107
Bab 4 Kehidupan Awal Masyarakat Purba di Indonesia
Barat Daya kota Peking. Hasil penemuan menunjukkan ada- nya persamaan-persamaan dengan Pithecanthropus Erectus
b. Homo Africanus Homo Rhodesiensis
Ditemukan oleh Raymond Dart dan Robert Brom pada tahun 1924 di goa Broken Hill, Rhodesia Zimbabwe.
c. Australopithecus Africanus
Ditemukan oleh Raymond Dart pada tahun 1924 di Taung, dekat Vryburg, Afrika Selatan.
d. Homo Heidelbergensis
Ditemukan oleh Dr. Schoetensack di desa Mauer dekat kota Heidelberg Jerman.
e. Homo Neanderthalensis
Ditemukan oleh Rudolf Virchow dan Dr. Fulrott di lem- bah Sungai Neander, dekat Dusseldorf, Jerman tahun 1956.
Ciri −ciri manusia purba ini mendekati ciri−ciri Homo Wa-
jakensis.
f. Homo Cro Magnon Ras Cro - Magnon
Ditemukan oleh Lartet di gua Cro Magnon dekat Lez Eyzies, sebelah Barat Daya Perancis tahun 1868.
Gambar 4.15 Fosil tengkorak Homo Erectus wanita di Beijing,
Cina.
Sumber:Encarta 2005.
C. KEHIDUPAN SOSIAL, EKONOMI, RELIGI, DAN BUDAYA MASYARAKAT PURBA DI INDONESIA
KEGIATAN 4.2
Carilah pada koran, majalah atau internet, artikel atau berita yang membahas tentang penemuan fosil atau artefak masa purba. Temuan tersebut boleh berasal dari Indonesia atau pun luar negeri.
Gunting atau fotokopilah artikel tersebut, lalu kumpulkan kepada guru
Manusia purba, pada awalnya hidup sangat sederhana. Mereka hidup bergantung pada pemberian alam sekitar. Ketika itu mereka
belum menghasilkan budaya, dalam bentuk apapun. Mereka hidup secara berkelompok dan sering berperang melawan kelompok
suku lain. Lalu, seiring perkembangan zaman manusia purba mulai berkreasi menciptakan benda-benda yang dapat membantu
dalam mempertahankan hidup mereka. Mereka mulai mengum- pulkan makanan dan memperhalus perkakas-perkakas dari batu.
Untuk selanjutnya, mereka mulai memproduksi makanan sendiri dan mengembangkan budaya dalam level sederhana.
1. Kehidupan Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Dalam masa prasejarah Indonesia, corak kehidupan dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan food gathering dibagi
menjadi dua masa, yaitu masa berburu dan mengumpulkan atau
Kata Kunci
Berburu, berkelompok, gua-gua, alat yang dihasilkan, kepercaya-
an, animisme, dinamisme.
108
Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X
meramu makanan tingkat sederhana serta masa berburu dan men- gumpulkan makanan tingkat lanjut. Pada masa tingkat sederhana
manusia hidup secara berkelompok. Kelompok laki-laki melaku- kan perburuan, sedangkan kelompok perempuan mengumpulkan
dan meramu makanan. Perburuan dilakukan dengan alat-alat yang masih sangat sederhana.
a. Keadaan Lingkungan
Pada awalnya manusia purba hidup di padang terbuka. Alam sekitarnya merupakan tempat mereka mencari makanan. Mereka
menyesuaikan diri terhadap alam sekitar untuk dapat memperta- hankan hidup. Manusia purba yang hidup di daerah hutan dapat
menghindarkan diri dari bahaya serangan binatang buas, terik ma- tahari dan hujan. Mereka hidup berkelompok, tinggal di gua-gua
atau membuat tempat tinggal di atas pohon besar. Manusia yang tinggal di gua-gua dikenal sebagai cavemen orang gua. Dengan
demikian, mereka sangat bergantung pada kebaikan alam; mereka cenderung pasif terhadap keadaan.
Kehidupan di dalam gua-gua pada masa ini menghasilkan lukisan-lukisan pada dinding-dinding gua yang kemungkinan
besar menggambarkan kehidupan sosial-ekonomi mereka. Lukisan-lukisan pada dinding gua lain berupa cap tangan, babi
dan rusa dengan panah dibagian jantungnya, gambar binatang melata, dan gambar perahu. Lukisan dinding gua antara lain
ditemukan di Sulawesi Selatan, Irian Jaya, Kepulauan Kei, dan Pulau Seram.
b. Kehidupan Sosial
Kondisi alam sangat berpengaruh terhadap sifat dan fisik mak- hluk hidup tanpa kecuali manusia. Pola kehidupan manusia yang
primitif sangat menggantungkan hidupnya pada ketersediaan alam, di mana daerah-daerah yang didiami harus cukup untuk
memenuhi kebutuhannya, untuk kelangsungan hidup terutama di daerah yang cukup persediaan air. Temuan artefak pada Zaman
Palaeolitikum menunjukkan bahwa manusia Pithecanthropus sudah mengenal perburuan dan menangkap hewan dengan cara
yang sederhana.
Hewan yang menjadi mangsa perburuan adalah hewan yang berukuran besar, seperti gajah, sapi, babi atau kerbau. Saat per-
buruan, tentu diperlukan adanya kerja sama antarindividu yang kemudian membentuk sebuah kelompok kecil. Hasil buruannya
dibagikan kepada anggota-anggotanya secara rata. Adanya ke- terikatan satu sama lain di dalam satu kelompok, yang laki-laki
bertugas memburu hewan dan yang perempuan mengumpulkan makanan dan mengurus anak. Satu kelompok biasanya terdiri
dari 10 – 15 orang.