PENGARUH VOLUME USAHA, MODAL PINJAMAN DAN MODAL SENDIRI TERHADAP SISA HASIL USAHA KOPERASI DI SELURUH KABUPATEN/KOTA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERIODE 2009-2014
THE INFLUENCE OF BUSINESS VOLUME, LOAN CAPITAL AND OWN CAPITAL ON ADDED VALUE OF COOPERATIVES IN ALL OF CITIES WEST NUSA
TENGGARA PERIOD 2009-2014
Disusun Oleh :
BAIQ INTAN PUJIANA
20120430050
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(2)
i
THE INFLUENCE OF BUSINESS VOLUME, LOAN CAPITAL AND OWN CAPITAL ON ADDED VALUE OF COOPERATIVES IN ALL OF CITIES WEST NUSA
TENGGARA PERIOD 2009-2014
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh :
BAIQ INTAN PUJIANA 20120430050
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(3)
v
Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan doa, dukungan, kasih sayang dan perhatiannya serta yang tak pernah lelah untuk selalu memberikan yang terbaik.
Saudara-saudaraku tercinta yang selalu mendukung serta mengasihi tanpa pamrih (Kak Emon, Kak Ondox, Kak Yen, Kak Budi, Kak Aces).
Teman-teman yang sudah baik hati memberikan dukungan dan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Kepada Nurhikmah Amalia, Reni Apriani, M. Khoirurozikin, Bhetari Febianda, Fredy Susanto dan Fenny. Dengan Bantuan dan semangat mereka skripsi ini menjadi lebih mudah dalam penyelesaiannya.
Lingkungan kos dan juga para penghuninya yang sudah memberikan rasa nyaman dan damai.
Kepada Almamaterku terhebat, terunik dan pemberi banyak tantangan serta pelajaran, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
(4)
2009a014 ,-a '
TEE INFLWNCE
Or
frr[r,TgS YOL(TtrIE, LOAN CAPITALAND OVNcrlPrrAl
oNArrDErrtlAlw
oFcoopHnnnws
rNALL oFunns
WEST
NAM
TENGGAN,4 PENIOD 2OOL.2O1 1Telah disetujui Dosen
Pembimbing
(5)
2009-2014
THE INFLAENCE OF BUSINESS VOLUME, LOAN CAPITAL AND OWN CAPITAL ON ADDED VALUE OF COOPERATIWS IN ALL OF CITIES
WEST NUSA TENGGARA PERIOD 2009.2014
Diajukan oleh
BAIQ INTAI\ PUJIANA 20120430050
Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan
Dewan Penguji Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhamadiyah Yogyakarta
Tanggal, 26 November 2016
Ketua Tim Penguji
ilt
Dr. Masyhudi Muqarobin, M.Sc., Akt
S.E,., M.Si
woto, S.E., M.Si 199202143016
(6)
Nama
Nomor Mahasiswa
: Baiq Intan Pujiana
:20120430050
Menyatakan bahwa skripsi
ini
dengan judul *PENGARUH VOLUME USAHA,MODAL PINJAMAN DAN
MODAL
SENDIRI TERIIADAP SISA HASILUSAIIA KOPERASI
DI
SELURT]H KABT}PATEN/KOTA PROVINSI NUSATENGGARA BARAT PERIODE 2009-2014'tidak terdapat karya yang pernah di
ajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan
di
suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernahditulis atau diterbitkan oleh orang laino kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
(7)
ix
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
INTISARI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1
B. BATASAN MASALAH ... 5
C. RUMUSAN MASALAH ... 6
D. TUJUAN PENELITIAN ... 6
E. MANFAAT PENELITIAN ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Landasan Teori ... 8
1. Koperasi ... 8
a. Pengertian Koperasi ... 8
b. Tujuan Koperasi ... 10
c. Prinsip Koperasi ... 11
d. Fungsi Koperasi ... 11
e. Peranan Koperasi ... 13
2. Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi ... 15
a. Pengertian Sisa Hasil Usaha ... 15
b. Perhitungan Sisa Hasil Usaha ... 17
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi SHU Koperasi ... 21
d. Modal Koperasi ... 22
3. Volume Usaha ... 23
4. Modal Pinjaman ... 25
a. Pengertian Modal Pinjaman Koperasi ... 25
b. Sumber Modal Pinjaman Koperasi ... 26
5. Modal Sendiri ... 27
a. Pengertian Modal Sendiri Koperasi ... 27
(8)
x
c. Pengaruh Modal Sendiri Terhadap SHU ... 32
B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 33
C. Kerangka Berfikir ... 35
D. Hipotesis ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
A. Populasi dan Sampel ... 37
B. Jenis dan Sumber Data ... 38
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 38
1. Variabel Penelitian ... 38
2. Definisi Operasional Variabel ... 39
D. Metode Pengumpulan Data ... 40
E. Model Analisis Data ... 40
1. Model Analisis Ekonometrika ... 40
2. Teknik Penafsiran Model ... 44
a. Uji Chow ... 47
b. Uji Hausman ... 48
c. Uji F (Uji Wald) ... 48
d. Uji Asumsi Klasik ... 49
e. Uji Statistik Analisis Regresi ... 54
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 57
A. Gambaran Umum Provinsi NTB ... 57
1. Geografis ... 57
2. Wilayah Administrasi Pemerintahan ... 58
3. Perekonomian ... 59
B. Gambaran Variabel Penelitian ... 60
1. Keadaan dan Perbandingan Volume Usaha Pada Koperasi Kabupaten/Kota NTB ... 60
2. Keadaan dan Perbandingan Modal Pinjaman Pada Koperasi Kabupaten/Kota NTB ... 62
3. Keadaan dan Perbandingan Modal Sendiri Pada Koperasi Kabupaten/Kota NTB ... 64
4. Keadaan dan Perbandingan SHU Pada Koperasi Kabupaten/Kota NTB ... 66
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 69
A. Hasil Penelitian ... 69
1. Uji Heterokedastisitas ... 69
2. Uji Multikolinearitas ... 70
B. Pemilihan Model Analisis ... 70
1. Uji Chow ... 70
2. Uji Hausman ... 71
C. Analisis Model Terbaik ... 72
(9)
xi
(10)
vii
milestone and also locomotives or driving various resources they have an area that can foster and promote the economy in areas including West Nusa Tenggara. Good cooperative is cooperative with the performance of sound. This study aims to determine the effects of business volume, capital loans and own capital to added value of cooperatives (SHU) in the province of West Nusa Tenggara during 2009-2014. The analytical tool used in this research is data panel. The analysis showed that the volume of business has positive and significant impact on added value of cooperative, loan capital and own capital also has positif impact and significant on added value of cooperatives.
Keywords: Added Value of Cooperatives (SHU), Business Volume, Loan Capital, Own Capital.
(11)
vi
perorangan. Koperasi menjdi tonggaka ekonomi dan juga lokomotif atau penggerak berbagai smeuber daya yang dimiliki suatu daerah yang dapat menumbuhkan dan memajukan perekonomian di daerah-daerah termasuk di wilayah Nusa Tenggara Barat. Koperasi yang baik adalah koperasi dengan keragaan yang sehat. Penelitian ini sendiri bertujuan untuk mengetahui pengaruh Volume Usaha, Modal Pinjaman dan Modal Sendiri Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat Periode 2009-2104. Alat analisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah panel. Hasil analisis menunjukkan bahwa Volume Usaha berpengaruh positif dan Signifikan terhadap Sisa Hasil Usaha Koperasi, Modal Pinjaman dan Modal Sendiri secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap Sisa Hasil Usaha Koperasi.
Kata Kunci: Sisa Hasil Usaha (SHU), Volume Usaha, Modal Pinjaman, Modal Sendiri.
(12)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional Indonesia, koperasi menjadi salah satu tulang punggung dan wadah perekonomian bagi rakyat. Asas kekeluargaan yang dimiliki koperasi sangat relevan bagi kekuatan perekonomian. Koperasi merupakan badan hukum sekaligus badan usaha yang memiliki perbedaan sudut pandang, tujuan dan prinsip usaha dengan bentuk badan usaha lainnya.
Di dalam menjalankan usahanya, koperasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bersama para anggotanya, dengan berpegang teguh pada prinsip koperasi yaitu siapa saja bisa menjadi anggota, satu anggota satu suara, pembagian SHU berdasarkan partisipasi anggota, dan balas jasa terhadap modal bersifat terbatas.
Koperasi telah banyak menyumbang sepertiga pasar kredit mikro di Indonesia yang sangat dibutuhkan masyarakat luas dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing. Dengan memperhatikan kedudukan koperasi maka peranan koperasi sangatlah penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta dalam mewujudkan demokrasi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan dan keterbukaan.
(13)
Keberadaan dan pembangunan koperasi perlu diarahkan sehingga dapat semakin berperan dalam perekonomian nasional. Pengarahan koperasi harus benar-benar menerapkan prinsip koperasi dan kaidah ekonomi dalam pengelolannya, sehingga mendorong kegiatan usaha dan berperan utama dalam kehidupan ekonomi rakyat.
Di Indonesia koperasi tumbuh dari tahun ke tahun. Perkembangan ini terjadi pada aspek finansial koperasi seperti volume usaha, modal luar, modal sendiri dan SHU. Setiap koperasi berusaha untuk selalu tumbuh dan berkembang. Sebagai organisasi usaha, maka dalam menjalankan aktivitas usahanya koperasi harus memperoleh keuntungan atau sisa lebih pendapatan setelah dikurangi dengan semua biaya usaha yang dikeluarkan oleh koperasi dalam satu periode akuntansi. Sisa lebih ini dalam koperasi dikenal sebagai Sisa Hasil Usaha (SHU).
Keuntungan atau laba yang diperoleh sebenarnya bukanlah merupakan tujuan utama dari koperasi, akan tetapi laba yang diperoleh ditujukan untuk kelangsungan dan keberhasilan serta kemajuan koperasi itu sendiri di masa yang akan datang. Di dalam koperasi pada hakekatnya tidak dikenal istilah “keuntungan”, dikarenakan kegiatan usaha koperasi memiliki tujuan utama bukan untuk berorientasi mencari keuntungan (non profit oriented) melainkan berorientasi pada manfaat (benefit oriented). Dan pada dasarnya koperasi dikelola dengan tujuan menyejahterakan anggotanya dan masyarakat pada umumnya, tidak mengejar keuntungan semata.
(14)
Perkembangan koperasi dapat dilihat atau ditentukan dari besar kecilnya dana atau modal yang digunakan. Semakin berkembangnya kegiatan usaha koperasi, maka semakin besar pula dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan usaha koperasi. Hal ini berarti semakin besar pula tanggung jawab manajemen (Partomo, 2002). Peranan modal didalam operasional koperasi mempunyai kontribusi yang sangat penting karena tanpa modal yang cukup koperasi tidak akan berjalan dengan lancar.
Faktor modal dalam usaha koperasi merupakan salah satu alat yang ikut menentukan maju atau mundurnya koperasi. Tanpa adanya modal, suatu usaha yang bersifat ekonomis tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Menurut Andjar, dkk (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi SHU terdiri dari dua faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam terdiri dari partisipasi anggota, jumlah modal sendiri, kinerja pengurus, jumlah unit usaha yang dimiliki, kinerja manajer serta kinerja karyawan. Faktor luarnya terdiri dari modal pinjaman dari luar, perilaku konsumen luar selain anggota dan pemerintah.
Menurut Sitio (2002:142), selain faktor modal aktivitas ekonomi koperasi usaha atau kegiatan yag dilakukan koperasi pada dasarnya juga dapat dilihat dari besarya volume usaha koperasi itu sendiri. Volume usaha ini yang kemudian nantinya akan berpengaruh terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) suatu koperasi.
Apabila koperasi dapat meningkatkan perolehan SHU dalam setiap tahunnya dengan sendirinya akan memperkuat struktur finansialnya. Semakin
(15)
besar SHU yang diperoleh koperasi akan meningkatkan kesejahteraan para anggotanya dan masyarakat pada umumnya.
Terlepas dari uraian diatas, NTB, merupakan salah satu provinsi yang pertumbuhann ekonomi daerah dan rakyatnya didukung oleh koperasi. Pada tahun 2011 NTB mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat sebagai salah satu provinsi terbaik pendukung pengembangan koperasi di tanah air.
Koperasi bagi daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu andalan dalam menggerakkan roda perekonomian masayrakat. Sekitar 99 persen pelaku perekonomian di provinsi NTB merupakan badan usaha koperasi, usaha mikro kecil dan menengah, sehingga pengembangan koperasi berkualitas dijadikan sebagai program strategis pemerintah. Pembangunan koperasi sebagai lokomotif atau penggerak sektor rill dan berbagai potensi sumber daya lain yang dimiliki NTB.
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi NTB menyebutkan bahwa pertumbuhan koperasi di NTB cukup signifikan, pada tahun 2012 NTB memiliki sebanyak 3.728 koperasi dengan jumlah anggota sebanyak 658795 orang. Jumlah ini naik sebesar 4,87 persen dibandingkan tahun sebelumnya pada tahun 2011 dimana jumlah koperasi sebanyak 3512 unit.
Hingga tahun 2013, perkembangan koperasi di NTB sangatlah pesat dan juga bisa dikatakan sangat baik. Menurut laporan Asiten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan Setda NTB, diketahui hasil yang diperoleh seluruh koperasi di NTB pada tahun 2013, NTB memilki 3754 unit koperasi
(16)
dengan jumlah anggota 660.766 orang, dan total omzet lebih dari Rp1,9 trliun, dengan siasa hasil usaha yang mencapai besaran Rp540,7 miliar dan melibatkan 31765 orang tenaga kerja. Dan data laopran Badan Pusat Statistik (BPS) NTB 2014, menyebutkan bahwa keanggotaan koperasi sudah mencapai 626.117 orang dengan jumlah unit sebanyak 3.966 koperasi yang tersebar luas di seluruh kabupaten/ kota NTB.
Dengan perkembangan data tersebut dapat dketahui bahwasanya koperasi menjadi penopang utama perekonmian masyarakat di NTB. Berlandaskan uraian teori diatas, maka penulis melakukan penelitian mengenai
“Pengaruh Volume Usaha, Modal Pinjaman dan Modal Sendiri Terhadap Sisa Hasil Usaha Koperasi di Seluruh Kabupaten/Kota Provinsi NTB Periode 2009-2014”.
B. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang telah dipaparkan diatas, maka diperoleh gambaran dimensi permasalahan yang cukup luas. Namun menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan, maka penulis memandang perlu memberi batasan masalah agar penelitian lebih fokus dan tidak melebar. Adapun masalah yang dibatasi oleh penulis adalah pengaruh Volume Usaha, Modal Pinjaman dan Modal Sendiri pada Sisa Hasil Usaha Koperasi di seluruh Kabupaten/Kota NTB tahun 2009 – 2014.
(17)
C. Rumusan Masalah
Agar permasalahan yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan penulisan skripsi mencapai tujan yang diinginkan maka perlu disusun rumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang masalah. Rumusan masalah tersebut antara lain:
1. Apakah Volume Usaha berpengaruh pada Sisa Hasil usaha Koperasi di Provinsi NTB?
2. Apakah Modal Pinjaman berpengaruh pada Sisa Hasil Usaha Koperasi di Provinsi NTB?
3. Apakah Modal Sendiri berpengaruh pada Sisa Hasil Usaha Koperasi di Provinsi NTB?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari peneliti yang ingin dicapai dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh volume usaha koperasi pada Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi di Provinsi NTB.
2. Mengetahui pengaruh modal pinjaman pada Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi di Provinsi NTB.
3. Mengetahui pengaruh modal sendiri pada Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi di Provinsi NTB.
(18)
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak sebagai berikut:
1. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk selajutnya melakukan penelitian yang lebih banyak lagi tentang apa saja yang mempengaruhi sisa hasil usaha suatu koperasi tidak hanya di NTB melainkan daerah lainnya.
2. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi pemerintah ataupun institusi yang terkait, khusunya Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi NTB.
3. Sebagai bahan masukan maupun referensi bagi kalangan akademisi dan peneliti yang sedang mempelajari dan meneliti tentang pengaruh volume usaha, modal pinjaman dan modal sendiri pada sisa hasil usaha koperasi. 4. Sebagai tambahan referensi maupun bahan masukan bagi mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta terutama mahasiswa Ilmu Ekonomi yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.
(19)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Koperasi
a. Pengertian Koperasi
Koperasi berasal dari kata co dan operation dalam bahasa inggris, yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan. Koperasi juga diartikan sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota dengan bekerjasama secara kekeluargaan dalam menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya (Chaniago,1984).
Koperasi merupakan suatu badan usaha yang berbadan hukum dan berlandaskan azas kekeluargaan dan juga azas demokrasi ekonomi serta terdiri dari beberapa anggota di dalamnya. Koperasi juga merupakan salah satu kegiatan organisasi ekonomi yang bekerja dalam bidang gerakan potensi sumber daya yang memiliki tujuan untuk mensejahterakan anggotanya. Sumber daya ekonomi yang ada dalam koperasi terbatas sehingga lebih mengutamakan kesejahteraan dan kemajuan anggotanya terlebih dahulu. Agar suatu koperasi berjalan lancar, koperasi harus bisa bekerja secara efisien dan mengikuti adanya prinsip dan kaidah ekonomi yang ada.
(20)
Dalam Undang-undang perkoperasian nomor 17 tahun 2012 koperasi berarti badan hukum yang didirikan orang perseorangan atau badan hukum koperasi dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama dibidang ekonomi, sosial dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.
Menurut Hadhikusuma (2000:1) koperasi merupakan suatu perkumpulan orang-orang yang bekerja sama dengan bertujuan mensejahterakan anggota koperasi tersebut. Selain itu, koperasi juga memberikan kebebasan masuk atau keluar sebagai anggota sesuai dengan peraturan yang ada.
Definisi koperasi menurut Hatta (dalam Sitio dan Tamba 2001:17) menyatakan bahwa koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasrakan tolong menolong. Semangat tolong menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan, berdasarkan seorang buat semua dan semua buat seorang.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967, koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan beranggotakan orang-orang, badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas asa kekeluargaan (Kartasapoetra dkk, 2001:3).
Landasan koperasi Indonesia merupakan pedoman dalam menetukan arah, tujuan, serta kedudukan koperasi terhadap pelaku-pelauekonomi lainnya
(21)
di dalam sistem perekonomian Indonesia. Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 25/1992 tentang pokok-pokok perkoperasian di Indonesia mempunyai landasan sebagai berikut: Landasan Idil: (Pancasila). Landasan Struktural (Undang-undang Dasar 1945), dan Landasan Mental (Baswir, 1997).
b. Tujuan Koperasi
Koperasi memiliki tujuan yang utama yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi para anggotanya dan juga dimaksudkan untuk pembangunan suatu tatanan perekonomian tertentu. Menurut Baswir (2000:41) dalam konteks Indonesia, pernyataan mengenai tujuan koperasi dapat ditemukan dalam pasa 3 UU No.25/1992. Dalam pasal itu tujuan koperasi Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan para anggota pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya serta ikut membangun suatu tatanan perekonomian nasional dalam rangka usaha untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur lahiriah dan batiniah berdasarkan pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945. Tujuan koperasi Indonesia dalam garis besarnya meliputi tiga hal sebagai berikut:
a) Untuk memajukan kesejahteraan anggotanya b) Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat
(22)
c. Prinsip Koperasi
Sejarah dan perkembangan prinsip koperasi secara Internasional juga mempengaruhi penyusunan prinsip-prinsip koperasi di Indonesia. Sebagaiman dinyatakan dalam pasal 5 ayat 1 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992, koperasi Indonesia melaksanakan prinsip-prinsip koperasi sebagai berikut:
a) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka b) Pengelolaan dilakukan secara demokratis
c) Pembagian sisa hasil usaha dilakuka adil dan sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota
d) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal e) Kemandirian
d. Fungsi Koperasi
Menurut Baswir (dalam Atmaji, 2007) koperasi memiiki dua fungsi antara lain sebagai berikut:
a) Fungsi Koperasi dalam Bidang Ekonomi
Dalam berusaha koerasi lebih berkprimanusiaan artinya tidak semata-mata mencari keuntungan, pembagian SHU lebih adil sesuai dengan jasa anggota terhadap koperasi. Koperasi bukan perkumpulan modal, jadi koperasi harus menghindari praktek monopoli. Dengan motif pelayanan pada anggota maka koperasi menawarkan barang dan jasa dengan harga yang relatif lebih murah tanpa mengabaikan kualitas.
(23)
Koperasi berfungsi meningkatkan penghasilan para anggotanya dengan membagikan keuntungan koperasi kepada para anggotanya sesuai kontribusi yang diberikan anggota kepada koperasi, menyederhanakan sistem tataniaga dengan mengurangi mata rantai perdagangan yang tidak perlu, menumbuhkan sikap jujur dan terbuka dalam pengelolaan perusahaan, menjaga terciptanya keseimbangan antara penawaran dan permintaan dan mendidik masyarakat untuk mengalokasikan pendapatan secara efektif dan efisien.
b) Fungsi Koperasi dalam Bidang Sosial
Dalam bidang sosial koperasi melatih dan mendidik anggotanya untuk mebiasakan diri hidup bekerjasama, memiliki semangat berkorban, membangun tatanan sosial yang berdasarkan rasa persaudaraan, kekeluargaan dan demokratis yang akhirnya dalam masyarakat akan tercipta kehidupan tentram.
Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1967 bagian 2 pasal 4, fungsi koperasi Indonesia (dalam Kartasapoetra dkk, 1991:8) adalah:
(a) Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat (b) Alat pendemokrasian ekonomi nasional
(c) Sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia
(d) Alat pembina insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi bangsa Indonesia serta bersatu dalam mengatur tata laksana perekonomian rakyat.
(24)
e. Peranan Koperasi
Koperasi memiliki peranan sebagai berikut:
a) Meningkatkan taraf hidup sederhana masyarakat Indonesia b) Mengembangkan demokrasi ekonomi Indonesia
c) Mewujudkan pendapatan masyarakat yang adil dan merata dengan cara menyatukan, mebina, dan mengembangkan setiap potensi yang ada.
Undang-Undang No.25 Tahun 1992 Pasal 4, menyatakan bahwa koperasi memiliki fungsi dan peran yaitu:
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi para anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
b. Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya. d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Jika ditinjau lebih dalam ada beberapa perbedaan antara koperasi dengan badan usaha yang lainnya. Dilihat dari segi pengertian koperasi dengan pengertian badan usaha yang lain saja sudah berbeda. Selain itu, ada juga
(25)
beberapa hal yang dapat membedakan antara koperasi dengan badan usaha yang lainnya. Perbedaan itu adalah :
a) Dari segi organisasi, koperasi memiliki perbedaan dengan badan usaha lain. Kekuatan paling tinggi didalam koperasi ada di tangan anggotanya, koperasi juga tidak membeda-bedakan kepentingan anggotanya, sedangkan pada badan usaha lain, anggotanya dibatasi pada orang-orang yang mempunyai modal saja, didalam pelaksanaan kegiatan kekuasaan paling tinggi ada ditangan pemilik modal paling besar.
b) Dari segi tujuan usaha koperasi juga berbeda dengan badan usaha lain. Koperasi bertujuan untuk mensejahterakan semua anggotanya dan melayani anggota secara adil, tidak membeda-bedakan antara anggota yang satu dengan anggota lainnya. Jika pada badan usaha yang lain tujuannya adalah untuk memperoleh suatu keuntungan.
c) Dilihat dari segi sikap hubungan usaha koperasi juga berbeda dengan badan lainnya. Koperasi senantiasa melakukan kerjasama dengan koperasi lainnya, jika badan usaha lain tdak bekerjasama melainkan melakukannya adanya persaingan.
d) Dari segi pengolahan usahapun koperasi berbeda dengan badan usaha lain, jika pada koperasi pengolahan usahanya dilakukan secara terbuka pada semua anggotanya, jika pada badan usaha pengolahan usahanya cenderung lebih tertutup.
(26)
2. Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi a. Pengertian Sisa Hasil Usaha
Sisa Hasil Usaha koperasi dalam bahasa Inggris digunakan istilah (Surplus) merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh di dalam satu tahun buku setelah dikurangi dengan penyusutan-penyusutan dan biaya-biaya dari tahun buku yang bersangkutan (pasal 31 UU No. 12 Tahun 1967).
Sisa hasil usaha ini adalah sebagai berikut (Kartasapoetra dkk, 2001:171) antara lain:
a) Surplus yang diperoleh dari usaha yang diselenggrakan untuk anggota. b) Surplus yang diperoleh dari usaha yang diselenggrakan untuk pihak ketiga.
Menurut Sitio dan dan Tamba (2001: 87) ditinjau dari aspek ekonomi manajerial, sisa hasil usaha (SHU) koperasi adalah selisih dari seluruh pemasukan atau penerimaan total (Total Revenue) dengan biaya-biaya atau biaya total (Total Cost) dalam satu tahun buku setelah dikurangi dengan penyusutan-penyusutan dan biaya-biaya dari tahun buku yang bersangkutan.
Pasal 45 UU No.25 Tahun 1992 (dalam Hadhikusuma 2000:105) menjelaskan tentang penegrtian sisa hasil usaha koperasi yaitu pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya-biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
(27)
Pengertian sisa hasil usaha (SHU) dalam UU No. 25 / 1992 , Bab IX Pasal 45 menyatakan bahwa besarnya sisa hasil usaha (SHU) yang diterima oleh setiap anggota akan berbeda, tergantung besarnya partisipasi modal dan transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi. Dengan pengertian ini, juga dijelaskan bahwa adanya hubungan linear antara transaksi usaha anggota dan koperasinya dalam perolehan SHU. Artinya, semakin besar transaksi (usaha dan modal) anggota dan koperasinya, maka semakin besar pula sisa hasil usaha (SHU) yang akan diterima (Sitio dan Tamba, 2001:87).
Lebih lanjut Sitio dan Tamba menjelaskan bahwa SHU koperasi yang diterima oleh anggota bersumber dari dua kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota sendiri yaitu:
a. SHU atas Jasa Modal
Pembagian ini juga sekaligus mencerminkan anggota sebagai pemilik ataupun investor, karena jasa atas modalnya (simpanan) tetap diterima dari anggota koperasinya sepanjang koperasi tersebut menghasilkan SHU pada tahun buku yang bersangkutan.
b. SHU atas Jasa Usaha
Jasa ini menjelaskan bahwa anggota koperasi selain pemilik juga sebagai pemakai atau pelanggan.
Sisa hasil usaha bersumber dari kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota sendiri yaitu sisa hasil usaha atas jasa modal dan sisa hasil usaha atas jasa anggota. Sisa hasil usaha atas jasa modal adalah anggota sebagai
(28)
pemilik atau investor dari koperasi karena anggota adanya jasa anggota atas jasa modal yang berupa simpanan, jadi sepanjang koperasi tersebut menghasilkan sisa hasil usaha, maka anggota dari koperasi itu akan menerimanya. Sedangkan sisa hasil usaha atas jasa usaha adalah anggota selain menjadi pemilik juga merupakan sebagai pelanggan dan pemakai. Jadi dari jasa yang dilakukan oleh anggota terhadap usaha yang ada pada koperasi tersebut juga akan memperoleh sisa hasil usaha.
Perolehan sisa hasil usaha oleh masing-masing anggota tergantung besar kecilnya partisipasi modal dan tranksaksi ysng dilakukan oleh anggota tersebut terhadap usaha-usaha yang ada pada koperasi. Dengan artian semakin besar partisipasi modal dan transaksi yang dilakukan oleh anggota terhadap koperasi, maka semakin besar pula sisa hasil usaha yang akan diterima oleh anggota tersebut dan juga sebaliknya.
b. Perhitungan Sisa Hasil Usaha
Sisa hasil usaha merupakan pendapatan yang diperoleh koperasi dikurangi dengan biaya-biaya serta kewajiban finansial lainnya. Setelah sisa hasil usaha dikurangi dengan cadangan dahulu, dan selanjutnya dibagikan kepada anggota sesuai dengan jasa yang dilakukan oleh masing-masing anggota koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota (Sitio dan Tamba, 2001:87)
(29)
Sesuai dengan salah satu sendi-sendi dasar koperasi, yang mengatakan pembagian sisa hasil usaha diatur menurut jasa masing-masing anggota, maka pembagian SHU dibedakan antara yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota dan yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk bukan anggota ( Widiyanti dan Sunindhia, 1992:157), yaitu:
a) SHU yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota dibagi untuk:
(a) Cadangan Koperasi.
(b) Anggota sebanding dengan jasa yang diberikannya. (c) Dana Pengurus.
(d) Dana Pegawai/karyawan. (e) Dana Pendidikan Koperasi. (f) Dana Sosial.
(g) Dana Pembangunan Daerah Kerja.
b) SHU yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk bukan anggota dibagi untuk:
(a) Cadangan Koperasi. (b) Dana Pengurus.
(c) Dana Pegawai/karyawan (d) Dana Pendidikan. (e) Dana Sosial.
(30)
Berdasarkan pasal 45 ayat 1 UU No. 25 Tahun 1992 (dalam Partomo dkk, 2002:83), perhitungan akhir tahun yang menggambarkan penerimaan pendapatan koperasi dan alokasi penggunaanya untuk biaya-biaya koperasi dapat dirumuskan sebagai berikut:
SHU = Pendapatan – (Biaya + Penyusutan + Kewajiban Lain + Pajak)
Rumus diatas dapat disederhanakan menjadi: SHU = TR – TC
Sisa hasil usaha merupakan pendapatan total koperasi dari seluruh usaha yang diperoleh dengan biaya-biaya operasional yang dikeluarkan dalam satu tahun yang sama. Dengan demikian sisa hasil usaha tergantung pada dua hal, yaitu volume usaha yang dicapai dan biaya-biaya operasional yang dikeluarkan.
Dari persamaan (SHU = TR – TC) tersebut, maka akan ada tiga kemungkinan yang terjadi, yaitu:
a) Jumlah pendapatan koperasi lebih besar dari jumlah biaya-biaya koperasi sehingga terdapat selisih yang disebut SHU positif, yang berarti kontribusi anggota pada pendapatan koperasi melebihi kebutuhan akan biaya riil koperasi. Kelebihan tersebut dikembalikan oleh koperasi kepada para anggotanya.
(31)
b) Jumlah pendapatan anggota koperasi lebih kecil daripada jumlah biaya-biaya koperasi sehingga terdapat selisih yang disebut SHU negativ atau SHU minus, yang berarti kontribusi anggota koperasi terhadap pengeluaran untuk biaya koperasi lebih kecil dari pendapatan koperasi. Kekurangan kontribusi anggota tersebut ditutup dengan dana cadangan. Dana cadangan diperoleh dari penyisihan SHU yang digunakan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.
c) Jumlah pendapatan koperasi sama dengan jumlah biaya-biaya koperasi sehingga terjadi SHU nihil atau berimbang, yang berarti dimana pengeluaran biaya dan pendapatan koperasi seimbang. Dalam hal ini koperasi harus memperbaiki kinerjanya agar dapat meningkatkan pendapatannya untuk memperoleh SHU positif. Koperasi harus bekerja dan melaksanakan kegiatannya secara efisien baik internal maupun alokasi sumber dayanya.
Sisa hasil usaha yang selalu berkembang adalah sisa hasil usaha yang dari tahun ke tahun terjadi peningkatan. Sisa hasil usaha pada koperasi bersumber dari anggota dan non anggota, maka sisa hasil usaha ini juga akan dibagikan kembali. Pembagian sisa hasil usaha untuk anggota sesuai dengan jasa masing-masing anggota. Jadi pembagian sisa hasil usaha harus sesuai dengan partisipasi anggota, baik itu terhadap modal, transaksi dan usaha koperasi yang lainnya.
(32)
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi
Menurut Iramani dan E. Kristijadi (1997:75), faktor-faktor yang mempengaruhi sisa hasil usaha (SHU) koperasi adalah jumlah anggota koperasi, volume usaha, jumlah simpanan (modal sendiri), jumlah hutang (modal asing).
Sedangkan Atmadji (2007:219) menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi dicerminkan oleh indikator keuangan koperasi seperti, modal sendiri, modal luar, volume usaha dan sisa hasil usaha koperasi. Disamping itu tentu saja indikator non keuangan juga ikut mewarnai perkembangan koperasi itu sendiri seperti, jumlah anggota, jumlah tenaga kerja yang terserap serta jumlah unit koperasi itu sendiri.
Di dalam sebuah koperasi tidak dapat dipungkiri faktor-faktor lain disamping faktor yang memajukan atau melancarkan perekembangan koperasi tentu ada juga faktor yang dapat menghambat perkembangan koperasi diantaranya adalah keterbatasan modal, banyak di kalangan Pembina yang belum mendalami hakikat koperasi, sikap yang tidak konsisten terhadap koperasi, terbatasnya sarana pelayanan rendahnya kesadaran anggota tentang kedudukannya sebagai pemilik dan langganan.
Dengan meningkatkan faktor-faktor yang mempengaruhi sisa hasil usaha (SHU) dan menanggulangi adanya faktor-faktor penghambat perkembangan koperasi, maka sisa hasil usaha yang diperoleh koperasi juga
(33)
akan meningkat, sehingga kesejahteraan anggota koperasi pun akan meningkat. Dengan meningkatnya sisa hasil usaha diharapkan koperasi dapat mampu menjaga kelangsungan hidup koperasi tersebut.
Yang dimaksud sisa hasil usaha (SHU) dalam penelitian ini adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
d. Modal Koperasi
Faktor modal dalam koperasi adalah suatu hal yang digunakan untuk kegiatan usaha koperasi yang datang dari dalam koperasi (intern) maupun dari luar koperasi sendiri (ekstern), modal inilah yang digunakan untuk kegiatan usaha koperasi. Jadi dapat disimpulkan tanpa adanya modal maka tidak akan bisa suatu usaha pada koperasi dijalankan. Modal dalam koperasi dibutuhkan bukan hanya untuk menjalankan usaha yang telah direncanakan koperasi oleh koperasi namun juga untuk keperluan lainnya.
Modal usaha koperasi diutamakan berasal dari anggota, modal anggota bersumber dari simpanan pokok dan simpanan wajib. Hal ini mencerminkan bahwa koperasi sebagai badan usaha yang ingin mendorong diri sendiri dengan kekuatan sendiri. Maka kegiatan usaha tersebut akan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang menguntungkan yang pada akhirnya akan meningkatkan perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU).
(34)
Perkembangan usaha koperasi sangat ditentukan oleh besar kecilnya dana atau modal yang digunakan (Partomo dkk, 2002:76). Semakin berkembangnya kegiatan usaha koperasi dewasa ini serta semakin besar pula dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan usaha koperasi, baik yang berasal dari dana intern (modal sendiri) modal ekstern (modal luar atau pinjaman) maka semakin berarti pula tanggung jawab manajemennya.
Sitio dan Tamba (2001:52) menjelaskan, modal usaha terdiri dari modal investasi dan modal kerja. Modal investasi adalah jumlah uang yang ditanamkan atau digunakan untuk pengadaan secara operasional suatu perusahaan, yang bersifat tidak mudah diuangkan (Inliquid) seperti tanah, mesin, bangunan, peralatan kantor, dan lain-lain. Sedangkan Modal kerja adalah sejumlah uang yang ditanamkan dalam aktiva lancar perusahaan atau yang dipergunakan untuk membiayai operasional jangka pendek perusahaan, seperti pengadaan bahan baku, tenaga kerja, pajak, biaya listrik, dan lain-lain.
3. Volume Usaha
Akumulasi barang dan jasa pada sebuah koperasi yang terjadi selama satu tahun dari awal tahun buku hingga akhir tahun buku, aehingga volume usaha transakasi koperasi dapat diketahui. Volume usaha adalah total nilai penjualan atau penerimaan dari barang dan jasa pada suatu periode atau tahun buku yang bersangkutan (Sitio dan Tamba, 2001:142). Denagn demikian volume usaha koperasi merupakan akumulasi nilai penerimaan barang dan jasa sejak wal tahun buku (Januari) sampai degan akhir tahun buku (Desember).
(35)
Faktor utama yang mendasari untuk mendirikan suatu perusahaan koperasi adalah adanya kesamaan kebutuhan ekonomi baik itu anggota-anggota koperasi secara individu ataupun rumah tangga. Oleh karena itu koperasi melakukan kegiatan usaha koperasi yang mengutamakan pelayanan atau pemenuhan kebutuhan ekonomi anggota. Kegiatan usaha ini tentu diharapkan menjadi sumber keuntungan bagi perusahaan koperasi.
Aktivitas ekonomi koperasi pada hakekatnya dapat dilihat dari besarnya volume usaha koperasi tersebut. Kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh koperasi bisa memberikan manfaat yang sebesar-besarnya terutama bagi anggota koperasi dan masyarakat pada umumnya. Usaha atau kegiatan yang dilakukan tersebut dapat dilihat dari besarnya volume usaha yang nantinya akan berpengaruh terhadap perolehan laba atau sisa hasil usaha koperasi (Sitio dan Tamba, 2001:142).
Faktor utama yang mendasari untuk mendirikan suatu perusahaan koperasi adalah adanya kesamaan kebutuhan ekonomi baik itu anggota-anggota koperasi secara individu ataupun rumah tangga. Oleh karena itu koperasi melakukan kegiatan usaha koperasi yang mengutamakan pelayanan atau pemenuhan kebutuhan ekonomi anggota. Kegiatan usaha ini tentu diharapkan menjadi sumber keuntungan bagi perusahaan koperasi.
Lapangan usaha koperasi telah ditetapkan pada UU No. 25/1992, Pasal 43 (dalam Sitio dan Tamba, 2001: 82) yaitu:
(36)
a) Usaha koperasi adalah usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan anggota untuk meningkatkan bisnis dan kesejahteraan. Pada hal ini, konsep ideal koperasi seperti digambarkan sebelumnya masih seirama dengan ketentuan-ketentuan dalam perundang-undangan.
b) Kelebihan kemampuan pelayanan koperasi dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang bukan anggota koperasi.
c) Koperasi menjalankan kegiatan usaha dan berperan utama disegala bidang kehidupan ekonomi rakyat
4. Modal Pinjaman atau Modal Luar
a. Pengertian Modal Pinjaman Koperasi
Modal luar koperasi merupakan modal yang berasal dari luar koperasi yang bersifat sementara. Bagi koperasi, modal luar tersebut merupakan hutang yang pada waktunya harus dibayarkan kembali. Modal luar koperasi dapat diperoleh dari pinjaman bank atau lembaga keuangan lainnya.
Modal luar atau modal pinjaman merupakan modal koperasi yang diperoleh dari pinjaman-pinjaman. Modal yang terbaik tentunya dalah modal sendiri tanpa adanya pinjaman modal dari yang lainnya. Namun karena modal sendiri terkadang kurang mencukupi untuk pengembangan usaha yang dilakukan koperasi, maka diperlukan bantuan dari luar sebagai pinjaman modal.
(37)
Modal luar digunakan koperasi ntuk pengembangan kegiatan usahanya, koperasi dapat menggunakan modal pinjaman dengan memperhatikan kelayakan dan kelangsungan usahanya.
b. Sumber Modal Pinjaman Koperasi
Modal luar atau modal pinjaman koperasi dapat berasal dari: a) Anggota
Pinjaman dari anggota adalah suatu pinjaman yang diperoleh dari anggota, termasuk calon anggota yang memenhi syarat. Pinjaman yang diperoleh dari anggota koperasi dapat disamakan dengan simpanan sukarela anggota. Kalau dalam simpanan sukarela, maka besar kecil dari nilai yang disimpan tergantung dari kerelaan anggota, sebaliknya dalam pinjaman, koperasi meminjam senilai uang atau yang dapat dinilai dengan uang yang berasal dari anggota.
b) Koperasi lain atau anggotanya
Pinjaman dari koperasi lain atau dari anggotanya didasari dengan perjanjian kerjasama antar koperasi.
c) Bank dan lembaga keuangan lain
Pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jika tidak terdapat ketentuan khusus, koperasi sebagai debitur dari bank atau lembaga keuangan lainnya diperlakukan sama dengan debitur lainya, baik mengenai persyaratan pemberian dan pengembalian kredit maupun prosedur kredit.
(38)
d) Penerbitan obligasi dan hutang lainnya
Dalam rangka mencari tambahan modal, koperasi dapat mengeluarkan obligasi (surat pernyataan hutang) yang dapat dijual ke masyarakat. Sebagai konsekuensinya maka koperasi diharuskan membayar bunga atau pinjaman yang diterima (nilai dari obligasi yang dijual) secara tetap, baik besar maupun kecil. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
e) Sumber lain yang sah
Sumber lain yang sah adalah pinjaman dari bukan anggota yang dilakukan tidak melalui penawaran secara hukum (Subandi, 2010:83-84).
5. Modal Sendiri
a. Pengertian Modal Sendiri
Modal sendiri merupakan modal yang bersumber dari dalam perusahaan itu sendiri. Modal sendiri koperasi dalam penelitian ini adalah simpanan pokok anggota, simpanan wajib anggota, dana cadangan dan donasi/hibah. Suatu perusahaan koperasi yang mempunyai laju pertumbuhan harus menyediakan modal yang cukup untuk membiayai usahanya. Modal yang produktif biasanya menggunakan penghasilan lebih untuk ditanamkan kembali pada saham. Penghasilan setelah pajak dapat digunakan untuk konsumsi atau ditanamkan kembali. Laba bersih yang tidak dikonsumsi akan menambah modal sendiri, sehingga akan mengurangi rasio utang. Selanjutnya,
(39)
pertumbuhan modal sendiri akan meningkatkan konsumsi di masa yang akan datang (Maryati, 2002:60)
Modal sendiri pada koperasi adalah modal yang berasal dari pemilik usaha yang ditanam selama aktivitas usaha dalam jangka waktu yang tidak ditentukan (Nurseto, 2011). Sedangkan menurut Atmadji (2007:224) modal sendiri adalah modal yang menanggung resiko (equity) atau merupakan kumulatif dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah.
Menurut Riyanto (2001:240), modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Oleh karena itu modal sendiri ditinjau dari sudut likuiditas merupakan dana jangka panjang yang tidak tertentu waktunya.
Menurut Tohar (2000:19), modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan yang ditanam untuk jangka tertentu. Modal sendiri selain yang berasal dari luar perusahaan dapat juga berasal dari dalam perusahaan. Modal sendiri yang berasal dari sumber intern berupa cadangan keuntungan yang ditahan, sedangkan modal sendiri yang berasal dari sumber eksternal adalah modal dari pemilik perusahaan atau badan usaha tersebut.
b. Sumber Modal Sendiri Koperasi
Modal sendiri merupakan salah satu modal dalam koperasi yang disebutkan dalam Undang-undang No.25 tahun 1992 pasal 41 ayat 1, yang
(40)
menyatakan bahwa modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.
Modal sendiri tidak selalu tetap, juga terjadi perubahan baik naik maupun turun, tergantung dari jumlah anggota yang ada. Modal sendiri pada koperasi terdiri atas:
a) Simpanan pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan pada saat masuk menjadi anggota oleh setiap anggota kepada koperasi, yang besarnya untuk masing-masing anggota adalah sama (Hadhikusuma, 2000:96). Simpanan pokok ini tidak bisa diambil oleh anggotanya selama anggota tersebut menjadi anggota koperasi. Mengenai jumlah simpanan pokok yang dibayarkan oleh anggota tergantung pada anggaran dasar koperasi yang telah ditetapkan. Simpanan pokok ini ikut menanggung resiko.
b) Simpanan wajib
Simpanan wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang wajib dibayar oleh setiap anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu, yang nilainya untuk masing-masing anggota tidak harus sama (Hadhikusuma, 2000:97). Simpanan wajib ini sama halnya dengan simpanan pokok, yaitu tidak dapat diambil kembali oleh anggota selama yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi. Namun simpanan wajib ini tidak ikut menanggung kerugian.
(41)
c) Dana Cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian jika diperlukan (Hadhikusuma, 2000:97).
Dana cadangan ini tidak boleh dibagikan kepada anggota koperasi, walaupun terjadi pembubaran koperasi. Karena dana ini digunakan untuk membayar hutang-hutang koperasi, menutup kerugian koperasi dan yang lainnya.
d) Hibah/donasi
Hibah merupakan hadiah atau pemberian secara cuma-cuma kepada seseorang atau organisasi. Modal donasi ini merupakan bantuan yang diberikan tanpa ada perjanjian atau syarat apapun dan modal ini digunakan untuk operasional koperasi yang tidak bisa dipindah tangankan.
6. Hubungan Antar Variabel
Hubungan antar variabel dalam penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengaruh Volume Usaha terhadap Sisa Hasil Usaha
Usaha koperasi adalah usaha-usaha yang dijalankan oleh masyarakat dengan tujuan yang sama untuk memenuhi kebutuhannya, maka dari itu didirikan koperasi. Koperasi dalam menunjang kebutuhan anggotanya harus
(42)
melakukan kegiatan usaha. Persewaan dan usaha lainnya sesuai dengan jangkauan modal dan perluasan usaha koperasi.
Setiap menjalankan unit usaha, koperasi memperoleh pendapatan yang nantinya setelah dikurangi dengan beban-beban, penyusustan, kewajiban- kewajiban dan pajak merupakan sisa hasil usaha. Jadi volume usaha adalah total nilai penjualan atau pendapatan yang diperoleh koperasi selama satu tahun buku yang bersangkutan. Semakin besar volume usaha yang diperoleh koperasi maka akan memperbesar sisa hasil usaha. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Iramani (1997) dan Atmadji (2007).
Volume usaha berpengaruh signifikan terhadap perolehan sisa hasil usaha. Semakin besar perolehan volume usaha, maka akan meningkatkan sisa hasil usaha pada koperasi. Hal ini sesuai dengan Prinsip Keadilan yaitu jumlah transaksi koperasi besar, maka perolehan sisa hasil usaha juga akan besar, begitu juga sebaliknya jika jumlah transaksi kecil maka penerimaan sisa hasil usaha juga akan kecil.
b. Pengaruh Modal Luar atau modal Pinjaman terhadap Sisa hasil Usaha
Modal luar adalah modal yang diperoleh dari bantuan atau pinjaman dari pemerintah, koperasi lainnya, lembaga keuangan dan lain-lain.Tetapi modal yang terbaik adalah modal sendiri tanpa adanya pinjaman modal dari yang lainnya. Namun karena modal sendiri kurang mencukupi untuk
(43)
pengembangan usaha yang dilakukan koperasi, maka diperlukanlah bantuan dari luar sebagai pinjaman modal.
Bantuan atau pinjaman yang diperoleh digunakan sebagai tambahan modal bagi usaha koperasi. Sehingga modal luar berpengaruh signifikan terhadap sisa hasil usaha. Karena jika modal luar diperoleh semakin besar, maka unit usaha-usaha koperasi yang dikembangkan juga akan semakin besar. Sehingga dapat meningkatkan sisa hasil usaha koperasi.
c. Pengaruh Modal Sendiri Terhadap Sisa Hasil Usaha
Setiap kegiatan usaha memerlukan modal sebagai penggerak operasional. Modal tersebut merupakan pembiayaan bagi kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh badan usaha termasuk koperasi untuk mendapatkan hasil atau laba yang diinginkan. Oleh karena itu koperasi harus berusaha meningkatkan modal usahanya. Modal usaha yang cukup akan membantu koperasi untuk melakukan kegiatan secara efisien.
Keberhasilan koperasi dalam melaksanakan perannya sebagai badan usaha sangat tergantung pada kemampuan koperasi menghimpun dan menanamkan modalnya dengan cara pemupukan berbagai sumber keuntungan dan banyaknya jumlah anggota. Modal anggota bersumber dari simpanan pokok dan simpanan wajib. Hal ini bertujuan untuk mendidik koperasi sebagai badan usaha yang mandiri dengan kekuatan sendiri.
Semakin besar jumlah anggota, maka semakin besar pula modal yang dimiliki koperasi. Artinya kemampuan usaha koperasi semakin beraneka
(44)
ragam dan pada gilirannya akan memperbesar sisa hasil usaha. Usaha koperasi terutama diarahkan pada bidang usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan anggota, baik untuk menunjang usaha maupun kesejahteraannya. Berarti faktor variabel modal sendiri berpengaruh secara signifikan terhadap sisa hasil usaha. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Gitosudarmo (2002) bahwa dengan modal yang lebih dari cukup akan mengurangi resiko dan meningkatkan keuntungan atau laba. Menurut Kusmuriyanto (2003), partisipasi anggota dalam kontribusi modal berpengaruh terhadap pemupukan modal sendiri sehinggan nantinya akan meningkatkan penghasilan.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Setyawan (2011) menjleaskan Pengaruh Modal Sendiri dan Jumlah Anggota terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Serba Usaha di Kabupaten Sidoarjo. Penelitan ini enguunakan analisis regresi linear berganda Hasil penelitannya menunjukkan terdapat pengaruh antara modal sendiri dan jumlaha anggota terhadap perolehan SHU, sedangkan secara parsial hanya modal snedri yang berpengaruh signifikan. Sedangkan Winarko (2014) dalam penelitiannya tentang pengaruh Modal Sendiri, Jumlah Anggota dan Asset terhadap SHU pada Koperasi di Kediri dengan analisis linear berganda, penelitiannya menunjukkan bahwa modal sendiri berpengaruh secara parsial terhadap SHU, sedangkan variabel dominan
(45)
yang mempengaruhi SHU adalah aset. Modal sendiri, jumlah anggota dan aset secara bersama-sama mempengaruhi SHU.
Dalam penelitian Jabar (2012) yang menjelaskan tentang Pengaruh Modal Sendiri, Modal Pinjaman dan Volume Usaha (studi kasus pada koperasi di Kabupaten Sukoharjo tahun 2012), dengan metode analisis regresi linier berganda. Temuan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah modal sendiri, modal pinjamaman dan volume usaha berpengaruh positif terhadap sisa hasil usaha baik secara parsial maupun simultan.
Kemudian penelitian Widiartin dkk, (2016) tentang pengaruh modal pinjaman dan volume usaha terhadap sisa hasil usaha, dengan metode analisis linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa modal pinjaman dan volume usaha berpengaruh psositif terhadap sisa hasil usaha.
Sedangkan penelitian Sari dan Susanti yang menjelaskan tentang Pengaruh Modal Sendiri, Modal Luar dan Volume Usaha Koperasi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (2010), dengan tekhnik analisis regresi linier berganda dan analisis statistik deskriptif, hasil penelitiannya adalah selama periode penelitian, ditemukan modal sendiri, modal luar dan volume usaha secara bersama-sama mepengaruhi SHU, sedangkan secara parsial hanya volume usaha yang mepengaruhi SHU koperasi.
Penelitian Ganitri, dkk (2014) tentang pengaruh Modal Sendiri, Modal Pinjaman, dan Volume Usaha terhadap selisih Sisa Hasil Usaha pada Koperasi Simpan Pinjam dengan metode analisisi linier berganda. Hasil
(46)
penelitian menunjukkan ada pengaruh positif dan signifikan secara simultan dan parsial modal sendiri, modal pinjaman, dan volume usaha terhadap SHU.
Dalam penelitian Setiyono (2009) tentang Pengaruh Modal Sendiri, Modal Asing, dan Volume Usaha terhadap Sisa Hasil Usaha Pada Koperasi Unit Desa (KUD) Kabupaten Kebumen, dengan analisis Deskriptif, dan Analisis Inferensial, dari pengujian hipotesis secara parsial antar variabel modal sendiri, modal asing, dan volume usaha berpengaruh signifikan terhadap sisa hasil uaha.
Penelitian Fatmi (2016) tentang Pengaruh Modal Sendiri, Modal Luar dan Volume Usaha pada Sisa Hasil saha Koperasi di Kabupaten Bantul (Periode 2011-2014), dengan metode analisis panel data, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Modal Sendiri, Modal Luar dan Volume Usaha secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan pada Sisa Hasil Usaha Koperasi.
C. Kerangka Berfikir
Ada banyak variabel yang mempengaruhi Sisa Hasi Usaha (SHU) Koperasi, namun dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah volume usaha, modal luar dan modal sendiri volume sedangkan variabel lainnya dianggap konstan. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat diperoleh kerangka berpikir sebagai berikut :
(47)
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atau kesimpulan yang diambil untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam suatu penelitian yang harus diuji secara empiris yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian dibidang ini, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga Volume Usaha berpengaruh positif terhadap Sisa Hasil Usaha Koperasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
2. Diduga Modal Pinjaman berpengaruh positif terhadap Sisa Hasil Usaha Koperasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
3. Diduga Modal Sendiri berpengaruh positif terhadap Sisa Hasil Usaha Koperasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
VOLUME USAHA (+)
MODAL PINJAMAN (+)
M MODAL SENDIRI (+)
SISA HASIL USAHA
(48)
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini adalah koperasi yang masih aktif yang berada di 10 Kabupaten/Kota Provinsi NTB yang terdaftar di Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 2009-2014 dengan sampel koperasi yang telah melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) yaitu 1.244 unit koperasi.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Metode purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan subjektif peneliti dimana syarat yang dibuat sebagai kriteria harus dipenuhi oleh sampel. Kriteria Koperasi yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Koperasi di 10 Kabupaten/Kota NTB yang memiliki Data Keragaan Tahunan Koperasi mengenai modal volume usaha, modal pinjaman, modal sendiri dan sisa hasil usaha selama periode 2009-2014.
2. Melaksanakan RAT (Rapat Anggota Tahunan) selama periode penelitian yaitu 2009-2014, sehingga diperoleh 1.244 koperasi yang datanya telah dihimpun di 10 Kabupaten/Kota NTB.
(49)
B. Jenis dan Sumber Data
a) Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang digunakan merupakan data-data kuantitatif, meliputi laporan Data Keragaan Koperasi di seluruh Kabupaten/Kota NTB yang meliputi volume usaha, modal luar, modal sendiri, dan sisa hasil usaha koperasi selama periode 2009 sampai 2014 .
b) Data sekunder yang dibutuhkan tersebut diperoleh dari publikasi oleh instansi-instansi yang terkait seperti Dinas Koperasi dan UMKM, Badan pusat statistik (BPS) dan dengan cara survei langsung ke kantor instansi-instansi tersebut atau dengan browse ke website mereka, seperti: www.bps.go.id.
C. Variabel Penelitan dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian
Berdasarkan pendahuluan dan landasan teori yang telah dipaparkan, variabel dependen dan independen yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel dependen yaitu: Sisa Hasil Usaha (SHU)
(50)
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel atau dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun membenarkan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah:
a) Volume Usaha
Volume usaha adalah total nilai penjualan atau pendapatan barang dan jasa yang dinyatakan dalam bentuk rupiah (Rp) pada tahun buku yang bersangkutan.
b) Modal Pinjaman
Modal Pinjaman atau modal luar adalah pinjaman modal yang diperoleh dari anggota, koperasi lainnya, Bank dan lembaga keuangan lainnya dan sumber lain yang sah.
c) Modal Sendiri
Modal sendiri adalah modal yang menanggung resiko (equity) atau merupakan kumulatif dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah.
(51)
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a) Metode Studi Pustaka
Yaitu dengan melakukan telaah pustaka, eksplorasi, dan mengkaji berbagai literatur pustaka seperti berbagai majalah, jurnal, dan sumber-sumber yang berkaitan dengan penelitian.
b) Dokumentasi
Yaitu mengumpulkan data dengan cara mencatat dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini, yang terdapat dalam publikasi Badan Pusat Statistik, Dinas Koperasi Dan UMKM Provinsi Nusa Tenggara Barat.
A. Model Analisis Data
1. Model Analisis Ekonometrika
Untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan, maka dalam menganalisis permasalahan (data) penulis menggunakan metode regresi Data Panel. Analisis regresi data panel adalah analisis regresi dengan struktur data yang merupakan data panel. Umumnya pendugaan parameter dalam analisis regresi dengan data cross section dilakukan menggunakan pendugaan metode kuadrat terkecil atau disebut Ordinary Least Square (OLS).
Data panel adalah gabungan antara data runtut waktu (time series) dan data silang (cross section). Menurut Widarjono (2009) penggunaan data panel dalam sebuah observasi mempunyai beberapa keuntungan yang diperoleh.
(52)
Pertama, data panel yang merupakan gabungan dua data time series dan cross section mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga lebih menghasilkan degree of freedom yang lebih besar. Kedua, menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (omitted-variabel).
Hsiao (1986), mencatat bahwa penggunaan panel data dalam penelitian ekonomi memiliki beberapa keuntungan utama dibandingkan data jenis cross section maupun time series. Pertama, dapat memberikan peneliti jumlah pengamatan yang besar, meningkatkan degree of freedom (derajat kebebasan), data memiliki variabelitas yang besar dan mengurangi kolinearitas antara variabel penjelas, di mana dapat menghasilkan estimasi ekonometri yang efisien. Kedua, panel data dapat memberikan informasi lebih banyak yang tidak dapat dberikan hanya oleh data cross section dan time series saja. Dan ketiga, panel data dapat memberikan penyelesaian yang lebih baik dalam inferensi perubahan dinamis dibandingkan data cross section (Basuki dan Yuliadi, 2015). Menurut Wibisono (2005), keunggulan regresi data panel adalah:
a. Panel data mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara eksplisit dengan mengizinkan variabel spesifik individu.
b. Kemampuan mengontrol heterogenitas ini selanjutnya menjadikan data panel dapat digunakan untuk menguji dan membangun model prilaku lebih kompleks.
(53)
c. Data panel mendasarkan diri pada observasi cross section yang berulang-ulang (time series), sehingga metode data panel cocok digunakan sebagai
study of dynamic adjustment.
d. Tingginya jumlah observasi memiliki implikasi pada data yang lebih informatif, lebih variatif dan kolinearitas (multikol) antara data semakin berkurang, dan derajat kebebasan (degree of freedom/df) lebih tinggi sehingga dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih efisien.
e. Data panel dapat digunakan untuk mempelajari model-model perilaku yang kompleks.
f. Data panel dapat digunakan untuk meminimalkan bias yang mungkin ditimbulkan oleh agregasi data individu.
Ada tiga metode yang digunakan untuk data panel (Ajija, 2011) a) Model Pooled Least Square (Common Effect)
Model ini dikenal dengan estimasi Common Effect yaitu teknik regresi yang paling sederhana untuk mengestimasi data panel dengan cara hanya mengkombinasikan data time series dan cross section. Model ini hanya menggambungkan data tersebut tanpa melihat perbedaan antar waktu dan individu sehingga dapat dikatakan bahwa model ini sama halnya dengan metode Ordinary Least Square (OLS) karena menggunakan kuadrat terkecil biasa.
Dalam pendekatan ini hanya mengasumsikan bahwa perilaku data antar ruang sama dalam berbagai kurun waktu. Pada beberapa penelitian data panel, model ini sering kali tidak pernah digunakan sebagai estimasi
(54)
utama karena sifat dari model ini yang tidak membedakan perilaku data sehingga memungkinkan terjadinya bias, namun model ini digunakan sebagai pembanding dari kedua pemilihan model lainnya.
b) Model pendekatan Efek tetap (Fixed Effect)
Pendekatan model ini menggunakan variabel Dummy yang dikenal dengan sebutan model efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy Variabel atau disebut juga Covariance Model. Pada metode Fixed effect estimasi dapat dilakukan dengan tanpa pembobot (no weight) atau
Least Square Dummy Variabel (LSDV) dan dengan pembobot (cross section weight) atau General Least Square (GLS). Tujuan dilakukannya pembobotan adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit cross section (Gujarati, 2006). Penggunaan model ini tepat untuk melihat perilaku data dari masing-masing variabel sehingga data lebih dinamis dalam mengintepretasi data.
Pemilihan model antara Common Effect dengan Fixed Effect
dapat dilakukan dengan pengujian Likelihood Test Radio dengan ketentuan apabila nilai probabilitas yang dihasilkan signifikan dengan alpha maka dapat diambil keputusan dengan menggunakan Fixed Effect Model.
c) Model Pendekatan Efek Acak (Random Effect)
Model data panel pendekatan ketiga yaitu model efek acak (random effect). Dalam model efek acak, parameter-parameter yang berbeda antar daerah maupun antar waktu dimasukan ke dalam error.
(55)
Karena hal inilah, model efek acak juga disebut model komponen eror (error component model).
Dengan menggunakan model efek acak ini, maka dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang dilakukan pada model efek tetap. Hal ini berimplikasi parameter yang merupakan hasil estimasi akan jadi semakin efisien. Keputusan penggunaan model efek tetap ataupun acak ditentukan dengan menggunakan uji hausman. Dengan ketentuan apabila probabilitas yang dihasilkan signifikan dengan alpha maka dapat digunakan metode
Fixed Effect namun apabila sebaliknya maka dapat memilih salah satu yang terbaik antara Model Fixed dengan Random Effect.
2. Teknik Penaksiran Model
Pada penelitian ekonomi, seorang peneliti sering menghadapi kendala data. Apabila regresi diestimasi dengan data runtut waktu, observasi tidak mencukupi. Jika regresi diestimasi dengan data lintas sektoral terlalu sedikit untuk menghasilkan estimasi yang efisien. Salah satu solusi untuk menghasilkan estimasi yang efisien adalah dengan menggunakan model regresi data panel. Data panel (pooling data) yaitu suatu model yang menggabungkan observasi lintas sektoral dan data runtut waktu. Tujuannya supaya jumlah observasinya meningkat. Apabila observasi meningkat maka akan mengurangi kolinieritas antara variabel penjelas dan kemudian akan memperbaiki efisiensi estimasi ekonometri (Insukindro, 2001).
(56)
Hal yang diungkap oleh Baltagi (dalam Irawan, 2012), ada beberapa kelebihan penggunaan data panel yaitu:
a) Estimasi data panel dapat menunjukkan adanya heterogenitas dalam tiap unit.
b) Estimasi data panel dapat menunjukkan adanya heterogenitas dalam tiap unit.
c) Data panel cocok utnuk digunakan karena menggambarkan adanya dinamika perubahan.
d) Data panel dapat meminimalkan bias yang mungkin dihasilkan dalam agregasi.
Untuk menguji estimasi pengaruh volume usaha, modal luar dan modal sendiri pada sisa hasil usaha koperasi digunakan alat regresi dengan model data panel. Ada dua pendekatan yang digunakan dalam menganalisis data panel. Pendekatann Fixed Effect dan Random Effect. Sebelum model estimasi dengan model yang tepat, terlebih dahulu dilakukan uji spesifikasi apakah Fixed Effect dan Random Effect atau keduanya memberikan hasil yang sama.
Metode GLS (Generated Least Square) dipilih dalam penelitian ini karena adanya nilai lebih yang dimiliki oleh GLS dibanding OLS dalam mengestimasi parameter regresi. Gujarati (2003) menyebutkan bahwa metode OLS yang umum mengasumsikan bahwa varians variabel adalah heterogen, pada kenyataannya variasi pada data pooling cenderung heterogen. Metode GLS sudah memperhitungkan heterogenitas yang terdapat pada variabel
(57)
independen secara eksplisit sehingga metode ini mampu menghasilkan estimator yang memenuhi kriteria BLUE (Best Linier Unbiased Estimator).
Dari beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini maka dapat dibuat model penelitan sebagai berikut:
Yit = β0+β1X1it+ β2X2it +β3X3it t+ε
Yang kemudian ditransformasikan kedalam persamaan logaritma, yaitu :
LogYit = β0 +Log β1X1it + Log β2X2it + Log β3X3it + ε
Keterangan:
Log Yit = Sisa Hasil Usaha (SHU)
β0 = Konstanta
Log β123 = Koefisien variabel 1, 2, 3 Log X1 = Modal Sendiri
Log X2 = Modal Luar
Log X3 = Volume Usaha
i = 10 Kabupaten/Kota t = Periode Waktu ke-t
ε = Error Term
Dalam menguji spesifikasi model pada penelitian, penulis menggunakan beberapa metode :
(58)
a. Uji Chow
Uji Chow yaitu uji yang digunakan untuk mengetahui apakah model
Pooled Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM) yang akan dipilih untuk estimasi data. Uji ini dapat dilakukan dengan uji restricted F-test atau uji
Chow. Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:
H0 : Model PLS (Restricted)
H1 : Model Fixed Effect (Unrestricted)
Dasar penolakan terhadap hipotesa nol tersebut adalah dengan menggunakan F-statistik seperti yang digunakan sebagai berikut:
Chow = −� / �−
� /� −�−�
Dimana:
RRSS = Restricted Residual Sam Square (merupakan Sum Square Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode pooled least
square/common intersept)
URSS = Unrestricted Residual Sum Square (merupakan Sum Square Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode
fixed effect)
N = Jumlah data cross section
T = Jumlah data time series
(59)
Pengujian ini mengikuti distribusi F statistik yaitu FN-1, NT-N-K jika nilai F-test atau Chow Statistik (statistik) hasil pengujian lebih besar dari F-tabel, maka cukup untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model yang akan digunakan adalah model Fixed Effect.
b. Uji Hausman
Uji Spesifikasi Hausman membandingkan model Fixed Effect dan Random dibawah hipotesis nol yang berarti bahwa efek individual tidak berkorelasi dengan regresi dalam model (Hausman dalam Venia,2014).
Jika tes Hausman tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p>0,05), itu mencerminkan bahwa efek Random estimator tidak aman bebas dari bias, dan karena itu lebih dianjurkan kepada estimasi Fixed Effect disukai daripada efek estimator tetap.
c. Uji F (Uji Wald)
Uji F menguji signifikansi estimasi Fixed Effect, yang digunakan untuk memilih antara OLS pooled tanpa variabel dummy atau Fixed effect. F statistic disini adalah sebagai uji chow. Dalam hal ini, uji F digunakan untuk menentukan model terbaik antara kedua dengan melihat jumlah residual kuadrat (RSS).
Uji F sebagai berikut :
(60)
Dimana :
RSS1 : merupakan jumlah residual kuadrat pooled OLS RSS2 : merupakan jumlah residual kuadrat fixed effect
m : merupakan pembilang n-k : merupakan denumerator
Jika hipotesis nol ditolak, dapat disimpulkan model fixed effect lebih baik dari pooled OLS.
c. Uji Asumsi Klasik
Dengan pemakaian metode Ordinary Least Squared (OLS), untuk menghasilkan nilai parameter model penduga yang lebih tepat, maka diperlukan pendeteksian apakah model tersebut menyimpang dari asumsi klasik atau tidak, deteksi tersebut terdiri dari:
a) Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel bebas dapat dinyatakan sebagai kombinasi kolinier dari variabel yang lainnnya.Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam regresi ini ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas. Salah satu cara mendeteksi adanya multikolinieritas yaitu :
(a) R2 cukup tinggi (0,7 – 0,1), tetapi uji-t untuk masing-masing koefisien regresi nya tidak signifikan.
(61)
(b) Tingginya R2 merupakan syarat yang cukup (sufficent) akan tetapi bukan syarat yang perlu (necessary) untuk terjadinya multikolinearitas, sebab pada R2 yang rendah < 0,5 bisa juga terjadi multikolineraritas.
(c) Meregresikan variabel independen X dengan variabel-variabel independen yang lain, kemudian di hitung R2 nya dengan uji F: Jika F* > F tabel berarti H0 di tolak, ada multikolinearitas Jika F*<F tabel berarti H0 di terima, tidak ada multikolinearitas
Ada beberapa cara untuk mengetahui multikolienaritas dalam suatu model. Salah satunya adalah dengan melihat koefisien korelasi hasil output komputer. Jika terdapat koefisien korelasi yang lebih besar dari (0,9), maka terdapat gejala multikolinearitas (Rosadi, 2011).
Untuk mengatasi masalah multikolinieritas, satu variabel independen yang memiliki korelasi dengan variabel independen lain harus dihapus. Dalam hal metode GLS, model ini sudah diantisipasi dari multikolienaritas.
b) Uji Heteroskedastisitas
Suatu model regresi dikatakan heteroskedastisitas apabila terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dan satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas.
(62)
Adanya sifat heteroskedastisitas ini dapat membuat penaksiran dalam model bersifat tidak efisien. Menurut Gujarati (1978), umunya masalah heteroskedastisitas lebih biasa terjadi pada data cross section
dibandingkan dengan time series.
Untuk mendeteksi masalah heteroskedastisitas dalam model, penulis menggunakan uji park yang sering digunakan dalam beberapa referensi. Dalam metodenya, park menyarankan suatu bentuk fungsi spesifik diantara varian kesalahan � � dan variabel bebas yang dinyatakan sebagai berikut :
� �=�� ... (3.1)
Persamaan (3.1) dijadikan linier dalam bentuk persamaan log sehingga menjadi:
Ln � �=α+βLnXi+Vi ... (3.2)
Karena varian kesalahan (� � tidak teramati, maka digunakan
� sebagai penggantinya. Sehingga persamaan menjadi :
Ln � =α+βLnXi+vi ... (3.3)
Menurut Park dalam Sumodiningrat (2010), apabila koefisien
parameter β dari persamaan regresi tersebut siginifikan secara statistik,
(63)
β tidak signifikan, maka asumsi homokedastisitas pada data dapat diterima.
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak adanya heteroskedastisitas. Dalam hal ini metode GLS, model ini sudah diantisipasi dari heteroskedastisitas.
Deteksi adanya heteroskedastisitas:
(a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebat kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas.
(b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedasisitas.
c) Uji Autokorelasi
Autokolerasi adalah kolerasi yang tejadi antara anggota observasi yang diurutkan menurut waktu atau menurut ruang. Untuk menguji apakah hasil estimasi suatu model regresi tidak mengandung kolerasi serial diantara disturbance terms, maka salah satu cara adalah dengan uji Durbin Wastons yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut (Gujarati,2006) :
(64)
(a) Melakukan regresi dengan metode OLS untuk memperoleh hasil nilai residual.
(b) Mencari besarnya nilai d, yang dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
=
∑
t=nt=∑
e
t− e
t_
e
t=n t=
(c) Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel yang menjelaskan tertentu, diperoleh nilai krisis = .
Hipotesis yang digunakan dalam uji autokorelasi ini adalah : H0 = tidak autokorelasi negatif
H1= tidak ada autokolerasi positif
Jika hipotesis H0 adalah tidak ada korelasi positif maka : d > dL = H0 ditolak
d > du = H0 diterima
dl ≤ d ≤ du artinya pengujian tidak meyakinkan.
Jika hipotesis H0 adalah tidak ada korelasi negatif maka : d > 4 – dL = H0 ditolak
d > 4 – du = H0 tidak ditolak atau diterima
(65)
Jika H0 adalah dua ujung yaitu bahwa tidak ada serial autokorelasi positif maupun negatif maka,
d > dL = H0 ditolak d > 4 – dL = H0 diterima
dL ≤ d ≤ du atau 4 –du ≤ d ≤ 4 - dL
artinya pengujian tidak meyakinkan secara signifikan secara uji Durbin – Waston terdapat lima himpunan daerah untuk nilai d. namun dalam hal metode GLS, model ini sudah diantisipasi dari autokolerasi.
d. Uji Statistik Analisis Regresi
Uji signifikansi merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji kesalahan atau kebenaran dari hasil hipotesis nol dari sampel.
a) Uji Koefisien Determinasi (R-Square)
Suatu model mempunyai kebaikan dan kelemahan jika diterapkan dalam masalah yang berbeda. Untuk mengukur kebaikan suatu model (goodness of fit) digunakan koefisien determinasi (R2). Nilai koefisien determinasi merupakan suatu ukuran yang menunjukkan besar sumbangan dari variabel independen terhadap variabel dependen, atau dengan kata lain koefisien determinasi menunjukkan variasi turunnya Y yang diterangkan oleh pengaruh linier X.
Nilai koefisien determinan antara 0 dan 1. Nilai koefisien determinan yang mendekati 0 (nol) berarti kemampuan semua variabel
(66)
independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai koefisien detrminan yang mendekati 1 (satu) berarti variabel-variabel independen hamper memberikan informasi yang menjelaskan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
b) Uji F-statistik
Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini dilakukan hipotesa sebagai berikut:
(a) H0 : β1 = β2 = 0, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen.
(b) Ha : β1 ≠ β2 ≠ 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung lebih besar dari F-tabel maka H0 ditolak,
yang berarti variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.
c) Uji t-Statistik (Uji Parsial)
Uji statistik t pada dasarnya untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dengan hipotesis sebagai berikut (Imam Ghozali dalam
(67)
Rifqi, 2014). Uji ini dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Adapun rumus untuk mendapatkan t hitung adalah sebagai berikut :
[ ℎ� � = �� – � / ��]
Dimana :
bi = koefisien variabel independen ke- i b = nilai hipotesis nol
sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i
Pada tingkat signifikansi 5% dengan criteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :
(a) Jika t hitung < t table maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya
salah satu variabel bebas (independent) tidak mempengaruhi variabel terikat (dependent) secara signifikan.
(b) Jika t hitung > t table maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya
salah satu variabel bebas (independent) mempengaruhi variabel terikat (dependent) secara signifikan.
(1)
Random Effect
Dependent Variable: LOG(SHU?)
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 06/16/16 Time: 14:22
Sample: 2009 2014 Included observations: 6 Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 60
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -2.898234 1.972259 -1.469500 0.1473 LOG(VOLUME?) 0.362189 0.091855 3.943042 0.0002 LOG(MDLR?) 0.223694 0.131657 1.699064 0.0949 LOG(MDSR?) 0.432435 0.105092 4.114802 0.0001 Random Effects (Cross)
_LOMBOK_BARAT--C 0.041053 _LOMBOK_TENGAH--C -0.612179 _LOMBOK_TIMUR--C -0.512611 _SUMBAWA--C 0.119434
_DOMPU--C 0.040362 _BIMA--C 0.428930 _SUMBAWA_BARAT--C 0.277260 _LOMBOK_UTARA--C -0.173456 _KOTA_MATARAM--C -0.287650 _KOTA_BIMA--C 0.678857
Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.429775 0.7011 Idiosyncratic random 0.280609 0.2989
Weighted Statistics
R-squared 0.663692 Mean dependent var 3.890205 Adjusted R-squared 0.645675 S.D. dependent var 0.475433 S.E. of regression 0.283002 Sum squared resid 4.485058 F-statistic 36.83801 Durbin-Watson stat 1.668898 Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.599087 Mean dependent var 15.10399 Sum squared resid 14.05796 Durbin-Watson stat 0.532446
(2)
Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests Pool: PANEL
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 11.372629 (9,47) 0.0000 Cross-section Chi-square 69.370169 9 0.0000 Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: LOG(SHU?) Method: Panel Least Squares Date: 06/16/16 Time: 14:24 Sample: 2009 2014
Included observations: 6 Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 60
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.462072 1.355954 1.078261 0.2855 LOG(VOLUME?) 0.268472 0.127537 2.105049 0.0398 LOG(MDLR?) 0.042342 0.125315 0.337881 0.7367 LOG(MDSR?) 0.461395 0.116417 3.963307 0.0002 R-squared 0.664611 Mean dependent var 15.10399 Adjusted R-squared 0.646644 S.D. dependent var 0.770921 S.E. of regression 0.458264 Akaike info criterion 1.341599 Sum squared resid 11.76035 Schwarz criterion 1.481222 Log likelihood -36.24797 Hannan-Quinn criter. 1.396213 F-statistic 36.99016 Durbin-Watson stat 0.636241 Prob(F-statistic) 0.000000
(3)
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: PANEL
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 3.959203 3 0.2659
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.
LOG(VOLUME?) 0.385515 0.362189 0.000306 0.1827
LOG(MDLR?) 0.361746 0.223694 0.005834 0.0707
LOG(MDSR?) 0.429221 0.432435 0.001044 0.9208
Cross-section random effects test equation: Dependent Variable: LOG(SHU?) Method: Panel Least Squares Date: 06/16/16 Time: 14:25 Sample: 2009 2014
Included observations: 6 Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 60
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -5.674191 2.433861 -2.331354 0.0241
LOG(VOLUME?) 0.385515 0.093508 4.122786 0.0002
LOG(MDLR?) 0.361746 0.152210 2.376631 0.0216
LOG(MDSR?) 0.429221 0.109947 3.903905 0.0003
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.894457 Mean dependent var 15.10399
Adjusted R-squared 0.867510 S.D. dependent var 0.770921
S.E. of regression 0.280609 Akaike info criterion 0.485430
Sum squared resid 3.700855 Schwarz criterion 0.939204
Log likelihood -1.562889 Hannan-Quinn criter. 0.662926
F-statistic 33.19294 Durbin-Watson stat 2.075843
(4)
Uji Heteroskedastisitas
Dependent Variable: RESID^2 Method: Panel Least Squares Date: 06/16/16 Time: 14:30 Sample: 2009 2014
Periods included: 6
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 60
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1.50E+12 4.32E+12 -0.347462 0.7298 VOLUME -3768.780 20141.91 -0.187111 0.8524
MDLR 4429.450 63081.12 0.070218 0.9443 MDSR 67630.81 70954.71 0.953155 0.3454
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.239437 Mean dependent var 1.58E+12 Adjusted R-squared 0.045251 S.D. dependent var 7.21E+12 S.E. of regression 7.04E+12 Akaike info criterion 62.19336 Sum squared resid 2.33E+27 Schwarz criterion 62.64713 Log likelihood -1852.801 Hannan-Quinn criter. 62.37085 F-statistic 1.233030 Durbin-Watson stat 1.592448 Prob(F-statistic) 0.289967
(5)
Uji Mulitikolinearitas
SHU VOLUME MDLR MDSR
SHU 1.000000 0.551299 0.464396 0.677126
VOLUME 0.551299 1.000000 0.707637 0.772736 MDLR 0.464396 0.707637 1.000000 0.735348 MDSR 0.677126 0.772736 0.735348 1.000000
(6)