Tujuan Penelitian TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN UDARA TERHADAP PENUMPANG YANG MENGALAMI KEHILANGAN BARANG (Studi Pada PT Sriwijaya Airlines)
II. TINJAUAN PUSTAKA A.
Hukum Angkutan Udara 1.
Pengangkutan Udara
Pengangkutan merupakan bidang yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat. Hal ini disebabkan karena peran pengangkutan itu sendiri yang sangat penting
dalam memperlancar arus lalulintas barang dan orang yang timbul sejalan dengan meningkatnya perkembangan masyarakat, sehingga menjadikan pengangkutan
sebagai suatu kebutuhan bagi masyarakat.
Menurut Abdulkadir Muhammad, Pengangkutan berasal dari kata dasar “angkut” yang berarti angkat dan bawa, muat dan bawa atau kirimkan. Mengangkut artinya
mengangkat dan membawa, memuat dan membawa atau mengirimkan. Pengangkutan artinya pengangkatan dan pembawaan barang atau orang, pemuatan
dan pengiriman barang atau orang, barang atau orang yang diangkut. Jadi, dalam pengertian pengangkutan itu tersimpul suatu proses kegiatan atau gerakan dari
satu tempat ke tempat lain,
1
apabila dirumuskan dalam definisi, maka Pengangkutan adalah proses kegiatan memuat barang atau penumpang ke dalam
alat angkut, membawa barang atau penumpang dari tempat pemuatan ke tempat
1
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara, Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hlm 19
tujuan, dan menurunkan barang atau penumpang dari alat pengangkutan ke tempat yang ditentukan.
2
Dilihat dari pengertian di atas maka terdapat rangkaian pemindahan dalam arti luas dan dalam arti sempit meliputi kegiatan
3
: a.
Dalam arti luas, terdiri dari : 1.
Memuat penumpang atau barang ke dalam alat pengangkut; 2.
Membawa penumpang atau barang ke tempat tujuan; dan 3.
Menurunkan penumpang atau membongkar barang di tempat tujuan. b.
Dalam arti sempit, meliputi kegiatan membawa penumpang dan atau barang dari stasiun terminal pelabuhan Bandar udara ke tempat tujuan.
Pengangkutan adalah perpindahan tempat, baik mengenai benda-benda maupun orang-orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan
meninggikan manfaat serta efisiensi. Sedangkan pengangkutan sebagai perjanjian agreement, pada umumnya bersifat lisan tetapi selalu didukung oleh dokumen
angkutan yang membuktikan bahwa perjanjian itu sudah terjadi. Perjanjian pengangkutan dapat pula dibuat secara tertulis yang disebut carter charterparty.
Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan
barang danatau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.
2
Ibid
3
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008, hlm 48