Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Orang Tua dengan Perilaku Pencegahan Diare Di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DIARE DI GAMPONG

KUALA LANGSA KECAMATAN LANGSA BARAT KOTA LANGSA

SKRIPSI OLEH :

091000043 EFA RINI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DIARE DI GAMPONG

KUALA LANGSA KECAMATAN LANGSA BARAT KOTA LANGSA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

091000043 EFA RINI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DIARE DI GAMPONG KUALA LANGSA KECAMATAN LANGSA BARAT KOTA LANGSA

Nama Mahasiswa : Efa Rini Nomor Induk Mahasiswa : 091000043

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan : Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Tanggal Lulus : 11 Februari 2014

Disahkan Oleh Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Tukiman, MKM Drs. Eddy Syahrial, MS NIP. 196110241990031003 NIP. 19590713198731001

Medan, Maret 2014 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

19610831 198903 1 001 Dr. Drs, Surya Utama, M.S


(4)

ABSTRAK

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia, penyakit diare adalah salah satu penyebab kematian utama setelah infeksi saluran pencernaan. Pengetahuan dan sikap seseorang sangat memengaruhi tindakan seseorang terhadap pencegahan diare. Namun, peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil dari tingkat pengetahuan dan sikap orang tua terhadap pencegahan diare di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain penelitian cross sectional. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara dan kuesioner sebagai panduan wawancara. Wawancara dilakukan pada 78 orang yang berumur 20-40 tahun dan dipilih secara

simple random sampling. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Puskesmas

Pembantu dan literatur-literatur yang terkait.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan yang paling banyak adalah baik dengan jumlah 37 orang (47,5%), sikap yang paling banyak adalah baik (positif) dengan jumlah 39 orang (50,0%), dan kategori tindakan yang paling banyak adalah baik dengan jumlah 35 orang (44,9%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap orang tua dengan perilaku pencegahan diare.

Saran dari penelitian ini adalah agar petugas kesehatan terus memberikan penyuluhan untuk menciptakan lingkungan yang sehat, masyarakat agar terus meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat terutama dalam pencegahan diare, dan peneliti lain agar menambah faktor-faktor lain di luar penelitian ini dan menambah jumlah sampel.


(5)

ABSTRACT

Diarrhea is one of the major health problems in developing countries, including Indonesia. In Indonesia, diarrhea is one of the major affect of death after infection of the digestive tract. Knowledge and attitude of person greatly affect one's actions on the prevention of diarrhea. However, increasing of the knowledge does not always cause to changes in attitudes and behavior.

The purpose of this research was to know the outcome of the level of knowledge and attitudes of parents towards the prevention of diarrhea in the Kuala Langsa Village, West Langsa District, Langsa City. This research was an analysis by cross-sectional design. The data used primary and secondary data. The primary data is obtained through interviews and a questionnaire as an interview guide. Interviews were conducted on 78 people who were 20-40 years old and selected by simple random sampling. While the secondary data is taken by primary health center and is related literatures.

The results show that the most level of knowledge is good by the number of it is 37 persons (47.5%), the most attitude is good (positive) by the number of it is 39 persons (50.0%), and the most category of is good by the number of it is 35 persons (44.9%). The results also show that there is a relationship between knowledge and attitude of parents with behavioral prevention of diarrhea.

Suggestions of this research is that health officers should continue to give health education to create a healthy environment, the people should continue to improve hygiene and healthy behavior, especially in the prevention of diarrhea, and other researchers in order to add other factors outside of this research and add the number of sample.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Efa Rini

Tempat/Tanggal Lahir : Kuala Simpang/24 Oktober 1990

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Nama Orang Tua

Ayah : Paridi

Ibu : Suginem

Anak ke : 1 dari 4 bersaudara

Alamat Rumah : Dusun Ar-Rahim, Kota Lintang, Kuala Simpang, Kabupaten Aceh Tamiang.

Riwayat Pendidikan

Tahun 1997-2003 : SD Negeri 3, Kuala Simpang

Tahun 2003-2006 : MTs Pon-Pes Modern Darul Hikmah TPI, Medan Tahun 2006-2009 : MA Pon-Pes Modern Darul Hikmah TPI, Medan Tahun 2009-2013 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Medan


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT serta shalawat beriring salam bagi Rasulullah SAW, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Orang Tua dengan Perilaku Pencegahan Diare Di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Banyak pengalaman yang penulis peroleh dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan juga dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman, M.K.M, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu serta pikirannya dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Bapak Drs. Eddy Syahrial, M.S, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang juga telah banyak membantu dan meluangkan waktu serta pikirannya dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(8)

4. Bapak Drs. Alam Bakti, M.Kes, selaku Tim Penguji Skripsi yang telah memberikan kritik dan saran serta motivasi kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini.

5. Ibu Maya Fitria, SKM, M.Kes, selaku Tim Penguji Skripsi yang juga telah memberikan kritik dan saran serta motivasi kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini.

6. Bapak dr. Heldi BZ, M.P.H, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan dukungan selama penulis menjalani perkuliahan di FKM USU.

7. Seluruh Staf Pengajar FKM USU serta Dosen Peminatan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

8. Kepada Kak Murni staf Puskesmas Pembantu Kuala Langsa yang telah memberikan izin melakukan penelitian skripsi ini.

9. Bapak Sekretaris Desa Kuala Langsa yang telah meluangkan waktunya memberikan informasi yang dibutuhkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

10.Sembah sujud penulis kepada kedua orang tua terkasih dan juga teristimewa

Ayahanda Paridi dan Ibunda Suginem yang senantiasa memberikan do’a, kasih sayang, cinta, perhatian, semangat, dukungan moral, spiritual, dan juga material. Kalian adalah My Wonderful Spirit untuk meraih kesuksesanku kelak dan You’re The Best I Ever Had in My Life.


(9)

12.Teristimewa kepada kakanda Sertu Ika Saputra sumber motivasi dan penyemangatku yang selalu mendukung dan mendoakan dalam pengerjaan skripsi ini.

13.Sahabat-sahabatku : Neni, Cici, Lulu, Winda, Yeni, jumhy, Intan Kesuma Wardani, Cindy, Hayu, Ayu, Dewi, Citra, Dara, dan Kak Nilawati terima kasih untuk selalu menemani, meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, serta motivasinya dalam pengerjaan skripsi ini.

14.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan semangat, semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada Bapak, Ibu dan teman-teman sekalian.

Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini sehingga dengan penuh kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Februari 2014 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan ... 7

1.3.1 Tujuan Umum ... 7

1.3.2 Tujuan Khusus ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Konsep Perilaku ... 9

2.1.1Pengetahuan (Knowledge) ... 10

2.1.2 Sikap (Attitude) ... 12

2.1.3 Tindakan ... 13

2.1 Determinan Perilaku ... 15

2.2.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku ... 15

2.2 Pencegahan ... 16

2.3.1Definisi ... 16

2.4 Diare ... 18

2.4.1 Pengertian ... 18

2.4.2 Etiologi ... 19

2.4.3 Jenis Diare ... 21

2.4.4 Gejala Diare ... 23

2.5 Pencegahan Diare ... 23

2.6 Gambaran Klinik ... 24

2.7 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diare ... 25

2.7.1 Faktor Sosiodemografi ... 25

2.7.2 Faktor Lingkungan ... 27

2.7.3 Faktor Perilaku ... 31

2.8 Kerangka Konsep ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34


(11)

3.3 Waktu Penelitian ... 34

3.4 Populasi dan Sampel ... 34

3.4.1 Populasi ... 34

3.4.2 Sampel ... 35

3.5 Metoda Pengumpulan Data ... 36

3.5.1 Data Primer ... 36

3.5.2 Data Sekunder ... 36

3.6 Instrumen Penelitian ... 36

3.7 Definisi Operasional ... 36

3.8 Aspek Pengukuran ... 37

3.9 Pengolahan Data dan Analisis Data ... 38

3.9.1 Pengolahan Data ... 38

3.9.2 Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 40

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penetian ... 40

4.1.1 Keadaan Geografi ... 40

4.1.2 Keadaan Demografi ... 40

4.2 Hasil Analisis Univariat ... 41

4.2.1 Umur Responden ... 41

4.2.2 Tingkat Pendidikan ... 41

4.2.3 Jenis Pekerjaan ... 41

4.2.4 Pengetahuan ... 42

4.2.5 Sikap ... 47

4.2.6 Tindakan ... 52

4.3 Hasil Analisis Bivariat ... 57

4.3.1 Hubungan Pengetahuan dan Tindakan Pencegahan Diare ... 57

4.3.2 Hubungan Antara Sikap dengan Tindakan Pencegahan Diare ... 58

BAB V PEMBAHASAN ... 60

5.1 Karakteristik Responden ... 60

5.1.1 Umur ... 60

5.1.2 Tingkat Pendidikan ... 60

5.1.3 Jenis Pekerjaan ... 60

5.2 Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Diare ... 61

5.3 Hubungan Sikap dengan Tindakan Pencegahan Diare ... 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

6.1 Kesimpulan ... 64

6.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Derajat Dehidrasi Menurut WHO ... 24

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan ... 41

Table 4.2 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan ... 45

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan ... 47

Table 4.4 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sikap ... 51

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap ... 52

Table 4.6 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tindakan ... 55

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan ... 57

Tabel 4.8 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Diare ... 57


(13)

DAFTAR GAMBAR


(14)

ABSTRAK

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia, penyakit diare adalah salah satu penyebab kematian utama setelah infeksi saluran pencernaan. Pengetahuan dan sikap seseorang sangat memengaruhi tindakan seseorang terhadap pencegahan diare. Namun, peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil dari tingkat pengetahuan dan sikap orang tua terhadap pencegahan diare di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain penelitian cross sectional. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara dan kuesioner sebagai panduan wawancara. Wawancara dilakukan pada 78 orang yang berumur 20-40 tahun dan dipilih secara

simple random sampling. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Puskesmas

Pembantu dan literatur-literatur yang terkait.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan yang paling banyak adalah baik dengan jumlah 37 orang (47,5%), sikap yang paling banyak adalah baik (positif) dengan jumlah 39 orang (50,0%), dan kategori tindakan yang paling banyak adalah baik dengan jumlah 35 orang (44,9%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap orang tua dengan perilaku pencegahan diare.

Saran dari penelitian ini adalah agar petugas kesehatan terus memberikan penyuluhan untuk menciptakan lingkungan yang sehat, masyarakat agar terus meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat terutama dalam pencegahan diare, dan peneliti lain agar menambah faktor-faktor lain di luar penelitian ini dan menambah jumlah sampel.


(15)

ABSTRACT

Diarrhea is one of the major health problems in developing countries, including Indonesia. In Indonesia, diarrhea is one of the major affect of death after infection of the digestive tract. Knowledge and attitude of person greatly affect one's actions on the prevention of diarrhea. However, increasing of the knowledge does not always cause to changes in attitudes and behavior.

The purpose of this research was to know the outcome of the level of knowledge and attitudes of parents towards the prevention of diarrhea in the Kuala Langsa Village, West Langsa District, Langsa City. This research was an analysis by cross-sectional design. The data used primary and secondary data. The primary data is obtained through interviews and a questionnaire as an interview guide. Interviews were conducted on 78 people who were 20-40 years old and selected by simple random sampling. While the secondary data is taken by primary health center and is related literatures.

The results show that the most level of knowledge is good by the number of it is 37 persons (47.5%), the most attitude is good (positive) by the number of it is 39 persons (50.0%), and the most category of is good by the number of it is 35 persons (44.9%). The results also show that there is a relationship between knowledge and attitude of parents with behavioral prevention of diarrhea.

Suggestions of this research is that health officers should continue to give health education to create a healthy environment, the people should continue to improve hygiene and healthy behavior, especially in the prevention of diarrhea, and other researchers in order to add other factors outside of this research and add the number of sample.


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia, penyakit diare adalah salah satu penyebab kematian utama setelah infeksi saluran pencernaan (Maryunani, 2010).

Diare menyebabkan kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feces. Kelainan yang mengganggu penyerapan di usus halus cenderung menyebabkan diare, sedangkan kelainan penyerapan di usus besar lebih jarang menyebabkan diare. Pada dasarnya semua diare merupakan gangguan transportasi larutan. Gejala klinis sesuai dengan derajat atau banyaknya kehilangan cairan. Bila dilihat dari banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan kehilangan berat badan. Berdasarkan kehilangan berat badan, dehidrasi ada empat kategori, yaitu tidak ada dehidrasi (bila penurunan berat badan 2,5%), dehidrasi ringan (bila terjadi penurunan berat badan 2,5%), dehidrasi sedang (bila penurunan berat badan 5-10%), dan dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 10% (Sodikin, 2011).

Penyakit dengan insidensi rendah tetapi dengan CFR yang tinggi seperti rabies, merupakan penyakit yang berat secara perseorangan, sedangkan penyakit dengan insidensi yang tinggi tetapi tidak berat seperti diare, yang akan memberikan keadaan yang lebih serius sebagai masalah kesehatan masyarakat karena merupakan unsur yang menimbulkan peningkatan kematian populasi secara keseluruhan (Nasry, 2009).


(17)

Diare yang berlangsung kurang dari 2 minggu, disebut sebagai diare akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih, maka digolongkan pada diare kronis. Di negara-negara berkembang diare merupakan penyebab kematian paling banyak terutama menyebabkan kematian balita (Zulkoni, 2010). Penyakit diare akut (DA) atau gastroenteristik akut (GEA) merupakan suatu penyakit penting di Indonesia yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian anak. Walaupun hanya sebagian kasus diare akan mengalami dehidrasi, namun banyak kasus akan meninggal bila tidak dilakukan tindakan-tindakan yang tepat. Pengelolaan diare akut pada bayi dan anak telah mengalami kemajuan pesat sejak ditingkatkannya pengetahuan tentang faktor-faktor yang menjadi penyulit (komplikasi) diare akut (Suharyono, 2008).

Penyebab diare lainnya adalah makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor, bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi yang sering memasukkan tangan, mainan atau apapun ke dalam mulut karena virus ini dapat bertahan di permukaan udara sampai beberapa hari. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar, pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih, tidak mencuci tangan dengan bersih sesudah buang air besar dan setelah membuang tinja anak, sehingga mengontaminasi perabot atau alat-alat yang ada di rumah (Suririnah, 2006).

Pada anak–anak yang gizinya tidak begitu baik, sering menderita diare walaupun tergolong ringan. Akan tetapi karena diare itu dibarengi oleh menurunnya nafsu makan dan keadaan tubuh yang lemah, sehingga keadaan yang demikian sangat membahayakan kesehatan anak. Ibu biasanya tidak menanggapinya secara sungguh–


(18)

sungguh karena sifat diarenya ringan. Padahal penyakit diare walaupun dianggap ringan tetapi sangat berbahaya bagi kesehatan anak (Hiswani, 2003).

Pandangan masyarakat untuk menanggulangi penyakit diare, anak harus dipuasakan. Jadi usus dikosongkan agar tidak terjadi rangsangan yang menyebabkan anak merasa ingin buang air besar. Jika anak sudah dalam keadaan gizi kurang, keadaan gizinya akan menjadi lebih buruk akibat puasa. Maka memuasakan anak saat diare ditambah dengan dehidrasi yang mudah terjadi pada anak saat diare akan memperburuk keadaan bahkan dapat menyebabkan kematian (Hiswani, 2003).

Karena itu, peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap diare diperlukan suatu pengetahuan, karena pengetahuan merupakan salah satu komponen faktor predisposisi yang penting. Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku tetapi mempunyai hubungan yang positif, yakni dengan peningkatan pengetahuan maka terjadinya perubahan perilaku akan cepat (Notoatmodjo, 2007).

Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia menurut Surkesnas tahun 2001, diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur (Amirudin, 2007).

Diare merupakan penyebab utama kematian bayi dan anak balita (anak usia 1 bulan sampai <5 tahun) di Indonesia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2007) yang dilakukan oleh Kemenkes Badan Litbangkes pada tahun 2007, penyakit diare menjadi penyebab utama kematian bayi (31,4%) dan anak balita


(19)

dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) tingkat berat. Kondisi dehidrasi berat pada anak sering kali tidak diketahui atau tidak disadari oleh orang tua sehingga orang tua ‘kecolongan’ dan mendapati anaknya sudah dalam kondisi kritis (Riskesdas, 2007).

Angka kematian akibat diare di Indonesia masih sekitar 7,4%. Sedangkan angka kematian akibat diare persisten lebih tinggi yaitu 45%. Sementara itu, pada survei morbiditas yang dilakukan oleh Depkes tahun 2001 menemukan angka kejadian diare di Indonesia adalah berkisar 200-374 per 1000 penduduk. Sedangkan menurut SKRT 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100.000 penduduk dan angka kematian akibat diare pada balita adalah 75 per 100.000 balita. Insiden penyakit diare yang berkisar antara 200-374 dalam 1000 penduduk, dimana 60-70% di antaranya anak-anak usia di bawah 5 tahun (Solaiman, EJ, 2001).

Berdasarkan hasil survei Depkes RI (2006) diketahui bahwa kejadian Diare pada semua usia di Indonesia adalah 423 per 1000, dan frekuensi 1-2 kali per tahun pada anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh pada tahun 2007 angka kejadian diare di Provinsi Aceh sebanyak 41.344 kasus, sementara itu pada tahun 2008 terdapat 45.157 kasus diare, angka ini terus meningkat pada tahun 2009 menjadi 86.089 kasus (Dinkes Provinsi Aceh, 2007).

Penyakit diare dapat menimbulkan KLB di beberapa wilayah dengan jumlah penderita dan kematian yang cukup tinggi. Di Kota Langsa penyakit dengan jumlah tertinggi yang menduduki tingkat pertama yaitu diare, kemudian pada tingkat kedua malaria dan yang ketiga yaitu TB paru. Jumlah kasus penyakit diare di Kota Langsa pada tahun 2007 sebesar 920 kasus (Dinkes Kota Langsa, 2007).


(20)

Berdasarkan Jurnal Kesehatan Masyarakat, penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang menyebabkan kematian. Banyak faktor resiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyebab diare pada bayi dan anak di Indonesia. Salah satu faktor resiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakteriologis air, dan kondisi rumah. Sanitasi yang buruk ditandai sebagai penyebab banyaknya kontaminasi bakteri E-coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat. Bakteri E-coli mengindikasikan adanya pencemaran tinja manusia. Kontaminasi bakteri E-coli

terjadi pada air tanah yang banyak disedot penduduk diperkotaan, dan sungai yang menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini (Adisasmito, 2007).

Penanggulangan diare dapat dilakukan oleh ibu dengan cara tetap memberikan ASI dan memberikan larutan gula garam. Bayi yang menderita diare tidak boleh dipuasakan. Praktek cuci tangan tiap melakukan pekerjaan terkait makanan atau menyusui dan minum air yang telah dimasak hingga mendidih, merupakan bentuk praktek perawatan bayi yang dapat mencegah terjadi diare, termasuk usaha mencegah makanan dari gangguan lalat dan kontaminasi lain (Ridwan, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian Endah (2009), diketahui bahwa ada pegaruh tingkat pengetahuan terhadap penanganan diare yang memperlihatkan distribusi tingkat pengetahuan ibu berdasarkan kelompok usia. Usia berpengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin


(21)

diperolehnya semakin membaik. Pengetahuan yang kurang bisa diakibatkan oleh berbagai faktor yang kompleks dan saling memengaruhi. Sedangkan menurut hasil penelitian Yulisa (2008) mengatakan bahwa ada pengaruh tingkat pendidikan, sumber air minum, kualitas fisik air minum, jenis jamban keluarga, jenis lantai rumah serta tidak ada pengaruh jenis pekerjaan dengan kejadian diare pada anak balita.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa yang memiliki jumlah penduduk 2118 orang dengan jumlah kepala keluarga 562 orang memiliki tingkat perilaku dan kebersihan yang kurang, seperti tidak menjaga kebersihan lingkungan, tidak mencuci tangan pakai sabun sebelum makan, dan tidak membuang sampah pada tempatnya. Kebersihan di lingkungan Gampong Kuala Langsa tersebut masih dikatakan sangat rendah karena air untuk keperluan sehari-hari masih kurang sehingga penyakit diare rentan terkena oleh masyarakat di sekitarnya. Dan hasil penelitian juga mengatakan bahwa tidak adanya mobil pengangkut sampah yang beroperasi di sekitar wilayah Gampong Kuala Langsa tersebut untuk membersihkan atau mengangkut sampah-sampah rumah tangga sehingga masyarakat membuang sampah-sampah-sampah-sampah tersebut di kolong rumah atau laut (Pustu Gampong Kuala Langsa, 2013).

Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimanakah tingkat pengetahuan dan sikap orang tua terhadap diare dengan perilaku dalam pencegahan diare di wilayah Pelabuhan Kota Langsa itu sendiri. Perilaku seseorang muncul karena ada beberapa hal yang menyebabkan munculnya perilaku tersebut yaitu sikap, norma subjektif dan kemampuan dalam megontrol perilaku untuk menciptakan suatu perilaku kesehatan yang dilandasi dengan pengetahuan.


(22)

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap orang tua dengan perilaku pencegahan diare di Wilayah Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap orang tua dengan perilaku pencegahan diare di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat pengetahuan orang tua terhadap pencegahan diare di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.

2. Mengetahui sikap orang tua terhadap pencegahan diare di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi Lokasi Penelitian

Dapat memberi penambahan wawasan kepada masyarakat Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.


(23)

2. Bagi Puskesmas Pembantu (Pustu)

Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mengoptimalisasikan penanggulangan diare di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.

3. Bagi Penulis

Memberi pengalaman dan kesempatan untuk melaksanakan penulisan dengan metode yang benar, penulis mampu berpikir lebih baik dalam memahami masalah serta melakukan analisis secara ilmiah dan sistematis.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku

Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan perkataan lain, perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu, Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara sadar oleh individu yang bersangkutan.

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2007), perilaku dibagi dalam 3 domain, yaitu:

a. Pengetahuan peserta didik terhadap pendidikan yang diberikan (knowledge).

b. Sikap atau anggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan

(attitude).

c. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidik yang diberikan (practice) (Notoatmodjo, 2003).

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Perilaku tertutup, yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih


(25)

orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka, yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati dan dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2003).

2.1.1 Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

Dalam pengertian lain, pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman


(26)

pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Adapun tingkat pengetahuan mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2007), yakni : a. Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehention)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang real (sebenarnya).


(27)

d. Analisis (analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Ini menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.1.2 Sikap (Attitude)

Menurut Saifuddin Azwar (2002), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap memiliki 3 komponen pokok yaitu :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Pengertian sikap yaitu merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang


(28)

tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu (Notoatmodjo, 2007).

Sikap ada tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude) yaitu : a. Kognitif (cognitive)

Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari objek tertentu.

b. Afektif (affective)

Menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki objek tertentu.

c. Konatif (conative)

Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi.

2.1.3 Tindakan

Menurut Notoatmodjo (2003), untuk mewujudkan suatu sikap menjadi tindakan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Tingkatan dari praktek atau tindakan, yaitu :


(29)

1. Persepsi (perseption), mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat kedua.

3. Mekanisme (mecanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat ketiga.

4. Adopsi (adoption), adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu juga ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.


(30)

2.2 Determinan Perilaku

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Secara lebih terinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Namun demikian pada realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang menentukan perilaku seseorang. Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan tersebut ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, diantaranya adalah faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosio budaya masyarakat dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

2.2.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku

Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (1980) menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.


(31)

c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.3 Pencegahan 2.3.1 Definisi

pencegahan merupakan mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian. pencegahan penyakit secara umum ada 4 tingkatan, yaitu :

1. Pencegahan tingkat dasar

Bisa dikatakan dengan primordial prevention, yaitu usaha mencegah terjadinya risiko atau mempertahankan keadaan risiko rendah dalam masyarakat terhadap penyakit secara umum. Tujuan dari pencegahan primordial adalah untuk menghindari terbentuknya pola hidup sosial ekonomi dan kultural yang diketahui mempunyai kontribusi untuk meningkatkan risiko penyakit.

2. Pencegahan tingkat pertama

Disebut juga dengan primary prevention, yaitu suatu usaha pencegahan penyakit melalui usaha mengatasi atau mengontrol faktor-faktor risiko dengan sasaran utamanya orang sehat melalui usaha peningkatan derajat kesehatan secara umum (promosi kesehatan) serta usaha pencegahan khusus terhadap penyakit tertentu, pencegahan primer terdiri dari :

a. peningkatan derajat kesehatan (health promotion) : yaitu meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat secara optimal, mengurangi


(32)

peranan penyebab serta derajat risiko, juga meningkatkan secara optimal lingkungan yang sehat.

b. perlindungan khusus (spesific protection) : yaitu pencegahan khusus untuk meningkatkan daya tahan maupun untuk mengurangi risiko terhadap penyakit tertentu.

3. Pencegahan sekunder

Merupakan pencegahan yang mana sasaran utamanya adalah pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan menderita penyakit tertentu melalui diagnosis dini serta pemberian pengobatan yang cepat dan tepat. Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan mencegah komplikasi.

4. Pencegahan tersier

Yaitu merupakan pencegahan dengan sasaran utamanya adalah penderita penyakit tertentu, dalam usaha mencegah bertambah beratnya penyakit atau mencegah terjadinya cacat serta program rehabilitasi. Tujuannya adalah menurunkan kelemahan dan kecacatan, memperkecil penderitaan, dan membantu penderita-penderita untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap kondisi-kondisi yang tidak dapat diobati lagi.


(33)

2.4 Diare 2.4.1 Pengertian

Sesuai dengan definisi Hippocrates, maka diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair. Diare biasanya selalu disertai sakit perut dan sering sekali mual dan muntah. Dalam kondisi hidup yang bersih dengan makanan mencukupi dan air tersedia banyak, pasien yang sakit biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa hari dan paling lama satu minggu, namun untuk individu yang sakit dan kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam jiwa bila tanpa perawatan (Suharyono, 2008).

Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa. Diare ditandai dengan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Pada bayi volume tinja lebih dari 15g/kg/24 jam disebut diare. Pada umur 3 tahun yang volume tinjanya sudah sama dengan volume orang dewasa, volume lebih dari 200g/24 jam disebut diare (Amirudin, 2008).

Resiko terbesar dari diare adalah dehidrasi. Jika seseorang menderita diare dapat kehilangan air 5 liter sehari yang didalamnya terkandung zat mineral (elektrolit) yang penting untuk tubuh normal terutama kandungan natrium dan kalium. Dehidrasi berat menyebabkan syok dan kematian. Dehidrasi akan lebih berat pada bayi dan anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa (Sodikin, 2012).


(34)

2.4.2 Etiologi

Diare dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya :

a. Faktor Infeksi

a) Infeksi enteral : merupakan infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Rotavirus merupakan penyebab utama infeksi (70-80%), sedangkan bakteri dan parasit ditemukan 10-20% pada anak.

Berikut ini nama-nama bakteri, virus dan parasit penyebab diare :

• Golongan bakteri :

- Aeromonas hidrophilia - Bacillus cereus

- Campylobacter jejuni - Clostridium diffcile - Clostridium perfringens - Escherichia coli

- Salmonella spshigella sp - Staphylococcus aureus - Vibrio cholera

- Vibrio parahaemoliticus - Yersinia enterocolitica

• Golongan virus : - Adenovirus


(35)

- Rotavirus - Virus Norwalk - Astrovirus - Calicivirus - Coronavirus - Minirotavirus - Virus bulat kecil

• Golongan parasit : - Balantidium coli

- Capillaria philippinensis - Cryptosporidium - Entamoeba histolytica - Giardia lamblia

- Strongyloides stercotalis - Faciolopsis buski

- Sarcocystis suthominis - Trichuris trichiura - Candida sp

- Isospora belli

b) Infeksi parenteral : merupakan infeksi diluar saluran pencernaan makanan, seperti : otitis media akut (OMA), bronkopneumonia, tonsilitis, ensefalitis. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak yang berusia dibawah 2 tahun.


(36)

b. Faktor Malabsorbsi (Gangguan Absorbsi) :

Faktor malasorbsi dibagi menjadi dua yaitu malasorbsi karbohidrat dan lemak. Malasorbsi karbohidrat, pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula dapat menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, dan sakit di daerah perut. Sedangkan malabsorbsi lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorbsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul karena lemak tidak terserap dengan baik.

c. Faktor Makanan :

Seperti alergi makanan, makanan basi, beracun.

d. Faktor Psikologis :

Seperti rasa takut dan cemas.

2.4.3 Jenis Diare

Menurut Sodikin (2012), Secara klinis diare dibedakan menjadi tiga macam sindrom, yaitu diare akut, disentri, dan diare persisten. Masing-maisng mencerminkan pathogenesis berbeda dan memerlukan pendekatan yang berlainan dalam pengobatannya.

• Diare akut (gastroenteritis)

Buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu (Suharyono, 2008).


(37)

• Disentri

Disentri adalah diare yang disertai darah dalam feces, menyebabkan anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kerusakan mukosa usus akibat bakteri invasive. Penyebab utama disentri akut adalah shigella, sedangkan penyebab lain adalah Campylobacter jejuni dan penyebab yang jarang adalah E-Coli enteroinvasife atau salmonella. Pada orang dewasa muda, disentri yang serius sering kali disebabkan oleh Entamoeba histolytica. Akan tetapi, bakteri tersebut jarang menjadi penyebab disentri pada anak-anak.

• Diare Persisten

Diare persisten adalah diare yang pada mulanya akut, tetapi berlangsung lebih dari 14 hari. Kejadian dapat dimulai sebagai diare cair atau disentri. Diare jenis ini mengakibatkan kehilangan berat badan yang nyata, dengan volume feses dalam jumlah yang banyak sehingga pasien beresiko mengalami dehidrasi. Diare persisten tidak disebabkan oleh penyebab mikroba tunggal, E-Coli enteroaggregative, Shigella, dan Cryptosporidium mungkin berperan lebih besar dari penyebab lain. Diare persisten tidak boleh dikacaukan dengan diare kronik, yakni diare intermiten atau hilang timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab noninfeksi, seperti penyakit sensitive terhadap gluten atau gangguan metabolisme.


(38)

2.4.4 Gejala Diare

Menurut Widjaja (2000), gejala-gejala diare adalah sebagai berikut : a. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah.

b. Suhu badan meninggi.

c. Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah.

d. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu. e. Lecet pada anus.

f. Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang. g. Muntah sebelum dan sesudah diare.

h. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah). i. Dehidrasi (kekurangan cairan).

2.5 Pencegahan Diare

Menurut Sodikin (2009), upaya pemutusan penyebaran kuman penyebab diare harus berfokus pada cara penyebaran kuman tersebut. Berbagai upaya yang terbukti efektif adalah:

1. Memberi ASI ekslusif kepada bayi usia hingga berumur 6 bulan. 2. Menghindari penggunaan susu botol.

3. Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI (untuk mengurangi pajanan ASI terhadap bakteri dan perkembangbiakan bakteri).


(39)

5. Mencuci tangan dengan baik sesudah buang air besar dan setelah membuang feces bayi, serta sebelum menyiapkan makanan atau sebelum makan.

6. Membuang feces (termasuk feces bayi) dengan benar.

2.6 Gambaran Klinik

Gambaran klinik penyakit diare sesuai dengan derajat dehirasinya. Derajat dehidrasi menurut WHO, adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Derajat Dehidrasi Menurut WHO

Kategori Tanpa

Dehidrasi

Dehidrasi Ringan-Sedang

Dehidrasi Berat 1. Menyatakan :

- Diare - Muntah - Haus

- Buang air kecil (b.a.k)

- <4x sehari - Tidak

ada/sedikit - Tidak ada - Normal

- 4-10x sehari - Ada hanya

beberapa kali - Sedikit,

warna kuning tua

- > 10 x sehari - Sering - Banyak atau

tidak dapat minum

- Anuria selama 6 jam

2. Melihat :

- Keadaan umum - Air mata - Mata

- Bibir dan lidah - Basah - Nafas - Baik - Ada - Normal - Basah - Lemah, gelisah - Tidak ada - Cekung - Kering - Cepat

- Lunglai, tidak sadar

- Tidak ada - Sangat cekung - Sangat kering - Sangat cepat atau

kussmaul

3. Meraba/palpasi :

- Kulit - Nadi - Ubun-ubun - Kekenyalan normal - Normal, <120/menit - Normal - Kekenyalan kurang - Cepat,

120-140/menit - Cekung

- Kekenyalan sangat kurang - Sangat cepat,

lemah/tidak teraba, >140/menit - Sangat cekung

4. Menimbang berat

badan Tetap Turun :

25-100gr/kgBB

Turun : >100gr/kgBB

5. Taksiran


(40)

2.7 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Penyakit Diare 2.7.1 Faktor Sosiodemografi

Demografi adalah ilmu yang mempelajari persoalan dan keadaan perubahan-perubahan penduduk yang berhubungan dengan komponen-komponen perubahan-perubahan tersebut seperti kelahiran, kematian, migrasi sehingga menghasilkan suatu keadaan dan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin tertentu (Lembaga Demografi FE UI, 2000). Dalam pengertian yang luas, demografi juga memperhatikan berbagai karakteristik individu maupun kelompok yang meliputi karakteristik sosial dan demografi, karakteristik pendidikan dan karakteristik ekonomi. Karakteristik social dan demografi meliputi: jenis kelamin, umur, status perkawinan, dan agama. Karakteristik pendidikan meliputi tingkat pendidikan. Karakteristik ekonomi meliputi jenis pekerjaan, status ekonomi dan pendapatan (Mantra, 2000).

Faktor sosiodemografi meliputi tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan umur.

a. Tingkat Pendidikan

Jenjang pendidikan memegang peranan cukup penting dalam kesehatan masyarakat. Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan mereka sulit diberi tahu mengenai pentingnya higyne perseorangan dan sanitasi lingkungan untuk mencegah terjadinya penyakit menular, diantaranya diare (Sander, 2005).

Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi yang lebih berorientasi pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih baik. Pada perempuan,


(41)

semakin tinggi pendidikan, maka semakin rendah angka kematian bayi dan kematian ibu (Widyastuti, 2005).

b. Jenis Pekerjaan

Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan, status social, pendidikan, status social ekonomi, resiko cedera atau masalah kesehatan dalam suatu kelompok populasi. Pekerjaan juga merupakan suatu determinan resiko dan determinan terpapar yang khusus dalam bidang pekerjaan tertentu serta merupakan predictor status kesehatan dan kondisi tempat suatu populasi bekerja (Widyastuti, 2005).

c. Umur

Sifat manusia yang dapat membawa perbedaan pada hasil suatu penelitian atau yang dapat membantu memastikan hubungan sebab akibat dalam hal hubungan penyakit, kondisi cidera, penyakit kronis, dan penyakit lain yang dapat menyengsarakan manusia, umur merupakan karakter yang memiliki pengaruh paling besar. Umur mempunyai lebih banyak efek pengganggu dari pada yang dimiliki karakter tunggal lain. Umur merupakan salah satu variabel terkuat yang dipakai untuk memprediksi perbedaan dalam hal penyakit, kondisi, dan peristiwa kesehatan (Widyastuti, 2005).

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur (Notoatmodjo, 2003).


(42)

2.7.2 Faktor Lingkungan

a. Sumber Air Minum

Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Di dalam tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Di negara-negara berkembang termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum dan memasak air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak mengalami penyakit bagi manusia (Notoatmodjo, 2003).

Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah pentingnya berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam keadaan panik yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2000).

Menurut Depkes RI (2000), hal-hal yang perlu diperhatikan dalampenyediaan air bersih adalah:

- Mengambil air dari sumber air yang bersih.


(43)

- Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak, dan sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan sumber pengotoran seperti septictank, tempat pembuangan sampah dan air limbah harus lebih dari 10 meter.

- Menggunakan air yang direbus.

- Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan cukup.

b. Jenis Tempat Pembuangan Tinja

Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang penularannya melalui tinja antara lain penyakit diare. Menurut Notoatmodjo (2003), syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah:

- Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya. - Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya. - Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya.

- Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya.

- Tidak menimbulkan bau. - Pembuatannya murah.

- Mudah digunakan dan dipelihara.

Menurut Entjang (2000), macam-macam tempat pembuangan tinja antara lain :


(44)

a) Jamban Cemplung (Pit Latrine)

Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah pedesaan. Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah dengan diameter 80-120cm sedalam 2,5-8 meter. Jamban cemplung tidak boleh terlalu dalam, karena akan mengotori air tanah dibawahnya. Jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya 15 meter.

b) Jamban Air (Water Latrine)

Jamban ini terdiri dari bak yang kedap air, diisi air di dalam tanah sebagai tempat pembuangan tinja. Proses pembusukkannya sama seperti pembusukan tinja air dalam kali.

c) Jamban Leher Angsa (Swan Latrine)

Jamban ini berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air ini sebagai sumbat sehingga bau busuk dari kakus tidak tercium.

d) Jamban Bor (Bored Hole Latrine)

Tipe ini sama dengan jamban cemplung, hanya ukurannya lebih kecil karena untuk pemakaian yang tidak lama, misalnya untuk perkampungan sementara. Kerugiannya bila air permukaan banyak mudah terjadi pengotoran tanah permukaan (meluap).

e) Jamban Keranjang (Bucket Latrine)

Tinja ditampung dalam ember atau bejana lain dan kemudian dibuang di tempat lain, misalnya untuk penderita atau orang sakit yang


(45)

biasanya menundang lalat dalam jumlah besar, tidak di lokasi jambannya, tetapi di sepanjang perjalanan ke tempat pembuangan. Pengguanaan jenis jamban ini biasanya dapat menimbulkan bau yang tidak enak.

f) Jamban Parit (Trench Latrine)

Pada jamban parit ini dibuat lubang dalam tanah sedalam 30-40cm untuk tempat defaecatie. Tanah galiannya digunakan untuk menimbun. Penggunaan jamban parit sering mengakibatkan pelanggaran standar dasar sanitasi, terutama yang berhubungan dengan pencegahan pencemaran tanah, pemberantasan lalat, dan pencegahan pencapaian tinja oleh hewan.

g) Jamban Empang/Gantung (Overhung Latrine)

Jamban ini semacam rumah-rumahan dibuat di atas kolam, selokan, kali, rawa dan sebagainya. Kerugiannya mengotori air permukaan sehingga bibit penyakit yang terdapat didalamnya dapat tersebar kemana-mana dengan air yang dapat menimbulkan wabah. h) Jamban Kimia (Chemical Toilet)

Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic soda sehingga dihancurkan dan didesinfeksi. Biasanya dipergunakan dalam kendaraan umum, misalnya dalam pesawat udara, bus. Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan resiko terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan dengan keluarga yang mempunyai


(46)

kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi (Wibowo, 2004).

c. Jenis Lantai Rumah

Menurut Notoatmodjo (2003), syarat rumah yang sehat yaitu jenis lantai yang tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim penghujan. Lantai rumah dapat terbuat dari ubin atau semen, kayu, dan tanah yang disiram kemudian dipadatkan. Lantai yang basah dan berdebu dapat menimbulkan sarang penyakit.

Lantai yang baik adalah lantai yang dalam kedadaan kering dan tidak lembab. Bahan lantai harus kedap air dan mudah dibersihkan, paling tidak perlu di plester dan akan lebih baik jika dilapisi dengan ubin atau keramik yang mudah dibersihkan (Depkes, 2002).

2.7.3 Faktor Perilaku

Menurut Depkes RI (2005), faktor perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enteric dan meningkatkan resiko terjadinya diare adalah sebagai berikut:

a. Pemberian ASI Ekslusif

ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Jika tidak memberikan ASI Ekslusif secara penuh sampai bayi berumur 6 bulan akan beresiko menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberikan ASI Ekslusif. Dan kemungkinan juga akan mengalami dehidrasi berat juga.


(47)

b. Penggunaan Botol Susu

Penggunaan botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman, karena botol susu sisah dibersihkan. Penggunaan botol susu formula biasanya menyebabkan resiko terkena diare.

c. Kebiasaan Cuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perseorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum dan sesudah makan.

d. Kebiasaan Membuang Tinja

Membuang tinja (termasuk tinja bayi) harus dilakukan secara bersih dan benar. Banyak masyarakat disekitar kita beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya, padahal sebenarnya pada tinja bayi mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak maupun orang tua.

e. Menggunakan Air Minum yang Tercemar

Air mungkin sudah tecemar dari sumbernya atau pada saat disimpan. Pencemaran dapat terjadi jika tempat penyimpanan tidak tertutup atau tangan yang menyentuh air pada saat mengambil air.


(48)

2.8 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, maka disusun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian, yang berfungsi untuk menentukan kearah pembuktian (Notoatmodjo, 2010) Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pencegahan diare di wilayah Pelabuhan Kota Langsa.

2. Ada hubungan antara sikap dengan pencegahan diare di wilayah Pelabuhan Kota Langsa.

• Pengetahuan

• Sikap

Pencegahan Diare


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik, dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap orang tua dengan perilaku pencegahan diare di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini telah dilakukan di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa. Adapun alasan memilih lokasi penelitian ini karena pada daerah Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat masih memiliki tingkat kebersihan yang kurang sehingga dapat menimbulkan diare.

3.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan mulai Agustus 2013 - Februari 2014.

3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua yang tinggal di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa yang berumur 20-40 tahun yaitu berjumlah 452 orang.


(50)

3.4.2 Sampel

Untuk memperoleh sampel sampel orang tua (ayah dan ibu) dengan menggunakan rumus besar sampel Lemesow :

=

[�����(1−��) + �����(1−��)� 2

(��−��)2

=

[1,96 �0,15(1−0,15� + 0,842�0,05(1−0,05��

2

�0,05−0,15�2

= 78,04

78 orang

Keterangan :

n = Jumlah sampel

Zα = Nilai distribusi normal baku (table Z) pada α = 5% Zβ = Nilai distribusinormal baku (table Z) pada β = 20%

Po = Proporsi awal 15% = 0,15

Pa = Proporsi yang diinginkan 5% = 0,05

Dari hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa besar sampel minimal 78 orang yang diambil dengan teknik pengambilan sampel secara random sampling yakni

simple random sampling, yaitu pengambilan sampel sedemikian rupa sehingga setiap unit dasar (individu) mempunyai kesempatan yang sama untuk di ambil sebagai sampel (Budiarto, 2002).


(51)

3.5. Metoda Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner yang berisi pertanyaan dan jawaban yang sudah disediakan di lembaran kuesioner. Data yang dikumpulkan meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan.

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh meliputi data kunjungan pasien yang berkunjung ke Puskesmas pembantu (pustu) dan data jumlah penduduk 2.118 orang dan kepala keluarga berjumlah 562 orang di Gampong Kuala Langsa yang didapat dari Kepala Desa.

3.6. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara untuk mengetahui pengertahuan dan sikap responden terhadap pencegahan diare di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.

3.10 Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden mengenai diare.

2. Sikap adalah suatu respon atau tindakan responden tentang bagaimana pencegahan diare.

3. Perilaku pencegahan adalah suatu kegiatan yang dilakukan responden untuk mencegah terjadinya diare.


(52)

4. Orang Tua adalah komponen dari pada keluarga yang akan diteliti terdiri dari ayah dan ibu.

3.8 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan dari jawaban responden terhadap pertanyaan yang disesuaikan dengan skor. Nilai yang dikumpulkan dikategorikan menjadi tiga tingkat (Arikunto, 2006).

Baik : Jika total nilai yang diperoleh > 75% Sedang : Jika total nilai yang diperoleh 40%-75% Kurang : Jika total nilai yang diperoleh < 40%.

I. Pengukuran pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh orang tua tentang diare terhadap kesehatan yang diukur dengan 10 pertanyaan dengan total tertinggi dari hasil pertanyaan yaitu 20 dan terendah 0. Pengetahuan dapat diukur dengan scoring terhadap kuesioner yang telah diberi bobot dimana nilai tertinggi adalah 2 dengan kriteria jawaban:

- Jawaban baik 2

- Jawaban cukup 1

- Jawaban kurang 0

II. Pengukuran sikap

Sikap dapat diukur dengan skoring kuesioner dimana jawaban yang memiliki sifat mulai dari hal yang positif sampai negative yang berisikan jawaban Setuju, Tidak


(53)

setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Dengan jumlah pertanyaan 10 yang memiliki nilai tertinggi 30 dan terendah 0.

- Jawaban sangat setuju 3

- Jawaban setuju 2

- Jawaban tidak setuju 1 - Jawaban sangat tidak setuju 0

III. Pengukuran tindakan

Tindakan adalah dimana suatu perilaku apa yang dilakukan responden terhadap pencegahan diare dengan memiliki 10 pertanyaan dan memiliki total skor paling tinggi 20 dan yang paling rendah 0.

- Jawaban iya 2

- Jawaban kadang-kadang 1 - Jawaban tidak pernah 0

3.9 Pengolahan Data dan Analisis Data

Pengolahan data yang didapat dari lapangan dilakukan dengan teknik pengolahan data sebagai berikut :

3.9.1 Pengolahan Data

Data yang di kumpulkan diolah secara manual dengan langkah sebagai berikut (Suyono 2007).

a. Pengeditan Data (Editing)

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan isi kuesioner dengan tujuan data yang diperoleh dapat diolah dengan baik dan menghasilkan informasi


(54)

yang benar atau pengecekan pada kuesioner yang telah diisi sehingga nantinya dapat menggambarkan masalah yang diteliti.

b. Pengkodean Data (Coding)

Setelah data diperoleh dan melakukan pengeditan maka peneliti melakukan pengkodean pada setiap jawaban responden untuk mempermudah analisis data yang telah dikumpulkan.

c. Pemasukan Data (Entry)

Kegiatan memasukkan data ke dalam program computer untuk pengambilan hasil dan keputusan.

d. Pengecekan Data (Cleaning)

Pengecekan data yang sudah di entry, apakah ada kesalahan atau tidak.

3.9.2 Analisis Data

Peneliti dalam tahapan analisis data menggunakan aplikasi statistic computer, selanjutnya analisis dilakukan secara bertahap, sebagai berikut :

a. Univariat

Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan setiap variabel yang diteliti secara terpisah dengan cara membuat tabel frekuensi dari masing-masing variabel.

b. Bivariat

Analisis ini digunakan bertujuan untuk mengetahui perkiraan ada tidaknya hubungan antara kedua variabel dengan dilakukan melalui aplikasi computer menggunakan chi square test. Metode ini digunakan karena variabel


(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Keadaan Geografi

Gampong Kuala Langsa merupakan salah satu daerah yang terdapat di Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa. Gampong Kuala Langsa memiliki luas wilayah 777 Ha. Dengan memiliki 4 dusun yaitu, Dusun Setia 93 Ha, Dusun Ikhlas 143 Ha, Dusun Damai 445 Ha, dan Dusun Harapan 96 Ha.

Adapun batas wilayah Gampong Kuala Langsa adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara bebatasan dengan Gampong Telaga 7

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Langsa Lama/Alur brawe c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Pao/lhok Banu d. Sebelah Barat berbatasan dengan Pasir Putih

4.1.2 Keadaan Demografi

Gampong Kuala Langsa terdiri dari 562 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 2.118 jiwa, dengan perincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1134 jiwa, dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 984 jiwa. Di desa ini terdapat Puskesmas Pembantu (Pustu) dengan 4 perawat dan 1 dokter umum. Selain itu juga terdapat sebuah klinik yang dikelola oleh seorang bidan.


(56)

4.2. Hasil Analisi Univariat 4.2.1 Umur Responden

Adapun umur responden dibagi menjadi lima kategori yaitu umur 20-24 berjumlah 7 orang (9,0%), umur 25-29 berjumlah 26 orang (33,3%), umur 30-34 berjumlah 26 orang (33,3%), umur 35-40 berjumlah 9 orang (11,5%), dan umur 40-44 berjumlah 10 orang (12,8%). Hasil selengkapnya pada Tabel 4.1.

4.2.2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan responden dibagi lima kategori yaitu tidak sekolah berjumlah 3 orang (3,8%), tamat SD berjumlah 23 orang (29,5%), tamat SLTP berjumlah 32 orang (41,0%), tamat SLTA berjumlah 18 orang (23,1%), dan tamat diploma III berjumlah 2 orang (2,6%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.1.

4.2.3 Jenis Pekerjaan

Pekerjaan responden dibagi menjadi empat kategori yaitu pedagang berjumlah 11 orang (14,1%), pegawai negeri berjumlah 2 orang (2,6%), nelayan berjumlah 29 orang (37,2%), dan ibu rumah tangga berjumlah 36 orang (46,2%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan

Karakteristik N Persen (%)

Umur

20-24 25-29 30-34 35-39 40-44

7 26 26 9 10

9,0 33,3 33,3 11,5 12,8


(57)

Tabel 4.1 Lanjutan

Karakteristik N Persen (%)

Tingkat Pendidikan Tidak sekolah Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Diploma III 3 23 32 18 2 3,8 29,5 41.0 23,1 2,6

Jumlah 78 100

Karakteristik N Persen (%)

Pekerjaan Pedagang Pegawai Negeri

Nelayan Ibu Rumah Tangga

11 2 29 36 14,1 2,6 37,2 46,2

Jumlah 78 100

4.2.4 Pengetahuan

Hasil penelitian mengenai pengetahuan diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada responden.

a. Dampak Bagi Kesehatan Jika Mengonsumsi Air Tidak Masak

Dampak bagi kesehatan jika mengonsumsi air tidak masak dibagi menjadi tiga kategori yaitu menimbulkan sakit perut, diare, dan rasa pusing. Dari 78 responden ternyata yang menjawab sakit perut berjumlah 35 orang (44,9%), yang menjawab diare berjumlah 32 orang (41,0%), dan yang menjawab rasa pusing berjumlah 11 orang (14,1%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.2.

b. Pengertian Diare

Pengertian diare dibagi menjadi tiga kategori yaitu buang air besar dalam bentuk cair lebih dari 3 kali dalam sehari, penambahan frekuensi buang air besar, buang air besar dalam bentuk cair. Dari 78 responden ternyata yang menjawab


(58)

buang air besar dalam bentuk cair lebih dari 3 kali dalam sehari berjumlah 24 orang (30,8%), yang menjawab penambahan frekuensi buang air besar berjumlah 23 orang (29,5%), dan yang menjawab buang air besar dalam bentuk cair berjumlah 31 orang (39,7%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.2.

c. Bahaya Diare

Bahaya diare dibagi menjadi tiga kategori yaitu lemas, kekurangan cairan (dehidrasi) dan berat badan menurun. Dari 78 responden ternyata yang menjawab lemas berjumlah 41 orang (52,6%), yang menjawab kekurangan cairan (dehidrasi) berjumlah 20 orang (25,6%), dan yang menjawab berat badan menurun berjumlah 17 orang (21,8%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.2.

d. Tanda-Tanda Kekurangan Cairan (Dehidrasi)

Tanda-tanda kekurangan cairan (dehidrasi) dibagi menjadi tiga kategori yaitu mata cekung, anak gelisah, mulut kering. Dari 78 responden ternyata yang menjawab mata cekung berjumlah 25 orang (32,1%), yang menjawab anak gelisah berjumlah 14 orang (17,9%), dan yang menjawab mulut kering berjumlah 39 orang (50,0%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.2.

e. Pengaruh Diare

Pengaruh diare dibagi menjadi tiga kategori yaitu makanan terkontaminasi

E-Coli, makanan yang tidak dimasak, makanan cepat saji. Dari 78 responden

ternyata yang menjawab makanan terkontaminasi E-Coli berjumlah 34 orang (43,6%), yang menjawab makanan yang tidak dimasak berjumlah 19 orang (24,3%), dan yang menjawab makanan cepat saji berjumlah 25 orang (32,1%).


(59)

f. Informasi Menangani Diare yang Baik dan Benar

Informasi menangani diare yang baik dan benar dibagi menjadi tiga kategori yaitu tetangga, petugas kesehatan, media. Dari 78 responden ternyata yang menjawab tetangga berjumlah 17 orang (21,8%), yang menjawab petugas kesehatan berjumlah 36 orang (46,1%), dan yang menjawab media berjumlah 25 orang (32,1%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.2.

g. Penularan Diare

Penularan diare dibagi menjadi tiga kategori yaitu kuman penyebab penyakit masuk melalui makanan dan minuman, tangan langsung masuk ke mulut, makanan siap saji. Dari 78 responden ternyata yang menjawab kuman penyebab penyakit masuk melalui makanan dan minuman berjumlah 37 orang (47,4%), yang menjawab tangan langsung masuk ke mulut berjumlah 23 orang (29,5%), dan yang menjawab makanan siap saji berjumlah 18 orang (23,1%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.2.

h. Pencucian Peralatan Makanan yang Benar

Pencucian peralatan makanan yang benar dibagi menjadi tiga kategori yaitu dicelupkan ke dalam ember berisi air, dibilas dengan air bersih, dan dicuci air sisa cuci sayuran. Dari 78 responden ternyata yang menjawab dicelupkan ke dalam ember berisi air berjumlah 38 orang (48,7%), yang menjawab dibilas dengan air bersih berjumlah 38 orang (48,7%), dan yang menjawab dicuci air sisa cuci sayuran 2 orang (2,6%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.2.


(60)

i. Penyebab Diare

Penyebab diare dibagi menjadi tiga kategori yaitu tidak mencuci tangan sebelum makan, tidak mencuci tangan pakai sabun sebelum makan, tidak mencuci tangan dengan menggunakan air mengalir. Dari 78 responden ternyata yang menjawab tidak mencuci tangan sebelum makan berjumlah 37 orang (47,4%), yang menjawab tidak mencuci tangan pakai sabun sebelum makan berjumlah 31 orang (39,8%), dan yang menjawab tidak mencuci tangan dengan menggunakan air mengalir berjumlah 10 orang (12,8%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.2.

j. Tempat Berobat Diare

Tempat berobat diare dibagi menjadi tiga kategori yaitu pelayanan kesehatan, pengobatan alternatif, dan praktek bidan. Dari 78 responden ternyata yang menjawab pelayanan kesehatan berjumlah 62 orang (79,5%), yang menjawab pengobatan alternative berjumlah 6 orang (7,7%), dan yang menjawab praktek bidan berjumlah 10 orang (12,8%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan

Karakteristik n Persen (%)

Dampak Bagi Kesehatan Jika Mengonsumsi Air Tidak Masak

Sakit perut Diare Pusing

35 32 11

44,9 41,0 14,1

Jumlah 78 100,0

Pengertian Diare

Buang air besar dalam bentuk cair lebih dari 3 kali dalam sehari dan berlangsung selama


(61)

Tabel 4.2 Lanjutan

Karakteristik n Persen (%)

Penambahan frekuensi buang air besar

Buang air besar dalam bentuk cair

23 31

29,5 39,7

Jumlah 78 100,0

Bahaya Diare Lemas

Kekurangan cairan (dehidrasi) Berat badan menurun

41 20 17 52,6 25,6 21,8

Jumlah 78 100,0

Tanda-Tanda Dehidrasi Mata cekung Anak gelisah Mulut kering 25 14 39 32,1 17,9 50,0

Jumlah 78 100,0

Diare Dipengaruhi Oleh

Makanan terkontaminasi E-coli

Makanan terlalu masak Makanan cepat saji

34 19 25 43,6 24,3 32,1

Jumlah 78 100,0

Informasi Menangani Diare yang Baik dan Benar

Tetangga

Petugas kesehatan (dokter, bidan, perawat Media 17 36 25 21,8 46,1 32,1

Jumlah 78 100,0

Penularan Diare

Kuman penyebab penyakit masuk melalui makanan dan minuman

Tangan langsung masuk ke mulut

Makanan siap saji

37 23 18 47,4 29,5 23,1

Jumlah 78 100,0

Pencucian Peralatan Makanan yang Benar

Dicelup ke ember berisi air Dibilas dengan air bersih Dicuci air sisa cuci sayuran

38 38 2 48,7 48,7 2,6


(62)

Tabel 4.2 Lanjutan

Karakteristik n Persen (%)

Penyebab Diare

Tidak mencuci tangan sebelum makan

Tidak mencuci tangan pakai sabun sebelum makan

Tidak mencuci tangan dengan menggunakan air mengalir

37 31 10 47,4 39,8 12,8

Jumlah 78 100,0

Anggota yang diare kemana akan membawanya berobat Pelayanan kesehatan Pengobatan alternative Praktek bidan 62 6 10 79,5 7,7 12,8

Jumlah 34 100,0

Pengetahuan dibagi menjadi tiga kategori yaitu responden yang berpengetahuan baik berjumlah 37 orang (47,5%), berpengetahuan sedang berjumlah 20 orang (25,6%), dan berpengetahuan kurang berjumlah 21 orang (26,9%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Karakteristik N Persen (%)

Baik Sedang Kurang 37 20 21 47,5 25,6 26,9

Jumlah 78 100,0

4.2.5 Sikap

Hasil penelitian mengenai sikap diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada responden.


(63)

a. Diare Harus Segera Ditangani

Diare harus segera ditangani dibagi menjadi tiga kategori yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju. Dari 78 responden ternyata yang menjawab sangat setuju berjumlah 38 orang (48,7%), yang menjawab setuju berjumlah 37 orang (47,4%), dan yang menjawab tidak setuju berjumlah 3 orang (3,8%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.4.

b. Penanganan Awal Diare Dapat Dilakukan Dirumah

Penanganan awal diare dapat dilakukan dirumah dibagi menjadi tiga kategori yaitu, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Dari 78 responden ternyata yang menjawab setuju berjumlah 51 orang (65,4%), yang menjawab tidak setuju berjumlah 18 orang (23,1%), dan yang menjawab sangat tidak setuju berjumlah 9 orang (11,5%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.4.

c. Kuman Masuk Melalui Tangan

Kuman masuk melalui tangan dibagi menjadi empat kategori yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Dari 78 responden ternyata yang menjawab sangat setuju berjumlah 29 orang (37,2%), yang menjawab setuju berjumlah 23 orang (29,5%), yang menjawab tidak setuju berjumlah 16 orang (20,5%), dan yang menjawab sangat tidak setuju berjumlah 10 orang (12,8%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.4.

d. Mencuci Tangan Sebelum Makan

Mencuci tangan sebelum makan dibagi menjadi tiga kategori yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju. Dari 78 responden ternyata yang menjawab sangat setuju berjumlah 33 orang (42,3%), yang menjawab setuju berjumlah 25 orang


(64)

(32,1%), dan yang menjawab tidak setuju berjumlah 20 orang (25,6%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.4.

e. Anak Diare Harus Dipuasakan

Anak diare harus dipuasakan dibagi menjadi tiga kategori yaitu, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Dari 78 responden ternyata yang menjawab setuju berjumlah 34 orang (43,6%), yang menjawab tidak setuju berjumlah 15 orang (19,2%), dan yang menjawab sangat tidak setuju berjumlah 29 orang (37,2%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.4.

f. Anak Memerlukan Suplemen Saat Diare

Anak memerlukan suplemen saat diare dibagi menjadi tiga kategori yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju. Dari 78 responden ternyata yang menjawab sangat setuju berjumlah 29 orang (37,2%), yang menjawab setuju berjumlah 22 orang (28,2%), yang menjawab tidak setuju berjumlah 27 orang (34,6%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.4.

g. Air Minum Di Masak Hingga Mendidih

Air minum dimasak hingga mendidih dibagi menjadi empat kategori yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Dari 78 responden ternyata yang menjawab sangat setuju berjumlah 31 orang (39,7%), yang menjawab setuju berjumlah 27 orang (34,6%), yang menjawab tidak setuju berjumlah 18 orang (23,1%), dan yang menjawab sangat tidak setuju berjumlah 2 orang (2,6%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.4.


(65)

h. Banyak Mengkonsumsi Air Minum dalam Sehari

Banyak mengkonsumsi air minum dalam sehari dibagi menjadi tiga kategori yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju. Dari 78 responden ternyata yang menjawab sangat setuju berjumlah 19 orang (24,4%), yang menjawab setuju berjumlah 33 orang (42,3%), yang menjawab tidak setuju berjumlah 26 orang (33,3%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.4.

i. Anak-Anak Sering Jajan Sembarangan

Anak-anak sering jajan sembarangan dibagi menjadi empat kategori yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Dari 78 responden ternyata yang menjawab sangat setuju berjumlah 16 orang (20,5%), yang menjawab setuju berjumlah 29 orang (37,2%), yang menjawab tidak setuju berjumlah 8 orang (10,3%), dan yang menjawab sangat tidak setuju berjumlah 25 orang (32,1%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.4.

j. Semua Jajanan Mengandung Kuman

Semua jajanan mengandung kuman dibagi menjadi tiga kategori yaitu setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Dari 78 responden ternyata yang menjawab setuju berjumlah 41 orang (52,6%), yang menjawab tidak setuju berjumlah 20 orang (25,6%), dan yang menjawab sangat tidak setuju berjumlah 17 orang (21,8%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.4.


(66)

Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sikap Pernyataan Sangat

Setuju

Setuju Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

Total

n % n % n % n % n %

Diare yang harus segera ditangani

38 48,7 37 47,4 3 3,8 0 0,0 78 100

Penanganan

awal diare dapat

dilakukan dirumah

0 0,0 51 65,4 18 23,1 9 11,5 78 100

Kuman masuk melalui tangan

29 37,2 23 29,5 16 20,5 10 12,8 78 100 Mencuci

tangan sebelum makan

33 42,3 25 32,1 20 25,6 0 0,0 78 100

Anak diare harus

dipuasakan

0 0,0 34 43,6 15 19,2 29 37,2 78 100

Anak

memerlukan suplemen saat diare

29 37,2 22 28,2 27 34,6 0 0,0 78 100

Air minum di masak hingga mendidih

31 39,7 27 34,6 18 23,1 2 2,6 78 100

Banyak

mengkonsumsi air minum dalam sehari

19 24,4 33 42,3 26 33,3 0 0,0 78 100

Anak-anak

sering jajan sembarangan

16 20,5 29 37,2 8 10,3 25 32,1 78 100

Semua jajanan mengandung kuman

0 0,0 41 52,6 20 25,6 17 21,8 78 100

Hasil penelitian mengenai sikap diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada responden. Sikap dibagi menjadi tiga kategori yaitu responden yang bersikap baik


(67)

bersikap kurang berjumlah 21 orang (26,9%). Hasil penelitian mengenai sikap selengkapnya disajikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap

Karakteristik N Persen (%)

Baik Sedang Kurang

39 18 21

50,0 23,1 26,9

Jumlah 78 100

4.2.6 Tindakan

Hasil penelitian mengenai sikap diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada responden.

a. Memasak Air Hingga Mendidih

Memasak air hingga mendidih dibagi menjadi tiga kategori yaitu ya, kadang-kadang, tidak pernah. Dari 78 responden ternyata yang menjawab ya berjumlah 61 orang (78,2%), yang menjawab kadang-kadang berjumlah 16 orang (20,5%), dan yang menjawab tidak pernah berjumlah 1 orang (1,3%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.6.

b. Menganjurkan Kepada Anggota Keluarga Mencuci Tangan Sebelum Makan Menganjurkan kepada anggota keluarga mencuci tangan sebelum makan dibagi menjadi dua kategori yaitu ya dan kadang-kadang. Dari 78 responden ternyata yang menjawab ya berjumlah 57 orang (73,1%), dan yang menjawab kadang-kadang berjumlah 21 orang (26,9%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.6.


(68)

c. Menggunakan Sabun Pada Saat Mencuci Tangan

Menggunakan sabun pada saat mencuci tangan dibagi menjadi tiga kategori yaitu ya, kadang-kadang, tidak pernah. Dari 78 responden ternyata yang menjawab ya berjumlah 27 orang (34,6%), yang menjawab kadang-kadang berjumlah 34 orang (43,6%), dan yang menjawab tidak pernah berjumlah 17 orang (21,8%), Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.6.

d. Apa yang Dilakukan Pada Saat Terkena Diare

Yang dilakukan pada saat terkena diare dibagi menjadi tiga kategori yaitu tidak makan, makan seperti biasa, meningkatkan mengkonsumsi air. Dari 78 responden ternyata yang menjawab tidak makan berjumlah 33 orang (42,3%), yang menjawab makan seperti biasa berjumlah 32 orang (41,0%), dan yang menjawab meningkatkan mengkonsumsi air berjumlah 13 orang (16,7%), Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.6.

e. Membuang Sampah Pada Tempatnya

Membuang sampah pada tempatnya dibagi menjadi tiga kategori yaitu ya, kadang-kadang, tidak pernah. Dari 78 responden ternyata yang menjawab ya berjumlah 16 orang (20,5%), yang menjawab kadang-kadang berjumlah 9 orang (11,5%), dan yang menjawab tidak pernah berjumlah 53 orang (67,9%), Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.6.

f. Menyarankan Anak Menggunakan Alas Kaki Saat Bermain

Menyarankan anak menggunakan alas kaki saat bermain dibagi menjadi tiga kategori yaitu ya, kadang-kadang, tidak pernah. Dari 78 responden ternyata yang


(69)

berjumlah 41 orang (52,9%), dan yang menjawab tidak pernah berjumlah 4 orang (5,1%), Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.6.

g. Pergi Ke Pusat Pelayanan Kesehatan Pada Saat Awal Terkena Diare

Pergi ke pusat pelayanan kesehatan pada saat awal terkena diare dibagi menjadi tiga kategori yaitu ya, kadang-kadang, tidak pernah. Dari 78 responden ternyata yang menjawab ya berjumlah 50 orang (64,1%), yang menjawab kadang-kadang berjumlah 11 orang (14,1%), dan yang menjawab tidak pernah berjumlah 17 orang (21,8%), Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.6.

h. Menutup Makanan dengan Tudung Saji

Menutup makanan dengan tudung saji dibagi menjadi tiga kategori yaitu ya, kadang-kadang, tidak pernah. Dari 78 responden ternyata yang menjawab ya berjumlah 36 orang (46,2%), yang menjawab kadang-kadang berjumlah 36 orang (46,2%), dan yang menjawab tidak pernah berjumlah 6 orang (7,7%), Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.6.

i. Sebelum Menyiapkan Makanan Mencuci Tangan Terlebih Dahulu Menggunakan Sabun

Sebelum menyiapkan makanan mencuci tangan terlebih dahulu menggunakan sabun dibagi menjadi tiga kategori yaitu ya, kadang-kadang, tidak pernah. Dari 34 responden ternyata yang menjawab ya berjumlah 22 orang (28,2%), yang menjawab kadang-kadang berjumlah 41 orang (52,6%), dan yang menjawab tidak pernah berjumlah 15 orang (19,2%), Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.6.


(70)

j. Mengkonsumsi Air Minum dalam Sehari Sebanyak 2 Liter

Mengkonsumsi air minum dalam sehari sebanyak 2 liter dibagi menjadi tiga kategori yaitu ya, kadang-kadang, tidak pernah. Dari 78 responden ternyata yang menjawab ya berjumlah 29 orang (37,2%), yang menjawab kadang-kadang berjumlah 38 orang (48,7%), dan yang menjawab tidak pernah berjumlah 11 orang (14,1%), Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tindakan

Karakteristik n Persen (%)

Memasak air hingga mendidih Ya Kadang-kadang Tidak pernah 61 16 1 78,2 20,5 1,3

Jumlah 78 100

Menganjurkan kepada anggota keluarga mencuci tangan sebelum makan Ya Kadang-kadang Tidak pernah 57 21 0 73,1 26,9 0,0

Jumlah 78 100

Menggunakan sabun pada saat mencuci tangan Ya Kadang-kadang Tidak pernah 27 34 17 34,6 43,6 21,8

Jumlah 78 100

Apa yang dilakukan pada saat terkena diare

Tidak makan Makan seperti biasa

Meningkatkan mengkonsumsi air 33 32 13 42,3 41,0 16,7

Jumlah 78 100

Membuang sampah pada tempatnya Ya Kadang-kadang Tidak pernah 16 9 53 20,5 11,5 67,9


(71)

Tabel 4.6 Lanjutan

Karakteristik n Persen (%)

Menyarankan anak menggunakan alas kaki saat bermain

Ya Kadang-kadang Tidak pernah 33 41 4 42,3 52,6 5,1

Jumlah 78 100

Pergi ke pusat pelayanan kesehatan pada saat awal terkena diare

Ya Kadang-kadang Tidak pernah 50 11 17 64,1 14,1 21,8

Jumlah 78 100

Menutup makanan dengan tudung saji Ya Kadang-kadang Tidak pernah 36 36 6 46,2 46,2 7,7

Jumlah 78 100

Sebelum menyiapkan makanan mencuci tangan terlebih dahulu menggunakan sabun Ya Kadang-kadang Tidak pernah 22 41 15 28,2 52,6 19,2

Jumlah 78 100

Mengkonsumsi air minum dalam sehari sebanyak 2 liter

Ya Kadang-kadang Tidak pernah 29 38 11 37,2 48,7 14,1

Jumlah 78 100

Hasil penelitian mengenai tindakan diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada responden. Tindakan dibagi menjadi tiga kategori yaitu responden yang bertindakan baik berjumlah 35 orang (44,9%), bertindak sedang berjumlah 23 orang (29,5%), dan bertindak kurang berjumlah 20 orang (25,6%). Hasil penelitian mengenai sikap selengkapnya disajikan pada Tabel 4.7.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Inventarisasi Tingkat Kerusakan dan Cadangan Karbon di Hutan Lindung Mangrove Kuala Langsa Kota Langsa - Aceh

4 83 104

ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DESA KUALA LANGSA KECAMATAN LANGSA BARAT KOTA LANGSA.

0 3 27

Partisipasi Pemuda dalam Pengembangan Ekowisata Mangrove Ditinjau dari Perspektif Geografi Lingkungan (Studi Kasus Desa Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa)

0 2 14

Partisipasi Pemuda dalam Pengembangan Ekowisata Mangrove Ditinjau dari Perspektif Geografi Lingkungan (Studi Kasus Desa Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa)

0 0 1

Partisipasi Pemuda dalam Pengembangan Ekowisata Mangrove Ditinjau dari Perspektif Geografi Lingkungan (Studi Kasus Desa Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa)

0 0 9

Partisipasi Pemuda dalam Pengembangan Ekowisata Mangrove Ditinjau dari Perspektif Geografi Lingkungan (Studi Kasus Desa Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa)

0 0 33

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DIARE DI GAMPONG KUALA LANGSA KECAMATAN LANGSA BARAT KOTA LANGSA

0 4 117

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Orang Tua dengan Perilaku Pencegahan Diare Di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa

0 4 25

BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang - Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Orang Tua dengan Perilaku Pencegahan Diare Di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa

0 0 8

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DIARE DI GAMPONG KUALA LANGSA KECAMATAN LANGSA BARAT KOTA LANGSA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

0 0 13