Akomodasi Jamaah Haji POTRET PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI
24
Jumlah jamaah haji dari seluruh dunia yang berjumlah antara dua juta sampai tiga juta orang setiap tahunnya, menyebabkan problematika penyediaan pemondokan bagi jamaah haji di
Arab Saudi, terlebih menyangkut kualitas dan jarak tempuh pemondokan dengan Masjidil Haram atau Masjid Nabawi. Pemondokan di Arab Saudi diatur sesuai dengan ketentuan
Pemerintah Arab Saudi Ta’limatul Hajj. Mulai tahun 1991 sistem penyewaan dilakukan langsung, yaitu para pemilik rumah atau wakil syar’i berhubungan langsung dengan pihak
penyewa. Sedangkan posisi pemerintah hanyalah bersifat mengawasi dan mengontrol proses transaksi melalui lembaga khusus yang disebut Muassasah Asia Tenggara. Penetapan sistem
dan prosedur tersebut dimaksudkan agar Pemerintah Arab Saudi mendapatkan informasi tentang data perumahan atau pemondokan yang ingin disewakan pada musim haji ke pihak
Muassasah sesuai dengan spesifikasi keinginannya.
Penyewaan pemondokan bagi jamaah haji Indonesia di Arab Saudi selama kurang lebih 15 tahun terakhir sepenuhnya dilakukan langsung oleh pemerintah. Prosedur penyewaan rumah di
Arab Saudi dimulai dengan pembicaraan antara Misi Haji Indonesia yaitu Tim Khusus perumahan yang dibentuk Departemen Agama untuk berkonsentrasi menangani permasalahan
akomodasi di Arab Saudi dengan Menteri Haji Arab Saudi yang hasilnya dituangkan dalam nota kesepakatan yang mengikat antara lain terkait dengan jumlah jamaah, kesiapan angkutan
dan penyediaan pemondokan. Persyaratan pokok yang menunjukkan bahwa rumah tersebut telah layak untuk disewakan adalah rumah tersebut sudah mendapatkan ijin dari instansi yang
berwenang mengeluarkan perijinan di Arab Saudi. Setelah seluruh persyaratan terpenuhi, dilakukan proses tender guna menyeleksi kriteria
kualitas pemondokan yang sesuai dengan standar yang dikehendaki. Dari hasil seleksi tersebut, keluarlah pemenang dengan biaya terjangkau sesuai persyaratan administrasi dan persyaratan
teknis. Selanjutnya status rumah yang telah melalui seleksi dimaksud, ditingkatkan statusnya menjadi ’siap dan layak sewa’ melalui pengajuan perjanjian kontrak yang resmi. Sesuai dengan
prosedur yang berlaku, pada setiap akhir musim haji, BPK melakukan pemeriksaan detail dan pengecekan langsung di lapangan tentang proses pengeluaran keuangan, dan kelengkapan
setiap dokumen lelang penyewaan rumah.