Pengadilan Pidana Domestik Pelanggaran HAM yang Berat: Pengalaman Internasional dan Berbagai Negara
Proses pembentukan Komisi Kebenaran dapat dilakukan berdasarkan keputusan presiden atau undang-undang di tingkat nasional, maupun
sebagai kesepakatan perdamaian yang didukung ditingkat internasional, misalnya oleh PBB.
Lahirnya komisi kebenaran tidak dimaksudkan untuk menggantikan fungsi peradilan dalam pencarian keadilan dan
akuntabilitas, melainkan dimaksudkan untuk melengkapi segala aspek penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu termasuk pencarian keadilan,
penegakan hukum, pengungkapan kebenaran, perubahan hukum dan institusi, pemulihan, rekonsiliasi, pematahan budaya impunitas dan lain
sebagainya.
Komisi kebenaran meskipun mandatnya dipengaruhi konteks pelanggaran dan bentuk akuntabilitas yang diharapkan, pendirian suatu
komisi kebenaran harus berdasar kepada norma dan prinsip-prinsip sebagaimana yang dituangkan dalam hukum HAM internasional.
Artinya, Komisi kebenaran dan rekonsiliasi merupakan salah satu mekanisme yang melengkapi proses akuntabilitas kejahatan pelanggaran
HAM yang berat.
Pengalaman berbagai negara menunjukkan bahwa Komisi Kebenaran didasari oleh pentingnya melakukan catatan yang akurat atas
pengalaman masa lalu historical record of past abuses yang berguna untuk mencegah terjadinya peristiwa yang sama terulang. Kemudian, fungsi
penting adanya proses ini untuk mendorong adanya pengakuan resmi atas pelanggaran HAM yang terjadi, dan negara secara publik mengakui
kesalahan atas terjadinya pelanggaran HAM di masa lalu.
Selain itu, catatan tentang pelanggaran HAM yang terjadi akan mampu merekomendasikan berbagai langkah-langkah penting untuk
adanya akuntabilitas, pemulihan kepada korban, dan rekomendasi perbaikan institusi dan adanya kebijakan untuk memastikan pelanggaran
serupa tidak terulang. Tersedianya catatan yang akurat dari praktek masa lalu juga akan mempermudah penegakan akuntabilitas oleh negara.
Berbeda dengan mekanisme pengadilan, proses dalam komisi kebenaran memberikan ruang yang penting bagi para korban untuk
mengungkapkan ceritanya, dengan demikian dapat mengungkap apa yang sesungguhnya terjadi di masa lalu. Pengungkapan kebenaran, yang
mendasarkan pada suara korban akan berkontribusi pada proses penyembuhan sosial social healing, dan mendorong terjadinya
67
perdamaian yang nyata di tingkat komunitas masyarakat. Pengalaman berbagai komisi kebenaran yang ada, setidaknya ada
empat hal pokok; pertama, perumusan mandat Komisi Kebenaran tidak baku, namun secara hukum, biasanya ada mandat khusus Komisi dan
batasan yang jelas. Kedua, komisi yang dibentuk mengharuskan tersedianya struktur, komposisi dan keanggotaan yang menjamin
tercapainya mandat. Ketiga, adanya mekanisme kerja komisi yang jelas, terkait dengan dengan persoalanpersoalan seperti jenis investigasi yang
harus dilakukan, apakah pengambilan pernyataan harus dilakukan secara rahasia confidential atau terbuka, bagaimana mekanisme kerja
komisi dengan lembaga-lembaga lain, baik pemerintah maupun swasta, di luar komisi. Perumusan juga menjaga dipergunakannya prinsip-
prinsip ”the rights to know the truth”, ”the rights to justice”, dan ”the rights to reparation” yang menjamin akuntabilitas kerja komisi dalam
56
pengungkapan kebenaran. Keempat, adanya laporan Komisi yang menunjukkan hasil kerja komisi kebenaran yang lebih lengkap dari
peristiwa masa lalu yang diungkapkan.
Berbagai negara yang melakukan proses pengungkapan kebenaran di antaranya: Argentina, dengan membentuk ”Comisión
Nacional para la Investigación sobre la Desaparición de Personas” CONADEP Komisi Nasional untuk Orang Hilang Argentina yang menghasilkan
laporan akhir berjudul ”Nunca Mas: Informe de la Comision Nacional sobre la Desaparicion de Personas”. Laporan yang mencakup 8.961 kasus
penghilangan paksa, dan termasuk konteks politik, akar masalah, bentuk kekerasan, modus operandi dan latar belakang pelaku, nama orang
hilang yang dicatat, kesimpulan dan rekomendasi untuk ke depan, termasuk perkara yang pantas diteruskan dan diproses di pengadilan.
Nama individu yang terlibat dalam pelanggaran disebutkan dalam laporan akhir dengan catatan belum tentu bisa disebutkan sebagai
57
merekalah yang bertanggungjawab atas pelanggaran tersebut. Di Chile, membentuk Komisi Nasional untuk Kebenaran dan
Rekonsiliasi Chile yang menghasilkan laporan akhir yang sering disebutkan sebagai Rettig Report diajukan ke parlemen pada Februari
1991. Laporan diterbitkan dalam bentuk dua jilid yang dibagi empat bagian utama dengan 1.800 halaman. Laporan ini berdasarkan 2.920
perkara yang diselidikinya dan memuatkan informasi tentang konteks sejarah, tanggungjawab institusional, ringkasan 2.279 kasus
56. ELSAM, Kertas Posisi RUU Kebenaran dan Rekonsiliasi, 2004. 57. Nunca Mas: the Report of the Argentine National Commision on the Dissapearance, Farrar Straus Giroux dan Index
on Cencorship, 1986.
68