Dinamika Vegetasi Habitat Badak Jawa (Rhinoceros sondoicus Desmarest, 1822) di Taman Nasional Ujung Kulon Jawa Barat.

RTNGKASAN
Syahrial Anhar Harahap (E. 30.0005).
Dinamika Vegetasi Habitat Badak Jawa
(Rhinoceros sondniclrs Desmarest, 1822) di Taman Nasional IJjung Kulon Jawa Barat.
Dibimbing oleh Ir. Haryanto R. Putro, MS. dan Ir. Harnios Arief, MSc.
Upaya mempertahankan kelestarian badak jawa diantaranya melalui peningkatan daya
dohmg dalam pengelolaan habitat. Beberapa penelitian dalam rangka pengelolaan habitat telah
dilakukan seperti halnya oleh Tim Peneliti Badak Jawa melalui Pilot Project Pengelolaan
Habitat Badak Jawa. Pilot Project tersebut membuka tiga plot pada tahnn 1994-1995, yaitu di
Cibandawoh, Cijengkol, dan Cigenter yang masing-masing mewakili habitat sangat sesuai,
habitat sesuai dan habitat tidak sesuai bagi badak jawa.

Hasil pengamatan terhadap

perkembangan kondisi vegetasi selama empat tahun menunjukkan adanya aspek penting yang
mempenganlhi upaya perbaikan habitat yaitu penanganan tekanan biologis dari si~ksesivegetasi,
khususnya kecenderungan invasi langkap (Arengo obhisijolicr) terhadap habitat badak jawa, dan
pengaruhnya terhadap ketersediaan tumbuhan pakan badak jawa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika vegetasi habitat badak jawa dengan
melah~kanpengamatan terhadap jumlah jenis, kerapatan dan indeks keanekaragaman, dinamika
vegetasi pakan badak dengan melakukan pengamatan terhadap jumlah jenis dan kerapatan

tumbuhan pakan badak jawa di lokasi penelitian dan menganalisis kecenderungan dinamika
vegetasi habitat badak jawa yang akan tejadi serta menganalisis penganlh satwa terhadap
perkembangan vegetasi.
Penelitian dilahlkan di tiga lokasi yaitu Cibandawoh (mewakili habitat sangat sesuai),
Cijengkol (mewakili habitat sesuai), dan Cigenter (mewakili habitat tidak sesuai). Metode yang
dipnakan dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung di lapangan dan studi literatur.
Pengamatan langsung di lapangan untuk memperoleh data vegetasi dilakukan dengan metode
sensus, untuk satwaliar dilah~kandengan metode pejumpaan langsnng dan tidak langsung.
Studi literatur dilakukan untuk memperoleh data dalam menunjang penelitian ini. Sebagian
besar data sehmder diperoleh dari hasil Pilot Project Pengelolaan Habitat Badak Jawa

(Rhinoceros sonn'oiczis Desmarest, 1822).
Hasil
penelitia"-d.a~~di literatur yang diperoleh, kondisi perkembangan vegetasi
.-.
ketiga plot tersebut saat sebelum dibuka, sampai saat penelitian ini banyak terjadi perubahan.
Penibahan tersebut terlihat pada komposisi spesies vegetasi dan dominansi vegetasi, khususnya
tingkat selnai dan tumbuhan bawah.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah jenis tumbuhan di plot Cibandawoh

selama pengamatan berfinktnasi dengan kisaran antara 7 jenis hingga 136 jenis. Di Cigenter

"

antara 11 jenis hingga 116 jenis. Di Cijengkol antara 22 jenis hingga 118 jenis. Dari ketiga
lokasi tersebut jumlah jenis mempunyai kecendemngan naik pada tiap-tiap perlaknan.
Kerapatan jenis tumbuhan terendah nntnk plot Cibandawoh terdapat pada kontrol (72),
tertinggi perlakuan tebangan langkap 100% (153.500). Di plot Cigenter kerapatan jenis terendah
terdapat pada perlakuan tebangan langkap 50% (2.910), tertinggi pada perlakuan tebangan
langkap 100% (123.050). Sedangkan di plot Cijengkol kerapatan jenis terendah pada tebangan
langkap 100% (1 1.925), tertinggi pada perlakuan tebangan langkap 50% (145.900). Dan ketiga
plot tersebut, kerapatan jenis tinggi terjadi pada perlaknan tebangan langkap 50% dan 100%.
Jika ditinjau dari perlakt~an penebangan langkap 100% dan 50% menunjukkan kenaikan
kerapatan vegetasi yang tinggi.
Tndeks keanekaragaman pada plot Cibandawoh yang mewakili habitat sangat sesuai
berkisar antara 1,493 hingga 4,392, di plot Cijengkol antara 1,239 hingga 4,096 dan di plot
Cigenter antara 2,678 hingga 4,326.

Tndeks keanekaragaman tertinggi dari ketiga lokasi


kesesuaian habitat ditemukan pada perlakuan tebangan langkap 100% dan lOO%+penanaman.
Secara keselun~hanumtuk tiap-tiap perlakuan pada ketiga lokasi adanya kecendeningan kenaikan
indeks keanekaragaman hingga penelitian ini. Dari perlaknan tersebut, penebangan langkap
50% dan 100% cuiknp baik.
Jumlah jenis pakan di plot Cibandawoh dari waktu ke waktu berkisar a~,tara9 hingga 53
jenis, di Cijengkol antara 27 jenis hingga 137 jenis dan di Cigenter antara 12 jenis hingga 47
jenis. Jumlah jenis tertinggi untuk ketiga lokasi ditemukan pada perlakuan tebangan langkap
lOO%+penanaman dan tebangan langkap 100%. Kerapatan tumbuhan pakan di Cibandawoh
dari waktu ke waktu untuk setiap perlakuan berkisar antara 75 hingga 3.061, di Cijengkol antara
120 hingga 1.975 dan di Cigenter antara 270 hingga 1.840. Kerapatan tumbuhan pakan tertinggi
untnk ketiga lokasi terjadi pada perlaknan tebangan langkap 100%+penanaman, tebangan
langkap 100% dan tebangan langkap 50%. Dari ketiga lokasi tersebut, kerapatan jenis tertinggi
ditemukan pada perlakuan tebangan langkap 50% dan 100%.
Perubahan-perubahan vegetasi pada komunitas tumbuhan tingkat semai dan tumbuhan
bawah menunjukkan bahwa beberapa jenis tetap sebagai dominan dan ada jenis ban1
mendominasi yang sebelumnya bukan tumbuhan dominan. Jenis tersebut adalah Kicalung
(Diospj~rosmncrophylln) pada tingkat semai. Jenis yang tetap sebagai dominan pada nmomnya
adalah langkap. Dengan demikian dalam jangka panjang diperkirakan habitat badak jawa tetap

didominasi oleh langkap (Arengn obf21sifOlin). Perlakuan 100% tebangan langkap cukup baik

nntnk menciptakan peningkatan jumlah jenis tumbuhan di daerah yang didominasi oleh langkap.
Penunlnan jnmlah jenis tumb~~han
secara keselun~hantidak selamanya diiknti oleh penunman
jumlah jenis pakan badak.
Jenis satwaliar yang menggunakan plot penelitian dengan intensitas tertinggi adalah babi
hutan hutan (Sfis scrofo), kemudian oleh banteng (Bos jnvnnicw) dan jenis-jenis burung.
Perilaku babi hutan di plot mendukung terjadinya saksesi pada bagian plot tersebnt. Secara tidak
langsung babi hutan membantu pertumbuhan vegetasi khususnya tumbuhan tingkat semai dan
tumbuhan bawah. Keadaan ini tejadi pada ketiga plot penelitian.
Disarankan agar pemantauan vegetasi secara terns-menerns tetap dilakukan khususnya
untuk mengetahui perkembangan vegetasi habitat badak.

Untnk menunjang pemantauan

tersebut diperlukan pemeliharaan tanda batas setiap plot contoh. Langkap akan tetap menjadi
jenis dominan di habitat badak jawa sehingga mempengan~hiketersediaan pakan badak jawa,
untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kecepatan invasi langkap dan cara yang
paling tepat nntuk menekan laju invasinya.