BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Definisi

BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi
oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan
progresif pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2007). Persalinan
adalah proses alamiah yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada
manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu ataupun janinnya sehingga
memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai
(Manuaba,2009).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup
bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu (Harianto, 2010).

2.2 Macam Macam Persalinan
1. Persalinan spontan
Persalinan ini berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri untuk membuka jalan lahir.
2. Persalinan buatan
Persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ektraksi dengan forceps atau dilakukan
operasi SC.
3. Persalinan anjuran

Pada umumnya persalinan terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk hidup diluar, tetapi
belum juga menunjukkan tanda tanda persalinan atau belum bersalin.

2.3 Tanda Tanda Inpartu
Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan. Tanda tanda
inpartu adalah:
1. Rasa sakit oleh adanya HIS yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena adanya robekan kecil
pada serviks.
3. Kadang kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

3

2.4 Faktor Faktor Persalinan
Faktor faktor yang terlibat dalam persalinan menurut (Farrer, 1999), adalah:
1. Power (kekuatan yang mendorong janin keluar)
 HIS (kotraksi uterus): gerakan memendek dan menebal otot otot rahim yang
terjadi untuk sementara waktu.
 Retraksi: pemendekan otot otot rahim yang menetap setelah terjadi kontraksi.

2. Tenaga sekunder (mengejan): kontraksi otot otot dinding perut dan diafragma serta
ligamentusa action terutama ligament rotundum.
 Passages (jalan lahir): tulang panggul, serviks, vagina dan dasar panggul.
 Passanger (janin): kepala janin, plasenta, selaput dan cairan ketuban.

2.5 Proses Persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:
1. Kala I
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai
pembukaan lengkap (10cm). Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
 Fase laten : dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap. Pembukaan serviks kurang dari 4cm dan


biasanya berlangsung dibawah 8jam.
Fase aktif : frekuensi dan lama kontraksi uterus umunya meningkatkan (kontraksi
dianggap adekuat atau memedai jika terjadi 3kali atau lebih dalam waktu 10menit
dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). Serviks membuka dari 3-10cm,
biasanya dengan kecepatan 1cm atau lebih perjam dan terjadi penurunan bagian
terbawah janin. Dapat dibedakan menjadi 3 fase;

- Akselerasi : pembukaan dari 3cm menjadi 4cm yang membutuhkan waktu 2
-

jam.
Dilatasi maksimal : pembukaan dari 4cm menjadi 9cm dalam waktu 2 jam.
Deselerasi : pembukaan menjadi lambat, dari 9 menjadi 10cm dalam waktu
2jam.

Fase fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi demikian,
akan tetapi pada fase laten, fase aktif deselerasi akan terjadi lebih pendek. Mekanisme
membukanya serviks berbeda antara pada primigravida dengan multigravida. Pada primi
osteum uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan
menipis baru kemudian osteum ekternum serta penipisan dan pendataran terjadi dalam
saat yang sama.
2. Kala II
4

a. Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua dikenal juga sebagai kala pengeluaran. Ada
beberapa tanda dan gejala kala dua persalinan :

 Ibu merasakan keinginan untuk meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
 Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau vagina.
 Perineum terlihat menonjol.
 Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
 Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
b. Diagnosis kala dua persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan dalam
yang menunjukkan:
 Pembukaan serviks telah lengkap.
 Terlihatnya bagian kepala bayi pada intratus vagina.
c. Alur pesalinan kala II secara fisiologis :
Bila sudah tampak tanda pasti persalinan kala II yaitu pembukaan lengkap atau kepala
janin sudah tampak di intratus vagina dan selaput ketuban sudah pecah atau
dipecahkan. Jika didorong untuk mengejan berikan dukungan rasa nyaman member
minum dan memantau denyut jantung janin.
Manufer tangan dan langkah melahirkan bayi :


Melahirkan kepala
Setelah terlihat puncak kepala, tahan perineum dengan tangan tahan menggunakan
kassa steril dan tangan kiri di kepala bayi, tindakan ini akan mengurangi robekan

perineum akibat proses defekasi kepala janin yang terlalu cepat. Setelah kepala
janin keluar dan lahir, segera seluruh kepala lahir, usap bayi dengan mengunakan
kassa steril dan bersihkan cairan dari mulut dan hidung bayi menggunakan kassa



steril segera setelah kepala bayi lahir.
Pemeriksaan tali pusat pada leher
Setelah melahirkan kepala periksa apakah ada lilitan tali pusat yang melilit dileher



bayi.
Melahirkan bahu
Setelah mengusap bersih wajah bayi, tunggu hingga satu kontraksi diawali lokasi
kepala setelah rotasi eksternal, ketika kepala sudah berputar menghadap kearah



salah satu paha, pegang kedua sisi tangan pada masing masing sisi kepala bayi.

Melahirkan sisi tubuh bayi
Setelah bahu belakang dilahirkan, tangan kanan menyangga kepala bayi, leher dan
bagian janin (bagian posterior) dengan posisi ibu jari pada leher atau bagian
bawah leher, dan keempat jari lainnya pada bahu dan dada atau punggung janin
(bila kepala janin menghadap tubuh penolong, keempat jari memegang tangan dan



bahu janin bagian superior saat badan dan tangan lahir).
Memberikan bayi ke ibu
5

Bayi yang basah dan licin ditempatkan diatas perut ibu yang sudah dialasi kain
handuk kering atau underpad, rendahkan kepala bayi ke bawah, segera keringkan


bayi dan tutupi kepala bayi dengan kain bersih dan kering.
Memotong tali pusat
Jepit tali pusat menggunakan klem ±3cm dari pangkal tali pusat, memotong tali
pusat yang panjang dan menyebabkan sumber infeksi lakukan urutan pada tali

pusat ke arah ibu dan pasang klem ke 2 ±2cm dari klem 1, kemudian potong
diantara klem 1 dan 2.

3. Kala III
Kala III persalinan normal dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhirmya dengan lahirnya
plasenta.
a. Fisiologi kala III
Otot uterus berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba tiba
setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan berkurangnya
ukuran tempat implantasi plasenta, karena tempat implantasi menjadi semakin kecil,
sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan menekuk, menebal kemudian
dilepaskan dari dinding uterus. Setelah lepas plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau
bagian atas vagina.
b. Tanda tanda lepasnya plasenta
 Perubahan ukuran dan bentuk uterus.
 Tali pusat memanjang.
 Semburan darah tiba tiba.
c. Fase fase dalam kala III, kala III terdiri dari 2 fase, yaitu:
 Fase pelepasan uri
Cara pelepasan uri ada beberapa cara, antara lain:

- Schultze : lepasnya seperti kita menutup paying, cara ini paling sering terjadi.
Yang lepas duluan adalah bagian tengah lalu terjadi retroplasental hematoma
yang menolak uri mula mula pada bagian tengah kemudian seluruhnya.
-

Menurut cara ini perdarahan tidak ada sebelum uri lahir.
Dun can : lepasnya uri mulai dari pinggir, jadi pinggir uri lahir duluan. Darah
akan mengalir keluar antara selaput ketuban atau serempak dari tengah dan



pinggir plasenta.
Fase pengeluaran uri
- Kustner : dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada atau diatas
simphisis tali pusat ditegakkan maka bila tali pusat masuk artinya belum lepas,
-

bila diam atau maju artinya sudah lepas.
Klein : sewaktu ada HIS, rahim kita dorong, bila tali pusat kembali artinya
belum lepas, diam atau turun artinya sudah lepas.


6

-

Strassman : tegakkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar

artinya belum lepas, jika tidak bergetar maka artinya sudah lepas.
d. Langkah utama manajemen aktif kala III
 Pemberian suntikan atau injeksi oksitosin
Pemberian suntikan oksitosin dilakukan dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir.
Namun perlu diperhatikan dalam pemberian suntikan oksitosin adalah memastikan
tidak ada bayi lain (undiagnated twin) didalam uterus. Mengapa demikian,
oksitosin dapat menyebabkan uterus berkontraksi yang dapat menurunkan
pasokan oksigen bayi.
Suntikan oksitosin dengan dosis 10 unit diberikan secara intramuscular (IM) pada
sepertiga bagian atas paha bagian dalam (aspektus lateralis) tujuan pemberian
suntikan oksitosin dapat menyebabkan uterus berkontraksi dengan kuat dan efektif



sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan darah.
Penegangan tali pusat terkendali
Klem pada tali pusat diletakkan sekitar 5-10cm dari vulva dikarenakan dengan
memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah evulsi tali pusat.
Meletakkan satu tangan diatas simphisis pubis dan tangan yang satu memegang
klem didekat vulva. Tujuannnya agar bisa merasakan uterus berkontraksi saat
plasenta lepas. Segara setelah tanda tanda pelepasan plasenta terlihat dan uterus
mulai berkontraksi tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang
lainnya (pada dinding abdomen) menekan uterus mencegah terjadinya inversion
uteri. Lahirkan plasenta dengan peregangan yang lembut mengikuti kurva alamiah
panggul (posterior kemudian anterior).
Ketika plasenta tampak di intratus vagina, lahirkan plasenta dengan mengangkat
pusat keatas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya, putar plasenta secara



lembut hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu.
Massase fundus uteri
Segera setelah plasenta lahir, lakukan massase fundus uteri dengan tangan kiri
sedangkan tangan kanan memastikan bahwa kotiledon dan selaput plasenta dalam

keadaan lengkap. Periksa sisi meternal dan fetal. Periksa kembali uterus setelah 12 menit untuk memastikan uterus berkontraksi. Evaluasi kontraksi uterus setiap 15
menit selama 1jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama 1 jam
kedua pasca persalinan.

4. Kala IV
Kala IV persalinan normal dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah
melahirkan. Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post
7

partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama setelah melahirkan. Observasi yang
dilakukan, antara lain :





Tingkat kesadaran ibu.
Pemeriksaan TTV (tanda tanda vital: tekanan darah, nadi, RR, suhu)
Kontraksi uterus
Terjadinya perdarahan (normal tidak lebih 400-500cc)

8