Penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT) dan perbedaan tinggi cangkokan untuk mempercepat induksi akar ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.)

RINGKASAN
MITA DIANTINA. Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan
Perbedaan Tinggi Cangkokan untuk Mempercepat Induksi Akar Ulin
(Eusideroxylon zwageri T. et B.). Dibimbing oleh AND1 SUKENDRO dan
DHARMAWATI F. DJAM'AN.
Berdasarkan Asia Regional Workshop tahun 1997 yang diselenggarakan di
Hanoi (Vietnam), International Union for Conservation of Nature and Natural
Resources (IUCN) menetapkan bahwa ulim (Eusideroaylon zwageri T. et B.)
berada pada status vulnerable (rentdrawan), sedangkan menurut Convention on
International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES)
(2007), ulin termasuk ke dalam Appendix 11, yaitu jenis yang tidak terancam
kepunahan tetapi mungkin terancam punah bila perdagangan terns berlanjut tanpa
adanya pengaturan.
Salah satu teknik pembiakan vegetatif yang dilakukan untuk mengatasi
ancaman kepunahan ulin ialah cangkok. Keuntungan yang diperoleh adalah sifat
tanaman baru persis seperti induknya, tanaman dari bibit cangkok bisa
menghasilkan buah dalam waktu yang relatif singkat serta waktu yang diperlukan
untuk perbanyakan relatif singkat (1-3 bulan). Salah satu faktor keberhasilan
cangkokan ialah penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Adanya penggunaan
ZPT akan mempercepat induksi akar pada tanaman sehingga waktu untuk
cangkokan dapat dipersingkat.

Penelitian bertujuan untuk menerapkan perbanyakan vegetatif dengan teknik
cangkok pada ulin dan membandingkan penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
dan perbedaan tinggi cangkokan untuk mempercepat induksi akar ulin.
Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan (Juli 2007-JanuaSi 2008) berlokasi
di Kebun Percobaan Nagrak, Balai Penelitian Teknologi Perbenihan (BPTP)
Bogor.
Alat-alat yang digunakan ialah calliper, penggarislmeteran, gunting
pangkas, cutter, ember, plastik transparan, plastik es, kamera, label, dan alat tulis.
Sedangkan bahan-bahannya adalah tanaman d i n (Eusideroxylon zwageri T. et
B.), alkohol 70 %, ZPT (RootoneF, Fusarium sp. (koleksi PKM), dan
Burkholderia sp. (koleksi bersama Laboratorium Mikrobiologi, Puslitbang Hutan
dan Konservasi Alam serta Universitas Hokaido, Jepang)) serta sabut kelapa.
Pembuatan cangkokan ulin meliputi beberapa proses, yakni pemilihan pohon
induk yang dicangkok, pemilihan batang, penyayatan kulit batang, pembersihan
kambium, mengeringanginkan bekas sayatan, pemberian Zat Pengatur Turnbuh
(ZPT), persiapan media cangkokan, pembungkusan sayatan, dan pemeliharaan
cangkokan serta pengamatan perkembangan cangkokan. Peubah yang diamati
ialah persentase hidup cangkokan, persentase berkalus cangkokan, persentase
berakar cangkokan, jumlah akar, dan panjang akar.
Pembiakan vegetatif dengan metoda cangkok pada d i n selama 6 bulan

pengamatan menghasilkan persentase hidup cangkokan sebesar 100 %. Hasil
cangkok yang hidup diamati dari bahan cangkokan yang masih segar, warna daun
hijaq turnbuhnya tunas baru, dan batang yang utuh (tidak patah). Faktor-faktor
yang menentukan keberhasilan cangkokan hidup meliputi umur bahan cangkokan,