I si Putusan Putusan

dalam Pasal 16 PMK Nomor 06 PMK 2005 tentang Pedoman Beracara dalam Perkara Pengujian UU. g. Mahkamah Konstitusi secara terus menerus mengikuti perkembangan kesadaran hukum dan rasa keadilan yang tumbuh di masyarakat yang menjadi dasar agar Mahkamah tidak membiarkan terjadinya pelanggaran hak konstitusional warga negara. Oleh karenanya, meskipun dalam UU Mahkamah Konstitusi tidak dikenal putusan provisi dalam perkara pengujian UU, seiring dengan perkembangan kesadaran hukum, kebutuhan praktik dan tuntutan rasa keadilan masyarakat serta dalam rangka memberikan perlindungan dan kepastian hukum yang adil, Mahkamah Konstitusi memandang perlu menjatuhkan putusan provisi dalam perkara a quo dengan mendasarkan pada aspek keadilan, keseimbangan, kehati-hatian, kejelasan tujuan, dan penafsiran yang dianut dan telah berlaku tentang kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam menetapkan putusan sela. h. Mahkamah Konstitusi berpendapat putusan sela perlu untuk diterapkan apabila dengan putusan tersebut tidak akan menimbulkan kerancuan hukum di satu pihak, sementara di pihak lain justru akan memperkuat perlindungan hukum.

2. I si Putusan

Dalam Pasal 48 UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi diatur mengenai substansi putusan sebagai berikut: 1 Mahkamah Konstitusi memberi putusan Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 2 Setiap putusan Mahkamah Konstitusi harus memuat: a. kepala putusan berbunyi ”DEMI KEADI LAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”; b. identitas pihak; c. ringkasan permohonan; d. pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dalam persidangan; e. pertimbangan hukum yang menjadi dasar putusan; f. amar putusan; dan g. hari dan tanggal putusan, nama hakim konstitusi, dan panitera. 361 Pengaturan tentang putusan tersebut ditambahkan dalam Pasal 33 PMK Nomor 06 PMK 2005 tentang Pedoman Beracara dalam Perkara Pengujian UU, dimana dalam Pasal 33 ditambahkan mengenai ”pendapat berbeda dari Hakim Konstitusi”. 362 Hal tersebut sersuai dengan ketentuan 361 Republik I ndonesia, Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi, op cit., ps. 48. 362 Republik I ndonesia, Peraturan Mahkamah Konstitusi tentang Pedoman Beracara dalam Perkara Pengujian Undang-Undang,...op cit., ps. 33. 135 dalam Pasal 45 ayat 10 UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi bahwa dalam hal putusan tidak tercapai mufakat bulat maka pendapat anggota Majelis Hakim yang berbeda dimuat dalam putusan. 363 Dalam Bab I I Pasal 2 angka 1 huruf f PMK Nomor 13 Tahun 2008 tentang Pedoman Penulisan Putusan Mahkamah Konstitusi diatur bahwa identitas pemohon berisi uraian mengenai: a. nama; b. tempat tanggal lahir umur; c. kewarganegaraan; d. pekerjaan; e. agama; f. alamat pemohon; serta g. nama kuasa hukum; h. pekerjaan; i. alamat; j. nomor dan tanggal surat kuasa khusus sebagai penerima kuasa, dan k. penyebutan sebagai pihak pemohon. 364 Pada berbagai putusan Mahkamah Konstitusi, identitas pemohon yang merupakan perorangan, mencakup nama, tempat tanggal lahir, agama, pekerjaan, kewarganegaraan, alamat lengkap, dan dalam putusan tertentu mencantumkan nomor telpon dan alamat e-mail, selain data mengenai penerima kuasa. 365 Pemohon yang merupakan badan hukum, mencantumkan identitas pemohon berupa nama badan hukum, yang mewakili badan hukum tersebut dalam persidangan, jabatan wakil dalam badan hukum yang menjadi pemohon, dan alamat badan hukum. 366 Pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dalam persidangan meliputi ringkasan: 363 Republik I ndonesia, Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi, op cit., ps. 45 ayat 10. 364 Republik I ndonesia, Peraturan Mahkamah Konstitusi tentang Pedoman Penulisan Putusan Mahkamah Konstitusi, PMK Nomor 13 Tahun 2008, ps. 2 angka 1 huruf f. 365 Pencantuman alamat e-mail pada identitas Pemohon dapat dilihat pada putusan Perkara Nomor 015 PUU-I V 2006 Mengenai Pengujian UU RI Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokad terhadap UUD Negara RI Tahun 1945, hal. 1. 366 Lihat Mahkamah Konstitusi Republik I ndonesia, Pengujian UU Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran terhadap UUD Negara RI Tahun 1945, Nomor 031 PUU-I V 2006, hal. 1. Dalam perkara tersebut, pemohon adalah Komisi Penyiaran I ndonesia yang diwakili oleh 8 delapan anggotanya. 136 a. pendirian Pemohon terhadap permohonannya dan keterangan tambahan yang disampaikan di persidangan; b. keterangan Presiden Pemerintah, DPR, dan atau DPD; c. keterangan Pihak Terkait; dan d. hasil pemeriksaan alat-alat bukti; 367 Sedangkan pertimbangan hukum yang menjadi dasar putusan meliputi: a. maksud dan tujuan permohonan; b. kewenangan Mahkamah sebagaimana dimaksud Pasal 24 huruf c UUD 1945, Pasal 10 ayat 1 huruf a UU Nomor 24 Tahun 2003; c. kedudukan hukum legal standing sebagaimana dimaksud Pasal 51 ayat 1 dan ayat 2 UU Nomor 24 Tahun 2003; d. alasan dalam pokok permohonan sebagaimana dimaksud Pasal 51 ayat 3 huruf a dan atau huruf b UU Nomor 24 Tahun 2003. e. Kesimpulan mengenai semua hal yang telah dipertimbangkan. 368

3. Amar Putusan