8 24. Kebijakan pemantapan sistem pengawasan bank akan dicapai diantaranya
dengan penyempurnaan dan penguatan metode dan praktek pengawasan berbasis risiko, penguatan ketentuan operasional pengawasan bank,
penyempurnaan ketentuan uji kelayakan dan kepatutan, dan peningkatan kerjasama dengan otoritas pengawas lembaga keuangan non-bank baik di dalam
maupun di luar negeri. 25. Kebijakan penataan kembali tingkat kompetisi di industri perbankan Indonesia
akan dilakukan dengan memantapkan kembali stuktur perbankan yang menyelaraskan skala usaha dengan kebutuhan permodalan, guna mempertinggi
kemampuan menyerap risiko usaha. Selain itu Bank Indonesia akan memperbaiki ketentuan yang mencakup antara lain mengenai merjer,
konsolidasi, sumber dana akuisisi bank, persyaratan badan yang dapat mengakuisisi bank, peran pemilik perorangankeluarga, serta persyaratan
pengembangan usaha. 26. Kebijakan
pendalaman pasar keuangan
diarahkan untuk
mendorong pengembangan produk-produk keuangan yang sekaligus dapat digunakan bank
sebagai alternatif penyaluran dan penempatan dana secara produktif bagi sektor riel khususnya pembiayaan infrastruktur. Dengan demikian diharapkan pasar
uang menjadi lebih likuid dan bank tidak terlalu bergantung terhadap pendapatan dari penempatan pada instrumen BI.
27. Kedua, peningkatan intermediasi perbankan melalui penyempurnaan peraturan
dan penyediaan infrastruktur pendukung. Peraturan yang akan disempurnakan diantaranya meliputi giro wajib minimum GWM, optimalisasi dan efisiensi
kegiatan operasional bank, kemudahan persyaratan kegiatan devisa yang dapat mendorong pemberian kredit. BI juga akan mendorong terbentuknya institusi
9 yang memiliki fungsi menyediakan basis data kredit per sektor dan per daerah,
guna memudahkan bank dalam mengukur risiko.
28. Ketiga, peningkatan peran perbankan syariah terhadap perekonomian nasional
dan penguatan ketahanannya. Kebijakan untuk perbankan syariah ini akan ditempuh diantaranya dengan meningkatkan insentif untuk mendorong
peningkatan modal, memfasilitasi pengembangan unit usaha syariah dan anak perusahaannya, serta memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan SDM perbankan
syariah yang kompeten.
29. Keempat, peningkatan peran Bank Perkreditan Rakyat dalam pembiayaan
keuangan mikro dan penguatan ketahanannya. Kebijakan ini akan ditempuh diantaranya dengan, memberikan insentif untuk mendorong peningkatan modal,
dan memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan SDM BPR yang kompeten, serta mempertegas posisi BPR sebagai community bank.
Hadirin sekalian yang saya hormati,
30. Saya ingin kemukakan, bahwa kesehatan, efisiensi dan intermediasi optimal dari sektor perbankan merupakan kata-kata kunci. Kesehatan perbankan dipastikan
dengan berbagai sistem pengawasan yang telah diuraikan sebelumnya, sementara efisiensi yang menghasilkan intermediasi yang optimal dicapai
dengan sebisa mungkin mengadopsi berbagai skema insentif dan disinsentif yang digulirkan.
31. Untuk memaksimumkan efisiensi perbankan, Bank Indonesia akan melakukan benchmarking terhadap biaya dana untuk kredit, biaya overhead, premi risiko
dan margin keuntungan. Dengan demikian bank dapat mencari area-area yang dapat ditingkatkan efisiensinya guna mendorong penetapan suku bunga kredit
10 yang lebih wajar. Ini semua dilakukan dengan tetap mengedepankan prinsip-
prinsip kewajaran pasar. 32. Di lain pihak, efisiensi industri perbankan juga akan ditingkatkan dengan
melakukan pendalaman pasar keuangan. Misalnya dengan bekerja sama dengan sejumlah instansi lain untuk mengkaji dan mendorong instrumen pasar uang
jangka pendek yang dapat menjadi kompetitor dari kredit jangka pendek perbankan. Kita dapat berharap bahwa dengan demikian, pasar keuangan kita
perbankan maupun non-perbankan akan lebih adil dan efisien, sehingga secara keseluruhan akan lebih menguntungkan perekonomian.
Hadirin sekalian yang saya hormati,
33. Pasca krisis global, kebutuhan akan adanya regulator sistemik yang mengawasi kesehatan dan stabilitas keseluruhan sistem keuangan semakin mengemuka.
Peran institusi ini mencakup pengumpulan, analisis dan pelaporan informasi terkait interaksi signifikan di pasar dan risiko yang ada di antara lembaga
keuangan; meneliti apakah ada lembaga keuangan yang menyebabkan sistem keuangan terekspos risiko sistemik; merancang dan mengimplementasikan
aturan; serta melakukan koordinasi dengan lembaga regulator lainnya, termasuk otoritas fiskal, dalam mengelola krisis-krisis sistemik yang mungkin timbul.
34. Ada tiga alasan mengapa bank sentral dapat berperan sebagai regulator
sistemik. Pertama, bank sentral memiliki hubungan jual-beli sehari-hari dengan
pelaku pasar sebagai bagian dari fungsi utamanya mengimplementasikan kebijakan moneter, sehingga tidak ada lembaga lain yang memiliki pengetahuan
dan akses sejenis ke aliran utama sistem keuangan.
35. Kedua, tanggung jawab untuk mempertahankan stabilitas ekonomi makro sangat