PENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT BERAMONIUM DAN MINERAL ORGANIK PADA RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN ORGANIK PADA SAPI PO

(1)

ABSTRACT

THE EFFECT OF AMMONIATED ZEOLITE AND ORGANIC MINERAL IN RATION OF DIGESBILITY DRY SAMPEL AND DIGESBILTY ORGANIC

SAMPEL OF THE COWS MIXED ONGOLE

By

Hery Donni Sinaga

The objective of this research was to evaluate; (1) the effect of ammoniated zeolite in ration of digestibility dry sample and digestibility organic sample of the cows mixed ongole; (2) the effect of ammoniated zeolite and organic mineral in ration of digestibility dry sample and digestibility organic sample of the cows mixed ongole;.(3) the influence organic mineral in ration of digestibility dry sample and digestibility organic sample of the cows mixed ongole.

This research was implemented on November until December 2010, in animal husbandry cowshed. Faculty of Agriculture. Lampung University. The analyzed sample of ration and feces was done in Nutrition and Fodder Laboratory. Animal Husbandry Major. Faculty of Agriculture .Lampung University. This research was used random block design with three treatments and three replications. The

treatments was arranged R1: basal ration consist of 7% cassava leaves +93% concentrates (19% palm kernel cake, 12% bran, 42% onggok, 19% brown pod, premix 1%; R2: R1+3% zeolites beramonium; R3=R1+3% zeolites beramonium+ organic mineral 1%.The research showed that: (1) The Basal ration than The mixing basal ration that gave 3% ammoniated zeolite (R1 vs R3) had no effect (P>0,05) of digestibility in dry sample and organic sample;.(2) The basal ration than The mixing basal ration that gave 3% ammoniated zeolites and 1% organic mineral (R1 vs R3) had effect of digestibility in dry sample and organic; (3). The basal ration than the mixing basal feed that gave ammoniated zeolites and organic mineral (R2 vs R3) had no effect of digestibility in dry sample and organic.


(2)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT BERAMONIUM DAN MINERAL ORGANIK PADA RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN ORGANIK PADA SAPI PO

Oleh Hery Doni Sinaga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh pemberian zeolit

beramonium dalam ransum terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik pada sapi PO; (2) pengaruh pemberian zeolit beramonium dan mineral organik dalam ransum terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik pada sapi PO; (3) pengaruh pemberian mineral organik dalam ransum terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik pada sapi PO. Penelitian ini dilaksanakan pada November sampai dengan Desember 2010, bertempat di kandang Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas

Lampung. Analisis sampel pakan dan feses dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga kali perlakuan dan tiga kali ulangan. Adapun Ransum perlakuan yang diberikan adalah : R1: ransum basal mengandung 7% daun singkong + 93% Konsentrat ( 19% bungkil kelapa , 12% dedak, 42% onggok, 19% pod cokelat, premix 1%); R2: R1 + 3% zeolit beramonium; R3: R1 + 3% zeolit beramonium + 1% mineral organik. Data yang diperoleh dianalisis ragam pada taraf nyata 5% dan atau 1%. Setlah itu, dilanjutkan dengan uji kontras ortogonal pada taraf nyata 5% dan atau 1%. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) ransum basal

dibandingkan dengan ransum basal yang ditambah 3 % zeolit beramonium (R1 vs R2) berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kecernaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organik (KCBO) pada sapi PO; (2) ransum basal

dibandingkan dengan ransum basal yang ditambah 3% zeolit beramonium dan 1% mineral organik (R1 vs R3) berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kecernaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organik (KCBO) pada sapi PO; (3) ransum basal yang ditambah zeolit beramonium dibandingkan dengan ransum basal yang ditambah zeolit beramonium dan mineral organik (R2 vs R3)

berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kecernaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organik (KCBO) pada sapi PO


(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Pakan merupakan salah satu komponen yang berperan penting dalam budidaya ternak untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pakan berguna untuk kebutuhan pokok, produksi, dan reproduksi. Pemberian pakan yang mencukupi baik kualitas maupun kuantitas sehingga dapat meningkatkan produksi ternak ruminansia.

Bahan makanan merupakan biaya produksi paling besar pada usaha ternak sapi yaitu sampai mencapai 60%— 80% dari biaya produksi total, sehingga dapat meningkatnya efisiensi penggunaan bahan makan oleh sapi pada akhirnya dapat menghasilkan kenaikan yang nyata pada efisiensi usaha ternak sapi.

Salah satu solusi untuk meningkatkan dan menjaga produktivitas ternak dengan memaksimumkan pemberian bahan-bahan pelengkap (suplement). Harga yang relatif mahal dari bahan-bahan pelengkap, tidak selalu mudah diperoleh di semua tempat, dan karena dosis yang diperoleh sangat sedikit sehingga pencampurannya ke dalam ransum menuntut keterampilan tertentu untuk mengefektifkan dari beberapa diantara faktor-faktor pembatas penggunaan bahan pelengkap.

Salah satu bahan yang saat ini sedang diteliti pemanfaatannya sebagai campuran ransum ternak adalah zeolit beramonium dan mineral organik. Penggunaan zeolit


(4)

sebagai pakan tambahan untuk ternak telah menunjukkan efek yang positif. Zeolit yang telah dijenuhi oleh ion amonium ini selanjutnya disebut sebagai zeolit

beramonium. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa pemberian zeolit dapat menaikkan kecepatan pertambahan berat badan, keefeisienan penggunaan makanan (Mumpton and Fishman, 1997; Mumpton, 1984). Respon-respon positif ini diduga berhubungan dengan aksi zeolit untuk mengikat bahan-bahan toksis yang ada di dalam saluran pencernaan dan menaikkan intensitas proses-proses pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan, sehingga mempengaruhi

peningkatan pertumbuhan dan produksi ternak.

Mineral digolongkan menjadi dua yaitu mineral makro dan mineral mikro. Dalam bentuk bebas mineral makro dan mikro dapat saling berinteraksi positif dan negatif dengan lemak, protein atau bahan organik lain dalam saluran pencernaan ruminansia sehingga mineral tersebut akan terbuang bersama feses. Hal ini akan menyebabkan tubuh ternak kekurangan mineral dalam tubuhnya. Mineral makro terdiri dari Ca, Mg dan mineral mikro terdiri dari Zn,Cu,Cr, dan Se.

Mineral Ca berfungsi merupakan unsur utama dalam pembentukan tulang. Menurut Parakkasi (1998), sekitar 99% kalsium terdapat dalam jaringan tulang dan gigi. Kalsium essensial untuk pembentukan tulang, dan pembekuan darah, serta dibutuhkan bersama Natrium dan Kalium untuk denyut jantung yang normal dan berhubungan erat dengan pemeliharaan keseimbangan asam basa (Anggorodi, 1990).

Mineral Mg tergolong mineral makro. Magnesium terlibat dalam metabolism karbohidrat dan lemak yakni sebagai katalisator enzim. Selain itu magnesium juga


(5)

dibutuhkan dalam oksidasi dalam sel dan mempengaruhi activator neuromuscular (Parakkasi,1998). Mineral ini diperlukan dalam oksidasi fosforilasi untuk

pembentukan ATP dan merupakan activator untuk semua reaksi enzim yang membutuhkan tiaminpiropospat (TPP), yaitu, oksidasi piruvat, perubahan alfa-ketoglutarat menjadi suksinil Co-A, dan reaksi transketolase (Tillman et al., 1998).

Mineral Zn sangat berperan dalam sintesa protein oleh mikroba dengan cara mengaktifkan enzim-enzim mikroba (Arora, 1995). Selain itu mineral Zn juga berfungsi sebagai activator dan komponen dari beberapa dehidrogenase, peptidase dan fosfatase yang berperan dalam metabolisme asam nukleat, sintesis proteindan metabolisme karbohidrat (Parakkasi, 1998). Defisiensi mineral ini sangat

merugikan bagi ternak ruminan karena dapat mengakibatkan penurunan fungsi rumen sehingga produksi VFA akan menurun (Parakkasi, 1998) yang pada akhirnya akan dapat menurunkan pertumbuhan ternak tersebut

Mineral Cu berfungsi sebagai katalisator enzim metallo-protein karena Cu merupakan salah satu unsur enzim tersebut. Penambahan mineral Co bersama dengan Cu dapat meningkatkan kecernaan serat kasar pada ternak ruminansia (Arora, 1995). Defisiensi Cu akan mengakibatkan ternak mengalami anemia karena seruplasmin dalam tubuh akan rendah sebagai imbas dari rendahnya mineral Cu (Tillman et al., 1998).

Mineral Cr termasuk mineral mikro yang harus tersedia dalam tubuh dalam jumlah yang sedikit. Kromium berperan dalam sintesis lemak, metabolisme protein dan asam nukleat (McDonald, 1995). Selanjutnya McDonald (1995)


(6)

menyatakan bahwa defisiensi mineral Cr dapat mengakibatkan penurunan

kolesterol darah dan peningkatan HDL (High Density Lipoprotein) dalam plasma darah. Selain itu mineral Cr esensial untuk kerja optimum hormon insulin dan jaringan mamalia serta terlibat dalam kegiatan lipase.

Selenium dalam jumlah yang normal dapat menstimulir sintesa protein mikroba namun sebaliknya, jika berlebih akan menghambat sintesa protein mikroba (Arora, 1995). Mineral ini mungkin juga diperlukan dalam mekanisme

penyerapan lipid di saluran pencernaan atau pengangkutan lemak melalui dinding usus (Parakkasi, 1998)

Penggunaan mineral harus dalam bentuk mineral organik. Pemberian mineral organik dapat meningkatkan ketersediaan mineral dalam tubuh. Melihat kedua bahan tersebut dilakukanlah sebuah penelitian yang tujuannya untuk mengetahui apakah dengan zeolit beramoniasi dapat berpengaruh terhadap konsentrat amonia. Secara tidak langsung dapat menunjukkan ada tidaknya aksi pengikat amonia di dalam saluran pencernaan atau dengan campuran zeolit beramonium dan mineral organik yang dapat berpengaruh terhadap konsentrat amonia.

B. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) untuk mengetahui pengaruh pemberian zeolit beramonium dalam ransum terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik pada sapi PO;


(7)

2) untuk mengetahui pengaruh pemberian zeolit beramonium dan mineral organik dalam ransum terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik pada sapi PO;

3) untuk mengetahui pengaruh pemberian mineral organik dalam ransum terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik pada sapi PO.

C. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan nyata penambahan wawasan ilmu pengetahuan dan informasi tentang pengaruh pemberian zeolit beramonium dan mineral organik terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik pada sapi peranakan ongole

D. Kerangka Pemikiran

Pakan merupakan salah satu komponen yang berperan penting dalam budidaya ternak untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pakan berguna untuk kebutuhan pokok, produksi dan reproduksi. Pemberian pakan yang mencukupi baik kualitas maupun kuantitas sehingga dapat meningkatkan produksi ternak ruminansia. Bahan makanan merupakan biaya produksi paling besar pada usaha ternak sapi yaitu sampai mencapai 60% —80% dari biaya produksi total, sehingga dapat meningkatnya efisiensi penggunaan bahan makan oleh sapi pada akhirnya dapat menghasilkan kenaikan yang nyata pada efisiensi usaha ternak sapi

Salah satu solusi untuk meningkatkan dan menjaga produktivitas ternak dengan memaksimumkan pemberian bahan-bahan pelengkap (suplement) baik yang tidak


(8)

mengandung zat nutrisi seperti antibiotik, antioksidan dan perangsang nafsu makan maupun yang mengandung zat nutrisi seperti mineral, vitamin, asam amino, dan asam lemak tambahan. Salah satu bahan yang saat ini sedang diteliti pemanfaatannya sebagai campuran ransum ternak adalah zeolit beramonium dan mineral organik.

Penggunaan zeolit sebagai pakan tambahan untuk ternak telah menunjukkan efek yang positif. Zeolit dapat meningkatkan nafsu makan dan mengurangi penyakit lambung, mengontrol kandungan NH3dalam kotoran, serta berperan dalam mekanisme biologis untuk memperlancar proses pencernaan, fisiologis, dan biokimia ternak (Mumpton dan Fishman, 1997). Penambahan zeolit ke dalam ransum ternak, menyebabkan kelebihan ion NH4 dapat diikat oleh zeolit sehingga dapat dimanfaatkan oleh bakteri untuk keperluan sintesa protein sesuai dengan kebutuhan, dengan demikian zeolit disini berfungsi sebagai buffer ion NH4. Kemampuan zeolit untuk membantu proses penyerapan zat-zat makanan dari dalam ransum serta sifat zeolit sebagai buffer menyebabkan zat-zat makanan akan terserap dengan baik oleh ternak (Arifin dan Komarudin, 1999).

Semua pakan yang masuk ke dalam tubuh ternak ruminansia akan dicerna oleh mikroba rumen yang terdapat dalam rumen ternak tersebut. Mikroba tersebut akan menghasilkan enzim yang mencerna pakan. Kerja enzim sangat dipengaruhi oleh kehadiran mineral sebagai aktivator dan komponen enzim tersebut.

Pemberian mineral dalam bentuk anorganik tidak dapat mencukupi kebutuhan mineral dalam tubuh ternak akibat adanya interaksi mineral dengan bahan dalam saluran pencernaan. Untuk menghindari interaksi tersebut, mineral harus terlebih


(9)

dahulu berikatan dengan bahan pengikat organik sebelum masuk ke dalam tubuh ternak. Keunggulan penggunaan mineral organik antara lain mudah larut dan mudah diserap dalam tubuh ternak serta dapat langsung masuk ke dalam sel organ sasaran dan lebih efisien penggunaannya (Sutardi, 2003). Dengan adanya

penambahan mineral organik dalam ransum diharapkan meningkatkan populasi mikroba rumen sehingga kecernaan terhadap zat-zat makanan meningkat.

E. Hipotesis

Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan ialah:

1) zeolit beramonium dalam ransum berpengaruh terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik pada sapi PO bila dibandingkan dengan ransum tanpa pemberian zeolit beramonium.;

2) zeolit beramonium dan mineral organik dalam ransum berpengaruh terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik pada sapi PO bila dibandingkan dengan ransum tanpa pemberian zeolit beramonium dan mineral organik;

3) pemberian mineral organik dalam ransum berpengaruh terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik pada sapi PO bila


(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Zeolit Beramonium

Zeolit pertama kali ditemukan pada 1756 oleh Cronstedt, seorang ahli mineralogi Swedia. Zeolit berasal dari dua kata Yunani yaitu Zein berarti mendidih dan lithos yang artinya mengembang jika dipanaskan. Zeolit merupakan mineral alumina silikat terhidrat yang tersusun atas tetrahedral-tetrahedral alumina (AlO4

5-) dan silika (SiO44-) yang membentuk struktur bermuatan negatif dan berongga

terbuka/berpori. Muatan negatif pada kerangka zeolit dinetralkan oleh kation yang terikat lemah. Selain kation, rongga zeolit juga terisi oleh molekul air yang

berkoordinasi dengan kation. Zeolit pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu zeolit alam dan zeolit sintetik. Zeolit alam biasanya mengandung kation-kation K+ ,Na+, Ca2+ atau Mg2+ sedangkan zeolit sintetik biasanya hanya mengandung kation-kation K+ atau Na+. Pada zeolit alam, adanya molekul air dalam pori dan oksida bebas di permukaan seperti Al2O3, SiO2, CaO, MgO, Na2O,

K2O dapat menutupi pori-pori atau situs aktif dari zeolit sehingga dapat

menurunkan kapasitas adsorpsi maupun sifat katalisis dari zeolit tersebut. Inilah alasan mengapa zeolit alam perlu diaktivasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Aktivasi zeolit alam dapat dilakukan secara fisika maupun kimia. Secara fisika, aktivasi dapat dilakukan dengan pemanasan pada suhu


(11)

300—400 oC dengan udara panas atau dengan sistem vakum untuk melepaskan molekul air. Sedangkan aktivasi secara kimia dilakukan melalui pencucian zeolit dengan larutan Na2EDTA atau asam-asam anorganik seperti HF, HCl dan H2SO4

untuk menghilangkan oksida-oksida pengotor yang menutupi permukaan pori. Struktur ini menunjukkan zeolit mampu menyerap dan melepas air secara reversible dan menukar kation yang ada di dalamnya, tanpa perubahan yang berarti pada strukturnya (Mumpton dan Fishman, 1977). Zeolit terbentuk dari reaksi antara batuan tufa asam berbutirat halus dan bersifat riolistis dengan air pori atau air meteorik.

Struktur zeolit tersusun dari kerangka tetrahedra A104 dan Si04 yang sangat terbuka serta banyak terdapat saluran atau ruang. Berat jenisnya berkisar 2,0—2,4 (Hurlburt and Klein, 1977). Dalam struktur zeolit sebagian Si digantikan oleh A1. Untuk setiap Si yang digantikan oleh A1 dalam kisi kristal akan terbentuk muatan negatif. Muatan negatif ini akan dinetralkan terutama oleh kation monovalen dan divalen dari golongan alkali dan alkali tanah (Anwar et al., 1985).

Di alam zeolit terdapat dalam deposit-deposit sebagai hasil reaksi abu vulkanis atau bahan-bahan aluminosilikat lain. Dengan waktu yang cukup dan lingkungan kimia yang cocok hampir semua rektan yang kaya silicon dapat berubah menjadi zeolit. Sampai saat ini dikenal sekitar 50 jenis zeolit alam. Lima jenis diantaranya banyak digunakan dalam pertanian yaitu klipnotilolit, kabazit, fillipsit, erionit, dan mordenit. Karena terbentuk secara bertahap, batuan zeolit biasanya mengandung 50%—95% zeolit murni, sisanya berupa bahan-bahan vulkanis yang bersifat lembab (Mumpton,1984). Batuan zeolit berkualitas tinggi idealnya mengandung


(12)

90%—95% zeolit murni. Akan tetapi kemurnian seperti ini jarang ditemukan (Mumpton, 1984).

Sehubungan dengan komposisi kimia dan struktur fisiknya zeolit mempunyai sifat-sifat yang unik antara lain dapat mempertukarkan kation, menyerap molekul secara selektif dan mengalami hidrasi atau dehidrasi tanpa menimbulkan

perubahan yang nyata pada strukturnya (Mumpton and fishman, 1977; Mumpton 1984). Aplikasi zeolit dalam bidang pertanian terutama melibatkan sifat menukar kation dan menyerap molekul. Kation-kation logam yang digunakan untuk

menetralkan kekurangan muatan positif akibat penggantian sebagian Si4 dengan Al3, terikat secara longgar pada kerangka tektosilikat zeolit. Keadaan ini

membuatnya mudah dipertukarkan dengan kation-kation lain (Mumpton, 1984)

Kerangka tektosilikat zeolit tersusun dalam struktur tiga dimensi sehingga

menghasilkan pori-pori dan rongga-rongga kosong yang tersebar di seluruh tubuh Kristal. Diameter pori-pori zeolit alam umumnya berkisar antara 3—10 amstrong. Sedangkan volume rongga-rongga kosong dapat mecapai 30%—50% dari volume total zeolit (Mumpton and Fishman,1977). Rongga-rongga kosong ini biasanya diisi oleh molekul air yang membentuk bidang hidrasi sekitar kation-kation mobil. Bila dehidrasi, zeolit akan membentuk struktur yang microporous dengan luas permukaan internal dapat mencapai beberapa ratus ribu m2/kg zeolit. Sifat inilah yang membuat zeolit dapat menyerap molekul gas atau cairan secara selektif (Mumpton, 1984). Unit dasar pembentukan zeolit adalah SiO4 dan AlO4 yang memilki kemampuan absorbs yang besar dengan rumus molekul


(13)

(55,47%), Al2O3 (20,48%), Fe2O3 (2,36%), TiO2 (0,67%), CaO (1,04%), MgO (0,60%), K2O (4,03%), Na2O (1,01%), MnO2 (0,11%), dan loss on ignition (14,17%).

Penambahan zeolit ke dalam ransum ternak menyebabkan kelebihan ion NH4 yang terdapat dalam ransum diikat oleh zeolit . Zeolit yang telah dijenuhi oleh ion amonium ini selanjutnya disebut sebagai zeolit beramonium. Di dalam rumen, zeolit beramonium dapat berperan sebagai pemasok amonia, yaitu dengan melepaskan NH4 melalui proses pertukaran dengan kation-kation yang masuk dari saliva, terutama Na dan K. Proses pelepasan NH4 dari zeolit

diperkirakan terjadi secara berkelanjutan dan perlahan-lahan, karena pasokan kation-kation secara bertahap. Peristiwa pelepasan amonia secara bertahap dapat memungkinkan pengendalian konsentrasi amonia dalam rumen, sehingga dapat berada dalam kisaran konsentrasi yang cukup dan tidak terlalu fluktuatif dan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi ternak

B. Mineral Organik

Mineral digolongkan menjadi dua yaitu mineral makro dan mineral mikro. Bioproses dalam rumen dan pascarumen harus didukung oleh kecukupan mineral makro dan mikro. Mineral-mineral ini berperan dalam optimalisasi bioproses dalam rumen dan metabolisme zat-zat makanan. Mineral mikro dan makro di dalam alat pencernaan ternak dapat saling berinteraksi positif atau negatif dan faktor lainnya seperti asam fitat, serat kasar, dan zat-zat lainnya dapat


(14)

organik dapat meningkatkan ketersediaan mineral sehingga dapat lebih tinggi diserap dalam tubuh ternak (Muhtarudin, 2003). Mineral dalam bentuk chelates dapat lebih tersedia diserap dalam proses pencernaan. Agensia Chelating dapat berupa karbohidrat, lipid, asam amino, fosfat, dan vitamin. Dalam proses pencernaan chelates dalam ransum memfasilitasi menembus dinding sel usus. Secara teoritis, chelates meningkatkan penyerapan mineral. Mineral-mineral ini merupakan mineral pembentuk mineral organik yang berperan dalam optimalisasi bioproses dalam rumen dan metabolisme zat-zat makanan. Dalam bentuk bebas mineral makro dan mikro dapat saling berinteraksi positif dan negatif seperti asam fitat, serat kasar, dan zat-zat lainnya dapat menurunkan ketersedian mineral. Pemberian mineral dalam bentuk organik dapat meningkatkan ketersediaan sehingga dapat lebih tinggi diserap dalam tubuh ternak. Pembuatan mineral organik dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya cara biologis dan cara kimiawi. Penggunaan suplementasi mineral organik (Ca, Mg (Mineral makro) dan Zn,Cu,Cr, Se (Mineral mikro)) diharapkan dapat meningkatkan penyerapan bioproses rumen, pascarumen dan metabolisma zat makanan dalam upaya meningkatkan produksi ternak ruminansia.

1. Mineral Zn

Jumlah mineral Zn yang harus ada dalam bahan kering ransum sapi dianjurkan berkadar 40 mg/kg ransum (NRC,1988), sedangkan yang tersedia dalam pakan ruminansia di Indonesia hanya sekitar setengahnya (Little,1986). Mineral Zn memiliki tingkat absorpsi yang rendah. Reaksi antara Zn dengan lisin akan


(15)

terbentuk mineral organic yang memiliki absorpsitabilitas yang tinggi dan lolos degradasi rumen sehingga langsung terdeposisi ke dalam organ yang memerlukan (Prihandono, 2001). Mineral Zn sangat berperan dalam sintesa protein oleh mikroba dengan cara mengaktifkan enzim-enzim mikroba. Selain itu mineral Zn juga berfungsi sebagai aktivator dan komponen dari beberapa dehidrogenase, peptidase dan fosfatase yang berperan dalam metabolisme asam nukleat, sintesis proteindan metabolisme karbohidrat (Parakkasi, 1998). Defisiensi mineral ini sangat merugikan bagi ternak ruminan karena dapat mengakibatkan penurunan fungsi rumen sehingga produksi VFA akan menurun (Parakkasi, 1998) yang pada akhirnya akan dapat menurunkan pertumbuhan ternak tersebut (Tillman et al., 1998).

2. Mineral Cu

Bahan kering ransum sapi dianjurkan berkadar Cu 10 mg/kg ransum (NRC, 1988). Jumlah Cu yang terdapat dalam tubuh dan, pakan biasa tidak dapat mencukupi kebutuhan Cu ternak. Analisis mineral tanah, pakan, darah dan organ tubuh ternak sapi yang dipotong di Jawa Tengah pada tahun 1983 memperlihatkan status Cu yang berkisar dari defisien sampai marjinal (Sutardi, 2002)

Mineral Cu berfungsi sebagai katalisator enzim metallo-protein (Tillman et al., 1998) karena Cu merupakan salah satu unsur enzim tersebut. Penambahan mineral Co bersama dengan Cu dapat meningkatkan kecernaan serat kasar pada ternak ruminansia. Defisiensi Cu akan mengakibatkan ternak mengalami anemia karena seruplasmin dalam tubuh akan rendah sebagai imbas dari rendahnya mineral Cu (Tillman et al., 1998).


(16)

Kemampuan ternak ruminansia dalam menyerap mineral Cu sangat rendah. Hanya sekitar 1—3% Cu dari ransum yang dapat diserap oleh tubuh ternak dan diatur oleh metallotionin yang sekaligus tempat berlangsungnya interaksi antara Cu dan Zn dalam usus. Jumlah Zn yang tinggi dapat menyebabkan daya absorpsi Cu rendah karena adanya sifat antagonis Cu terhadap Zn (Sutardi, 2002).

3. Mineral Se

Ransum sapi perah dianjurkan agar mengandung Se 0,3 mg/ton bahan kering ransum (NRC, 1988). Selenium dalam jumlah yang normal dapat menstimulir sintesa protein mikroba namun sebaliknya, jika berlebih akan menghambat sintesa protein mikroba. Mineral ini mungkin juga diperlukan dalam mekanisme

penyerapan lipid di saluran pencernaan atau pengangkutan lemak melalui dinding usus (Parakkasi, 1998). Kombinasi mineral Se dengan vitamin E berperan dalam sistem imun dan dapat mencegah keracunan logam berat (McDonald, 1995).

Defisiensi Se pada unggas dapat menyebabkan diatesis eksudatif (udema yang parah) sedangkan pada domba defisiensi mineral Se akan menyebabkan penyakit daging putih (white muscle desease) serta kemandulan pada sapi betina (Sutardi, 2002). Defisiensi Se dapat dicegah dengan suplementasi vitamin E (McDonald, 1995). Konsumsi Se dalam jumlah yang berlebih (3—4 ppm) dalam ransum akan menyebabkan gangguan reproduksi pada sapi, babi, domba dan ayam (Tillman et al., 1998).


(17)

Mineral Cr termasuk mineral mikro yang harus tersedia dalam tubuh dalam jumlah yang sedikit. Kromium berperan dalam sintesis lemak, metabolisme protein dan asam nukleat (McDonald, 1995). Selanjutnya McDonald (1995) menyatakan bahwa defisiensi mineral Cr dapat mengakibatkan penurunan

kolesterol darah dan peningkatan HDL (High Density Lipoprotein) dalam plasma darah. Selain itu mineral Cr esensial untuk kerja optimum hormon insulin dan jaringan mamalia serta terlibat dalam kegiatan lipase.

Mineral Cr erat kaitannya dalam produksi susu. Susu mengandung karbohidrat (laktosa) yang membutuhkan precursor, yaitu propionat hasil fermentasi rumen. Propionat tersebut masuk kedalam sel susu dalam bentuk glukosa dan Cr dapat meningkatkan pemasukan glukosa kedalam sel alveolus untuk pembentukan laktosa susu.

5. Mineral Ca

Mineral kalsium termasuk mineral makro yang harus tersedia dalam tubuh dalam jumlah yang relatif banyak. Kebutuhan kalsium sapi yang tidak sedang laktasi sebesar 58 g/hari. Kalsium merupakan unsur utama dalam pembentukan tulang. Menurut Parakkasi (1998), sekitar 99% kalsium terdapat dalam jaringan tulang dan gigi. Kalsium essensial un tuk pembentukan tulang, pembekuan darah, dibutuhkan bersama Natrium dan Kalium untuk denyut jantung yang normal dan berhubungan erat dengan pemeliharaan keseimbangan asam basa (Anggorodi, 1990). Menurut Anggorodi (1990), sumber utama kalsium adalah susu, leguminosa, tepung tulang, kalsium pospat dan kulit kerang. Oleh karena itu,


(18)

suplementasi Ca dibutuhkan dalam pakan yang rendah leguminosa dan tinggi jumlah konsentratnya.

6. Mineral Mg

Magnesium tergolong mineral makro. Maknesium terlibat dalam metabolisme karbohidrat dan lemak yakni sebagai katalisator enzim. Selain itu magnesium juga dibutuhkan dalam oksidasi dalam sel dan mempengaruhi activator neuromuscular (Parakkasi,1998). Mineral ini diperlukan dalam oksidasi fosforilasi untuk

pembentukan ATP dan merupakan activator untuk semua reaksi enzim yang membutuhkan tiaminpiropospat (TPP), yaitu, oksidasi piruvat, perubahan alfa-ketoglutarat menjadi suksinil Co-A, dan reaksi transketolase (Tillman et al., 1998). Sumber utama Magnesium adalah hijauan dan biji-bijian. Kekurangan Mg pada ternak ruminant dapat menyebabkan gangguan nafsu makan, populasi mikroba rumen, dan pencernaan pada rumen (Parakkasi, 1998)

C.Kecernaan

Kecernaan merupakan bagian zat makanan yang tidak diekskresikan dalam feses. Anggorodi (1990), menyatakan bahwa pada dasarnya tingkat kecernaan adalah suatu usaha untuk mengetahui banyaknya zat makanan yang diserap oleh saluran pencernaan. Salah satu faktor yang harus dipenuhi dalam bahan makanan adalah tingginya daya cerna bahan makanan tersebut, dalam arti bahwa makaanan itu harus mengandung zat-zat makanan yang dapat diserap dalam saluran pencernaan.

Zat makanan yang terkandung di dalam bahan makanan tidak seluruhnya tersedia untuk tubuh ternak, sebagian besar akan dikeluarkan lagi melalui feseskarena


(19)

tidak tercerna dalam saluran pencernaan. Pengukuran daya cerna adalah suatu usaha untuk mengetahui jumlah zat makanan dari bahan makanan yang diserap di dalam saluran pencernaan (Anggorodi, 1990). Selisih antara zat makanan yang dikandung dalam bahan makanan dengan zat makanan yang akan ada dalam feses merupakan bagian yang dicerna.

Kecernaan bahan makanan bergantung pada gerak laju makanan di dalam saluran pencernaan, sedangkan laju makanan dipengaruhi oleh jumlah makanan yang dikonsumsi, yaitu jika jumlah makanan yang dimakan per unit bobot tubuh ditingkatkan maka kecernaan maknan tersebut akan turun karena gerak laju makan meningkat. Sifat fisik dan sifaat kimia juga merupakan faktor utama yang mempengaruhi laju dan tingkat kecernaan komponen serat. Nilai kecernaan dihitung dengan cara pengurangan antara jumlah zat yang dikonsumsi (g) dan jumlah zat yang terdapat dalam feses (g), kemudian dibagi jumlah zat yang dikonsumsi (g) dan dikalikan dengan 100% (Tillman, et al., 1998)

D. Metabolisme

Metabolisme adalah sejumlah proses yang meliputi sintesa (anabolisme) dari protoplasma dan perombakannya (katabolisme) dalam organisme hidup, sehingga menyagkut perubahan-perubahan kimia dalam sel hidup di mana energi

disediakan untuk fungsi-fungsi penting, dan bahan-bahan baru diasimilasikan untuk perbaikan dan sintesa jaringan-jaringan baru atau produksi. Hasil-hasil sisa metabolism harus dirubah dan diekskresikan.


(20)

Protein dicerna menjadi asam-asam amino yang diabrsobsi ke dalam vena porta dan kemudian diangkut ke hati untuk disimpan menjadi cadangan asam-asam amin, yang dapat dipergunakan untuk sintesa protein jaringan dan senyawa nitrogen penting lainnya. Asam-asam amino hasil metabolisme jaringan juga terdapat dalam darah. Asam amino yang berlebihan akan di-deaminasi oleh hati menjadi amonia dan asam-asam alfa-keto. Ammonia dapat dipergunakan untuk meng-aminasi asa-asam keto menjadi asam-asam amino, tetapi kebanyakan dirubaha menjadi urea dan dikeluarkan melalui urine atau dikembalikan ke traktus alimentarius melalui air liur. Amonia mungkin juga diabsorbsi dari retikulo-rumen ruminansia ke vena porta dan diubah hati menjadi urea.

Lipide makanan sebagian besar masuk vena porta melalui sistema limfatika. Namun, sebagian kecil diabsorbsi lagsung ke vena porta. Trigliseride dibawa ke hati dan mengalami hidrolisis lagi dan asam-asam lemak digunakan untuk membentuk glukose. Glukose adalah hasil akhir utama pencernaan karbohidrat pada non- ruminansia. Glukose diabsorbsi masuk vena porta ke hati, dirubah menjadi glikogen dan disimpan di situ atau untuk sintesa lemak. Glukose yang tersisa masuk sirkulasi darah dan digunakan untuk kerangka karbon bagi sintesa asam amino.

Pada ruminansia, karbohidrat makanan dirubah menjadi asam-asam asetat, propionate dan butirat. Asam propionat diabsorbsi dari rumen ke sirkulasi portal dan dibawa ke hati yang merubahnya menjadi glukose dan jadi bagian cadangan glukose hati. Asam-asam asetat dan butirat diabsorbsi seperti halnya asam propionat hanya dalam hal ini asam butirat dirubah menjadi asam


(21)

beta-hidroksi-butirat (BHBA) oleh jaringan dinding rumen. Asam asetat dan BHBA dari hati disalurkan ke sistem sirkulasi dan dipakai oleh jaringan sebagai sumber energi untuk sintesa lemak (Tillman, et al., 1998).


(22)

III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada November—Desember 2010, bertempat di kandang Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Analisis sampel pakan dan feses dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan penelitian

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini berupa 9 ekor sapi peranakan ongole jantan dengan bobot berkisar 200—300 kg. Ransum yang digunakan terdiri atas silase daun singkong, onggok, bungkil kelapa, dedak padi, pod cokelat, zeolit beramonium, premix, mineral organik.

2. Alat penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu unit kandang dengan sistem koloni berkapasitas 9 ekor sapi. Ukuran kandang 150 x 90 cm, tempat ransum, timbangan ternak, timbangan duduk, dan kandang jepit.


(23)

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 kali perlakuan dan 3 kali ulangan, data yang diperoleh diolah dengan analisis ragam, kemudian dilanjutkan dengan uji kontras ortogonal.

Pelaksanaan penelitian akan dilakukan 20 hari masa adaptasi, 5 hari pengambilan data. Perlakuan yang diberikan adalah

R1 : Ransum basal

R2 : Ransum basal + 3% zeolit beramonium

R3 : Ransum basal + 3% zeolit beramonium + 1% Mineral Organik

Tabel 1. Susunan ransum

No Nama Jumlah dalam BK (%)

1 Bungkil Kelapa 19

2 Dedak 12

3 Onggok 42

4 Pod Cokelat 19

5 Premix 1

6 Daun Singkong 7

Tabel 2. Komposisi bahan pakan pada ransum basal

No Nama Bahan Imbangan BK Abu PK LK SK TDN --- (%)--- 1 Bungkil Kelapa 19 92.52 4.14 14.11 11.90 10.72 67.43 2 Dedak 12 91.26 10.8 9.96 2.32 18.51 55.52 3 Onggok 42 90.17 2.4 2.83 0.67 8.26 77.24 4 Pod Cokelat 19 17.0 12.2 7.2 0.8 32.5 53.0 5 Premix 1 1.00 0.00 2.88 0.00 0.00 0.00 6 Daun Singkong 7 88.2 9.51 24.84 23.82 7.14 65.17


(24)

D. Peubah yang Diukur

Kecernaan merupakan selisih zat-zat makanan yang terkandung dalam makanan yang dimakan dengan zat-zat makanan dalam feses adalah jumlah yang tinggal di dalam tubuh ternak atau jumlah zat makanan yang dicerna.

Kecernaan dihitung berdasarkan rumus Tillman, et al., (1991) sebagai berikut :

Jumlah BK yang dikonsumsi (g) - Jumlah BK dalam feses (g) Jumlah BK yang dikonsumsi (g)

∑ BO yang dikonsumsi (g) –∑ BO dalam feses (g)

∑ BO yang dikonsumsi (g)

Keterangan :

KCBK : Koefisien cerna bahan kering KCBO : Koefisien cerna bahan organik BK : Bahan kering

BO : Bahan organik

X 100 % KCBK =


(25)

E. Pelaksanaan penelitian

1. Persiapan bahan ransum Pembuatan zeolit beramonium:

Pembuatan mineral organik

Pembuatan mineral-makro organik (Ca, Mg organik) a. Prosedur pembuatan Mg

Prosedur pembuatan Mg berdasarkan Muhtarudin (2002), yaitu :

Menyiapkan zeolit dan amonium sulfat dan aquades dengan ukuran zeolit 500 g, aquades 500 g dan amonium sulfat 420 g.

Melarutkan amonium sulfat dengan aquades sampai larut seluruhnya.

Memasukkan larutan amonium sulfat ke dalam zeolit, tunggu sampai zeolit mengeluarkan air

Mengeringkan zeolit dengan menjemur dibawah sinar matahari, jika air telah keluar.

Menentukan bilangan penyabunan minyak jagung (didapat 190,6)

Menyiapkan minyak jagung sebanyak 1000 g (larutan A);

Menyiapkan NaOH 5 mol lalu dilarutkan dalam aquades 1653,9 ml (lar B), lalu melarutkan MgSO4 sebanyak 5 mol dalam aquades 987,1

ml (lar C);

Mencampurkan larutan A dan B, setelah itu dengan larutan C dengan reaksi sebagai berikut

Mg2 + 2 asam lemak Mg (asam lemak)

2


(26)

b. Prosedur pembuatan Ca

Prosedur pembuatan Ca berdasarkan Muhtarudin (2002), yaitu :

Pembuatan mineral-mikro organik (Zn, Cu, Cr, dan Se organik) a. Prosedur pembuatan Zn - lisinat

Prosedur pembuatan Zn-lisinat berdasarkan Muhtarudin (2002), yaitu : Menentukan bilangan penyabunan minyak jagung (didapat 190,6)

Menyiapkan minyak jagung sebanyak 1000 g (larutan A);

Menyiapkan NaOH 200 g lalu dilarutkan dalam aquades 1653,9 ml (lar B), lalu melarutkan CaCO3 sebanyak 200 g dalam aquades 925

ml (lar C);

Menyiapkan 43,823 g HCL yang dilarutkan dalam aquades 100 ml ;

Mencampurkan ZnSO4 sebanyak 16,139 g yang dilarutkan dengan

aquades 100 ml hingga diperoleh campuran Zn-lisinat dengan reaksi sebagai berikut

Zn2 + 2 lisin Zn (lisin)2 Kation Anion

Mencampurkan larutan A dan B, setelah itu dengan larutan C dengan reaksi sebagai berikut

Ca2 + 2 asam lemak Ca (asam lemak)2


(27)

b. Prosedur pembuatan Cu - lisinat

Prosedur pembuatan Cu-lisinat berdasarkan Muhtarudin (2002), yaitu :

c. Prosedur pembuatan Cr - lisinat

Prosedur pembuatan Cr-lisinat berdasarkan Muhtarudin (2002), yaitu : Menyiapkan 48,823 g HCL yang dilarutkan dalam aquades 100 ml ;

Mencampurkan CuSO4 sebanyak 15,955 g yang dilarutkan dengan

aquades 100 ml hingga diperoleh campuran Cu-lisinat dengan reaksi sebagai berikut

Cu2 + 2 lisin Cu (lisin)2 Kation Anion

Menyiapkan larutan Cr dari K2Cr2O7 sebanyak 29,4 g lalu dilarutkan

dengan aquades sampai 500 ml ;

Menambahkan H2O2 sebanyak 8,79 ml dan HCL sebanyak 100,69 ml

Melarutkan kembali dengan aquades hingga mencapai 1 liter larutan, sehingga diperoleh reaksi sebagai berikut:

2K2Cr2O7 + 3H2O + 16 HCl 3O2 + 4CrCl3 + 11H2O + 4KCl

Reaksi diatas kemudian dicampurkan dengan lisin HCl sebanyak 65,73 g yang dilarutkan dengan aquades sebanyak 1 liter dan akan

diperoleh campuran Cr-lisinat dengan reaksi sebagai berikut : Cr3 + 3 lisin Cr (lisin)


(28)

d. Prosedur pembuatan Se - lisinat

Prosedur pembuatan Se-lisinat berdasarkan Muhtarudin (2002), yaitu :

2. Prosedur koleksi sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel ransum dan sampel feses yang diperoleh selama 10 hari masa pengamatan dan 5 hari pengambilan data. Sampel feses yang dikoleksi sebanyak 10 %. Sampel ransum yang diambil sebanyak 100 g dari ransum yang diberikan ternak, kemudian ditimbang berat segar (BS) dan dijemur untuk mengetahui berat kering udara (BKU). BKU diperoleh dengan cara menjemur sampel di bawah sinar matahari kemudian ditimbang. Sampel tersebut kemudian dianalisis kadar air (KA) dan bahan organik (BO) yang akan dilakukan di Laboratorium Peternakan, Universitas Lampung.

Menyiapkan larutan Se dari Na2 SeO3 sebanyak 2,1096 g lalu dilarutkan dengan aquades sampai 100 ml ;

Reaksi di atas kemudian dicampurkan dengan larutan lisin HCl sebanyak 4,38 g yang dilarutkan dengan aquades sebanyak 1 liter, sehingga diperoleh campuran Se-lisinat dengan reaksi sebagai berikut


(29)

3. Prosedur analisis Proksimat

a. Kadar air

Cawan porselin beserta tutupnya yang telah bersih dipanaskan ke dalam oven 1050 C selama kurang lebih 1 jam kemudian didinginkan dan ditimbang (A),

Sampel analisa dimasukkan ke dalam cawan porselin sebanyak ± 1 g dan kemudian dicatat bobotnya (B),

Cawan porselin berisi sampel dipanaskan di dalam oven 1050 C selama kurang lebih 6 jam, kemudian cawan porselin berisi sampel analisis tersebut ditimbang (C), kemudian kadar air dihitung dengan rumus:

100% ) ( ) ( ) ( x A B A C A B KA      Keterangan: KA : kadar air (%)

A : bobot cawan porselin (g)

B : bobot cawan porselin berisi sample sebelum dipanaskan (g) C : bobot cawan porselin berisi sample setelah dipanaskan (g) (Fathul, 1999)


(30)

b. Kadar abu/mineral

Cawan porselin beserta tutupnya yang bersih dipanaskan di dalam oven dengan suhu 1050 C selama 1 jam kemudian didinginkan dan ditimbang (A),

Sampel analisis dimasukkan sebanyak 1 g dan bobot cawan porselin berisi sampel dicatat (B),

Sampel diabukan di dalam tanur dengan suhu 6000 C selama 2 jam, kemudian tanur dimatikan dan didiamkan selama sekitar 1 jam,

Cawan porselin berisi sampel yang sudah diabukan didinginkan di dalam desikator sampai mencapai suhu kamar biasa, penutup cawan porselin dipasang dan ditimbang serta dicatat bobotnya (C),

Kadar abu dihitung dengan rumus: 100% ) ( ) ( x A B A C Kab    Keterangan:

Kab : kadar abu (%)

A : bobot cawan porselin (g)

B : bobot cawan porselin berisi sample sebelum diabukan (g) C : bobot cawan porselin berisi sample setelah diabukan (g) (Fathul, 1999)


(31)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan:

1) ransum basal dibandingkan dengan ransum basal yang ditambah 3 % zeolit beramonium (R1 vs R2) berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kecernaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organik (KCBO) pada sapi PO;

2) ransum basal dibandingkan dengan ransum basal yang diberikan 3% zeolit beramonium dan 1% mineral organik (R1 vs R3) berbeda nyata (P<0,05) terhadap kecernaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organik (KCBO) pada sapi PO;

3) ransum basal yang ditambah zeolit beramonium dibandingkan dengan ransum basal yang ditambah zeolit beramonium dan mineral organik (R2 vs R3) berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kecernaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organik (KCBO) pada sapi PO


(32)

B. Saran

Saran yang diajukan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan informasi yang lebih optimal perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai level penggunaan zeolit beramonium dan mineral organik, untuk mengetahui sejauh mana pengaruh

penggunaan zeolit beramonium dan mineral organik pada ternak sapi yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.


(33)

PENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT BERAMONIUM DAN MINERAL ORGANIK PADA RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE

(Skripsi)

Oleh

HERY DONNI SINAGA

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(34)

PENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT BERAMONIUM DAN MINERAL ORGANIK PADA RANSUM TERHADAP KECERNAN BAHAN KERING

DAN BAHAN ORGANIK PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE

Oleh

HERY DONNI SINAGA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PETERNAKAN

pada

Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(35)

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Tabel ……… xiii

Daftar Gambar ………... xvi

I. PENDAHULUAN…….………...… 1

A. Latar Belakang ……… 1

B. Tujuan Penelitian ……… 5

C. Kegunaan Penlitian ………. 5

D. Kerangka Penelitian ………... 5

E. Hipotesis ………. 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ……….……….. 9

A. Zeolit Beramonium ……….………... 9

B. Mineral Organik ……….……… 12

1. Mineral Zn ……….. 14

2. Mineral Cu ……….. 14

3. Mineral Se ………... 15

4. Mineral Cr ………... 16

5. Mineral Ca ……….. 17

6. Mineral Mg ………. 17

C. Kecernaan ……….. 18


(36)

A. Waktu dan Tempat Penelitian ……… 21

B. Bahan dan Alat Penelitian ……….. 21

1. Bahan penelitian ……….. 21

2. Alat penelitian ………. 21

C. Metode Penelitian ………... 22

D. Peubah yang Diukur ……….. 23

E. Pelaksanaan Penelitian ……….. 24

1. Persiapan bahan ransum ………. 24

2. Prosedur koleksi sampel ………. 27

3. Prosedur analisis Proksimat ………... 28

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN... 30

A. Kecernaan Bahan Kering (KCBK) ………... 30

B. Kecernaan Bahan Organik (KCB0)....……… 33

V. KESIMPULAN DAN SARAN………. 38

A. Kesimpulan ………... 38

B. Saran ………. 39

DAFTAR PUSTAKA………. 40


(37)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Susunan ransum ………... 22 2. Komposisi bahan pakan pada ransum basal ……… 22 3. Pengaruh ransum perlakuan terhadap kecernaan bahan kering………… 30 4. Pengaruh ransum perlakuan terhadap kecernaan bahan organik……….. 34 5. Uji kontras ortogonal ransum perlakuan terhadap kecernaan bahan

kering (KCBK).………..…… 43 6. Analisis ragam dan uji kontras ortogonal kecernaan bahan kering

(KCBK) pada sapi PO...……….……… 43 7. Uji kontras ortogonal ransum perlakuan terhadap kecernaan bahan

organik (KCBO)……….….... 44 8. Analisis ragam dan uji kontras ortogonal kecernaan bahan organik


(38)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. . Grafik pengaruh ransum perlakuan terhadap kecernaan

bahan kering ransum pada sapi PO…………..………... 31

2. . Grafik pengaruh ransum perlakuan terhadap kecernaan bahan organik ransum pada sapi PO………... 34

3. Pembuatan zeolit beramonium ... 45

4. Penyusunan ransum ... 45

5. Tempat penelitian ... 46

6. Analisis kadar air ... 46

7. Analisis kadar abu ... 47


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit Gramedia. Jakarta Anwar, K. P., Y. Nugraha dan Kurnia. 1985. “Prospek Pemakaian Zeolit Bayah Sebagai Penukar Kation”. Laporan Tenik Pengembangan No.62. Pusbang Teknologi Mineral . Ditjen Pertambangan Umum. Dept. Pertambangan dan Energi.

Arifin, M dan Komarudin. 1999. Zeolit. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral. Direktorat Jenderal Pertambangan Umum.

Arora, S.P. 1995. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Gadjah Mada University Prees. Yogyakarta.

Burhanuddin, B. M. 1990. “Pengkajian zeolit alam dan strategi pendayagunaannya Dalam industri agro”. Seminar Nasional “Zeo-agroindustri” yang diselenggarakan pada tanggal 18 Juli 1990 di Bandung

Church, P. R. 1998. Digestive Physiology and Nutrition Of Ruminant. Vol. 1. Edition. USA.

Hurlburt, C.S. and C. Klein. 1977. Manual of Mineralogy. 19 th Ed. John Wiley and Sons New York

Little, D. A. 1986. “The mineral content of rumniant feeds and potential for mineral supplementation in South-East Asia with particular reference to Indonesia”. In: R. M. Dixon (Ed). Ruminant Feeding Systems Utilizing Fibrous Agricultural Residues. IDP, Canberra.

Mumpton, F.A. 1984. Natural zeolites. In: W.G. Pond and F.A. Mumpton (Ed). Zeo Agriculture. Westview Press.

Mumpton, F. A. and P. H. Fishman. 1977. “The application of natural zeolite in

animal science anf aquaculture”. J. Anim. Sci. 45:1188


(40)

Muhtarudin. 2003. “Pengaruh Amoniasi, Hidrolisat Bulu Ayam, Daun Singkong, dan Campuran Lisin-Zn-Minyak Lemuru terhadap Penggunaan Pakan pada Ruminansia”. Disertasi. Program Pascasarjana IPB. Bogor.

Mc Donald, P.,R.A. Edwards, J.F.D. Greenhalgh, C.A. Morgan. 1995. Animal Nutrition. 5th Ed. Library of Congress Cataloging Publication. London

National Research Council [NRC]. 1988. Nutrient Requirement of Dairy Cattle. 6th Ed. National Academy Science. Washington, D.C.

Parakkasi, A. 1998. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Indonesia University Press. Jakarta.

Prihandono, R. 2001. “Pengaruh Suplementasi Probiotik Bioplus, Lisinat Zn dan Minyak Lemuru (Sardinella longiceps) terhadap Tingkat Penggunaan Pakan dan Produksi Fermentasi Rumen Domba”. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Shriver, B.J., W.H. Hoover, J.P. Sargent, R.J. Crawford JR and W. V. Thayne. 1986.

“Fermentation of a high concentrate diets as affected by ruminal pH and digesta flow”. J. Dairy Sci. 69:413

Sutardi, T. 2002. “Teknologi Pakan dan Aplikasinya”. Dikemukakan pada Pelatihan Manajemen Pengelolaan Ternak Potong. Pemerintah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Dinas Pertanian dan Kehutanan. Pangkalpinang, 29 Oktober-2 November 2002.

Sutardi, T. 2003. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Makanan Ternak Fakultas Peternakan. IPB. Bogor

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University . Yogyakarta

Tkchev, E. Z and V. V. Ustin. 1985. “Digestive and metabolic functions of the digestive tract of young pigs given a feed mixed with natural zeolite”. In Pig News and Inf.

Tsitsishvili, G. V., T. G. Andronikashivili, N. Ph. Kvashali, R. M. Bagishvili and Z. A. Zurabashvili. 1984. “Agricultural applications of natural zeolites in the Soviet Union”. In W. G. Pond and F. A. Mumpton (Ed). Zeo-Agriculture: Use of Natural Zeolites in Agriculture and Aquaculture. Westview Press. Colorado.


(41)

Judul Skripsi : PENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT

BERAMONIUM DAN MINERAL ORGANIK PADA RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN ORGANIK PADA SAPI PO

Nama Mahasiswa :

Hery Doni Sinaga

Nomor Pokok Mahasiswa : 0614061035

Jurusan : Peternakan Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI,

Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Erwanto, M.S. Ir. Liman, M.Si.

NIP 196102251986031004 NIP 19670422 199402 1 001

Ketua Jurusan Peternakan

Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S. NIP 19610307 198503 1 006


(42)

MENSAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Erwanto, M.S. _________________

Sekretaris : Ir. Liman, M.Si. _________________

Penguji

Bukan Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S. _________________

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001


(43)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada 22 Desember 1987, dan merupakan putera ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda Gahim Herman Sinaga dan Ibunda Anarista Purba.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada 2000 di SD RK Budi Luhur Medan; pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama pada 2003 di SLTP Katolik Trisakti 2 Medan; pendidikan sekolah menengah atas diselesaikan pada 2006 di SMAN 8 Medan. Pada 2006 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan

Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama perkuliahan penulis pernah menjadi Badan Pengurus Cabang Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Bandar Lampung pada 2008--2010. Penulis telah melaksanakan Praktik Umum (PU) di Penggemukan Sapi Sony Desa Karang Anyar, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan pada 2010.


(44)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu melimpahkan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Erwanto, M.S—selaku Pembimbing Utama—atas bimbingan, arahan, serta kesabarannya yang tulus ikhlas kepada penulis selama penyusunan skripsi ini;

2. Ir. Liman, M.Si —selaku Pembimbing Anggota—atas arahan, bantuan, petunjuk dan pengertian yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini;

3. Prof. Dr. Muhtarudin, M.S.—selaku Pembahas— atas arahan, bantuan, petunjuk dan pengertian yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini;

4. Bapak dan ibu dosen jurusan Produksi Ternak atas ilmu dan didikan yang telah diberikan, serta para staf karyawan atas bantuannya kepada penulis; 5. Bapak dan Ibu tercinta, Bang Nando, Bang Hendra, Armen, Imkris dan

keponakan ku yang senantiasa mencurahkan perhatian, motivasi, doa, cinta dan kasih sayang yang tulus ikhlas yang diberikan kepada penulis dalam setiap langkah menuju cita-cita;

6. Made dan Zaki atas kerjasama, kebersamaan, dan pengertiannya selama penelitian;

7. Ivan, Ian, Andra, Dwi P, Dwi S, Taufik, Anggi, Andik, Jepron, Alek, Priyo, Niken, dan semua angkatan ’06, atas persahabatan dan kenangan yang telah terjalin bersama;

8. Boby, Tegar, Ucok dan semua angkatan ’07,’08, ’09, ’10, ‘11 terima kasih atas persaudaraan dan bantuannya kepada penulis;


(45)

10.Mya, Chandra, Vera, Beni, Laikmen, Ropinus, Endah, Melki, Gerchad, Tekel, Rido, Felicia, Venny, Siska dan semua segenap anggota GMKI yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas persaudaraan dan motivasinya kepada penulis;

11.Penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala amal ibadah dan pengorbanan yang diberikan kepada penulis dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Amin.

Bandar Lampung, Januari 2012

Penulis


(46)

Sepatah kata Bisa menenggelamkan dunia

Apalagi Lampung - hanya sekejap dilahap kata Yang membawa duka

Lantas sekejap berubah menjadi tawa. Sebaliknya, sepatah kata bisa membawa tawa

Dan sekejap berubah menjadi duka. Sepatah kata

Lebih dahsyat dibanding ombak samudera Lebih dahsyat dibanding letusan Krakatau yang membelah angkasa.

Sepatah kata - bernama cinta

Mampu mengubah kegelapan menjadi cahaya Mampu mengubah dosa menjadi pahala.

Sepatah kata - bernama cinta Tak mampu dipenjara dengan teralis baja Dan di sini - sepatah kata bernama cinta

Biarkan berlabuh di dada kita.

Dalam Diam

Dalam diam...semut tetap bekerja Dengan semangat yang mereka punya

Dalam diam...manusia juga bekerja Dengan otak yang mereka gadaikan Dalam diam...dunia masih ada ???


(47)

“ Kupersembahkan karya tulis ini kepada Bapak dan Ibu

Kakak, Abang , Adikku, Keluarga Besar Pasangan jiwaku kelak,

Almamater tercinta dan


(1)

MENSAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Erwanto, M.S. _________________

Sekretaris : Ir. Liman, M.Si. _________________

Penguji

Bukan Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S. _________________

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001


(2)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada 22 Desember 1987, dan merupakan putera ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda Gahim Herman Sinaga dan Ibunda Anarista Purba.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada 2000 di SD RK Budi Luhur Medan; pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama pada 2003 di SLTP Katolik Trisakti 2 Medan; pendidikan sekolah menengah atas diselesaikan pada 2006 di SMAN 8 Medan. Pada 2006 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan

Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama perkuliahan penulis pernah menjadi Badan Pengurus Cabang Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Bandar Lampung pada 2008--2010. Penulis telah melaksanakan Praktik Umum (PU) di Penggemukan Sapi Sony Desa Karang Anyar, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan pada 2010.


(3)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu melimpahkan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Erwanto, M.S—selaku Pembimbing Utama—atas bimbingan, arahan, serta kesabarannya yang tulus ikhlas kepada penulis selama penyusunan skripsi ini;

2. Ir. Liman, M.Si —selaku Pembimbing Anggota—atas arahan, bantuan, petunjuk dan pengertian yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini;

3. Prof. Dr. Muhtarudin, M.S.—selaku Pembahas— atas arahan, bantuan, petunjuk dan pengertian yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini;

4. Bapak dan ibu dosen jurusan Produksi Ternak atas ilmu dan didikan yang telah diberikan, serta para staf karyawan atas bantuannya kepada penulis; 5. Bapak dan Ibu tercinta, Bang Nando, Bang Hendra, Armen, Imkris dan

keponakan ku yang senantiasa mencurahkan perhatian, motivasi, doa, cinta dan kasih sayang yang tulus ikhlas yang diberikan kepada penulis dalam setiap langkah menuju cita-cita;

6. Made dan Zaki atas kerjasama, kebersamaan, dan pengertiannya selama penelitian;

7. Ivan, Ian, Andra, Dwi P, Dwi S, Taufik, Anggi, Andik, Jepron, Alek, Priyo, Niken, dan semua angkatan ’06, atas persahabatan dan kenangan yang telah terjalin bersama;

8. Boby, Tegar, Ucok dan semua angkatan ’07,’08, ’09, ’10, ‘11 terima kasih atas persaudaraan dan bantuannya kepada penulis;


(4)

9. Mas Feri, Mba Erni,dan Agus, atas bantuannya selama penulis menjadi mahasiswa;

10.Mya, Chandra, Vera, Beni, Laikmen, Ropinus, Endah, Melki, Gerchad, Tekel, Rido, Felicia, Venny, Siska dan semua segenap anggota GMKI yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas persaudaraan dan motivasinya kepada penulis;

11.Penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala amal ibadah dan pengorbanan yang diberikan kepada penulis dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Amin.

Bandar Lampung, Januari 2012

Penulis


(5)

SEPATAH KATA Sepatah kata Bisa menenggelamkan dunia

Apalagi Lampung - hanya sekejap dilahap kata Yang membawa duka

Lantas sekejap berubah menjadi tawa. Sebaliknya, sepatah kata bisa membawa tawa

Dan sekejap berubah menjadi duka. Sepatah kata

Lebih dahsyat dibanding ombak samudera Lebih dahsyat dibanding letusan Krakatau yang membelah angkasa.

Sepatah kata - bernama cinta

Mampu mengubah kegelapan menjadi cahaya Mampu mengubah dosa menjadi pahala.

Sepatah kata - bernama cinta Tak mampu dipenjara dengan teralis baja Dan di sini - sepatah kata bernama cinta

Biarkan berlabuh di dada kita.

Dalam Diam

Dalam diam...semut tetap bekerja Dengan semangat yang mereka punya

Dalam diam...manusia juga bekerja Dengan otak yang mereka gadaikan Dalam diam...dunia masih ada ???


(6)

“ Kupersembahkan karya tulis ini kepada Bapak dan Ibu

Kakak, Abang , Adikku, Keluarga Besar Pasangan jiwaku kelak,

Almamater tercinta dan