Strategi penanggulangan kemiskinan Kabupaten Lampung Barat: studi kasus di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat

STRATEGI PENANGGULANGAN ICEMISKINAN
KABUPATEN LAMPUNG BARAT
(Studi Kasus Di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat)

ARIF NUGROHO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR
DAN SUMBER INFORMAS1
Dengan ini saya menyatakau bahwa tugas akhir Stmtegi Penanggulangan
Kerniskinan kabupaten Lampung Barat (Studi Kasus Di Kecamatan Balik bukit
Kabupaten lampung Barat) adalah karya saya ddengau arahan dari komisi
pembimbing dan belum pemah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau &tip

dari karya yang


diterbitkan maupun yang tidak diterbitken dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks clan dicantumkan dalam Daftar pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Ar fNugroho
NIM. H252070095

ABSTRACT

ARIF NUGROHO. Poverty Alleviation Startegies in Kabupaten Lampung Barat
(A Case Study in Sub District Balk Bukit, Lampung Barat). Under supervision
of WSMAN SYAUKAT and SRI HARTOYO.
Poverty is a condition that has become a cause as well as an effect of
various existing situation and circumstances, either economically or socially.
Various indicators have been used to measure the poverty index. This study aims
at analyzing several factors possibly causing people trapped into poverty in Sub
District Balik Bukit, Lampung Barat. The method applied is a logit model
regression emplyoing explanning variables comprising (1) income, (2) farm size,
(3) length of education gained, (4) additional job, and (5) numbers of poverty
alleviation aids received. The analysis results show that "farm size cultivated" and
"additional job" are the two variables significantly affecting poverty. Based in the

result, local government may develop strategies of poverty alleviation. This also
implies that local government should prioritize more reievant policies in order to
reduce the poverty rate through farm expantion and job creation without
neglecting development for other sectors.
Key words: poverty, poverty alleviation strategic, policies

ARIF NUGROHO. Strategi Penanggulagan Kemiskinan Kabupaten Lampung
Barat (Studi Kasus Di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat) di
bawah b i i i a n WSMAN SYAUKAT dan SRI HARTOYO
Kemiskinan addah sebuah kondisi yaug menjadi sebab dan sekaligus
akibat dari berbagai situasi dan kondisi yang ada, baik sosial rnaupun ekonomi.
Berbagai indiitor telah digunakan oleh berbagai pihak untuk mengukur angka
kemiskinan, Kajian ini bertujuan untuk menganalisis berbagai faktor yang diduga
mempengaruhi kemungkinan sexorang menjadi miskin. Faktor-faktor tersebut
adalah 1) pendapatan, 2) lamanya p e n d i d i 3) jumlah anggota keluarga, 4) luas
lahan yang dikelola, dan 5) adaftidaknya pekerjaan tambaban yang dimiliki, serta
beberapa program pengentasan kemiskinan yang telah diterimanya yang terdiri
dari 6) Bantuan Langsung Tunai (BLT), 7) Beras untuk Rakyat Miskin (Raskin),
8) Program Nasional Pemberdayaan masyarakat (F'NPM), dan 9) Program
Gerakan Pembangunan Beguai Jejama Sai Betik (BJSB). Lokasi penelitian yang

dipilih sebagai studi b u s adalah Kecarnatan Balik Bukit di Kabupaten Lampung
regresi model logit dengan variabel
Barat. Analisis yang digunakan men*
tidak bebas status kemiskinan dan van'abel bebas terdiri dari pendapatan, luas
lahan, lamanya p e n d i d i i anggota keluarga, pekejaan tarnbahan, dan programprogram kemiskinan yang pemah diterima oleh seseorang. Hasil analisis
menunjukkan bahwa "luas lahan" yang dibudidayakan dan "pekerjaan tambahan"
adalah ha1 yang mempunyai pengaruh secara s i g n i f i terhadap kemungkinan
sexmrang untuk menjadi miskin Pemerintah dacrah dapat menyusun strategi
penanggulangan kemiskinan yang difokuskan pada hasil analisis ini.
Hal ini membawa i m p l i i beberapa kebijakan yang hams dilakukan dan
diutamakan oleh pemerintab daerah untuk dapat menekan dan mengurangi angka
kemiskinan tanpa mengabaikan pembangunan bidang lainnya Rerdasarkan hasil
perumusan strategi dan pemcangan program dengan menggunakan model
analisis SWOT diperoleh delapan alternatif strategi yang dillasilkan dari analisis
faktor intemal dan ekstemal.
Pemilian strategi prioritas didasarkaa pa& perhitungan matematis dengan
menggunakan metode QSPM (Quantitative Stmtegie Planning Matrix) yang
rnenghasilkan urutan skala prioritas strategi yang dinilai cukup mendesak untuk
segera dilaksanskan. Adapun Keempat strategi prioritas tersebut adalah : 1)
Pemanfaatan Program Hutan Kemasyarakatan bagi penduduk miskin, 2)

Optimalisasi Pemanfaalan SDA bagi penduduk miskin, 3) Peningkatan peran
swasta dalarn pengembangan teknologi tepat guna bagi masyarakat miskin, dan 4)
Pemanfaatan Program HKm dalarn m g k a perluasan lahan budidaya dan
peningkatan akses terhadap surnberdaya alam.
Kata kunci :Kemiskinan, Strategi Penanggulangan Kemiskinan, Kebijakan.

8 Hak Cipb milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis initanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipn hanya untuk kepentingan p e n d i d i h
peneliti&, penulisan b r y a ilmiak &nyusunan laporan, penulisan bitik, atau
tinjauan suatu masalah; dun pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wqiar IPB.
D i l m g mengumwnkan dun memperbanyak sebagian atau seluruh Kaerya
Tulis&Iam bentuk apapun tanpa izin IPB

STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN
KABUPATEN LAMPUNG BARAT

(Studi Kasus Di Kecamatan Bdik Bukit Kabupaten Lampung Barat)


ARIF NUGROHO

Tugas Akhir
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional pada
Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

Judul Tugas Akhir
Nama Mahasiswa
NRP

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten
Lampung Barat (Studi Kasus Di Kecamatan Balik
Bukit Kabupaten Lampung Barat)

: Arif Nugroho
: H252070095
:

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sri Hartovo. MS
Anggota

Dr. Ir. Yusman Svaukat, M.E
Ketua

Dietahui

Dekan Sekolah Pascasarjana

Ketua Program Studi
Manajemen Pembangunan Dae


. ..

. -

PRAKATA

Akandulillah penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT atas segala karunia

dan rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini
ditulis berdasarkan hasil penelitian dengan judul Strategi Penanggulangan
Kerniskinan Kabupaten Lampung Barat (Studi Kasus Di Kecamatan Balik Bukit
Kabupaten Lampung Barat).
Sejak terjadinya krisis ekonomi di era tahun 1997 telah berdampak tidak
saja kepada pemerintah bpi juga masyarakat, tak terkecuali rnasyarakat Lampung
Barat dan masyarakat di Kecamatan Balk Bukit pada khususnya. Krisis telah
mengakibatkan kenaikan harga-harga dan menurunkan daya beli masyarakat.
Berkurangnya peluang dan kesempatan bekej a telah menciptakan pengangguran
dan kelompok baru dalam masyarakat, yaitu masyarakat miskin. Banyak sekali
tugas pemerintah yang harus dilaksanalran dengan babagai kebijakan yang harus
dilaksanannya demi untuk mengatasi permasalahan kerniskinan yang terjadi.


Ucapan terimakasii penulis haturkan kepada Dr. Ir. Yusman Syaukat,
M.Ec dan Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS selaku dosen pembirnbii yang telah
m e m b e h arahan dan biibiigan, serta Dr. Ir. Dedi Budiian Hakim yang telah
bersedia menjadi pcnguji luar komisi yang telah banyak memberikan saran dan

masukan &lam penyusunan Larya ilmiah ini. Ucapan terimakasih juga kami
sampaikan kepada Bupati Lampung Barat yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor, Kepala Bappeda
yang telah memberikan segala kemudahan kepada penulis, serta rekan-rekan
semua yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. Tak lupa
ucapan terirna kasih kepada orang tua, istri dan anak-anakku tercinta yang telah
memberikan segala do'a, dukungan dan kasih sayangnya

Maret

2009

Arif Nugroho


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Klaten pada tanggal 13 September 1969 sebagai
pytra keempat pasangan Bapak Suhendro dan Ibu Ti Rahayu. Menikah dengan
Disa Arnolia Mahammi dan telah dikaruniai empat orang putra, yaitu 1) Almer
Elian Farrel, 2) Almer Farand Rafael,3)Almer Farlen Atallah, dan 4) Almer Farly

Ahnaf.
Penulis mengikuti pendidikan dasar di SDN I11 Gatak Delanggu Klaten
lulus pada tahun 1983 dan melanjutkau ke SMP Kanisius Hatikudus Delanggu
dan lulus pada tahun 1986. Sekolah Menengah Atas ditempub di SMA Negeri
Delanggu dan lulus pa& tahun 1989 kemudian melanjutkan ke jenjang Perguruan
Tiggi di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) jwusan
IImu Ekonomi dan Studi Pembangunan dan lulus tahun 1996. Pada tahun 2004
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Larnpung Barat penulis diberi kesempatan
untuk melanjutkan jenjang pendidikan Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor
Program Studi Magister P e m b a n m Daerah.
Penulis sejak tahun 1998 telah diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat dan sejak saat itu

bertugas di Badan Perencaman Pembangunan daerah (Bappeda) Kabupaten
Lampung Barat hingga saat ini.

xiii
xiv
BAB I

BAB I1

PENDAHULUAN ..................................................................
1.1
Latar Belakang .........................................................
1.2
Perurnusan Masalah ..................................................
1.3
Tujuan .......................................................................
TEVJAUAN PUSTAKA ...........................................
2.1
Pembangunan Ekonomi ....................................
2.2

Konsep dan Pengettian Kemiskinan ...................
2.3
Konsep Kesenjangan Pendapatan ......................
2.4
Strategi Penanggulangan Kemiskinan .................
2.5
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) ....................................................................

2.6

Gerakan Pembangunan Beguai Jejama Sai Betik
(Gerbang BJSB) .......................................................

2.7

Hasil Penelitian Sebelumnya ...........................

..................................
......

BAB 111

METODE PENELITIAN
3.1
Kerangka P e m M m .................................................
3.2
Tempat dan Waktu ............................... -.- ..................
Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data .............
3.3.
3.3.1 Metode Pengumpulan Data ......................................
3.3.2 Metode Analisis Data ...............................................
3.3.3 Analisis Deskriptif ...................................................
3.3.4 Metode Perancangan Program .................................

BAB IV

GAMBARAN UMUM WILAYAH ......................................
4.1
Administrasi .............................................................
4.2
Kondisi Demografis .................................................
4.3
Klimatologi ...............................................................
4.4
Perekonomian ...........................................................
4.5
Potensi Sumberdaya Alam .......................................

4.6
BAB V

Pelaksanaan Program Pengentasan Kemiskinan ......

HASU. DAN PEMBAHASAN ..............................................
5.1
Status Kemiskinan Rumah Tangga (Gambaran
Umum Responden) ........................................
5.2
5.3

Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan ...
Evaluasi PelProgram Pengentasan
Kemiskinan di Kabupaten Lampung Barat ..............

5.3.1

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Program Pengembangan Kecamatan (PNPM-PPK).

5.3.2

Gerakan Pembangunan Beguai Jejama Sai Betik
(Gerbang BJSB) .......................................................

5.3.3
5.3.4
5.3.5

Program RASKIN ....................................................
Bantuan langsung Tunai (BLT) ................ ................
Evaluasi Keseluruhan Program Pengentasan Kemiskinan ...................................................................

BAB VI

PERUMUSAN STRATEGI ..................................................
Identiemi Faktor Internal dan Eksternal ...............
6.1
6.1.1 Paktor Internal .........................................................
6.1.2 Faktor Eksternal ......................................................
6.3
Perumusan Strategi ................................. ......
6.3.1 Strategi S-0 .............................................................
6.3.2 Strategi S-T ..............................................................
6.3.3 Strategi W-0 ...........................................................
6.3.4 Strategi W-T ........................................................ ....
6.4
Penentuan Prioritas strategi ............... .............

BAB VII

PERANCANGAN PROGRAM
Pemanfaatan Program Hutan Kemasyamhtan bagi
7.1
Penduduk Miskin
,
,...
Optimalisasi Pemanfaatan SDA bagi penduduk
7.2
. .
nuslun .............................. ........................................

.................... ........................... .
.

9.3

Peningkatan Kapasitas Masyarakat melalui
Program Pengentasan Kemiskinan ...........................

7.4

Pemanfaatan Program HKm dalarn rangka
Perluasan Lahan Budidaya dan Peningkatan Akses
terhadap SDA ...........................................................

36

BAB VIII
8.1

8.2

KESIMPULAN DAN SARAN ................................
Kesimpulan ...............................................................
Saran .........................................................................

73
73
74

Perbandingan Indeks Komponen IPM Per KabupatenIKota di
Prspinsi Lampung Tahun2905

...............................................

Jumlah Rumah Tangga Miskin Di Kecarnatan Balik Bukit
Kecamatan Kabupaten Lampung Barat ...................................
Luas dan Jenis Tanaman yang Diusahakan di Kecamatan
Balik Bukit ..............................................................................
Jumlah Anak Usia Sekolah Yang Tidak Sekolah Di
Kecamatan Balk Bukjt Kabupaten Lampung Barat ...............
Sumber, Jenis dan Metode Analisis Data ................................
Perbandingan Luas Kawasan Lidung dengan Luas Wilayah
Setiap Kecamatan di Kabupaten Lampung Barat ...................
Distribusi PDRB Kecamatan Balk Bukit Atas Dasar Narga
Berlaku Tahun 2007 ................................................................
Alokasi PNPM Di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2008 ...
Alokasi Program BJSB Kabupaten Lampung Barat 2008 ......
Perbandigan Jumlah Angg~ta Keluarga dan Status
Kemiskinan

..............................................................................

Tingkatan Penclapatan dan Jumlah Rurnah Tangga Miskin ....
Perhitungan Analisis Regresi Terhadap Status Kerniskinan
Kegiatan PNPM Yang Diaksanakan Di Kecamatan Balk
Bukit. .......................................................................................

...

Barat Swadaya Masyarakat pada program Gerbang Beguai
Jejama Sai Bet* Kabupaten Lampung, 2008 .........................
Jumlah dan Jenis Prasarana Yang Dibangun Melalui
Program BJSB .........................................................................
Alokasi Raskin Tahun 2008 di Kabupaten Lampung Barat ....
Matrik Evaluasi Faktor internal ...............................................
Matrik Evaluasi Faktor Eksternal ............................................
Matrik SWOT dalam Perumusan Strategi Penanggulangan
. .
Kemskrnan ..............................................................................
Hasil Analisis QSPM Dalam Perumusan Strategi
Penanggulangan Kcmiskinan di Kecamatan Balk Bukit
Kabupaten Lampung Barat ......................................................
Prioritas Straegi dan Perancangan Program dan Kegiatan
Strategi Penanggulangan Kemiskinan ....................................

Gambar 1

Alur Pemikiran Penyusunan Strategi Penanggulangan
22
Kemiskinan ..............................................................................

Gambar 2
Gambar 3

Peta Administrasi Kecamatan Bdik Bukit ..............................
Diagram Pengelolaan Luas Lahan Setiap Rumah Tangga ......
Diagram Kepemilikan
. . Pekerjaan Tambahan Bagi Rumah
Tangga Tidak M~slun..............................................................

33
43

Grand Strategi Penanggulangan Kerniskinan. .........................

66

Gambm4
Gambar 5

44

I.

1.1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dampak krisis ekonomi yang melanda di Indonesia pada akhir era 90 an
hingga sekarang masih dirasakan oleh sebagian besar masyarakat. Dam&
tersebut antara lain &pat

dilihat dari melemahnya kegiatan ekonomi,

memburuknya pelayanan kesehatan dan pendidikan, memburuknya kondisi sarana
dan prasarana mum, menurunnya ketertiban m
u
mdan ketentraman masyardat,

menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat pa& biikrasi dalam memberikan
pelayanan kepada masyaralcat.
Krisis Ekonomi dalamdekade terakhii ini telah menciptakan kelompok

baru &lam masyaralcat, yaitu masyarakat miskin. Berdasarkan data BPS tahun
2005, angka kemiskinan di Lampung Barat men@

49.506 Rumah Tangga

Miskin atau sekitar 48,86 % dari total rumah tangga yang ada. Demikian juga
angka Indeks Pembangunan Manusia yang merupakan tolak ukur keberhasilan
pembangunan sekaligus menarminkan tingkat kesejahteraan rakyat, Lampung
Barat menduduki posisi ke sepuluh dari sepuluh kabupatenkota di Propinsi
Lampung.
Kemiskinan merupakan masalah multi dimensi yang bukan hanya diukur

dari penhpatan, tetapi juga mencakup beberapa aspek sosial lainnya Kemiskinan
didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, tidak
terpenuhi hak-hak dasamya untuk mempertahankan dan mengembangkan
kchidupan yang bemartabat (Ditjen PMD Lkpdagi, 2003) Namun demikian,
sebagai salah satu indikator kemiskinan adalah tingkat pendapatan, dalam artian
bahwa pendapatan dimaksud tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar
hidupnya Semakin rendah tingkat pen&patan seswrang, maka seseorang akan
semakin tidak berdaya dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan
kehidupan yang bemartabat.
Berdasarkan analisis BPS Lampung Barat, Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) Kabupaten Lampung Barat menempati urutan 10 dari sepuluh

kabupatenlkota di Propinsi Lampung. Hal ini menunjukkan masih tertinggalnya
Kabupaten Lampung Barat dibandingkan dengan kabupatedkota dalarn satu
propinsi. Hal ini &pat dilihat &lam Tabel 1.

Tabel 1

: Perbandiian Indeks Komponen IPM Per KabupatenKota di

Propinsi Lampung Tahun 2006
No

KabupatenKota

Indeks
Indeks
Kelangsungan PengetahHidup

Indeks Daya
Beli

IPM*)

1

Lampung Barat

69,O

78,O

52,3

664

2

Tanggamus

70,2

75,2

56,s

67.3

3

Lampung Selatan

73,O

76,4

54,O

67,s

4

Lampung Timur

73,s

74,6

54,s

67,6

5

Lampung Tengah

71,3

76,4

57,O

68,2

6

Lampung Utara

69,s

79,3

54,O

67,6

7

Way Kanan

71,3

76,7

51.7

66,6

8

Tulang Bawang

69,O

76,8

55,8

67,2

9

Bandarlampung

72,7

85,s

60,3

72,9

10

Metro

78,O

85,2

59,6

74,3

Pmvinsi Lampung

71,O

77,6

56,6

68,4*

Sumber :BPS Propinsi Lampung, 2008
Tujuan terpenting dari pembangunan adalah peningkatan kesejahteraan
rakyat sekaligus mengurangi kemiskinan. Tujuan pembangunan ini dapat dicapai
meldui pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan atau dengan distribusi pendapatan
yang lebih merata. Jadi, terdapat hubungan antara pertumbuhan ekonomi,
ketidakmerataan pendapatan dan kemiskinan, dimana hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dan ketidakmerataan pendapatan m e ~ p a k a nhubungan dua
arah (Bourguignon, 2004).

Kabupaten h p u n g Barat yang mempunyai luas wilayah 49.504 km2
dengan penduduk berjumlah 424.586 jiwa terdiri dari 103.940

KK, terbagi

menjadi 17 kecamatan yang terdiri dari 195 desa dan 6 kelurahan. Jumlah Rumah

Tangga Miskin mencapai 38 % dari total rumah tangga seperti terlihat dalam
Tabel 2. Kewnatan Balk Bukit sebagai wilayah Kecamatan yang berada di
Ibukota Kabupaten memiliki luas wilayah 195,5 KmZ terdiri dari 9 Pekon (desa)

dan 2 Kelurahan yang meliputi 89 Rukun Tetangga (RT) dan 80 Kedusunan.yang
ada dan tersebar di seluruh kecamatan. Sebagai Kecamatan di Ibukota Kabupaten
temyata tidak lepas dari d a h kerniskinan yang mencapai lebii dari 43 % dari

Tabel2.

: Jumlah Rumab Tangga Miskin Di Kecamatan Balk Bukit
Kecamatan Kabupaten Lampung Barat

DESA/KELUARAWN
1 PASARLIWA
2 WAY MENGAKU
3 KUBU PERAHU
4 PADANG CAHYA
5 SEBARUS
6 WAY EMPULAU ULU
7 GUNUNGSUGlH
8 WATAS
9 PADANGDALOM
10 SUKARAME
I1 BAHWAY
JUMLAH

Jumlah Rumsb
JML
Tsogffn M x n Rumah T a n w s
418
1052
420
1279
219
674
771
1018
1 92
478
191
464
119
561
146
521
107
467
309
588
492
659
3384
7.761

Persentase

39.73
32,84
32,49
75.74
40,17
41.16
21.21
28,02
22,91
52,55
74.66
4340

Sumber :BPS Lampung Barat, 2007
1.2.

Perurnusan Masoleh
Kcmiskinan mcrupakan topik yang scmakin mcnjadi perhatian, terlebih

sejak terjadinya krisis ekonomi. Informasi mengenai penduduk yang masuk dalam

kategori miskin termasuk karkteristik kemiskinan m e ~ p a k a nupaya agar target
program pengentasan kemiskinan dapat dibuat menjadi lebih akurat.
Kecamatan Balk Bukit merupakan Kecamatan yang terletak di bukota
Kabupaten dengan penduduk berjumlah 30.395 jiwa

yang terdiri dari 7.761

rumah tangga dan 3.384 (43,6%) diantaranya adalah Rumah Tangga Miskin

(RTM). Berdasarkan hasil pendataan oleh BPS Lampung Barat, diperoleh angka
ketergantungan di Kecamatan Balik Bukit sebesar 59,9%, yang berarti bahwa

setiap smatus orang penduduk usia produktif h a m menanggung sekitar 60 orang
yang tidak/belum produktif. Beban ketergantungan yang dipikul oleh masyarakat

ini menyebabkan setiap individu h

g leluasa untuk bergerak dan berusaha

dihenalcan yang bersaogkutan masih harus menanggung dan memenuhi
kebutuhan orang lain. Berdasarkan perhitungan rata-rata data tersebut di atas,
diperoleh mta-rats jumlah anggota keluarga setiap rumah tangga rnenmpai 3,9
jiwa Jumlah anggota keluarga yang besar mampu untuk mendorong sebuah
keluarga untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, tetapi di sisi yang lain,
hal ini bahkan akan menghambat perolehan pendapatan yang lebih baik. Hal ini
disebabkan bahwa jumlah anggota keluarga yang lain tidak dalam kondisi
produktif.

Luas wilayah Kecamatan Balik Bukit adalah 15.406 ha, namun 48 % nya
merupakan kawasan lindung (SK Menhutbun No 256fKpts-IY2000 tanggal 23
Agustus 2000 dan Peraturan D a d Nomor 8 Tahun 2004 tanggal 4 Maret 2004

tentang Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Barat). Lahan yang bisa
dibudidayakan sebesar 7.988 hektar, sebagian besar dimanfaatkan s e m
individual oleh masyarakat dibidang pertanian dan perkebunan. Badasarkan data
tersebut apabila dibagi dengan jumlah nunah tangga yang ada yaitu sebesar 7.761

rumah tangga diperoleh hasil perhitungan bahwa rata-rata rumah tangga di
Kecamatan Balik bukit mengelola lahan seluas harnpir 1,03 hektar.

Tabel 3

: Luas dan Jenis Tanaman yang Diusahakan di Kecamatan Balik Bukit

Kecamatan
~ a i BUM
a

Kakao

W,06

Luas PengwahaanJenii K o m o d i (Ha)
Kopi mbusta Kopi arabika
Lada
Padi

1.426,06

0 49,M

350

Sayuran

395

Sumber : BPS Lampung Barat, 2007

Kondisi perekonomian di Kecamatan Balk Bukit berbeda struktur
perekonomiannya dengan tingkat kabupaten. Hal ini disebabkan karena wilayah
kecamatan yang berada di ibukota kabupaten sehingga menyebabkan sektor jasa
terutama subsektor jasa pemerintahan menjadi penyumbang terbesar PDRB di
Kecamatan Bdik Bukit Selain itu perkembangan suatu wilayah sangat ditentukan

oleh kualitas sumberdaya manusianya yang bisa dicerminkan dari tingkat
pendidbmya Di Kecamatan Balik Bukit, dari 5.531 anak usia sekolah (7-15

tahun), 474 (8,73%) anak belum bisa mernanfaatkan pendidikan. Data BPS
menyebutkan bahwa rata-rata lamanya sekolah masyarakat Kecamatan Balik
Bukit hampir mencapai 9 tahun. Dari indikator ini, maka kualitas sumberdaya
manusia di kecamatan ini relatif rendah.
Kontribusi sektor dalam menyerap tenaga keja rnenggambarkan struktur
perekonomian suatu daerah. Daerah maju biasanya mernpunyai struktur
perckonomian yang didominasi oleh sektor yang mempunyai produktifitas dan

tingkat upah yang tinggi. Sektor yang mempunyai sifat demikian biasanya adalah
sektor industri. Berdasrkan data BPS Lampung Barat, struktur perekonomian
Lampung Barat masih bergantung dari sektor perkmian dan perkebunan yang
mampu menyerap tenaga kerja sebesar 79,89% dari total angkatan kerja yang
tersedia
Secara mum, pembangunan dapat diartikan sebagai upaya untuk
meningkatkan kemakrnuran dan kesejahteraan rakyat. Pembanynan yang
sentralistik hanya akan sekedar mengejar pertumbuhan tanpa memperhatikan

adanya pemerataan. Dengan adanya semangat otonomi daerah paradigma
pembangunan berubah ke arah pemerataan dan keseimbangan. Tetapi kondisi
tersebut tidak serta merta dapat mengatasi permasalahan yang terjadi di lapangan
sehingga berbagai faktor timbul sebagai sebab timbulnya kemiskinan, sehingga
perlu untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi timbulnya
kemiskinan di Kecamatan Balik Bukit?
lnformasi utama tentang kemiskinan yang paling menarik perhatian adalah

jumlah dan persentase penduduk miskin. Dengan memperhatikan perkembangan
angka ini maka dapat dipantau tentang keberhasilan berbagai kebijakan dan
program pembangunan dan sekaligus dapat dinilai apakah program tersebut
memihak penduduk miskin atau tidak, berhasil mengurangi angka kemiskinan
atau tidak. Berbagai program pemerintah pusat dilaksanakan dalam rangka
menekan angka kemiskinan dan memenuhi kebutuhan infiastruktur di daerah.
Pada tahun 90an, pemerintah melaksanakan Program Pengembangan Kecamatan

(PPK) dan berkembang menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat.
Namun sampai dengan tahun 2008 program dimaksud masih terFokus kepada
upaya pemenuhan kebutuhan infrastruktur dan tidak secara langsung berhubungan
dengan masyarakat miskin. Visi PNPM adalah kesejahteraan dan kemandiian
masyarakat miskin perdesaan. Baru pada tahun 2009 ini PNPM melirik ke sektor
non fisik, yaitu adanya program penguam dirnana program tersebut diarahkan

untuk memperkuat dan menumbuhkan perekonomian masyarakat melalui
kegiatan non fisik
Di lain pihak, Pemerintah Propinsi menganggarkan Program Pengentasan
Kemiskinan yang bertujuan untuk mengurangi angka kemiskinan. Program
tersebut digarap secara lintas sektor dan diarahkan bagi desa-desa yang
dikategorikan desa miskin. Banyak kalangan mengatakan bahwa program tersebut
hanya ditujukan untuk kepentingan politik saja, namun yang Iebih penting dari itu

adalah lemahnya monitoring dan tidak adanya evaluasi menyebabkan efektivitas
program tersebut menjadi kabur.
Seperti yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan Propinsi,
Kabupaten Lampung Barat pun juga melaksanakan program sejenis yaitu Gerakan
Membangun Beguai Jejama Sai Betik (BJSB) yang apabila diartikan secara umum
mempunyai makna Bekerja bersama-sama untuk mencapai satu tujuan. Namun
lagi-lagi program ini masih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan k h s h k t w di
perdesaan dan dilaksanakan secara swakelola oleh masyarakat setempat. Selama
bejalan memang program ini dapat membantu masyarakat miskin melalui
keterlibatannya dalam proses pembangunan, namun ha1 itu hanya sesaat saja
Setelah program selesai maka rakyat miskin akan kembali menjadi pengangguran
karena pendapatan dari hasil dia bekerja hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya saja.
Berbagai program pemerintah sudah dilaksanakan, namum hal itu belum
bisa memenuhi harapan masyarakat untuk keluar dari jurang kemiskinan. Yang
menjadi tugas berat bagi Pemerintah Daerah adalah bagaimana upaya untuk
mengentaskan masyarakat dari jurang kemiskinan. Strategi Kebijakan apakah
yang tepat untuk diterapkan sebagai upaya mengentaskan masyarakat dari

kemiskinan?

Dalam mewujudkan strategi tersebut, maka program-program

apakah yang cocok bagi masyarakat sehingga masyarakat menjadi berdaya dan
bangkit dari kemiskinan.

1.3.

Tujuan Penelitiaan
Tujuan utama dari kajian ini adalah menunuskart strategi pengentasan

kerniskinan di Kabupaten Lampung Barat Sebagai jembatan untuk menjawab
tujuan utama tersebut, maka tujuan spesifik dari kajian ini adalah :

1.

Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kemiskinan di Kecamatan Balik
Bukit.

2.

Mengevaluasi pelaksanaan program-program pengentasan kerniskinan yang
telah dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat.

3.

Menmuskan strategi penanggulangan kemiskinan dan rencana programprogram yang ditujukan untuk mengurangi dan menekan laju angka
kemiskinan di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat.

1.4.

Kegunaan Penelitan
Laporan kajian ini diharapkan dapat memberikan masukan dao bagi

Pemerintah Kabupaten Larnpung Barat, PemeMtah Propinsi Lampung dan
PemeMtah Pusat serta pihak terkait lainnya dalam program pengentasan
kemiskinan, dan diharapkan kajian ini dapat memberikan masukan bagi
pengembangan kajian selanjutnya.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan Ekonomi
Dalam melaksanakan pembangunan, pemerintah berupaya keras untuk
mengejar

pertumbuhan

sebagai

upaya

pemulihan

ekonomi

nasional.

Pembangunan lebih diarahkan kepada pembangunan ekonomi dengan
mengoptimalkan sentra-sentra pertumbuhan, yang justru akan memperlebar
kesenjangan wilayah. Mengejar pertumbuhan tanpa memperhatikan pemerataan
hanya akan memperlebar kesenjangan pendapatan masyarakat.
Pembangunan harus diartikan lebih dari pemenuh kebutuhan materi di

dalam kehidupan manusia. Pembangunan seharusnya merupakan proses
multidirnensi yang meliputi perubahan organisasi dan orientasi seluruh sistem
sosial dan ckonomi (Kunarjo, 2002). Untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, bukan hanya menciptakan peningkatan pada produksi nasional nil,
tetapi juga harus ada perubahan dalam kelembagaan, struktur administrasi,
pe~bahansikap dm bahkan kebiasaan. Jadi dalam ha1 ini, istilah pembangunan

diartikan sebagai perubahan yang meningkat baik di bidang sosial maupun di
bidang ekonomi (Kunarjo, 2002).
Upaya peningkatan kesejahteraan rnasyarakat lebih dari sekedar
menangani aspek ekonomi, tetapi aspek sosial turut terlibat di dalamnya.
Pembangunan ekonomi hanya berorientasi pada upaya mengejar pertumbuhan
yang pada akhimya akan meningkatkan pendapatan. Todara dalam Arsyad
(1999), mengatakan bahwa keberhasilan pembanguanan ckonomi ditunjukkan

oleh 3 ha1 pokok yaitu :
(1) berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

pokoknya (Basic needs),
(2) rneningkatnya rasa h g a diri (Self Esteem) masyarakat xbagai manusia,
dan ;

(3) rneningkatnya kemampuan masyarakat untuk mcmilih.
Dengan demikian, pembanguanan ekonomi pada umumnya didefinisikan
sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu

masyarakat meningkat dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem
kelembagaan (Arsyad, 1999).
Sejak digulirkannya Otonomi Daerah yang ditandai dengan labimya
Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 yang diperbaharui dengan UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 serts Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 dan
diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, sejak awal tahun
2001 telah menciptakan paradigma baru bagi daerah untuk mengelola dan

mengoptimalkan semua sumber daya yang ada sebagai upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakatnya Tetapi, satu ha1 yang perlu disadari adalah bahwa
penyelenggaraan pembangunan daemh tidak semata-mata menjadi tanggung
jawab Pemerintah Daerah, tetapi juga berada di pundak masyarakat secara
keseluruhan. Salah satu wujud tanggung jawab yang dimaksud adalah sikap
mendukung dari warga masyarakat daerah terhadap penyelenggaraan pembanguan

daerah yang ditunjukan dengan keterlibatan (partisipasi) aktif warga masyarakat
(Tomy, 2003).
Baldwin dan Meier dalam Irawan dan Suparmoko (1990), mengemukakan

satu syarat yang diperlukan agar pembangunan dapat bejalan sesuai dengan yang
diiiginkan yaitu harus ada dukungan kekuatan dari dalam (Indogenomforces).
Yang dimaksud kekuatan dari dalam adalah kekuatan di dalam masyarakat itu
sendiri yaitu adanya keinginan untuk menaikkan taraf hidupnya. Kekuatan dari
luar masyarakat hanya bersifat mendorong dan memberikan fasilitas-fasilitas
untuk berkembang clan tidak &pat menggantikan kekuatan-kekuatan yang berasal

dari masyarakat itu sendiri.
2.2. Konsep dan Pengertian Kerniskinan

Kemiskinan merupakan suatu kondisi yang sangat komplek yang tidak
hanya sekedar mengukur pendapatan seseorang tetapi lebih dari itu adalah adanya
faktor-faktor sosial yang juga h a w diperhitungkan di dalamnya Kemiskinan,
l e b i merupakan sebuah sistem, di mana ada keterkaitan antara beberapa faktor
yang menimbulkan kondisi sebab dan akibat sehingga membentuk sebuah

lingkaran tanpa putus atau lebih ekemnya

sering disebut lingkaran setan

(vicious circle) Kemiskinan juga didefinisikan sebagai ketidakmampuan dalam

memperoleh kesempatan dalam mengakumulasikan basis kekuatan sosial, yaitu :
(a) modal produktif atau asset (tanah, perurnahan, alat produks'i, kesehatan), (b)
sumber keuangan (pekejaan, kredit), (c) organisasi sosial politik yang &pat

digunakan untuk mencapai tujuan bersama (koperasi, organisasi sosial)
(dljaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang dan jasa, (e) pengetahuan

dan ketrampilan, dan (0 informasi yang berguna bagi kemajuan hidup (Suharto,
2005).
Hampir di setiap negara selalu mempunyai kelompok masyarakat miskin
yang biasanya terpusat di tempat-tempat tertentu, yaitu di perdesaan atau di

daerah yang kekurangan sumber daya, baik sumberdaya dam, sosial maupun
sumberdaya ekonomi. Persoalan kemiskinan juga selalu berkaitan dengan

madah-&ah

lain, misalnya lingkungan. Selain itu masalah kemiskinan sangat

sering terjadi pada kelompok-kelompok tertentu. Kemiskinan berbeda dengan
ketimpgan distribusi pendapatan (inequality). Kemiskinan berkaitan erat dengan

standar hidup yang absolut, sedangkan kesenjangan rnengacu pada standar hidup

relatif. Pada ti-

ketimpangan yang maksimum, kekayaan hanya d i i l i k i oleh

satu orang saja dan tingkat kemiskinannya sangat tinggi.
Baswir (1997) membedakan kemiskinan mcnjadi dua yaitu Remiskinan

mtural (alamiah) adalah kemiskinan yang disebabkan olch faktor-faktor alarniah
seperti karena cacat, sakit, usia lanjut atau karena bencana alam, dan Kerniskinan

s t d t w a l yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh fiktor-faktor buatan manusia
seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi aset produksi yang tidak merata,
kompsi dan kolils:' serta tatanan ekonomi dunia yang cenderung menguntungkan
kelompok masyarakat tcrtentu.
Sedangkan Asian Development Bank ( M B ) (1999) dalarn Julissar (2007)
membedakan pcngertian kcmiskinan antara Kcmiskinan Absolut (Absolute
Poverty) dan Kemiskinan Relatif (Relative Poverty). Kemiskinan Absolut
diiidikasikan dengan suatu tingkat kcmiskinan yang berada di bawah garis
kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum untuk bertahan
hidup. Sdangkan Kemiskinan Relatif adalah suatu tingkat kemiskinan dalam
hubungannya dengan suatu rasio Garis Kerniskinan Absolut atau proporsi
distribusi pendapatan (kesejahteraan) yang timpang (tidak merata).

Garis kemiskinan mempalcan ukuran rata-rata yang digunakan untuk
mengukur kemampuan masyamkat dalam memenuhi kebutuhan hidup minimum.
Seseorang yang tergolong A k i n re[atif sebenarnya telah hidup di atas garis
kerniskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya
Sedang miskin krrllural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau kelompok
masyamkat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya
sekalipun ada &a
2.2.1.

dari pihak lain yang membantunya.

Model Skala Kebutuhan Beras

Batas garis kemiskinan yang diterapkan setiap negara temyata berbedabeda sesuai dengan kondisi negara masing-masing. Hal ini disebabkan karena
adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup. Badan Pusat Statistik
(BPS) menggunakan batas miskin dari besarnya pia ah yang dibelanjakan per
kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dengan
men-

patokan 2.100 kalori per hari. Adapun pengeluaran kebutuhan

minimum bukan rnakanan meliputi pengeluaran untuk perurnahan, sandang, serta
aneka barang dan jasa. Selama periode 1976 sampai 1993, telah terjadi
peningkatan batas garis kemiskinan, yang disesuaikan dengan kenaikan harga
barang-barang yang dikonsumsi oleh masyarakat. Batas garis kemiskinan ini
dibedakan antara daerah perkotaan dan pedesaan.
Model garis kemiskinan lain yang dikenal adalah garis kemiskinan
Sajogyo yang menggunakan perhitungan garis kemiskinan didasarkan atas harga
beras. Sajogyo mendefinisikan batas garis kemiskinan sebagai tingkat konsumsi
per kapita per tahun yang disetarakan dengan jumlah (harga) beras. Kerniskinan
mempakan suatu tingkat kehidupan yang berada di bawah standar kebutuhan
hidup minimum yang ditetapkan berdasarkan atas kebutuhan pokok pangan yang
membuat orang cukup bekerja dan hidup schat didasarkan pada kebutuhan beras
dan kebutuhan gizi (Sayogyo, 1971). Kebutuhan tersebut disetarakan dengan

konsumsi ekuivalen beras per kapita sebagai indikator kemiskinan yang
dibedakan untuk daerah pedesaan dan perkotaan. Untuk daemh pedesaan, apabila
seseorang hanya mengkonsumsi ekuivalen beras kurang dari 240 kg per orang per

tahun, maka yang bersangkutan digolongkan sangat miskii, sedangkan untuk
daerah perkotaan ditentukan sebesar ekuivalen 360 kg beras per orang per tahun

2.2.2. Model Skala Kebutuhan Kalori
Dengan menggunakan metode pendekatan yang hampir sama dengan
model konsumsi beras dari Sayogyo, Badan Pusat Statistik (BPS) juga
menghitung angka kemiskinan lewat tingkat konsumsi penduduk atas kebutuhan

dasar. Hal yang membedakannya adalah BPS tidak menyetadan kebutuhankebutuhan dasar dengan jumlah beras tetapi BPS menggunakan standar kebutuhan
kalori yaitu 2.100 kalori per orang per hari, sedangkan dari sisi kebutuhan nonmakanan tidak hanya terbatas pada sandang dan papan melainkan tennasuk
p e n d i d i i dan kesehatan.
BPS mengdkan kemiskinan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi
standar minimum kebutuhan d a w yang meliputi kebutuhan makanan maupun
non-makanan. Inti dari model ini adalah membandingkan tingkat konsumsi
penduduk dengan "garis kerniskinan" (GK) yaitu jumlah rupiah untuk konsumsi
per orang per bulan. BPS pertama Mi melaporkan penghitungan jumlah dan

persentase penduduk miskin pada tahun 1984. Pada saat itu, penghitungan jumlah

dan persentase penduduk miskin mencakup periode 1976-198 1 dengan
menggunakan model konsumsi Susenas (Survey Sosial Ekonomi Nasional).
Semenjak tahun 2003, BPS mempublikasikan angka kemiskinan yang disebut
dengan Rumah Tangga Miskii.
2.23. Model Tingkat Kesejahteraan Keluarga BKKBN
Berbeda dengan BPS, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) melihat sebuah kemiskinan dari sisi kesejahteraan dibandingkan dari
sisi kemiskinan. Unit atau satuan survey juga berbeda di mana pada BPS

digunakan rumah tangga sedangkan BKKBN menggunakan keluarga. Untuk
menghitung tingkat kesejahteraan, BKKBN melakukan program yang disebut
sebagai Pendataan Keluarga. Pendataan Keluarga dilakukan oleh BKKBN setiap
tahun sejak tahun 1994. Pendataan keluarga dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh data dasar kependudukan dan keluarga dalam rangka program
pembangunan dan pengentasan kemiskinan.
Data kemiskinan dilakukan lewat penlahapan keluarga sejahtera yang
dibagi menjadi lima tahap, yaitu:

a.

Keluarga Pra Sejahtera (sangat miskin)

b.

Keluarga Sejahtera I (miskin)

c.

Keluarga Sejahtera I1

d.

Keluarga Sejahtera 111

e.

Keluarga Sejahtera 111plus
Pengertian dan indikator Pra Sejahtera (sangat miskin) diartikan sebagai

ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasamya secara minimal, seped
kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, sandang, papan dan kesehatan.
Sejahtera tahap I (miskin) diartikan sebagai keluarga yang mampu memenuhi
kebutuhan dasarnya tetapi belum mampu memenuhi kebutuhan sosial
psikologisnya. Yang dimaksud kebutuhan sosial psikologis adalah kebuhrhan

akan pendidikan, keluarga b c a n a , interaksi dalam keluarga, inte.raksi dalam
lingkungan tempat tinggal dan transportasi.
23. Konsep Kesenjangan Pendapatan
Kesenjangan dapat diartikan terdapatnya suatu perbedaan antara dua atau
lebii individu atau kelompok obyek pengamatan. Dalam ha1 ini kesenjangan
pendapatan atau ketimpangan pendapatan mempuyai makna perbedaan
pendapatan antar masyarakat atau kelompok masyarakat
Ketimpaagan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat
yang berpendapatan rendah dengan kelompok masyarakat dengan pendapatan
tinggi akan menciptakan strata baru dalam kemiskinan. Perhunbuhan ekonomi
yang tinggi akan lebih berarti apabila diiiuti dengan pemerataan pendapatan,
sehingga hasil pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.
Perhunbuhan ekonomi yang tidak diikuti dengan pemerataan pendapatan akan
menyebabkan tingkat kesenjangan semakin tinggi, di mana yang kaya semakin
kaya dan yang miskin akan semakin miskin.
2.4. Program Penanggulangan Kerniskinen
Menurut Suharto (2003), dalam upaya mengatasi kemiskinan diperlukan

sebuah kajian yang lengkap sebagai acuan perancangan kebijakan dan program
anti kcmiskinan. Tctapi hampir semua pendekatan dalam mengkaji kcmiskinan
mash berporos pada paradigma modcrnisasi (modernization paradigm) yang
dimotori oleh Bank Dunia. Paradigma ini berdasar pada teori-teori pertumbuhan

ekonomi Neoklasik (orthodox neoclassical economics) dan model yang berpusat
pad produksi (production-centered model). Sejak pendapatan nasional (GNP)
mulai dijadiian indikator pembangunan tahun 1950-an, misalnya, para ahli ilmu
ekonomii selalu merujuk pada pendekatan tersebut manakala berbicara masalah
kemiskinan di satu negam Pengukuran kemiskinan kemudian sangat dipengaruhi
oleh perspektif income poverty yang menggunakan pendapat sebagai satu-satunya
indiitor garis kemiskinan.
Suharto (2003) juga mengemukakan bahwa di bawah kepemimpinan
ekonomi asal pakistan, Mahhub U1 Haq, pada 1990-an UNDP memperkenalkan
pendekatan human development yang diformulasikan dalam bentuk indeks
pembangunan manusia (human development index) dan indeks kemiskinan
manusia (human poverty index). Dibandiigkan dengan pendekatan yang dipakai

Bank Dunia, pendekatan UNDP relatif lebih komprehensif karena mencakup
bukan saja dimensi ekonomi @endapatan), melainkan pula pendidikan (angka
melek hmi), dan kesehatan (angka harapan hidup).
Kemiskinan

sedikitnya

mengusuikan

empat

poin

yang

perlu

dipertimbangkan. Pertama, kemiskinan sebaiknya dilihat tidak hanya dari
kadcteristik si miskin secara statis, melainkan dilihat secara d i i s yang
menyangkut usaha dan kemampuan si miskin dalam mcrespon kemiskinannya.

Kedua, indikator untuk mengukur kemiskinan sebaiknya tidak tunggal, melainkan
indikator komposit dengan unit analisis keluarga atau nunah tangga Ketiga,
konsep kemampuan sosial (social capabilities) dipandang lebii lengkap dari pada
konsep pendapatan (income) dalam memotret kondisi sekaligus dinamika
kemiskinan. Keempat, pengukuran kemampuan sosial keluarga miskin dapat
difokuskan pada beberapa key indicators yang mencakup kemampuan keluarga
miskin &lam mencakup mata pencaharian (livelihood capabilities), memenuhi
kebutuhan dasat (basic nee& fiIfilment), mengelola aset (asset management),
menjangkau sumber-sumber (acces to resources), berpartisipasi dalam kegiatan
kemasyarakatan (acces to social capital), serta kemampuan &lam mengahadapi
guncangan dan tekanan (cope with shock andstresses) (Suharto, 2003).

2.5.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat atau lebih dikenal dengan

PNPM melalui Program Pengembangan Kcamatan (PNPM-PPK) adalah
Program dan Kebijakan Pemerintah Pusat untuk mempercepat Penangulangan
Kerniskinan secara Terpadu.

-

Pelaku PNPM PPK di Desa
Di dalam Petunjuk Teknis Operasional PNPM-PPK, para pelaku yang
berkedudukan dan berperan dalam pelaksanaan PNPM-PPK di desa terdiri dari :

-

Kepala Desa (Kades)
Pecan Kepala Desa atau Peratin (sebutan untuk Kepala Desa di Larnpung
Barat) adalah sebagai pembiha dan pengendali k e l a n m program serta
keberhasilan

pelaksanaan

PNPM-PPK

di

desa

Bersama

Badan

Permusyawaratan Desa (BPD), kepala desa menyusun Perahuan Desa yang
relevan dan mendukung terjadinya proses pelembagaan jninsip dan prosedur
PNPM-PPK sebagai pola pembangunan partisipatif serta pengembangan dan
pelestarian asset PNPM-PPK yang telah ada di desa Kepala Desa juga
berperan mewakili desanya dalam pembentukan forum musyawamh atau
kerjasama antar desa

-

Badan Permusyawaratan Desa @PD)
Dalam pelaksanaanya, BPD berperen sebagai lembaga yang mengawasi setiap
tahapan PMPM-PPK. Selain itu BPD juga berperan dalam melegalisasi atau
mensyahkan p e r a m desa yang berkaitan dengan pelembagaan dan

-

pelestarian PNPM-PPK di desanya.
Tim Pengelola Kegiatan (TPK)

Terdiri dari anggota masyarakat yang dipili melalui musyawarah desa yang
secara umum mempunyai h g s i dan berperan untuk mengelola dan
melaksanakan kegiatan di desa TPK terdiri dari Ketua sebagai penanggung
jawab operasional kegiatan di desa, mengkoordinasi pelaksanaan kegiatan di
lapangan, dan mengelola admiistrasi serta keuangan program. Sekretaris dan
bendahara membantu TPK terutama dalam masalah administrasi dan
keuangan dalam kegiatan tersebut.

- Ti Penulis Usulan (TPU)
Anggota TPU berasal dari masyamkat yang dipilih melalui musyawarah

.

Perm tim penulis adalah menyiapkan dan menyusun gagasan-gagasan
kegiatan yang telah ditetapkan dalam musyawarah desa. Anggota TPU dipilih
berdasarkan keablian dan ketrampilan yang sesuai dengan kegiatan yang
diajukan oleh masyarakat.

-

TimPemantau,

T i pemantau menjalankan h g s i pemantauan tehadap pelaksanaan kegiatan
yang ada di desa Hasil pemantauan akan dilaprkan di dalam musyawarah
desa.

-

TiPemelii
Tim berperan menjalankan fungsinya dalam melaksanakan pemeliihaman

terhadap hasil-hasil kegiatan yang ada di desa. Dalam menjalankan fbngsinya
tim didukung dengan dana yang berasal dari swadaya masyamkat setempat.

-

Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelwahau (KPMDIK)

KPMD adalah warga desa terpilii yang memfasilitasi atau memandu
masyadcat dalam mengikuti atau melaksanakan tahapan PNPM di desa dan
kelompk masyarakat dalam tahap perencatman. Iumlah kader pemberdayaan
minimal 2 (dua) orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan
kualifikasi kemampuan teknik, ekonomi dan sebagainya

2.6. Cerakan Pembangunan Beguai Jejama Sai Betik (Gerbang BJSB)
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangum~nasional

tidak lepas dari prinsipprinsip otonomi yang memberikan kewenangan yang lebii
luas kepada daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Salah satu aspek
mendasar dalam Otonomi Daerah adalah upaya pemberdayaan masyarakat
sebagai subyek pembangunan. Perubahan paradigma pembangunan ini diharapkan
dapat memunculkan kreativitas dan inovasi masyarakat melalui partisipasi
aktifnya dalam proses pembangunan.
Untuk menyikapi perubahan tersebut dalam rangka memenuhi kcinginan
kebutuhan masyarakat serta sebagai upaya pemerataan pembangunan, Pemerintah
Kabupaten Lampung Barat sejak tahun 2006 telah mengalokasii dana untuk

suatu program yang disebut Gerakan Membangun "Beguai Jejama Sai Betik
(Gerbang BJSB) yang mempunyai arti bekerja bersama-sama untuk suatu tujuan
yang baik. Kebijakan ini dilaksanakan melalui pemberian bantuan dana stimulan
kepada masyarakat pekon (sebutan untuk desa di Kabupaten Lampung Barat) atau
kelurahan untuk membangun sarana dan prasarana yang dibutuhkan dan
bermanfaat bagi masyarakat banyak.
2.7.1.

Tujuan Program Gerakan Pembangunan Beguai Jejama Sai Betik.
Adapun tujuan Gerakan Pembangunan Begui Jejama Sai Betik ini lebii

ditekankan pada (Juklak Gerbang BJSB, 2008)

-

Meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat di perdesaan dalam
pembangunan daerah
Proses pembelajanm demokrasi dalam pembangunan.
Meningkatnya swadaya mssyarakat dalam pelaksanaan dan pelestarian
pembanv.

-

-

Menyatukan semangat gotong royong clan kebemmaan dalam melaksanakan
proses pembangunan.
Mempercepat pembangman sarana dan prasarana di pekon (desa)lkelurahan.

2.7.2.

Ruang Lhgkup Kegiatan
Selain tujuan tersebut di atas, Program Gerakan Pembangunan Beguai

Jejama Sai Betik ini mempunyai ruang lingkup kegiatan yang hanya dibatasi
kepada kegiatan fisik saja Kegiatan tersebu'cdimalcsudkan untuk parnbangunan

sarana prasarana yang sangat dibutuhkau dan bermanfaat bagi masyarakat dan
sebatas untuk desa itu sendiri bukaa antar desa, seperti :

-

-

Pembangunan sarana irigasi pekon/desa
Pembangunan jalan dan jembatan
Pembangunan penyediaan sarana air bersih (P S A B)
Pembangunan Drainase

-

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga M k o Hidro (PLTMH)

=

Pasat pekon (desa)

2.7. Hasil Penelitian Sebelumnya
2.7.1.

Faktor.Faktor yang mempengaruhi kemiskinan
Menurut Ikhsan (1999) dalam Usman (2007) sumber daya rnanusia dalam

suatu rumah tangga merupakan faktor yang akan mempengaruhi kemampuan
suatu rumah tangga untuk memperoleh pekejaan dan pendapatan. Indikator yang
digunakan adalah jumlah tahun bersekolah anggota keluarga, p e n d i d i i kepala
keluarga, dan jumlah anggota keluarga Secara umum semakin tinggi pendidikan
anggota keluarga maka akan semakin tinggi kernungkinan keluarga tersebut
bekej a di sektor formal sehingga akan memperoleh pendapatan yang lebii tinggi.

Sedangkan menurut Usman eta1 (2007) faktor -faktor yang &pat
menyebabkan kentiskinan berturut-huut dari nilai marginal eflect terbesar adalah
jumlah anggota rumah tangga, kepala keluarga sebagai buruh tani, sumber air
yang tidak terlidung, serta kepala keluarga yang bekeja di bidang pertanian. Dua
veriabel merupakan bidang usaha peaanian sehingga kelompok ini perlu
mendapat perhatian khusus. Sedangkan variabel yang dapat mengurangi
kemiskinan adalah kepala rumah tangga yang bekqa, kepemilikan asct lahan
pertanian, dan jumlah tahun bersekolah seluruh anggota keluarga Dalam

karakteristik rumah tangga dan individu, sumberdaya manusia merupakan
variabel penting untuk memperoleh pekexjaan, sedangkan kualitas amber daya
manusia berkaitan erat dengan tingkat pendidiian, sehingga Sektor Pendidikan
juga harus menjadi perhatian pemerintah daerah jika ingin mengurangi tingkat
Hasil penelitian Departenen Sosial menyebutkan beberapa penyebab
kemiskinan yaitu (Demrne