Metodologi Penilaian Tegakan Hutan Tanaman

METODOLOGI
PENILAIAN TEGAKAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI
Onrizal
dan
Nurdin Sulistiyono
Fakultas Pertanian
PROGRAM ILMU KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pendahuluan
Pengelolaan hutan selalu ditujukan untuk mendapatkan manfaat optimum.
Memahami manfaat hutan, mengandung arti harus dilakukannya penilaian terhadap
semua jenis manfaat yang dapat dihasilkan oleh hutan tersebut, baik yang bersifat
manfaat nyata (tangible) maupun tidak nyata (intangible).
Ekosistem hutan
memiliki banyak unsur dengan hubungan yang komplek, sehingga di dalam kerangka
penilaian hutan dibuat suatu klasifikasi sumber manfaat menurut pendekatan
ekosistem yang terdiri atas empat kelas, yaitu (1) flora, (2) fauna, (3) fungsi
ekosistem, dan (4) sosial budaya. Manfaat yang bersumber dari empat hal tersebut
dapat berwujud (a) barang hasil hutan, (b) jasa dan fungsi ekologis, dan (c) simbolik
atau atribut.

Sedangkan tata nilai hutan mengacu kepada perkembangan mutakhir saat kini,
yang disusun menurut klasifikasi jenis nilai sebagai berikut:
a. Nilai guna (use value) yang terdiri atas:
- Nilai guna langsung
- Nilai guna tidak langsung
b. Nilai pilihan masa akan datang (option value)
c. Nilai keberadaan (existence value)
Jenis manfaat penggunaan langsung dikelompokkan atas (1) bahan baku
industri, (2) bahan bangunan, (3) sumber energi, (4) pangan (makanan), (5) obat,
(6) hiasan dan peliharaan, air (7) air konsumsi rumah tangga. Khusus untuk Hutan
Tanaman Industri (HTI), penilaian dilakukan terhadap tegakan pohon sebagai bahan
baku industri.
Nilai tegakan sangat berguna dan diperlukan dalam pengusahaan hutan sebagai
suatu kegiatan ekonomi yang ditetapkan melalui proses penetapan yang disebut
penilaian hutan (forest appraisal)

2002 digitized by USU digital library

1


II. TAHAP PENILAIAN HUTAN
Penilaian hutan, termasuk HTI, melalui dua tahap, yaitu: (1) tahap kuantifikasi
biofisik, dan (b) penilaian ekonomi terhadap kuantifikasi biofisik yang telah dihitung.
2.1. Tahap Kuantifikasi Biofisik
Kegiatan dalam tahap kuantifikasi biofisik meliputi (1) kuantifikasi potensi
produksi ataupun tingkat pemanfaatan oleh perusahaan HPHTI atau masyarakat
terhadap flora dan fauna yang manfaatnya diperoleh melalui manfaat langsung, (2)
kuantifikasi setiap komponen yang bersumber dari fungsi ekosistem hutan pada unit
contoh, dan (3) identifikasi interaksi hutan dengan kehidupan sosial budaya
masyarakat yang berwujud / sifat atribut atau simbolik.
Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya, penilaian tegakan untuk HTI
hanya pada kuantifikasi potensi produksi, yakni berupa volume kayu yang dihasilkan.
Selain kuantifikasi potensi, adakalanya juga dilakukan pengkuran terhadap kondisi
lahan/tapak untuk mendapatkan nilai harapan lahan (SEV: soil expectation value).
Namun, secara umum penghitungan SEV untuk HPH/HPHTI tidak dilakukan/tidak
diukur, karena dalam konsesi HPH/HPHTI lahan tidak bisa diagunkan.
Volume tegakan didapatkan dengan melakukan pengukuran terhadap diameter
pohon (dbh) dan tinggi (tinggi total/tt dan tinggi bebas cabang/tbc) pohon di
lapangan. Peralatan yang dibutuhkan untuk pengukuran dimeter pohon dan tinggi
adalah: (1) dimeter-tape, dan (2) haga hypsometer. Jika tersedia tabel volume

untuk jenis yang sama, maka perhitungan voleme pohon yang dikur dapat langsung
menggunakan tabel volume tersebut, namun jika tabel volume tidak tersedia, maka
perhitungan volume tegakan dilakukan dengan menggunakan rumus:
Vol (m3) = ¼ ∏ x dbh2 x t x a
Ket.:
dbh = diameter pohon (cm)
t = tinggi batang komersial (bisa menggunakan tt atau tbc tergantung
penggunaan) (m)
a = faktor bentuk jenis

Pengukuran terhadap kondisi lahan/tapak, jika diperlukan, untuk mendapatkan
nilai lahan maka data yang dikumpulkan meliputi (a) nilai bersih yang diterima pada
akhir rotasi, (b) umur rotasi jenis, dan (c) tingkat bunga. Nilai harapan lahan (SEV)
dapat dihitung dengan menggunakan formulasi sebagai berikut:
SEV =

a
(1 + i)w - 1

Ket.

a = nilai bersih yang diterima pada akhir rotasi
(Rp/vol)
w = umur rotasi jenis (th)
i = tingkat suku bunga (%)

2002 digitized by USU digital library

2

Pengukuran volume pohon dan kondisi lahan/tapak tidak perlu dilakukan pada
semua pohon, namun cukup dengan mengukur pada beberapa pohon contoh (teknik
sampling). Penentuan pohon contoh dan kondisi lahan/tapak dilakukan dengan
memperhatikan keterwakilan terhadap (a) jenis, (b) kelas umur, dan (c) topografi.
Teknik sampling yang bisa digunakan antara lain adalah random, systematik,
stratified, atau cluster tergantung tingkat keakuratan (validitas) data yang ingin
dicapai yang sangat dipengaruhi oleh biaya, waktu dan tenaga kerja. Bahan dan alat
yang digunakan dalam teknik sampling antara lain adalah:
1. Peta lokasi, Peta vegetasi dan atau Potret Udara
2. GPS
3. Kompas

4. Patok
5. Tambang
6. Meteran
7. Abney level atau lainnya (alat pengukur lahan)
2.2. Tahap Penilaian Ekonomi terhadap Kuantifikasi Biofisik yang Telah
Dihitung / Penghitungan Nilai Tegakan
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suatu nilai tegakan (NT /
SV = stumpage value) adalah (a) jenis pohon, kualita, ukuran dan kerapatan
tegakan, (b) accessibility (kemudahan untuk mencapai), (c) permintaan, (d) bentuk
penjualan, dan (e) jangka waktu penjualan.

III. METODE PENILAIN HUTAN
Sistem perhitungan yang lazim dipakai dalam penentuan NT ada tiga metode,
yaitu (a) metoda harga pasar, (b) metoda nilai dalam produksi / nilai sisa turunan
dan (c) metoda atas dasar biaya (metoda historis) (conversion approach).
3.1. Metoda Harga Pasar
Metoda harga pasar yang lazim digunakan adalah pendugaan pasar melalui model
ekonometrika (oleh Davis dan Johnson (1987): Metoda Fakta Pasar). Metoda
pendugaan pasar merupakan penilaian tegakan atas dasar perbandingan dengan
harga (nilai) pasar tegakan di tempat lain yang relatif sama kondisinya. Pada

kenyataannya sangat sulit untuk memperoleh kondisi yang sama betul, sehingga
dilakukan pendugaan nilai tersebut berdasarkan variabel yang secara teoritis dan
empiris berpengaruh terhadap pemasaran kayu (tegakan), yaitu harga jual.
Pembentukan model regresi sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + ... + βnXn
Y = nilai tegakan
X = variabel yang berpengaruh terhadap pemasaran, seperti harga jual,
jarak angkut hasil hutan (dari hutan sampai tempat penjualan), diameter
pohon rata-rata, kerapatan tegakan, jumah jenis komersial, peubah
boneka (seperti tipe hutan: rawa atau tanah kering), sistem pemanenan
(traktor atau sistem kabel), kondisi jalan (jalan angkutan darat atau
sungai), kondisi jalan hutan (diperkeras atau tidak), hutan tanaman atau
hutan alam, sistem tebang pilih, jalur atau tebang habis)

2002 digitized by USU digital library

3

Keuntungan penilaian tegakan menggunakan persamaan regresi adalah lebih
mudah, yaitu adanya penggunaan peubah/variabel yang mudah diukur dan data

peubah relatif mudah diperoleh, tidak sangat btergantung pada data finansial
(keuangan) yang relatif terbatas. Kelemahannya karena tentunya mendapatkan nilai
rata-rata dari berbagai kondisi, tidak spesifik lokasi hutan yang dinilai.
Pengembanganteknik penilaian dengan menggunakan regresi ini belum dilakukan di
Indonesia, karena keterbatasan data yang menyangkut data urut waktu (time
series).
3.2. Metoda Nilai dalam Produksi / Nilai Sisa Turunan
Astana (1982) merumuskan NT sebagai harga jual produk dikurangi dengan
total biaya pemanenan, pengolahan, penyusutan, dan batas keuntungan dan resiko
sebagaimana dijabarkan dibawa ini:

SV = Sp – (Lc + Mc + D) – M
M = PR x Sp
1 + PR
Ket.
SV = Nilai tegakan (Rp/m3)
Sp = Harga jual produk (Rp/m3)
Lc = Biaya pemanenan (Rp/m3)
Mc = Biaya pengolahan (industri) (Rp/m3)
D = penyusutan (Rp/m3)

M = batas keuntungan dan resiko usaha (Rp/m3)
PR = profit ratio

Handadhari, T (1990) dalam
menghitung NT sebagai berikut:

IPB

(1996)

menggunakan

rumus

untuk

Si = (Pi x Vi) – Ci
S = (Σ (Pi x Vi) x V) – C
Σ Vi
Ket.

Si = nilai tegakan jenis pohon i (Rp/ha)
Pi = harga jual kayu jenis i dalam negeri (Rp/m3)
Vi = volume produksi jenis kayu i (m3/ha)
Ci = biaya produksi, termasuk penyusutan, amortasi, bunga (Rp/ha)

2002 digitized by USU digital library

4

Dalam Davis dan Jhonson (1987) menyebutkan perhitungan penilaian tegakan
muda seumur dilakukan dengan persamaan :
PNWt = NRw + SEV
(1 + i ) w – t
ket :
PNWt = nilai sekarang dari tegakan muda seumur pada umur t
NRw = Nilai pendapatan bersih dari tegakan muda pada umur rotasi w
SEV = Nilai harapan lahan
i
= tingkat suku bunga (%)
w

= umur akhir daur
t
= umur pada saat dilakukan penilaian

3.3. Metode Atas Dasar Biaya Historis
Pendekatan historis diterapkan secara baik pada hutan tanaman, seperti hutan
tanaman industri oleh investor perusahaan swasta, hutan tanaman rakyat dan lainlain.
Salah satu karakteristik usaha kehutanan adalah adanya jangka waktu yang
panjang (long term business planning), selama jangka waktu tunggu tersebut
(gestation period) dikeluarkan berbagai macam biaya pengelolaan tegakan, seperti
penanaman, pemeliharaan terhadap segala macam gangguan yang bersifat alami,
seperti hama dan penyakit, maupun karena kelalaian pihak lain, seperti kebakaran,
pencurian dan lain-lain. Biaya-biaya ini terakumulasi sepanjang waktu tersebut,
yang menambah besar biaya adalah adanya beban bunga modal yang signifikan,
sementara hasil yang akan diperoleh pada saat masak tebang (daur/rotasi)
Biaya yang dikeluarkan hanya satu kali sebagai inventasi awal (Ca), selain itu
dikeluarkan biaya pengelolaan tahunan (Ct), akumulasi nilai biaya sampai saat daur
dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

FV1t = Ca (1+i)t

FV2t = Ct (1+i)t – 1
i
SVt = FV1t + FV2t

2002 digitized by USU digital library

5

DAFTAR PUSTAKA

Astana, S. 1982. Penaksiran Nilai Tegakan Hutan Alam di Propinsi Sulwesi Selatan.
Fakultas Kehutanan IPB.
Davis, L.S. and K.N. Johnson. 1987. Forest Management. Third Edition. McGrawHill Book Company. New York.
IPB. 1996. kajian Rente Ekonomi Menuju Cara Perhitungan yang Baku Kerjasama
antara Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen
Kehutanan dengan Fakultas Kehutanan IPB.

2002 digitized by USU digital library

6