BAB II PEMBAHASAN PERIODISASI KEHIDUPAN PALING AWAL DI INDONESIA
BAB II
PEMBAHASAN
PERIODISASI KEHIDUPAN PALING AWAL DI INDONESIA
Prasejarah atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang digunakan
untuk merujuk kepada masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman
prasejarah dapat dikatakan bermula pada saat terbentuknya alam semesta, namun umumnya
digunakan untuk mengacu kepada masa di mana terdapat kehidupan di muka Bumi dimana
manusia mulai hidup.
Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini
menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan,
sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman prasejarah atau
dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban
bangsa tersebut
Berdasarkan hasil-hasil kebudayaan yang ditinggalkan oleh masyarakat di kepulauan
Nusantara sebelum mengenal tulisan, maka kehidupan masyarakat paling awal di Indonesia oleh
para
ahli
di
bagi
menjadi
dua
zaman.
Dua
zaman
tersebut
yaitu:
A. Zaman Batu
• Zaman batu tua ( Paleolithikum)
• Zaman batu madya (Mesolithikum)
• Zaman batu muda ( Neolithikum)
• Zaman batu besar ( Megalithikum)
B. Zaman Logam
• Zaman tembaga
• Zaman perunggu
• Zaman besi
Di Asia Tenggara, termasuk Indonesia tidak mengenal zaman tembaga. Demikian juga
peninggalan zaman besi jumlahnya juga sangat sedikit dan waktunya bersamaan dengan zaman
perunggu sehingga hanya disebut zaman perunggu saja oleh para sejarahwan yang telah
membabagannya.
A. ZAMAN BATU
a. Zaman Batu Tua ( Paleolithikum)
Zaman ini berlangsung kurang lebih 600.000 tahun. Perkembangan kebudayaan pada zaman ini
sangat lambat akibatnya keadaan alam yang masih sangat labil dan liar. Alat-alat yang di
gunakan pada zaman ini masih sangat kasar sebab teknik pembuatannya masih sangat sederhana.
Berdasarkan tempat penemuannya, hasi-hasil kebudayaan zaman batu tua di Indonesia dibagi
menjadi dua, yaitu kebudayaan Ngandong dan kebudayaan Pacitan.
Hasil Kebudayaan
Pacitan
Hasil Kebudayaan
Ngandong
kapak genggam
kapak genggam
kapak perimbas
alat serpih
alat dari tulang
tanduk rusa
alat serpih(flake)
Cara Hidup
Manusia Purba
berburu dan mengumpulkan
makanan (food gathering)
Berpindah-pindah(nomaden)
mengenal api
memelihara hewan
Phitecanthropus
Erectus
Homo Soloensis
Homo Wajakensis
b. Zaman Batu Madya ( Mesolilthikum)
Zaman batu madya ini berlangsung pada kala Holosen. Perkembangan kebudayaan pada zaman
ini berlangsung lebih cepat daripada zaman batu tua. Hai ini disebabkan karena :
1. Keadaan alam sudah tidak liar dan selabil zaman batu tua sehingga dalam waktu kurang lebih
20.000 tahun hingga zaman sekarang.
2. Pendukung zaman ini adalah manusia cerdas (Homo Sapiens)
Alat-alat yang digunakan dari zaman batu tua masih digunakan dan dikembangkan serta
mendapat pengaruh dari Asia Daratan sehingga mempunyai corak tersendiri.
Hasil Kebudayaan
Kapak genggam
Sumatra (pebble culture)
Alat-alat dari tulang
Alat-alat serpih
Kapak pendek
Cara Hidup
Manusia Purba (Suku)
Food gathering tingkat lanjut
Sakai (Siak)
Lukisan dinding gua
bertempat tinggal di gua (Abris Sous
Roche)
menangkap ikan & kerang
(kjokkenmodinger)
Semang (Malaysia)
Atca (Filipina
Aborigin (Australia)
c. Zaman Batu Muda ( Neolithikum)
Perkembangan kebudayaan pada zaman batu muda ini sudah sangat maju daripada zaman-zaman
sebelumnya.
Hal ini disebabkan adanya migrasi secara bergelombang penduduk proto melayu dari Yunnan,
Cina Selatan ke Asia Tenggara, termasuk ke Indonesia. Adanya migrasi ini membawa
kebudayaan kapak persegi. Menurut R. Soekmono, kebudayaan Neolithikum sebagai dasar
kebudayaan Indonesia sekarang.
Alat-alat yang digunakan sudah sangat halus pembuatannya karena mereka sudah mengenal
teknik mengasah dan mengupam.
Hasil Kebudayaan Cara Hidup Pendukung :
- Kapak persegi
- Kapak lonjong
- Kapak bahu
- Gerabah
- Perhiasan (gelang dan manik-manik)
- Alat pemukul kayu
Revolusi Neolitik
Hidup menetap bertempat tinggal di rumah-rumah sederhana
Membentuk perkampungan
Bercocok tanam dan beternak
Menggunakan bahasa Melayu Polinesia (Austronesia)
Indonesia Barat
- Proto Melayu 2000 SM nenek moyang suku bangsa: Nias, Toraja, Sasak, Batak
Indonesia timur
- Papua Melanesid
d. Zaman Batu Besar ( Megalithikum)
Kebudayaan Megalithikum adalah kebudayaan yang utamanya menghasilkan bangunanbangunan monumental yang terbuat dari batu-batu besar dan masif. Bangunan Megalithik ini
digunakan sebagai sarana pemujaan dan penghormatan terhadap arwah nenek moyang.
Kebudayaan ini muncul pada zaman Neolithikum dan berkembang luas pada zaman logam.
Hasil-hasil terpenting dari kebudayaan Megalithikum sebagai berikut:
Menhir adalah tiang atau tugu batu yang terbuat dari batu tunggal dan ditempatkan pada
suatu tempat. Menhir ini biasanya digunakan sebagai sarana pemujaan arwah nenek moyang,
sebagai tempat memperingati seseorang (kepala suku) yang telah meninggal dan sebagai tempat
menampung kedatangan roh. Banyak ditemukan di Pasemah, Sumatra Selatan.
Kubur peti batu adalah peti jenazah yang terpendam di dalam tanah berbentuk persegi
panjang dan sisi-sisinya terbuat dari lempengan-lempengan batu. Banyak ditemukan di
Kuningan,
Jogjakarta
tepatnya
di
Wonosari,
Sumatra
Selatan.
Dolmen adalah meja batu, tempat sesaji. Dolmen berupa meja batu berkaki menhir seperti
yang ditemukan di Pasemah, Sumatra Selatan. Ada pula dolmen yang digunakan sebagai kubur
batu seperti yang ditemukan di Bondowoso dan Merawan, Jawa Timur.
Punden berundak adalah bangunan pemujaan yang bertingkat-tingkat atau berundak-undak.
Kelak akan menjai cikal bakal bentuk candi di Indonesia. Banyak ditemukan di daerah Cisolok,
Sukabumi.
Sarkofagus atau keranda adalah peti jenazah yang berbentuk seperti palung atau lesung tetapi
mempunyai tutup. Sarkofagus banyak ditemukan di Bali dan di Sumbawa Barat.
Arca, arca ini banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur. Arca tersebut menggambarkan manusia dan binatang seperti gajah, harimau, kera,
babi rusa.
Waruga adalah peti jenazah kecil yang berbentuk kubus dan di tutup dengan batu lain yang
berbentuk atap rumah. Ditemukan di Minahasa.
Von Heine Gelder membagi penyebaran kebudayaan Megalithik ke Indonesia menjadi 2
gelombang. Yakni :
Megalithik Tua: menghasilkan menhir, punden berundak, dan arca statis. Menyebar ke
Indonesia pada zaman Neolithikum (2500-1500 SM). Pendukungnya adalah Proto Melayu.
Megalithik Muda: menghasilkan dolmen, kubur peti batu, sarkofagus, waruga, arca.
Menyebar pada zaman perunggu (1000-100SM). Pendukungnya adalah Deutro Melayu.
B. ZAMAN LOGAM
Pada zaman ini penduduk di Nusantara telah mampu mengolah dan melebur logam. Kepandaian
ini diperoleh setelah menerima pengaruh dari kebudayaan Dongson (Vietnam).
a. Hasil-hasil kebudayaan
Hasil-hasil kebudayaan dari zaman logam berupa nekara, kapak corong, candrasa,bejana
perunggu, arca-arca, gerabah dan benda-benda dari besi.
1) Nekara
Nekara adalah gendering besar yang terbuat dari perunggu, berpinggang di bagian tengahnya dan
tertutp di bagian atasnya. Nekara dengan berhiaskan patung katak berfungsi untuk upacara
meminta hujan. Sedangkan nekara yang terdapt lukisan perahu digunakan untuk menghantarkan
jenazah. Banyak ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali, Selayar, Roti, dan Kepulauan Kei.
2) Kapak corong
Kapak corong adalah kapak yang bagian atasnya berbentuk corong yang berguna untuk
memasukkan tangkai kayu. Banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Selayar dan dekat danau Sentani, Papua.
3) Candrasa
Candrasa adalah kapak corong yang satu sisinya memanjang. Candrasa ini biasanya digunakan
sebagai tanda kebesaran dan alat upacara saja. Banyak ditemukan di Yogyakarta dan Roti.
4) Bejana Perunggu
Bejana perunggu berbentuk bulat panjang, ditemukan di Sumatra dan Madura.
5) Arca-arca perunggu
Arca-arca dari zaman perunggu ini berupa arca manusia dan binatang. Arca-arca tersebut
ditemukan di Bangkinang (Riau) dan di Limbangan (Bogor)
6) Gerabah
Pada zaman logam telah mencapai tingkat yang lebih maju dengan macam-macam hiasan.
Gerabah sering digunakan untuk menyimpan hasil panen dan keperluan rumah tangga. Gerabah
di temukan di Gilimanuk (Bali), Leuwiliang (Bogor), Anyer (Jawa Barat), dan Kalumpang
(Sulawesi Selatan
7) Benda-benda besi
Penemuan benda-benda besi berbeda dengan benda perunggu lainnya. Jumlah benda ini sangat
terbatas. Seringkali benda-benda besi di temukan sebagai bekal kubur. Benda-benda besi yang
ditemukan tersebut berupa: mata kapak, pisau, sabit, pedang, gelang-gelang besi, mata tombak,
dan sebagainya. Ditemukan di Besuki (Jawa Timur)
b. Teknologi
Benda-benda perunggu yang ditemukan dari zaman logam dibuat dengan menggunakan 2 teknik,
yaitu:
Teknik Bivalve (Setangkup)
Teknik ini menggunakan 2 cetakkan yang dirapatkan. Cetakan terbuat dari tanah liat yang
dikeringkan,dibakar, dan diberi lubang yang berfungsi untuk memasukkan cairan logam. Setelah
cairan logam dingin, cetakkan dibuka. Cetakan ini dapat dipergunakan berkali-kali.
Teknik A cire Perdue (Cetakan lilin)
Teknik ini diawali dengan membuat bentuk benda logam dari lilin yang berisi tahah liat sebagai
intinya. Setelah itu diberi lubang dan dijemur agar mengeras kemudian dibakar. Masukkan cairan
logam tunggu hingga dingin. Cara mengeluarkannya dipecah. Sehingga cetakan tadi hanya bisa
dipakai satu kali saja.
Hasil kebudayaan Cara hidup Pendukung
Kapak corong
Candrasa
Nekara
Bejana perunggu
Arca-arca perunggu
Gerabah
Hidup menetap diperkampungan
Benda-benda besi
Berladang
Ada pembagian kerja
Menguasai ilmu perbintangan
Pelayaran
Perdagangan
Pertanian
Deutro Melayu 500 SM. Keturunannya: Suku Jawa, Suku Bali, Suku Bugis, Suku Madura
Menguasai pelayaran dengan perahu bercadik
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kebudayaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, karena
semua hasil dari pemikiran manusia adalah budaya. Oleh karena itu, kebudayaan Indonesia telah
lahir sejak manusia pertama ada di Indonesia. Sejak zaman presejarah sampai saat ini,
kebudayaan yang dihasilkan manusia semakin berkembang. Hal ini berjalan sesuai dengan
perkembangan berfikir manusia pada zaman tersebut. Hasil kebuyaan zaman presejarah jauh
lebih kuno jika dibandingkan dengan hasil kebudayaan zaman sejarah maupun zaman sekarang.
Hasil kebudayaan antara satu daerah dengan daerah yang lain juga memiliki perbedaan, karena
hasil kebudayaan dipengaruhi oleh lingkungan. Kebudayaan yang tercipta ini merupakan buah
dari proses adaptasi manusia dengan lingkungan sekitarnya.
Begitu eratnya keberadaan kebudayaan dengan hidup kita, maka kita perlu memahami
kebudayaan yang telah lahir sejak awal kehidupan manusia. Dengan makalah ini diharapkan
mampu membuat kita lebih memahami arti dan keberadaan hasil kebudayaan baik itu dari zaman
prasejarah maupun dari masa sekarang ini.
B.
RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana bentuk kehidupan manusia pada zaman prasejarah?
b. Apa sajakah bentuk kebudayaan yang terlahir pada setiap babakan zaman?
C.
TUJUAN
1. Mengetahui babakan kehidupan pada zaman prasejarah
2. Memahami bentuk kehidupan di setiap babakan zaman
3. Mengenali hasil kebudayaan di setiap babakan zaman
PEMBAHASAN
PERIODISASI KEHIDUPAN PALING AWAL DI INDONESIA
Prasejarah atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang digunakan
untuk merujuk kepada masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman
prasejarah dapat dikatakan bermula pada saat terbentuknya alam semesta, namun umumnya
digunakan untuk mengacu kepada masa di mana terdapat kehidupan di muka Bumi dimana
manusia mulai hidup.
Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini
menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan,
sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman prasejarah atau
dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban
bangsa tersebut
Berdasarkan hasil-hasil kebudayaan yang ditinggalkan oleh masyarakat di kepulauan
Nusantara sebelum mengenal tulisan, maka kehidupan masyarakat paling awal di Indonesia oleh
para
ahli
di
bagi
menjadi
dua
zaman.
Dua
zaman
tersebut
yaitu:
A. Zaman Batu
• Zaman batu tua ( Paleolithikum)
• Zaman batu madya (Mesolithikum)
• Zaman batu muda ( Neolithikum)
• Zaman batu besar ( Megalithikum)
B. Zaman Logam
• Zaman tembaga
• Zaman perunggu
• Zaman besi
Di Asia Tenggara, termasuk Indonesia tidak mengenal zaman tembaga. Demikian juga
peninggalan zaman besi jumlahnya juga sangat sedikit dan waktunya bersamaan dengan zaman
perunggu sehingga hanya disebut zaman perunggu saja oleh para sejarahwan yang telah
membabagannya.
A. ZAMAN BATU
a. Zaman Batu Tua ( Paleolithikum)
Zaman ini berlangsung kurang lebih 600.000 tahun. Perkembangan kebudayaan pada zaman ini
sangat lambat akibatnya keadaan alam yang masih sangat labil dan liar. Alat-alat yang di
gunakan pada zaman ini masih sangat kasar sebab teknik pembuatannya masih sangat sederhana.
Berdasarkan tempat penemuannya, hasi-hasil kebudayaan zaman batu tua di Indonesia dibagi
menjadi dua, yaitu kebudayaan Ngandong dan kebudayaan Pacitan.
Hasil Kebudayaan
Pacitan
Hasil Kebudayaan
Ngandong
kapak genggam
kapak genggam
kapak perimbas
alat serpih
alat dari tulang
tanduk rusa
alat serpih(flake)
Cara Hidup
Manusia Purba
berburu dan mengumpulkan
makanan (food gathering)
Berpindah-pindah(nomaden)
mengenal api
memelihara hewan
Phitecanthropus
Erectus
Homo Soloensis
Homo Wajakensis
b. Zaman Batu Madya ( Mesolilthikum)
Zaman batu madya ini berlangsung pada kala Holosen. Perkembangan kebudayaan pada zaman
ini berlangsung lebih cepat daripada zaman batu tua. Hai ini disebabkan karena :
1. Keadaan alam sudah tidak liar dan selabil zaman batu tua sehingga dalam waktu kurang lebih
20.000 tahun hingga zaman sekarang.
2. Pendukung zaman ini adalah manusia cerdas (Homo Sapiens)
Alat-alat yang digunakan dari zaman batu tua masih digunakan dan dikembangkan serta
mendapat pengaruh dari Asia Daratan sehingga mempunyai corak tersendiri.
Hasil Kebudayaan
Kapak genggam
Sumatra (pebble culture)
Alat-alat dari tulang
Alat-alat serpih
Kapak pendek
Cara Hidup
Manusia Purba (Suku)
Food gathering tingkat lanjut
Sakai (Siak)
Lukisan dinding gua
bertempat tinggal di gua (Abris Sous
Roche)
menangkap ikan & kerang
(kjokkenmodinger)
Semang (Malaysia)
Atca (Filipina
Aborigin (Australia)
c. Zaman Batu Muda ( Neolithikum)
Perkembangan kebudayaan pada zaman batu muda ini sudah sangat maju daripada zaman-zaman
sebelumnya.
Hal ini disebabkan adanya migrasi secara bergelombang penduduk proto melayu dari Yunnan,
Cina Selatan ke Asia Tenggara, termasuk ke Indonesia. Adanya migrasi ini membawa
kebudayaan kapak persegi. Menurut R. Soekmono, kebudayaan Neolithikum sebagai dasar
kebudayaan Indonesia sekarang.
Alat-alat yang digunakan sudah sangat halus pembuatannya karena mereka sudah mengenal
teknik mengasah dan mengupam.
Hasil Kebudayaan Cara Hidup Pendukung :
- Kapak persegi
- Kapak lonjong
- Kapak bahu
- Gerabah
- Perhiasan (gelang dan manik-manik)
- Alat pemukul kayu
Revolusi Neolitik
Hidup menetap bertempat tinggal di rumah-rumah sederhana
Membentuk perkampungan
Bercocok tanam dan beternak
Menggunakan bahasa Melayu Polinesia (Austronesia)
Indonesia Barat
- Proto Melayu 2000 SM nenek moyang suku bangsa: Nias, Toraja, Sasak, Batak
Indonesia timur
- Papua Melanesid
d. Zaman Batu Besar ( Megalithikum)
Kebudayaan Megalithikum adalah kebudayaan yang utamanya menghasilkan bangunanbangunan monumental yang terbuat dari batu-batu besar dan masif. Bangunan Megalithik ini
digunakan sebagai sarana pemujaan dan penghormatan terhadap arwah nenek moyang.
Kebudayaan ini muncul pada zaman Neolithikum dan berkembang luas pada zaman logam.
Hasil-hasil terpenting dari kebudayaan Megalithikum sebagai berikut:
Menhir adalah tiang atau tugu batu yang terbuat dari batu tunggal dan ditempatkan pada
suatu tempat. Menhir ini biasanya digunakan sebagai sarana pemujaan arwah nenek moyang,
sebagai tempat memperingati seseorang (kepala suku) yang telah meninggal dan sebagai tempat
menampung kedatangan roh. Banyak ditemukan di Pasemah, Sumatra Selatan.
Kubur peti batu adalah peti jenazah yang terpendam di dalam tanah berbentuk persegi
panjang dan sisi-sisinya terbuat dari lempengan-lempengan batu. Banyak ditemukan di
Kuningan,
Jogjakarta
tepatnya
di
Wonosari,
Sumatra
Selatan.
Dolmen adalah meja batu, tempat sesaji. Dolmen berupa meja batu berkaki menhir seperti
yang ditemukan di Pasemah, Sumatra Selatan. Ada pula dolmen yang digunakan sebagai kubur
batu seperti yang ditemukan di Bondowoso dan Merawan, Jawa Timur.
Punden berundak adalah bangunan pemujaan yang bertingkat-tingkat atau berundak-undak.
Kelak akan menjai cikal bakal bentuk candi di Indonesia. Banyak ditemukan di daerah Cisolok,
Sukabumi.
Sarkofagus atau keranda adalah peti jenazah yang berbentuk seperti palung atau lesung tetapi
mempunyai tutup. Sarkofagus banyak ditemukan di Bali dan di Sumbawa Barat.
Arca, arca ini banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur. Arca tersebut menggambarkan manusia dan binatang seperti gajah, harimau, kera,
babi rusa.
Waruga adalah peti jenazah kecil yang berbentuk kubus dan di tutup dengan batu lain yang
berbentuk atap rumah. Ditemukan di Minahasa.
Von Heine Gelder membagi penyebaran kebudayaan Megalithik ke Indonesia menjadi 2
gelombang. Yakni :
Megalithik Tua: menghasilkan menhir, punden berundak, dan arca statis. Menyebar ke
Indonesia pada zaman Neolithikum (2500-1500 SM). Pendukungnya adalah Proto Melayu.
Megalithik Muda: menghasilkan dolmen, kubur peti batu, sarkofagus, waruga, arca.
Menyebar pada zaman perunggu (1000-100SM). Pendukungnya adalah Deutro Melayu.
B. ZAMAN LOGAM
Pada zaman ini penduduk di Nusantara telah mampu mengolah dan melebur logam. Kepandaian
ini diperoleh setelah menerima pengaruh dari kebudayaan Dongson (Vietnam).
a. Hasil-hasil kebudayaan
Hasil-hasil kebudayaan dari zaman logam berupa nekara, kapak corong, candrasa,bejana
perunggu, arca-arca, gerabah dan benda-benda dari besi.
1) Nekara
Nekara adalah gendering besar yang terbuat dari perunggu, berpinggang di bagian tengahnya dan
tertutp di bagian atasnya. Nekara dengan berhiaskan patung katak berfungsi untuk upacara
meminta hujan. Sedangkan nekara yang terdapt lukisan perahu digunakan untuk menghantarkan
jenazah. Banyak ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali, Selayar, Roti, dan Kepulauan Kei.
2) Kapak corong
Kapak corong adalah kapak yang bagian atasnya berbentuk corong yang berguna untuk
memasukkan tangkai kayu. Banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Selayar dan dekat danau Sentani, Papua.
3) Candrasa
Candrasa adalah kapak corong yang satu sisinya memanjang. Candrasa ini biasanya digunakan
sebagai tanda kebesaran dan alat upacara saja. Banyak ditemukan di Yogyakarta dan Roti.
4) Bejana Perunggu
Bejana perunggu berbentuk bulat panjang, ditemukan di Sumatra dan Madura.
5) Arca-arca perunggu
Arca-arca dari zaman perunggu ini berupa arca manusia dan binatang. Arca-arca tersebut
ditemukan di Bangkinang (Riau) dan di Limbangan (Bogor)
6) Gerabah
Pada zaman logam telah mencapai tingkat yang lebih maju dengan macam-macam hiasan.
Gerabah sering digunakan untuk menyimpan hasil panen dan keperluan rumah tangga. Gerabah
di temukan di Gilimanuk (Bali), Leuwiliang (Bogor), Anyer (Jawa Barat), dan Kalumpang
(Sulawesi Selatan
7) Benda-benda besi
Penemuan benda-benda besi berbeda dengan benda perunggu lainnya. Jumlah benda ini sangat
terbatas. Seringkali benda-benda besi di temukan sebagai bekal kubur. Benda-benda besi yang
ditemukan tersebut berupa: mata kapak, pisau, sabit, pedang, gelang-gelang besi, mata tombak,
dan sebagainya. Ditemukan di Besuki (Jawa Timur)
b. Teknologi
Benda-benda perunggu yang ditemukan dari zaman logam dibuat dengan menggunakan 2 teknik,
yaitu:
Teknik Bivalve (Setangkup)
Teknik ini menggunakan 2 cetakkan yang dirapatkan. Cetakan terbuat dari tanah liat yang
dikeringkan,dibakar, dan diberi lubang yang berfungsi untuk memasukkan cairan logam. Setelah
cairan logam dingin, cetakkan dibuka. Cetakan ini dapat dipergunakan berkali-kali.
Teknik A cire Perdue (Cetakan lilin)
Teknik ini diawali dengan membuat bentuk benda logam dari lilin yang berisi tahah liat sebagai
intinya. Setelah itu diberi lubang dan dijemur agar mengeras kemudian dibakar. Masukkan cairan
logam tunggu hingga dingin. Cara mengeluarkannya dipecah. Sehingga cetakan tadi hanya bisa
dipakai satu kali saja.
Hasil kebudayaan Cara hidup Pendukung
Kapak corong
Candrasa
Nekara
Bejana perunggu
Arca-arca perunggu
Gerabah
Hidup menetap diperkampungan
Benda-benda besi
Berladang
Ada pembagian kerja
Menguasai ilmu perbintangan
Pelayaran
Perdagangan
Pertanian
Deutro Melayu 500 SM. Keturunannya: Suku Jawa, Suku Bali, Suku Bugis, Suku Madura
Menguasai pelayaran dengan perahu bercadik
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kebudayaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, karena
semua hasil dari pemikiran manusia adalah budaya. Oleh karena itu, kebudayaan Indonesia telah
lahir sejak manusia pertama ada di Indonesia. Sejak zaman presejarah sampai saat ini,
kebudayaan yang dihasilkan manusia semakin berkembang. Hal ini berjalan sesuai dengan
perkembangan berfikir manusia pada zaman tersebut. Hasil kebuyaan zaman presejarah jauh
lebih kuno jika dibandingkan dengan hasil kebudayaan zaman sejarah maupun zaman sekarang.
Hasil kebudayaan antara satu daerah dengan daerah yang lain juga memiliki perbedaan, karena
hasil kebudayaan dipengaruhi oleh lingkungan. Kebudayaan yang tercipta ini merupakan buah
dari proses adaptasi manusia dengan lingkungan sekitarnya.
Begitu eratnya keberadaan kebudayaan dengan hidup kita, maka kita perlu memahami
kebudayaan yang telah lahir sejak awal kehidupan manusia. Dengan makalah ini diharapkan
mampu membuat kita lebih memahami arti dan keberadaan hasil kebudayaan baik itu dari zaman
prasejarah maupun dari masa sekarang ini.
B.
RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana bentuk kehidupan manusia pada zaman prasejarah?
b. Apa sajakah bentuk kebudayaan yang terlahir pada setiap babakan zaman?
C.
TUJUAN
1. Mengetahui babakan kehidupan pada zaman prasejarah
2. Memahami bentuk kehidupan di setiap babakan zaman
3. Mengenali hasil kebudayaan di setiap babakan zaman