkan, mengembangkan, mengekspresikan kemampuan maupun potensi-potensi yang ada dalam dirinya.
C. Perkembangan Perilaku 1. Struktur kepribadian.
Teori psikologi humanistik yang dikembangkan oleh Maslow adalah sebagai berikut Koeswara dan Alwisol (dalam Munandar, 2015).
a. Prinsip holistik
Menurut Maslow, holisme menegaskan bahwa organisme selalu bertingkah laku sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian atau komponen yang berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian dari suatu kesatuan, dan apa yang terjadi pada bagian yang satu akan mempengaruhi bagian yang lain
b. Individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Manusia adalah agen yang sada, bebas memilih atau menentukan setiap tindakannya. Dengan kata lain manusia adalah makhluk yang bebas dan bertanggung jawab.
c. Manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya (becoming).Namun demikian perubahan tersebut membutuhkan persyaratan, yaitu adanya lingkungan yang bersifat mendukung.
d. Individu sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi. e. Manusia pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik atau tepatnya
(6)
atau pengaruh dari lingkungan yang buruk, dan bukan merupakan bawaan.
f. Manusia memiliki potensi kreatif yang mengarahkan manusia kepada pengekspresian dirinya menjadi orang yang memiliki kemampuan atau keistimewaan dalam bidang tertentu.
g. Self-fulfillment merupakan tema utama dalam hidup manusia.
h. Manusia memiliki bermacam-macam kebutuhan yang secara hirarki dibedakan menjadi sebagai berikut (Boeree, 2004)
1) kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs) 2) kebutuhan akan rasa aman (the safety and security needs)
3) kebutuhan akan cinta dan memiliki (the love and belonging needs) 4) kebutuhan akan harga diri (the esteem needs)
5) kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs) 2. Pribadi sehat dan bermasalah
a. Pribadi sehat
Pribadi yang sehat menurut pandangan eksistensial-Humanistik yaitu mampu memfungsikan dimensi-dimensi dasar yang dimiliki manusia, sehingga kesadaran bisa berfungsi secara penuh.
b. Pribadi bermasalah
Pribadi yang bermasalah menurut pandangan eksistensial-Humanistik yaitu tidak mampu memfungsikan dimensi-dimensi dasar yang dimiliki manusia, sehingga kesadaran tidak berfungsi secara penuh. Diantaranya ; inkongruen, negatif, tidak dapat dipercaya, tidak dapat memahami diri sendiri, bermusuhan dan kurang produktif. D. Hakekat Konseling
Hakikat konseling eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia. Eksistensial-humanistik berdasarkan pada asumsi bahwa kita bebas dan bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil dan perbuatan yang kita lakukan. Yang paling diutamakan dalam konseling eksistensial-humanistik adalah hubunganya dengan klien.Kualitas dari dua orang yang bertatap muka dalam situasi konseling merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif.
1. Pendekatan ini berasal dari motivasi dalam diri yang rumit dan dinamis. Inilah yang membedakan teori ini dengan teori yang mencari struktur dalam diri individu atau struktur reinforcement dari lingkungan. Namun
(7)
teori eksitensial dan humanistic menyetujui adanya kehendak bebas dan juga kreativitas nyata, dan pemenuhan diri.
2. Pendekatan eksitensial tidak selalu merupakan pendekatan idiografis; mereka menganggap pengalaman setiap orang unik. Filsuf beraliran eksitensial menyatakan bahwa individu secara lansung bertanggung jawab atas kepribadian., ciri mendasar dari dilemma eksitensial adalah adanya kemungkinan tercapainya kemenangan jiwa manusia.
3. Pendekatan humanistic , yang didasarkan pada eksitensialisme tetapi menolak pesimisme, adalah pendekatan yang paling optimis terhadap kepribadian yang memandang manusia dan permasalahan spiritual secara positif.
4. Pendekatan humanistic terhadap kepribadian bermanfaat bagi penelitian lintas budaya dan penelitian tentang kelompok etnik, suatu kebutuhan yang ditekankan dalam buku ini. Banyak psikolog eksitensial- humanistic terkejut secara pribadi dan secara intelektual- oleh aliran fasisme pada tahun 1930-1940.
5. Pendekatan humanistic terhadap kepribadian memiliki dampak praktis dan berkesenambungan pada masyarakat umum dalam hal persaingan diri. Saat ini ,tidaklah aneh apabila seorang pekerja ( atau bahkan sekelompok rekan kerja) pada suatu waktu ingin mengasingkan diri.’’ Peristirahatan’’ ini berbeda dengan liburan atau tamasya. Selama mengasingkan diri kita mungkin menenangkan diri dilokasi yang indah, berusaha mengenali perasaan kita aktivitas tersebut berasal dari asumsi humanistic bahwa setiap individu memiliki otensi diri unik yang akan muncul apabila dikembangkan dengan baik.
6. Psikologi kepribadian humanistic tidak hanya berbeda dengan pendekatan lain dalam pokok permasalan dan filsafatnya, tetapi juga dalam ideologinya. Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada prespektif optimistik tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan
(8)
perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
7. Terapi eksistensial humanistik adalah terapi yang sesuai dalam memberikan bantuan kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan eksistensialisme terhadap kekacauan, keniscayaan, keputusasaan manusia kedalam dunia tempat dia bertanggung jawab atas dirinya
8. Menurut kartini kartono dalam kamus psikologinya mengatakan bahwa terapi eksistensial humanistik adalah salah satu psikoterapi yang menekankan pengalaman subyektif individual kemauan bebas, serta kemampuan yang ada untuk menentukan satu arah baru dalam hidup. 9. Sedangkan menurut W.S Winkel, Terapi Eksistensial Humanistik adalah
Konseling yang menekankan implikasi – implikasi dan falsafah hidup dalam menghayati makna kehidupan manusia di bumi ini. Konseling Eksistensial Humanistik berfokus pada situasi kehidupan manusia di alam semesta, yang mencakup tanggungjawab pribadi, kecemasan sebagai unsur dasar dalam kehidupan batin. Usaha untuk menemukan makna diri kehidupan manusia, keberadaan dalam komunikasi dengan manusia lain, kematian serta kecenderungan untuk mengembangkan dirinya semaksimal mungkin.
E. Kondisi Pengubahan
1. Tujuan Konseling menurut Sudrajat (dalam Hasan, 2013) yaitu :
a. Mengoptimalkan kesadaran individu akan keberadaannya dan menerima keadaannya menurut apa adanya. Saya adalah saya.
b. Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan serta pandangan-pandangan individu, yang unik, yang tidak atau kurang sesuai dengan dirinya agar individu dapat mengembangkan diri dan meningkatkan self actualization seoptimal mungkin.
c. Menghilangkan hambatan-hambatan yang dirasakan dan dihayati oleh individu dalam proses aktualisasi dirinya.
d. Membantu individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas yang mungkin dapat dijangkau menurut kondisi dirinya.
(9)
a. Memahami dunia klien dan membantu klien untuk berfikir dan mengambil keputusan atas pilihannya yang sesuai dengan keadaan sekarang.
b. Mengembangkan kesadaran, keinsafan tentang keberadaannya sekarang agar klien memahami dirinya bahwa manusia memiliki keputusan diri sendiri.
c. Konselor sebagai fasilitator memberi dorongan dan motivasi agar klien mampu memahami dirinya dan bertanggung jawab menghadapi reality.
d. Membentuk kesempatan seluas – luasnya kepada klien, bahwa putusan akhir pilihannya terletak ditangan klien.
3. Situasi Hubungan
a. Hubungan Konselor dengan Klien
Dalam membicarakan masalah hubungan pertolongan dari teori Humanistik ini, dikemukakan ciri - ciri hubungan konselor dan konseli sebagai berikut:
1) Adanya hubungan psikologis yang akrab antara konselor dan klien. 2) Adanya kebebasan secara penuh bagi individu untuk
mengemukakan problemnya dan apa yang diinginkan.
3) Konselor berusaha sebaik mungkin menerima sikap dan keluhan serta perilaku individu dengan tanpa memberikan sanggahan. 4) Unsur menghargai dan menghormati keadaan diri individu
merupakan kunci atau dasar yang paling menentukan dalam hubungan yang diadakan.
5) Pengenalan tentang keadaan individu sebelumnya juga keadaan lingkungannya sangat diperlukan oleh konselor.
F. Mekanisme Pengubahan 1. Tahapan Konseling
a. Tahap Awal
Ada tiga tahap dalam proses konseling eksistensial-humanistik. Selama tahap pendahuluan, konselor membantu klien dalam hal mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak untuk mendefinisikan dan menanyakan tentang cara mereka memandang dan menjadikan eksistensi mereka bisa diterima. Mereka meneliti nilai mereka, keyakinan, serta asumsi untuk menentukan kesahihannya. Bagi banyak klien hal ini bukan pekerjaan
(10)
yang mudah oleh karena mereka mungkin pada awalnya memaparkan problema mereka sebagai hampir seluruhnya sebagai akibat dari penyebab eksternal. Mereka mungkin berfokus pada apa yang orang lain “jadikan mereka merasakan sesuatu” atau betapa orang lain bertanggung jawab sepenuhnya akan apa yang mereka lakukan atau tidak lakukan. Konselor mengajar mereka bagaimana caranya untuk becermin pada eksistensi mereka sendiri dan meneliti peranan mereka dalam hal penciptaan problem mereka dalam hidup.
b. Tahap Pertengahan
Pada tahap tengah dari konseling eksistensial, klien didorong semangatnya untuk lebih dalam lagi meneliti sumber dan otoritas dari system nilai mereka. Proses eksplorasi diri ini biasanya membawa klien ke pemahaman baru dan beberapa restrukturisasi dari nilai dan sikap mereka. Klien mendapatkan cita rasa yang lebih baik akan jenis kehidupan macam apa yang mereka anggap pantas. Mereka mengembangkan gagasan yang jelas tentang proses pemberian nilai internal mereka.
c. Tahap Akhir
Tahap terakhir dari konseling eksistensial berfokus pada menolong klien untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka sendiri. Sasaran terapi adalah memungkinkan klien untuk bisa mencari cara pengaplikasian nilai hasil penelitian dan internalisasi dengan jalan yang kongkrit. Biasanya klien menemukan kekuatan mereka dan menemukan jalan untuk menggunakan kekuatan itu demi menjalani eksistensi kehidupannya yang memiliki tujuan.
Adapun beberapa tahap lain yang dapat dilakukan oleh terapis dalam terapi eksistensial antara lain :
a. Terapis menunjukkan kepada klien untuk meningkatkan kesadaran diri atas alternatif-alternatif, motivasi-motivasi, dan tujuan-tujuan pribadi. Serta menunjukkan bahwa harus ada pengorbanan untuk mewujudkan hal itu.
(11)
b. Terapis membantu klien dalam menemukan cara-cara klien menghindari penerimaan kebebasannya, dan mendorong klien belajar menanggung resiko atas keyakinannya terhadap akibat penggunaan kebebasannya.
c. Terapis membantu klien untuk membangkitkan keberaniannya mengakui ketakutannya, mengungkapkan ketakutannya, dan kemudian mengajak klien untuk tidak bergantung dengan orang lain secara neurotik.
d. Terapis membantu klien dalam menciptakan suatu sistem berlandaskan cara hidup yang konsisten.
e. Terapis membantu klien untuk menemukan makna hidupnya
f. Terapis membantu klien untuk mentoleransi segala bentuk ketakutan dan kecemasan sebagai bentuk pembelajaran yang penting dalam hidup
g. Terapis mendorong atau memotivasi kliennya untuk mewujudkan aktualisasi dirinya
2. Teknik Konseling
Teori humanistik eksistensial tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur konseling bisa diambil dari beberapa teori konseling lainnya. Tugas konselor disini adalah menyadarkan konseli bahwa ia masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia memaknainya. Serta membantu individu menyadari diri sesungguhnya dapat memecahkan masalah mereka dengan intervensi ahli terapi yang minimal.
Teknik yang digunakan mendahului pemahaman. Karena menekankan pada pengalaman klien sekarang, para terapis eksistensial menunjukkan keleluasaan dalam menggunakan metode – metode, dan prosedur yang digunakan oleh mereka bisa bervariasi tidak hanya dari klien yang satu kepada klien yang lainnya, tetapi juga dari satu ke lain fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama Meskipun terapi eksistensial bukan merupakan metode tunggal, di kalangan terapis eksistensial dan humanistik ada kesepakatan menyangkut tugas – tugas dan tanggung jawab terapis. Psikoterapi difokuskan pada pendekatan terhadap hubungan
(12)
manusia alih – alih system teknik. Para ahli psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal – hal berikut (Gerald Corey.1988:58) :
a. Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi. b. Menyadari peran dari tanggung jawab terapis.
c. Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik. d. Berorientasi pada pertumbuhan.
e. Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
f. Mengakui bahwa putusan – putusan dan pilihan – pilihan akhir terletak di tangan klien.
g. Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya hidup dan pandangan humanistiknya tentang manusia bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
h. Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
i. Bekerja ke arah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
Dalam konseling humanistik terdapat teknik-teknik konseling , yang mana sebelum mengetahui teknik-teknik konseling tersebut terdapat beberapa prinsip kerja teknik humanistik antara lain :
a. Membina hubungan baik (good rapport)
b. Membuat klien bisa menerima dirinya dengan segala potensi dan keterbatasannya
c. Merangsang kepekaan emosi klien
d. Membuat klien bisa mencari solusi permasalahannya sendiri. e. Mengembangkan potensi dan emosi positif klien
f. Membuat klien menjadi adequate
Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu:
(13)
b. Rasa hormat c. Memahami d. Menentramkan e. Memberi dorongan f. Pertanyaan terbatas
g. Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
h. Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
i. Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna. G. Hasil Penelitian Berkaitan Dengan Konseling Eksistensial
Penelitian yang serupa dilakukan oleh Wijaya, 2014 dalam penelitianya yang berjudul “Model Konseling Kelompok Eksistensial Humanistik Untuk Mengurangi Kecemasan Siswa Menentukan Arah Peminatan Sma Negeri Semarang tahun ajaran 2014/2015”, bahwa model konseling kelompok eksistensial humanistik terbukti mampu untuk mengurangi kecemasan siswa menentukan arah peminatan.
Penelitian yang hampir sama juga di lakukan oleh Dharma, 2013 dalam penelitianya yang berjudul “Penerapan Konseling Eksistensial Humanistik Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa Tahun Ajaran 2013/2014”, bahwa Hasil analisis menunjukkan upaya menanggulangi siswa kurang percaya diri dengan menggunakan layanan konseling humanistik pada siswa kelas X.6 di SMA Negeri 1 Singaraja, ada perubahan perilaku siswa yang lebih baik
(14)
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi terapi eksistensial-humanistik berdasarkan pada asumsi bahwa kita bebas dan bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil dan perbuatan yang kita lakukan. Yang paling diutamakan dalam konseling eksistensial-humanistik adalah hubunganya dengan klien. Kualitas dari dua orang yang bertatap muka dalam situasi konseling merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif. Ada tiga tahap dalam proses konseling eksistensial-humanistik. Dan tidak ada teknik khusus yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik.
Kecocokannya untuk diterapkan di Indonesia terletak pada pendapat kalangan eksistensial tentang kebebasan dan control dapat bermanfaat untuk menolong klien menangani nilai-nilai budaya mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
B. Saran
Memiliki kemampuan dalam konseling humanistik merupakan hal yang penting,dapat mengarahkan hidup kita ke masa depan yang lebih baik. Untuk itu kita harus mengasah kemampuan (kreatifitas) kita secara baik berdasarkan pengalaman – pengalaman pribadi kita di lingkungan. Kita dapat memahami dan mengetahui hal-hal atau masalah klien kita nantinya
(15)
Hasan. 2013. Eksistensial Humanistik. (Online),konselingindonesiabaru.blogspot. co.id. (Diakses tanggal, 22 September 2016).
Samjaya. 2014. Terapi Humanistik Eksistensial. (Online), deathneverlost. wordpress.com. (Diakses tanggal, 22 September 2016).
Corey. 2007. Teori dan Praktik Konseling Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama. Dharma. 2013. Penerapan Konseling Eksistensial Humanistik Untuk
Meningkatkat Rasa Percaya Diri Siswa. (Online),ejournal.undiksha.ac.id. (Diakses tanggal 23 September 2016).
Wijaya. 2014. Model Konseling Kelompok Eksistensial Humanistik Untuk Mengurangi Kecemasan Siswa Menentukan Arah Peminatan Sma Negeri Semarang. (Online), journal.unnes.ac.id. (Diakses tanggal, 23 September 2016).
(1)
yang mudah oleh karena mereka mungkin pada awalnya memaparkan problema mereka sebagai hampir seluruhnya sebagai akibat dari penyebab eksternal. Mereka mungkin berfokus pada apa yang orang lain “jadikan mereka merasakan sesuatu” atau betapa orang lain bertanggung jawab sepenuhnya akan apa yang mereka lakukan atau tidak lakukan. Konselor mengajar mereka bagaimana caranya untuk becermin pada eksistensi mereka sendiri dan meneliti peranan mereka dalam hal penciptaan problem mereka dalam hidup.
b. Tahap Pertengahan
Pada tahap tengah dari konseling eksistensial, klien didorong semangatnya untuk lebih dalam lagi meneliti sumber dan otoritas dari system nilai mereka. Proses eksplorasi diri ini biasanya membawa klien ke pemahaman baru dan beberapa restrukturisasi dari nilai dan sikap mereka. Klien mendapatkan cita rasa yang lebih baik akan jenis kehidupan macam apa yang mereka anggap pantas. Mereka mengembangkan gagasan yang jelas tentang proses pemberian nilai internal mereka.
c. Tahap Akhir
Tahap terakhir dari konseling eksistensial berfokus pada menolong klien untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka sendiri. Sasaran terapi adalah memungkinkan klien untuk bisa mencari cara pengaplikasian nilai hasil penelitian dan internalisasi dengan jalan yang kongkrit. Biasanya klien menemukan kekuatan mereka dan menemukan jalan untuk menggunakan kekuatan itu demi menjalani eksistensi kehidupannya yang memiliki tujuan.
Adapun beberapa tahap lain yang dapat dilakukan oleh terapis dalam terapi eksistensial antara lain :
a. Terapis menunjukkan kepada klien untuk meningkatkan kesadaran diri atas alternatif-alternatif, motivasi-motivasi, dan tujuan-tujuan pribadi. Serta menunjukkan bahwa harus ada pengorbanan untuk mewujudkan hal itu.
(2)
b. Terapis membantu klien dalam menemukan cara-cara klien menghindari penerimaan kebebasannya, dan mendorong klien belajar menanggung resiko atas keyakinannya terhadap akibat penggunaan kebebasannya.
c. Terapis membantu klien untuk membangkitkan keberaniannya mengakui ketakutannya, mengungkapkan ketakutannya, dan kemudian mengajak klien untuk tidak bergantung dengan orang lain secara neurotik.
d. Terapis membantu klien dalam menciptakan suatu sistem berlandaskan cara hidup yang konsisten.
e. Terapis membantu klien untuk menemukan makna hidupnya
f. Terapis membantu klien untuk mentoleransi segala bentuk ketakutan dan kecemasan sebagai bentuk pembelajaran yang penting dalam hidup
g. Terapis mendorong atau memotivasi kliennya untuk mewujudkan aktualisasi dirinya
2. Teknik Konseling
Teori humanistik eksistensial tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur konseling bisa diambil dari beberapa teori konseling lainnya. Tugas konselor disini adalah menyadarkan konseli bahwa ia masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia memaknainya. Serta membantu individu menyadari diri sesungguhnya dapat memecahkan masalah mereka dengan intervensi ahli terapi yang minimal.
Teknik yang digunakan mendahului pemahaman. Karena menekankan pada pengalaman klien sekarang, para terapis eksistensial menunjukkan keleluasaan dalam menggunakan metode – metode, dan prosedur yang digunakan oleh mereka bisa bervariasi tidak hanya dari klien yang satu kepada klien yang lainnya, tetapi juga dari satu ke lain fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama Meskipun terapi eksistensial bukan merupakan metode tunggal, di kalangan terapis eksistensial dan humanistik ada kesepakatan menyangkut tugas – tugas dan tanggung jawab terapis. Psikoterapi difokuskan pada pendekatan terhadap hubungan
(3)
manusia alih – alih system teknik. Para ahli psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal – hal berikut (Gerald Corey.1988:58) :
a. Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi. b. Menyadari peran dari tanggung jawab terapis.
c. Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik. d. Berorientasi pada pertumbuhan.
e. Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
f. Mengakui bahwa putusan – putusan dan pilihan – pilihan akhir terletak di tangan klien.
g. Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya hidup dan pandangan humanistiknya tentang manusia bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
h. Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
i. Bekerja ke arah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
Dalam konseling humanistik terdapat teknik-teknik konseling , yang mana sebelum mengetahui teknik-teknik konseling tersebut terdapat beberapa prinsip kerja teknik humanistik antara lain :
a. Membina hubungan baik (good rapport)
b. Membuat klien bisa menerima dirinya dengan segala potensi dan keterbatasannya
c. Merangsang kepekaan emosi klien
d. Membuat klien bisa mencari solusi permasalahannya sendiri. e. Mengembangkan potensi dan emosi positif klien
f. Membuat klien menjadi adequate
Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu:
(4)
b. Rasa hormat c. Memahami d. Menentramkan e. Memberi dorongan f. Pertanyaan terbatas
g. Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
h. Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
i. Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna. G. Hasil Penelitian Berkaitan Dengan Konseling Eksistensial
Penelitian yang serupa dilakukan oleh Wijaya, 2014 dalam penelitianya yang berjudul “Model Konseling Kelompok Eksistensial Humanistik Untuk Mengurangi Kecemasan Siswa Menentukan Arah Peminatan Sma Negeri Semarang tahun ajaran 2014/2015”, bahwa model konseling kelompok eksistensial humanistik terbukti mampu untuk mengurangi kecemasan siswa menentukan arah peminatan.
Penelitian yang hampir sama juga di lakukan oleh Dharma, 2013 dalam penelitianya yang berjudul “Penerapan Konseling Eksistensial Humanistik Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa Tahun Ajaran 2013/2014”, bahwa Hasil analisis menunjukkan upaya menanggulangi siswa kurang percaya diri dengan menggunakan layanan konseling humanistik pada siswa kelas X.6 di SMA Negeri 1 Singaraja, ada perubahan perilaku siswa yang lebih baik
(5)
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi terapi eksistensial-humanistik berdasarkan pada asumsi bahwa kita bebas dan bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil dan perbuatan yang kita lakukan. Yang paling diutamakan dalam konseling eksistensial-humanistik adalah hubunganya dengan klien. Kualitas dari dua orang yang bertatap muka dalam situasi konseling merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif. Ada tiga tahap dalam proses konseling eksistensial-humanistik. Dan tidak ada teknik khusus yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik.
Kecocokannya untuk diterapkan di Indonesia terletak pada pendapat kalangan eksistensial tentang kebebasan dan control dapat bermanfaat untuk menolong klien menangani nilai-nilai budaya mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
B. Saran
Memiliki kemampuan dalam konseling humanistik merupakan hal yang penting,dapat mengarahkan hidup kita ke masa depan yang lebih baik. Untuk itu kita harus mengasah kemampuan (kreatifitas) kita secara baik berdasarkan pengalaman – pengalaman pribadi kita di lingkungan. Kita dapat memahami dan mengetahui hal-hal atau masalah klien kita nantinya
(6)
Hasan. 2013. Eksistensial Humanistik. (Online),konselingindonesiabaru.blogspot. co.id. (Diakses tanggal, 22 September 2016).
Samjaya. 2014. Terapi Humanistik Eksistensial. (Online), deathneverlost. wordpress.com. (Diakses tanggal, 22 September 2016).
Corey. 2007. Teori dan Praktik Konseling Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama. Dharma. 2013. Penerapan Konseling Eksistensial Humanistik Untuk
Meningkatkat Rasa Percaya Diri Siswa. (Online),ejournal.undiksha.ac.id. (Diakses tanggal 23 September 2016).
Wijaya. 2014. Model Konseling Kelompok Eksistensial Humanistik Untuk Mengurangi Kecemasan Siswa Menentukan Arah Peminatan Sma Negeri Semarang. (Online), journal.unnes.ac.id. (Diakses tanggal, 23 September 2016).