PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPA DI SD NEGERI PAJANG IV SURAKARTA Pengelolaan Pembelajaran Ipa Di SD Negeri Pajang IV Surakarta.

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPA DI SD NEGERI
PAJANG IV SURAKARTA

ARTIKEL PUBLIKASI
Diajukan Kepada
Program Studi Magister Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Oleh :
TIWI ASKUNDARI
NIM. Q. 100 140 118

352*5$0678',
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPA DI SD NEGERI PAJANG IV
SURAKARTA
Oleh: Tiwi Askundari1, Sofyan Anif2, Wafrotur Rohmah3

Mahasiswa UMS1, Staff Pengajar UMS2, Staff Pengajar UMS3
Email:
ABSTRACT
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran
IPA; pengorganisasian pembelajaran IPA; Pelaksanaan pembelajaran IPA; dan
penilaian dan tindak lanjut pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan desain etnografi. Lokasi penelitian dilakukan pada SD Negeri
Pajang IV Surakarta. Teknik pengumplan data dengan wawancara mendalam,
dokumentasi, dan observasi. Analisis data dengan tiga tahapan yaitu reduksi data,
sajian data, dan penarikan simpulan dengan verifikasinya. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa perencanaan pembelajaran IPA disusun melalui kelompok kerja
guru dan dikembangkan oleh guru masing-masing dengan mengacu pada kurikulum
dan silabus yang berlaku Nasional. Pengorganisasian pembelajaran pengorganisasian
pembelajaran IPA, terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu tahap sebelum pengajaran, tahap
pengajaran, dan tahap sesudah pengajaran. Pelaksanaan pembelajaran merupakan
implementasi dari RPP. Dilaksanakan oleh guru kelas meliputi kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Model evalusi yang digunakan dalam
pembelajaran IPA dilakukan melalui evaluasi sumatif dan formatif. Penilaian
dilakukan secara tertulis dan lisan. Soal tes yang digunakan oleh guru dalam penilaian
secara tertulis belum dilakukan uji validitas butir.

Kata Kunci: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, penilaian, IPA.
ABSTRACT
The purpose of this study was to describe the planning of science teaching;
organizing science teaching; Implementation of science teaching; and follow-up
assessment and learning science. The research is a qualitative research with
ethnographic design. The research location is on SD Negeri Surakarta Pajang IV.
Mechanical pengumplan data by interview, documentation and observation. Analysis
of the data by three stages: data reduction, data presentation, and drawing conclusions
with verification. The results of this study indicate that the science lesson plan drawn
up by a working group of teachers and developed by teachers each with reference to
the prevailing curriculum and syllabus of the National. Organizing learning science
learning organization, consisting of three (3) stages: stage before teaching, teaching
phase, and the phase after teaching. Implementation of learning is the implementation
of the RPP. Implemented by classroom teachers include preliminary activities, core
activities, and closing activity. The model used in the evaluation of science teaching
is done through summative and formative evaluation. Assessment is done in writing

1

and orally. About the tests used by teachers in a written assessment test has not been

performed validity.
Keywords: planning, organizing, implementation, assessment, and IPA.
PENDAHULUAN
Penekanan Pembelajaran IPA pada pemberian pengalaman langsung dan
pemahaman untuk mengembangkan kompetensi siswa agar siswa mampu menjelajahi
dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA merupakan suatu
wahana untuk mengembangkan siswa berpikir rasional dan ilmiah. Pendidikan IPA
dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman lebih mendalam tentang alam
sekitar. Siswa wajib untuk mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam terutama siswa
Sekolah Dasar.
Agar pembelajaran IPA dapat bermanfaat dan efektif, diperlukan pengelolaan
baik, dari segi perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi. Khusus di SD Negeri
Pajang IV, pengelolaan pembelajaran IPA selalu mendapat perhatian oleh kepala
sekolah dan guru, mengingat mata pelajaran IPA termasuk mata pelajaran Ujian
Akhir Nasional. Perhatian kepala sekolah dan guru dalam pengelolaan pembelajaran
IPA tersebut terlihat dari tertib guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran,
tertib guru dalam melaksanakan pembelajaran, dan melakukan evaluasi secara
berkala. Adanya upaya-upaya tersebut terbukti membuahkan hasil yang

positif,


dimana SD Negeri Panjang IV, selalu meluluskan seluruh siswa dalam mengikuti
UAN.
Kelulusan 100% dalam mengikuti UAN, mengindikasikan bahwa pengelolaan
pembelajaran 3 (tiga) mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu
Pengetahuan Alam telah dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan pengamatan di
lapangan khususnya dalam pengelolaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),
guru lebih banyak menerapkan strategi dan metode pembelajaran yang melibatkan
siswa secara langsung, guru lebih banyak menerapkan pemelajaran secara inkuiri
ilmiah (scientific inquiry) dengan tujuan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,
bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting
kecakapan hidup. Oleh karena itu karakteristik pembelajaran IPA di SD Negeri

2

Pajang IV, menekankan pada pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Walaupun pelaksanaan pembelajaran IPA di SD Negeri Pajang IV, telah
mampu meluluskan 100%, namun tidak sepenuhnya kelulusan tersebut disebabkan
oleh pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan strategi dan metode pembelajaran

yang melibatkan siswa secara langsung saja, namun tentunya tidak lepas dari
perencanaan, pengorganisasian, dan evaluasi pembelajaran yang selama ini dilakukan.
Pada kenyataannya dalam pelaksnaan pembelajaran IPA guru masih sering
memberikan pembelajaran remidi kepada beberapa siswa yang belum tuntas, hal ini
menunjukkaan bahwa masih ada beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran
IPA tersebut.
Pada tahun 2014 Nadire melakukan penelitian yang menyimpulkan bahwa
proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat berkembang secara kontinyu
seperti organisasi. Pergeseran paradigma dalam pendidikan yang mempengaruhi teori
juga mampu merubah peran guru dan siswa. System pengelolaan pembelajaran
merupakan cara yang bagus bagi guru untuk mengatur, mengelola, dan
menyampaikan materi pembelajaran IPA.
Pada tahun 2012 Shulamit melakukan penelitian yang menyimpulkan bahwa
lingkungan E-learning yang diterapkan menggunakan Moodle (lingkungan belajar
dinamis berorientasi objek) dalam pembelajaran IPA dengan menyertakan aktivitas
interaktif dikombinasikan dengan simulasi, video pendek, pengalaman langsung,
permainan dan lainnya, dengan tujuan untuk menambah pembelajaran interaktif
berdasarkan teori konstruktifitas dan membiarkan siswa dan guru mempelajari
keterampilan


dalam

menggunakan

komunikasi

informasi

dan

teknologi,

mempermudah guru untuk untuk menambah, mengubah atau menggunakan materi
sesuai kebutuhan.
Pada tahun 2007 Barbara melakukan penelitian yang menyimpulkan bahwa
selain perubahan peraturan sekolah, cara guru mengolah dan menggabungkan seluruh
metode pembelajaran seperti ceramah, inovatif, terbuka, dan praktek penuh,
merupakan kemampuan guru yang sangat penting untuk mempengaruhi kemampuan
siswa dalam pembelajaran IPA.
3


Pada tahun 2011 Matthew melakukan penelitian dengan hasil bahwa
kesuksesan dalam menggunakan pendekatan pembelajaran dengan permasalahan
sebagai model utama pembelajaran IPA di tingkat sekolah dasar. Model pendekatan
pembelajaran dengan permasalahan dalam pengajaran IPA sangat cocok dan
direkomendasikan oleh New South Wales Science dan Technology K-6 syllabus
design dan proses perencanaan pengelolaan pembelajaran. Pendekatan ini berdampak

positif terhadap motivasi guru dalam mengajar IPA dan mengaitkannya dengan
konteks dunia nyata.
Pelaksanaan Pembelajaran atau proses belajar mengajar itu adalah proses uang
diatur dengan tahapan-tahapan tertentu, agar pelaksanaannya mencapai hasil yang
diharapkan. Tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran menurut Majid (2008: 104)
meliputi: kegiatan awal, kegiatan inti dan kegaitan penutup. Usman (2008: 120)
mengemukakan pelaksanaan pembelajaran mengikuti prosedur memulai pelajaran,
mengelola kegiatan belajar mengajar, mengorganisasikan waktu, siswa dan fasilitas
belajar, melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar dan mengakhiri pelajaran.
Dimyati dan Mudjiono (2010: 200) “Evaluasi hasil belajar merupakan proses
untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran
hasil belajar”. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang

dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, di mana tingkat
keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata
atau simbol. Menurut Abdullah (2010: 18) menjelaskan bahwa IPA merupakan
pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara melakukan observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan
demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.
Agar pembelajaran IPA dapat bermanfaat dan efektif, diperlukan pengelolaan
baik, dari segi perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi. Khusus di SD Negeri
Pajang IV, pengelolaan pembelajaran IPA selalu mendapat perhatian oleh kepala
sekolah dan guru, mengingat mata pelajaran IPA termasuk mata pelajaran Ujian
Akhir Nasional. Perhatian kepala sekolah dan guru dalam pengelolaan pembelajaran
IPA tersebut terlihat dari tertib guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran,
tertib guru dalam melaksanakan pembelajaran, dan melakukan evaluasi secara
4

berkala. Adanya upaya-upaya tersebut terbukti membuahkan hasil yang

positif,

dimana SD Negeri Panjang IV, selalu meluluskan seluruh siswa dalam mengikuti

UAN (Observasi, 23 Maret 2016).
Kelulusan 100% dalam mengikuti UAN, mengindikasikan bahwa pengelolaan
pembelajaran 3 (tiga) mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu
Pengetahuan Alam telah dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan pengamatan di
lapangan khususnya dalam pengelolaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),
guru lebih banyak menerapkan strategi dan metode pembelajaran yang melibatkan
siswa secara langsung, guru lebih banyak menerapkan pemelajaran secara inkuiri
ilmiah (scientific inquiry) dengan tujuan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,
bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting
kecakapan hidup. Oleh karena itu karakteristik pembelajaran IPA di SD Negeri
Pajang IV, menekankan pada pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dansikap ilmiah.
Dari uraian di atas, maka keberhasilan guru dalam mengelola pembelajaran
IPA tersebut perlu dikaji lebih mendalam.

Untuk itu penelitian yang berjudul:

Pengelolaan Pembelajaran IPA di SD Negeri Pajang IV Surakarta ini akan mengkaji
lebih mendalam tentang pengelolaan pembelajaran IPA yang diselenggarakan di SD
Negeri Pajang IV Surakarta.

Rumusan masalah dalam penelitian ini, ”Bagaimana pengelolaan pembelajaran
IPA di SD Negeri Pajang IV Surakarta?. Berdasarkan fokus tersebut, maka sub fokus
dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana perencanaan pembelajaran IPA? (2)
Bagaimana pengorganisasian pembelajaran IPA? (3) Bagaimana Pelaksanaan
pembelajaran IPA? Dan (4) Bagaimana penilaian dan tindak lanjut pembelajaran IPA?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) perencanaan
pembelajaran IPA. (2) pengorganisasian pembelajaran IPA (3) Pelaksanaan
pembelajaran IPA. Dan (4) penilaian dan tindak lanjut pembelajaran IPA.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dapat digunakan dalam penelitian, dalam penelitian ini
peneliti memilih Jenis kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan merupakan sebuah

5

cara yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu
permasalahan, bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis serta lebih
menonjolkan proses dan makna (Moleong, 2007: 98). Penelitian ini menggunakan
desain etnografi. Penelitian tentangpengelolaan pembelajaran IPA dengan mengambil
lokasi di SD Negeri Pajang IV Surakarta. Waktu yang digunakan delam penelitian ini
selama 3 bulan, yang dimulai dari bulan Februari 2016 sampai dengan bulan Juli

2016.
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara mendalam,
observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif.
Analisis data ini menggunakan pendekatan proses alur; data dianalisis sejak tindakan
pembelajaran dilaksanakan, dikembangkan selama proses pembelajaran berlangsung
sampai diperoleh pembelajaran yang berkualitas / profesional. Teknis analisis data
tersebut di atas mengacu pendapat Miles dan Huberman (2007). Pertama, analisis
data yang muncul berwujud kata-kata, data ini dikumpulkan dari survey/observasi,
wawancara mendalam dan model pembelajaran. Kedua, analisis ini terdiri dari tiga
alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu; reduksi data, penyajian data,
penarikan kesimpulan/verifikasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis struktural dan analisis model interaktif ( interactive
model of analysis). Menurut pendapat Poerwandari (2005) koding digunakan untuk

dapat mengorganisasi dan mensistemasi datasecara lengkap dan mendetail sehingga
data dapat memunculkan gambarantentang topik yang dipelajari. Koding dalam
penelitian ini adalah RM1 (Rumusan Masalah 1 tentang perencanaan pembelajaran
IPA), RM2 (Rumusan Masalah 2 tentang pengorganisasian pembelajaran IPA), RM3
(Rumusan Masalah 3 tentang pelaksanaan pembelajaran IPA), RM4 (Rumusan
Masalah 4 tentang penilaian/evaluasi pembelajaran IPA), GR1 (guru 1 adalah Sri
Widyatmini), GR2 (guru 2 adalah Kinaryono), GR3 (guru 3 adalah Sarbiyah), GR4
(guru 4 adalah Ester), GR5 (guru 5 adalah Sutiyem), dan KS (kepala sekolah adalah
Yuliana) serta W1 (wawancara 1). Dalam melaksanakan pembelajaran, guru
melakukan wawancara. Kegiatan tersebut terlihat dalam dokumentasi (D) dan
observasi (O).

6

Tahap

terakhir

dalam

penelitian

adalah

penarikan

kesimpulan.

Penarikan kesimpulan dilakukan selama proses penelitian berlangsung seperti halnya
proses reduksi data, setelah data terkumpul cukup memadai maka selanjutnya diambil
kesimpulan sementara, dan setelah data benar-benar lengkap maka diambil
kesimpulan akhir. Keabsahan data dengan menggunakan perpanjangan pengamatan
dan Triangulasi sumber, artinya untuk mengguji keabsahan data peneliti melakukan
pengecekan data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, dan Triangulasi
waktu, artinya untuk menguji keabsahan data peneliti melakukan pengamatan,
wawancara dalam waktu dan situasi yang berbeda.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Perencanaan pembelajaran IPA di SD Negeri Pajang IV Surakarta
Perencanaan pembelajaran IPA merupakan skenario pembelajaran yang
disusun oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran, sebelum menyusun RPP
guru harus memiliki persyaratan yaitu: memahami tujuan pendidikan, menguasai
bahan pengajaran, memahami teori pendidikan selain teori pengajaran, memahami
prinsip-prinsip mengajar, memahami teori-teori belajar, memahami metode mengajar,
memahami model-model pengajaran, memahami prinsip-prinsip evaluasi, dan
memahami langkah-langkah membuat RPP. Perencanaan pembelajaran IPA di SD
Negeri Pajang IV Surakarta disusun oleh guru secara kelompok, dan dikembangkan
oleh guru masing-masing. Penyusunan RPP mengacu pada kurikulum dan silabus
yang berlaku Nasional. RPP sekurang-kurangnya memuat. Identitas, standar
kompetensi,

kompetensi

dasar,

indikator,

metode

pembelajaran,

langkah

pembelajaran, sumber belajar, alat peraga, dan penilaian.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa walaupun RPP telah
mengacu pada kurikulum dan silabus yang telah ditetapkan namun capaian hasil
pembelajaran belum tentu sama, karena adanya faktor lain yang mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran. Hal ini mendukung hasil penelitian L. Murniasih, dkk
(20013), yang menyimpulkan bahwa bahwa pengelolaan pembelajaran IPA belum
berjalan optimal walaupun RPP yang disusun telah mengacu pada kurikulum dan
silabus. Hambatan pengelolaan pembelajaran IPA, yaitu: pemahaman guru tentang
7

standar proses kurang, layanan peningkatan profesionalisme guru kurang, guru
kurang mendapat bimbingan dan pelatihan untuk mempersiapkan perangkat
pembelajaran, iklim kerja sekolah yang kurang kondusif, fasilitas pembelajaran
kurang memadai,

karakteristik

siswa beragam, kemampuan siswa berbahasa

Indonesia rendah, dan motivasi siswa serta orang tua rendah.
Pengorganisasian Pembelajaran IPA di SD Negeri Pajang IV Surakarta
Pengorganisasian pembelajaran merupakan serangkaian perilaku guru dalam
upayanya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan para
peserta didik mencapai tujuan-tujuan belajarnya secara efesien atau memungkinkan
peserta didik belajar dengan baik, pengorganisasian pembelajaran IPA di SD Negeri
Pajang IV Surakarta, terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu tahap sebelum pengajaran, tahap
pengajaran, dan tahap sesudah pengajaran. Tahap Sebelum Pengajaran (persiapan
mengajar) guru menyusun rencana mengajar, mempelajari situasi umum, mempelajari
kesiapan siswa, mempelajari dan memahami kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.Persiapan lainnya yaitumempersiapkan materi
pembelajaran, dan bahan ajar, mempersiapkan dalam metode mengajar dan sarana
penunjangnya. mempersiapkan alat-alat pembantu. Dan mempesiapkan instrumen
evaluasi.
Tahap pengajaran, merupakan tahap kegiatan yang dilakukan oleh guru saat
berada di dalam kelas, pada tahap ini berlangsung interaksi antara guru dengan siswa,
siswa dengan siswa, siswa group atau siswa secara individual. Pada tahap ini guru
melakukan

kegiatan

berbagai

kegiatan

yaitu:melakukan

pengelolaan

dan

pengendalian kelas, memeriksa kehadiran nama siswa, menciptakan rasa akrab
dengan cara membuat humor, memberi pujian yang tulus, menyampaikan bahan ajar,
menerapkan tingkah laku verbal, melakukan berbagai cara untuk mendapatkan
balikan, memberikan: motivasi, pengulangan, pemberian penguatan, balikan kognitif,
pokok-pokok yang akan dikembangkan, mata rantai kognitif, tranfer, keterlibatan
aktif siswa, dan mendiagnosa kesulitan belajar.
Tahap sesudah pengajaran, merupakan tahap sesudah guru selesai melakukan
pengajaran, tahap ini merupakan kegiatan atau perbuatan setelah pertemuan tatap

8

muka dengan siswa. Beberapa perbuatan guru yang nampak pada tahap sesudah
mengajar antara lain:

menilai pekerjaan siswa, membuat perencanaan untuk

pertemuan berikutnya, dan menilai kembali proses belajar mengajar yang telah
berlangsung.
RPP yang disusun oleh guru merupakan penjabaran dari kurikulum dan silabus,
dalam bentuk rencana yang operasional. Secara garis besar tujuan pembelajaran, dan
standar kompetensi pada perngkat pembelajaran telah dirumuskan dalam kurikulum,
dengan kata lain kurikulum merupakan haluan dalam melaksanakan pendidikan,
suatu program yang terencana yang menggambarkan pandangan secara menyeluruh,
sehingga kurikulum ini dipakai oleh guru sebagai tujuan menyeluruh dalam
pelaksanaan pendidikan.

Hal ini sesuai dengan pengertian kurikulum yang

dikemukakan oleh Hamalik (2007: 5) yang menyatakan bahwa kurikulum adalah
sebagai suatu program kegiatan terencana (program of planned activities) memiliki
rentang yang cukup luas, hingga membentuk suatu pandangan yang menyeluruh.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa walaupun RPP telah
mengacu pada kurikulum dan silabus yang telah ditetapkan namun capaian hasil
pembelajaran belum tentu sama, karena adanya faktor lain yang mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran. Hal ini mendukung hasil penelitian L. Murniasih, dkk
(2013), yang menyimpulkan bahwa bahwa pengelolaan pembelajaran IPA belum
berjalan optimal walaupun RPP yang disusun telah mengacu pada kurikulum dan
silabus. Hambatan pengelolaan pembelajaran IPA, yaitu: pemahaman guru tentang
standar proses kurang, layanan peningkatan profesionalisme guru kurang, guru
kurang mendapat bimbingan dan pelatihan untuk mempersiapkan perangkat
pembelajaran, iklim kerja sekolah yang kurang kondusif, fasilitas pembelajaran
kurang memadai,

karakteristik

siswa beragam, kemampuan siswa berbahasa

Indonesia rendah, dan motivasi siswa serta orang tua rendah.
Selain rencana pelaksanaan pembelajaran, guru melakukan persiapan edukatif,
meliputi: persiapan terhadap situasi umum, persiapan terhadap murid yang akan
diajar, persiapan dalam tujuan yang akan dicapai, persiapan dalam bahan yang akan
diajarkan, persiapan dalam metode mengajar, persiapan alat-alat pembantu, dan
persiapan dalam evaluasi. Semua persiapan tersebut menjadi satu kesatuan dalam
9

proses pembelajaran. Persiapan edukatif yang dilakukan guru tersebut sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh

Usman, M (2008: 88), yang menyatakan bahwa

sebelum mengajar guru harus melakukan persiapan edukatif yaitu persiapan situasi
umum, murid, tujuan, bahan, metode, alat bantu mengajar, dan evaluasi pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukkan pada tahap pengajaran guru melakukan interaksi
dengan siswa, dan siswa dengan siswa lain. Pada tahap ini guru dituntut untuk benarbenar dapat mengelola dan mengendalikan kelas dengan baik. Pada tahap ini guru
telan melaksanakan pembelajaran mengikuti prosedur pembelajaran, mengawali
pelajaran, mengelola kegiatan belajar mengajar, mengatur waktu pelaksanaana
pembelajaran, mengatur fasilitas pembelajaran, dan melakukan evaluasi pembelajaran,
hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Usman (2008: 120)
mengemukakan pelaksanaan pembelajaran mengikuti prosedur memulai pelajaran,
mengelola kegiatan belajar mengajar, mengorganisasikan waktu, siswa dan fasilitas
belajar, melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar dan mengakhiri pelajaran.
Pengorganisasian pembelajaran IPA yang diaksanakan secara terorganisir,
melalui persiapan sebelum pembelajaran, proses pembelajaran dan sesudah
pembelajaran tersebut merupakan aktivitas yang berkesinambungan dan secara
kontinyu dilakukan oleh guru, dengan tujuan untuk merubah perilaku siswa melalui
kegiatan mengatur, mengelola, dan menyampaikan materi pembelajaran. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian Nadire (2014) yang menyimpulkan bahwa: bahwa
proses pembelajaran IPA berkembang secara kontinyu seperti organisasi. Pergeseran
paradigma dalam pendidikan yang mempengaruhi teori juga merubah peran guru dan
siswa. System pengelolaan pembelajaran merupakan cara yang bagus bagi guru
untuk mengatur, mengelola, dan menyampaikan materi pembelajaran IPA.
Pelaksanaan Pembelajaran IPA di SD Negeri Pajang IV Surakarta.
Pelaksanaanpembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Dilakasaan oleh
guru kelas meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Kegiatan pendahuluan guru menyiapkan fisik dan psikis siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran, mengajukan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan siswa
sebelumnya (pengetahuan awal) dengan materi yang akan dipelajari, menjelaskan

10

tujuan pembelajaran, dan menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian
singkat kegiatan sesuai silabus.
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi
dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
untuk berprakarsa kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis siswa. Metode pembelajaran IPA yang
digunakan oleh guru disesuaikan dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran, yang
dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Kegiatan eksplorasi, dilakukan oleh guru dengan menyediakan kesempatan
seluas-luasnya pada siswa dalam mencari informasi dari topik/tema materi yang
dipelajari secara mendalam dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru
dan belajar dari berbagai sumber; menggunakan keberagaman pendekatan
pembelajaran, media dan sumber belajar; memfasilitasi terjadinya interaksi antar
siswa, siswa lingkungan dan sumber belajar lainnya; mengaktifkan siswa dalam
setiap kegiatan pembelajaran; dan memfasilitasi siswa melalui percobaan di
laboratorium, studio, dan lapangan.
Kegiatan elaborasi dilakukan dengan memberi tugas-tugas yang mengarah
kepada pembiasaan membaca dan menulis yang beragam; memfasilitasi siswa
melalui pemberian tugas diskusi, atau yang lainnya untuk memunculkan gagasan baru
baik secara lisan maupun tertulis; memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; memfasilitsi siswa dalam
pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; memfasilitasi siswa berkompetisi secara
sehat untuk meningkatkan prestasi lisan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok; memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil kerja individual maupun
kelompok; memfasilitasi siswa melakukan pameran, turnamen, festifal, serta produk
yang dihasilkan; dan memfasilitasi siswa melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri.
Kegiatan konfirmasi dilakukan dengan memberikan umpan balik positif dan
penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan
siswa; memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi siswa melalui
11

berbagai sumber; memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan, memfasilitasi siswa untuk memperoleh
pengalaman belajar yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar melalui
layanan dalam pemecahan masalah, penggunaan bahasa yang baku dan benar,
pemberian acuan agar siswa dapat merecek hasil eksplorasi, pemberian informasi
agar siswa bereksplorasi lebih jauh; dan memotivasi siswa yang belum atau kurang
berpartisipasi aktif.
Kegiatan penutup merupakan kegiatan guru untuk merangkum atau membuat
simpulan pelajaran bersama siswa. Pada saat bersamaan guru juga melakukan
penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara
konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran, dan merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberi tugas baik
individual atau kelompok sesuai dengan hasil belajar siswa, serta menyampaikan
rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Pelaksanaan pembelajaran IPA menuntut guru harus memiliki kemampuan
yang cukup dan menguasai teori pembelajaran IPA, karena dalam proses
pembelajaran, sebelum siswa melakukan observasi, guru harus memilih alat peraga
yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran dan memberikan contoh langkah nyata
terkait dengan materi pembelajaran IPA. Hal ini telah dilakukan oleh guru IPA kelas
V di SD Negeri Pajang IV Surakarta. Dengan demikian aktivitas guru dalam
menggunakan memilih metode dan media pembelajaran sejalan dengan hasil
penelitian Barbara (2007) yang menyimpulkan bahwa kemampuan guru dalam
menggabungkan metode pembelajaran, fasilitas pembelajaran yang cukup, dan
kompetensi guru dalam memanfaatkan dan memilih media yang tepat dapat
memberikan pemahaman materi pembelajaran kepada siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode yang digunakan oleh
guru kelas dalam pelaksanaan pembelajaran IPA, adalah model pembelajaran yang
berbasis keaktifan siswa. Model pembelajaran ini memerlukan analisis penggunaan
waktu yang tepat, dan pemahaman guru terhadap materi pembelajaran yang baik,
sehingga dalam melaksanakan pembelajaran, guru dapat menyesuaikan materi
12

pembelajaran dengan waktu yang tersedia. Pelaksanaan pembelajaran yang berbasis
keaktifan siswa tersebut menunjukkan bahwa guru kelas di SD Negeri Pajang IV,
telah menguasai materi pembelajaran dengan baik dan mampu menganalisis waktu
pembelajaran dengan tepat. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian L.U. Ali, dkk
(2013) yang menyimpulkan bahwa guru yang memiliki pemahaman kurang baik
tentang hakikat sains, mengakibatkan guru jarang menerapkan hakikat sains dalam
pembelajaran, sehingga dalam melaksanakan pembelajaran banyak hambatan yang
dialami, diantaranya adalah ketidaksesuaian materi pelajaran dengan alokasi waktu,
orientasi aspek kognisi, kesiapan mental siswa, dan guru kurang memahami hakikat
sains. Akibat dari permasalahan tersebut dalam pelaksanaan pembelajaran sains, guru
lebih dominan menggunakan metode diskusi dan ceramah dibandingkan dengan
metode inquiri dalam mengelola pembelajaran.
Evaluasi Pembelajaran IPA di SD Negeri Pajang IV
Model evalusi yang digunakan dalam pembelajaran IPA di SD Negeri Pajang
IV Surakarta dilakukan melalui evaluasi sumatif dan formatif, jenis penilaian yang
digunakan oleh guru yaitu: penilaian unjuk kerja, penilaian secara tertulis, penilaian
proyek, penilaian produk, penilaain portofolio, dan penilaian diri. Penilaian unjuk
kerja. Penilaian dilakukan secara tertulis dan lisan, penilaian lisan dilakukan oleh
guru pada kegiatan evaluasi pre test, post test, dan akhir kompetensi dasar, evaluasi
secara tertulis, yaitu evaluasi yang dilakukan oleh guru melalui tes tertulis, yang
merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa dalam bentuk
tulisan dalam bentuk, soal dengan memilih jawaban (pilihan ganda, dua pilihan
(benar-salah, ya-tidak), dan menjodohkan), Soal dengan mensuplai-jawaban (isian
singkat atau melengkapi, uraian terbatas, uraian obyektif/non obyektif, dan uraian
terstruktur/nonterstruktur), dan soal berbentuk uraian.
Model evalusi yang digunakan dalam pembelajaran IPA di SD Negeri Pajang
IV Surakarta dilakukan melalui melalui berbagai bentuk dan jenis. Hal ini
menunjukkan bahwa guru kelas di SD Negeri Pajang IV, telah berupaya untuk
mengetahui hasil belajar siswa dengan menentukan nilai berdasarkan pengukuran
hasil belajar, seperti yang dikemukakan oleh Mudjiono (2010: 200), bahwa “Evaluasi

13

hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan
penilaian dan/atau pengukuran hasil belajar”.
Pelaksanaan evaluasi yang dilakukan oleh guru kelas tersebut memungkinkan
guru dapat mengetahui capaian tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil penilaian
tersebut guru dapat mendiagnosis perkembangan belajar siswa, mengetahui tingkat
efektifitas dan efisiensi berbagai komponen pembelajaran yang dipergunakan guru
dalam jangka waktu tertentu, menentukan tindak lanjut pembelajaran bagi siswa.
Berdasarkan aktivitas guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran dapat
diketahui bahwa penilaian hasil belajar IPA di SD Negeri Pajang IV, pada dasarnya
tidak hanya sekedar untuk mengevaluasi siswa, tetapi juga seluruh komponen proses
pembelajaran, seperti guru, dan tujuan belajar.
Walaupun latar belakang pendidikan guru kelas bukan dari IPA, namun dalam
menyusun soal-soal, guru telah dapat menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran,
namun sayangnya sejauh ini soal-soal yang disusun oleh guru belum pernah
dilakukan uji validitas butir dengan melakukan uji daya beda, maupun uji tingkat
kesukaran soal. Namun demikian soal tes yang digunakan oleh guru telah dapat
mengukur tingkat pengetahuan dan ketrampilan siswa. Hal ini berbeda dengan hasil
penelitian Nurdin (2003) yang menyimpulkan bahwa: dalam menyusun soal-soal tes
IPA terdapat masalah-masalah yang dihadapi.Adapun permasalahan yang dihadapi
guru tersebut ialah latar belakang pendidikan guru IPA MI yang kebanyakan tidak
sesuai (mismatch ) dan mereka juga kurang dan tidak pernah mendapat pelatihan
dalam menyusun dan melaksanakan evaluasi pembelajaran IPA pada khususnya.
Selanjutnya, Guru masih kurang memiliki buku-buku evaluasi sebagai penunjang
pengembangan profesionalismenya untuk mengevaluasi pembelajaran IPA.
PENUTUP
SIMPULAN
Perencanaan pembelajaran IPA di SD Negeri Pajang IV Surakarta disusun
melalui kelompok kerja guru dan dikembangkan oleh guru masing-masing dengan
mengacu pada kurikulum dan silabus yang berlaku Nasional. RPP IPA memuat.
Identitas, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, metode pembelajaran,

14

langkah pembelajaran, sumber belajar, alat peraga, dan penilaian.

Perencanaan

pembelajaran IPA di SD Negeri Pajang IV Surakarta dipersiapkan oleh guru sebelum
tahun ajaran baru.
Pengorganisasian pembelajaran pengorganisasian pembelajaran IPA di SD
Negeri Pajang IV Surakarta, terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu tahap sebelum
pengajaran, tahap pengajaran, dan tahap sesudah pengajaran. Tahap Sebelum
Pengajaran (persiapan mengajar) guru menyusun rencana mengajar, mempelajari
situasi umum, mempelajari kesiapan siswa, mempelajari dan memahami kompetensi
dasar dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, menyiapkan materi
pembelajaran, dan bahan ajar, mempersiapkan metode mengajar dan sarana
penunjangnya, mempersiapkan alat-alat pembantu, dan mempesiapkan instrumen
evaluasi. Tahap pengajaran, merupakan tahap kegiatan yang dilakukan oleh guru saat
berada di dalam kelas, pada tahap ini berlangsung interaksi antara guru dengan siswa,
siswa dengan siswa, siswa group atau siswa secara individual. Tahap sesudah
pengajaran, merupakan tahap sesudah guru selesai melakukan pengajaran, tahap ini
merupakan kegiatan atau perbuatan setelah pertemuan tatap muka dengan siswa.
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Dilaksanakan
oleh guru di kelas dan di luar kelas. Pembelajaran di kelas dilaksanakan dengan
menerapkan pembelajaran yang berbasis siswa aktif. Selain pembelajaran di dalam
kelas, guru melaksanakan pembelajaran di luar kelas dengan memanfaatkan sekolah
dengan pendekatan kontekstual. Proses pembelajaran dilakukan melalui pengamatan
langsung sesuai dengan materi pembelajaran.
Model evalusi yang digunakan dalam pembelajaran IPA di SD Negeri Pajang
IV Surakarta dilakukan melalui evaluasi sumatif dan formatif, jenis penilaian yang
digunakan oleh guru yaitu: penilaian unjuk kerja, penilaian secara tertulis, penilaian
proyek, penilaian produk, penilaain portofolio, dan penilaian diri. Penilaian
dilakukan secara tertulis dan lisan. Soal tes yang digunakan oleh guru dalam penilaian
secara tertulis belum dilakukan uji validitas butir. Penilaian unjuk kerja merupakan
penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan
suatu pekerjaan/tugas. Tujuan penilaian unjuk kerja adalah untuk mengetahui apa
yang siswa ketahui dan apa yang siswa lakukan.
15

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, 2010, Pembelajaran IPA di SD, Jakarta : Universitas Terbuka
Dimyati dan Mudjiono, 2010, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar, 2007, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
L. Murniasih, I.W. Subagia, dan I.B. Nyoman Sudria, 2013, Pembelajaran IPA: Studi
Kasus Pada SMP di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal , e-Journal
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi
Administrasi Pendidikan, Volume 4
L.U. Ali, I.W. Suastra, dan A.A.I.A.R. Sudiatmika, 2013, Pengelolaan Pembelajaran
IPA Ditinjau Dari Hakikat Sains Pada SMP di Kabupaten Lombok Timur , eJournal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi
Administrasi Pendidikan, Volume 3
Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompotensi Guru. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Matthew B. Etherington. 2011. “Investigative Primary Science: A Problem-based
Learning Approach”. Australian Journal of Teacher Education Volume 36.
Issue 9.
Miles, B. Mathew dan A. Michael Huberman. 2004. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:
UI Press.
Moleong, Lexy J. 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Nadire Cavus and Muhammed Sharif Alhih. 2014. “Learning management systems
use in science education”. Procedia - Social and Behavioral Sciences 143
( 2014 ) 517 – 520
Nurdin, Syahidan, 2013, Aspek Aplikasi Konsep Sains Dalam Evaluasi Pembelajaran
IPA di MI, Jurnal Pionir, Volume 1, Nomor 1, Bulan Juli-Desember
Poerwandari, E.K. 2005. Pendekatan Kualitatif untuk penelitian perilaku manusia .
Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan pendidikan
Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Shulamit Kotzer and Yossi Elran. 2012. ”Learning and teaching with Moodle-based
E-learning environments, combining learning skills and content in the fields
of Math and Science & Technology”. Moodle ResearchConference Heraklion,
Crete-Greece SEPTEMBER, 14 – 15
Usman, M. Uzer. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

16