18
E d isi  5   |  Ta h u n   2 0 1 7
Kerugian Keuangan Negara
DUGAAN
TIPIKOR
Belum Tentu Benar ?
I. PENYEBAB KRIMINALISASI AUDIT
Tulisan Kriminalisasi Audit Kerugian Keuangan Negara ini berdasarkan pengalaman menjadi Ahli Audit Kerugian Keuangan Negara atas permintaan Terdakwa di 11 Provinsi yaitu Pengadilan Tipikor Medan, Padang,
Pekanbaru, Lampung, Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya. Banjarmasin, Pontianak, Palangkaraya serta Pengadilan Negeri Semarang, Jakarta Selatan dan PTUN Palangkaraya.
Dasar Ahli menjadi Ahli Audit Kerugian Keuangan Negara di Pengadilan Tipikor maupun Pengadilan Negeri dan PTUN adalah berdasarkan Laporan Hasil PemeriksaanAudit Kerugian Keuangan Negara yang diterbitkan
oleh BPK, BPKP, Inspektorat maupun Kantor Akuntan Publik
Ada dua  hal yang menjadi Penyebab mengapa terjadi Kriminalisasi dalam melakukan Audit Kerugian Keuangan Negara,yaitu :
1. Audit yang dilakukan bertentangan dengan Undang-Undang No.15 Tahun 2004 2. Hasil Audit bertentangan dengan Undang-Undang No.1 Tahun 2004
Ad 1. Audit Bertentangan dengan Undang-Undang No.15 Tahun 2004
Penyebab bertentangan dengan Undang-Undang No.15 Tahun 2004 adalah Audit yang dilakukan tidak berdasarkan Standar PemeriksaanAudit sehingga tidak sesuai dengan Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara yang menyebutkan,
Pemeriksaan adalah
: Proses Identiikasi Masalah, Analisis dan Evaluasi yang dilakukan secara Independen,
Obyektif dan Profesional Berdasarkan Standar Pemeriksaan untuk menilai Kebenaran, Kecermatan, Kredibilitas dan Keandalan Informasi mengenai Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Pasal 1 Angka 8
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara menyebutkan, Standar Pemeriksaan adalah : Patokan untuk melakukan Pemeriksaan Pengelolaan  dan  Tanggung  Jawab  Keuangan  Negara  yang  meliputi  Standar  Umum,  Standar  Pelaksanaan
Pemeriksaan, dan Standar Pelaporan yang Wajib Dipedomani oleh BPK danatau Pemeriksa.
pad a
19
E d isi  5   |  Ta h u n   2 0 1 7
Berdasarkan Undang-Undang tersebut Khususnya tentang Standar Pemeriksaan maka : 1.  Badan  Pemeriksa  Keuangan  BPK  menerbitkan  Peraturan  Badan  Pemeriksa  Keuangan
Republik  Indonesia  Nomor  01  Tahun  2007  tentang  Standar  Pemeriksaan  Keuangan  Negara SPKN.
2.  Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara MENPAN menerbitkan Peraturan Nomor
:  PER05M.PAN032008  Tgl  31  Maret  2008  Tentang  Standar  Audit  Aparat  Pengawasan Intern Pemerintah APIP.
Pelaksanaan PemeriksaanAudit yang tidak berdasarkan SPKN maupun Standar Audit APIP adalah: a.  Auditiyang  diperiksa  tidak  mengetahui  kalau  Tim  Audit  sedang  melakukan  Audit  Kerugian
Keuangan Negara, hal ini disebabkan tidak ada tembusan Surat Tugas Audit kepada Auditi b.  Tim Audit tidak melakukan KlariikasiKonirmasi kepada Auditi tentang Kelengkapan data
bukti audit, hal ini disebabkan Tim Audit percaya saja dengan bukti audit yang diterima dari Penyidik Korupsi, padahal data tersebut belum tentu lengkap.
Bukti audit Harus Cukup, Kompeten dan Relevan.
Bukti audit yang cukup berkaitan dengan jumlah bukti yang dapat dijadikan sebagai dasar
untuk penarikan suatu kesimpulan audit. Untuk menentukan kecukupan bukti audit, auditor harus  menerapkan  pertimbangan  keahliannya  secara  profesional  dan  obyektif.  bukti  audit
harus diperoleh dengan tidak menggunakan metode sampling.
Bukti audit disebut kompeten jika bukti tersebut sah dan dapat diandalkan untuk menjamin
kesesuaian dengan faktanya. Bukti yang sah adalah bukti yang memenuhi persyaratan hukum dan peraturan perundang-undangan. Bukti yang dapat diandalkan berkaitan dengan sumber
dan cara perolehan bukti itu sendiri.
Bukti audit disebut relevan jika bukti tersebut secara logis mendukung atau menguatkan
pendapat atau argumen yang berhubungan dengan tujuan dan kesimpulan audit. Pengumpulan bukti harus dilakukan dengan teknik-teknik tertentu antara lain wawancara kepada pengadu,
saksi,  korban,  dan  pelaku;  reviu  catatan;  pengumpulan  bukti  forensik;  pengintaian  dan pemantauan; serta penggunaan teknologi komputer.
c.  Tim Audit tidak melakukan Pengujian Bukti berupa KlariikasiKonirmasi kepada Auditi dan pihak-pihak terkait tentang kebenaran bukti, hal ini disebabkan Tim
Audit  percaya  saja  dengan  bukti  audit  yang  diterima  dari  Penyidik  Korupsi, padahal bukti tersebut tersebut belum tentu benar.
d.  Tim  Audit  tidak  memberi  kesempatan  kepada  Auditi  untuk melakukan  sanggahanjawaban  atas  kesimpulan  hasil  audit,hal
ini  disebabkan  Auditor  Otoriter  sehingga  menggangap  hasil auditnya sudah benar padahal tidak benar.
e.  Auditi  tidak  mengetahui  Penyebab  dan  besarnya  Kerugian Keuangan  Negara,  hal  ini  dikarenakan  Auditor  tidak
memberikan tembusan Laporan Hasil Audit kepada Auditi.
Ad 2. Hasil Audit Bertentangan dengan Undang-Undang No.1 Tahun 2004
Penyebab  Hasil  Audit  bertentangan  dengan  Undang-Undang No.1  Tahun  2004  adalah  Hasil  Auditnya  Tidak  Nyata  dan  Tidak
Pasti  Jumlahnya  sehingga  tidak  sesuai  dengan  Pasal  1  Angka  22 Undang-Undang  Nomor  1  Tahun  2004  Tentang  Perbendaharaan
Negara  yang  menyebutkan  Kerugian  NegaraDaerah  adalah  : Kekurangan  Uang,  Surat  Berharga,  dan  Barang  Yang  Nyata  dan
20
E d isi  5   |  Ta h u n   2 0 1 7
Pasti Jumlahnya sebagai akibat Perbuatan Melawan Hukum Baik Sengaja  maupun Lalai.
Penyebab Hasil Audit Kerugian Keuangan Negara Tidak Nyata dan Tidak Pasti Jumlahnya adalah : a. Data Tidak Lengkap tapi dipaksakan menghitung
b. Metode Perhitungan yang tidak benar c. Salah mengartikan Kerugian Keuangan Negara
II. MENGURANGI DAN MENGGUGURKAN HASIL AUDITPENETAPAN TERSANGKA