Uji Performansi Alat Tanam Padi (Rice Transplanter) Tipe Riding pada Berbagai Pengolahan Tanah di Areal Infrastruktur Leuwikopo Darmaga, Bogor
irE!
un PERFORMANSI ALAT TANAM PADI (RICE TRANSPLANTER)
TIPE RIDING PADA BERBAGAI PENGOLAHAN TANAH DI AREAL
INFRASTRUKTUR LEUWIKOPO DARMAGA, BOGOR
OLEH :
V. NEVI SANDRA
F28.1595
1995
FAKULTASTEKNOLOGIPERTAN[AN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
V. NEVI SANDRA.
F 28.1595.
Uji Performansi Alat Tanam
Padi
(Rice Transplanter)
Tipe Riding Pada Berbagai
Pengolahan Tanah di Areal Infrastruktur Leuwikopo Darmaga,
Bogor. Dibawah bimbingan : Dr. Ir. Frans J. Daywin, MSc.
RINGKASAN
Peningkatan
tergantung
pada
dipengaruhi
swasembada
hasil
oleh
pangan
panen.
eara
seeara
Hasil
pengolahan
panen
tanah,
langsung
yang
baik
penyemaian,
penanaman, pemeliharaan dan panen.
Pengerjaan dari masa
persiapan tanam padi
juga ditentukan oleh
penggunaan alat.
harus
sampai panen
Pengembangan alat dan mesin pertanian
tetap didasarkan pada usaha untuk merekayasa dan
mengikhtiarkan teknologi alat yang bersifat maju,
tepat
guna dan teruji.
Hasil perlakuan pengolahan tanah dengan cangkul,
rotary,
lxbajak singkal-4x rotary,
4x
dan lxbajak piring-2x
rotary meneapai kedalaman olah masing-masing 13 - 15 cm,
15 - 25 em, 20 - 30 em, dan 20 - 40 em.
Kondisi semaian dengan perlakuan perendaman 8 jam, 12
jam,
18 jam dan 24 jam memberikan sebaran benih per box
hasil semai dengan alat semai masing-masing adalah 553 900
butir,
664 462 butir,
Perlakuan
perendaman
654 675 butir dan 402 737 butir.
tersebut
tidak
berpengaruh
pada
pertumbuhan semaian selanjutnya.
Hasil unjuk kerja alat tanam padi (rice transplanter)
type
riding
merk
Yanmar
pada
luas
lahan
679.56
m2
memberikan
waktu
kerja,
waktu
putar,
waktu
perbaikan,
waktu pengisian dan waktu mundur dalam detik masing-masing
adalah 1257.48, 372.9,
927.68,
742 dan 89.13.
Sedangkan
prosentase terhadap jumlah tertanam pada posisi tertanam
keadaan baik
(posisi bibit 30 -
adalah 70.04 % dan
90°)
keadaan kurang baik (posisi bibit 0 - 30°) adalah 29.96 %.
Penanaman dengan alat tanam dalam satu kali lintasan
terdiri dari lima lajur penanaman.
Baris tertanam untuk
19 lintasan adalah 85 baris ditambah 10 baris headland dan
untuk
21
lintasan
adalah
95
baris
ditambah
10
baris
headland.
Hasil analisa bulk density pada petak I,II,III dan IV
dengan perlakuan pengolahan tanah masing-masing : eangkul
manual,
rotary
(basah),
4x rotary
(basah)
dan
(basah),
1x baj ak singkal
1x bajak piring
berkisar antara 0.99
density pada kedalaman 0
-
20
-
(basah) -4x
(kering) -2x
1.10 g/em3
•
em relatif
rotary
Nilai bulk
lebih tinggi
dibandingkan pada kedalaman 20 - 40 em.
Porositas tertinggi pada petak I
62.64 % dan terendah pada petak IV
58.49 %.
(20 - 40 em) sebesar
(0
-
20 em)
sebesar
Air tersedia tertinggi pada petak III (0-20 em)
sebesar 17.88 % dan terendah pada petak I
(20
- 40 em)
sebesar 9.96 %.
Nilai konduktivitas hidrolika berkisar antara 10- 6
m/det.
Nilai tertinggi pada petak
-
10- 4
IV (0 - 20 em) yaitu
1.65 x 10- 5 em/det dan terendah pada petak I
(20 - 40 em)
yaitu
9.23
pengamatan
kg/em2 .
10- 6
x
bulan
em/det.
November
Nilai
1994
tahanan
berkisar
penetrasi
4.8
19.78
Pengamatan bulan Juli 1995 berkisar 4.9 kg/em2
15.44 kg/em2
-
•
Konsistensi tanah hasil pengamatan menunjukkan bahwa
batas mengalir dikatagorikan tinggi atau sangat tinggi.
Sedangkan nilai
indeks plastisitas dikatagorikan sedang
atau tinggi.
Kekuatan
kompresi
tak
tertekan
tertinggi
meneapai
0.683 kg/em2 yaitu pada petak III kedalaman 0 - 20 em dan
terendah pada petak II kedalaman 20 - 40 em sebesar
0.279 kg/em2
•
Nilai kohesi tanah berkisar 0.250 kg/em2
-
o . 730 kg / em2 •
Perlakuan
penyebaran
perendaman
benih
di
box
12
jam memberikan
semaian
relatif
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
alat
tanam lebih efisien dari
distribusi
lebih
rapat
Penanaman dengan
segi waktu.
Sebab pada
luasan 679.56 m2 memerlukan waktu tanam 3390 detik (0.942
jam),
sedangkan
seeara
manual
(Setiyowati,
1994)
pada
luasan tanam 642.6 m2 memerlukan waktu 30.27 jam.
Perlakuan
pengolahan
fisik-mekanik tanah.
tanah
berpengaruh
pada
sifat
Nilai bulk density pada lapisan olah
eenderung lebihtinggi
sebab
adanya pengaruh pemadatan
karena beban lalulintas alat.
Porositas tanah dan nilai
konduktivitas hidrolika tertinggi pada petak IV kedalaman
o-
20 em.
UJI PERFORMANSI ALAT TANAM PADI (RICE TRANSPLANTER)
TIPE RIDING PADA BERBAGAI PENGOLAHAN TANAH DI AREAL
INFRASTRUKTUR LEUWIKOPO DARMAGA, BOGOR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian
Pada Jurusan Mekanisasi Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
V. NEVI SANDRA
F 28.1595
1995
FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
, INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN
UJI PERFORMANSI ALAT TANAM PADI (RICE TRANSPLANTER)
TIPE RIDING PADA BERBAGAI PENGOLAHAN TANAH DI AREAL
INFRASTRUKTUR LEUWIKOPO DARMAGA, BOGOR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian
Pada Jurusan Mekanisasi Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
V. NEVI SANDRA
F 28,1595
Dilahirkan pada tanggal : 1 November 1972
di Ngawi
Tanggal lulus
: 1 September 1995
KATAPENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa atas bimbingan
dan rahmatNya, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
Dalam kesempatan
ini penulis
sampaikan terimakasih
Ir. Frans J. Daywin,
MSc selaku dosen pem-
kepada :
1. Bapak Dr.
bimbing yang telah banyak memberikan bimbingan hingga
terselesainya penulisan skripsi ini.
2. Bapak Ir. Desrial, MEng dan Bapak Ir. Asep Sapei, MS
selaku dosen penguji yang telah memberikan saran-saran
atas perbaikan skripsi ini.
3.
Ibu
dan
adik
terkasih
yang
telah
memberi
dorangan
selama penulis belajar di Institut Pertanian Bogar.
4. Pak Abas
dan Pak Tohir,
rekan
Pahrian,
Opay,
Diar,
Eka, Bareel, Ujang, warga Mercuria (Mona, Vera, Maria,
Vivi,
mbak
Yayat,
juangan
Atik,
Riana,
Tialan,
Franky,
lainnya
yang
Yulintine),
Adi,
dan
telah
staf
Grawida,
rekan-rekan
banyak
membantu
seperselama
persiapan pene1itian sampai terselesainya skripsi ini.
Dengan
kerendahan
kemampuan yang ada,
membangun
akan
hati
penu1is
menyadari
akan
maka kritik dan saran yang sifatnya
penulis
terima
dengan
lapang
dada.
Akhirnya harapan penulis semaga skripsi ini berguna bagi
pembaca dan bermanfaat bagi semua pihak.
Bogar,
September 1995
Penulis
DAFTAR lSI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR lSI
ii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
I.
vi
PENDAHULUAN
1
A.
LatarBelakang
1
B.
Tujuan
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
4
A.
Tanaman Padi
4
B.
Pengolahan Tanah
6
C.
Sifat Fisik Tanah
8
D.
Alat Tanam
12
III.METODE PENELITIAN
18
A.
Rangkaian Kegiatan
18
B.
Bahan dan A1at
18
C.
Metode Penelitian
D.
Tempat dan Waktu penelitian
.
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Lahan . .
26
27
27
B.
Kondisi Pesemaian
30
C.
Penanaman . . . .
a. Hasi1 tertanam
35
b. Jarak tanam
40
c. Jumlah rumpun dan kedalaman tanam
42
d. Efisiensi lapang
43
37
........ .
ii
D.
V.
Hasil Analisa Sifat Fisik-Mekanik Tanah
Setelah Panen
47
1. Tekstur tanah
47
2 . Bulk density
47
3 . Kemampuan tanah memegang air
48
4. Konduktivitas hidrolika
50
5. Tahanan penetrasi tanah
51
6. Konsistensi tanah
53
7 . Pemadatan tanah
54
8. Kekuatan tanah
55
9 . Infiltrasi
57
KESIMPULAN DAN SARAN
59
A.
Kesimpulan
59
B.
Saran-saran
60
DAFTAR PUSTAKA
61
LAMPlRAN
64
iii
DAFfAR TABEL
Teks
No
Halaman
1
Keadaan semaian berdasarkan umur bibit
12
2
Kondisi awal sifat fisik mekanik tanah lahan
28
3
Kondisi awal tanahan penetrasi tanah
29
4
Kondisi lahan saat penanaman
30
5
Data penggunaan benih pesemaian
32
6
Hasil pengamatan keadaan tanam pada 1 x 1 m
39
7
Jarak tanam
40
8
Jumlah rumpun dan kedalaman tanam
43
9
Hasil perhitungan efisiensi lapang alat tanam
43
10
Data pengukuran putaran roda
45
11
Data penanaman secara manual
46
12
Komposisi fraksi tekstur tanah
47
13
Nilai bulk density tanah
47
14
Porositas tanah
49
15
Kadar air pada berbagai pF
50
16
Nilai konduktivitas hidrolik
50
17
Nilai tahanan penetrasi tanah
52
18
Konsistensi tanah
53
19
Kadar air optimum dan berat isi kering maksimum
54
20
Nilai kekuatan tanah, kohesi dan sudut tahanan
21
gesek
Nilai infiltrasi pada menit tertentu
iv
56
58
irE!
un PERFORMANSI ALAT TANAM PADI (RICE TRANSPLANTER)
TIPE RIDING PADA BERBAGAI PENGOLAHAN TANAH DI AREAL
INFRASTRUKTUR LEUWIKOPO DARMAGA, BOGOR
OLEH :
V. NEVI SANDRA
F28.1595
1995
FAKULTASTEKNOLOGIPERTAN[AN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
V. NEVI SANDRA.
F 28.1595.
Uji Performansi Alat Tanam
Padi
(Rice Transplanter)
Tipe Riding Pada Berbagai
Pengolahan Tanah di Areal Infrastruktur Leuwikopo Darmaga,
Bogor. Dibawah bimbingan : Dr. Ir. Frans J. Daywin, MSc.
RINGKASAN
Peningkatan
tergantung
pada
dipengaruhi
swasembada
hasil
oleh
pangan
panen.
eara
seeara
Hasil
pengolahan
panen
tanah,
langsung
yang
baik
penyemaian,
penanaman, pemeliharaan dan panen.
Pengerjaan dari masa
persiapan tanam padi
juga ditentukan oleh
penggunaan alat.
harus
sampai panen
Pengembangan alat dan mesin pertanian
tetap didasarkan pada usaha untuk merekayasa dan
mengikhtiarkan teknologi alat yang bersifat maju,
tepat
guna dan teruji.
Hasil perlakuan pengolahan tanah dengan cangkul,
rotary,
lxbajak singkal-4x rotary,
4x
dan lxbajak piring-2x
rotary meneapai kedalaman olah masing-masing 13 - 15 cm,
15 - 25 em, 20 - 30 em, dan 20 - 40 em.
Kondisi semaian dengan perlakuan perendaman 8 jam, 12
jam,
18 jam dan 24 jam memberikan sebaran benih per box
hasil semai dengan alat semai masing-masing adalah 553 900
butir,
664 462 butir,
Perlakuan
perendaman
654 675 butir dan 402 737 butir.
tersebut
tidak
berpengaruh
pada
pertumbuhan semaian selanjutnya.
Hasil unjuk kerja alat tanam padi (rice transplanter)
type
riding
merk
Yanmar
pada
luas
lahan
679.56
m2
memberikan
waktu
kerja,
waktu
putar,
waktu
perbaikan,
waktu pengisian dan waktu mundur dalam detik masing-masing
adalah 1257.48, 372.9,
927.68,
742 dan 89.13.
Sedangkan
prosentase terhadap jumlah tertanam pada posisi tertanam
keadaan baik
(posisi bibit 30 -
adalah 70.04 % dan
90°)
keadaan kurang baik (posisi bibit 0 - 30°) adalah 29.96 %.
Penanaman dengan alat tanam dalam satu kali lintasan
terdiri dari lima lajur penanaman.
Baris tertanam untuk
19 lintasan adalah 85 baris ditambah 10 baris headland dan
untuk
21
lintasan
adalah
95
baris
ditambah
10
baris
headland.
Hasil analisa bulk density pada petak I,II,III dan IV
dengan perlakuan pengolahan tanah masing-masing : eangkul
manual,
rotary
(basah),
4x rotary
(basah)
dan
(basah),
1x baj ak singkal
1x bajak piring
berkisar antara 0.99
density pada kedalaman 0
-
20
-
(basah) -4x
(kering) -2x
1.10 g/em3
•
em relatif
rotary
Nilai bulk
lebih tinggi
dibandingkan pada kedalaman 20 - 40 em.
Porositas tertinggi pada petak I
62.64 % dan terendah pada petak IV
58.49 %.
(20 - 40 em) sebesar
(0
-
20 em)
sebesar
Air tersedia tertinggi pada petak III (0-20 em)
sebesar 17.88 % dan terendah pada petak I
(20
- 40 em)
sebesar 9.96 %.
Nilai konduktivitas hidrolika berkisar antara 10- 6
m/det.
Nilai tertinggi pada petak
-
10- 4
IV (0 - 20 em) yaitu
1.65 x 10- 5 em/det dan terendah pada petak I
(20 - 40 em)
yaitu
9.23
pengamatan
kg/em2 .
10- 6
x
bulan
em/det.
November
Nilai
1994
tahanan
berkisar
penetrasi
4.8
19.78
Pengamatan bulan Juli 1995 berkisar 4.9 kg/em2
15.44 kg/em2
-
•
Konsistensi tanah hasil pengamatan menunjukkan bahwa
batas mengalir dikatagorikan tinggi atau sangat tinggi.
Sedangkan nilai
indeks plastisitas dikatagorikan sedang
atau tinggi.
Kekuatan
kompresi
tak
tertekan
tertinggi
meneapai
0.683 kg/em2 yaitu pada petak III kedalaman 0 - 20 em dan
terendah pada petak II kedalaman 20 - 40 em sebesar
0.279 kg/em2
•
Nilai kohesi tanah berkisar 0.250 kg/em2
-
o . 730 kg / em2 •
Perlakuan
penyebaran
perendaman
benih
di
box
12
jam memberikan
semaian
relatif
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
alat
tanam lebih efisien dari
distribusi
lebih
rapat
Penanaman dengan
segi waktu.
Sebab pada
luasan 679.56 m2 memerlukan waktu tanam 3390 detik (0.942
jam),
sedangkan
seeara
manual
(Setiyowati,
1994)
pada
luasan tanam 642.6 m2 memerlukan waktu 30.27 jam.
Perlakuan
pengolahan
fisik-mekanik tanah.
tanah
berpengaruh
pada
sifat
Nilai bulk density pada lapisan olah
eenderung lebihtinggi
sebab
adanya pengaruh pemadatan
karena beban lalulintas alat.
Porositas tanah dan nilai
konduktivitas hidrolika tertinggi pada petak IV kedalaman
o-
20 em.
UJI PERFORMANSI ALAT TANAM PADI (RICE TRANSPLANTER)
TIPE RIDING PADA BERBAGAI PENGOLAHAN TANAH DI AREAL
INFRASTRUKTUR LEUWIKOPO DARMAGA, BOGOR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian
Pada Jurusan Mekanisasi Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
V. NEVI SANDRA
F 28.1595
1995
FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
, INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN
UJI PERFORMANSI ALAT TANAM PADI (RICE TRANSPLANTER)
TIPE RIDING PADA BERBAGAI PENGOLAHAN TANAH DI AREAL
INFRASTRUKTUR LEUWIKOPO DARMAGA, BOGOR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian
Pada Jurusan Mekanisasi Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
V. NEVI SANDRA
F 28,1595
Dilahirkan pada tanggal : 1 November 1972
di Ngawi
Tanggal lulus
: 1 September 1995
KATAPENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa atas bimbingan
dan rahmatNya, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
Dalam kesempatan
ini penulis
sampaikan terimakasih
Ir. Frans J. Daywin,
MSc selaku dosen pem-
kepada :
1. Bapak Dr.
bimbing yang telah banyak memberikan bimbingan hingga
terselesainya penulisan skripsi ini.
2. Bapak Ir. Desrial, MEng dan Bapak Ir. Asep Sapei, MS
selaku dosen penguji yang telah memberikan saran-saran
atas perbaikan skripsi ini.
3.
Ibu
dan
adik
terkasih
yang
telah
memberi
dorangan
selama penulis belajar di Institut Pertanian Bogar.
4. Pak Abas
dan Pak Tohir,
rekan
Pahrian,
Opay,
Diar,
Eka, Bareel, Ujang, warga Mercuria (Mona, Vera, Maria,
Vivi,
mbak
Yayat,
juangan
Atik,
Riana,
Tialan,
Franky,
lainnya
yang
Yulintine),
Adi,
dan
telah
staf
Grawida,
rekan-rekan
banyak
membantu
seperselama
persiapan pene1itian sampai terselesainya skripsi ini.
Dengan
kerendahan
kemampuan yang ada,
membangun
akan
hati
penu1is
menyadari
akan
maka kritik dan saran yang sifatnya
penulis
terima
dengan
lapang
dada.
Akhirnya harapan penulis semaga skripsi ini berguna bagi
pembaca dan bermanfaat bagi semua pihak.
Bogar,
September 1995
Penulis
DAFTAR lSI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR lSI
ii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
I.
vi
PENDAHULUAN
1
A.
LatarBelakang
1
B.
Tujuan
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
4
A.
Tanaman Padi
4
B.
Pengolahan Tanah
6
C.
Sifat Fisik Tanah
8
D.
Alat Tanam
12
III.METODE PENELITIAN
18
A.
Rangkaian Kegiatan
18
B.
Bahan dan A1at
18
C.
Metode Penelitian
D.
Tempat dan Waktu penelitian
.
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Lahan . .
26
27
27
B.
Kondisi Pesemaian
30
C.
Penanaman . . . .
a. Hasi1 tertanam
35
b. Jarak tanam
40
c. Jumlah rumpun dan kedalaman tanam
42
d. Efisiensi lapang
43
37
........ .
ii
D.
V.
Hasil Analisa Sifat Fisik-Mekanik Tanah
Setelah Panen
47
1. Tekstur tanah
47
2 . Bulk density
47
3 . Kemampuan tanah memegang air
48
4. Konduktivitas hidrolika
50
5. Tahanan penetrasi tanah
51
6. Konsistensi tanah
53
7 . Pemadatan tanah
54
8. Kekuatan tanah
55
9 . Infiltrasi
57
KESIMPULAN DAN SARAN
59
A.
Kesimpulan
59
B.
Saran-saran
60
DAFTAR PUSTAKA
61
LAMPlRAN
64
iii
DAFfAR TABEL
Teks
No
Halaman
1
Keadaan semaian berdasarkan umur bibit
12
2
Kondisi awal sifat fisik mekanik tanah lahan
28
3
Kondisi awal tanahan penetrasi tanah
29
4
Kondisi lahan saat penanaman
30
5
Data penggunaan benih pesemaian
32
6
Hasil pengamatan keadaan tanam pada 1 x 1 m
39
7
Jarak tanam
40
8
Jumlah rumpun dan kedalaman tanam
43
9
Hasil perhitungan efisiensi lapang alat tanam
43
10
Data pengukuran putaran roda
45
11
Data penanaman secara manual
46
12
Komposisi fraksi tekstur tanah
47
13
Nilai bulk density tanah
47
14
Porositas tanah
49
15
Kadar air pada berbagai pF
50
16
Nilai konduktivitas hidrolik
50
17
Nilai tahanan penetrasi tanah
52
18
Konsistensi tanah
53
19
Kadar air optimum dan berat isi kering maksimum
54
20
Nilai kekuatan tanah, kohesi dan sudut tahanan
21
gesek
Nilai infiltrasi pada menit tertentu
iv
56
58
DAFfAR GAMBAR
No
Halaman
Teks
1
Alat tanam padi tipe riding (Tsuga, 1992)
17
2
Grafik tahanan penetrasi
29
3
Alat semai (seedling machine)
31
4
Mekanisme kerja alat semai pada penjatuhan benih
32
5
Keadaan benih siap semai
33
6
Penyebaran benih di box semaian
33
7
Grafik daya tumbuh dan tinggi bibit
35
8
Alat tanam padi (rice transplanter)
36
9
Alat t"anam padi pada saat beroperasi
36
10
Skema penerusan daya alat tanam padi tipe
riding (Tsuga, 1992)
38
11
Keadaan baris tertanam dengan alat tanam
41
12
Keadaan lahan saat penanaman
41
13
Grafik penggunaan waktu tanam
46
v
DAFTAR LAMPIRAN
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Halaman
Teks
Layout lahan penelitian
Alat tanam dan bagian-bagiannya
Pola penanaman
Data hasil uji performansi alat tanam
Penggunaan waktu tanam
Kondisi awal tekstur dan porositas
Kondisi awal bulk density dan konduktivitas
hidrolik
Kondisi awal konsistensi tanah
Kondisi awal kadar air optimum dan berat isi
kering maksimum
Kondisi awal tahanan penetrasi tanah
Kondisi awal kohesi tanah dan sudut tahanan gesek
Kondisi awal tegangan gesek maksimum
Diagram tesktur tanah (USDA)
Harkat angka-angka Aterrberg
Hasil analisa kandungan kimia tanah
vi
65
66
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peningkatan produksi pertanian terutama pangan,
menj adi prioritas utama dalam setiap tahapan Pel ita .
Hal
ini
pangan
sej alan dengan meningkatnya kebutuhan akan
dan
yang
diharapkan
akan
mampu
memberikan
devisa kedua terbesar setelah migas.
Salah satu upaya pemerintah dalam mempertahankan
swasembada
pangan
pengembangan alat
tersebut
khususnya
beras
adalah
dan mesin pertanian dalam rangka
peningkatan produksi pertanian tanaman pangan serta
meningkatkan pendapatan petani.
Harapan
untuk
meningkatkan
produksi
pertanian
baik secara kwalitas maupun kwantitas, ternyata perlu
ditunjang
oleh
kemampuan
teknologi
dan
mekanis.
Kecenderungan terjadinya pergeseran tenaga kerja dari
bidang
pertanian
ke
bidang
industri,
menimbulkan
kekhawatiran akan terjadinya masalah ketenagakerjaan,
sehingga mendorong diterapkannya mekanisasi pertanian
secara selektif di daerah.
Penggunaan alat dan mesin
pertanian dimaksudkan untuk membantu pelaksanaan usaha
di
bidang
pertanian
melaksanakan operasi
melaksanakan
yang
tepat
pekerjaan
biasanya
pada
yang
bertujuanj
waktunya,
susah/tidak
membantu
dapat
2
dilaksanakan secara manual dan meningkatkan efisiensi
serta keselamatan kerja.
Sampai
saat
(transplanting)
ini
dilakukan
masih
masyarakat
oleh
penanaman
tani
padi
di
secara
sawah
tradisional
pekerjaan
Indonesia.
transplanting dengan cara demikian akan membutuhkan
waktu dan tenaga kerja yang cukup banyak.
Proses
penanaman padi
memerlukan
tenaga
kerja
sekitar 20 persen dari
keseluruhan proses budidaya
tanaman
ini
padi.
Hal
diperlukan alat
tanam padi
menunjukkan
mekanis,
maka
sangatlah
dari
itu
perlu dikembangkan alat tanam padi pada negara-negara
yang pertaniannya masih menitikberatkan pada produksi
padi.
Sekarang ini beberapa alat
diperkenalkan
dan
dipergunakan
tanam padi telah
dalam
skala
besar
khususnya Jepang.
Keberhasilan dalam peningkatan swasembada pangan
secara langsung tergantung pada hasil panen pada suatu
lahan.
Hasil panen yang baik juga dipengaruhi oleh
perlakuan
pengolahan
tanah,
pemeliharaan dan panen.
penyemaian,
penanaman,
Sehingga hasil panen yang
diharapkan seoptimal mungkin.
Hasil
optimal
tergantung
pada
pengerjaan dari
masa persiapan tanam padi sampai pada panen, yang juga
ditentukan oleh penggunaan alat.
Sehubungan dengan
3
hal tersebut maka strategi pengembangan alat dan mesin
pertanian
harus
tetap
didasarkan
pada
usaha
untuk
terus menerus menciptakan
dan mengembangkan kemampuan nasional dalam merekayasa
dan mengikhtiarkan teknologi alat dan mesin pertanian
yang
bersifat
maju
(progresif),
tepat
guna
(appropriate) dan teruji.
B.
Tujuan
Tujuan
penelitian
ini
adalah
uji
performansi
untuk mengetahui kemampuan kerja alat tanam padi (rice
transplanter) pada berbagai pengolahan tanah.
ll. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tanaman Padi
Padi berasal dari dua benua : Oryza fatua koenig
dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan
jenis
padi
lainnya
yaitu
Oryza
glaberrima
steund
(Oryza
sativa L)
diklasifikasikan sebagai famili gramineae
(poaceae).
berasal
dari Afrika Barat.
Berdasarkan klasifikasi ini,
Padi
tanaman padi dimasukkan
dalam sub-famili Festucoideae.
(AAK, 1990) .
Menurut Hardjodinomo (1969) dan Soemartono et al
(1980), tanaman padi terdiri dari akar, batang, daun,
bunga
dan
buah.
Batang padi
dalamnya berrongga
1.5 m.
pita
(kosong),
beruas-ruas
yang
di
tingginya 1.0 m sampai
Pada tiap-tiap buku tumbuh daun yang berbentuk
dan berpelepah.
sekeliling batang.
pelepah
itu membalut
hampir
Tiap batang padi bila telah tiba
waktunya akan keluar bunga dan dikenal dengan bunga
majemuk,
sedangkan galipnya disebut bulir.
terdapat dua helai sekam mahkota.
Di bunga
Pada saat terjadi
penyerbukan, bunga akan merekah (terbuka) dan setelah
penyerbukan berlalu,
maka daun bunga
akan
terkatup
kembali.
Berdasarkan pertumbuhan padi di pesemaian dikenal
tiga cara penyemaian yaitu :1). Penyemaian basah biasa
2).
Penyemaian
(AAK,1990) .
kering
dan
3).
Penyemaian
dapog.
5
1.
penyemaian basah bias a
Pada
sebelum
penyemaian
basah
25
30
dilakukan.
sampai
biasa,
hari
tanah
waktu
diolah
penyemaian
Pembajakan dan penggaruan dilakukan
sebanyak dua sampai tiga kali sampai tanah menjadi
campuran lumpur yang baik.
maian
1.0
sampai
1. 5
Ukuran lebar penye-
meter
dan
panj angnya
tergantung pada saluran drainase di antara tempat
penyemaian.
Luas
total
penyemaian basah biasa
untuk satu hektar penanaman sebesar 300 sampai 500
meter persegi dan juga tergantung pada kerapatan
"Transplanting" dilakukan
tanaman yang digunakan.
bila penyemaian telah berumur 20 sampai 30 hari.
2.
Penyemaian kering
Penyemaian kering dilakukan pada daerah yang
kurang
air
gunaannya.
secara
dan
tidak
mencukupi
Tanah dibaj ak,
kering.
Sete1ah
dalam
digaru dan diratakan
digaru
dan
dihancurkan, dibuat tempat penyemaian.
hektar
tanah
yang
peng-
ditanam
tanahnya
Untuk satu
diperlukan
penyemaian sebesar 500 meter persegi.
luas
Pemindahan
bibit dilakukan bila penyemaian padi berumur 20
sampai 30 had.
6
3.
Penyemaian Dapog
Penyemaian dapog
ini dilakukan pada tempat-
tempat yang airnya berlimpah-limpah.
dasar
pisang,
ditutup
rapat
kantong
dengan
semen
Permukaan
menggunakan
kosong
atau
daun
plastik.
Sebelum biji berkecambah, di atas penyemaian yang
rata diletakkan daun pisang atau
kosong.
kantong
semen
Untuk satu hektar penanaman bibit padi
diperlukan Iuas penyemaian sebesar 40 sampai 60
meter
persegi
dan
juga
penanaman per-Iubang,
benih yang tumbuh.
tergantung
pada
jumlah
j arak tanam dan persentase
Penyemaian siap untuk ditanam-
kan pada saat bibit padi
berumur
10
sampai 14
hari.
B.
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah merupakan penyiapan tanah untuk
penanaman dan proses mempertahankannya dalam keadaan
remah dan bebas dari gulma selama pertumbuhan tanaman
budidaya.
Tuj uan utama dan maksud dasar pengolahan
tanah adalah : 1). Mempersiapkan bedengan benih yang
sesuai 2). Memberantas gulma pesaing dan 3). Meningkatkan kondisi fisik tanah.
(Purwadi et aI, 1990).
Sedangkan menurut Kepner et aI,
1961 tujuan dari
pengolahan tanah adalah sebagai berikut :
7
1.
Menciptakan struktur tanah yang dibutuhkan untuk
persemaian atau tempat tumbuh benih.
Tanah yang
padat diolah sampai gembur sehingga mempercepat
infiltrasi air,
hujan,
berkemampuan baik menahan curah
memperbaiki
aerasi
dan
memudahkan
per-
kembangan akar.
2.
Peningkatan kecepatan infiltrasi akan menurunkan
run off dan mengurangi bahaya erosi.
3.
Menghambat dan mematikan tumbuhan pengganggu.
4.
Membenamkan
tumbuh-tumbuhan
atau
sampah-sampah
kesuburan tanah.
5.
Membunuh serangga, larva atau telur-telur serangga
melalui perubahan tempat tinggal dan terik matahari.
Pada
untuk
tanah
membentuk
pengganggu,
sawah,
pengolahan
lapisan
olah,
tanah
megurangi
bertujuan
tumbuhan
mencampur bahan organik ke dalam tanah,
membentuk lapisan kedap air sehingga persediaan air
dapat
dipertahankan
dan memperbaiki
keadaan
aerasi
tanah (Baver, 1960).
Menurut Smith
dapat
dibagi
(1977)
menj adi
pengolahan tanah kedua.
pekerjaan pengolahan tanah
pengolahan
tanah
pertama
dan
Alat pengolahan tanah pertama
adalah alat-alat yang pertama sekali digunakan, yaitu
8
untuk memotong, memecah, dan membalikkan tanah.
Alat-
alat tersebut dikenal ada beberapa macam, yaitu
l.
Bajak singkal (moldboard plow)
2.
Bajak piring (disk plow)
3.
Bajak rotari (rotary plow)
4.
Bajak chisel (chisel plow)
5.
Bajak subsoil (subsoil plow)
6.
Bajak raksasa (giant plow)
Pengolahan
bajakan.
tanah
kedua
dilakukan
setelah pem-
Dengan pengolahan tanah kedua,
jadi gembur dan rata,
tata air diperbaiki,
tanah mensisa-sisa
tanaman dan tumbuhan pengganggu dihancurkan dan dicampur dengan lapisan tanah atas,
kadang-kadang di-
berikan kepadatan tertentu pada permukaan tanah,
dan
mungkin juga dibuat guludan atau alur untuk pertanaman.
Alat pengolah tanah kedua yang menggunakan tenaga
traktor antara lain; I}. garu (harrow) 2}. perata dan
penggembur (land roller dan pulverizer) dan 3}. alatalat lainnya.
c.
Sifat Fisik Tanah
1.
Tekstur dan Struktur Tanah
Tekstur dan struktur tanah merupakan salah
satu
sifat
fisik
tanah
yang
dapat
diamati
di
lapangan dan kedua sifat fisik ini dapat menentukan kondisi tanah setempat.
Tekstur tanah adalah
9
sebaran
relatif
Ukuran part ike I
ukuran partikel
antara 2 mm dan 7.5 mm disebut
sebagai kerikil
dari
dan untuk
(gravel)
7.5 mm disebut batu.
partikel
tanah
tanah mineral.
disebut
lebih besar
Setiap kelas ukuran
fraksi
tekstur
(Kalsim,
1992) .
Menurut
Hardjowigeno
(1987),
tanah
dari butir-butir tanah berbagai ukuran.
tanah menunjukkan kasar halusnya tanah.
terdiri
Tekstur
Berdasar-
kan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir,
debu dan liat maka tanah dikelompokkan dalam beberapa kelas tekstur.
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari
butir-butir tanah.
Gumpalan struktur ini terjadi
karena butir-butir pasir, debu, liat terikat satu
sarna lain oleh suatu perekat seperti bahan organik
oksida-oksida
besi
gumpalan kecil
kemantapan
(Hardjowigeno,
dan
lain-lain.
Gumpalan-
ini mempunyai bentuk,
(ketahanan)
1987).
yang
ukuran dan
berbeda-beda,
Sedangkan menurut Kalsim
(1992) struktur tanah menentukan sifat aerasi dan
permeabilitas.
2.
Konsistensi Tanah
Istilah
konsistensi
berhubungan
dengan
derajat adhesi an tara partikel tanah dan tahanan
10
yang
muncul
guna
melawan
gaya
yang
cenderung
merubah at au meruntuhkan agregat tanah.
Konsis-
tensi
seperti
digambarkan
keras,
kaku,
oleh
rapuh,
istilah-istilah
lengket,
plastis dan lunak.
Jika tanah semakin mendekati karakteristik lempung, maka makin besar variasi keadaan konsistensi
yang mungkin dijumpai.
Konsistensi
sifat
dan
tanah
jumlah
(Karl and Ralph, 1987).
tergantung pada
koloid-koloid
tekstur,
anorganik
organik, struktur dan kandungan air tanah.
dan
Batas
mengalir merupakan jumlah air terbanyak yang dapat
ditahan tanah, dimana tanah dan air akan mengalir
bersama-sama.
Bila tanah yang telah mencapai ba-
tas mengalir atau melekat dapat membentuk gUlungan
yang tidak mudah patah bila digolek-golekkan maka
disebut tanah plastis.
Indeks
plastisitas
menunjukkan
perbedaan
kadar air pada batas mengalir dan batas menggolek.
Tanah liat umumnya
yang tinggi,
nyai
nilai
mempunyai indeks plastisitas
sebaliknya tanah-tanah pasir mempuindeks
plastisitas
yang
rendah
(Hardjowigeno, 1987)
3.
Porositas Tanah
Porositas tanah merupakan bagian yang terisi
oleh air dan atau oleh udara tanah.
pori-pori
11
tanah ini dapat dibedakan menjadi pori mikro dan
pori
makro.
Pori
makro
berisi
udara
dan
air
gravitasi yaitu air yang mudah hilang karena gaya
gravitasi.
Sedangkan
kapiler atau udara.
pori-pori makro
tanah
liat.
bahan
pori
berisi
air
Tanah-tanah pasir mempunyai
yang
lebih
banyak dibandingkan
tanah
Porositas
organik,
mikro
dipengaruhi
dan
struktur
tekstur
oleh
tanah.
(Hardjowigeno, 1987).
Menurut
Karl
and
adalah rasio volume
Ralph
(1987),
ruang pori
total agregat tanah.
porositas
terhadap volume
Istilah volume ruang pori
adalah bagian volume tanah yang tidak ditempati
oleh butiran mineral.
Jika diungkapkan sebagai
persentase maka porositas dikenal
pori.
sebagai ruang
Angka pori adalah rasio volume ruang pori
terhadap volume bahan padat.
4.
Kadar Air Tanah
Menurut
Karl
and
Ralph
(1987),
kadar
air
tanah (w) merupakan rasio be rat air terhadap be rat
kering agregat.
Pasir yang
Biasanya dinyatakan dalam persen.
terdapat
di
atas
porinya mungkin berisi udara.
volume
yang
berisi
padat, rasio adalah
air
muka
air,
sebagai
Jika ew menyatakan
persatuan
volume
bahan
12
8r; ew x100%
e
(1 )
Rumus tersebut menyatakan derajat kejenuhan.
Derajat kejenuhan pasir biasanya diunngkapkan dengan istilah kering atau basah.
Lempung yang lama
mengalami pengeringan dinyatakan oleh Sr
90 %,
=
mungkin sangat keras sehingga disebut kering bukan
basah.
D.
Alat Tanam
Seni
menempatkan
biji
di
dalam
tanah
untuk
memperoleh perkecambahan dan tegakan yang baik, tanpa
harus melakukan penyulaman adalah tujuan semua orang
yang menanam tanaman (Purwadi et al., 1990)
Sedangkan
Hopfen
(1969)
menyatakan
bahwa
pe-
nanaman yang dilakukan setelah benih disemai ke tempat
penanaman yang dikehendaki disebut transplanting.
Hasil
penelitian
Tsuga
(1992),
keadaan
semaian
berdasarkan umur bibit seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Keadaan semaian berdasarkan umur bibit
semaian
Keadaan
k・、。Qイョセ@
tanarn
Tua
18
Sedanq
15
Muda
08
S aJ:!ga t muda
05
-
(em
jオイョャア。Oセ@
benih
box)
Kebu;:man
box ( 10 a)
30
< 100
40
20
100
25
15
200
18
08
> 200
15
-
45
35
25
20
Keterangan:Ukuran box semaian 28 em x 58 ernx 3em
Kebutuhan bibit 150 - 450 box/ha
13
Transplanting dengan
tangan banyak menggunakan
tenaga kerja dan pekerjaan menjadi sukar bila penanaman dilakukan dalam skala besar.
Menurut Bainer,
tanam yang
Kepner
dan Barger
(1972)
alat
sesuai memungkinkan penyebaran biji-bijian
sebagai berikut :
1.
Broadcasting, yaitu penyebaran biji-bijian secara
acak pada permukaan tanah.
2.
Drill
seeding,
yaitu
penempatan
dan
penutupan
biji-biji secara acak pada alur dalam barisan.
3.
Precision
planting,
yaitu
penempatan
biji-biji
yang tepat pada jarak yang sarna dalam barisan.
4.
Hill droping,
yaitu penempatan sekelompok bij i-
biji pada jarak yang sarna dalam barisan.
Moedjiarto
berdasarkan
(1983)
cara
mengklasifikasikan alat tanam
penanaman
dan
sumber
tenaga
dari
traktor digolongkan menjadi tiga, yaitu
a.
Alat penanaman sistem baris lebar
Alat ini
telah dirancang untuk menempatkan
benih dalam tanah dengan j arak baris tanam satu
dengan yang lain cukup lebar, sehingga memungkinkan
dilakukannya
efisiensi
banyak
penyiangan
pemasangan.
digunakan
untuk
Alat
dan
penanam
menanam
sorgum dan kacang-kacangan.
meningkatkan
type
j agung,
ini
kapas,
14
b.
Alat penanam sistem baris sempit
Alat penanam type ini dirancang khusus untuk
menahan
benih-benih
kecil
atau
baris
rumput-
rumputan dalam baris alur yang sempit serta kedalaman yang seragam.
c.
Alat penanam sistem baris sebar
Alat
penanam
sistem
baris
cara penanaman yang paling
Penebaran
benih
dengan
sebar
lama dan
mesin
lebih
cepat daripada penebaran dengan tangan.
merupakan
sederhana.
teliti
dan
Penanaman
sistem sebar memerlukan adanya pembuka alur, maka
dari itu harus disiapkan dengan pengolahan tanah
yang menggunakan peralatan seperti garu piring.
Sistem ini tidak memerlukan penutupan.
dapat
dilakukan kemudian
Penutupan
dengan garu paku atau
lainnya.
Sedangkan
Smith,
1977
mengklasifikasikan
tanam sebagai berikut
1.
Alat tanam yang membentuk barisan
a.
Ditarik oleh manusia atau hewan
berbaris
biji-biji dijatuhkan
jarak barisan yang sempit
b.
Ditarik oleh traktor :
alat tanam untuk barisan
alat
15
alat tanam yang biji-bijinya dijatuhkan
alat tanam pemindah benih
2.
Alat tanam sebar
a.
Type sentrifugal
b.
Penebar biji rerumputan
c.
Type pesawat terbang
3.
Alat tanam padi-padian atau biji-bijian
4.
Alat tanam dengan perlengkapan lain
Alat tanam bibit (transplanter) telah diperkenal-
kan pada tahun 1890.
bahwa
Kemudian Sakei (1978) menyatakan
transplanter untuk
tanaman padi
kenalkan di Jepang pada tahun 1898.
tahun
telah diperKemudian pada
1975 barulah berkembang berbagai
type
trans-
planter untuk tanaman padi.
Menurut
Mc
Colly
dan
Martin
(1955),
kapasitas
mesin/alat tanam pada luas areal penanaman tertentu
persatuan waktu tergantung pada faktor-faktor
1.
Lebar kerja yang dipengaruhi oleh
a.
Lebar dari mesin/alat tanam pada pengolahan
atau penanaman.
b.
Persentase lebar sesungguhnya yang digunakan
dalam pengolahan atau penanaman.
2.
Kecepatan
maju
mesin/alat
tanam
pada
pengoperasiannya pada lintasan tertentu.
3.
Persentase waktu yang hilang.
(""
saat
16
Menurut Tsuga
(1992),
alat
tanam padi diklasi-
fikasikan sebagai berikut :
1.
Type tenaga dan type self-propelled
2.
Type seedling, yang terdiri dari :
3.
a.
type mat seedling
b.
type pot seedling
Type traveling, yang terdiri dari
a.
type walking
b.
type riding
(alat tanam padi type riding seperti pada Gambar 1) .
Parameter yang digunakan untuk pekerjaan penanaman
adalah :
1. Jarak tanam (jarak baris, jarak lajur) .
2. Jumlah tanaman per lajur.
3. Jumlah semaian yang digunakan (box).
4.
Keadaan semaian di box, yang me1iputi; berat benih
per box, daya tumbuh bibit, luas areal box.
5.
Kedalaman tanam.
6.
Kedalaman hardpan.
7.
Kekerasan tanah.
8.
Kedalaman air.
9 . Kecepatan aktual.
Menurut
Takizawa
(1992) ,
hal-hal
diperhatikan dalam uji performansi alat
adalah
:
yang
perlu
tanam padi
17
1.
Keadaan lahan,
yaitu
kemiringan tanah,
kedalaman
Metode pengolahan tanah,
tekstur
hardpan,
tanah,
ta-hanan
kedalaman air,
penetrasi
dan
luas
areal tanam.
2.
Keadaan
jenis
semaian yaitu
tanah,
yang
penggunaan benih,
box,
kedalaman
meliputi
digunakan,
umur semaian,
tanam,
jumlah
tipe
varietas
semaian,
benih,
berat benih per
daun
per
pohon,
penyebaran benih pada box dan kadar air.
3.
Keadaan setelah tanam yaitu meliputi ; jumlah jam
kerja, kecepatan maju,
jumlah semaian per lubang,
jarak baris dan jarak lajur.
Gambar 1. Alat tanam padi type riding (Tsuga, 1992)
METODE PENELITIAN
A.
Rangkaian kegiatan
Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
B.
a.
Pengambilan data tahanan penetrasi tanah
b.
Pengolahan tanah
c.
Pesemaian
d.
Penanaman dan uji performansi alat tanam padi
e.
Pemeliharaan sampai panen
f.
Pengambilan data sifat fisik-mekanik tanah
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan meliputi
1.
Alat untuk pengolahan tanah
Alat yang digunakan untuk pengolahan
adalah : cangkul, traktor roda-4
tangan
(7 Hp),
bajak singkal,
tanah
(33 Hp), traktor
bajak piring,
dan
garu rotary.
2.
Bahan dan Alat Budidaya Tanaman Padi
Bahan
yang
digunakan
benih
adalah
padi
varietas IR-64, pupuk urea, TSP, KCL, detergen dan
insektisida.
Sedangkan
alat
atau
mesin
yang
digunakan
adalah : alat tanam padi (5.5 Hp), box semaian (24
buah) ,
alat semai,
sabit, patok.
pemotong rumput,
handsprayer,
19
3.
Bahan dan Alat Pengukuran Sifat Fisik-Mekanik Tanah
Bahan yang digunakan adalah :
air suling.
pemotong,
oven,
air,
Alat yang digunakan adalah : pisau
cangkul,
stopwatch,
cawan,
extruder,
sampel tanah,
ring sampel,
ayakan,
termometer,
dessikator,
penyemprot
fallinghead permeameter,
conepenetrometer,
alat uji tekstur,
neraca digital,
three
alat uji pF,
phases
meter,
alat uji kekuatan
tak tertekan, alat uji kekuatan geser, alat penentu
batas cair dan batas plastis,
alat uji pemadatan
dan infiltrometer.
C.
Metode Penelitian
1.
Pengambilan data sifat fisik-mekanik tanah
Untuk mengetahui
kondisi
fisik
tanah awal,
data sifat fisik tanah diambil sebelum pengolahan
tanah.
Kemudian pengambilan data kedua dilakukan
setelah
panen,
perubahan
sifat
dimaksudkan
untuk
mengetahui
fisik
akibat
pengolahan
tanah
tanah, penanaman dan budidaya tanaman padi.
Data
sifat
fisik
tanah
sebelum
hanya data tahanan penetrasi tanah.
pengolahan
Data sebelum
pengolahan lainnya berupa data sekunder yang diambil berdasarkan analisa sebelumnya.
Parameter
perubahan sifat fisik-mekanik tanah yang diamati
adalah;
bulk
density,
tekstur,
porositas,
pF,
20
konduktivitas
hidrolik,
tahanan
penetrasi,
konsistensi (batas cair dan batas plastis), kekuatan
geser,
kekuatan
kompresi
tak
tertekan
dan
infiltrasi.
a.
Pengukuran di lapang
Pengukuran yang dilakukan di lahan sawah
adalah tahanan penetrasi tanah dan infiltrasi.
Tahanan penetrasi diukur pada kedalaman 0, 5,
10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55 dan
60 cm,
sebanyak 10 kali ulangan tiap petak.
Infiltrasi
diukur
pada
empat
tempat
setiap
utuh
(tidak
petak.
b.
Pengambilan contoh tanah
Pengambilan
contoh
tanah
terganggu) menggunakan ring sampel 100 ml, 50
ml dan ring besar pada kedalaman 0 - 20 cm dan
20 - 40 cm.
Masing-masing lima sampel yang
diambil dari lima tempat pada diagonal petak
sawah. Demikian juga untuk tanah terganggu diambi1 pada kedalaman 0 - 20 cm dan 20 - 40 cm.
c.
Pengujian sifat fisik-mekanik tanah
Pengujian yang dilakukan pada tanah utuh
adalah; uji three phases,
uji permeabilitas
(konduktivitas hidrolik) menggunakan fallinghead permeameter, uji pF menggunakan pressure
21
plate,
uji
kekuatan
geser
(ASTM
D3080-90,
AASHTO T 236-90) dan uji kekuatan kornpresi tak
tertekan dengan rnetode standar JIS A 1216T1976 (79) .
Tanah
terganggu
digunakan
untuk
uji
konsistensi tanah yaitu batas cair dengan rnetode standar JIS A 1205-1980 dan batas plastis
dengan rnetode standar JIS A 1206-1970
uji
pernadatan dengan
1210-1980 1.1.1.,
rnetode
standar
dan tekstur
tanah
(78),
JIS
A
(JIS A
1204-1980) .
2.
Pengolahan Tanah
Lahan percobaan terdiri dari
dengan
Petak
perlakuan
sawah
I
pengolahan
rnanual/tradisional.
cangkul,
pengolahan
yang
tanah
Lahan
4 petak sawah
berbeda-beda.
dengan
diberi
air
cangkul
dan
di-
pekerjaaan ini dilakukan dua kali,
ke-
rnudian dilakukan satu kali rotary sambil dirapikan
sarnpai lahan siap tanarn.
Petak sawah II perlakuan pengolahan tanah 4
kali bajak rotary
(basah)
dengan traktor tangan.
Lahan diberi air lalu dibajak dengan bajak rotary,
kernudian dengan cara yang sarna pekerjaan tersebut
dilakkukan sebanyak 4 kali.
22
Petak sawah III perlakuan pengolahan tanah 1
kali bajak singkal,
traktor tangan.
4 kali rotary
Lahan diberi
dengan bajak singkal.
(basah)
dengan
air lalu dibajak
Setelah itu diberi air dan
dibajak dengan bajak rotary sebanyak 4 kali,
ke-
mudian dirapikan dengan cangkul.
Petak sawah IV perlakuan pengolahan tanah 1
kali
bajak
piring
(kering)
(basah) dengan traktor roda-4.
dan
2
kali
rotary
Lahan dibajak de-
ngan bajak piring, setelah itu diberi air lalu dibajak dengan bajak rotary sebanyak 2 kali, kemudian
lahan
dirapikan
dengan
cangkul.
Kedalaman
olah
petak I - IV diukur secara manual dengan menggunakan mistar.
3.
Penyemaian
Sebelum
dilakukan
penyemaian,
dipersiapkan
terlebih dahulu box semaian dengan sebaik-baiknya,
agar diperoleh bibit yang baik.
Sebelum disemaikan
benih direndam dalam air dengan 4 perlakuan masingmasing selama 8 jam,
12 jam,
18 jam dan 24 jam.
Sehari sebelum semai, tempat penyemaian yang telah
siap ditaburi benih diberi pupuk TSP dengan dosis
45 g/m2 •
Selang 10 hari kemudian diberi pupuk urea
dengan dosis 10 g/m 2 •
23
Penyemaian dilakukan dengan alat semai.
perlakuan terdiri dari enam kali ulangan.
Tiap
Benih
padi dijatuhkan pada box semaian dengan alat semai.
Ukuran box untuk panjang, lebar dan tinggi masingmasing adalah ; 58 em, 25 em dan 2.7 em, yang telah
diisi tanah setinggi 2.5 em.
4.
Penanaman
Keadaan air pada petakan pereobaan diusahakan
meneapai ketinggian 2 em, kemudian bibit ditanam
dengan alat tanam padi (rice transplanter).
ditanam sebanyak 2 - 3 bibit perlubang.
Bibit
Sehari se-
belum tanam dilakukan pemupukan dasar dengan TSP,
KCL dan Urea.
5.
Uji Performansi
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan operasional fungsi alat tanam padi (rice
transplanter) type riding merk Yanmar dengan daya
5.5 Hp pada 3600 rpm.
5.1 Metode Pengamatan dan Pengukuran
Kemampuan operasional alat tanam diamati pada
saat dioperasikan di lapang, yaitu pada lahan siap
tanam yang terdiri dari empat petak sawah yang telah diolah sedemikian rupa sehingga tanah bersih
dari sisa-sisa tanaman.
24
Untuk
mengetahui
hasil
kerja
alat
tanam,
diperlukan pengamatan terhadap baris tanam, jumlah
rumpun
per
lubang,
kedalaman
tanam,
efisiensi
lapang dan kecepatan maju alat.
Pengukuran
baris
tanam,
jumlah
rumpun
per
lubang dan kedalaman tanam dilakukan sebanyak 5
kali
ulangan
Kecepatan
tiap
maju
petak pada ukuran
alat
dalam
1
melakukan
x
1 m.
penanaman
diukur dengan cara menghitung jumlah waktu yang
dibutuhkan dalam menempuh jarak 10 m,
sebanyak 4
kali ulangan tiap petak.
Kapasitas
lapang
dihitung
dengan
cara
menghitung waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penanaman pada areal tanam.
Pengukuran di-
lakukan sebanyak empat kali ulangan (pada petak I,
II, III dan IV) .
5.2 Perhi tungan
Efisiensi lapang merupakan perbandingan dari
kapasitas lapang efektif terhadap kapasitas lapang
teoritis
yang
dinyatakan
dalam persen
(Bainer,
1961) .
El = K.t.ktit Xl 0 0 %
Kt90Iitis
....................
(2)
25
Dimana;
El
Efisiensi lapang (ha/jam)
K
Kapasitas lapang (ha/jam)
Kapasitas lapang teoritis adalah kemampuan kerja
suatu alat di dalam suatu bidang tanah, jika mesin
berjalan maju,
sepenuh waktunya
(100%)
dan alat
tersebut bekerja dalam lebar maksimum (100%).
(3 )
Kt=SXW
kapasitas lapang teoritis (m2 /det)
Dimana; Kt:
S
kecepatan maju alat (m/det)
W
lebar kerja efektif yang dihitung dari
W = rued
Dimana; n
d
Kapasitas
banyaknya lajur tanaman
jarak antar lajur tanaman
lapang
efektif
adalah
rata-rata
dari
kemampuan kerja alat di lapang untuk menyelesaikan
suatu bidang tanah.
Ke=A/t
Dimana;
6.
. . . . . . . . . . . . . . . . . ..
(4 )
Ke:kapasitas lapang efektif (m2 /det)
A
: 1 uas areal a tau bidang tanah (m2 )
t
:waktu kerja alat (detik)
Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman sangat penting dan berpengaruh pada hasil panen.
Pemeliharaan meliputi;
26
penyulaman yang dilakukan pada hari ke-lima setelah
tanam, pengairan dilakukan setelah tanam, air diberikan eukup menggenangi seluruh petak pereobaan
setinggi kira-kira 2 em, penyiangan dilakukan dua
kali tergantung banyaknya gulma, pengendalian hama
dan penyakit dilakukan dengan menggunakan obat saat
benih mulai tampak atau selang waktu penyemprotan
tujuh hari.
7.
Pemanenan
Kriteria panen adalah bila 75 % malai mengering
dan kadar air gabah antara 23 - 27 %.
D.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penanaman
padi
dilaksanakan
di
infrastruktur, Leuwikopo, Darmaga, Bogor.
areal
sawah
Areal sawah
terdiri dari empat petak dengan luas tiap petak ratarata 25 x 30 m. Layout lahan penelitian pada lampiranl.
Pengukuran di lapang dilakukan di lahan sawah dan
penguj ian sifat fisik-mekanik tanah di laboratorium
Fisika dan Mekanika Tanah,
Jurusan Mekanisasi Per-
tanian, IPB.
Budidaya tanaman padi mulai bulan Maret 1995 sampai
bulan Juli 1995.
Pengujian performansi alat tanam padi
pada saat penanaman.
Pengukuran awal sifat fisik-
mekanik pada bulan November 1994, kemudian pengukuran
kedua pada bulan Juli 1995.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Keadaan Lahan
Tanah areal pereobaan merupakan jenis tanah latosol
eoklat kemerahan.
Areal tersebut merupakan lahan asli
dan lahan uruganyang dipadatkan.
Pengamatan sifat fisik-mekanik terhadap lahan tersebut telah dilakukan pada Desember 1991, Agustus 1992,
April
1993,
September
1993
dan
Maret
1994.
Hasil
pengamatan terakhir pada bulan Maret 1994 seperti pada
tabel
2.
Tahanan penetrasi hasil
pengamatan sebelum
pengolahan tanah pada Tabel 3 dan grafik hubungan kedalaman dengan cone indeks pada Gambar 2.
Pengolahan tanah siap tanam dilakukan dengan empat
perlakuan pada empat petak sawah.
Petak I
pengolahan
dilakukan dengan eangkul manual sebanyak dua kali pada
keadaan
basah,
meneapai
kedalaman
olah
13
15
em.
Kemudian dirotary satu kali agar terbentuk pelumpuran
dengan baik sehingga kedalaman olah menjadi 20 em.
Petak II diolah dengan rotary
(keadaan basah)
se-
banyak empat kali sehingga meneapai kedalaman olah 15 25 em.
Petak I I I diolah dengan satu kali bajak singkal
(basah) meneapai kedalaman 20 - 25 em dan empat kali rotary
(basah) meneapai kedalaman 20 - 30 em.
Petak IV
diolah satu kali bajak piring (kering) dan dua kali rotary (basah) sehingga meneapai kedalaman olah 20 - 40em.
28
Untuk lebih jelasnya kondisi lahan saat penanaman seperti pada tabe14. Kedalaman olah petak I, II dan
III yang meneapai kedalaman maksimum 25 em mengakibatPada peng-
kan sinkage berkisar antara 13 - 13.50 em.
olahan
tanah dengan
traktor
roda-4
memberikan
efek
sinkage pada alat tanam lebih besar yaitu 17.60 em.
Kondisi awal sifat fisik mekanik tanah lahan
Tabel 2.
Sifat'lsik mekanik
tanab
Porositas(%)
Bulk. density (Wee)
Konduktivitas hidrolik (em/del)
Konsistensi
a. Batas plastis (%
h. Batas cair %)
c. lndeks plastisitas %)
00 10
61.82
1.01
1.77 x 10 4
Petak I
10 30
30 50
63.13
64.49
0.98
0.94
1.42 x 10 4 2.03 x 10 5
Petak II
10 30
30 50
59.80
62.71
1.08
1.01
3.86 x 10 6 2.80 x 10 6
00 10
61.89
1.01
1.16 x 10 5
50.60
7257
21.97
53.61
73.69
20.08
55.06
75.28
20.22
51.97
73.75
21.78
43.64
1.278
42.22
1.213
0.212
44.12
1.178
0.297
43.25
1.186
0.448
0.656
1.128
0562
0.671
1.199
!
52.04
72.43
20.39
52.76
43.33
1.210
0.332
38.03
1.210
0.293
0514
0.808
1.173
0.505
0.716
1.140
73.15
2039
Pemadatan
a. Kadar air ootimum(%
b. Berat isi kering maksimum (gfee)
Kohesi tanah kgfcm2)
Kekuatan !leser maksimurn pada:
05 kg cm2
a.
b.
c.
I
1.0 k cm2
- 2.0kl!i cm2
Petak III
:;nat M,k· mek."k
tanah
Porositas (%
Bulk density (flicc
Konduktivitas hidrolik (cmldet
Konsistensi
a. Batas plastis %)
h. Batas cair %
c. Indeks ャ。ウGセゥ@ー
(%)
-
00 10
30 50
61.56
62.16
1.02
1.02
3.49 x 10 6 2.46 x 10 4
Petak IV
10 30
30 50
60.36
62.08
1.07
1.01
2.63 x 10 7 2.31 x 10 5
00 10
63.71
0.97
1.02 x 10 3
10 30
64.56
0.96
1.28 x 10 4
51.84
56.11
52.24
54.00
5356
53.37
75.31
75.26
71.78
78.02
77.64
78.51
23.47
19.15
19.54
24.02
24.08
25.14
41.28
1.224
42.74
1.200
0.455
38.47
1.221
0.470
37.12
1.200
40.57
1.221
0.532
42.11
0.668
0.893
1.320
0.642
0.879
1.223
0.585
0.865
0.972
0.547
0.810
1.185
Pemadatan
a. Kadar air optimum %
h. Berat isi kerin2 maksimum (2fcc
Kohesi tanab (kgtcm2)
Kekuatan geser rnaksimum pada:
a.
O.5k";cm2
b.
1.0k";cm2
c.
- 2.0kWcm2
Keterangan :
Petak I : Pengolahan tanab manuaVtradisional
Petak II : PengoJahan 13nab dengan traktor tangan
3 kali rotary (basah)
Petak III : Pengolaban tanah dengan traktor tangan
1 kali bajak singlcal (baxah), 2 kali rotary (basah)
Petak IV : Pengolaban tanah dengan traktor roda-4
1 kali bajak piring (kering), 2 kali rotary (basah)
-
1.212
0.360
I
29
Tabel 3. Kondisi awal tahanan penetrasi tanah
Kedalaman
(cml
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
Petak I
12.20
13.26
13.00
13.10
10.28
9.60
9.18
12.76
13.78
14.84
13.00
11.38
11.90
Cone Indeks (kgf/cm2)
Petak III
Petak IV
Petak II
4.80
6.80
12.06
14.10
12.48
7.12
11.04
15.60
12.20
15.38
17.64
16.32
16.80
14.92
19.78
19.20
14.76
17.30
18.10
16.54
17.68
16.34
18.12
16.36
13.28
15.26
14.56
13.08
10.38
15.96
15.38
11.66
14.12
10.66
12.78
12.90
10.26
11.20
10.54
25 lone Indeks (kgflcm2)
20
r
セォS\@
15"
5
__- L_ _ _ _L -_ _セ@
oセM@
o
10
20
30
_ _セ@
40
_ _ _ _セ@
50
_ _セ@
80
70
Kedalaman (cm)
[ -
Petak I
Gambar 2.
--+- Petak II
Grafik
-Petak III
セpNエォ@
IV
I
tahanan penetrasi
30
Tabel 4.
Kondisi lahan saat penanaman
Kondisi Laban
Petak I
Petak II
Petak III
Petak IV
Ukuran (p x I)
28.51 x 25.05
28.10 x 24.32
27.80 x 24.50
28.75 x 24.75
Tekstur tanah
liat sangat
balns
Hat sangat balns
liat sangat balns
liat sangat
balns
Perlakuan
pengolahan
Manual
1 x rotary
4 x rotary
1 x bajaksingkal
4 x rotary
1 x bajakpiring
2 x rotary
Kedalaman olah
13-20em
15 - 25 em
20-25em
20·40cm
13.00 em
13.23 em
13.50 em
17.60 em
Sinkage
Alat tanam tipe riding tersebut dilengkapi dengan
pelampung,
dalam
sehingga
meskipun
(meneap
un PERFORMANSI ALAT TANAM PADI (RICE TRANSPLANTER)
TIPE RIDING PADA BERBAGAI PENGOLAHAN TANAH DI AREAL
INFRASTRUKTUR LEUWIKOPO DARMAGA, BOGOR
OLEH :
V. NEVI SANDRA
F28.1595
1995
FAKULTASTEKNOLOGIPERTAN[AN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
V. NEVI SANDRA.
F 28.1595.
Uji Performansi Alat Tanam
Padi
(Rice Transplanter)
Tipe Riding Pada Berbagai
Pengolahan Tanah di Areal Infrastruktur Leuwikopo Darmaga,
Bogor. Dibawah bimbingan : Dr. Ir. Frans J. Daywin, MSc.
RINGKASAN
Peningkatan
tergantung
pada
dipengaruhi
swasembada
hasil
oleh
pangan
panen.
eara
seeara
Hasil
pengolahan
panen
tanah,
langsung
yang
baik
penyemaian,
penanaman, pemeliharaan dan panen.
Pengerjaan dari masa
persiapan tanam padi
juga ditentukan oleh
penggunaan alat.
harus
sampai panen
Pengembangan alat dan mesin pertanian
tetap didasarkan pada usaha untuk merekayasa dan
mengikhtiarkan teknologi alat yang bersifat maju,
tepat
guna dan teruji.
Hasil perlakuan pengolahan tanah dengan cangkul,
rotary,
lxbajak singkal-4x rotary,
4x
dan lxbajak piring-2x
rotary meneapai kedalaman olah masing-masing 13 - 15 cm,
15 - 25 em, 20 - 30 em, dan 20 - 40 em.
Kondisi semaian dengan perlakuan perendaman 8 jam, 12
jam,
18 jam dan 24 jam memberikan sebaran benih per box
hasil semai dengan alat semai masing-masing adalah 553 900
butir,
664 462 butir,
Perlakuan
perendaman
654 675 butir dan 402 737 butir.
tersebut
tidak
berpengaruh
pada
pertumbuhan semaian selanjutnya.
Hasil unjuk kerja alat tanam padi (rice transplanter)
type
riding
merk
Yanmar
pada
luas
lahan
679.56
m2
memberikan
waktu
kerja,
waktu
putar,
waktu
perbaikan,
waktu pengisian dan waktu mundur dalam detik masing-masing
adalah 1257.48, 372.9,
927.68,
742 dan 89.13.
Sedangkan
prosentase terhadap jumlah tertanam pada posisi tertanam
keadaan baik
(posisi bibit 30 -
adalah 70.04 % dan
90°)
keadaan kurang baik (posisi bibit 0 - 30°) adalah 29.96 %.
Penanaman dengan alat tanam dalam satu kali lintasan
terdiri dari lima lajur penanaman.
Baris tertanam untuk
19 lintasan adalah 85 baris ditambah 10 baris headland dan
untuk
21
lintasan
adalah
95
baris
ditambah
10
baris
headland.
Hasil analisa bulk density pada petak I,II,III dan IV
dengan perlakuan pengolahan tanah masing-masing : eangkul
manual,
rotary
(basah),
4x rotary
(basah)
dan
(basah),
1x baj ak singkal
1x bajak piring
berkisar antara 0.99
density pada kedalaman 0
-
20
-
(basah) -4x
(kering) -2x
1.10 g/em3
•
em relatif
rotary
Nilai bulk
lebih tinggi
dibandingkan pada kedalaman 20 - 40 em.
Porositas tertinggi pada petak I
62.64 % dan terendah pada petak IV
58.49 %.
(20 - 40 em) sebesar
(0
-
20 em)
sebesar
Air tersedia tertinggi pada petak III (0-20 em)
sebesar 17.88 % dan terendah pada petak I
(20
- 40 em)
sebesar 9.96 %.
Nilai konduktivitas hidrolika berkisar antara 10- 6
m/det.
Nilai tertinggi pada petak
-
10- 4
IV (0 - 20 em) yaitu
1.65 x 10- 5 em/det dan terendah pada petak I
(20 - 40 em)
yaitu
9.23
pengamatan
kg/em2 .
10- 6
x
bulan
em/det.
November
Nilai
1994
tahanan
berkisar
penetrasi
4.8
19.78
Pengamatan bulan Juli 1995 berkisar 4.9 kg/em2
15.44 kg/em2
-
•
Konsistensi tanah hasil pengamatan menunjukkan bahwa
batas mengalir dikatagorikan tinggi atau sangat tinggi.
Sedangkan nilai
indeks plastisitas dikatagorikan sedang
atau tinggi.
Kekuatan
kompresi
tak
tertekan
tertinggi
meneapai
0.683 kg/em2 yaitu pada petak III kedalaman 0 - 20 em dan
terendah pada petak II kedalaman 20 - 40 em sebesar
0.279 kg/em2
•
Nilai kohesi tanah berkisar 0.250 kg/em2
-
o . 730 kg / em2 •
Perlakuan
penyebaran
perendaman
benih
di
box
12
jam memberikan
semaian
relatif
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
alat
tanam lebih efisien dari
distribusi
lebih
rapat
Penanaman dengan
segi waktu.
Sebab pada
luasan 679.56 m2 memerlukan waktu tanam 3390 detik (0.942
jam),
sedangkan
seeara
manual
(Setiyowati,
1994)
pada
luasan tanam 642.6 m2 memerlukan waktu 30.27 jam.
Perlakuan
pengolahan
fisik-mekanik tanah.
tanah
berpengaruh
pada
sifat
Nilai bulk density pada lapisan olah
eenderung lebihtinggi
sebab
adanya pengaruh pemadatan
karena beban lalulintas alat.
Porositas tanah dan nilai
konduktivitas hidrolika tertinggi pada petak IV kedalaman
o-
20 em.
UJI PERFORMANSI ALAT TANAM PADI (RICE TRANSPLANTER)
TIPE RIDING PADA BERBAGAI PENGOLAHAN TANAH DI AREAL
INFRASTRUKTUR LEUWIKOPO DARMAGA, BOGOR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian
Pada Jurusan Mekanisasi Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
V. NEVI SANDRA
F 28.1595
1995
FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
, INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN
UJI PERFORMANSI ALAT TANAM PADI (RICE TRANSPLANTER)
TIPE RIDING PADA BERBAGAI PENGOLAHAN TANAH DI AREAL
INFRASTRUKTUR LEUWIKOPO DARMAGA, BOGOR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian
Pada Jurusan Mekanisasi Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
V. NEVI SANDRA
F 28,1595
Dilahirkan pada tanggal : 1 November 1972
di Ngawi
Tanggal lulus
: 1 September 1995
KATAPENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa atas bimbingan
dan rahmatNya, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
Dalam kesempatan
ini penulis
sampaikan terimakasih
Ir. Frans J. Daywin,
MSc selaku dosen pem-
kepada :
1. Bapak Dr.
bimbing yang telah banyak memberikan bimbingan hingga
terselesainya penulisan skripsi ini.
2. Bapak Ir. Desrial, MEng dan Bapak Ir. Asep Sapei, MS
selaku dosen penguji yang telah memberikan saran-saran
atas perbaikan skripsi ini.
3.
Ibu
dan
adik
terkasih
yang
telah
memberi
dorangan
selama penulis belajar di Institut Pertanian Bogar.
4. Pak Abas
dan Pak Tohir,
rekan
Pahrian,
Opay,
Diar,
Eka, Bareel, Ujang, warga Mercuria (Mona, Vera, Maria,
Vivi,
mbak
Yayat,
juangan
Atik,
Riana,
Tialan,
Franky,
lainnya
yang
Yulintine),
Adi,
dan
telah
staf
Grawida,
rekan-rekan
banyak
membantu
seperselama
persiapan pene1itian sampai terselesainya skripsi ini.
Dengan
kerendahan
kemampuan yang ada,
membangun
akan
hati
penu1is
menyadari
akan
maka kritik dan saran yang sifatnya
penulis
terima
dengan
lapang
dada.
Akhirnya harapan penulis semaga skripsi ini berguna bagi
pembaca dan bermanfaat bagi semua pihak.
Bogar,
September 1995
Penulis
DAFTAR lSI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR lSI
ii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
I.
vi
PENDAHULUAN
1
A.
LatarBelakang
1
B.
Tujuan
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
4
A.
Tanaman Padi
4
B.
Pengolahan Tanah
6
C.
Sifat Fisik Tanah
8
D.
Alat Tanam
12
III.METODE PENELITIAN
18
A.
Rangkaian Kegiatan
18
B.
Bahan dan A1at
18
C.
Metode Penelitian
D.
Tempat dan Waktu penelitian
.
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Lahan . .
26
27
27
B.
Kondisi Pesemaian
30
C.
Penanaman . . . .
a. Hasi1 tertanam
35
b. Jarak tanam
40
c. Jumlah rumpun dan kedalaman tanam
42
d. Efisiensi lapang
43
37
........ .
ii
D.
V.
Hasil Analisa Sifat Fisik-Mekanik Tanah
Setelah Panen
47
1. Tekstur tanah
47
2 . Bulk density
47
3 . Kemampuan tanah memegang air
48
4. Konduktivitas hidrolika
50
5. Tahanan penetrasi tanah
51
6. Konsistensi tanah
53
7 . Pemadatan tanah
54
8. Kekuatan tanah
55
9 . Infiltrasi
57
KESIMPULAN DAN SARAN
59
A.
Kesimpulan
59
B.
Saran-saran
60
DAFTAR PUSTAKA
61
LAMPlRAN
64
iii
DAFfAR TABEL
Teks
No
Halaman
1
Keadaan semaian berdasarkan umur bibit
12
2
Kondisi awal sifat fisik mekanik tanah lahan
28
3
Kondisi awal tanahan penetrasi tanah
29
4
Kondisi lahan saat penanaman
30
5
Data penggunaan benih pesemaian
32
6
Hasil pengamatan keadaan tanam pada 1 x 1 m
39
7
Jarak tanam
40
8
Jumlah rumpun dan kedalaman tanam
43
9
Hasil perhitungan efisiensi lapang alat tanam
43
10
Data pengukuran putaran roda
45
11
Data penanaman secara manual
46
12
Komposisi fraksi tekstur tanah
47
13
Nilai bulk density tanah
47
14
Porositas tanah
49
15
Kadar air pada berbagai pF
50
16
Nilai konduktivitas hidrolik
50
17
Nilai tahanan penetrasi tanah
52
18
Konsistensi tanah
53
19
Kadar air optimum dan berat isi kering maksimum
54
20
Nilai kekuatan tanah, kohesi dan sudut tahanan
21
gesek
Nilai infiltrasi pada menit tertentu
iv
56
58
irE!
un PERFORMANSI ALAT TANAM PADI (RICE TRANSPLANTER)
TIPE RIDING PADA BERBAGAI PENGOLAHAN TANAH DI AREAL
INFRASTRUKTUR LEUWIKOPO DARMAGA, BOGOR
OLEH :
V. NEVI SANDRA
F28.1595
1995
FAKULTASTEKNOLOGIPERTAN[AN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
V. NEVI SANDRA.
F 28.1595.
Uji Performansi Alat Tanam
Padi
(Rice Transplanter)
Tipe Riding Pada Berbagai
Pengolahan Tanah di Areal Infrastruktur Leuwikopo Darmaga,
Bogor. Dibawah bimbingan : Dr. Ir. Frans J. Daywin, MSc.
RINGKASAN
Peningkatan
tergantung
pada
dipengaruhi
swasembada
hasil
oleh
pangan
panen.
eara
seeara
Hasil
pengolahan
panen
tanah,
langsung
yang
baik
penyemaian,
penanaman, pemeliharaan dan panen.
Pengerjaan dari masa
persiapan tanam padi
juga ditentukan oleh
penggunaan alat.
harus
sampai panen
Pengembangan alat dan mesin pertanian
tetap didasarkan pada usaha untuk merekayasa dan
mengikhtiarkan teknologi alat yang bersifat maju,
tepat
guna dan teruji.
Hasil perlakuan pengolahan tanah dengan cangkul,
rotary,
lxbajak singkal-4x rotary,
4x
dan lxbajak piring-2x
rotary meneapai kedalaman olah masing-masing 13 - 15 cm,
15 - 25 em, 20 - 30 em, dan 20 - 40 em.
Kondisi semaian dengan perlakuan perendaman 8 jam, 12
jam,
18 jam dan 24 jam memberikan sebaran benih per box
hasil semai dengan alat semai masing-masing adalah 553 900
butir,
664 462 butir,
Perlakuan
perendaman
654 675 butir dan 402 737 butir.
tersebut
tidak
berpengaruh
pada
pertumbuhan semaian selanjutnya.
Hasil unjuk kerja alat tanam padi (rice transplanter)
type
riding
merk
Yanmar
pada
luas
lahan
679.56
m2
memberikan
waktu
kerja,
waktu
putar,
waktu
perbaikan,
waktu pengisian dan waktu mundur dalam detik masing-masing
adalah 1257.48, 372.9,
927.68,
742 dan 89.13.
Sedangkan
prosentase terhadap jumlah tertanam pada posisi tertanam
keadaan baik
(posisi bibit 30 -
adalah 70.04 % dan
90°)
keadaan kurang baik (posisi bibit 0 - 30°) adalah 29.96 %.
Penanaman dengan alat tanam dalam satu kali lintasan
terdiri dari lima lajur penanaman.
Baris tertanam untuk
19 lintasan adalah 85 baris ditambah 10 baris headland dan
untuk
21
lintasan
adalah
95
baris
ditambah
10
baris
headland.
Hasil analisa bulk density pada petak I,II,III dan IV
dengan perlakuan pengolahan tanah masing-masing : eangkul
manual,
rotary
(basah),
4x rotary
(basah)
dan
(basah),
1x baj ak singkal
1x bajak piring
berkisar antara 0.99
density pada kedalaman 0
-
20
-
(basah) -4x
(kering) -2x
1.10 g/em3
•
em relatif
rotary
Nilai bulk
lebih tinggi
dibandingkan pada kedalaman 20 - 40 em.
Porositas tertinggi pada petak I
62.64 % dan terendah pada petak IV
58.49 %.
(20 - 40 em) sebesar
(0
-
20 em)
sebesar
Air tersedia tertinggi pada petak III (0-20 em)
sebesar 17.88 % dan terendah pada petak I
(20
- 40 em)
sebesar 9.96 %.
Nilai konduktivitas hidrolika berkisar antara 10- 6
m/det.
Nilai tertinggi pada petak
-
10- 4
IV (0 - 20 em) yaitu
1.65 x 10- 5 em/det dan terendah pada petak I
(20 - 40 em)
yaitu
9.23
pengamatan
kg/em2 .
10- 6
x
bulan
em/det.
November
Nilai
1994
tahanan
berkisar
penetrasi
4.8
19.78
Pengamatan bulan Juli 1995 berkisar 4.9 kg/em2
15.44 kg/em2
-
•
Konsistensi tanah hasil pengamatan menunjukkan bahwa
batas mengalir dikatagorikan tinggi atau sangat tinggi.
Sedangkan nilai
indeks plastisitas dikatagorikan sedang
atau tinggi.
Kekuatan
kompresi
tak
tertekan
tertinggi
meneapai
0.683 kg/em2 yaitu pada petak III kedalaman 0 - 20 em dan
terendah pada petak II kedalaman 20 - 40 em sebesar
0.279 kg/em2
•
Nilai kohesi tanah berkisar 0.250 kg/em2
-
o . 730 kg / em2 •
Perlakuan
penyebaran
perendaman
benih
di
box
12
jam memberikan
semaian
relatif
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
alat
tanam lebih efisien dari
distribusi
lebih
rapat
Penanaman dengan
segi waktu.
Sebab pada
luasan 679.56 m2 memerlukan waktu tanam 3390 detik (0.942
jam),
sedangkan
seeara
manual
(Setiyowati,
1994)
pada
luasan tanam 642.6 m2 memerlukan waktu 30.27 jam.
Perlakuan
pengolahan
fisik-mekanik tanah.
tanah
berpengaruh
pada
sifat
Nilai bulk density pada lapisan olah
eenderung lebihtinggi
sebab
adanya pengaruh pemadatan
karena beban lalulintas alat.
Porositas tanah dan nilai
konduktivitas hidrolika tertinggi pada petak IV kedalaman
o-
20 em.
UJI PERFORMANSI ALAT TANAM PADI (RICE TRANSPLANTER)
TIPE RIDING PADA BERBAGAI PENGOLAHAN TANAH DI AREAL
INFRASTRUKTUR LEUWIKOPO DARMAGA, BOGOR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian
Pada Jurusan Mekanisasi Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
V. NEVI SANDRA
F 28.1595
1995
FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
, INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN
UJI PERFORMANSI ALAT TANAM PADI (RICE TRANSPLANTER)
TIPE RIDING PADA BERBAGAI PENGOLAHAN TANAH DI AREAL
INFRASTRUKTUR LEUWIKOPO DARMAGA, BOGOR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian
Pada Jurusan Mekanisasi Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
V. NEVI SANDRA
F 28,1595
Dilahirkan pada tanggal : 1 November 1972
di Ngawi
Tanggal lulus
: 1 September 1995
KATAPENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa atas bimbingan
dan rahmatNya, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
Dalam kesempatan
ini penulis
sampaikan terimakasih
Ir. Frans J. Daywin,
MSc selaku dosen pem-
kepada :
1. Bapak Dr.
bimbing yang telah banyak memberikan bimbingan hingga
terselesainya penulisan skripsi ini.
2. Bapak Ir. Desrial, MEng dan Bapak Ir. Asep Sapei, MS
selaku dosen penguji yang telah memberikan saran-saran
atas perbaikan skripsi ini.
3.
Ibu
dan
adik
terkasih
yang
telah
memberi
dorangan
selama penulis belajar di Institut Pertanian Bogar.
4. Pak Abas
dan Pak Tohir,
rekan
Pahrian,
Opay,
Diar,
Eka, Bareel, Ujang, warga Mercuria (Mona, Vera, Maria,
Vivi,
mbak
Yayat,
juangan
Atik,
Riana,
Tialan,
Franky,
lainnya
yang
Yulintine),
Adi,
dan
telah
staf
Grawida,
rekan-rekan
banyak
membantu
seperselama
persiapan pene1itian sampai terselesainya skripsi ini.
Dengan
kerendahan
kemampuan yang ada,
membangun
akan
hati
penu1is
menyadari
akan
maka kritik dan saran yang sifatnya
penulis
terima
dengan
lapang
dada.
Akhirnya harapan penulis semaga skripsi ini berguna bagi
pembaca dan bermanfaat bagi semua pihak.
Bogar,
September 1995
Penulis
DAFTAR lSI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR lSI
ii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
I.
vi
PENDAHULUAN
1
A.
LatarBelakang
1
B.
Tujuan
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
4
A.
Tanaman Padi
4
B.
Pengolahan Tanah
6
C.
Sifat Fisik Tanah
8
D.
Alat Tanam
12
III.METODE PENELITIAN
18
A.
Rangkaian Kegiatan
18
B.
Bahan dan A1at
18
C.
Metode Penelitian
D.
Tempat dan Waktu penelitian
.
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Lahan . .
26
27
27
B.
Kondisi Pesemaian
30
C.
Penanaman . . . .
a. Hasi1 tertanam
35
b. Jarak tanam
40
c. Jumlah rumpun dan kedalaman tanam
42
d. Efisiensi lapang
43
37
........ .
ii
D.
V.
Hasil Analisa Sifat Fisik-Mekanik Tanah
Setelah Panen
47
1. Tekstur tanah
47
2 . Bulk density
47
3 . Kemampuan tanah memegang air
48
4. Konduktivitas hidrolika
50
5. Tahanan penetrasi tanah
51
6. Konsistensi tanah
53
7 . Pemadatan tanah
54
8. Kekuatan tanah
55
9 . Infiltrasi
57
KESIMPULAN DAN SARAN
59
A.
Kesimpulan
59
B.
Saran-saran
60
DAFTAR PUSTAKA
61
LAMPlRAN
64
iii
DAFfAR TABEL
Teks
No
Halaman
1
Keadaan semaian berdasarkan umur bibit
12
2
Kondisi awal sifat fisik mekanik tanah lahan
28
3
Kondisi awal tanahan penetrasi tanah
29
4
Kondisi lahan saat penanaman
30
5
Data penggunaan benih pesemaian
32
6
Hasil pengamatan keadaan tanam pada 1 x 1 m
39
7
Jarak tanam
40
8
Jumlah rumpun dan kedalaman tanam
43
9
Hasil perhitungan efisiensi lapang alat tanam
43
10
Data pengukuran putaran roda
45
11
Data penanaman secara manual
46
12
Komposisi fraksi tekstur tanah
47
13
Nilai bulk density tanah
47
14
Porositas tanah
49
15
Kadar air pada berbagai pF
50
16
Nilai konduktivitas hidrolik
50
17
Nilai tahanan penetrasi tanah
52
18
Konsistensi tanah
53
19
Kadar air optimum dan berat isi kering maksimum
54
20
Nilai kekuatan tanah, kohesi dan sudut tahanan
21
gesek
Nilai infiltrasi pada menit tertentu
iv
56
58
DAFfAR GAMBAR
No
Halaman
Teks
1
Alat tanam padi tipe riding (Tsuga, 1992)
17
2
Grafik tahanan penetrasi
29
3
Alat semai (seedling machine)
31
4
Mekanisme kerja alat semai pada penjatuhan benih
32
5
Keadaan benih siap semai
33
6
Penyebaran benih di box semaian
33
7
Grafik daya tumbuh dan tinggi bibit
35
8
Alat tanam padi (rice transplanter)
36
9
Alat t"anam padi pada saat beroperasi
36
10
Skema penerusan daya alat tanam padi tipe
riding (Tsuga, 1992)
38
11
Keadaan baris tertanam dengan alat tanam
41
12
Keadaan lahan saat penanaman
41
13
Grafik penggunaan waktu tanam
46
v
DAFTAR LAMPIRAN
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Halaman
Teks
Layout lahan penelitian
Alat tanam dan bagian-bagiannya
Pola penanaman
Data hasil uji performansi alat tanam
Penggunaan waktu tanam
Kondisi awal tekstur dan porositas
Kondisi awal bulk density dan konduktivitas
hidrolik
Kondisi awal konsistensi tanah
Kondisi awal kadar air optimum dan berat isi
kering maksimum
Kondisi awal tahanan penetrasi tanah
Kondisi awal kohesi tanah dan sudut tahanan gesek
Kondisi awal tegangan gesek maksimum
Diagram tesktur tanah (USDA)
Harkat angka-angka Aterrberg
Hasil analisa kandungan kimia tanah
vi
65
66
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peningkatan produksi pertanian terutama pangan,
menj adi prioritas utama dalam setiap tahapan Pel ita .
Hal
ini
pangan
sej alan dengan meningkatnya kebutuhan akan
dan
yang
diharapkan
akan
mampu
memberikan
devisa kedua terbesar setelah migas.
Salah satu upaya pemerintah dalam mempertahankan
swasembada
pangan
pengembangan alat
tersebut
khususnya
beras
adalah
dan mesin pertanian dalam rangka
peningkatan produksi pertanian tanaman pangan serta
meningkatkan pendapatan petani.
Harapan
untuk
meningkatkan
produksi
pertanian
baik secara kwalitas maupun kwantitas, ternyata perlu
ditunjang
oleh
kemampuan
teknologi
dan
mekanis.
Kecenderungan terjadinya pergeseran tenaga kerja dari
bidang
pertanian
ke
bidang
industri,
menimbulkan
kekhawatiran akan terjadinya masalah ketenagakerjaan,
sehingga mendorong diterapkannya mekanisasi pertanian
secara selektif di daerah.
Penggunaan alat dan mesin
pertanian dimaksudkan untuk membantu pelaksanaan usaha
di
bidang
pertanian
melaksanakan operasi
melaksanakan
yang
tepat
pekerjaan
biasanya
pada
yang
bertujuanj
waktunya,
susah/tidak
membantu
dapat
2
dilaksanakan secara manual dan meningkatkan efisiensi
serta keselamatan kerja.
Sampai
saat
(transplanting)
ini
dilakukan
masih
masyarakat
oleh
penanaman
tani
padi
di
secara
sawah
tradisional
pekerjaan
Indonesia.
transplanting dengan cara demikian akan membutuhkan
waktu dan tenaga kerja yang cukup banyak.
Proses
penanaman padi
memerlukan
tenaga
kerja
sekitar 20 persen dari
keseluruhan proses budidaya
tanaman
ini
padi.
Hal
diperlukan alat
tanam padi
menunjukkan
mekanis,
maka
sangatlah
dari
itu
perlu dikembangkan alat tanam padi pada negara-negara
yang pertaniannya masih menitikberatkan pada produksi
padi.
Sekarang ini beberapa alat
diperkenalkan
dan
dipergunakan
tanam padi telah
dalam
skala
besar
khususnya Jepang.
Keberhasilan dalam peningkatan swasembada pangan
secara langsung tergantung pada hasil panen pada suatu
lahan.
Hasil panen yang baik juga dipengaruhi oleh
perlakuan
pengolahan
tanah,
pemeliharaan dan panen.
penyemaian,
penanaman,
Sehingga hasil panen yang
diharapkan seoptimal mungkin.
Hasil
optimal
tergantung
pada
pengerjaan dari
masa persiapan tanam padi sampai pada panen, yang juga
ditentukan oleh penggunaan alat.
Sehubungan dengan
3
hal tersebut maka strategi pengembangan alat dan mesin
pertanian
harus
tetap
didasarkan
pada
usaha
untuk
terus menerus menciptakan
dan mengembangkan kemampuan nasional dalam merekayasa
dan mengikhtiarkan teknologi alat dan mesin pertanian
yang
bersifat
maju
(progresif),
tepat
guna
(appropriate) dan teruji.
B.
Tujuan
Tujuan
penelitian
ini
adalah
uji
performansi
untuk mengetahui kemampuan kerja alat tanam padi (rice
transplanter) pada berbagai pengolahan tanah.
ll. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tanaman Padi
Padi berasal dari dua benua : Oryza fatua koenig
dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan
jenis
padi
lainnya
yaitu
Oryza
glaberrima
steund
(Oryza
sativa L)
diklasifikasikan sebagai famili gramineae
(poaceae).
berasal
dari Afrika Barat.
Berdasarkan klasifikasi ini,
Padi
tanaman padi dimasukkan
dalam sub-famili Festucoideae.
(AAK, 1990) .
Menurut Hardjodinomo (1969) dan Soemartono et al
(1980), tanaman padi terdiri dari akar, batang, daun,
bunga
dan
buah.
Batang padi
dalamnya berrongga
1.5 m.
pita
(kosong),
beruas-ruas
yang
di
tingginya 1.0 m sampai
Pada tiap-tiap buku tumbuh daun yang berbentuk
dan berpelepah.
sekeliling batang.
pelepah
itu membalut
hampir
Tiap batang padi bila telah tiba
waktunya akan keluar bunga dan dikenal dengan bunga
majemuk,
sedangkan galipnya disebut bulir.
terdapat dua helai sekam mahkota.
Di bunga
Pada saat terjadi
penyerbukan, bunga akan merekah (terbuka) dan setelah
penyerbukan berlalu,
maka daun bunga
akan
terkatup
kembali.
Berdasarkan pertumbuhan padi di pesemaian dikenal
tiga cara penyemaian yaitu :1). Penyemaian basah biasa
2).
Penyemaian
(AAK,1990) .
kering
dan
3).
Penyemaian
dapog.
5
1.
penyemaian basah bias a
Pada
sebelum
penyemaian
basah
25
30
dilakukan.
sampai
biasa,
hari
tanah
waktu
diolah
penyemaian
Pembajakan dan penggaruan dilakukan
sebanyak dua sampai tiga kali sampai tanah menjadi
campuran lumpur yang baik.
maian
1.0
sampai
1. 5
Ukuran lebar penye-
meter
dan
panj angnya
tergantung pada saluran drainase di antara tempat
penyemaian.
Luas
total
penyemaian basah biasa
untuk satu hektar penanaman sebesar 300 sampai 500
meter persegi dan juga tergantung pada kerapatan
"Transplanting" dilakukan
tanaman yang digunakan.
bila penyemaian telah berumur 20 sampai 30 hari.
2.
Penyemaian kering
Penyemaian kering dilakukan pada daerah yang
kurang
air
gunaannya.
secara
dan
tidak
mencukupi
Tanah dibaj ak,
kering.
Sete1ah
dalam
digaru dan diratakan
digaru
dan
dihancurkan, dibuat tempat penyemaian.
hektar
tanah
yang
peng-
ditanam
tanahnya
Untuk satu
diperlukan
penyemaian sebesar 500 meter persegi.
luas
Pemindahan
bibit dilakukan bila penyemaian padi berumur 20
sampai 30 had.
6
3.
Penyemaian Dapog
Penyemaian dapog
ini dilakukan pada tempat-
tempat yang airnya berlimpah-limpah.
dasar
pisang,
ditutup
rapat
kantong
dengan
semen
Permukaan
menggunakan
kosong
atau
daun
plastik.
Sebelum biji berkecambah, di atas penyemaian yang
rata diletakkan daun pisang atau
kosong.
kantong
semen
Untuk satu hektar penanaman bibit padi
diperlukan Iuas penyemaian sebesar 40 sampai 60
meter
persegi
dan
juga
penanaman per-Iubang,
benih yang tumbuh.
tergantung
pada
jumlah
j arak tanam dan persentase
Penyemaian siap untuk ditanam-
kan pada saat bibit padi
berumur
10
sampai 14
hari.
B.
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah merupakan penyiapan tanah untuk
penanaman dan proses mempertahankannya dalam keadaan
remah dan bebas dari gulma selama pertumbuhan tanaman
budidaya.
Tuj uan utama dan maksud dasar pengolahan
tanah adalah : 1). Mempersiapkan bedengan benih yang
sesuai 2). Memberantas gulma pesaing dan 3). Meningkatkan kondisi fisik tanah.
(Purwadi et aI, 1990).
Sedangkan menurut Kepner et aI,
1961 tujuan dari
pengolahan tanah adalah sebagai berikut :
7
1.
Menciptakan struktur tanah yang dibutuhkan untuk
persemaian atau tempat tumbuh benih.
Tanah yang
padat diolah sampai gembur sehingga mempercepat
infiltrasi air,
hujan,
berkemampuan baik menahan curah
memperbaiki
aerasi
dan
memudahkan
per-
kembangan akar.
2.
Peningkatan kecepatan infiltrasi akan menurunkan
run off dan mengurangi bahaya erosi.
3.
Menghambat dan mematikan tumbuhan pengganggu.
4.
Membenamkan
tumbuh-tumbuhan
atau
sampah-sampah
kesuburan tanah.
5.
Membunuh serangga, larva atau telur-telur serangga
melalui perubahan tempat tinggal dan terik matahari.
Pada
untuk
tanah
membentuk
pengganggu,
sawah,
pengolahan
lapisan
olah,
tanah
megurangi
bertujuan
tumbuhan
mencampur bahan organik ke dalam tanah,
membentuk lapisan kedap air sehingga persediaan air
dapat
dipertahankan
dan memperbaiki
keadaan
aerasi
tanah (Baver, 1960).
Menurut Smith
dapat
dibagi
(1977)
menj adi
pengolahan tanah kedua.
pekerjaan pengolahan tanah
pengolahan
tanah
pertama
dan
Alat pengolahan tanah pertama
adalah alat-alat yang pertama sekali digunakan, yaitu
8
untuk memotong, memecah, dan membalikkan tanah.
Alat-
alat tersebut dikenal ada beberapa macam, yaitu
l.
Bajak singkal (moldboard plow)
2.
Bajak piring (disk plow)
3.
Bajak rotari (rotary plow)
4.
Bajak chisel (chisel plow)
5.
Bajak subsoil (subsoil plow)
6.
Bajak raksasa (giant plow)
Pengolahan
bajakan.
tanah
kedua
dilakukan
setelah pem-
Dengan pengolahan tanah kedua,
jadi gembur dan rata,
tata air diperbaiki,
tanah mensisa-sisa
tanaman dan tumbuhan pengganggu dihancurkan dan dicampur dengan lapisan tanah atas,
kadang-kadang di-
berikan kepadatan tertentu pada permukaan tanah,
dan
mungkin juga dibuat guludan atau alur untuk pertanaman.
Alat pengolah tanah kedua yang menggunakan tenaga
traktor antara lain; I}. garu (harrow) 2}. perata dan
penggembur (land roller dan pulverizer) dan 3}. alatalat lainnya.
c.
Sifat Fisik Tanah
1.
Tekstur dan Struktur Tanah
Tekstur dan struktur tanah merupakan salah
satu
sifat
fisik
tanah
yang
dapat
diamati
di
lapangan dan kedua sifat fisik ini dapat menentukan kondisi tanah setempat.
Tekstur tanah adalah
9
sebaran
relatif
Ukuran part ike I
ukuran partikel
antara 2 mm dan 7.5 mm disebut
sebagai kerikil
dari
dan untuk
(gravel)
7.5 mm disebut batu.
partikel
tanah
tanah mineral.
disebut
lebih besar
Setiap kelas ukuran
fraksi
tekstur
(Kalsim,
1992) .
Menurut
Hardjowigeno
(1987),
tanah
dari butir-butir tanah berbagai ukuran.
tanah menunjukkan kasar halusnya tanah.
terdiri
Tekstur
Berdasar-
kan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir,
debu dan liat maka tanah dikelompokkan dalam beberapa kelas tekstur.
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari
butir-butir tanah.
Gumpalan struktur ini terjadi
karena butir-butir pasir, debu, liat terikat satu
sarna lain oleh suatu perekat seperti bahan organik
oksida-oksida
besi
gumpalan kecil
kemantapan
(Hardjowigeno,
dan
lain-lain.
Gumpalan-
ini mempunyai bentuk,
(ketahanan)
1987).
yang
ukuran dan
berbeda-beda,
Sedangkan menurut Kalsim
(1992) struktur tanah menentukan sifat aerasi dan
permeabilitas.
2.
Konsistensi Tanah
Istilah
konsistensi
berhubungan
dengan
derajat adhesi an tara partikel tanah dan tahanan
10
yang
muncul
guna
melawan
gaya
yang
cenderung
merubah at au meruntuhkan agregat tanah.
Konsis-
tensi
seperti
digambarkan
keras,
kaku,
oleh
rapuh,
istilah-istilah
lengket,
plastis dan lunak.
Jika tanah semakin mendekati karakteristik lempung, maka makin besar variasi keadaan konsistensi
yang mungkin dijumpai.
Konsistensi
sifat
dan
tanah
jumlah
(Karl and Ralph, 1987).
tergantung pada
koloid-koloid
tekstur,
anorganik
organik, struktur dan kandungan air tanah.
dan
Batas
mengalir merupakan jumlah air terbanyak yang dapat
ditahan tanah, dimana tanah dan air akan mengalir
bersama-sama.
Bila tanah yang telah mencapai ba-
tas mengalir atau melekat dapat membentuk gUlungan
yang tidak mudah patah bila digolek-golekkan maka
disebut tanah plastis.
Indeks
plastisitas
menunjukkan
perbedaan
kadar air pada batas mengalir dan batas menggolek.
Tanah liat umumnya
yang tinggi,
nyai
nilai
mempunyai indeks plastisitas
sebaliknya tanah-tanah pasir mempuindeks
plastisitas
yang
rendah
(Hardjowigeno, 1987)
3.
Porositas Tanah
Porositas tanah merupakan bagian yang terisi
oleh air dan atau oleh udara tanah.
pori-pori
11
tanah ini dapat dibedakan menjadi pori mikro dan
pori
makro.
Pori
makro
berisi
udara
dan
air
gravitasi yaitu air yang mudah hilang karena gaya
gravitasi.
Sedangkan
kapiler atau udara.
pori-pori makro
tanah
liat.
bahan
pori
berisi
air
Tanah-tanah pasir mempunyai
yang
lebih
banyak dibandingkan
tanah
Porositas
organik,
mikro
dipengaruhi
dan
struktur
tekstur
oleh
tanah.
(Hardjowigeno, 1987).
Menurut
Karl
and
adalah rasio volume
Ralph
(1987),
ruang pori
total agregat tanah.
porositas
terhadap volume
Istilah volume ruang pori
adalah bagian volume tanah yang tidak ditempati
oleh butiran mineral.
Jika diungkapkan sebagai
persentase maka porositas dikenal
pori.
sebagai ruang
Angka pori adalah rasio volume ruang pori
terhadap volume bahan padat.
4.
Kadar Air Tanah
Menurut
Karl
and
Ralph
(1987),
kadar
air
tanah (w) merupakan rasio be rat air terhadap be rat
kering agregat.
Pasir yang
Biasanya dinyatakan dalam persen.
terdapat
di
atas
porinya mungkin berisi udara.
volume
yang
berisi
padat, rasio adalah
air
muka
air,
sebagai
Jika ew menyatakan
persatuan
volume
bahan
12
8r; ew x100%
e
(1 )
Rumus tersebut menyatakan derajat kejenuhan.
Derajat kejenuhan pasir biasanya diunngkapkan dengan istilah kering atau basah.
Lempung yang lama
mengalami pengeringan dinyatakan oleh Sr
90 %,
=
mungkin sangat keras sehingga disebut kering bukan
basah.
D.
Alat Tanam
Seni
menempatkan
biji
di
dalam
tanah
untuk
memperoleh perkecambahan dan tegakan yang baik, tanpa
harus melakukan penyulaman adalah tujuan semua orang
yang menanam tanaman (Purwadi et al., 1990)
Sedangkan
Hopfen
(1969)
menyatakan
bahwa
pe-
nanaman yang dilakukan setelah benih disemai ke tempat
penanaman yang dikehendaki disebut transplanting.
Hasil
penelitian
Tsuga
(1992),
keadaan
semaian
berdasarkan umur bibit seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Keadaan semaian berdasarkan umur bibit
semaian
Keadaan
k・、。Qイョセ@
tanarn
Tua
18
Sedanq
15
Muda
08
S aJ:!ga t muda
05
-
(em
jオイョャア。Oセ@
benih
box)
Kebu;:man
box ( 10 a)
30
< 100
40
20
100
25
15
200
18
08
> 200
15
-
45
35
25
20
Keterangan:Ukuran box semaian 28 em x 58 ernx 3em
Kebutuhan bibit 150 - 450 box/ha
13
Transplanting dengan
tangan banyak menggunakan
tenaga kerja dan pekerjaan menjadi sukar bila penanaman dilakukan dalam skala besar.
Menurut Bainer,
tanam yang
Kepner
dan Barger
(1972)
alat
sesuai memungkinkan penyebaran biji-bijian
sebagai berikut :
1.
Broadcasting, yaitu penyebaran biji-bijian secara
acak pada permukaan tanah.
2.
Drill
seeding,
yaitu
penempatan
dan
penutupan
biji-biji secara acak pada alur dalam barisan.
3.
Precision
planting,
yaitu
penempatan
biji-biji
yang tepat pada jarak yang sarna dalam barisan.
4.
Hill droping,
yaitu penempatan sekelompok bij i-
biji pada jarak yang sarna dalam barisan.
Moedjiarto
berdasarkan
(1983)
cara
mengklasifikasikan alat tanam
penanaman
dan
sumber
tenaga
dari
traktor digolongkan menjadi tiga, yaitu
a.
Alat penanaman sistem baris lebar
Alat ini
telah dirancang untuk menempatkan
benih dalam tanah dengan j arak baris tanam satu
dengan yang lain cukup lebar, sehingga memungkinkan
dilakukannya
efisiensi
banyak
penyiangan
pemasangan.
digunakan
untuk
Alat
dan
penanam
menanam
sorgum dan kacang-kacangan.
meningkatkan
type
j agung,
ini
kapas,
14
b.
Alat penanam sistem baris sempit
Alat penanam type ini dirancang khusus untuk
menahan
benih-benih
kecil
atau
baris
rumput-
rumputan dalam baris alur yang sempit serta kedalaman yang seragam.
c.
Alat penanam sistem baris sebar
Alat
penanam
sistem
baris
cara penanaman yang paling
Penebaran
benih
dengan
sebar
lama dan
mesin
lebih
cepat daripada penebaran dengan tangan.
merupakan
sederhana.
teliti
dan
Penanaman
sistem sebar memerlukan adanya pembuka alur, maka
dari itu harus disiapkan dengan pengolahan tanah
yang menggunakan peralatan seperti garu piring.
Sistem ini tidak memerlukan penutupan.
dapat
dilakukan kemudian
Penutupan
dengan garu paku atau
lainnya.
Sedangkan
Smith,
1977
mengklasifikasikan
tanam sebagai berikut
1.
Alat tanam yang membentuk barisan
a.
Ditarik oleh manusia atau hewan
berbaris
biji-biji dijatuhkan
jarak barisan yang sempit
b.
Ditarik oleh traktor :
alat tanam untuk barisan
alat
15
alat tanam yang biji-bijinya dijatuhkan
alat tanam pemindah benih
2.
Alat tanam sebar
a.
Type sentrifugal
b.
Penebar biji rerumputan
c.
Type pesawat terbang
3.
Alat tanam padi-padian atau biji-bijian
4.
Alat tanam dengan perlengkapan lain
Alat tanam bibit (transplanter) telah diperkenal-
kan pada tahun 1890.
bahwa
Kemudian Sakei (1978) menyatakan
transplanter untuk
tanaman padi
kenalkan di Jepang pada tahun 1898.
tahun
telah diperKemudian pada
1975 barulah berkembang berbagai
type
trans-
planter untuk tanaman padi.
Menurut
Mc
Colly
dan
Martin
(1955),
kapasitas
mesin/alat tanam pada luas areal penanaman tertentu
persatuan waktu tergantung pada faktor-faktor
1.
Lebar kerja yang dipengaruhi oleh
a.
Lebar dari mesin/alat tanam pada pengolahan
atau penanaman.
b.
Persentase lebar sesungguhnya yang digunakan
dalam pengolahan atau penanaman.
2.
Kecepatan
maju
mesin/alat
tanam
pada
pengoperasiannya pada lintasan tertentu.
3.
Persentase waktu yang hilang.
(""
saat
16
Menurut Tsuga
(1992),
alat
tanam padi diklasi-
fikasikan sebagai berikut :
1.
Type tenaga dan type self-propelled
2.
Type seedling, yang terdiri dari :
3.
a.
type mat seedling
b.
type pot seedling
Type traveling, yang terdiri dari
a.
type walking
b.
type riding
(alat tanam padi type riding seperti pada Gambar 1) .
Parameter yang digunakan untuk pekerjaan penanaman
adalah :
1. Jarak tanam (jarak baris, jarak lajur) .
2. Jumlah tanaman per lajur.
3. Jumlah semaian yang digunakan (box).
4.
Keadaan semaian di box, yang me1iputi; berat benih
per box, daya tumbuh bibit, luas areal box.
5.
Kedalaman tanam.
6.
Kedalaman hardpan.
7.
Kekerasan tanah.
8.
Kedalaman air.
9 . Kecepatan aktual.
Menurut
Takizawa
(1992) ,
hal-hal
diperhatikan dalam uji performansi alat
adalah
:
yang
perlu
tanam padi
17
1.
Keadaan lahan,
yaitu
kemiringan tanah,
kedalaman
Metode pengolahan tanah,
tekstur
hardpan,
tanah,
ta-hanan
kedalaman air,
penetrasi
dan
luas
areal tanam.
2.
Keadaan
jenis
semaian yaitu
tanah,
yang
penggunaan benih,
box,
kedalaman
meliputi
digunakan,
umur semaian,
tanam,
jumlah
tipe
varietas
semaian,
benih,
berat benih per
daun
per
pohon,
penyebaran benih pada box dan kadar air.
3.
Keadaan setelah tanam yaitu meliputi ; jumlah jam
kerja, kecepatan maju,
jumlah semaian per lubang,
jarak baris dan jarak lajur.
Gambar 1. Alat tanam padi type riding (Tsuga, 1992)
METODE PENELITIAN
A.
Rangkaian kegiatan
Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
B.
a.
Pengambilan data tahanan penetrasi tanah
b.
Pengolahan tanah
c.
Pesemaian
d.
Penanaman dan uji performansi alat tanam padi
e.
Pemeliharaan sampai panen
f.
Pengambilan data sifat fisik-mekanik tanah
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan meliputi
1.
Alat untuk pengolahan tanah
Alat yang digunakan untuk pengolahan
adalah : cangkul, traktor roda-4
tangan
(7 Hp),
bajak singkal,
tanah
(33 Hp), traktor
bajak piring,
dan
garu rotary.
2.
Bahan dan Alat Budidaya Tanaman Padi
Bahan
yang
digunakan
benih
adalah
padi
varietas IR-64, pupuk urea, TSP, KCL, detergen dan
insektisida.
Sedangkan
alat
atau
mesin
yang
digunakan
adalah : alat tanam padi (5.5 Hp), box semaian (24
buah) ,
alat semai,
sabit, patok.
pemotong rumput,
handsprayer,
19
3.
Bahan dan Alat Pengukuran Sifat Fisik-Mekanik Tanah
Bahan yang digunakan adalah :
air suling.
pemotong,
oven,
air,
Alat yang digunakan adalah : pisau
cangkul,
stopwatch,
cawan,
extruder,
sampel tanah,
ring sampel,
ayakan,
termometer,
dessikator,
penyemprot
fallinghead permeameter,
conepenetrometer,
alat uji tekstur,
neraca digital,
three
alat uji pF,
phases
meter,
alat uji kekuatan
tak tertekan, alat uji kekuatan geser, alat penentu
batas cair dan batas plastis,
alat uji pemadatan
dan infiltrometer.
C.
Metode Penelitian
1.
Pengambilan data sifat fisik-mekanik tanah
Untuk mengetahui
kondisi
fisik
tanah awal,
data sifat fisik tanah diambil sebelum pengolahan
tanah.
Kemudian pengambilan data kedua dilakukan
setelah
panen,
perubahan
sifat
dimaksudkan
untuk
mengetahui
fisik
akibat
pengolahan
tanah
tanah, penanaman dan budidaya tanaman padi.
Data
sifat
fisik
tanah
sebelum
hanya data tahanan penetrasi tanah.
pengolahan
Data sebelum
pengolahan lainnya berupa data sekunder yang diambil berdasarkan analisa sebelumnya.
Parameter
perubahan sifat fisik-mekanik tanah yang diamati
adalah;
bulk
density,
tekstur,
porositas,
pF,
20
konduktivitas
hidrolik,
tahanan
penetrasi,
konsistensi (batas cair dan batas plastis), kekuatan
geser,
kekuatan
kompresi
tak
tertekan
dan
infiltrasi.
a.
Pengukuran di lapang
Pengukuran yang dilakukan di lahan sawah
adalah tahanan penetrasi tanah dan infiltrasi.
Tahanan penetrasi diukur pada kedalaman 0, 5,
10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55 dan
60 cm,
sebanyak 10 kali ulangan tiap petak.
Infiltrasi
diukur
pada
empat
tempat
setiap
utuh
(tidak
petak.
b.
Pengambilan contoh tanah
Pengambilan
contoh
tanah
terganggu) menggunakan ring sampel 100 ml, 50
ml dan ring besar pada kedalaman 0 - 20 cm dan
20 - 40 cm.
Masing-masing lima sampel yang
diambil dari lima tempat pada diagonal petak
sawah. Demikian juga untuk tanah terganggu diambi1 pada kedalaman 0 - 20 cm dan 20 - 40 cm.
c.
Pengujian sifat fisik-mekanik tanah
Pengujian yang dilakukan pada tanah utuh
adalah; uji three phases,
uji permeabilitas
(konduktivitas hidrolik) menggunakan fallinghead permeameter, uji pF menggunakan pressure
21
plate,
uji
kekuatan
geser
(ASTM
D3080-90,
AASHTO T 236-90) dan uji kekuatan kornpresi tak
tertekan dengan rnetode standar JIS A 1216T1976 (79) .
Tanah
terganggu
digunakan
untuk
uji
konsistensi tanah yaitu batas cair dengan rnetode standar JIS A 1205-1980 dan batas plastis
dengan rnetode standar JIS A 1206-1970
uji
pernadatan dengan
1210-1980 1.1.1.,
rnetode
standar
dan tekstur
tanah
(78),
JIS
A
(JIS A
1204-1980) .
2.
Pengolahan Tanah
Lahan percobaan terdiri dari
dengan
Petak
perlakuan
sawah
I
pengolahan
rnanual/tradisional.
cangkul,
pengolahan
yang
tanah
Lahan
4 petak sawah
berbeda-beda.
dengan
diberi
air
cangkul
dan
di-
pekerjaaan ini dilakukan dua kali,
ke-
rnudian dilakukan satu kali rotary sambil dirapikan
sarnpai lahan siap tanarn.
Petak sawah II perlakuan pengolahan tanah 4
kali bajak rotary
(basah)
dengan traktor tangan.
Lahan diberi air lalu dibajak dengan bajak rotary,
kernudian dengan cara yang sarna pekerjaan tersebut
dilakkukan sebanyak 4 kali.
22
Petak sawah III perlakuan pengolahan tanah 1
kali bajak singkal,
traktor tangan.
4 kali rotary
Lahan diberi
dengan bajak singkal.
(basah)
dengan
air lalu dibajak
Setelah itu diberi air dan
dibajak dengan bajak rotary sebanyak 4 kali,
ke-
mudian dirapikan dengan cangkul.
Petak sawah IV perlakuan pengolahan tanah 1
kali
bajak
piring
(kering)
(basah) dengan traktor roda-4.
dan
2
kali
rotary
Lahan dibajak de-
ngan bajak piring, setelah itu diberi air lalu dibajak dengan bajak rotary sebanyak 2 kali, kemudian
lahan
dirapikan
dengan
cangkul.
Kedalaman
olah
petak I - IV diukur secara manual dengan menggunakan mistar.
3.
Penyemaian
Sebelum
dilakukan
penyemaian,
dipersiapkan
terlebih dahulu box semaian dengan sebaik-baiknya,
agar diperoleh bibit yang baik.
Sebelum disemaikan
benih direndam dalam air dengan 4 perlakuan masingmasing selama 8 jam,
12 jam,
18 jam dan 24 jam.
Sehari sebelum semai, tempat penyemaian yang telah
siap ditaburi benih diberi pupuk TSP dengan dosis
45 g/m2 •
Selang 10 hari kemudian diberi pupuk urea
dengan dosis 10 g/m 2 •
23
Penyemaian dilakukan dengan alat semai.
perlakuan terdiri dari enam kali ulangan.
Tiap
Benih
padi dijatuhkan pada box semaian dengan alat semai.
Ukuran box untuk panjang, lebar dan tinggi masingmasing adalah ; 58 em, 25 em dan 2.7 em, yang telah
diisi tanah setinggi 2.5 em.
4.
Penanaman
Keadaan air pada petakan pereobaan diusahakan
meneapai ketinggian 2 em, kemudian bibit ditanam
dengan alat tanam padi (rice transplanter).
ditanam sebanyak 2 - 3 bibit perlubang.
Bibit
Sehari se-
belum tanam dilakukan pemupukan dasar dengan TSP,
KCL dan Urea.
5.
Uji Performansi
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan operasional fungsi alat tanam padi (rice
transplanter) type riding merk Yanmar dengan daya
5.5 Hp pada 3600 rpm.
5.1 Metode Pengamatan dan Pengukuran
Kemampuan operasional alat tanam diamati pada
saat dioperasikan di lapang, yaitu pada lahan siap
tanam yang terdiri dari empat petak sawah yang telah diolah sedemikian rupa sehingga tanah bersih
dari sisa-sisa tanaman.
24
Untuk
mengetahui
hasil
kerja
alat
tanam,
diperlukan pengamatan terhadap baris tanam, jumlah
rumpun
per
lubang,
kedalaman
tanam,
efisiensi
lapang dan kecepatan maju alat.
Pengukuran
baris
tanam,
jumlah
rumpun
per
lubang dan kedalaman tanam dilakukan sebanyak 5
kali
ulangan
Kecepatan
tiap
maju
petak pada ukuran
alat
dalam
1
melakukan
x
1 m.
penanaman
diukur dengan cara menghitung jumlah waktu yang
dibutuhkan dalam menempuh jarak 10 m,
sebanyak 4
kali ulangan tiap petak.
Kapasitas
lapang
dihitung
dengan
cara
menghitung waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penanaman pada areal tanam.
Pengukuran di-
lakukan sebanyak empat kali ulangan (pada petak I,
II, III dan IV) .
5.2 Perhi tungan
Efisiensi lapang merupakan perbandingan dari
kapasitas lapang efektif terhadap kapasitas lapang
teoritis
yang
dinyatakan
dalam persen
(Bainer,
1961) .
El = K.t.ktit Xl 0 0 %
Kt90Iitis
....................
(2)
25
Dimana;
El
Efisiensi lapang (ha/jam)
K
Kapasitas lapang (ha/jam)
Kapasitas lapang teoritis adalah kemampuan kerja
suatu alat di dalam suatu bidang tanah, jika mesin
berjalan maju,
sepenuh waktunya
(100%)
dan alat
tersebut bekerja dalam lebar maksimum (100%).
(3 )
Kt=SXW
kapasitas lapang teoritis (m2 /det)
Dimana; Kt:
S
kecepatan maju alat (m/det)
W
lebar kerja efektif yang dihitung dari
W = rued
Dimana; n
d
Kapasitas
banyaknya lajur tanaman
jarak antar lajur tanaman
lapang
efektif
adalah
rata-rata
dari
kemampuan kerja alat di lapang untuk menyelesaikan
suatu bidang tanah.
Ke=A/t
Dimana;
6.
. . . . . . . . . . . . . . . . . ..
(4 )
Ke:kapasitas lapang efektif (m2 /det)
A
: 1 uas areal a tau bidang tanah (m2 )
t
:waktu kerja alat (detik)
Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman sangat penting dan berpengaruh pada hasil panen.
Pemeliharaan meliputi;
26
penyulaman yang dilakukan pada hari ke-lima setelah
tanam, pengairan dilakukan setelah tanam, air diberikan eukup menggenangi seluruh petak pereobaan
setinggi kira-kira 2 em, penyiangan dilakukan dua
kali tergantung banyaknya gulma, pengendalian hama
dan penyakit dilakukan dengan menggunakan obat saat
benih mulai tampak atau selang waktu penyemprotan
tujuh hari.
7.
Pemanenan
Kriteria panen adalah bila 75 % malai mengering
dan kadar air gabah antara 23 - 27 %.
D.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penanaman
padi
dilaksanakan
di
infrastruktur, Leuwikopo, Darmaga, Bogor.
areal
sawah
Areal sawah
terdiri dari empat petak dengan luas tiap petak ratarata 25 x 30 m. Layout lahan penelitian pada lampiranl.
Pengukuran di lapang dilakukan di lahan sawah dan
penguj ian sifat fisik-mekanik tanah di laboratorium
Fisika dan Mekanika Tanah,
Jurusan Mekanisasi Per-
tanian, IPB.
Budidaya tanaman padi mulai bulan Maret 1995 sampai
bulan Juli 1995.
Pengujian performansi alat tanam padi
pada saat penanaman.
Pengukuran awal sifat fisik-
mekanik pada bulan November 1994, kemudian pengukuran
kedua pada bulan Juli 1995.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Keadaan Lahan
Tanah areal pereobaan merupakan jenis tanah latosol
eoklat kemerahan.
Areal tersebut merupakan lahan asli
dan lahan uruganyang dipadatkan.
Pengamatan sifat fisik-mekanik terhadap lahan tersebut telah dilakukan pada Desember 1991, Agustus 1992,
April
1993,
September
1993
dan
Maret
1994.
Hasil
pengamatan terakhir pada bulan Maret 1994 seperti pada
tabel
2.
Tahanan penetrasi hasil
pengamatan sebelum
pengolahan tanah pada Tabel 3 dan grafik hubungan kedalaman dengan cone indeks pada Gambar 2.
Pengolahan tanah siap tanam dilakukan dengan empat
perlakuan pada empat petak sawah.
Petak I
pengolahan
dilakukan dengan eangkul manual sebanyak dua kali pada
keadaan
basah,
meneapai
kedalaman
olah
13
15
em.
Kemudian dirotary satu kali agar terbentuk pelumpuran
dengan baik sehingga kedalaman olah menjadi 20 em.
Petak II diolah dengan rotary
(keadaan basah)
se-
banyak empat kali sehingga meneapai kedalaman olah 15 25 em.
Petak I I I diolah dengan satu kali bajak singkal
(basah) meneapai kedalaman 20 - 25 em dan empat kali rotary
(basah) meneapai kedalaman 20 - 30 em.
Petak IV
diolah satu kali bajak piring (kering) dan dua kali rotary (basah) sehingga meneapai kedalaman olah 20 - 40em.
28
Untuk lebih jelasnya kondisi lahan saat penanaman seperti pada tabe14. Kedalaman olah petak I, II dan
III yang meneapai kedalaman maksimum 25 em mengakibatPada peng-
kan sinkage berkisar antara 13 - 13.50 em.
olahan
tanah dengan
traktor
roda-4
memberikan
efek
sinkage pada alat tanam lebih besar yaitu 17.60 em.
Kondisi awal sifat fisik mekanik tanah lahan
Tabel 2.
Sifat'lsik mekanik
tanab
Porositas(%)
Bulk. density (Wee)
Konduktivitas hidrolik (em/del)
Konsistensi
a. Batas plastis (%
h. Batas cair %)
c. lndeks plastisitas %)
00 10
61.82
1.01
1.77 x 10 4
Petak I
10 30
30 50
63.13
64.49
0.98
0.94
1.42 x 10 4 2.03 x 10 5
Petak II
10 30
30 50
59.80
62.71
1.08
1.01
3.86 x 10 6 2.80 x 10 6
00 10
61.89
1.01
1.16 x 10 5
50.60
7257
21.97
53.61
73.69
20.08
55.06
75.28
20.22
51.97
73.75
21.78
43.64
1.278
42.22
1.213
0.212
44.12
1.178
0.297
43.25
1.186
0.448
0.656
1.128
0562
0.671
1.199
!
52.04
72.43
20.39
52.76
43.33
1.210
0.332
38.03
1.210
0.293
0514
0.808
1.173
0.505
0.716
1.140
73.15
2039
Pemadatan
a. Kadar air ootimum(%
b. Berat isi kering maksimum (gfee)
Kohesi tanah kgfcm2)
Kekuatan !leser maksimurn pada:
05 kg cm2
a.
b.
c.
I
1.0 k cm2
- 2.0kl!i cm2
Petak III
:;nat M,k· mek."k
tanah
Porositas (%
Bulk density (flicc
Konduktivitas hidrolik (cmldet
Konsistensi
a. Batas plastis %)
h. Batas cair %
c. Indeks ャ。ウGセゥ@ー
(%)
-
00 10
30 50
61.56
62.16
1.02
1.02
3.49 x 10 6 2.46 x 10 4
Petak IV
10 30
30 50
60.36
62.08
1.07
1.01
2.63 x 10 7 2.31 x 10 5
00 10
63.71
0.97
1.02 x 10 3
10 30
64.56
0.96
1.28 x 10 4
51.84
56.11
52.24
54.00
5356
53.37
75.31
75.26
71.78
78.02
77.64
78.51
23.47
19.15
19.54
24.02
24.08
25.14
41.28
1.224
42.74
1.200
0.455
38.47
1.221
0.470
37.12
1.200
40.57
1.221
0.532
42.11
0.668
0.893
1.320
0.642
0.879
1.223
0.585
0.865
0.972
0.547
0.810
1.185
Pemadatan
a. Kadar air optimum %
h. Berat isi kerin2 maksimum (2fcc
Kohesi tanab (kgtcm2)
Kekuatan geser rnaksimum pada:
a.
O.5k";cm2
b.
1.0k";cm2
c.
- 2.0kWcm2
Keterangan :
Petak I : Pengolahan tanab manuaVtradisional
Petak II : PengoJahan 13nab dengan traktor tangan
3 kali rotary (basah)
Petak III : Pengolaban tanah dengan traktor tangan
1 kali bajak singlcal (baxah), 2 kali rotary (basah)
Petak IV : Pengolaban tanah dengan traktor roda-4
1 kali bajak piring (kering), 2 kali rotary (basah)
-
1.212
0.360
I
29
Tabel 3. Kondisi awal tahanan penetrasi tanah
Kedalaman
(cml
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
Petak I
12.20
13.26
13.00
13.10
10.28
9.60
9.18
12.76
13.78
14.84
13.00
11.38
11.90
Cone Indeks (kgf/cm2)
Petak III
Petak IV
Petak II
4.80
6.80
12.06
14.10
12.48
7.12
11.04
15.60
12.20
15.38
17.64
16.32
16.80
14.92
19.78
19.20
14.76
17.30
18.10
16.54
17.68
16.34
18.12
16.36
13.28
15.26
14.56
13.08
10.38
15.96
15.38
11.66
14.12
10.66
12.78
12.90
10.26
11.20
10.54
25 lone Indeks (kgflcm2)
20
r
セォS\@
15"
5
__- L_ _ _ _L -_ _セ@
oセM@
o
10
20
30
_ _セ@
40
_ _ _ _セ@
50
_ _セ@
80
70
Kedalaman (cm)
[ -
Petak I
Gambar 2.
--+- Petak II
Grafik
-Petak III
セpNエォ@
IV
I
tahanan penetrasi
30
Tabel 4.
Kondisi lahan saat penanaman
Kondisi Laban
Petak I
Petak II
Petak III
Petak IV
Ukuran (p x I)
28.51 x 25.05
28.10 x 24.32
27.80 x 24.50
28.75 x 24.75
Tekstur tanah
liat sangat
balns
Hat sangat balns
liat sangat balns
liat sangat
balns
Perlakuan
pengolahan
Manual
1 x rotary
4 x rotary
1 x bajaksingkal
4 x rotary
1 x bajakpiring
2 x rotary
Kedalaman olah
13-20em
15 - 25 em
20-25em
20·40cm
13.00 em
13.23 em
13.50 em
17.60 em
Sinkage
Alat tanam tipe riding tersebut dilengkapi dengan
pelampung,
dalam
sehingga
meskipun
(meneap