DisusunHUBUNG Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal terhadap Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol.
Disusun
HUBUNG HOR WIL
n sebagai s pada jur
P UNIVER
GAN PENG RMONAL LAYAH KE
salah satu s rusan Kepe
NO
PROGRAM FAKULT RSITAS M
GGUNAAN TERHAD ERJA PUS
syarat meny erawatan F
Oleh
ONI WIDIA J210151
M STUDI K TAS ILMU MUHAMMA
TAHUN
N ALAT K AP HIPER KESMAS
yelesaikan Fakultas Ilm
:
AWATIE 1036
KEPERAW U KESEHA
ADIYAH S 2017
KONTRASE RTENSI DI
GROGOL
Program S mu Keseha
WATAN TAN SURAKAR
EPSI I
Studi Strat atan
RTA
(2)
(3)
(4)
(5)
HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL TERHADAP HIPERTENSI DIWILAYAH
KERJA PUSUKESMAS GROGOL ABSTRAK
Latar belakang: Program pelayanan Keluarga Berencana (KB) mempunyai arti dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sejahtera disamping program pendidikan dan kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang sering dialami oleh akseptor kontrasepsi hormonal adalah peningkatan berat badan, pusing dan hipertensi atau tekanan darah tinggi Penggunaan kontrasepsi hormonal tentunya memiliki beberapa manfaat selain keluhan dan efek samping yang muncul. Hipertensi dikenal dengan the silent killer karena umumnya tanpa ada manifestasi bagi penderita, apabila kondisi ini dibiarkan maka dapat menganggu fungsi organ-organ lain terutama seperti organ-organ-organ-organ vital yaitu jantung dan ginjal. Hasil dari observasi yang dilakukan peneliti 15 orang yang mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi. Tujuan: Mengetahui hubungan penggunaan alat kontrasepsi hormonal terhadap hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol. Metode: Jenis penelitian menggunakan desain cross sectional. Populasi yang diteliti adalah ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol yang berjumlah 75 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, pemeriksaan tekanan darah dan analisa data menggunakan uji statistic Chi Square. Hasil penelitian: Hasil pengujian statistik Chi Square diperoleh nilai χ2hitung
sebesar 7,324 dengan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,026 Kesimpulan: Terdapat hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap hipertensi dengan nilai signifikasi kurang dari 0,05.
Keywords: Hormonal, Hipertensi
ABSTRACT
Background: The program service of Family Planning (FP) has a significance in creating a prosperous man Indonesia in addition to education and health programs. One of the health problems often experienced by hormonal contraceptive acceptors are weight gain, dizziness and hypertension or high blood pressure certainly hormonal contraceptive use has several benefits in addition to complaints and side effects appear. Hypertension is known as the silent killer because there are generally no manifestation for patients, if this condition is left, it can interfere with the function of other organs, especially such vital organs, namely the heart and kidneys. The results of observations conducted by researchers 15 people who have hypertension or high blood pressure. Objective: To examine the relationship hormonal contraceptive use against hypertension in Puskesmas Grogol. Methods: The study used cross sectional design. The population studied were mothers who used hormonal contraception in Puskesmas Grogol, amounting to 75 people. Collecting data using questionnaires, blood pressure checks and data analysis using statistical test Chi Square. Result: The
(6)
Chi Square test results obtained χ2 hitung value of 7.324 with a significance value (p-value) of 0.026 Conclusion: There is a relationship between hormonal contraceptive use against hypertension with significant value of less than 0.05.
Keywords: Hormonal, Hypertension
1. PENDAHULUAN
Pengguna kontrasepsi telah banyak dibelahan dunia, terutama di bagian Asia dan Amerika Latin dan terendah dibagian Afrika. Secara global kontrasepsi modern meningkat menjadi 57% pada tahun 2014 sedangkan Negara bagian Afrika sebesar 27,6%, Negara bagian Asia terjadi peningkatan menjadi 61,6% dan Negara bagian Amerika sebesar 67% (WHO, 2014). Adanya gerakan keluarga berencana (KB) dapat memberikan kontribusi yang sangat besar dalam menurunkan pertumbuhan penduduk Selain itu program Keluarga Berencana (KB) juga berperan besar untuk mencapai pengurangan Angka Kematian Ibu (AKI) dengan melalui perencanaan keluarga dalam mengatur kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan.
Kontrasepsi suntik saat ini menduduki angka tertinggi sebesar 52,62% yang kemudian diikuti kontrasepsi pil sebesar 26,63% dan kontrasepsi implant sebesar 6,96% (BKKBN, 2014). Jawa Tengah merupakan salah provinsi tertinggi pengguna kontrasepsi hormonal yang terbagi menjadi kontrasepsi suntik sebesar 70,6%, kontrasepsi pil sebesar 26,63%, dan kontrasepsi implant sebesar 6,96%. Sedangkan Kabupaten Sukoharjo sendiri pengguna kontrasepsi hormonal tertinggi dengan prevalensi 62,233 juta orang atau 52,2% (BKKBN, 2014).
2. METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan Cross Sectional dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan. Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu-ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal di wilayah kerja Puskesmas
(7)
Grogo yang m pengam adalah dengan kebetu 3. HASIL 3.1An a.
ol yang bera menggunaka
Sampel da mbilan sam h teknik pe
n peneliti d ulan ditemui
L DAN PE nalisis Univ Distribusi dalam ben Da kontraseps mengguna responden sebanyak (5%).
ada di Kabu an kontrasep alam penel mpel (teknik
enentuan sa dapat digun
i itu cocok
EMBAHAS variat
frekuensi ntuk grafik 1
ari hasil gra si hormona akan alat k n (62%), s
25 respond 3
Peng
upaten Suko psi hormon itian ini dia
k sampling) ampel berd nakan sebag sebagai sum AN berdasarka 1 sebagai be
afik distribu al menunjuk kontrasepsi selanjutnya den (33%) 62 33% 5%
ggunaan
Horm
oharjo, deng nal. ambil seban g) menggun dasarkan ke gai sampel, mber data (Nan penggun erikut :
usi frekuen kkan bahwa
hormonal b kontrasep dan impla 2%
n
Kontra
monal
gan jumlah p
nyak 75 ibu nakan Accid ebetulan/inc bila dipand Notoatmodj naan kontra nsi berdasar a sebagian berupa sunt psi hormon ant sebanya
asepsi
SUNTIK PIL IMPLAN populasi 30
u adapun t
dental Sam cidental ber dang orang jo, 2010). asepsi horm rkan penggu besar respo tik sebanya nal berupa
ak 22 respo K NT 08 ibu eknik mpling rtemu yang monal unaan onden ak 28 pil onden
(8)
b. 3.2An ter Ke ana Pe ko p k χ2 h Distribusi grafik 2 se
Di menunjuk yaitu seba responden nalisis Biva Berdas rhadap hipe erja Puskesm
alisis data, m Tabel 1. Terhad emakaian ontrasepsi Suntik Pil Implant Total χ2 hitung p-value keputusan Berdas
hitung = 7,324
frekuensi ebagai berik
stribusi fr kkan distrib anyak 48 re n (36%). ariat sarkan hub ertensi pada mas Grogol maka ringk . Hubungan dap Hipert Norm Frek 8 6 13 27 = 7,324 = 0,026 = H0 ditol
sarkan table 4 dengan
p-64%
Tingka
berdasarkan kut :
rekuensi b busi terting esponden (6
bungan pen a ibu pengg
l mengguna kasan hasil u n Pengguna
ensi di Wil Hiperten mal % 29 24 59 36 lak
e 4.1 diatas
-value = 0,
36%
at
Tekan
n tingkat te
berdasarkan ggi adalah 64%) dan si
nggunaan a guna kontra akan uji Ch uji Chi Squa
aan Alat K layah Kerja
nsi
Prehiperten Frek
20 7
19 7
9 4
48 6
s dapat dike 026 maka k %
nan
Dar
ekanan dara n tingkat pada tingk isanya norm alat kontra asepsi horm
i Square. B are adalah s
Kontrasepsi a Puskesma nsi % Fre 71 28 76 25 41 22 64 75 etahui hasil kesimpulan
rah
Normal Prehipertensiah dalam b
tekanan kat prehipe mal sebanya
asepsi horm monal di Wi
Berdasarkan sebagai berik Hormonal as Grogol Total ek % 8 100 5 100 2 100 5 100 Chi square
n dari hasil d entuk darah rtensi ak 27 monal ilayah hasil kut. l e nilai diatas
(9)
adalah Ho ditolak yang artinya ada hubungan penggunaan alat kontrasepsi hormonal terhadap hipertensi. Hasil menunjukkan bahwa pada responden yang menggunakan kontrasepsi suntik mengalami prehipertensi yaitu sebanyak 20 responden (71%) dan normal sebanyak 8 responden (29%), sedangkan pada penggunaan kontrasepsi pil mengalami prehipertensi sebanyak 19 responden (76%) dan normal sebanyak 6 responden (24%), selanjutnya pada kontrasepsi implant yang mengalami prehipertensi sebanyak 9 responden (41%) dan yang normal sebanyak 13 responden (59%). Dimana responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal jenis suntik dan pil memiliki resiko mengalami hipertensi lebih tinggi dibandingkan penggunaan kontrasepsi hormonal jenis implant.
3.3Pembahasan
a. Karakteristik Responden
Distribusi responden menurut usia menunjukkan distribusi tertinggi adalah berusia 31-35 tahun yaitu sebanyak 38 responden (51%). Sesuai dengan teori bahwa usia diatas 35 tahun di anjurkan menggunakan kontrasepsi non hormonal. Hal ini didukung oleh peneliti lain yang mengungkapkan wanita umur 35-49 beresiko terjadinya hipertensi 1,3 kali lebih mungkin dibangdingkan umur 15-34 tahun. ( Pangaribuan, 2013).
Distribusi responden berdasarkan lama penggunaan tertinggi berada pada penggunaan dalam 4-5 tahun sebesar (35%) dimana hal ini tidak didukung dari penelitian yang mengungkapkan penggunaan selama 12 tahun berturut-turut beresiko terkena hipertensi 5,38 kali dibandingkan yang tidak menggunakan kontrasepsi (Nasifaha, 2014). b. Distribusi Frekuensi penggunaan alat kontrasepsi hormonal
Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kontrasepsi hormonal menunjukkan distribusi tertinggi adalah jenis kontrasepsi suntik yaitu sebesar (62%) dan distribusi frekuensi terendah berdasarkan jenis kontrasepsi implant (5%).
(10)
Hipotalamus menerima informasi dari sistem saraf pusat dan perifier mengenai suhu tubuh, nyeri, rasa nikmat, pemberian makanan, rasa lapar, massa tubuh dan status metabolik (Corwin, 2009). Hormon mengalir ke dalam darah dan hanya mempengaruhi sel tubuh yang memiliki reseptor, sel berespon terhadap hormon tertentu disebut sel target.
Hormon estrogen yang terkandung dalam kontrasepsi hormonal merupakan salah satu hormon yang dapat mempengaruhi peningkatan reabsorbsi natrium dan air dalam ginjal. Sehingga hal ini mengakibatkan hipervolemi yang dapat meningkatkan curah jantung yang akan berdampak pada peningkatan tekanan darah karena beban jantung yang meningkat (Corwin, 2009). Hal ini didukung dari penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal berdampak pada beberapa gangguan pada ibu, sedangkan gangguan tekanan darah merupakan salah satu gangguan yang sering muncul dan tergolong dalam kategori gangguan menengah (Sabatini, Cagiano dan Rabe 2011).
c. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah
Distribusi frekuensi tekanan darah menunjukkan distribusi tertinggi adalah pada tingkat prehipertensi yaitu sebanyak 48 responden (64%). Ditemukan hipertensi grade 2 sebesar (58,2%) baik pada pengguna kontrasepsi jenis suntik, pil dan implant dalam studi retrospektif selama 5 tahun (Hyacinthe, 2016). Hal ini berbeda dari hasil penelitian saya, dari hasil penelitian saya menemukan hipertensi dalam kategori hipertensi type 1.
Kontribusi penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap prevalensi hipertensi perempuan di Indonesia. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal pada perempuan berkontribusi terhadap peningkatan hipertensi pada perempuan (Isfandari dkk, 2013).
(11)
d. Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Terhadap Hipertensi pada ibu-ibu pengguna kontrasepsi hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol
Hasil uji Chi Square diperoleh nilai χ2hitung sebesar 7,324
dengan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,026. Nilai signifikansi uji (p-value) lebih kecil dari 0,05 (0,026 < 0,05) sehingga keputusan uji adalah menolak H0. Berdasarkan keputusan uji tersebut maka
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan alat kontrasepsi hormonal terhadap hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol, dimana responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal jenis suntik dan pil memiliki resiko mengalami hipertensi lebih tinggi dibandingkan penggunaan kontrasepsi hormonal jenis implant. Hal ini didukung dalam teori yang menyatakan reseptor estrogen dapat ditemukan dalam seluruh tubuh baik pada perempuan maupun laki-laki yang memiliki peran penting dalam kesehatan seperti dapat mengurangi Low Density Lipoprotein Kolesterol (LDL-C) (Stubblefield,2007).
Namun reseptor estrogen juga mempengaruhi sistem kardiovaskular secara tidak langsung melalui dampaknya terhadap faktor risiko kardiovaskular seperti profil lipid melalui jalur genom dimana perubahan pada ER mempengaruhi hati sehingga terjadinya peningkatan regulasi (Cauci S, 2008). Adanya hubungan yang signifikan yang masuk dalam kategori hipertensi atau prehipertensi selama penggunaan lebih dari 2 tahun ( Hyejin, 2013).
4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan
Kontrasepsi hormonal yang paling banyak digunakan pada ibu-ibu pemakai kontrasepsi hormonal di wilayah kerja Puskesmas Grogol adalah kontrasepsi suntik.
(12)
1. Tingkat hipertensi pada ibu pengguna kontrasepsi hormonal di wilayah kerja Puskesmas Grogol masuk dalam kategori prehipertensi.
2. Terdapat hubungan penggunaan alat kontrasepsi hormonal terhadap hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, maka peneliti menyampaikan saran-saran penelitian bagi:
1. Akseptor Kontrasepsi Hormonal
Bagi ibu pengguna kontrasepsi hormonal sebaiknya mengatur pola hidupnya seperti makan-makanan yang rendah kolesterol, rutin berolah raga, serta membatasi makan-makanan yang bersifat asin.
2. Petugas Kesehatan
Tenaga kesehatan diharapkan lebih meningkatkan pemberian informasi (penyuluhan), kesehatan tentang metode pemilihan kontrasepsi, yaitu tentang ragam metode kontrasepsi yang tersedia, keamanan dan cara pemakaian metode-metode tersebut, kontrasepsi yang mereka pilih, termasuk pengetahuan tentang kemungkinan efek samping dan komplikasinya, serta observasi tekanan darah sebelum dan sesudah penggunaan kontrasepsi hormonal dicatat setiap kali kunjungan
3. Penelitian yang lain.
Bagi peneliti selanjutnya hendaknya menambahkan variable bebas lainnya yang berhubungan dengan hipertensi pada penggunaan kontrasepsi hormonal, misalnya faktor usia, gaya hidup, dan sebagainya sehingga diketahui faktor apakah yang turut berhubungan dengan kejadian hipertensi pada ibu-ibu pengguna kontrasepsi hormonal.
(13)
DAFTAR PUSTAKA
Cauci S, Di Santolo M, Culhane JF, Stel G, Gonano F, Guaschino S.(2008). Effects Of Third-Generation Oral Contraceptives On High-Sensitivity C-Reactive Protein And Homocysteine In Young Women. Obstet Gynecol Corwin J Elizabeth (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
Hyacinthe Zamane, Georges Millogo, Charlemagne Marie Ouedraogo, Yobi Alexis Sawadogo, Edmond Nongkouni, Sibraogo Kiemtore, Dantola Paul Kain, Yirbar Kambire, Jean Lankoande. (2016). Hormonal Contraception and Hypertension at the Department of Obstetrics and Gynecology, Yalgado Ouedraogo Teaching Hospital: Epidemiological, Clinical and Therapeutic Patterns : Open Journal of Obstetrics and Gynecology, 2016, 6, 379-384
Hyejin Park, Kisok Kim. (2013). Associations Between Oral Contraceptive Use and Risk of Hypertension and Prehypertension in a Cross-Sectional Study of Korean Women : BMC Women’s Health
Isfandari Siti, Selma Siahan dan Lamria Pangaribuan. (2013). Kontribusi Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Terhadap Perbedaan Prevalensi Hipertensi Perempuan Dan Lelaki Di Indonesia : Perspektif Jender
Riskesdas 2013. Jakarta
Nafisaha Dewi, Pudjo Wahjudi, Dalam Andrei Ramani. (2014). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Akseptor Pil KB Di Kelurahan Sumbersari Kabupten Jember Tahun 2014
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Pangaribuan, L dan Bisara, Dian L (2013). Hubungan penggunaan kontrasepsi pil dengan kejadian hipertensi pada wanita usia 15-49 tahun di Indonesia tahun 2013 (analisis data riskesdas 2013). Jakarta :Media Litbangkes. Vol 25. No.2 Juni 2015
Pelayanan Kontrasepsi (2014) .Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional Direktorat Pelaporan dan Statistik: Jakarta
Sabatini R, Cagiano R, dan Rabe T. (2011). Adverse Effects Of Hormonal Contraception. Exceppta Medica
Stubblefield P, Carr-Ellis S, Kapp N. (2007). In: Berek & Novak’s Gynecology. 14. Berek JS, editor. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins
(1)
b. 3.2An ter Ke ana Pe ko p k χ2 h Distribusi grafik 2 se
Di menunjuk yaitu seba responden nalisis Biva Berdas rhadap hipe erja Puskesm
alisis data, m Tabel 1. Terhad emakaian ontrasepsi Suntik Pil Implant Total χ2 hitung p-value keputusan Berdas hitung = 7,324
frekuensi ebagai berik
stribusi fr kkan distrib anyak 48 re n (36%). ariat sarkan hub ertensi pada mas Grogol maka ringk . Hubungan dap Hipert Norm Frek 8 6 13 27 = 7,324 = 0,026 = H0 ditol sarkan table 4 dengan
p-64%
Tingka
berdasarkan kut :
rekuensi b busi terting esponden (6
bungan pen a ibu pengg
l mengguna kasan hasil u n Pengguna
ensi di Wil Hiperten mal % 29 24 59 36 lak
e 4.1 diatas
-value = 0,
36%
at
Tekan
n tingkat te
berdasarkan ggi adalah 64%) dan si
nggunaan a guna kontra akan uji Ch uji Chi Squa
aan Alat K layah Kerja
nsi
Prehiperten Frek
20 7
19 7
9 4
48 6
s dapat dike 026 maka k %
nan
Dar
ekanan dara n tingkat pada tingk isanya norm alat kontra asepsi horm
i Square. B are adalah s
Kontrasepsi a Puskesma nsi % Fre 71 28 76 25 41 22 64 75 etahui hasil kesimpulan
rah
Normal Prehipertensiah dalam b
tekanan kat prehipe mal sebanya
asepsi horm monal di Wi
Berdasarkan sebagai berik Hormonal as Grogol Total ek % 8 100 5 100 2 100 5 100 Chi square
n dari hasil d entuk darah rtensi ak 27 monal ilayah hasil kut. l e nilai diatas
(2)
adalah Ho ditolak yang artinya ada hubungan penggunaan alat kontrasepsi hormonal terhadap hipertensi. Hasil menunjukkan bahwa pada responden yang menggunakan kontrasepsi suntik mengalami prehipertensi yaitu sebanyak 20 responden (71%) dan normal sebanyak 8 responden (29%), sedangkan pada penggunaan kontrasepsi pil mengalami prehipertensi sebanyak 19 responden (76%) dan normal sebanyak 6 responden (24%), selanjutnya pada kontrasepsi implant yang mengalami prehipertensi sebanyak 9 responden (41%) dan yang normal sebanyak 13 responden (59%). Dimana responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal jenis suntik dan pil memiliki resiko mengalami hipertensi lebih tinggi dibandingkan penggunaan kontrasepsi hormonal jenis implant.
3.3Pembahasan
a. Karakteristik Responden
Distribusi responden menurut usia menunjukkan distribusi tertinggi adalah berusia 31-35 tahun yaitu sebanyak 38 responden (51%). Sesuai dengan teori bahwa usia diatas 35 tahun di anjurkan menggunakan kontrasepsi non hormonal. Hal ini didukung oleh peneliti lain yang mengungkapkan wanita umur 35-49 beresiko terjadinya hipertensi 1,3 kali lebih mungkin dibangdingkan umur 15-34 tahun. ( Pangaribuan, 2013).
Distribusi responden berdasarkan lama penggunaan tertinggi berada pada penggunaan dalam 4-5 tahun sebesar (35%) dimana hal ini tidak didukung dari penelitian yang mengungkapkan penggunaan selama 12 tahun berturut-turut beresiko terkena hipertensi 5,38 kali dibandingkan yang tidak menggunakan kontrasepsi (Nasifaha, 2014). b. Distribusi Frekuensi penggunaan alat kontrasepsi hormonal
Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kontrasepsi hormonal menunjukkan distribusi tertinggi adalah jenis kontrasepsi suntik yaitu sebesar (62%) dan distribusi frekuensi terendah berdasarkan jenis
(3)
Hipotalamus menerima informasi dari sistem saraf pusat dan perifier mengenai suhu tubuh, nyeri, rasa nikmat, pemberian makanan, rasa lapar, massa tubuh dan status metabolik (Corwin, 2009). Hormon mengalir ke dalam darah dan hanya mempengaruhi sel tubuh yang memiliki reseptor, sel berespon terhadap hormon tertentu disebut sel target.
Hormon estrogen yang terkandung dalam kontrasepsi hormonal merupakan salah satu hormon yang dapat mempengaruhi peningkatan reabsorbsi natrium dan air dalam ginjal. Sehingga hal ini mengakibatkan hipervolemi yang dapat meningkatkan curah jantung yang akan berdampak pada peningkatan tekanan darah karena beban jantung yang meningkat (Corwin, 2009). Hal ini didukung dari penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal berdampak pada beberapa gangguan pada ibu, sedangkan gangguan tekanan darah merupakan salah satu gangguan yang sering muncul dan tergolong dalam kategori gangguan menengah (Sabatini, Cagiano dan Rabe 2011).
c. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah
Distribusi frekuensi tekanan darah menunjukkan distribusi tertinggi adalah pada tingkat prehipertensi yaitu sebanyak 48 responden (64%). Ditemukan hipertensi grade 2 sebesar (58,2%) baik pada pengguna kontrasepsi jenis suntik, pil dan implant dalam studi retrospektif selama 5 tahun (Hyacinthe, 2016). Hal ini berbeda dari hasil penelitian saya, dari hasil penelitian saya menemukan hipertensi dalam kategori hipertensi type 1.
Kontribusi penggunaan kontrasepsi hormonal terhadap prevalensi hipertensi perempuan di Indonesia. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal pada perempuan berkontribusi terhadap peningkatan hipertensi pada perempuan (Isfandari dkk, 2013).
(4)
d. Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Terhadap Hipertensi pada ibu-ibu pengguna kontrasepsi hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol
Hasil uji Chi Square diperoleh nilai χ2hitung sebesar 7,324 dengan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,026. Nilai signifikansi uji (p-value) lebih kecil dari 0,05 (0,026 < 0,05) sehingga keputusan uji adalah menolak H0. Berdasarkan keputusan uji tersebut maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan alat kontrasepsi hormonal terhadap hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol, dimana responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal jenis suntik dan pil memiliki resiko mengalami hipertensi lebih tinggi dibandingkan penggunaan kontrasepsi hormonal jenis implant. Hal ini didukung dalam teori yang menyatakan reseptor estrogen dapat ditemukan dalam seluruh tubuh baik pada perempuan maupun laki-laki yang memiliki peran penting dalam kesehatan seperti dapat mengurangi Low Density Lipoprotein Kolesterol (LDL-C) (Stubblefield,2007).
Namun reseptor estrogen juga mempengaruhi sistem kardiovaskular secara tidak langsung melalui dampaknya terhadap faktor risiko kardiovaskular seperti profil lipid melalui jalur genom dimana perubahan pada ER mempengaruhi hati sehingga terjadinya peningkatan regulasi (Cauci S, 2008). Adanya hubungan yang signifikan yang masuk dalam kategori hipertensi atau prehipertensi selama penggunaan lebih dari 2 tahun ( Hyejin, 2013).
4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan
Kontrasepsi hormonal yang paling banyak digunakan pada ibu-ibu pemakai kontrasepsi hormonal di wilayah kerja Puskesmas Grogol adalah kontrasepsi suntik.
(5)
1. Tingkat hipertensi pada ibu pengguna kontrasepsi hormonal di wilayah kerja Puskesmas Grogol masuk dalam kategori prehipertensi.
2. Terdapat hubungan penggunaan alat kontrasepsi hormonal terhadap hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, maka peneliti menyampaikan saran-saran penelitian bagi:
1. Akseptor Kontrasepsi Hormonal
Bagi ibu pengguna kontrasepsi hormonal sebaiknya mengatur pola hidupnya seperti makan-makanan yang rendah kolesterol, rutin berolah raga, serta membatasi makan-makanan yang bersifat asin.
2. Petugas Kesehatan
Tenaga kesehatan diharapkan lebih meningkatkan pemberian informasi (penyuluhan), kesehatan tentang metode pemilihan kontrasepsi, yaitu tentang ragam metode kontrasepsi yang tersedia, keamanan dan cara pemakaian metode-metode tersebut, kontrasepsi yang mereka pilih, termasuk pengetahuan tentang kemungkinan efek samping dan komplikasinya, serta observasi tekanan darah sebelum dan sesudah penggunaan kontrasepsi hormonal dicatat setiap kali kunjungan
3. Penelitian yang lain.
Bagi peneliti selanjutnya hendaknya menambahkan variable bebas lainnya yang berhubungan dengan hipertensi pada penggunaan kontrasepsi hormonal, misalnya faktor usia, gaya hidup, dan sebagainya sehingga diketahui faktor apakah yang turut berhubungan dengan kejadian hipertensi pada ibu-ibu pengguna kontrasepsi hormonal.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Cauci S, Di Santolo M, Culhane JF, Stel G, Gonano F, Guaschino S.(2008). Effects Of Third-Generation Oral Contraceptives On High-Sensitivity C-Reactive Protein And Homocysteine In Young Women. Obstet Gynecol Corwin J Elizabeth (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
Hyacinthe Zamane, Georges Millogo, Charlemagne Marie Ouedraogo, Yobi Alexis Sawadogo, Edmond Nongkouni, Sibraogo Kiemtore, Dantola Paul Kain, Yirbar Kambire, Jean Lankoande. (2016). Hormonal Contraception and Hypertension at the Department of Obstetrics and Gynecology, Yalgado Ouedraogo Teaching Hospital: Epidemiological, Clinical and Therapeutic Patterns : Open Journal of Obstetrics and Gynecology, 2016, 6, 379-384
Hyejin Park, Kisok Kim. (2013). Associations Between Oral Contraceptive Use and Risk of Hypertension and Prehypertension in a Cross-Sectional Study of Korean Women : BMC Women’s Health
Isfandari Siti, Selma Siahan dan Lamria Pangaribuan. (2013). Kontribusi Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Terhadap Perbedaan Prevalensi Hipertensi Perempuan Dan Lelaki Di Indonesia : Perspektif Jender
Riskesdas 2013. Jakarta
Nafisaha Dewi, Pudjo Wahjudi, Dalam Andrei Ramani. (2014). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Akseptor Pil KB Di Kelurahan Sumbersari Kabupten Jember Tahun 2014
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Pangaribuan, L dan Bisara, Dian L (2013). Hubungan penggunaan kontrasepsi pil dengan kejadian hipertensi pada wanita usia 15-49 tahun di Indonesia tahun 2013 (analisis data riskesdas 2013). Jakarta :Media Litbangkes. Vol 25. No.2 Juni 2015
Pelayanan Kontrasepsi (2014) .Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional Direktorat Pelaporan dan Statistik: Jakarta
Sabatini R, Cagiano R, dan Rabe T. (2011). Adverse Effects Of Hormonal Contraception. Exceppta Medica
Stubblefield P, Carr-Ellis S, Kapp N. (2007). In: Berek & Novak’s Gynecology. 14. Berek JS, editor. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins