Penggunaan Zeolit Beramonium dan Analog Hidroksi Metionin dalam Ransum Sapi Perah Laktasi

PENGGUNAAN ZEOLIT BERAMONIUM DAN
ANALOG HIDROKSI METIONIN DALAM
RANSUM SAP1 PERAH LAKTASI

oleh
NUR-AENI SIGIT

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1995

RINGKASAN
NUR-AENI SIGIT'

Penggunaan

Zeolit Beramonium dan Analog Hidroksi

Metionin dalam Ransum Sapi Perah Laktasi (di bawah bimbingan Adi Sudono
(ketua), Toha Sutardi, Djokowoerjo Sastradipradja, Mirnawati Sudarwanto,,dan
Wasmen Manalu).

Persediaan pakan dipengaruhi kondisi dan fluktuasi hijauan.

Lahan makin

'

menyempit menyebabkan ketersediaan hijauan terbatas. Proporsi hijauan menyusut dan
konsentrat meningkat dalam ransum dapat menurunkan kadar lemak susu.
Protein dalam konsentrat umumnya tahan degradasi,

sehingga sering tidak

dapat memenuhi kebutuhan N untuk mikroba. Urea biasa digunakan sebagai sumber

N, tetapi karena di dalam rumen cepat dirombak menjadi amonia maka penggunaannya
hams dilengkapi sumber karbohidrat mudah difermentasikan.
Zeolit adalah kristal aluminosilikat berstruktur tiga dimensi, berongga, dan
dapat berperan sebagai penukar kation. Dengan teknologi amoniasi dan tukar kation,
zeolit dapat diisi oleh ion amonium menjadi zeolit beramonium (Z-NH4). Di dalam
rumen ion amonium zeolit akan dilepaskan secara bertahap sesuai dengan ketersediaan

ion penukar yang berasal dari saliva sehingga tidak terjadi akumulasi amonia.
Metionin dapat meningkatkan lemak susu, akan tetapi metionin merupakan asam
amino pembatas pertama pada pakan.

Metionin di dalam rumen ternyata

mudah

didegradasi. Melalui proses transarninasi, kekurangan metionin kemungkinan dapat
dipenuhi oleh analog hidroksi metionin (AHM) yang lebih tahan degradasi.
Penelitian bertujuan mengkaji manfaat Z-NH4 dan AHM serta kombinasinya
terhadap konsumsi pakan, metabolisme di rumen, kondisi tubuh, produksi dan
komposisi susu sapi perah,

menduga produksi panas tubuh serta mengkaji manfaat

penggunaan zeolit terhadap kualitas susu. Penggunaan zeolit b e r a n o n i u m ~ ~ . ~ a n a l o g

,


hidroksi metionin diharapkan dapat memperbaiki komposisi dan meningkatkan mutu
susu.
Percobaan dilaksanakan di PT Baru Adjak Bandung, PT Kariyana Gita Uiama
Sukabumi, Laboratorium Ilmu Nutrisi Fakultas Peternakan, Laboratorium Fisiologi dan
Laboratorium Kesehatan Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, IPB.

2-NH4 dibuat

dengan merendam zeolit di dalam larutan NH40H 1N selama 1 minggu. AHM yang
digunakan buatan Sunco Amerika Serikat.
Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok pola faktorial 3 x 3. Faktor
pertama 3 taraf 2-NH4, yaitu 056, 1.5 % dan 3.0% bahan kering konsentrat atau 0, 150
dan 300 g/ekor/hari. Faktor kedua taraf AHM, yaitu 0 %, 0.1 % dan 0.2% atau 0, 10
dan 20 glekorlhari. Perlakuan diulang 3 kali (sebagai kelompok). Ransum terdiri atas

konsentrat dan rumput Gajah dengan nisbah 75:25.
Percobaan in M'vo dilakukan pada 27 ekor sapi perah awal laktasi. Peubah yang
diukur adalah perubahan bobot badan, konsumsi zat makanan, produksi dan komposisi
susu, dan nilai dugaan produksi panas. Penentuan koefisien cerna dilakukan secara i n
vitro. Konsentrasi N-amonia diukur dengan teknik mikrodifusi Conway dan konsentrasi


asam lemak atsiri (VFA) dengan penyuIingan uap. Sintesis protein mikroba diukur
sebagai perunut. Percobaan in sit*,
dengan teknik radioisotop, menggunakan 3 2 ~
dengan teknik kantong nilon, mengukur degradasi bahan kering dan bahan organik.
Percobaan pengamatan h a l i t a s air susu menguji 4 perlakuan, yaitu kontrol,
"teat dipping", zeolit dan "teat dipping"

+ zeolit.

Perhitungan jumlah bakteri dalarn

susu menggunakan metode cacah koloni setelah pembiakan pada media agar dalam
cawan.

Penghitungan dilakukan untuk cawan yang mengandung 25 - 250 koloni.
Z-NH4 1.5 dan 3.0% atau AHM 10 clan 20 g/ekor/hari tidak mengakibatkan

pembahan konsumsi bahan kering maupun zat-rat makanan linnya. Koefisien cerna


bahan kering dan bahan organik tidak dipengaruhi oleh 2-NH4 atau oleh AHM maupun
interaksinya. Baik

2-NH4 maupun AHM serta interaksinya tidak mempengaruhi

degradasi ransum dalam kantong nilon.
2-NH4 meningkatkan produksi N-NH3 secara Iinier (P < 0.06). Produksi Nz
NH3 yang dihasitkan oleh ransum ZO (kontrol), 21 dan 2 2 masing-masing adalah 5.46,
5.76 clan 6.07 mM. Penarnbahan AHM tidak mengubah produksi N-amonia.

Produksi

VFA tidak berubah baik oleh 2-NH4 rnaupun AHM. Produksi VFA ransum yang
mengandung 2-NH4 20, Z1 dan 22 masing-masing 59.48, 62.07 dan 64.14 mM.
Produksi VFA untuk AO, A1 dan A2 masing-masing 65.69, 62.58 dan 57.4 1 mM.
Sintesis protein mikroba

sangat nyata dipengaruhi

oleh


2-NH4 (P < 0.01)

tetapi tidak dipengaruhi oleh AHM maupun interaksinya. Z N H 4 meningkatkan sintesis

protein

mikroba

secara

linier

dengan persarnaan

Y

=

176.22


+ 0.330

X

(Y = Protein mikroba, X = Taraf Z-NH4). Protein mikroba yang disintesis oleh
penambahan 2-NH4

150 dan 300 gram masing-masing ialah 252.8 dan 261.8

mg/l/jam.
2-NH4 dan AHM maupun kombinasinya tidak mengakibatkan produksi susu

dan produksi susu 4 % FCM berbeda. Produksi susu rataan hasil percobaan ini sebesar
16.61 k 0.42 kg/ekor/hari.
Z-NH4 dan AHM sangat nyata ( P t 0.01) mempengaruhi kadar lemak susu,
namun interaksinya tidak nyata. Antara ZO dan 2 1 kadar lemak susu naik sebesar 0.25
persen atau 5.81 persen unit, tetapi antara 21 dan 2 2 turun sebesar 0.52 persen atau
12.09 persen unit. AHM dapat meningkatkan kadar lemak air susu (P