Transportasi Angkutan Udara Pemberdayaan Pelaku Usaha Nasional

33 kualitas pelayanan yang terbaik dengan harga yang rasional. Dengan kebijakan penyelenggaraan haji dimana tarif haji tetap menjadi kewenangan Pemerintah, maka mekanisme pembentukan besaran tarif dimaksud idealnya melalui mekanisme competition for the market dengan membuka akses pasar yang tidak diskriminatif.Apabila pada akhirnya perusahaan BUMN yang kemudian berhasil memenangkan kompetisi, maka hal tersebut dapat setidaknya akan menjadi pemicu bagi perusahaan penerbangan nasional lainnya untuk memperbaiki manejemen usahanya sehinga dapat lebih efisien lagi untuk dapat memenangkan kompetisi.

2. Penyediaan Akomodasi dan Konsumsi katering

Fasilitas pemondokan yang sehat, nyaman dan aman serta tidak jauh dari pusat- pusat peribadatan haji menjadi kondisi yang ideal diidamkan oleh setiap jamaah haji. Mekanisme penentuan tempat-tempat pemondokan selama ini, memang telah dilakukan melalui mekanisme tender yang dilakukan di Arab Saudi. Terdapat ketentuan yang mengikat dari Pemerintah Arab Saudi, dalam hal penyewaan pemondokan ini. Namun, keterikatan ketentuan tersebut lebih ditekankan pada fungsi perlindungan kepada jamaah haji itu sendiri, bukan pada model ataupun mekanisme yang harus dijalankan oleh Pemerintah dalam menentukan siapakah pihak yang berhak menyediakan fasilitas pemondokan bagi jamaah haji. Kebijakan yang dapat dijalankan oleh Pemerintah Indonesia dalam menentukan siapakah pihak yang berhak menyediakan fasilitas pemondokan bagi jamaah haji Indonesia pada dasarnya dapat dimodifikasi karena tetap menjadi kewenangan Pemerintah Indonesia. Penyempurnaan dan pembenahan mekanisme pemenuhan kebutuhan akomodasi jamaah haji sudah seharusnya dilakukan. Demikian juga halnya dalam hal pemenuhan kebutuhan konsumsi dengan sistem katering untuk jamaah haji. Pendekatan G to G yang selama ini dilakukan Pemerintah menjadi prakondisi yang baik untuk dijadikan kerangka dasar pengembangan kelompok kerjasama ekonomi yang bersifat strategis diantara para swasta nasional dengan para swasta arab saudi di bidang jasa akomodasi dan katering. Hal ini merupakan terobosan kebijakan untuk mendorong terjadinya perluasan skala ekonomi sebagai insentif ekonomis yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku pasar. Terbangunnya kerjasama strategis yang saling menguntungkan akan mendorong terjadinya perbaikan kualitas pelayanan serta memberikan akses yang lebih terbuka bagi Pemerintah Indonesia untuk menerapkan punishment atas buruknya pelayanan swasta. Mekanisme competition for the market tetap menjadi instrument untuk menentukan kelompok usaha kerjasama swasta nasional-arab saudi yang terbaik dengan kualitas pelayanan terbaik dan harga yang kompetitif dan rasional . 34

3.2.3 Organisasi Penyelenggaraan Ibadah Haji

Perangkapan peran Pemerintah sebagai Regulator dan Operator, berimbas pada kualitas pelayanan yang tidak maksimal karena potensi distorsi yang tinggi. Hubungan antara Regulator-Operator maupun Pengawas-Operator bersifat vertical. Secara ideal hubungan antar fungsi vertical tidak akan efektif dalam upaya efisiensi apabila dirangkap oleh satu institusi. Hubungan rangkap antar fungsi vertikal menyulitkan pengawasan dan penerapan mekanisme reward and punishment. Berdasarkan pengalaman penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia selama ini, Departemen Agama tidak perhah mendapatkan sangsi ataupun ’hukuman’ atas terus terulangnya berbagai permasalahan di dalam penyelenggaraan ibadah haji. Bentuk distorsi akibat dari perangkapan fungsi regulator dan operator dapat digambarkan beberapa fakta yang didapatkan tim di lapangan. Misalnya terkait dengan mengenai praktek-praktek pengadaan katering di embarkasi-embarkasi haji. Berdasarkan informasi sebagaimana dinyatakan oleh Asosiasi Jasa Boga Sulawesi Selatan, bahwa penyelenggaraan tender hanyalah bersifat formalitas belaka. Sudah bertahun-tahun, pemenang tender penyediaan katering untuk embarkasi Makassar selalu bergantian diantara dua perusahaan, yang tidak lain karena salah satunya memiliki hubungan kedekatan dengan salah satu mantan Gubernur Sulsel, sedangkan satu lainnya merupakan bisnis dari pejabat Departemen Agama setempat. Di kota yang lain, Surabaya, tender pengadaan katering jamaah haji diprotes akibat pengumuman tender yang dicantumkan di harian Media Indonesia -yang kebetulan bukan merupakan harian yang sering dibaca di Jawa Timur- sehingga menyebabkan minimnya informasi dan keikutsertaan pelaku usaha katering di Jawa Timur. Distorsi serupa juga terjadi dalam mekanisme pengadaan jasa pengangkutan jamaah haji atau transportasi dari daerah asal ke embarkasi. Bahkan untuk kegiatan pengadaan jasa transportasi ini, diakui oleh ORGANDA tidak secara transparan dipublikasikan oleh Pemerintah Daerah sebagai koordinator penyelenggara ibadah haji di tingkat daerah. Unsur kedekatan merupakan faktor dominan dalam penentuan pihak yang berhak untuk menyelenggarakan jasa transportasi jamaah haji dari daerah asal ke embarkasi. Fasilitasi mekanisme yang fair dalam penentuan pihak yang berhak untuk menjadi penyedia katering di embarkasi merupakan pemicu bagi tumbuh dan berkembangnya usaha kecil katering yang berada di daerah bersangkutan. Guna menjamin adanya mekanisme yang transparan dan adil, maka setidaknya perlu juga dieksplisitkan di dalam ketentuan Undang-Undang, sehingga perbaikan beberapa pasal sebagaimana terdapat di dalam RUU perubahan UU No.171999 tentang Penyelenggaraan Haji dapat diperbaiki sebagai berikut: