Peradaban Lembah Sungai Gangga

154 Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X terdapat di lembah Sungai Gangga, yang disebut Aryavarta negeri orang Arya dan Hindustan tanah milik orang Hindu. Bangsa Hindu melahirkan karya sastra berupa kitab Weda yang berisi cerita kepahlawanan bangsa Arya juga puji-pujian kepada dewa. Kitab Suci Weda terdiri dari empat bagian, yaitu: 1 Reg-Weda , berisi syair-syair pemujaan kepada dewa-dewa. 2 Sama-Weda , berisi nyanyian untuk memuja dewa. 3 Yayur-Weda , berisi bacaan untuk keselamatan. 4 Atharwa-Weda , berisi ilmu untuk menghilangkan marabahaya. Selain Kitab Suci Weda, terdapat Kitab Brahmana yang isinya doa-doa ucapan Brahmana saat dilangsungkan upacara, dan Kitab Upanishad yang isinya ajaran keagamaan dari guru. Ajaran Hindu mengenal banyak dewa polytheisme, namun dewa yang menjadi utama adalah Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa. Bangsa Arya mengatur tatanan sosial masyarakat-masyarakat yang dijumpainya dengan sistem kasta. Sistem kasta terdiri dari 4 bagian, yakni: 1 Kasta Brahmana : kaum agamawan. 2 Kasta Kstaria : kaum pemerintahan. 3 Kasta Waisya : kaum petani dan pedagang. 4 Kasta Sudra : kaum pekerja. Selain sistem kepercayaan, bangsa Arya juga membangun sistem kemasyarakatan. Dari kitab Rig−Veda kita memperoleh gambaran tentang kehidupan masyarakat pada masa itu. Kitab−kitab lain yang dianggap suci dalam agama Hindu adalah Purana. Kitab ini terdiri dari 18 bab dengan isinya yang berbeda−beda. Namun secara umum, ke−18 bab ini memuat hal− hal berikut ini. 1 Sarga memuat cerita tentang penciptaan alam semesta. 2 Pratisarga memuat cerita tentang penciptaaan kembali dunia setiap kali di dunia yang ada lenyap. Gambar 6.5 Dewa Trimurti di India: Brahma, Wisnu, dan Siwa. Sumber: Wikiepedia.com. 155 Bab 6 Peradaban Kuno di Asia, dan Afrika 3 Wamca memuat cerita tentang asal usul para dewa dan resi. 4 Manwantarani memuat cerita tentang pembagian waktu satu hari Brahma. 5 Wamcanucarita memuat cerita tentang raja−raja yang memerintah di atas dunia. Pada saat ini, dalam agama Hindu juga muncul aliran−aliran tertentu. Aliran−aliran ini umumnya didasarkan pada nama dewa yang mereka puja. Di antaranya Hindu Siwa yang memuja Dewa Siwa dan Hindu Waisnawa yang memuja Dewa Wisnu.

b. Agama Buddha

Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama Sang Buddha artinya Yang DiterangiYang Disinari. Pada awalnya, Sidharta Gautama adalah seorang pangeran di Kerajaan Kapilawastu dan termasuk golongan Kasta Ksatria. Gaya hidup yang dijalani Sidharta semenjak kecil selalu dalam kemewahan dan serba berkecukupan, walaupun begitu tidak pernah merasakan ketenangan batiniah. Pada suatu masa dia mencari ketenangan untuk melepaskan samsara penderitaan yang dialaminya dengan cara bersemedi di bawah pohon pipala bodhi. Kurang lebih 7 tahun ia mendapatkan sinar terang di hatinya dan menjadi Sang Buddha. Ajarannya pertama kali mulai diperkenalkan kepada masyarakat di Taman Rusa Benares. Buddha percaya pada reinkarnasi dan karma, yang telah membuat hidupnya sengsara, oleh karena itu manusia harus memutuskan kesengsaraanya dengan delapan jalan suci, yakni pandangan yang benar, niat yang benar, berbicara yang benar, berbuat yang benar, penghidupan yang benar, berusaha yang benar, perhatian yang benar dan bersemedi yang benar. Berbeda dengan agama Hindu, agama Buddha tidak mengenal kasta dan memandang kedudukan manusia yang sama di dalam susunan masyarakat. Oleh karena itu, agama Buddha sangat diminati oleh masyarakat yang bergolongan rendah. Tiga unsur utama yang terdapat dalam ajaran Buddha, sebagai berikut: 1 Sang Buddha, berbakti kepada Sang Buddha. 2 Dharma, berbakti kepada ajarannya. 3 Sangha, berbakti kepada umatnya. Keseluruhan ajaran Buddha kemudian dibukukan dalam Kitab Tripitaka . Kitab Tripitaka menjadi pedoman ritual bagi kehidupan para pengikutnya. Kitab ini terdiri dari tiga kumpulan tulisan, yakni Sutra Pitaka, Vinaya Pitaka, dan Abhidharma Pitaka. Sang Buddha wafat pada tahun 483 di Kucinagara, ajarannya berkembang menjadi dua aliran yang berbeda, yaitu Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana. Buddha Hinayana memiliki sifat tertutup dengan bertujuan pembebasan samsara hanya bagi Gambar 6.6 Arca Buddha Siddarta di Mathura Sumber: Encarta 2005. 156 Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X dirinya sendiri, sedangkan Buddha Mahayana bersifat terbuka dengan bertujuan pembebasan lebih luas, selain untuk dirinya sendiri juga bagi orang lain. Perkembangan agama Buddha di India mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Ashoka dari Dinasti Maurya 273 − 232 SM. Pada masa itu, Raja Ashoka menetapkan agama Buddha sebagai agama resmi negara. Ia juga memerintahkan pembuatan stupa−stupa Buddha di berbagai tempat.

c. Aliran Jaina

Rekasi terhadap dominasi Brahmana dalam budaya Hindu tidak hanya melahirkan agama Buddha, juga aliran Jaina yang diajarkan oleh Mahavira pada tahun 540-468 SM. Aliran Jaina melarang menyakiti makhluk lain tetapi menyakiti diri sendiri dapat dibenarkan. Pembebasan rasa ketersiksaan batin dapat dilakukan dengan melakukan Tri Ratna atau Tiga Permata, yakni iman yang benar, pengetahuan yang benar dan sikap yang benar. Aliran Jaina tidak mengenal adanya sang pencipta dan menolak adanya upacara-upacara ritual. Oleh sebab itu, banyak peminatnya terdiri dari golongan pedagang yang tidak memiliki waktu untuk urusan ritual dan lebih mementingkan jalannya usaha. Selain itu, tidak adanya pembagian kasta diminati pula oleh golongan kasta rendah. Yang lebih menarik pada ajaran Jaina adalah menganggap dunia sebagai sesuatu yang dosa dan jahat sehingga tidak mementingkan hal-hal yang duniawi, salah satunya adalah penggunaan pakaian yang tidak mementingkan unsur keindahan atau mode. Antara ajaran Jaina dan Buddha memiliki kesamaan dalam hal larangan atau dikenal dengan istilah dasasila, di antaranya: Gambar 6.7 Relief di India tentang wafatnya Sang Buddha. Sumber: Lukisan Sejarah. 157 Bab 6 Peradaban Kuno di Asia, dan Afrika 1 jangan membunuh; 2 jangan mengambil hak orang lain; 3 jangan berzina; 4 jangan berbohong; 5 jangan minum minuman keras; 6 jangan makan sebelum waktunya; 7 jangan mengunjungi tempat berfoya-foya; 8 jangan memakai pakaian bagus; 9 jangan tidur di tempat yang enak; 10 jangan menerima pemberian uang. Ajaran Jaina banyak dianut oleh orang-orang India, walaupun tidak sebanyak penganut agama Hindu, fikiran aliran ini masih memengaruhi perilaku orang India sekarang.

d. Pemerintahan

Pemerintahan yang pernah berkuasa di wilayah Lembah Sungai Gangga adalah Kerajaan Gupta. Kerajaan ini erat kaitannya dengan keberadaan Kerajaan Maurya di Lembah Sungai Shindu. Runtuhnya kerajaan ini mendorong timbulnya Kerajaan Gupta yang menguasai India. Gambar 6.8 Peta wilayah Kerajaan Gupta pada abad ke-4 M. Sumber: Encarta. 158 Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X 1 Kerajaan Candragupta Raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Gupta, yaitu: 1 Candragupta I 320-330 2 Samudragupta 330-375 3 Candragupta II 375-415 Pada masa Candragupta II, kondisi Kerajaan Gupta mengalami kemajuan yang pesat terutama di bidang perdagangan, kesenian dan ilmu pengetahuan, bahkan pada masa ini ditemukan teknologi pembuatan cat, pengawetan kulit dan pembuatan kaca. 2 Kerajaan Harsha Setelah Candragupta II wafat, Kerajaan Gupta mulai mundur malah membawa India mengalami masa kemunduran selama dua abad hingga muncul kembali masa kejayaan India dengan berdirinya Kerajaan Harsha pada abad ke-7 dengan ibukota Kanay. Kerajaan ini pun akhirnya runtuh pada abad ke-11.

B. PERADABAN SUNGAI HWANG HO

KEGIATAN 6.1 Carilah olehmu fotogambar kuil candi atau relief peninggalan Hindu-Buddha atau Jaina. Kalian bisa mencarinya di internet atau media cetak, lalu klipinglah untuk lebih mengenali dan memahami peninggalan-peninggalan dari kedua agama tersebut

1. Letak Geografis

Secara garis besar, letak geografis Cina dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: a Lembah Sungai Hwang Ho Sungai Kuning Sungai Hwang Ho dianggap berkah bagi bangsa Cina, lahan- lahan di sekitar sungai menjadi subur setelah terjadi banjir yang membawa lumpur-lumpur. Aliran Sungai Huang Ho dari hulu yang berada di Kwen Lun Tibet sampai muara Teluk Tsi-Li. b Lembah Sungai Yang Tse Lembah Sungai Yang Tse merupakan pusat pertanian sehingga banyak ditemui kota-kota di sekitarnya. Sungai Yang Tse memiliki sumber di Pegunungan Kwen Lun Tibet dan bermuara di Laut Cina Timur. c Cina Selatan Di daerah ini banyak ditemukan bahan timah. Daerah ini sebagai bukti bahwa bangsa Cina di masa prasejarah sudah mampu membuat perkakas dari bahan-bahan logam. 159 Bab 6 Peradaban Kuno di Asia, dan Afrika Kedua sungai yang telah disebutkan merupakan cikal bakal tumbuhnya peradaban di Cina, namun walau demikian kebudayaan yang timbul ditemukan berada di Lembah Sungai Hwang Ho.

2. Mata Pencaharian

Kekayaan alam Cina yang begitu melimpah menyebabkan kemajuan kebudayaan yang cepat dan beragam. Mengalirnya Sungai Hwang Ho dan Sungai Yang Tse merupakan sumber kehidupan bangsa Cina dengan cara bercocok tanam dan beternak. Tantangan cara hidup bertani mendorong bangsa Cina membuat perkakas pertanian dari bahan logam, apalagi ditunjang dengan wilayah Cina Selatan yang kaya akan barang tambang, seperti besi timah, emas dan tembaga. Selain menjadi perkakas pertanian, logam pun diolah menjadi perabot rumah tangga seperti periuk, tombak, pisau dan lain-lain. Cepatnya kemajuan bangsa Cina di bidang teknologi pertanian mendorong terbentuknya kerajaan, dinasti yang pertama adalah dinasti Hsia.

3. Pemerintahan

a. Dinasti Shang 1523-1027 SM

Dinasti Shang merupakan dinasti tertua di negeri Cina, namun tidak adanya bukti tertulis maka pada zaman itu bisa dikategorikan sebagai masa prasejarah. Setelah dinasti Hsia runtuh, muncul Dinasti Shang dengan ibukota Anyang sebelah Utara Lembah Sungai Hwang Ho. Posisi wilayah kerajaan ini sangat aman, terutama ditunjang oleh kondisi geografi yang tidak mendukung adanya serbuan dari luar, sebelah Barat sampai Barat Daya dikelilingi oleh pegunungan, sebelah Utara adalah padang Gurun Gobi dan sebelah Timur dan Selatan adalah Laut Pasifik. Pada zaman Dinasti Shang muncul kepercayaan menyembah banyak dewa, sebagai dewa tertinggi adalah dewa langit Shang Ti , tetapi bangsa Cina tidak meninggalkan kepercayaan kepada roh nenek moyang.

b. Dinasti Chou 1027 – 256 SM

Dinasti Chou menggantikan Dinasti Shang setelah terjadi perebutan kekuasaan dengan alasan raja dari Dinasti Shang dianggap salah mengurus negara dan telah meninggalkan mandat dari Dewa Langit. Sebagai ibukota dipilih Kota Hao. Kondisi sosial dalam masyarakat semasa Dinasti Shang sudah terbentuk, secara tidak disadari telah terbentuk dua golongan, yaitu golongan bangsawan dan golongan rakyat biasa. Adanya kondisi ini melahirkan sistem feodalisme yang diterapkan pada masa Dinasti Chou. Sistem pemerintahan pada Dinasti Chou dikuasai secara terpusat di bawah kekuasaan Kaisar, dan daerah-daerah yang dikuasai raja dipimpin oleh raja bawahan Raja Vazal sebagai pembantu. Sistem seperti ini, Raja Vazal selalu menekan kepada Gambar 6.9 Tembikar pada masa Dinasti Shang. Sumber: Lukisan Sejarah.