EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELA (Hibiscuss sabdariffa) TERHADAP Staphylococcus aureus IN VITRO

(1)

KARYA TULIS AKHIR

EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELA (Hibiscuss sabdariffa) TERHADAP Staphylococcus aureus

IN VITRO

Oleh:

Karina Rakhma Meutia 09020115

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013


(2)

ii

HASIL PENELITIAN

EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELA (Hibiscuss sabdariffa) TERHADAP Staphylococcus aureus

IN VITRO

KARYA TULIS AKHIR Diajukan kepada

Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Kedokteran

Oleh

Karina Rakhma Meutia 09020115

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN


(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAAN LAPORAN HASIL PENELITIAN Telah disetujui sebagai hasil penelitian

untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Malang Maret 2013

Pembimbing I

dr. Sri Adila Nurainiwati, SpKK

Pembimbing II

dr. Maryam Abdullah

Mengetahui, Fakultas Kedokteran

Dekan,


(4)

iv

Karya Tulis Akhir oleh Karina Rakhma Meutia ini telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji

Pada Tanggal : 16 Maret 2013

Tim Penguji

dr. Sri Adila Nurainiwati, Sp.KK , Ketua

dr. Maryam Abdullah , Anggota


(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis telah berhasil menyelesaikan penelitian yang

berjudul “Efek Antimikroba Ekstrak Kelopak Bunga Rosela

(Hibiscuss sabdariffa) Terhadap Staphylococcus aureus In Vitro”. Penulisan

penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran Jurusan Pendidikan Dokter pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini jauh dari sempurna, walaupun demikian penulis telah berusaha semaksimal mungkin serta mendapatkan bantuan dan bimbingan dari dosen pembimbing, dan dosen penguji dalam rangka penyusunan. Tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sangatlah tidak mudah menjalani masa perkuliahan hingga pada penyusunan tugas akhir ini.

Akhir kata penulis berharap adanya saran dan kritik yang membangun dan semoga penelitian ini dapat menambah wawasan serta bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, 16 Maret 2013


(6)

vi

LEMBAR PERSEMBAHAN

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia kesehatan, kesabaran dan lindungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

2. dr.Irma Suswati, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang dan selaku dosen penguji saya yang telah membantu dan memberikan masukan yang sangat membantu dalam penyusunan tugas akhir ini.

3. dr. Meddy Setiawan, Sp.PD selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

4. dr. Fathiyah Safitri, M.Kes selaku Pembantu Dekan 2 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

5. dr. Iwan Sis, Sp.KJ selaku Pembantu Dekan 3 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

6. dr. Sri Adila Nurainiwati, Sp.KK selaku dosen pembimbing 1 yang telah memberikan inspirasi, bimbingan dan waktunya kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

7. dr. Maryam Abdullah selaku dosen pembimbing 2 yang telah memberikan inspirasi, bimbingan, dan waktunya kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

8. Kedua orang tua tercinta, mama dan ayah yang selama ini selalu memberikan kasih sayang, perhatian, dukungan, inspirasi, waktu serta doa-doa2nya. Love you mama, ayah.


(7)

vii

10. Thanks to udin yang selalu memberikan motivasi, support, bantuan kepada penulis selama kuliah di kedokteran ini.

11. Sahabat – sahabatku “Sunflower" ,Cut, Indah, Rini, Leni, Bela, Meri, Marsha, Anggi, Tia, Fahmi, Cendy, Egy, mas Hilman, yang selalu sabar, memberikan semangat, motivasi, bantuan, dukungan serta canda tawanya selama kuliah di kedokteran. Semoga kita tetep kompak selalu..

12. Pak Joko selaku staf laboratorium FK UMM yang telah banyak membantu dengan tulus dan baik secara langsung dan tidak langsung dalam penelitian ini.

13. Mbak mayda, mas irfan, mey, donna, wika, mbak amel dan teman-teman seperjuangan “mikrobiologi” lainnya yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam belajar bersama.

14. Mbak Emi, Mbak Dila, Mas Didit, Mas Faisal, Pak Yono, Ibu Rom, serta para staf FK UMM lainnya yang telah banyak membantu dalam proses administrasi dan maupun proses lainnya.

15. Para dosen pengajar FK UMM yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan.

16. Semua teman-teman FK UMM angkatan 2009 yang menjadi teman seperjuangan selama menempuh pendidikan kedokteran.

17. Semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan karya tulis ini dan juga mendoakan demi suksesnya karya tulis ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.


(8)

viii ABSTRAK

Meutia, Karina Rakhma 2013. Efek Antimikroba Ekstrak Kelopak Bunga Rosela (Hibiscuss sabdariffa) terhadap Staphylococcus aureus In Vitro. Karya Tulis Akhir, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing (1) : Sri Adila Nurainiwati , (2) Maryam Abdullah

Latar Belakang: Staphylococcus aureus merupakan flora normal yang dapat menjadi patogen dan menyebabkan infeksi serius karena adanya strain Methicillin

Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Insiden infeksi MRSA terus

meningkat. Kandungan kelopak bunga rosela diperkirakan dapat digunakan sebagai bahan antimikroba terhadap Staphylococcus aureus.

Tujuan: Membuktikan efek ekstrak kelopak bunga rosela sebagai antimikroba terhadap Staphylococcus aureus.

Metode: True eksperimental, Post test only control group design. Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) ditentukan dengan menggunakan metode dilusi tabung. Sampel yang digunakan adalah bakteri

Staphylococcus aureus, konsentrasi ekstrak kelopak bunga rosela yang digunakan

adalah 0.195%, 0.0975%, 0.048%, 0.024%, 0.012%, 0.006%, 0.003% 0.0015%, kontrol kuman, dan kontrol bahan. Analisis data menggunakan uji one way ANOVA dan korelasi.

Hasil: KHM pada konsentrasi 0.0975%. KBM pada konsentrasi 0.195%. Uji One

Way ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antar perlakukan

dengan nilai signifikansi 0.000 < p (0.05). Uji korelasi diperoleh koefisien korelasi sebesar -0.425 dengan nilai signifikasi sebesar 0.019 < p (0.05), artinya peningkatan konsentrasi kelopak bunga rosela dapat menurunkan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus.

Kesimpulan: Ekstrak kelopak bunga rosela memiliki efek antimikroba terhadap Staphylococcus aureus.

Kata Kunci: Ekstrak Kelopak Bunga Rosela, Staphylococcus aureus, KHM, KBM


(9)

ix ABSTRACT

Meutia, Karina Rakhma. 2013. Antimicrobial Effect of Roselle (Hibiscuss sabdariffa) Calyx Extract Against Staphylococcus aureus in vitro. Final Assigment, Medical Faculty, University of Muhammadiyah Malang. Mentor: (1) Sri Adila Nurainiwati (2) Maryam Abdullah

Background: Staphylococcus aureus is a normal flora which bacteria can be pathogen and can cause a serious infection because of the Methicilin Resistant

Staphylococcus aureus (MRSA) strain. The incident of MRSA infection has been

increasing overtime. The content of roselle calyx extract is expected to be used as antimicrobial agents to against Staphylococcus aureus

Objective: Proving the effect of roselle calyx extract as an antimicrobial against Staphylococcus aureus

Method: True experimental, post test only control group design. Minimum Inhibitory (MIC) and Minimum Bacterisidal Concentration (MBC) was determined by tube dilution. Sample is Staphylococcus aureus bacteria, consentration of roselle calyx extract is using 0.195%, 0.0975%, 0.048%, 0.024%, 0.012%, 0.006%, 0.003%, 0.0015%, bacteria control and extract control. Data obtained were analyzed by using one way ANOVA and correlation.

Result: MIC was 0.0975% and MBC was 0.195%. The result of One Way ANOVA will show significant different between treatment with significant as 0.000 < p (0.05). The result from correlation test was -0.0425 with significant as 0.019 < p (0.05), that means, higher consentration of roselle calyx extract can reduce colony number of Staphylococcus aureus.

Conclusion: Roselle calyx extract has an antimicrobial effect against Staphylococcus aureus


(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... v

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang` ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umun ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Manfaat Praktis ... 4

1.4.2 Manfaat Akademis... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5


(11)

xi

2.1.1 Taksonomi ... 6

2.1.2 Nama lain... 6

2.1.3 Morfologi Tanaman Bunga Rosela ... 7

2.1.4 Manfaat Bunga Rosela ... 8

2.1.5 Kandungan Kelopak Bunga Rosela ... 9

2.1.6 Penelitian Terdahulu Antibakteri Ekstrak Kelopak Bunga Rosela 13 2.2 Staphylococcus aureus ... 14

2.2.1 Toksonomi ... 14

2.2.2 Morfologi dan Identifikasi ... 15

2.2.3 Organela` ... 16

2.2.4 Pertumbuhan dan Perbenihan ... 18

2.2.5 Daya Tahan ... 18

2.2.6 Patogenesis Staphylococcus aureus ... 19

2.2.7 Test Diagnostik dan Laboratorium ... 20

2.2.8 Manifestasi Klinis ... 21

2.2.9 Pengobatan ... 22

2.3 Zat Antimikroba ... 22

2.3.1 Antimikroba Ideal ... 23

2.3.2 Mekanisme Kerja Zat Antimikroba ... 24

2.4 Mekanisme Resistensi terhadap Antimikroba ... 24

2.5 Uji Kepekaan Terhadap Antimkiroba... 24

2.5.1 Metode Dilusi ... 25


(12)

xii

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA ... 27

3.1 Kerangka Konsep ... 27

3.2 Hipotesis ... 29

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 30

4.1 Rancangan Penelitian ... 30

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

4.3.1 Populasi ... 30

4.3.2 Sampel ... 30

4.3.3 Estimasi Jumlah Pengulangan ... 30

4.4 Variabel Penelitian ... 31

4.4.1 Variabel bebas ... 31

4.4.2 Varibel tergantung ... 31

4.5 Definisi Operasional ... 32

4.6 Instrumen Penelitian ... 33

4.6.1 Alat dan Bahan Pembuatan Ekstrak Kelopak Bunga Rosela ... 33

4.6.2 Alat dan Bahan Pembuatan Media Nutrient Broth ... 33

4.6.3 Alat dan Bahan Pembuatan NAP ... 34

4.6.4 Alat dan Bahan Uji Kepekaan Ekstrak Kelopak Bunga Rosela ... 34

4.7 Prosedur Penelitian ... 35

4.7.1 Sterilisasi Alat ... 35

4.7.2 Pembuatan NAP ... 35

4.7.3 Pembuatan Medium Nutrient Broth ... 36


(13)

xiii

4.7.5 Pembuatan Perbenihan Cair Bakteri 106 sel/ml... 38

4.7.6 Uji Efektifitas Kepekaan Larutan Ekstrak Kelopak Bunga Rosela terhadap Staphylococcus aureus ... 38

4.8 Skema Alur penelitian ... 42

4.9 Analisa Data ... 42

BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 45

5.1 Efek Antimikroba Ekstrak Kelopak Bunga Rosela terhadap Staphylococcus aureus ... 45

5.1.1 Kadar Hambat Minimum Ekstrak Kelopak Bunga Rosela ... 45

5.1.2 Kadar Bunuh Minimum Ekstrak kelopak Bunga Rosela ... 46

5.2 Analisa data ... 48

5.2.1 Analisis ragam ... 49

5.2.2 Pengujian Korelasi... 52

BAB 6 PEMBAHASAN ... 54

BAB 7 PENUTUP ... 57

7.1 Kesimpulan ... 57

7.2 Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kelopak Bunga Rosela ... 5

Gambar 2.2 Staphylococcus aureus ... 15

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep ... 27

Gambar 4.1 Skema Alur Penelitian ... 42

Gambar 5.1 Uji Dilusi Tabung ... 45

Gambar 5.2 Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada NAP ... 47


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kandungan bahan aktif ekstrak aqueous kelopak bunga rosela ... 10

Tabel 2.2 Kandungan bahan aktif ekstrak etanol kelopak bunga rosela ... 10

Tabel 2.3 Kandungan bahan aktif ekstrak metanol kelopak bunga rosela ... 11

Tabel 2.4 Aktivitas antibakteri ekstrak metanol kelopak bunga rosela ... 14

Tabel 5.1 Skor tingkat kekeruhan yang dihasilkan pada media Nutrient Broth oleh koloni bakteri Staphylococcus aureus dalam beberapa konsentrasi Ekstrak Kelopak Bunga Rosela ... 46

Tabel 5.2 Rata-rata jumlah koloni Staphylococcus aureus per cawan dalam beberapa konsentrasi Ekstrak Kelopak Bunga Rosela ... Tabel 5.3 Analisis ragam satu arah (One Way Analisi of Variance) untuk jumlah koloni per cawan ... 49

Tabel 5.4 Hasil Uji Tukey untuk jumlah koloni per cawan ... 50

Tabel 5.5 Uji Korelasi kesepuluh macam konsentrasi ekstrak kelopak bunga rosela terhadap jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus per cawan ... 52


(16)

xvi

DAFTAR SINGKATAN

ANOVA : Analysis of Variance

BAP : Blood Agar Plate

KB : Kontrol Bahan

KBM : Kadar Bunuh Minimum KHM : Kadar Hambat Minimum

KK : Kontrol Kuman

MIC : Minimum Inhibitory Concentration MBC : Minimum Bacterisidal Concentration MRSA : Methicillin Resistant Staphylococcus aureus MSA : Manitol Salt Agar

NAP : Natrium Agar Plate

NCCLS : National Committee for Clinical Laboratory Standart

SSS : Scalded Skin Syndrome


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rumus Konsentrasi ... 61

Lampiran 2 Hasil Eksplorasi ... 62

Lampiran 3 Hasil Penelitian ... 64

Lampiran 4 Data Penelitian ... 67

Lampiran 5 Hasil Analisis Statistik ... 68


(18)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bakteri Staphylococcus merupakan bakteri kokus Gram positif yang sering ditemukan sebagai flora normal pada permukaan kulit dan mukosa manusia. Kuman ini merupakan patogen yang penting pada manusia karena dapat menyebabkan penyakit sistemik yang mengancam jiwa, antara lain infeksi pada kulit, jaringan lunak, tulang, traktus urinarius dan infeksi oportunitis. Genus Staphylococcus terdiri dari 40 spesies, sebagian besar ditemukan pada manusia. Spesies yang paling sering menyebabkan infeksi pada manusia adalah S.aureus, S. epidermidis, S. haemoliyticus dan S.saphtopyticus (Murray, 2009).

Stapylococcus aureus dapat menyebabkan infeksi yang lebih serius oleh

karena adanya strain Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA). MRSA adalah suatu tipe dari bakteri Staphylococcus yang resisten terhadap methicillin dan oxacillin (Blanco et all, 2009). Dalam beberapa dekade belakangan ini, insiden infeksi MRSA terus meningkat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ajoke di Nigeria dilaporkan 63,3% terdeteksi MRSA dari 98 isolat

Staphylococcus aureus yang diambil dari 200 sampel swab hidung (Ajokee et all,

2012). Di Asia pravelensi infeksi MRSA kini mencapai 70%, sementara di Indonesia pada tahun 2006 pravelensinya mencapai 23,5% (Arnita, 2007). Menurut survei di SMF Ilmu Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya pada bulan Januari-Agustus 2008 dilaporkan 34,92% terdeteksi MRSA dari 63 isolat


(19)

2

Staphylococcus aureus dari infeksi luka operasi (Sumarsono, 2011). Zeller

menyebutkan bahwa meningkatnya kejadian MRSA disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang tidak rasional dalam hal indikasi dosis dan durasinya (Zeller, 2007).

Infeksi pada pasien MRSA akan mengakibatkan morbiditas bahkan mortalitas, perawatan lebih lama serta biaya yang tinggi (Sumarsono, 2011). Biaya pengobatan yang tinggi pada infeksi ini disebabkan oleh prosedur isolasi yang mahal serta penggunaanan vankomisin sebagai obat pilihan terapi menggantikan metisilin. Vankomisin harganya sangat mahal dan tidak selalu tersedia di setiap pusat pelayanan kesehatan. Oleh karena itu diperlukan obat-obat tradisional yang efektif dan murah sebagai alternatif pengobatan terhadap infeksi

Staphylococcus aureus (Nurkusuma, 2009).

Indonesia sebagai salah satu negara penghasil tanaman obat-obatan yang potensial, memiliki tanaman obat yang jenisnya beraneka ragam. Salah satu tanaman obat yang saat ini popular di masyarakat yaitu bunga rosela. Bunga rosela mempunyai nama lain Hibiscus sabdariffa dari famili malvaceae . Tanaman ini memiliki daya tarik yang luar biasa. Hampir seluruh bagian, terutama kelopak bunga, biji, daun dan akar tanaman rosela bermanfaat untuk pengobatan, terutama pengobatan alternatif (Mardiah, 2009). Masyarakat memanfaatkan bunga rosela sebagai antihipertensi, antiseptik, diuretik, memperlancar buang air besar, menurunkan panas dan antibakteri (Bako, 2009).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Olaleye, 2007 di Nigeria dengan menggunakan metode difusi cakram mendapatkan hasil bahwa pada ekstrak kelopak bunga rosela terdapat aktivitas antimikroba yang signifikan.


(20)

3

Penelitian tersebut menunjukkan Minimum inhibitory concentration (MIC) kelopak bunga rosela terhadap Staphylococcus aureus sebesar 0,30±0,2 mg/ml dengan pelarut metanol. Menurut Olaleye kandungan kelopak bunga rosela yang diekstrak dengan menggunakan metanol terdapat saponin, tannin, dan alkaloid. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Sarkar dengan menggunakan pelarut etanol kandungan kimia yang terdapat dalam kelopak bunga rosela adalah saponin, flavanoid, tannin dan alkaloid, dimana bahan tersebut mempunyai efek sebagai antibakteri (Sarkar,2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Olaleye menunjukkan adanya efektifitas kelopak bunga rosela terhadap Staphylococcus aureus, maka peneliti juga ingin mengetahui apakah Staphylococcus aureus yang diperoleh di Malang memiliki kepekaan terhadap kelopak bunga rosela seperti Staphylococcus aureus di Nigeria yang diteliti oleh Olaleye. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pelarut etanol sebagai bahan ekstraksi kelopak bunga rosela. Penelitian ini menggunakan metode dilusi tabung oleh karena peneliti hanya menggunakan satu mikroorganisme sehingga lebih cepat dan lebih ekonomis.

Hasil penelitian pendahuluan yang peneliti lakukan, KHM dan KBM tidak dapat ditentukan karena pada konsentrasi terkecil yaitu 0.39% tidak didapatkan pertumbuhan kuman, sehingga peneliti menunurunkan konsentrasi hingga 0.0015%. Dari penelitian tersebut didapatkan KHM pada konsentrasi 0.0975% dan KBM pada konsentrasi 0.195%.

1.2Rumusan Masalah

Apakah ekstrak kelopak bunga rosela mempunyai efek antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus?


(21)

4

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Membuktikan efek antimikroba ekstrak kelopak bunga rosela terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui Kadar Hambat Minimum ekstrak kelopak bunga rosela terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

2. Mengetahui Kadar Bunuh Minimum ekstrak kelopak bunga rosela terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis

1. Memberikan informasi ilmiah tentang pengaruh ekstrak kelopak bunga

rosela terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro.

2. Menambah ilmu pengetahuan kepada masyarakat khususnya mengenai

khasiat kelopak bunga rosela sebagai alternatif pengobatan infeksi akibat bakteri Staphylococcus aureus.

1.4.2 Manfaat Akademis

Dapat digunakan sebagai penelitian dasar yang dipakai untuk penelitian selanjutnya.


(1)

xvi

DAFTAR SINGKATAN

ANOVA : Analysis of Variance

BAP : Blood Agar Plate

KB : Kontrol Bahan

KBM : Kadar Bunuh Minimum KHM : Kadar Hambat Minimum KK : Kontrol Kuman

MIC : Minimum Inhibitory Concentration MBC : Minimum Bacterisidal Concentration MRSA : Methicillin Resistant Staphylococcus aureus MSA : Manitol Salt Agar

NAP : Natrium Agar Plate

NCCLS : National Committee for Clinical Laboratory Standart

SSS : Scalded Skin Syndrome


(2)

xvii

Halaman

Lampiran 1 Rumus Konsentrasi ... 61

Lampiran 2 Hasil Eksplorasi ... 62

Lampiran 3 Hasil Penelitian ... 64

Lampiran 4 Data Penelitian ... 67

Lampiran 5 Hasil Analisis Statistik ... 68


(3)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bakteri Staphylococcus merupakan bakteri kokus Gram positif yang sering ditemukan sebagai flora normal pada permukaan kulit dan mukosa manusia. Kuman ini merupakan patogen yang penting pada manusia karena dapat menyebabkan penyakit sistemik yang mengancam jiwa, antara lain infeksi pada kulit, jaringan lunak, tulang, traktus urinarius dan infeksi oportunitis. Genus Staphylococcus terdiri dari 40 spesies, sebagian besar ditemukan pada manusia. Spesies yang paling sering menyebabkan infeksi pada manusia adalah S.aureus, S. epidermidis, S. haemoliyticus dan S.saphtopyticus (Murray, 2009).

Stapylococcus aureus dapat menyebabkan infeksi yang lebih serius oleh

karena adanya strain Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA). MRSA adalah suatu tipe dari bakteri Staphylococcus yang resisten terhadap methicillin dan oxacillin (Blanco et all, 2009). Dalam beberapa dekade belakangan ini, insiden infeksi MRSA terus meningkat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ajoke di Nigeria dilaporkan 63,3% terdeteksi MRSA dari 98 isolat

Staphylococcus aureus yang diambil dari 200 sampel swab hidung (Ajokee et all,

2012). Di Asia pravelensi infeksi MRSA kini mencapai 70%, sementara di Indonesia pada tahun 2006 pravelensinya mencapai 23,5% (Arnita, 2007). Menurut survei di SMF Ilmu Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya pada bulan Januari-Agustus 2008 dilaporkan 34,92% terdeteksi MRSA dari 63 isolat


(4)

Staphylococcus aureus dari infeksi luka operasi (Sumarsono, 2011). Zeller menyebutkan bahwa meningkatnya kejadian MRSA disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang tidak rasional dalam hal indikasi dosis dan durasinya (Zeller, 2007).

Infeksi pada pasien MRSA akan mengakibatkan morbiditas bahkan mortalitas, perawatan lebih lama serta biaya yang tinggi (Sumarsono, 2011). Biaya pengobatan yang tinggi pada infeksi ini disebabkan oleh prosedur isolasi yang mahal serta penggunaanan vankomisin sebagai obat pilihan terapi menggantikan metisilin. Vankomisin harganya sangat mahal dan tidak selalu tersedia di setiap pusat pelayanan kesehatan. Oleh karena itu diperlukan obat-obat tradisional yang efektif dan murah sebagai alternatif pengobatan terhadap infeksi

Staphylococcus aureus (Nurkusuma, 2009).

Indonesia sebagai salah satu negara penghasil tanaman obat-obatan yang potensial, memiliki tanaman obat yang jenisnya beraneka ragam. Salah satu tanaman obat yang saat ini popular di masyarakat yaitu bunga rosela. Bunga rosela mempunyai nama lain Hibiscus sabdariffa dari famili malvaceae . Tanaman ini memiliki daya tarik yang luar biasa. Hampir seluruh bagian, terutama kelopak bunga, biji, daun dan akar tanaman rosela bermanfaat untuk pengobatan, terutama pengobatan alternatif (Mardiah, 2009). Masyarakat memanfaatkan bunga rosela sebagai antihipertensi, antiseptik, diuretik, memperlancar buang air besar, menurunkan panas dan antibakteri (Bako, 2009).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Olaleye, 2007 di Nigeria dengan menggunakan metode difusi cakram mendapatkan hasil bahwa pada ekstrak kelopak bunga rosela terdapat aktivitas antimikroba yang signifikan.


(5)

3

Penelitian tersebut menunjukkan Minimum inhibitory concentration (MIC) kelopak bunga rosela terhadap Staphylococcus aureus sebesar 0,30±0,2 mg/ml dengan pelarut metanol. Menurut Olaleye kandungan kelopak bunga rosela yang diekstrak dengan menggunakan metanol terdapat saponin, tannin, dan alkaloid. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Sarkar dengan menggunakan pelarut etanol kandungan kimia yang terdapat dalam kelopak bunga rosela adalah saponin, flavanoid, tannin dan alkaloid, dimana bahan tersebut mempunyai efek sebagai antibakteri (Sarkar,2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Olaleye menunjukkan adanya efektifitas kelopak bunga rosela terhadap Staphylococcus aureus, maka peneliti juga ingin mengetahui apakah Staphylococcus aureus yang diperoleh di Malang memiliki kepekaan terhadap kelopak bunga rosela seperti Staphylococcus aureus di Nigeria yang diteliti oleh Olaleye. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pelarut etanol sebagai bahan ekstraksi kelopak bunga rosela. Penelitian ini menggunakan metode dilusi tabung oleh karena peneliti hanya menggunakan satu mikroorganisme sehingga lebih cepat dan lebih ekonomis.

Hasil penelitian pendahuluan yang peneliti lakukan, KHM dan KBM tidak dapat ditentukan karena pada konsentrasi terkecil yaitu 0.39% tidak didapatkan pertumbuhan kuman, sehingga peneliti menunurunkan konsentrasi hingga 0.0015%. Dari penelitian tersebut didapatkan KHM pada konsentrasi 0.0975% dan KBM pada konsentrasi 0.195%.

1.2Rumusan Masalah

Apakah ekstrak kelopak bunga rosela mempunyai efek antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus?


(6)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Membuktikan efek antimikroba ekstrak kelopak bunga rosela terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui Kadar Hambat Minimum ekstrak kelopak bunga rosela terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

2. Mengetahui Kadar Bunuh Minimum ekstrak kelopak bunga rosela terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis

1. Memberikan informasi ilmiah tentang pengaruh ekstrak kelopak bunga rosela terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro.

2. Menambah ilmu pengetahuan kepada masyarakat khususnya mengenai khasiat kelopak bunga rosela sebagai alternatif pengobatan infeksi akibat bakteri Staphylococcus aureus.

1.4.2 Manfaat Akademis

Dapat digunakan sebagai penelitian dasar yang dipakai untuk penelitian selanjutnya.