KEYAKINAN HAKIM DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN TERHADAP PEMBUKTIAN PERKARA TINDAK PIDANA KEKERASAN DI PGC CILILITAN JAKARTA TIMUR (PUTUSAN PENGADILAN NEGERI NOMOR: 1204/Pid.B/2014/PN.Jkt.Tim. DAN PUTUSAN PENGADILAN TINGGI NOMOR :142/PID/2015/PT.DKI.) LEGAL MEM

KEYAKINAN HAKIM DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN
TERHADAP PEMBUKTIAN PERKARA TINDAK PIDANA KEKERASAN
DI PGC CILILITAN JAKARTA TIMUR
(PUTUSAN PENGADILAN NEGERI NOMOR:
1204/Pid.B/2014/PN.Jkt.Tim. DAN PUTUSAN PENGADILAN TINGGI
NOMOR :142/PID/2015/PT.DKI.)
LEGAL MEMORANDUM

Diajukan sebagai syarat untuk mendapat gelar Sarjana Hukum di
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Nama

: Suci Mardhatillah

Nim

: 20120610322

Fakultas

: Hukum


Prodi

: Ilmu hukum

Konsentrasi

: Hukum Pidana

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSI

Bismillahirrohmanirrohim,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama

: SUCI MARDHATILLAH


Nim

: 20120610322

Judul skripsi :

KEYAKINAN HAKIM DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN
TERHADAP PEMBUKTIAN PERKARA TINDAK PIDANA
KEKERASAN DI PGC CILILITAN JAKARTA TIMUR

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan skripsi ini berdasarkan hasil
penulisan, dan pemaparan asli dari saya sendiri. Jika terdapat karya orang lain, saya
akan memberikan sumber yang jelas. Apabila dikemudian hari ada penyimpangan dan
ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
berupa pencabutan gelar Sarjana S-1 yang telah diperoleh karna karya tulis ini, dan
sanksi lain sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Demikian peryataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.


Yogyakarta, 2 Juni 2016
Yang menyatakan,

Suci Mardhatillah
20120610322

iv

HALAMAN MOTTO

Kesuksesan hanya dapat kita raih dengan segala upaya dan usaha yang disertai
dengan doa, karena sesungguhnya nasib seseorang manusia tidak akan berubah
dengan sendirinya tanpa berusaha

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:


Kedua orang tua saya Bapak Marsal dan Ibu Ernawati

Saudara-saudara saya

Afdhal Islami

Arzakhil Fadli

Yulvi Ikhwani

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH subhanahu wata’ala yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya kepada kita semua. Skripsi yang berjudul keyakinan hakim dalam
mengambil keputusan terhadap pembuktian perkara pengeroyokan di PGC cililitan
jakarta timur, ini disusun guna memenuhi pesyaratan memperoleh gelar Sarjana pada
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas

segala bimbingan dan bantuan yang penulis terima dari beberapa pihak sehingga
terselesaikannya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada
yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, MA. Selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
2. Bapak Dr. Trisno Raharjo, S.H., M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3. Bapak Dr. Trisno Raharjo, S.H., M.Hum. Selaku Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini hingga
selesai
4. Ibu Dr.Yeni Widowaty, S.H., M.Hum Selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini hingga selesai

vii

5. Bapak Romi Leo Rinaldo, S.H., dan LBH Jakarta Selaku Informan dalam
penulisan ini.
6. Semua Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang
telah mengajar dan membimbing saya selama di perkuliahan
7. Semua staff TU Fakultas Hukum Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah

memberikan bantuan dalam proses kegiatan belajar mengajar selama berkuliah.
Dengan iringan doa semoga ALLAH SWT melimpahkan pahala kepada semua
pihak yang telah membantu penulisan dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................


iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSI ...............................

iv

HALAMAN MOTTO ...................................................................................

v

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................

vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................

vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................


ix

ABSTRAK .....................................................................................................

x

Bab

I . Latar Belakang..............................................................................

1

Bab

II . Kasus Posisi...................................................................................

10

Bab III . Masalah Hukum............................................................................


15

Bab IV . Ringkasan Putusan
A. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur.............................
B. Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Timur..............................

16
17

Bab V . Pertimbangan Hukum.....................................................................

18

Bab VI . Analisis
keyakinan hakim dalam megambil keputusan terhadap pembuktian perkara
pada kasus tindak pidana kekerasan jika terdapat keterangan saksi yang
saling..............................................................................................

26


Bab VII .Penutup .........................................................................................

40

Daftar Pustaka ...............................................................................................

42

ix

ABSTRAK
Pada tanggal 18 september 2014 terjadi tindak pidana kekerasan di PGC
Cililitan Jakarta Timur yang diduga dilakukan oleh Pulungan dan kawan-kawannya
hingga menyebabkan tewasnya sopir angkot yang bernama M Ronal. Sehari setelah
kejadian, Aldi kakak M Ronal melaporkan kejadian tindak pidana kekerasan
adiknya ke Resor Metropolitan Jakarta Timur. Berdasarkan laporan tersebut
seminggu setelah kejadian penyidik Polri melakukan penyidikan ke lapangan dan
penyidik mendapatkan ciri-ciri pelaku sebagai berikut: tukang ojek, putih, tinggi
dan berambut gondrong setelah mendapatkan ciri-ciri tersebut, penyidik kemudian
menangkap Dedi (tukang ojek), setelah melalui proses peradilan di Pengadilan

Negeri Jakarta Timur Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur menyatakan
Dedi terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
kekerasan karena tidak terima dengan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur
Dedi dan penasehat hukumnya mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Jakarta
Timur, dimana putusan Pengadilan Tinggi menyatakan Dedi tidak terbukti bersalah
dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana kekerasan secara bersamasama yang mengakibatkan M Ronal meninggal dunia.
Timbul masalah hukum yaitu bagaimana keyakinan hakim dalam megambil
keputusan terhadap pembuktian perkara pada kasus tindak pidana kekerasan jika
terdapat keterangan saksi yang saling berlawanan.
Berdasarkan hasil analisis, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur tidak memperhatikan jumlah
minimal alat bukti yang dimiliki jaksa dan kekuatan keterangan para saksi a charge,
Sedangkan pertimbangan hakim yang mengklaim telah menemukan alat bukti
keterangan terdakwa tidaklah tepat karena pernyataan terdakwa yang meralat
keterangan saksi Sadiono yang mengatakan bahwa terdakwa melakukan pemukulan
sebanyak tiga kali, menjadi dua kali bukanlah keterangan terdakwa. Ini dilakukan
oleh terdakwa dalam menanggapi ucapan tersebut dalam konteks ketika terjadi
pemaksaan pengakuan yang dilakukan oleh penyidik ketika membuat BAP,
Berkenaan dengan diputus bersalahnya Dedi oleh Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Jakarta Timur berdasarkan atas keyakinan hakim yang salah menafsirkan
konteks pengakuan terdakwa yang memukul korban sebanyak dua kali di muka
persidangan. Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa Putusan Pengadilan
Negeri Jakarta Timur dirasa kurang tepat dan Putusan Pengadilan Tinggi yang
membatalkan putusan Pengadilan Negeri adalah tepat karena telah menganalisa
dengan seksama jumlah alat bukti yang dimiliki dan nilai kekuatan alat bukti
tersebut.

KATA KUNCI : keyakinan hakim, pembuktian, keterangan saksi

x

BAB I
LATAR BELAKANG

Lembaga peradilan merupakan institusi negara yang mempunyai tugas
pokok untuk memeriksa, mengadili, memutuskan dan menyelesaikan perkaraperkara yang diajukan oleh warga masyarakat. Penyelesaian perkara melalui
lembaga peradilan hanya akan berjalan dengan baik, apabila semua pihak yang
terlibat di dalamnya, baik pihak-pihak yang berperkara maupun hakimnya sendiri
mengikuti aturan main (rule of game) secara jujur sesuai tertib peraturan yang ada.1
Pembuktikan secara yuridis untuk mencari kebenaran tidaklah sama. Kebenaran
yang hendak dicari hakim dalam menyelesaikan suatu perkara, dapat berupa
kebenaran formil maupun kebenaran materiil yang keduanya termasuk dalam
lingkup kebenaran hukum yang bersifat kemasyarakatan.
Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan
atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, yaitu kebenaran yang
selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan
hukum acara pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan untuk mencari siapakah
pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum dan
selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan
apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang
didakwa tersebut dapat dipersalahkan”.2

1Setiawan,

1992, Aneka Masalah Hukurn , Alumni, Bandung, hlm. 358.
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia , Jakarta:Sinar Grafika, 2001,hal.8

2

1

Dalam konteks penegakan hukum pidana di negara kita, salah satu
pengingat bagi para hakim untuk selalu menghadirkan dirinya secara total,
sekaligus menjadi penguji keteguhan dan integritas3 dirinya dalam memutus suatu
kasus ialah adanya prasyarat keyakinan hakim bagi penjatuhan suatu putusan
(vonis) pidana, selain prasyarat keterbuktian dengan berbagai alat pembuktian yang
telah diakui dan dilimitasi oleh hukum acara formal. Hakim tidak boleh
menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya
dua alat bukti yang sah ia memperoleh suatu keyakinan bahwa suatu tindak pidana
benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya (UndangUndang No.8 Tahun 1981 pasal 183). Hal ini ditegaskan kembali oleh UndangUndang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman pasal 6 ayat (2) bahwa tidak
seorangpun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan karena alat
pembuktian yang sah menurut undang-undang mendapat keyakinan bahwa
seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan
yang didakwakan atas dirinya. Sistem seperti ini mengakibatkan walaupun buktibukti dalam suatu kasus sudah bertumpuk-tumpuk, sudah memenuhi batas
minimum pembuktian atau bahkan lebih, jika hakim tidak sampai pada
keyakinannya

terhadap

kesalahan

terdakwa

maka

hakim

tidak

boleh

mempersalahkan dan menghukum terdakwa.4
Prasyarat keyakinan hakim ini tentunya tidak boleh dimaknai sebatas
sebuah prasyarat formal untuk suatu putusan vonis (pidana), bahwa pada saat

3

Ahmad Ali, keterpurukan hukum di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta,2005, Hal.43.
R. Subekti, Hukum Pembuktian, Cetakan Ke XIV, Penerbit Sumur Bandung, Jakarta, Tahun
2003, hal.247.
4

2

seorang hakim tidak benar-benar melibatkan keyakinannya (sebagai wujud
kehadirannya) dalam memutus dan melahirkan suatu putusan (vonis) pidana, maka
pada saat itulah dia bersikap arogan dan melupakan dirinya sebagai seorang hakim.
Seorang hakim dalam segala pergulatan kemanusiaannya ketika mengadili dan
hendak menjatuhkan putusannya, seharusnya bisa memaknai keyakinannya bukan
hanya terhadap deskripsi naratif fakta dari alat-alat bukti (yang dilimitasi oleh
undang-undang) yang terungkap dalam berbagai proses pembuktian di
persidangan.5
Pembuktian dalam perkara pidana menurut Pasal 184 KUHAP memerlukan
adanya alat bukti yang sah, yaitu keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk
dan keterangan terdakwa. Hakim dapat menjatuhkan pidana berdasarkan Pasal 183
KUHAP, sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah yang dapat membentuk
keyakinan hakim tentang kesalahan terdakwa.6 Menurut Hari Sasangka dan Lily
Rosita,yang dimaksud dengan alat bukti adalah segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan satu perbuatan, dimana dengan alat-alat bukti tersebut, dapat
digunakan sebagai bahan pembuktian guna menimbulkan keyakinan hakim atas
kebenaran adanya suatu tindak pidana yang telah dilakukan terdakwa.7
Terbentuknya keyakinan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana didasarkan
pada hasil pemeriksaan alat-alat bukti yang dikemukakan dalam persidangan. Salah
satu tindak pidana yang sering terjadi adalah pengeroyokan yang menyebabkan

Jajang Cardidi, ”Kajian Hermeneutis Terhadap Makna Keyakinan dan Peranannya untuk Putusan
(vonis) Pidana”, E-Journal Graduate Unpar,Vol. 1 No. 2. 2014, hal 17
6
Anonim, KUHAP dan KUHP, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 271.
7
Hari Sasangka, Lily Rosita, Hukum Pembuktian dalam Perkaran Pidana, Mandar Maju,Bandung,
2003, hal. 11.
5

3

kematian, Sehingga tindak pidana pengeroyokan merupakan perbuatan yang
bertentangan dengan norma hukum dan dilarang oleh undang-undang.
Terdapat beberapa kasus penganiayaan yang dilakukan secara bersamasama. Salah satu kasus pengeroyokan, terjadi di PGC Cililitan Jakarta Timur,
Terdakwa Dedi (tukang ojek) bersama-sama dengan beberapa orang temannya
memukuli korban M Ronal (sopir angkot) dengan menggunakan botol bir mengenai
bagian kepala dan batang otak korban M Ronal, sehingga menyebabkan korban M
Ronal meninggal dunia. akibat perbuatan terdakwa Dedi, Majelis hakim Pengadilan
Negeri Jakarta Timur menimbang bahwa unsur-unsur barang siapa, dengan terangterangan dan dengan tenaga bersama, dan dengan menggunakan kekerasan terhadap
orang sehingga mengakibatkan maut telah terpenuhi maka terdakwa terbukti secara
sah bersalah dan dijatuhi pidana penjara selama 2 (dua) tahun. Dedi merasa tidak
puas dengan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur terdakwa Dedi mengajukan
banding ke Pengadilan Tinggi Jakarta Timur. Majelis hakim Pengadilan Tinggi
Jakarta Timur menimbang bahwa keterangan saksi satu dengan saksi yang lain tidak
ada kesesuaian, terdakwa Dedi dinyatakan tidak terbukti secara sah dan
menyakinkan bersalah. Sehingga Dedi harus dibebaskan dari dakwaan.
Hakim dalam memutus kasus diatas mempunyai pertimbangan dan putusan
yang berbeda, hakim Pengadilan Negeri dan hakim Pengadilan Tinggi Jakarta
Timur mempunyai keyakinan dan pembuktian yang berbeda dalam memutus kasus
pengeroyokan di PGC Cililitan Jakarta Timur, proses pembuktian memegang peran
yang sangat penting dalam penyelesaian suatu tindak pidana dipersidangan
pengadilan. Tujuan adanya pembuktian ini adalah untuk membuktikan apakah
4

terdakwa benar bersalah atas tindak pidana yang didakwakan kepadanya.
Pembuktian dalam hal ini bukanlah upaya untuk mencari-cari kesalahan pelaku saja
namun yang menjadi tujuan utamanya adalah untuk mencari kebenaran dan
keadilan materil dengan berdasar alat bukti yang cukup serta proses yang
menimbulkan keyakinan hakim.
Pembuktian merupakan tahap paling menentukan dalam proses peradilan
pidana mengingat pada tahap pembuktian tersebut akan ditentukan terbukti
tidaknya seorang terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang
didakwakan Jaksa Penuntut Umum. Tata cara pembuktian tersebut terikat pada
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana atau Kitab
Hukum Acara Pidana (KUHAP). Alat bukti sah untuk membuktikan kebenaran
materiil tersangka/terdakwa bersalah atau tidak bersalah. Bagi aparat penegak
hukum bagi polisi, jaksa maupun hakim akan mudah membuktikan kebenaran
materiil bila saksi dapat menunjukan bukti kesalahan tersangka/terdakwa yang
melakukan tindak pidana tersebut tetapi hal ini akan sulit untuk membuktikan
kebenaran materiil, bila saksi tidak dapat menunjukan bukti perbuatan tindak
pidana yang dilakukan tersangka/terdakwa. Bukti-bukti yang ditemukan di tempat
kejadian, saksi tidak dapat menunjukan bahwa bukti tersebutlah yang digunakan
atau milik korban/saksi yang diambil oleh tersangka/terdakwa. Hakim dalam
menilai alat bukti harus bertindak teliti dan berpedoman pada ketentuan yang telah

5

digariskan dalam ketentuan hukum acara pidana agar nantinya dapat meyakinkan
hakim dari hasil pemeriksaan di persidangan.8
Memperoleh sebuah putusan yang sesuai dengan apa yang dicari dalam
KUHAP yakni kebenaran materiil maka hakim dalam melaksanakan pemeriksaan
harus mengindahkan aturan-aturan tentang pembuktian, ketidakpastian hukum dan
kesewenang-wenangan akan timbul apabila hakim dalam melaksanakan tugasnya
diperbolehkan menyandarkan putusannya hanya atas keyakinan, biarpun itu sangat
kuat dan sangat murni. Keyakinan hakim itu harus didasarkan pada sesuatu, yang
oleh undang-undang dinamakan alat bukti. Pembuktian yang sesuai dengan
ketentuan KUHAP yang diatur dalam Pasal 183. Ketentuan Pasal 183 KUHAP,
hakim dalam memutuskan suatu perkara harus minimal 2 (dua) alat bukti yang sah
untuk memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana terjadi.
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana sebagai produk bangsa
Indonesia telah menetapkan beberapa alat bukti yang sah dan dapat dipergunakan
untuk membuktikan salah tidaknya terdakwa. Adapun alat bukti yang sah menurut
undang-undang sesuai dengan apa yang disebut dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP
adalah :
a) Keterangan saksi
Menurut Pasal 1 butir 27 KUHAP, keterangan saksi adalah salah satu alat
bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai

Sanyata Harsono, “Fungsi dan Peranan Visum Et Repertum Dalam Kasus Penganiayaan Berat
(Studi Perkara Pidana Nomor : 2964/PID.B/2009/PN.JKT.BAR )”, Fakultas Hukum, Universitas
Esa Unggul, Jakarta, 2011, hlm 1

8

6

suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami
sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu.
b) Keterangan ahli
Menurut Pasal 1 butir 28 KUHAP, keterangan ahli adalah keterangan yang
diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang
diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan
pemeriksaan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undangundang.
c) Surat
Menurut Pasal 187 KUHAP, Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184
ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah,
adalah:
a. berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh
pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat di hadapannya,
yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang
didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan
alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu.
b. surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenal hal yang termasuk
dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang
diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan.

7

c. surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan
yang diminta secara resmi dan padanya.
d. surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan
isi dari alat pembuktian yang lain.
d) petunjuk
Menurut Pasal 188 KUHAP ayat (1), Petunjuk adalah perbuatan, kejadian
atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan
yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa
telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.
e) keterangan terdakwa
Menurut Pasal 189 ayat (1) KUHAP, Keterangan terdakwa adalah apa yang
terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang dilakukan atau yang ia
ketahui sendiri atau ia alami sendiri.
Pasal 184 ayat (1) KUHAP tercantum alat-alat bukti yang sah antara lain
keterangan saksi. Umumnya keterangan saksi merupakan alat bukti yang paling
utama dalam perkara pidana karena hampir semua pembuktian perkara pidana
selalu bersandar pada pemeriksaan keterangan saksi.9
Hal tersebut mencerminkan bahwa hakim dalam memutuskan perkara
berdasarkan alat bukti dan rasio pemikiran hakim (keyakinan), barulah hakim boleh
menjatuhkan pidana kepada seseorang melalui suatu putusan. Pembuktian ini

9

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP (Pemeriksaan Sidang
Pengadilan, Banding, Kasasi, Dan Peninjauan Kembali), Jakarta, Sinar Grafika, 2008, hal, 286

8

menjadi penting apabila suatu perkara tindak pidana telah memasuki tahap
penuntutan di depan sidang pengadilan karena dalam hal penuntutan Jaksa Penuntut
Umum harus menunjukkan segala fakta yang terungkap di persidangan terhadap
apa yang menjadi dakwaan dalam surat dakwaan.
Berkaitan dengan Pembuktian dan keyakinan Hakim, Penulis menemukan
hal yang menarik untuk dikaji tentang pembuktian sebagaimana terdapat dalam
putusan Pengadilan Negeri Nomor 1204/Pid.B/2014/PN.Jkt.Tim. dan Putusan
Pengadilan Tinggi Nomor 142/PID/2015/PT.DKI tentang tindak pidana kekerasan
yang menyebabkan kematian.

9

BAB II
KASUS POSISI

Tanggal 18 september 2014 terjadi pengeroyokan di PGC Cililitan Jakarta
Timur yang menyebabkan tewasnya sopir angkot yang bernama M Ronal. Kejadian
tersebut berawal dari rebutan penumpang antara Pulungan dan M Ronal. dimana
Pulungan merasa M Ronal mengambil penumpang miliknya, Karena Pulungan
tidak terima, akhirnya Pulungan beserta teman-temanya memukuli, menendang dan
menjambak M Ronal secara bersama-sama.
Berdasarkan hasil Visum Et Repertum Rumah Sakit Bhayangkara Tk I R.
Said Sukanto tanggal 19 September 2014, terdapat luka memar di dahi kanan dan
kiri, kelopak atas dan bawah mata kiri, puncak bahu kiri dan pipi kiri akibat
kekerasan tumpul, didapat luka lecet pada pelipis kiri dan kanan, pipi kanan, lengan
kiri atas, siku kiri kanan, lengan kanan atas bawah, tungkai atas,lutut kanan kiri,
punggung kaki kiri, punggung atas kiri, pinggang kanan belakang akibat kekerasan
tumpul. Hasil pemeriksaan dalam didapatkan kemerahan pada lubang saluran
makanan, memar pada paru belakang kanan dan kiri, memar pada limpa, hati bagian
kanan belakang, batang otak terdapat dan hampir pada seluruh pembuluh darah otak
terdapat pelebaran pembuluh darah dan ditemukan pendarahan pada otak sebanyak
dua puluh tiga gram. Sebab kematian karena kekerasan tumpul di kepala dan batang
otak, sehingga menyebabkan pendarahan yang terjadi pada otak dan batang otak.ini
yang menyebabkan M Ronal meninggal dunia.

10

Sehari setelah kejadian, Aldi kakak M Ronal melaporkan kejadian
pengeroyokan adiknya ke Resor Metropolitan Jakarta Timur. Berdasarkan laporan
tersebut seminggu setelah kejadian penyidik Polri melakukan penyidikan ke PGC
Cililitan Jakarta Timur tempat tongkrongan sopir mikrolet 06-A di warung Padang
dan penyidik mendapatkan ciri-ciri pelaku sebagai berikut: tukang ojek, putih,
tinggi dan berambut gondrong setelah mendapatkan ciri-ciri tersebut penyidik
kemudian menangkap Dedi yang diduga melakukan pengeroyokan tersebut.
Di hari yang sama penyidik melakukan Berita Acara Pemeriksaan BAP
terhadap Dedi yang didampingi oleh penasehat hukum Djarot Widodo, SH &
Associates. Pada BAP Dedi mengakui melakukan pengeroyokan secara bersamasama dengan Mandala, Pulungan, Culep, Erik, Kw, Opik dan Maksi di muka umum
di depan PGC Cililitan Jakarta Timur. Dedi kemudian ditahan oleh penyidik
berdasarkan surat perintah penetapan penahanan sejak tanggal 26 September 2014,
dilakukan perpanjangan penahanan sampai tanggal 18 Juli 2015.
Pada persidangan penuntut umum menuntut Dedi dengan dakwaan
subsidair pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP dan dakwaan primair dalam Pasal 170 ayat
(2) ke-3 KUHP bahwa “ Dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama
menggunakan kekerasan terhadap orang sehingga mengakibatkan maut“.
Memohon Majelis Hakim agar menjatuhkan pidana terhadap Dedi, dengan pidana
penjara selama 7 (tujuh) tahun dan 6 (enam) bulan, dikurangi masa penahanan yang
telah dijalani Dedi dengan perintah Dedi tetap ditahan, dan menetapkan agar Dedi
dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp.1.000,- (seribu ribu rupiah).

11

Dalam persidangan Dedi dan penasehat hukumnya yang bernama Romy
Leo Rinaldo, SH dan Ade Laoren,SH., para Advokat dari Lembaga Bagian Hukum
(LBH) Jakarta menolak dakwaan Jaksa penuntut umum atas dasar proses
penangkapan terhadap Dedi tidak beralasan secara hukum, karena tidak ada bukti
permulaan yang cukup untuk menetapkan Dedi sebagai tersangka dan harus di
tangkap, karena proses penangkapan tersebut tidak didahului oleh pemeriksaan alat
bukti yang mengarah kepada Dedi, dalam hal ini saksi pelapor (Aldi kakak korban)
yang pertama kali diperiksa dalam persidangan mengatakan tidak melihat Dedi dan
tidak ada di TKP, Dedi ditangkap hanya berdasarkan ciri-ciri yang umum,
berdasarkan perkiraan rambut gondrong dan sebagainya dan ciri-ciri tersebut
tidaklah identik dan bukan pula hasil pemeriksaan sebelumnya yang dapat
dipertanggungjawabkan, Tindakan Polisi penangkap dan Penyidik adalah
bertentangan dengan asas non self incrimination dimana memaksa dan mengancam
Dedi untuk mengakui perbuatan yang tidak dilakukannya, jika tidak akan ditembak,
Saksi-saksi yang diajukan oleh penuntut umum diperiksa dalam proses penyidikan
setelah Dedi ditangkap dan diperiksa sebagai tersangka tanpa ada bukti permulaan
yang cukup, hal ini terbukti dengan keterangan Wawan Susanto Als Bowo yang
mengatakan melihat foto Dedi dalam berkas perkara, atas laporan saksi pelapor
sdr. Aldi yang tidak ada di tempat kejadian, Dedi tidaklah terlibat dalam peristiwa
pengeroyokan sebagaimana yang didakwakan,

hal mana dikuatkan dengan

keterangan saksi ade charge Dwi Hastuti, Sulaiman, Mulyadi dan Komariah.
Majelis Hakim Pengadilan Negeri setelah mendengar keterangan Dedi dan
penuntut umum memutuskan/mengadili bahwa Dedi terbukti bersalah melakukan

12

pengeroyokan secara bersama-sama. Setelah putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Timur, penuntut umum, Dedi dan penasehat hukumnya mengajukan banding.
Dalam memori banding penuntut umum mengatakan sependapat dengan putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Timur yang memutuskan Dedi terbukti bersalah
melakukan tindak pidana, tapi keberatan atas hukuman yang dijatuhkan kepada
Dedi karena dinilai terlalu ringan dan belum memenuhi rasa keadilan.
Memori banding yang diajukan Dedi dan penasehat hukumnya menyatakan
keberatan atas Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur bahwa pada pemeriksaan
di tingkat pertama ada kekeliruan. Ada yang kurang lengkap dalam penerapan
hukum acara, putusan pada halaman 48 tidak benar. “Terdakwa telah mengakui
dipersidangan melakukan kekerasan dengan cara memukul dari arah belakang
dengan botol bir sebanyak 2 kali..”, keterangan tersebut bukan keterangan Dedi
dipersidangan, tetapi keterangan Dedi ketika menanggapi saksi polisi Sadino,
dalam konteks keterangan itu diberikan karena Dedi ditekan dan dipaksa mengakui
perbuatan yang tidak dilakukannya.
Jaksa Penuntut Umum tidak dapat menghadirkan saksi verbalitas untuk
menguji bantahan terdakwa. Dedi telah mencabut semua keterangan dalam BAP
karena atas tekanan/paksaan dari penyidik Polri, keterangan dua orang saksi polisi
penangkap tidak memiliki nilai pembuktian karena keterangan tersebut merupakan
testimoni de auditu. Keterangan saksi Wawan Susanto alias Bowo sangat diragukan
kebenarannya dan diduga merupakan kesaksian palsu, pembuktian hanya
berdasarkan keterangan satu orang saksi (unnus testis nullus testis). Keterangan
saksi ade charge melihat dan bertegur sapa dengan Dedi sepulang mengojek di
13

sekitar rumahnya, itu bertepatan dengan tempus delicti peristiwa yang didakwakan,
keterangan saksi ade charge yang melihat peristiwa, menerangkan tidak melihat
adanya Dedi. Penerapan pasal 170 ayat (2) ke 3 KUHP tidak tepat dan keliru karena
ketujuh pelaku lainnya bersifat DPO.Setelah mengajukan memori banding
penasehat hukum Dedi mengajukan kontra memori banding yang isinya senada
dengan memori banding
Setelah majelis hakim Pengadilan Tinggi memeriksa dan meneliti dengan
seksama berkas perkara beserta turunan resmi Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Timur tanggal 13 April 2015 nomor 1204/Pid.B/2014/PN.Jkt,Tim, dan telah
membaca, memperhatikan, memori banding yang diajukan oleh Penuntut Umum
dan Penasehat Hukum Dedi, Majelis Hakim memutuskan Dedi tidak terbukti secara
sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana.

14

BAB III
MASALAH HUKUM

Berdasarkan uraian-uraian di atas, terdapat masalah hukum yaitu, Bagaimanakah
keyakinan hakim dalam mengambil keputusan terhadap pembuktian perkara pada
kasus tindak pidana kekerasan jika terdapat keterangan saksi yang saling
berlawanan?

15

BAB IV
RINGKASAN PUTUSAN

Dalam bab ini akan diuraikan ringkasan putusan hakim dari Pengadilan
Negeri nomor 1204/Pid.B/2014/PN.Jkt.Tim. Tanggal 13 april 2015, Pengadilan
Tinggi nomor 142/PID/2015/PT.DKI. Tanggal 26 juni 2015.
A.Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur
Dalam kasus keyakinan hakim dalam mengambil keputusan terhadap
pembuktian perkara pengeroyokan ini Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta
Timur pada sidangnya tanggal 6 april 2015 telah memberikan putusan sebagai
berikut:
1.

Menyatakan terdakwa yang bernama : Dedi tersebut diatas, terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “ Dengan Terangterangan Dan Dengan Tenaga Bersama Menggunakan Kekerasan
Terhadap Orang Sehingga Mengakibatkan Maut ” sebagaimana tersebut
dalam dakwaan primair

2.

Menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karena itu dengan pidana
penjara selama : 2 (dua) tahun

3.

Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani
terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan

4.

Menetapkan terdakwa tetap ditahan

16

5.

Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.
2.000,- (dua ribu rupiah)

B.Putusan Pengadilan Tinggi
Dedi dan penasehat hukumnnya menolak putusan Pengadilan Negeri
Jakarta Timur dan mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi DKI yang kemudian
memberikan putusan sebagai berikut:
1.

Menerima permintaan banding dari penuntut umum dan terdakwa

2.

Membatalkan

putusan

pengadilan

negeri

jakarta

timur

nomor

1204/Pid.B/2014/PN.Jkt.Tim,tanggal 13 april 2015
3.

Menyatakan terdakwa dedi tidak terbukti secara sah dan menyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dalam dakwaan penuntut
umum

4.

Membebaskan terdakwa dari dakwaan penuntut umum tersebut

5.

Memerintahkan terdakwa dikeluarkan dari tahanan

6.

Menyatakan terdakwa dipulihkan dalam kemampuan,kedudukan,dan
harkar serta martabatnya

7.

Membebankan biaya perkara pada negara

17

BAB V
PERTIMBANGAN HUKUM
A.Pertimbangan hukum Pengadilan Negeri Jakarta Timur
Adapun pertimbangan pertimbangan hukum yang digunakan oleh Majelis
Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur dalam rangka menetapkan putusannya
dalam kasus keyakinan hakim dalam mengambil keputusan terhadap pembuktian
perkara pengeroyokan ini adalah sebagai berikut :
1. Terdakwa telah didakwa oleh penuntut umum dengan dakwaan
subsideritas dan dakwaan primer maka majelis terlebih dahulu
mempertimbangkan dakwaan primer, sebagaimana diatur dalam pasal 170
ayat (2) ke 3 KUHP yaitu unsur-unsurnya yaitu: barang siapa, dengan
terang-terangan dan dengan tenaga bersama, dan dengan menggunakan
kekerasan terhadap orang sehingga mengakibatkan maut
2. Selanjutnya Majelis mempertimbangkan unsur-unsur tersebut. unsur
Barang Siapa, dimaksudkan manusia sebagai subjek hukum,dengan
demikian menjadi jelas bahwa yang dimaksud dengan unsur Barang Siapa
dalam hal ini adalah diri Terdakwa, yang ada dimuka persidangan saat ini,
sedangkan apakah benar ia dapat dinyatakan telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan suatu tindak pidana sebagaimana
didakwakan oleh Penuntut Umum, tentunya akan dipertimbangkan
terlebih dahulu apakah keseluruhan unsur-unsur dari Pasal-Pasal

18

ketentuan pidana yang didakwakan kepadanya, telah terbukti secara sah
dan menyakinkan dalam perbuatannya.
3. Unsur dengan terang-terangan dan dengan Tenaga bersama, Pengertian
secara terang-terangan berarti tidak secara sembunyi-sembunyi dan
tentunya orang lain dapat melihatnya serta secara bersama-sama dapat
diartikan dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama hal
tersebut terbukti dari fakta hukum dipersidangan yang berupa pengakuan
dimuka Persidangan pada saat Ketua Majelis Hakim menanyakan tentang
kebenaran keterangan Saksi Sadiono tentang pemukulan yang dilakukan
Terdakwa dengan tegas Terdakwa mengatakan bukan 3 kali memukul
korban tetapi 2 kali dikuatkan adanya keterangan Saksi Wawan Susanto
alias Bowo yang berprofesi sebagai kenek 06 A yang melihat langsung
kejadian Pengeroyokan Pada Hari Kamis Tanggal 18 September 2014
sekira pukul 21.30 di depan PGC Cililitan Kecamatan Kramat Jati Jakarta
Timur dari jarak 3 Meter karena sedang duduk didalam angkot dan melihat
Terdakwa dan kawan2nya memukul Korban M Ronal dari arah belakang.
Hal tersebut membuktikan adanya pengeroyokan yang dilakukan terdakwa
bersama-sam kawan-kawannya yang sampai saat ini belum tertangkap
akan tetapi terdakwa walaupun hanya dua kali memukul korban tetap
Terdakwa telah terbukti dengan secara terang-terangan dan dengan tenaga
bersama melakukan Pengeroyokan. Unsur menggunakan kekerasan
terhadap orang sehingga mengakibatkan maut Pengertian dari Melakukan
“ Kekerasan “ adalah menggunakan tenaga atau kekuatan jasmani sekuat

19

mungkin secara tidak sah, misalnya memukul dengan tangan atau dengan
segala macam senjata, menyepak, menendang, dan sebagainya yang
menyebabkan orang yang terkena tindakan kekerasan merasa sakit yang
sangat. Hal tersebut telah terungkap dipersidangan Terdakwa telah
mengakui dipersidangan melakukan kekerasan dengan cara memukul dari
arah belakang dengan botol bir sebanyak 2 kali hal tersebut dilihat oleh
saksi Wawan Santoso alias Bowo ( Kenek angkot nomor 06 A ) yang pada
saat itu sedang duduk didalam angkot yang jaraknya dari tempat kejadian
hanya 3 meter sehingga dapat melihat dengan jelas Terdakwa dan kawankawannya sedang memukul korban walaupun terdakwa akhirnya tidak
mengakui dengan alasan pada saat kejadian terdakwa tidak berada
ditempat kejadian hal tersebut adalah merupakan usaha untuk tidak mau
bertanggung jawab atas perbuatannya.
4. Dipersidangan juga dihadirkan Saksi A de Charge oleh Penasehat Hukum
Terdakwa yang memberikan keterangan dibawah sumpah Dewi astuti
yang menerangkan sepulang jualan sekitar Jam.21.00 Wib, naik angkot T15A, dan melihat keributan ada seseorang sedang dibawa oleh lebih dari 2
(dua) orang yang kemudian seseorang tersebut dipukuli bersama-sama dan
pada saat itu saksi tidak melihat terdakwa tetapi melihat Dodi dan Maksi
yang memukuli korban, Saksi Sulaeman memberikan keterangan melihat
pada saat kejadian yang diawali dengan terikan maling oleh Erik salah satu
pelaku pengeroyokan sebelumnya saksi melihat korban menghindari
kejaran pelaku dengan cara berpindah-pindah angkot dan juga naik diatas

20

angkot kemudian saksi melihat korban dipukuli oleh Erik dan kawankawannya tetapi saksi tidak melihat terdakwa dan saksi Komariah yang
tidak melihat kejadian tersebut tetapi saksi komariah sempat menegur
Terdakwa pada saat pulang ngojek dan Mulyadi adalah teman terdakwa
yang berprofesi sebagai tukang ojek yang juga tidak melihat kejadian
tetapi bertemu terdakwa setelah pulang ngojek
5. Saksi-saksi A De Charge yang diajukan oleh Penasehat hukum terdakwa
yang mengaku melihat kejadian tersebut dan tidak melihat Terdakwa
ditempat kejadian hal tersebut bukanlah merupakan bukti yang kuat karena
Terdakwa mengakui dengan tegas telah memukul sebanyak 2 kali
dipersidangan dengan botol bir hal tersebut adalah merupakan pengakuan
dimuka persidangan dan dikuatkan dengan saksi Wawan Susanto alias
Bowo yang melihat sendiri pada saat kejadian Terdakwa memukul Korban
dari arah belakang.
6. Walaupun Terdakwa tidak mengakui akan perbuatannya dengan alibi tidak
pergi ketempat kejadian dan hanya berada dirumah hal tersebut telah
terbantahkan dengan pernyataan Terdakwa sendiri dimuka persidangan
yang mengakui telah memukul Koraban sebanyak 2 kali ketika Majelis
Hakim mengkonfrontir keterangan Saksi Sadiono
7.

bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 170 ayat (2) ke 3 KUHP telah
terpenuhi, maka Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah
dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan

21

dalam dakwaan primer,oleh karena dakwaan primer telah terbukti maka
dakwaan subsider dan seterusnya tidak perlu dipertimbangkan lagi.
8. bahwa Majelis Hakim pada pokoknya sependapat dengan tuntutan dari
Jaksa Penuntut Umum bahwa para terdakwa terbukti bersalah melakukan
tindak pidana, namun tidak sependapat mengenai pemidanaan yang patut
dijatuhkan kepada para terdakwa tersebut, mengingat Majelis Hakim
dalam memutus perkara ini berdasarkan pada pertimbangan dengan
memperhatikan keadilan sesuai peraturan perundang-undangan (legal
justic), keadilan sesuai keinginan masyarakat (social justic) dan keadilan
sesuai kebenaran hakiki (moral justic) serta memperhatikan pula hal-hal
yang memberatkan dan meringankan para terdakwa tersebut sehingga adil
kiranya apabila Majelis Hakim menjatuhkan pidana penjara terhadap
terdakwa
9. bahwa oleh karena dalam pemeriksaan perkara ini terhadap diri para
terdakwa telah dikenakan penahanan yang sah, maka sesuai Pasal 22 Ayat
(4) KUHAP oleh Majelis Hakim berpendapat bahwa masa penahanan
yang telah dijalani oleh para terdakwa harus dikurangkan seluruhnya dari
pidana yang dijatuhkan, oleh karena Terdakwa dinyatakan telah terbukti
bersalah, maka Terdakwa haruslah dijatuhi pidana sesuai dengan
kesalahannya, karena Terdakwa dinyatakan terbukti bersalah maka
Terdakwa harus pula dibebani membayar ongkos

B.Pertimbangan Hukum Pengadilan Tinggi

22

Pada tingkat banding, Pengadilan Tinggi dalam memutuskan kasus
keyakinan hakim dalam mengambil keputusan terhadap pembuktian perkara
pengeroyokan ini memberikan pertimbangan hukum sebagai berikut:
1.

Keterangan saksi-saksi baik yang diajukan oleh penuntut umum maupun
yang diajukan oleh Dedi dan surat berupa visum et repertum mendapatkan
fakta bahwa: hari kamis tanggal 18 september jam 19.30 wib terjadi
pengeroyokan terhadap M Ronal, kejadian tersebut di daerah PGC tempat
mangkal ojek dimana Dedi juga mangkal di tempat tersebut, berdasarkan
VER M Ronal meninggal akibat kekerasan tumpul di kepala dan batang
otak, sehingga menyebabkan perdarahan yang terjadi pada otak dan batang
otak.

2.

Berdasarkan hasil Visum Et Repertum Rumah Sakit Bhayangkara Tk I R.
Said Sukanto tanggal 19 September 2014, terdapat luka memar di dahi
kanan dan kiri, kelopak atas dan bawah mata kiri, puncak bahu kiri dan
pipi kiri akibat kekerasan tumpul, didapat luka lecet pada pelipis kiri dan
kanan, pipi kanan, lengan kiri atas, siku kiri kanan,lengan kanan atas
bawah, tungkai atas, lutut kanan kiri, punggung kaki kiri, punggung atas
kiri, pinggang kanan belakang akibat kekerasan tumpul. Dari hasil
pemeriksaan dalam didapatkan kemerahan pada lubang saluran makanan,
memar pada paru belakang kanan dan kiri, memar pada limpa, hati bagian
kanan belakang, batang otak terdapat dan hampir pada seluruh pembuluh
darah otak terdapat pelebaran pembuluh darah dan ditemukan pendarahan
pada otak sebanyak dua puluh tiga gram. Sebab kematian karena kekerasan

23

tumpul di kepala dan batang otak, sehingga menyebabkan pendarahan
yang terjadi pada otak dan batang otak.
3.

Dedi menyangkal ikut memukul dengan dalih sudah pulang dan tidak
berada di tempat kejadian, keterangan Dedi tersebut sesuai dengan
keterangan saksi-saksi Dewi Astuti, Sulaiman, Komariah dan Mulyadi

4.

Berdasarkan keterangan saksi Wawan Susanti alias Bowo yang melihat
kejadian dari jarak tiga meter dan melihat Dedi ikut memukul, bahwa
keterangan saksi yang menangkap Dedi polisi bernama Sadiano yang
menerangkan bahwa Dedi menerangkan telah memukul tiga kali kepada
M Ronal, keterangan tersebut disangkal oleh Dedi bahwa ia memukul dua
kali, keterangan saksi-saksi tersebut tidak dapat dijadikan bukti yang
membenarkan Dedi ikut memukul M Ronal, karena keterangan saksi
Sadiano menerangkan, bahwa Dedi memukul menggunakan botol
sedangkan Saksi Bowo menerangkan Dedi memukul dengan tangan
kosong, sehingga keterangan tersebut tidak ada kesesuaian, sedangkan
keterangan saksi Kusnasi dan saksi Budi Priyanto tidak hadir di
persidangan, sehingga keterangan berita acara pemeriksaan di Kepolisian
tanpa disumpah dibacakan dalam persidangan dan keterangan tersebut
disangkal oleh Dedi, bahwa keterangan saksi yang tidak disumpah,
meskipun sesuai satu dengan yang lain, kemudian keterangan tersebut
dibacakan di persidangan, tidak menjadi alat bukti, apalagi keterangan dua
orang saksi tersebut disangkal oleh Dedi (pasal 185 ayat (7) KUHAP),

24

karena itu keterangan dua orang saksi tersebut tidak dapat dijadikan bukti
yang membenarkan Dedi ikut melakukan pemukulan kepada M Ronal.
5.

Dakwaan primair yang pertama sama dengan unsur dakwaan subsidair,
oleh karena itu Dedi dinyatakan tidak terbukti secara sah dan menyakinkan
bersalah.maka Dedi harus dibebaskan dari dakwaan.

6.

Berdasarkan pertimbangan diatas maka Majelis Hakim Pengadilan
Tingkat banding berpendapat bahwa putusan Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Jakarta Timur nomor:1204/Pid.B/2014/PN.Jkt.Tim, tanggal 13
April 2015, tidak dapat dipertahankan dan harus dibatalkan

25

BAB VI
ANALISIS

Keyakinan hakim dalam mengambil keputusan terhadap pembuktian perkara pada
kasus tindak pidana kekerasan jika terdapat keterangan saksi yang saling
berlawanan.
Putusannya Nomor 1204/Pid.B/2014/PN.Jkt.Tim tanggal 6 April 2015,
Pengadilan Negeri Jakarta Timur memutuskan Dedi terbukti secara sah dan
menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pengeroyokan. Sedangkan dalam
putusan No. 142/PID/2015/PT.DKI 26 Juni 2015 Pengadilan Tinggi Jakarta Timur
yang dalam putusannya menyatakan terdakwa tidak terbukti secara sah bersalah
melakukan tindak pidana kekerasan.
Penulis sependapat dengan Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Timur yang
telah membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur berdasarkan atas
pertimbangan bahwa alat bukti yang di miliki oleh jaksa penuntut umum tidak
memenuhi pasal 183 KUHAP bahwa “hakim tidak boleh menjatuhkan pidana
kepada seorang, kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang
sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan
bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”.
Alat bukti yang di ajukan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) di muka
persidangan Pengadilan Negeri Jakarta Timur adalah berupa keterangan saksi dan
surat. Saksi-saksi yang dimiliki oleh JPU antara lain sebagai berikut:

26

1. Aldi (kakak korban)
Aldi merupakan kakak korban yang sama sekali tidak mengetahui
peristiwa pengeroyokan tersebut secara langsung, namun dia diberitahu
oleh wawan alias bowo bahwa peristiwa tersebut terjadi pada pukul
21.00 di PGC Clilitan Jakarta Timur. Menurut informasi dari wawan
yang mengeroyok M Ronal ada sembilan orang yang diantaranya adalah
Musa, Hendrik, dan lainnya yang aldi tidak kenal, termasuk Dedi
(terdakwa) sebelum diberitahu oleh penyidik.
2. Sadiano (penyidik polri)
Sadiano merupakan saksi penyidik yang juga bertugas mennagkap
terdakwa di depan PGC Cililitan Jakarta Timur pada tanggal 25
september 2014 pukul 12.00 WIB. Saksi sendiri tidak melihat peristiwa
pengeroyokan, namun mendapat informasi bahwa korban merupakan
sopir mikrolet 06-A sehingga langsung mencari informasi ke tempat
tongkrongan sopir mikrolet 06-A di warung Padang. Saksi mendengar
omongan orang lain yang tidak dikenal bahwa ciri-ciri pengeroyok
adalah tinggi, putih, gondrong, dan berprofesi sebagai tukang
ojek.Setelah menangkap, terdakwa dibawa dengan mobil avanza serta
membawa surat tugas yang ditunjukkan kepada terdakwa. Selama
perjalanan, terdakwa mengaku memukul korban sebanyak tiga kali
dengan menggunakan botol, yang disebabkan oleh rebutan penumpang
mikrolet 06-A. Saksi tidak melakukan kekerasan terhadap terdakwa
ketika melakukan penangkapan.

27

3. Tarso (penyidik polri)
Tarso merupakan saksi penyidik yang tidak mengetahui peristiwa
pengeroyokan secara langsung. Berdasarkan informasi dari Kanit saksi
bahwa korban dan terdakwa sama-sama berprofesi sebagai sopir angkot
mikrolet 06-A. Kemudian saksi mengadakan penyelidikan dari
peristiwa tersebut di sekitar lokasi kejadian di PGC Cililitan Jakarta
Timur selama kurang lebih empat hari dan mendapatkan ciri-ciri pelaku
antara lain:berkulit putih, tinggi, gondrong, memakai topi terbalik, dan
berprofesi sebagai tukang ojek. Setelah diselidiki, pada tanggal 25
september 2014 sekitar pukul 12.00 WIB, terdakwa berhasil di tangkap
berdasarkan ciri-ciri yang telah didapat, dan langsung diintrogasi di
dalam mobil. Selama introgasi, didapatkan bahwa terdakwa mengakui
perbuatannya dengan memukul korban menggunakan botol bir
sebanyak tiga kali di bagian leher dan kepala. Saksi dalam
mengintrogasi terdakwa tidak melakukan kekerasan.
4. Wawan susanto alias bowo (kenekangkot)
Wawan merupakan kenek mikrolet 06-A yang juga berprofesi sebagai
kru film telah melihat sendiri peristiwa pengeroyokan terhadap korban
sekitar pukul 21-30 WIB di depan PGC Cililitan Jakarta Timur, dengan
terdakwa sebagai salah satu pelaku. Pada saat kejadian terjadi, saksi
sedang berhenti untuk mencari sewa penumpang, dengan jarak tiga
meter dari kejadian tersebut. Saksi melihat terdakwa memukul korban
dengan tangan kosong sebanyak empat kali. Awalnya saksi tidak

28

mengenal terdakwa, namun baru kenal dengan terdakwa setelah
ditunjukkan foto terdakwa oleh polisi.
5. Kusnadi (sopir angkot)
Kusnasi merupakan sopir angkot yang melihat peristiwa pengeroyokan
yang terjadi pada hari kamis 18 september 2014 sekitar pukul 21.30
WIB di jalan Letjen Sutoyo dekat PGC Cililitan Jakarta Timur. Saksi
tidak mengenal korban, namun mengetahui nama korban setelah
diberitahu di kantor polisi. Terhadap pelaku yang kurang lebih
berjumlah lima orang, saksi juga tidak mengenalnya, namun masih ingat
wajah-wajah para pelaku dan membenarkan salah satu pelaku
pengeroyokan adalah terdakwa (Dedi). Saksi mengetahui peristiwa
tersebut karena saksi sedang berhenti mencari penumpang, tiba-tiba
saksi melihat ada sopir angkot 06-A yang ribut di depan Mall PGC
Cililitan arah Cawang. Tidak lama setelah itu, saksi melihat ada orang
yang dikejar sambil diteriaki copet, dan kemudian orang tersebut
dipukuli, ditendang, dan dijambak secara bersama-sama oleh para
pelaku, lalu saksi langsung pergi meninggalkan tempat kejadian karena
situasinya ramai.
6.

Budi priyanto (sopir angkot)
Budi priyanto merupakan sopir angkot yang melihat peristiwa
pengeroyokan yang terjadi pada hari kamis 18 september 2014 sekitar
pukul 21.30 WIB di jalan Letjen Sutoyo dekat PGC Cililitan Jakarta
Timur. Saksi tidak mengenal korban, namun mengetahui nama korban

29

setelah diberitahu di kantor polisi. Terhadap pelaku yang kurang lebih
berjumlah lima orang, saksi juga tidak mengenalnya, namun masih
ingat wajah-wajah para pelaku dan membenarkan salah satu pelaku
pengeroyokan adalah terdakwa (Dedi). Saksi mengetahui peristiwa
tersebut karena saksi sedang berhenti mencari penumpang, tiba-tiba
saksi melihat ada sopir angkot 06-A yang ribut di depan Mall PGC
Cililitan arah Cawang. Tidak lama setelah itu, saksi melihat ada orang
yang dikejar sambil diteriaki copet, dan kemudian orang tersebut
dipukuli, ditendang, dan dijambak secara bersama-sama oleh para
pelaku, lalu saksi langsung pergi meninggalkan tempat kejadian karena
situasinya ramai.
Majelis hakim Pengadilan Negeri menilai bahwa saksi Aldi, Sadiano, dan
Tarso masih memiliki kekuatan pembuktian sebagai saksi di persidangan karena
pengertian saksi telah diperluas oleh putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
65/PUU-VIII/2010

Pengujian Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang

hukum acara pidana diperluas menjadi “orang yang dapat memberikan keterangan
dalam rangka penyidikan, penuntutan, dan peradilan suatu tindak pidana yang tidak
selalu ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri”.Selain itu saksi Sadiano
dan Tarso di hadirkan dalam persidangan berfungsi sebagai saksi verbalisan.
Berdasarkan Pasal 1 angka 26 kitab undang-undang hukum acara
pidana (KUHAP), adalah “orang yang dapat memberikan keterangan guna
kepentingan penyidikan,penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana
yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri”, walaupun putusan

30

Mahkamah Konstitusi Nomor 65/PUU-VIII/2010 memperluas definisi saksi dalam
KUHAP, dapat penulis simpulkan bahwa keterangan saksi Aldi, Sadiono, dan
Tarso tidak dapat diterima di depan persidangan karenaAldi merupakan saudara
dari korban yang mengakibatkan keterangan saksi Aldi tidak dapat di terima.
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 168 ayat (2) KUHAP bahwa Saudara dari
terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau bapak, juga
mereka yang mempunyai hubungan karena perkawinan dan anak-anak saudara
terdakwa sampai derajat ketiga, sedangkan Sadiono dan Tarso yang merupakan
saksi penyidik yang dihadirkan di depan persidangan berdasarkan Putusan
Mahkamah Agung Nomor 1531/K/Pid.Sus/2010 yang menyatakan: “Bahwa pihak
kepolisian dalam pemeriksaan a quo mempunyai kepentingan terhadap perkara agar
perkara yang ditanganinya berhasil di pengadilan, sehingga keterangannya pasti
memberatkan atau menyudutkan bahwa bisa merekayasa keterangan. Padahal yang
dibutuhkan sebagai saksi adalah orang yang benar-benar diberikan secara bebas,
netral, objektif dan jujur (vide Penjelasan Pasal 185 ayat (6) KUHAP)”, sehingga
keterangan saksi Sadiano dan Tarso patut diduga sarat akan kepentingan dan tidak
mempunyai kekuatan hukum yang kuat.
Saksi selanjutnyayang dimiliki oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) adalah
Saksi Kusnadi dan Budi yang sebelumnya diperiksa oleh penyidik dalam BAP
sebagai saksi tidak dapat dihadirkan di depan

Dokumen yang terkait

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Hukuman Kepada Anak Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Pontianak Nomor: I/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Ptk dan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 2/Pid.Sus-Anak/2014/PN.Mdn)

2 81 104

Suatu Telaah Terhadap Proses Pengajuan Grasi Terhadap Putusan Pidana Mati Berdasarkan UU RI No. 22 Tahun 2002 Tentang Grasi (Studi Kasus PUTUSAN Pengadilan Negeri Lubuk Pakam No.513/PID. B/1997/PN. LP)

0 64 77

Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Pidana Bersyarat (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 5.089/Pid.B/2006/PN.Medan)

2 139 75

Peranan Dokter Dalam Pembuktian Perkara Pidana (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan)

1 57 110

Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan)

3 130 140

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN TERHADAP PELAKU DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI BANTUL (STUDI KASUS PERKARA NOMOR 223/PID.B/2014/PN.BTL).

3 58 10

SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN TERHADAP PELAKU DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI BANTUL (STUDI KASUS PERKARA NOMOR 223/PID.B/2014/PN.BTL).

0 2 12

DISPARITAS PIDANA DALAM PUTUSAN PERKARA TINDAK PIDANA PENCURIAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN Disparitas Pidana Dalam Putusan Perkara Tindak Pidana Pencurian Di Pengadilan Negeri Klaten (Studi Kasus Putusan No.97/Pid.B/2013/Pn.Klt Dan Putusan No.53/Pid.B/

0 2 20

TINJAUAN TERHADAP PUTUSAN HAKIM DALAM PERKARA TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI PENGADILAN NEGERI BUKITTINGGI.

0 2 6

DISPARITAS PUTUSAN HAKIM DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN (STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SUNGGUMINASA)

0 0 142