IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian Inventarisasi Tingkat Kerusakan dan Cadangan Karbon di Hutan Lindung Mangrove Kuala Langsa Kota Langsa - Aceh seluas +
766,18 Ha ditunjukkan dalam Gambar 4 dan dilaksanakan pada Bulan Juli –
Desember 2012.
Gambar 3. Peta jalur transek di lokasi penelitian
4.2. Alat
Alat alat yang dibutuhkan antara lain ; Global Positioning System GPS, peta lokasi, peta kerja, kompas, walking stick, galah ukur, phi-band,
meteran, tali plastiktambang, teropong binocular, kamera digital, tally sheet,
ring soil sampler dan alat alat tulis.
Universitas Sumatera Utara
4.3. Metode Penelitian
Pengukuran tingkat kekritisan lahan mangrove dengan cara survey langsung di lapangan teristris dengan metode metode garis berpetak
Purposive Random Sampling. Plot penelitian sebanyak 14 jalur dengan lebar 20 m dengan panjang garis 190 m yang masing - masing jalur berisi 3 plot
dengan jarak antar plot 10 m. Pengukuran dilakukan terhadap pohon 20 m x 20 m, pancang 5 m x 5 m, dan semai 2 m x 2 m Gambar 4.
4.4. Pelaksanaan Penelitian
Data primer diperoleh dari survey langsung di lapangan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari penulusuran terhadap data atau dokumen yang
diperoleh dari dinas atau instansi serta lembaga sosial masyarakat
.
Gambar 4. Desain unit contoh pengamatan vegetasi dilapangan dengan rancangan purposive random sampling metode garis berpetak.
Universitas Sumatera Utara
Untuk tingkat semai dan pancang dihitung jumlah individunya dan dicatat nama daerah, nama ilmiah dengan menggunakan buku Panduan
Pengenalan Mangrove di Indonesia Noor et al., 2006. Pada tingkat pohon selain dicatat nama ilmiah, nama daerah, dihitung jumlah individu juga
diukur tinggi dan diameter batang dari setiap individu. Untuk pengukuran diameter, digunakan diameter setinggi dada 130 cm kecuali untuk jenis
Rhizophora , diameter diukur pada posisi 20 cm di atas akar tunjang teratas.
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis untuk memperoleh gambaran kondisi vegetasi hutan mangrove pada petak contoh penelitian.
Pengukuran pada hutan lindung mangrove kuala langsa dilaksanakan dari pinggir laut secara tegak lurus terhadap garis pantai sampai ke zone
terdalamperalihan dengan hutan rawa.. Kriteria tingkat pertumbuhannya : a. Semai adalah anakan pohon mulai dari kecambah sampai setinggi 1,5 m.
b. Pancang adalah anakan dengan tinggi lebih dari 1,5 m sampai Ø 10 cm. c. Pohon adalah tumbuhan berkayu dengan Ø
≥ 10 cm.
4.5. Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi adalah cara untuk mengetahui komposisi jenis dan struktur vegetasi dalam suatu ekosistem Kusmana, 1997, data yang
diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan dihitung untuk menentukan variabel sebagai berikut :
Indeks Nilai Penting INP dihitung dengan cara: a Untuk tingkat pohon INP = KR + DR + FR
Universitas Sumatera Utara
b Untuk tingkat semai dan pancang : INP = KR + FR dimana ; Kerapatan relatif KR, frekuensi suatu jenis F, frekuensi relatif FR,
dominasi suatu jenis D, dominansi relatif DR ; dihitung dengan rumus sebagai berikut :
a. Kerapatan suatu jenis K, dihitung dengan rumus : �
������ ℎ�
= �����ℎ �������� ����� �����
���� ����� �����ℎ b. Kerapatan relatif KR suatu jenis, dihitung dengan rumus :
�� = ��������� ����� �����
��������� ������ℎ ����� � 100
c. Frekuensi F suatu jenis, dihitung dengan rumus : � =
�����ℎ ����� ��������� ����� ����� �����ℎ ������ℎ ����� �����ℎ
d. Frekuensi relatif FR suatu jenis, dihitung dengan rumus : �� =
��������� ����� ����� ��������� ������ℎ �����
� 100 e. Dominasi D suatu jenis, dihitung dengan rumus :
� �
2
ℎ� = ���� ������ ����� ����� �����
���� ����� �����ℎ Untuk mendapatkan nilai luas bidang dasar LBD pada perhitungan
dominansi menggunakan rumus sebagai berikut : LBD m
2
= ¼ π d
f. Dominasi relatif DR suatu jenis, dihitung dengan rumus : �� =
�������� ����� ����� �������� ������ℎ �����
� 100
2
Universitas Sumatera Utara
g. Indeks Keanekaragaman H
1
Indeks keanekaragaman dihitung dengan menggunakan indeks Shannon Wienner :
�
′
= − � ��
� �=1
ln ��
Keterangan : H = Indeks Shannon Wienner
P
i
n = Kelimpahan relatif dari species ke- i = niN
i
N = Jumlah total untuk semua individu = Jumlah individu suatu jenis ke-i
Menurut Barbour et al.,1987 menyatakan bahwa nilai H dengan
kriteria ; 0-2 tergolong rendah, 2-3 tergolong sedang dan 3 tergolong tinggi.
4.6. Biomassa Pohon dan Cadangan Karbon
Proporsi terbesar cadangan karbon di daratan umumnya terdapat pada komponen pepohonan. Untuk mengurangi tindakan perusakan selama
pengukuran, biomasa pohon dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan allometrik yang didasarkan pada pengukuran diameter batang.
Penggunaan rumus allometrik sederhana yang dapat mewakili berbagai jenis pohon yang tumbuh di hutan alami dari berbagai negara
mungkin dapat digunakan untuk mengurangi perusakan hutan selama pengukuran. Model penduga biomassa untuk jenis-jenis pohon yang hidup
di hutan mangrove di Indonesia telah dikembangkan oleh beberapa peneliti. Jenis vegetasi mangrove yang telah tersedia persamaan penduga biomassa
Universitas Sumatera Utara
antara lain dari kelompok Rhizophora., Bruguiera. dan Avicennia. Rumus penduga ini dikembangkan oleh beberapa peneliti yang disarikan dalam
Komiyama et al., 2007. Tabel 2. Persamaan allometrik biomassa pohon bagian atas Above-ground
tree mangrove dengan diameter setinggi dada cm.
Jenis Mangrove Rumus Allometrik
Sumber Mangrove secara umum
0,168. ρ . DBH Chave et al., 2005
2,47
R. apiculata 0,235 . DBH
Ong et al., 2004
2,42
B. gymnorrhiza 0,186. DBH
Clough and Scott., 1989
2,31
X. granatum 0,0823 . DBH
Clough and Scott., 1989
2,59
Keterangan: DBH= diameter setinggi dada cm. Penghitungan karbon dari biomassa menggunakan rumus sebagai berikut:
Cb = B x C organik Keterangan: Cb = Adalah kandungan karbon dari biomassa, dinyatakan dalam
kilogram kg; B = adalah total biomassa, dinyatakan dalam kgha ; C organik = adalah nilai persentase kandungan
karbon dengan asumsi bahwa kandungan karbon dalam tanaman adalah 50 Komiyama et al., 2007, Cadangan
Karbon = Total Biomassa Pohon perlahan Tonha x 0,5.
4.7. Penentuan Tingkat Kekritisan LahanPenentuan Kerusakan Mangrove
Metode yang digunakan dalam menghitung tingkat kerusakan mangrove adalah mengacu kepada Pedoman Inventarisasi dan identifikasi
lahan kritis mangrove Departemen Kehutanan Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dengan sistem penilaian penentuan tingkat kekritisan lahan Penentuan
kerusakan Mangrove berdasarkan cara teristris survey lapangan dilakukan dengan sistem penilaian sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1 Tipe penutupan dan penggunaan lahan Kriteria tipe penutupan dan penggunaan lahan diklasifikasikan kedalam lima
kategori dengan bobot nilai 30 dengan cara skoring. 2 Jumlah pohon per hektar
Kerapatan tegakan jumlah pohon per hektar, N dan kemerataan kehadirannya frekuensi, F merupakan kriteria penting untuk menentukan
tingkat kekritisan lahan mangrove. Kriteria ini diklasifikasikan kedalam lima kategori dengan bobot nilai 25 dengan cara skoring.
3 Jumlah permudaan per hektar Jumlah permudaan semai dan pancang per hektar Np diklasifikasikan
kedalam lima kategori dengan bobot nilai 20 dengan cara skoring. 4 Lebar jalur hijau mangrove
Sesuai dengan Keppres No. 32 Tahun 1990, tentang pengelolaan kawasan lindung, kawasan pantai berhutan bakaumangrove = 130 x nilai rata-rata
perbedaan air pasang tertinggi dan terendah PPS tahunan yang diukur dari garis air surut terendah ke arah darat, dikategorikan masih dapat
berfungsi cukup baik. Bobot nilai yang diberikan pada kriteria lebar jalur hijau mangrove adalah 15 dengan cara skoring. Data Pasang Surut Air
Laut Dan Tabel Solunar kawasan pantai Langsa dari Januari 2012 sd Desember 2012.
5 Tingkat abrasi Abrasi adalah peristiwa rusaknya pantai sebagai akibat dari hantaman
ombak atau gaya air laut. Bobot nilai yang diberikan pada kriteria ini adalah 10, dengan cara skoring BRR, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Secara ringkas, kriteria, bobot dan skor penilaian tersebut dapat disajikan seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kriteria, bobot dan skor penilaian untuk penentuan tingkat kekritisan lahan mangrove dengan cara teristris survey lapangan.
No. Kriteria
Bobot Skor Penilaian
1. Tipe
penutupan dan
penggunaan lahan Tppl
30 a. 5 : hutan mangrove murni
b. 4 : hutan mangrove bercampur tegakan hutan lain c. 3 : hutan mangrove bercampur dengan tambak
tumpang sari, atau areal tambak tumpangsari murni
d. 2 : hutan mangrove bercampur dengan penggunaan lahan non-vegetasi pemukiman, tambak non
tumpangsari, dsb e. 1 : areal tidak bervegetasi
2. Jumlah
Pohonha N
25
a. 5 : N = 1.500 pohonha, merata F = 75 b. 4 : N = 1.500 pohonha, tidak merata F 75
c. 3 : N = 1.000 - 1.500 pohonha, merata F = 75 d. 2 : N = 1.000 - 1.500 pohonha, tidak merata F75
e. 1 : N 1.000 pohonha
3. Permudaan
ha Np
20
a. 5 : N = 5.000 semaiha F = 40 N = 2.500 pancangha F = 60
b. 4 : N = 4.000 - 5.000 semaiha F = 40 N = 2.000 - 2.500 pancangha F = 60
c. 3 : N = 3.000 - 4.000 semaiha F = 40 N = 1.500 - 2.000 pancangha F = 60
d. 2 : N = 2.000 - 3.000 semaiha F = 40 N = 1.000 - 1.500 pancangha F = 60
e. 1 : N 2.000 semaiha F = 40 N 1.000 pancangha F = 60
4. Lebar jalur
hijau mangrove
L
15
a. 5 : ≥ 100
b. 4 : 80 - 100 130 x PPS c. 3 : 60 - 80 130 x PPS
d. 2 : 40 - 80 130 x PPS e. 1 : 40 130 x PPS
5. Tingkat
Abrasi A 10
a. 5 : 0 - 1 mtahun b. 4 : 1 - 2 mtahun
c. 3 : 2 - 3 mtahun d. 2 : 3 - 5 mtahun
e. 1 : 5 mtahun
Sumber : Departemen Kehutanan, 2005
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 3, total nilai skoring TNS dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
TNS = Tppl x 30 + N x 25 + Np x 20 + L x 15 + A x 10 Dari total nilai skoring TNS, selanjutnya dapat ditentukan tingkat
kekritisan lahan mangrove sebagai berikut: • Nilai 100 – 200 : rusak berat
• Nilai 201 – 300 : rusak • Nilai 300
: tidak rusak.
Universitas Sumatera Utara
V. HASIL DAN PEMBAHASAN