Analisis kelayakan penggunaan panas bumi pada pengolahan teh hitam
ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PANAS BUMI
PADA PENGOLAHAN TEH HITAM
Oleh:
VONNY SETIARIES JOHAN
F 31.0208
1999
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Vonny Setiaries lohan, F 31. 0208. Analisis Keiayakan Penggunaan Panas Bumi
Pada Pengoiahan Teh Hitam. Di bawah bimbingan Tajuddin Bantacut dan Ade
Iskandar.
RINGKASAN
Kebutuhan energi yang semakin meningkat dan terbatasnya persediaan sumber
energi konvensional mengharuskan pengembangan sumber energi altematif non
konvensional. Dalam kaitan ini, energi panas bumi (geothermal) merupakan altematif
yang potensial dan patut dipertimbangkan.
Salah satu pemanfaatan energi ini yaitu
sebagai sumber daya panas dalam pengolahan hasil pertanian.
Proses pengolahan teh umumnya menggunakan bahan bakar Internal Diesel Oil
eIDO) sebagai sumber energi. Terdapatnya sumber energi altematif lain seperti panas
bumi perlu dipeliimbangkan sebagai pengganti IDO, kbususnya pada proses pelayuan
dan pengeringan. Untuk itu perlu adanya suatu analisa mengenai kelayakan penggantian
sumber energi tersebut dalam suatu industri.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi perubahan peralatan yang teljadi
akibat penggantian sumber energi, menganalisa biaya energi panas bumi per satuan
produk dan menganalisa kelayakan finansial investasi penggunaan panas bumi sebagai
sumber energi pada pengolahan teh.
Penggantian bahan bakar IDO dengan uap panas bumi dalam proses pengeringan
menyebabkan modifikasi pada pemanas udara. Penyaluran uap panas dilakukan dengan
menggunakan alat pindah panas berupa penukar panas berbentuk pipa yang terbuat dari
pipa baja tahan karat sepanjang 45 m dengan diameter 1 inchi. Penukar panas pipa
tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi pengering sebesar 999.182
kJ/jam.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa biaya energi uap panas bumi
adalah Rp 24,-/kg teh kering.
Hasil analisis biaya energi tersebut memperlihatkan
bahwa biaya energi panas bumi lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar minyak.
Penggunaan uap panas bumi dengan kapasitas produksi teh kering 767.700 kg/tahun
dapat menghemat biaya energi sebesar Rp 86.366.250,- per tahun.
Total biaya investasi penggunaan panas bumi pada pengolahan teh dengan jarak
5.000 m sebesar Rp 2.523.457.500,-. Investasi tersebut berupa biaya yang dikeluarkan
untuk pembelian dan pemasangan pipa penyalur panas bumi dan alat penukar panas.
Untuk mengetahui kelayakan penggunaan panas bumi pada pengolahan teh hitam
maka digunakan kriteria Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan
Net BIC ratio.
Hasil analisis NPV penggunaan panas bumi pada suku bunga 30%
memperlihatkan nilai negatif yaitu Rp - 2.198.073.000,-, hal ini menunjukkan proyek
tidak layak untuk dilaksanakan.
Ketidaklayakan ini diperkuat dengan nilai IRR di
bawah suku bunga 30% dan nilai Net B/C yang sangat kecil yaitu -2% dan 0,13.
Ketidaklayakan penggunaan panas bumi pada jarak 5.000 m dipengaruhi biaya
investasi pipa panas bumi yang mahal, sehingga perlu dilakukan analisis perhitungan
jarak penggunaan panas bumi yang tidak memperoleh untung tapi juga tidak menderita
rugi (break even point yang dimodifikasi) dalam artian akan memberikan nilai NPV
=
0
sehingga dapat diketahui jarak/panjang maksimal penggunaan panas bumi yang mulai
memberikan keuntungan kepada proyek yaitu 373,8 m dari sumbemya.
Biaya investasi pendirian industri pengolahan teh hitam dengan menggunakan
panas bumi adalah Rp 4.991.284.000,-. Modal investasi tersebut berasal dari modal
sendiri dan modal pinjaman dengan perbandingan 60 : 40. Biaya tetap yang dikeluarkan
setiap tahunnya Rp 810.279.000,- dan biaya tidak tetap Rp 1.950.546.000,-.
Hasil analisis NPV pada suku bunga 30% memperlihatkan hasil yang negatif, yaitu
Rp -1.370.201.000,-, IRR 18 % dan Net B/C 0,54. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
industri pengolahan teh hitam dengan menggunakan panas bumi sebagai sumber energi
tidak layak untuk didirikan padajarak 5.000 m dari sumber panas bumi. Proyek ini akan
layak bila industri tersebut didirikan kurang dari 2.055 m dari sumber panas bumi.
ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PANAS BUMI
PADA PENGOLAHAN TEH HITAM
Oleh
VONNYSETUUUESJOHAN
F 31.0208
SKRlPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Jurusan Teknologi Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
1999
FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN
ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PANAS BUMI
PADA PENGOLAHAN TEH HITAM
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Jurusan Teknologi Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
VONNY SETIARIES JOBAN
F 31.0208
Dilahirkan pada tanggal 28 Mei 1976
di Pekanbaru
Tanggallulus: 5 Juli 1999
ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PANAS BUMI
PADA PENGOLAHAN TEH HITAM
Oleh:
VONNY SETIARIES JOHAN
F 31.0208
1999
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Vonny Setiaries lohan, F 31. 0208. Analisis Keiayakan Penggunaan Panas Bumi
Pada Pengoiahan Teh Hitam. Di bawah bimbingan Tajuddin Bantacut dan Ade
Iskandar.
RINGKASAN
Kebutuhan energi yang semakin meningkat dan terbatasnya persediaan sumber
energi konvensional mengharuskan pengembangan sumber energi altematif non
konvensional. Dalam kaitan ini, energi panas bumi (geothermal) merupakan altematif
yang potensial dan patut dipertimbangkan.
Salah satu pemanfaatan energi ini yaitu
sebagai sumber daya panas dalam pengolahan hasil pertanian.
Proses pengolahan teh umumnya menggunakan bahan bakar Internal Diesel Oil
eIDO) sebagai sumber energi. Terdapatnya sumber energi altematif lain seperti panas
bumi perlu dipeliimbangkan sebagai pengganti IDO, kbususnya pada proses pelayuan
dan pengeringan. Untuk itu perlu adanya suatu analisa mengenai kelayakan penggantian
sumber energi tersebut dalam suatu industri.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi perubahan peralatan yang teljadi
akibat penggantian sumber energi, menganalisa biaya energi panas bumi per satuan
produk dan menganalisa kelayakan finansial investasi penggunaan panas bumi sebagai
sumber energi pada pengolahan teh.
Penggantian bahan bakar IDO dengan uap panas bumi dalam proses pengeringan
menyebabkan modifikasi pada pemanas udara. Penyaluran uap panas dilakukan dengan
menggunakan alat pindah panas berupa penukar panas berbentuk pipa yang terbuat dari
pipa baja tahan karat sepanjang 45 m dengan diameter 1 inchi. Penukar panas pipa
tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi pengering sebesar 999.182
kJ/jam.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa biaya energi uap panas bumi
adalah Rp 24,-/kg teh kering.
Hasil analisis biaya energi tersebut memperlihatkan
bahwa biaya energi panas bumi lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar minyak.
Penggunaan uap panas bumi dengan kapasitas produksi teh kering 767.700 kg/tahun
dapat menghemat biaya energi sebesar Rp 86.366.250,- per tahun.
Total biaya investasi penggunaan panas bumi pada pengolahan teh dengan jarak
5.000 m sebesar Rp 2.523.457.500,-. Investasi tersebut berupa biaya yang dikeluarkan
untuk pembelian dan pemasangan pipa penyalur panas bumi dan alat penukar panas.
Untuk mengetahui kelayakan penggunaan panas bumi pada pengolahan teh hitam
maka digunakan kriteria Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan
Net BIC ratio.
Hasil analisis NPV penggunaan panas bumi pada suku bunga 30%
memperlihatkan nilai negatif yaitu Rp - 2.198.073.000,-, hal ini menunjukkan proyek
tidak layak untuk dilaksanakan.
Ketidaklayakan ini diperkuat dengan nilai IRR di
bawah suku bunga 30% dan nilai Net B/C yang sangat kecil yaitu -2% dan 0,13.
Ketidaklayakan penggunaan panas bumi pada jarak 5.000 m dipengaruhi biaya
investasi pipa panas bumi yang mahal, sehingga perlu dilakukan analisis perhitungan
jarak penggunaan panas bumi yang tidak memperoleh untung tapi juga tidak menderita
rugi (break even point yang dimodifikasi) dalam artian akan memberikan nilai NPV
=
0
sehingga dapat diketahui jarak/panjang maksimal penggunaan panas bumi yang mulai
memberikan keuntungan kepada proyek yaitu 373,8 m dari sumbemya.
Biaya investasi pendirian industri pengolahan teh hitam dengan menggunakan
panas bumi adalah Rp 4.991.284.000,-. Modal investasi tersebut berasal dari modal
sendiri dan modal pinjaman dengan perbandingan 60 : 40. Biaya tetap yang dikeluarkan
setiap tahunnya Rp 810.279.000,- dan biaya tidak tetap Rp 1.950.546.000,-.
Hasil analisis NPV pada suku bunga 30% memperlihatkan hasil yang negatif, yaitu
Rp -1.370.201.000,-, IRR 18 % dan Net B/C 0,54. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
industri pengolahan teh hitam dengan menggunakan panas bumi sebagai sumber energi
tidak layak untuk didirikan padajarak 5.000 m dari sumber panas bumi. Proyek ini akan
layak bila industri tersebut didirikan kurang dari 2.055 m dari sumber panas bumi.
ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PANAS BUMI
PADA PENGOLAHAN TEH HITAM
Oleh
VONNYSETUUUESJOHAN
F 31.0208
SKRlPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Jurusan Teknologi Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
1999
FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN
ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PANAS BUMI
PADA PENGOLAHAN TEH HITAM
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Jurusan Teknologi Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
VONNY SETIARIES JOBAN
F 31.0208
Dilahirkan pada tanggal 28 Mei 1976
di Pekanbaru
Tanggallulus: 5 Juli 1999
PADA PENGOLAHAN TEH HITAM
Oleh:
VONNY SETIARIES JOHAN
F 31.0208
1999
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Vonny Setiaries lohan, F 31. 0208. Analisis Keiayakan Penggunaan Panas Bumi
Pada Pengoiahan Teh Hitam. Di bawah bimbingan Tajuddin Bantacut dan Ade
Iskandar.
RINGKASAN
Kebutuhan energi yang semakin meningkat dan terbatasnya persediaan sumber
energi konvensional mengharuskan pengembangan sumber energi altematif non
konvensional. Dalam kaitan ini, energi panas bumi (geothermal) merupakan altematif
yang potensial dan patut dipertimbangkan.
Salah satu pemanfaatan energi ini yaitu
sebagai sumber daya panas dalam pengolahan hasil pertanian.
Proses pengolahan teh umumnya menggunakan bahan bakar Internal Diesel Oil
eIDO) sebagai sumber energi. Terdapatnya sumber energi altematif lain seperti panas
bumi perlu dipeliimbangkan sebagai pengganti IDO, kbususnya pada proses pelayuan
dan pengeringan. Untuk itu perlu adanya suatu analisa mengenai kelayakan penggantian
sumber energi tersebut dalam suatu industri.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi perubahan peralatan yang teljadi
akibat penggantian sumber energi, menganalisa biaya energi panas bumi per satuan
produk dan menganalisa kelayakan finansial investasi penggunaan panas bumi sebagai
sumber energi pada pengolahan teh.
Penggantian bahan bakar IDO dengan uap panas bumi dalam proses pengeringan
menyebabkan modifikasi pada pemanas udara. Penyaluran uap panas dilakukan dengan
menggunakan alat pindah panas berupa penukar panas berbentuk pipa yang terbuat dari
pipa baja tahan karat sepanjang 45 m dengan diameter 1 inchi. Penukar panas pipa
tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi pengering sebesar 999.182
kJ/jam.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa biaya energi uap panas bumi
adalah Rp 24,-/kg teh kering.
Hasil analisis biaya energi tersebut memperlihatkan
bahwa biaya energi panas bumi lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar minyak.
Penggunaan uap panas bumi dengan kapasitas produksi teh kering 767.700 kg/tahun
dapat menghemat biaya energi sebesar Rp 86.366.250,- per tahun.
Total biaya investasi penggunaan panas bumi pada pengolahan teh dengan jarak
5.000 m sebesar Rp 2.523.457.500,-. Investasi tersebut berupa biaya yang dikeluarkan
untuk pembelian dan pemasangan pipa penyalur panas bumi dan alat penukar panas.
Untuk mengetahui kelayakan penggunaan panas bumi pada pengolahan teh hitam
maka digunakan kriteria Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan
Net BIC ratio.
Hasil analisis NPV penggunaan panas bumi pada suku bunga 30%
memperlihatkan nilai negatif yaitu Rp - 2.198.073.000,-, hal ini menunjukkan proyek
tidak layak untuk dilaksanakan.
Ketidaklayakan ini diperkuat dengan nilai IRR di
bawah suku bunga 30% dan nilai Net B/C yang sangat kecil yaitu -2% dan 0,13.
Ketidaklayakan penggunaan panas bumi pada jarak 5.000 m dipengaruhi biaya
investasi pipa panas bumi yang mahal, sehingga perlu dilakukan analisis perhitungan
jarak penggunaan panas bumi yang tidak memperoleh untung tapi juga tidak menderita
rugi (break even point yang dimodifikasi) dalam artian akan memberikan nilai NPV
=
0
sehingga dapat diketahui jarak/panjang maksimal penggunaan panas bumi yang mulai
memberikan keuntungan kepada proyek yaitu 373,8 m dari sumbemya.
Biaya investasi pendirian industri pengolahan teh hitam dengan menggunakan
panas bumi adalah Rp 4.991.284.000,-. Modal investasi tersebut berasal dari modal
sendiri dan modal pinjaman dengan perbandingan 60 : 40. Biaya tetap yang dikeluarkan
setiap tahunnya Rp 810.279.000,- dan biaya tidak tetap Rp 1.950.546.000,-.
Hasil analisis NPV pada suku bunga 30% memperlihatkan hasil yang negatif, yaitu
Rp -1.370.201.000,-, IRR 18 % dan Net B/C 0,54. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
industri pengolahan teh hitam dengan menggunakan panas bumi sebagai sumber energi
tidak layak untuk didirikan padajarak 5.000 m dari sumber panas bumi. Proyek ini akan
layak bila industri tersebut didirikan kurang dari 2.055 m dari sumber panas bumi.
ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PANAS BUMI
PADA PENGOLAHAN TEH HITAM
Oleh
VONNYSETUUUESJOHAN
F 31.0208
SKRlPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Jurusan Teknologi Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
1999
FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN
ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PANAS BUMI
PADA PENGOLAHAN TEH HITAM
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Jurusan Teknologi Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
VONNY SETIARIES JOBAN
F 31.0208
Dilahirkan pada tanggal 28 Mei 1976
di Pekanbaru
Tanggallulus: 5 Juli 1999
ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PANAS BUMI
PADA PENGOLAHAN TEH HITAM
Oleh:
VONNY SETIARIES JOHAN
F 31.0208
1999
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Vonny Setiaries lohan, F 31. 0208. Analisis Keiayakan Penggunaan Panas Bumi
Pada Pengoiahan Teh Hitam. Di bawah bimbingan Tajuddin Bantacut dan Ade
Iskandar.
RINGKASAN
Kebutuhan energi yang semakin meningkat dan terbatasnya persediaan sumber
energi konvensional mengharuskan pengembangan sumber energi altematif non
konvensional. Dalam kaitan ini, energi panas bumi (geothermal) merupakan altematif
yang potensial dan patut dipertimbangkan.
Salah satu pemanfaatan energi ini yaitu
sebagai sumber daya panas dalam pengolahan hasil pertanian.
Proses pengolahan teh umumnya menggunakan bahan bakar Internal Diesel Oil
eIDO) sebagai sumber energi. Terdapatnya sumber energi altematif lain seperti panas
bumi perlu dipeliimbangkan sebagai pengganti IDO, kbususnya pada proses pelayuan
dan pengeringan. Untuk itu perlu adanya suatu analisa mengenai kelayakan penggantian
sumber energi tersebut dalam suatu industri.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi perubahan peralatan yang teljadi
akibat penggantian sumber energi, menganalisa biaya energi panas bumi per satuan
produk dan menganalisa kelayakan finansial investasi penggunaan panas bumi sebagai
sumber energi pada pengolahan teh.
Penggantian bahan bakar IDO dengan uap panas bumi dalam proses pengeringan
menyebabkan modifikasi pada pemanas udara. Penyaluran uap panas dilakukan dengan
menggunakan alat pindah panas berupa penukar panas berbentuk pipa yang terbuat dari
pipa baja tahan karat sepanjang 45 m dengan diameter 1 inchi. Penukar panas pipa
tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi pengering sebesar 999.182
kJ/jam.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa biaya energi uap panas bumi
adalah Rp 24,-/kg teh kering.
Hasil analisis biaya energi tersebut memperlihatkan
bahwa biaya energi panas bumi lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar minyak.
Penggunaan uap panas bumi dengan kapasitas produksi teh kering 767.700 kg/tahun
dapat menghemat biaya energi sebesar Rp 86.366.250,- per tahun.
Total biaya investasi penggunaan panas bumi pada pengolahan teh dengan jarak
5.000 m sebesar Rp 2.523.457.500,-. Investasi tersebut berupa biaya yang dikeluarkan
untuk pembelian dan pemasangan pipa penyalur panas bumi dan alat penukar panas.
Untuk mengetahui kelayakan penggunaan panas bumi pada pengolahan teh hitam
maka digunakan kriteria Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan
Net BIC ratio.
Hasil analisis NPV penggunaan panas bumi pada suku bunga 30%
memperlihatkan nilai negatif yaitu Rp - 2.198.073.000,-, hal ini menunjukkan proyek
tidak layak untuk dilaksanakan.
Ketidaklayakan ini diperkuat dengan nilai IRR di
bawah suku bunga 30% dan nilai Net B/C yang sangat kecil yaitu -2% dan 0,13.
Ketidaklayakan penggunaan panas bumi pada jarak 5.000 m dipengaruhi biaya
investasi pipa panas bumi yang mahal, sehingga perlu dilakukan analisis perhitungan
jarak penggunaan panas bumi yang tidak memperoleh untung tapi juga tidak menderita
rugi (break even point yang dimodifikasi) dalam artian akan memberikan nilai NPV
=
0
sehingga dapat diketahui jarak/panjang maksimal penggunaan panas bumi yang mulai
memberikan keuntungan kepada proyek yaitu 373,8 m dari sumbemya.
Biaya investasi pendirian industri pengolahan teh hitam dengan menggunakan
panas bumi adalah Rp 4.991.284.000,-. Modal investasi tersebut berasal dari modal
sendiri dan modal pinjaman dengan perbandingan 60 : 40. Biaya tetap yang dikeluarkan
setiap tahunnya Rp 810.279.000,- dan biaya tidak tetap Rp 1.950.546.000,-.
Hasil analisis NPV pada suku bunga 30% memperlihatkan hasil yang negatif, yaitu
Rp -1.370.201.000,-, IRR 18 % dan Net B/C 0,54. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
industri pengolahan teh hitam dengan menggunakan panas bumi sebagai sumber energi
tidak layak untuk didirikan padajarak 5.000 m dari sumber panas bumi. Proyek ini akan
layak bila industri tersebut didirikan kurang dari 2.055 m dari sumber panas bumi.
ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PANAS BUMI
PADA PENGOLAHAN TEH HITAM
Oleh
VONNYSETUUUESJOHAN
F 31.0208
SKRlPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Jurusan Teknologi Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
1999
FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN
ANALISIS KELAYAKAN PENGGUNAAN PANAS BUMI
PADA PENGOLAHAN TEH HITAM
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Jurusan Teknologi Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
VONNY SETIARIES JOBAN
F 31.0208
Dilahirkan pada tanggal 28 Mei 1976
di Pekanbaru
Tanggallulus: 5 Juli 1999