Analisis hubungan kekerabatan berdasarkan morfologi, aktivitas harian, gambaran darah dan karakter DNA mitokondrion beberapa subspesies burung beo (Gracula religiosa linnaeus 1758)

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN BERDASARKAN
MORFOLOGI, AKTIVITAS HARIAN, GAMBARAN DARAH
DAN KARAKTER DNA MITOKONDRION
BEBERAPA SUBSPESIES BURUNG BEO
(Gracula religiosa Linnaeus 1758)

ERNA SUZANNA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

SURAT PERNYATAAN
Saya

menyatakan

dengan

sebenar-benarnya


bahwa

segala

pernyataan dalam disertasi yang berjudul :
”ANALISIS

HUBUNGAN

MORFOLOGI,

AKTIVITAS

KARAKTER

DNA

KEKERABATAN
HARIAN,


MITOKONDRION

BERDASARKAN

GAMBARAN
BEBERAPA

DARAH,

DAN

SUBSPESIES

BURUNG BEO (Gracula religiosa Linnaeus 1758)”
merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri dengan
bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan
rujukannya. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar
pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi
yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa
kebenarannya.


Bogor, Januari 2007
Erna Suzanna

ABSTRACT
ERNA SUZANNA. Analysis of phylogenic relationship based on
morphology, daily activities, hemathology and mitochondrial DNA
characteristic of some subspecies of Mynah birds (Gracula religiosa
Linnaeus 1758). Advisory committee: Prof. Dr. drh. Nawangsari Sugiri,
Prof.drh. Reviany Widjajakusuma, PhD, Dr. Ir.Dedy Duryadi Solihin, DEA,
Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, MSc, and Dr. Ir. A. M. Thohari,DEA.
The subspecies status of Mynah bird is currently unclear. Reports
on their genetic characteristics and diversity are still lacking especially on
their molecular aspects. The objectives of this research are to analyze the
phylogenic relationship based on morphological, daily activities variations,
haemathology, genetic variability and genetic distance of four subspecies
of Mynah birds of Nias, Medan, Kalimantan and Flores origin and other
four mynah birds of unknown origin. SPSS software was used to analyze
the main grouping of the birds using grouping distance of 20, with the
following results. Based on the morphometric measurements, the resulting

dendrogram showed that four main groups of mynah birds i.e. a) birds of
unknown origin (UK4 and UK2), b) nias mynahs (N1, N2, N3, N4, N5, N6,
N7, N8) c) medan mynahs (M1 and M2) and d) kalimantan mynahs (K1,
K2, K3), flores mynahs (F1 and F2) and mynahs of unknown origin (UK1,
UK3). Based on the daily activities, the dendrogram showed two main
groupings, i.e. a) nias, medan and flores mynahs group and b) kalimantan
mynah. Analysis based on the length and width of red blood cells and red
blood nuclear cells showed two main groupings, i.e. a) Nias (N1, N2, N3),
Medan (M1), Kalimantan (K1, K2) and Flores (F2) group and b) Nias (N4),
Medan (M2), Kalimantan (K3), Flores (F1) and mynahs of unknown origin
(UK1, UK2, UK3, UK4) group. Based on the hemathology variations
(erythrocyte, hemoglobin level, hematocrit value and leukocyte) showed
two main groupings, i.e. a) Nias, Kalimantan, mynah UK3, and mynah UK2
group and b) Medan, Flores and mynah UK1 and mynah
UK4. Sequencing of the PCR product using primer H417 on D-loop
Domain I mtDNA, yielded a base sequence of 400 bp. The results of Dloop fragments sequencing were put on multiple alignment with other
Mynahs from Thailand (Genbank) and were analyzed with the aid of
MEGA program version 3. Comparison with Thailand mynah revealed 36
different nucleotide sites. Genetic distance based on nucleotide D-loop
calculated using Nucleotide Differences showed the smallest value of 0

(0%) and the biggest of 36 (9%) The phylogenetic tree (phylogram tree)
resulted from Neighbor-Joining method based on nucleotide differences
using white leghorn chicken as comparisons showed five groups of Mynah
birds, i.e. a) cross breed of nias mynah and kalimantan mynah group (N2,
N3, N4, K1, K3, UK2, UK4) b) medan mynah group (M1, M2, N1, northern
thailand race mynah) c) Kalimantan (K2, UK3) d) Flores (F1, F2) d)
Sumbawa (UK1), while using Pica pica pica, Pica pica jankowskii,

Cyanopica cyanus interposita, northern thailand race mynah and southern
thailand race mynah for comparisons resulted in six groups of Mynah birds
i.e. a) cross breed of nias mynah and kalimantan mynah group (N2, N3,
N4, K1, K2, K3, UK2, UK4) b) medan mynah group (M1, M2, northern
thailand race mynah) c) Nias (N1) d) Kalimantan (K2, UK3) e) Flores (F1,
F2) and f) Sumbawa (UK1). D-loop domain I mtDNA could be used to
differentiate the subspecies. The morphological variations could be used
to support the phylogenetic analysis among the subspecies of Mynah
birds. The variations of haemathology and daily activities of Mynah birds
supplement this research and are contribute significantly in captive
breeding for mynah birds.
Keywords: Mynah birds, morphology, daily activities, hemathology,

genetic characteristic, genetic distance, D-loop, mitochondrial
DNA

ABSTRAK
ERNA SUZANNA. Analisis hubungan kekerabatan berdasarkan
morfologi,
aktivitas harian, gambaran darah dan karakter DNA
mitokondrion beberapa subspesies burung beo (Gracula religiosa
Linnaeus 1758). Dibimbing oleh Prof. Dr. drh. Nawangsari Sugiri, Prof.
drh. Reviany Widjayakusuma, PhD, Dr. Ir.Dedy Duryadi Solihin, DEA,
Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, MSc dan Dr. Ir. A. M. Thohari, DEA.
Sampai saat ini status subspesies dari burung beo masih belum
jelas.
Laporan hasil penelitian tentang karakter genetik dan
keragamannya masih jarang, khususnya dalam aspek molekuler. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kekerabatan berdasarkan
variasi morfologi, variasi aktivitas harian burung beo di penangkaran,
variasi gambaran darah dan variabilitas genetik serta jarak genetik dari
empat subspesies beo, yang berasal dari Nias, Medan, Kalimantan, Flores
serta empat ekor burung beo yang tidak diketahui asal-usulnya.

Berdasarkan hasil analisis kelompok utama dengan menggunakan
perangkat lunak SPSS pada pengukuran morfometri dengan jarak
pengelompokkan 20 diperoleh dendrogram yang menunjukkan adanya
empat kelompok besar burung beo yaitu kelompok : a) beo yang tidak
diketahui asal usulnya (UK4 dan UK2) b) beo nias (N1, N2, N3, N4, N5,
N6, N7, N8) c) beo medan (M1 dan M2) dan d) beo kalimantan (K1, K2,
K3), beo Flores (F1 dan F2) dan beo yang tidak diketahui asal usulnya
(UK1, UK3). Berdasarkan hasil analisis kelompok utama pada aktivitas
harian burung beo di penangkaran dengan menggunakan perangkat lunak
SPSS dengan jarak pengelompokkan 20 diperoleh dendrogram yang
menunjukkan adanya dua kelompok besar yaitu a) kelompok beo nias,
beo medan dan beo flores serta b) beo kalimantan.
Hasil analisis
kelompok utama berdasarkan ukuran panjang dan lebar sel darah merah
dan inti sel darah merah dengan menggunakan SPSS dengan jarak
pengelompokkan 20 menunjukkan adanya dua kelompok besar yaitu : a)
kelompok beo nias (N1, N2, N3), beo medan (M1), beo kalimantan (K1,
K2), dan beo flores (F2) serta b) kelompok beo nias (N4), beo medan
(M2), beo kalimantan (K3), beo flores (F1) dan beo yang tidak diketahui
asal usulnya (UK1, UK2, UK3, UK4). Berdasarkan gambaran darah

secara keseluruhan (eritrosit, kadar hemoglobin, nilai hematokrit dan
leukosit) dengan menggunakan SPSS dengan jarak pengelompokkan 20
diperoleh dendrogram yang menunjukkan adanya dua kelompok besar
yaitu kelompok a) beo nias, beo kalimantan, beo UK3, dan beo UK2 serta
b) beo medan, beo flores dan beo UK1 dan beo UK4. Perunutan DNA
hasil PCR dengan menggunakan Primer H417 daerah Domain I D-loop
DNA mitokondrion, menghasilkan runutan nukleotida berukuran 400 pb.
Hasil perunutan sebagian D-loop mtDNA disejajarkan berganda dengan
menggunakan fragmen DNA burung beo yang berasal dari Thailand
(Genbank) dengan menggunakan perangkat lunak Program MEGA versi
3. Dengan pembanding burung beo thailand (Genbank), beo hasil

penelitian menunjukkan adanya 36 situs nukleotida yang berbeda diantara
subspesies burung beo. Jarak genetik berdasarkan perbedaan nukleotida
menunjukkan jarak terkecil 0 (0%) dan jarak terbesar 36 (9%). Pohon
filogeni (pohon filogram) yang dihasilkan dengan metode Neighbor Joining
berdasarkan perbedaan nukleotida dengan pembanding ayam white
leghorn memperlihatkan lima kelompok burung beo yaitu kelompok: (a)
beo campuran antara beo nias dan beo kalimantan (N2, N3, N4, K1, K2,
K3, UK2, UK4) (b) beo medan (M1, M2, N1, beo thailand utara) (c)

kalimantan murni (K2, UK3) (d) flores (F1, F2) (d) kemungkinan beo
sumbawa (UK1). Dengan menggunakan pembanding Pica pica pica, Pica
pica jankowskii dan Cyanopica cyanus interposita, beo thailand utara dan
beo thailand selatan diperoleh enam kelompok beo yaitu: (a) beo
campuran antara beo nias dan beo kalimantan (N2, N3, N4, K1, K3, UK2,
UK4) (b) beo medan (M1, M2, beo thailand utara) (c) beo nias murni (N1)
(d) kalimantan murni (K2, UK3) (e) flores (F1, F2) (f) kemungkinan beo
sumbawa (UK1). Domain I D-loop DNA mitokondrion dapat digunakan
untuk membedakan subspesies burung beo. Adanya variasi morfologi
dapat mendukung analisis filogram (analisis filogeni) diantara subspesies
burung beo. Variasi gambaran darah, dan variasi aktivitas harian burung
beo melengkapi penelitian ini dan sangat berguna untuk pengelolaan
burung beo di penangkaran.
Kata kunci: burung beo, morfologi, aktivitas harian, gambaran darah,
karakter genetik, jarak genetik, D-loop, DNA mitokondrion

.

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor tahun 2007
Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa ijin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, baik cetak, fotocopy, microfilm, dan sebagainya

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN BERDASARKAN
MORFOLOGI, AKTIVITAS HARIAN, GAMBARAN DARAH,
DAN KARAKTER DNA MITOKONDRION
BEBERAPA SUBSPESIES BURUNG BEO
(Gracula religiosa Linnaeus 1758)

Oleh
ERNA SUZANNA
Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Biologi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007


Judul

:

Nama
NIP
Program Studi

:
:
:

Analisis hubungan kekerabatan berdasarkan
morfologi, aktivitas harian, gambaran darah dan
karakter DNA mitokondrion beberapa subspesies
burung beo (Gracula religiosa Linnaeus 1758)
Erna Suzanna
96 5079
Biologi

Menyetujui
1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr.drh. Nawangsari Sugiri
Ketua

Prof. drh. Reviany Widjajakusuma, PhD
Anggota

Dr. Ir. A. Machmud Thohari, DEA
Anggota

Dr. Ir. Dedy Duryadi, DEA
Anggota

Prof. Dr.Ir Ani Mardiastuti, MSc
Anggota

Mengetahui
2. Ketua Program Studi Biologi

3. Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal Ujian:

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Alhamdulillaah, segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmatNYA
dan perkenanNYA sehingga tulisan ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam
semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad s.a.w, ahlul bait serta pengikutnya
selamanya, aamiin.
Tulisan

ini

berisi

hasil

penelitian

tentang

analisis

kekerabatan

berdasarkan morfologi, aktivitas harian, gambaran darah dan perunutan
nukleotida mtDNA D-loop Domain I, pada empat subspesies burung beo
(Gracula religiosa Linnaeus 1758). Penelitian ini dilaksanakan untuk menyusun
disertasi sebagai syarat memperoleh gelar Doktor dalam Program Studi Biologi di
Sekolah

Pascasarjana

Institut

Pertanian

Bogor.

Untuk

itu,

penulis

menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada Komisi Pembimbing yaitu Prof. Dr. drh. Nawangsari
Sugiri, Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA, Prof. drh. Reviany Widjajakusuma,
PhD, Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, MSc dan Dr. Ir. Achmad Machmud Thohari,
DEA atas segala kesabaran, ketelitian, pengertian dan dukungannya selama
penulis menempuh program Doktor. Semoga Allah SWT membalasnya dengan
pahala yang setimpal, senantiasa memberikan cahaya petunjukNYA, kesehatan
yang disyukuri serta rezeki yang berkah, Aamiin.
Terimakasih penulis sampaikan kepada Rektor Institut Pertanian Bogor,
Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ketua Program Studi Biologi, Dekan
Fakultas Kehutanan dan Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
Program Doktor. Tak lupa penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada Dr.Ir.
Komang G Wiryawan selaku Kepala Pusat Studi Ilmu Hayati dan Bioteknologi
IPB yang telah memberi ijin penulis melakukan penelitian beserta fasilitasnya di
Laboratorium Biologi Molekuler, juga kepada Kepala Bidang Zoologi, Puslit
Biologi LIPI Cibinong yang telah memberi ijin untuk penelusuran spesimen
burung beo dan isolasi DNA. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr.
Manee Archawaranon dan Dr. Sanya Kudan dari Rhamkamhaeng University,
Bangkok, Thailand yang telah memberi informasi jenis primer yang dipakai untuk
pelaksanaan teknik PCR pada burung beo.
Terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan
kepada Dr. drh. Ita Djuwita Mphil, Dr. Ir. Siti Nuramaliati Prijono dari LIPI dan Dr.

iii
Ir. Burhanuddin Masy’ud MSi yang telah berkenan menguji penulis dan
memberikan masukan-masukan yang sangat berharga pada disertasi ini.
Terimakasih khusus kepada Dr. Yeni Mulyani, Ir. Arzyana, MSc, Dr.
Rinekso Soekmadi, Ir. Maria, MSc.Agr, Ir.Teti , MSi, Dr. Tutik, Dr. Adi, Dr.Susi,
Dr. Noor FH, Dr. Dini, Dr. E.K.S. Harini, Dr. Yanto, Dr. Agus PK, Insan, S.Hut,
Lasriama SSi, Fitri S.Hut, Esti, SSi, Ir. Dones Rinaldi MScF, Ir. Lin, Msi, Ir.
Endes MSi dan istri, Dr. Mirza, Dr. Lailan, Ir. Nulwita Msi, Alumni Fahutan:
Yuyun, Resti, Eva, Puri Puspitasari, Dian Arafah, Nanang, Eka, Reka, Nugraha,
juga kepada Intan, Yati, Bp. Suherman, Neng Etty, Bp. Acu, Bp Taufik, Bp. Heri
dan teman-teman sejawat lainnya yang telah banyak mendukung baik moril
maupun materiil. Hanya Allah SWT yang akan membalas kebaikan mereka,
dengan yang lebih baik lagi, aamiin.
Rasa terimakasih yang tak putus-putusnya penulis ucapkan kepada Apih
(alm. Bp. Dedy Supardi) dan Mamih (alm. Ibu Tuti Fatimah) tercinta, yang telah
membesarkan, mendidik dengan penuh kasih sayang, yang selalu mendukung
dan mendoakan dengan tulus, semoga Allah SWT membalasnya dengan pahala
yang tak putus-putusnya, menyayanginya, memberikan tempat yang indah dan
meridhoinya. Aamiin. Untuk suami tersayang Mas Sondi Sopiansyah Dipl.Kes,
Ibu Nensila, Bi Ir. Nunung, Mang Dr. Burhanuddin dan kel., Bp. Dr. Maman & Bi
Poppy dan kel., Kang Ir. Lucky, Teh Dra. Yayu , Teh Hanny SmHk, Yosi S.H.,
Reza, Welly, Fanny, Yudi, SPi, Om Anam, Deden, Nurul dan juga saudarasaudara saya di Perum. Nuansa Hijau yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu, terimakasih atas kesabaran, dukungan, do’a dan bantuannya baik moril
maupun materiil. Semoga Allah SWT membalas dengan yang lebih baik lagi,
aamiin.
Akhirnya, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada lembaga yang
memberikan bantuan selama penulis menjalani program doktor, yaitu DIKTI
melalui TMPD dan Lembaga Penelitian IPB melalui OPF.
Tak ada gading yang tak retak, penulis menyampaikan maaf yang
sedalam-dalamnya apabila ada kekurangan dalam menempuh pendidikan
program Doktor, dan semoga tulisan ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2007
Erna Suzanna

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 8 Agustus 1964 sebagai
anak ke tiga dari ayah Bp. Dedy Supardi (alm) dan Ibu Tuti Fatimah (alm).
Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1976 di SD
Teladan Papandayan I Bogor, Sekolah Menengah Pertama lulus tahun
1980 di SMP Negeri II Bogor, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri
III Bogor Tahun 1983.
Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui
jalur PMDK , penulis memilih Fakultas Kedokteran Hewan IPB pada tahun
1984 dan menyelesaikan Sarjana Kedokteran Hewan pada tahun 1987.
Pendidikan Profesi Dokter Hewan diselesaikan pada tahun 1988. Penulis
pada tahun 1991 mendapat kesempatan untuk mengikuti program
pendidikan Master of Science in Tropical Forestry di program studi Wildlife
Management, Faculty of Forestry, Georg-August-University Göttingen,
Germany, dan menyelesaikannya pada tahun 1993. Penulis memperoleh
kesempatan untuk melanjutkan S3 di Program Studi Biologi FMIPA, IPB
dengan sponsor dari TMPD DIKTI pada tahun 1996.
Penulis bekerja sebagai dosen untuk mata kuliah Penangkaran
Satwaliar

di

Laboratorium Penangkaran Satwaliar, Departemen

Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor, sejak tahun 1990 sampai sekarang.
Pada tahun 2001 penulis memperoleh Piagam Tanda Kehormatan
Satyalancana Karya Satya 10 tahun dari Presiden Republik Indonesia,
Bpk. K.H. Abdurrahman Wahid. Pada tahun 2003 penulis berkesempatan
menunaikan ibadah haji ke Baitullah. Penulis menikah dengan Mas Sondi
Sopiansyah,

Dipl.Kes,

pada

tanggal 7

Februari

2005.

Penulis

mendapatkan penghargaan SEAG Logo Contest Award pada tahun 2005,
yang diadakan oleh South East Asia and Germany Inter Alumni Network,
dan pada tanggal 28 Juni 2006 penulis dikaruniai Allah SWT seorang putri
cantik yang diberi nama Ayu Nada Chadijah. Alhamdulillah.

DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ...................................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN................................................................................. xiii
I.

II.

PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................

1

Perumusan Masalah ............................................................................

4

Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................

5

Tujuan Penelitian .................................................................................

6

Manfaat Penelitian ...............................................................................

7

Hipotesis ..............................................................................................

7

TINJAUAN PUSTAKA
Bio-ekologi Burung Beo .......................................................................

8

Taksonomi ..........................................................................................

8

Morfologi ..............................................................................................

9

Habitat dan Penyebaran ....................................................................

12

Perilaku ..............................................................................................

14

Perilaku Beo di Alam .........................................................................

15

Perilaku Bersarang ............................................................................

15

Perilaku Beo Nias di Penangkaran ....................................................

17

Gambaran Darah Burung Beo ..........................................................

17

Penentuan Jenis Kelamin ..................................................................

20

Genetika Konservasi ........................................................................

22

Genotip, Fenotip, Mutasi Gen dan Evolusi Burung ...........................

23

v

Daerah Kontrol D-Loop DNA mitokondrion ........................................
III.

26

BAHAN dan METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian .............................................................

32

Bahan dan Alat ..................................................................................

32

Metode Penelitian ..............................................................................

33

Pengukuran Karakter Morfologi ..............................................

33

Pengamatan Aktivitas Harian Beo di Penangkaran ...............

34

Analisis Gambaran Darah ......................................................

35

Isolasi dan Purifikasi DNA ......................................................

35

Analisis Daerah D-loop DNA mitokondrion
Amplifikasi Fragmen DNA Menggunakan Metode
PCR ................................................................................

37

Perunutan Nukleotida Daerah Kontrol D-loop

IV.

Mitokondrion ....................................................................

38

Analisis Data .....................................................................................

38

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Hubungan Kekerabatan .......................................................

41

Karakter Morfologi .............................................................................

41

Sifat-sifat Kuantitatif ................................................................

41

Sifat-sifat Kualitatif Burung Beo ..............................................

47

Aktivitas Harian Burung Beo di Penangkaran ...................................

53

Gambaran darah burung beo ............................................................

67

Eritrosit ....................................................................................

67

Hemoglobin .............................................................................

72

Nilai Hematokrit ......................................................................

74

Leukosit ...................................................................................

76

Analisis Biologi Molekuler ..................................................................

80

Isolasi DNA Total Burung Beo ................................................

80

Amplifikasi D-loop mtDNA ......................................................

80

Perunutan Nukleotida Sebagian Daerah D-loop mtDNA .......

81

vi

Hubungan Kekerabatan Burung Beo G.religiosa spp ............

97

V.

PEMBAHASAN UMUM ...................................................................

102

VI.

KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................

111

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................

113

LAMPIRAN ......................................................................................

122

DAFTAR TABEL

Halaman
1.

Gambaran darah beo thailand
(Archawaranon 2005)……………………………………………...

20

Rata-rata ukuran berat (g) dan morfometri (mm) beo nias, beo
medan, beo kalimantan, dan beo flores …………………………

41

Rata-rata ukuran berat (g) dan morfometri (mm) beo yang
tidak diketahui asal-usulnya (UK1, UK2, UK3, UK4) …………..

44

Sifat-sifat kualitatif beo nias, beo medan, beo kalimantan dan
beo flores …………………………………………………………...

49

5.

Sifat-sifat kualitatif beo UK1, UK2, UK3, UK4 ………………….

51

6.

Cara aktivitas dari empat subspesies beo di penangkaran …...

59

7.

Rata-rata panjang dan lebar sel eritrosit serta panjang dan
lebar inti sel eritrosit………………………………………………..

70

Kadar hemoglobin (g %) beo nias, beo medan, beo
kalimantan, beo flores, beo UK1, beo UK2, beo UK3 dan beo
UK4………… ………………………………………………………

73

Nilai hematokrit (%) beo nias, beo medan, beo kalimantan,
beo flores, beo UK1, beo UK2, beo UK3, beo UK4 …….……...

74

Jumlah leukosit (x 103/ mm3) beo nias, beo medan, beo
kalimantan beo flores, beo UK1, beo UK2, beo UK3,
beo UK4 …………………………………………………………….

77

Rata-rata diferensiasi leukosit burung beo nias, beo medan,
beo kalimantan,beo flores, beo UK1, beo UK2, beo UK3 dan
beo UK4 …………………………………………………………….

78

Perbedaan nukleotida daerah D-loop domain I mtDNA burung
beo penelitian dengan pembanding beo thailand utara dan
beo thailand selatan (Genbank) (total nukleotida yang
dibandingkan adalah 400 pb) …………………………………….

84

2.
3.
4.

8.

9.
10.

11.

12.

viii

13.

14.

15.

16.

Perbedaan komposisi nukleotida burung beo penelitian
terhadap beo thailand, burung C.c.interposita, P.p.pica,
P.p.jankowskii dan ayam White leghorn (Genbank) sebagai
outgroup (total nukleotida yang dibandingkan
adalah 466 pb)……………………………………………………...

87

Perbedaan komposisi nukleotida burung beo penelitian
terhadap beo thailand, P.p.jankowskii, P.p.pica,
C.c.interposita (Famili Corvidae, Genbank) sebagai
pembanding (total nukleotida yang dibandingkan
adalah 457 pb)……………………………………………………

88

Perbedaan komposisi nukleotida burung beo penelitian
terhadap beo thailand (Genbank) sebagai pembanding (total
nukleotida yang dibandingkan adalah 400 pb)………………….

89

Kelompok subspesies beo berdasarkan berbagai analisis
kekerabatan ………………………………………………………..

106

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1.

Beberapa spesimen beo yang diawetkan
(Sumber: Prijono dan Waluyo 1996 (a,c,d,e) dan
dokumentasi pribadi (b)) ..................................................................... 10

2.

Penyebaran beo di Indonesia dan Thailand ........................................ 12

3.

Peta penyebaran daerah asal berbagai subspesies beo
(Frisch 1986 dengan modifikasi) ......................................................... 13

4.

Eritrosit burung beo jawa (Hawkey & Dennet 1989) .......................... 18

5.

Gambaran darah pada beberapa jenis burung
(Hawkey & Dennet 1989) .................................................................... 19

6.

Kariotip burung beo thailand ( G.r. religiosa dan G.r. intermedia) ...... 21

7.

Diagram struktur mitokondrion manusia (Lodish et al. 1995) ............. 28

8.

Genom mitokondrion Gallus gallus (Sorenson 2003) ...................... 30

9.

Perbandingan skematis dari daerah D-loop mtDNA mamalia dan
galliformes (Randi & Lucchini 1998) ................................................... 31

10. Dendogram hasil pengamatan morfometri burung beo . ..................... 46
11. Karakter cuping kuduk beo:(a) beo medan (b) beo kalimantan
(c) beo nias (d) beo flores .................................................................. 48
12. Karakter cuping kuduk beo UK1, UK2, UK3 dan UK4 ........................ 48
13. Rata-rata aktivitas harian burung beo medan .................................... 54
14. Rata-rata aktivitas harian burung beo kalimantan .............................. 54
15. Rata-rata aktivitas harian burung beo nias ......................................... 55
16. Rata-rata aktivitas harian burung beo flores ....................................... 56
17. Dendogram hasil pengamatan rata-rata aktivitas
harian burung beo ............................................................................... 57
18. Grafik rata-rata jumlah eritrosit (x 106/mm3) beo nias, beo medan,
beo kalimantan, beo flores, beo UK1, beo UK2, beo UK3
dan beo UK4 ...................................................................................... 68

19. Eritrosit beo (a) medan [M2] (b) kalimantan [K2] (c) nias [N4]
(d) flores [F1] (e) UK1 (f) UK2 (g) UK3 (h) UK4 .................................. 69
20. Dendogram berdasarkan rata-rata panjang dan lebar sel eritrosit,
panjang dan lebar inti sel eritrosit ....................................................... 71
21. Grafik rata-rata kadar hemoglobin beo nias, beo medan, beo
kalimantan, beo flores, beo UK1, beo UK2, beo UK3
dan beo UK4 ....................................................................................... 73
22. Grafik rata-rata nilai hematokrit beo nias, beo medan, beo
kalimantan, beo flores, beo UK1, beo UK2, beo UK3
dan beo UK4 ...................................................................................... 75
23. Grafik rata-rata jumlah leukosit (x 103 /mm3) beo nias, beo medan, beo
kalimantan, beo flores, beo UK1, beo UK2, beo UK3
dan beo UK4 ....................................................................................... 77
24. Dendogram berdasarkan komponen sel darah beo nias, beo medan,
beo Kalimantan, beo flores, beo UK1, beo UK2, beo UK3
dan UK4 .............................................................................................. 79
25. DNA G.religiosa spp hasil amplifikasi pasangan Primer F NDGE dan
Primer R H417 .................................................................................... 80
26. Lokasi penempatan Primer F NDGE dan Primer R H417 pada mtDNA
G.religiosa spp .................................................................................... 81
27. Konstruksi pohon filogeni (filogram) dari nukleotida daerah
domain I D-loop (466 pb) pada beo penelitian, beo Thailand (Genbank)
dengan ayam white leghorn, burung P.P.pica, P.p. jankowskii,
Cyanopica cyanus interposita sebagai pembanding .…………………94
28. Konstruksi pohon filogeni (filogram) dari nukleotida daerah
domain I D-loop (457 pb) pada beo penelitian, beo thailand (Genbank)
dengan burung P.P.pica, P.p. jankowskii, Cyanopica cyanus
interposita sebagai pembanding .………………………..………………95
29. Konstruksi pohon filogeni (filogram) dari nukleotida daerah
domain I D-loop (400 pb) pada beo penelitian dengan beo thailand
(Genbank) ………………………………………………….. .……………94

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

1.

Ukuran morfologi spesies beo yang berada di Museum Zoologi
Cibinong …………………………………………………………….
122

2.

Karakter morfologi lima kelompok beo thailand (Sumber :
Archawaranon dan Mevatee 2002)………………………………… 124

3.

Perkembangan anakan beo ………………………………………..

125

4.

Burung-burung yang dapat menirukan suara …………………….

126

5.

Hasil uji Khi-kuadrat perbedaan aktivitas harian antar anak jenis
beo ……………………………………………………………………. 127

6.

Letak penempelan primer F NDGE dan primer R H417
pada ayam…………………………………………………………….

131

7.

Hasil perunutan D-loop mtDNA burung beo………………………

134

8.

Hasil pensejajaran berganda nukleotida D-loop beo penelitian
terhadap beo thailand, burung P.p.jankowskii, P.p.pica, C.c.
interposita dan ayam white leghorn (Genbank) sebagai
pembanding…………………………………………………………… 137

9.

Hasil pensejajaran berganda nukleotida D-loop beo penelitian
terhadap beo thailand, burung P.p.jankowskii, P.p.pica, dan C.c.
interposita (Genbank) sebagai pembanding………………………. 141

10. Hasil pensejajaran berganda nukleotida (400 pb) D-loop beo
penelitian terhadap beo thailand (genbank)……………………….

145

11. Rata-rata komposisi nukleotida (%) sebagian daerah D-loop
mtDNA (berukuran 466 pb) burung beo penelitian, beo thailand,
C.cyanus interposita, P.p.pica, P.p.jankowskii dan ayam white
leghorn sebagai pembanding (* Genbank) ……………………….. 148
12. Rata-rata komposisi nukleotida (%) sebagian daerah D-loop
mtDNA (berukuran 457 pb) burung beo penelitian, beo thailand,
C.cyanus interposita, P.p.pica, dan P.p.jankowskii sebagai
pembanding (* Genbank) ……………………………….…..
149
13. Rata-rata komposisi nukleotida (%) sebagian daerah D-loop
mtDNA (berukuran 400 pb) burung beo penelitian dan beo
thailand sebagai pembanding (* Genbank)…………………....….. 150

14. Hasil perunutan sebagian D-loop mtDNA beo thailand utara …..

151

15. Hasil perunutan sebagian D-loop mtDNA beo thailand
selatan…………………………………………………………………. 153
16. Hasil perunutan sebagian D-loop mtDNA Pica pica pica ………..

155

17. Hasil perunutan sebagian D-loop mtDNA Pica pica jankowskii

156

18. Hasil perunutan sebagian D-loop mtDNA Cyanopica cyanus
interposita……………………………………………………………… 157

DAFTAR SINGKATAN

12Sr RNA
16Sr RNA
ATPase 6
ATPase 8
COI
COII
COIII
Cyt b
ND 1
ND 2
ND 3
ND 4
ND 4 L
ND 5
ND 6
dloop
tRNA _ (_)
A
G
C
T

12 S ribosomal RNA
16 S ribosomal RNA
Adenosine triphosphatase subunit 6
Adenosine triphosphatase subunit 8
Cytochrome c oxidase subunit I
Cytochrome c oxidase subunit II
Cytochrome c oxidase subunit III
Cytochrome b apoenzyme
Nicotinamide adenine dinucleotide dehydrogenase subunit 1
Nicotinamide adenine dinucleotide dehydrogenase subunit 2
Nicotinamide adenine dinucleotide dehydrogenase subunit 3
Nicotinamide adenine dinucleotide dehydrogenase subunit 4
Nicotinamide adenine dinucleotide dehydrogenase subunit
4L
Nicotinamed adenine dinucleotide dehydrogenase subunit 5
Nicotinamed adenine dinucleotide dehydrogenase subunit 6
Displacement loop
Transfer RNA three letter amino acid abbreviation
(anticodon)
Adenine
Guanine
Cytosine
Timine

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Burung beo (Gracula religiosa Linnaeus 1758) merupakan salah
satu satwa yang banyak digemari masyarakat, karena kepandaiannya
dalam menirukan ucapan-ucapan manusia ataupun suara lain yang
didengarnya. Hal ini menyebabkan tingginya nilai ekonomis burung beo.
Selain mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, beo mempunyai peranan
ekologis yang penting, yaitu menjaga keseimbangan ekosistem di alam
dalam hal pengontrol hama, penyebar biji, penyerbuk bunga dan juga
indikator lingkungan yang sehat (Welty 1982, Prijono dan Waluyo 1996).
Burung beo tersebar mulai dari India, Cina bagian selatan, Asia
Tenggara sampai Kepulauan Sunda Besar (Sumatera, Kalimantan, Jawa)
dan Kepulauan Sunda Kecil (Bali, Sumbawa, Flores, Bawean), Andaman
serta Palawan (Medway & Wells 1976, MacKinnon 1990, Von Frisch
1986). Di seluruh dunia hanya terdapat satu spesies beo, yang terdiri dari
beberapa subspesies (Monroe & Sibley 1993).

Informasi mengenai

jumlah subspesies burung beo di dunia sampai saat ini masih belum jelas
dan terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini. Menurut Peters
(1962), di seluruh dunia terdapat 10 subspesies, lima subspesies
diantaranya terdapat di Indonesia, sedangkan Weil (1983) dan Von Frisch
(1986) berpendapat bahwa di dunia terdapat 11 subspesies burung beo,
yaitu G.r. indica, G.r. peninsularis, G.r.intermedia, G.r. palawensis, G.r.
ptilogenys, G.r. andamanensis, G.r. robusta, G.r. batuensis, G.r. religiosa,
G.r. venerata, dan G.r. mertensi.
Populasi beo di habitat aslinya cenderung menurun karena adanya
pengambilan anakan beo secara ilegal yang terus-menerus. Selain itu,
pembukaan hutan untuk lahan pertanian, penebangan pohon yang tidak
bertanggungjawab serta bencana kebakaran hutan dan bencana alam
yang melanda akhir-akhir ini telah mengakibatkan berkurangnya habitat
bagi beo. Tahun 1980 populasi beo nias mencapai 5000 ekor di daerah

2
Nias bagian selatan (Direktorat PPA 1981), sedangkan pada tahun 1996
hanya tinggal 50-80 ekor (Thohari et al. 1996).
Dari lima subspesies beo (G.r. religiosa (beo medan), G. r. robusta
(beo nias), G. r. batuensis (beo lampung), G. r. venerata (beo sumbawa)
dan G. r. mertensi (beo flores) yang terdapat di Indonesia, dua subspesies
dilindungi

undang-undang

(SK

Mentan

no.

742/Kpts/Um/12/1978;

Undang-undang No. 5 Tahun 1990; SK Menhut No. 301/Kpts-II/1991 dan
No. 882/Kpts-II/1992) yaitu G.r.religiosa dan G.r.robusta (Noerdjito dan
Maryanto

2001,

Sutedja

dan

Indrabrata

1992,

Noerdjito

1987).

Sebetulnya yang terancam kelestariannya tidak hanya beo nias
(G.r.robusta) dan beo medan (G.r.religiosa) saja, tetapi hampir semua
jenis beo telah mengalami penangkapan dari habitat alaminya (Prijono
dan Waluyo 1996).
Akhir-akhir ini sudah sulit ditemukan empat subspesies beo lainnya,
baik di habitat alaminya maupun di penangkaran, yaitu beo medan
(G.r.religiosa), beo lampung (G.r.batuensis), beo flores (G.r.mertensi) dan
beo sumbawa (G.r.venerata) (Mardiastuti A. 20 Pebruari 2001, komunikasi
pribadi). Selain faktor ekologi dan demografi, variasi genetik, khususnya
kuantifikasi dan sebaran variasi genetik merupakan faktor kritis yang
penting dalam pengenalan dan pemeliharaan keanekaragaman hayati
(Chan dan Archese 2002). Teknologi biologi molekuler merupakan alat
yang sangat kuat dalam menentukan sistematika (Campbell et al. 2006).
Sibley dan Ahlquist (1991) yakin bahwa setidak-tidaknya beberapa aspek
morfologi pasti sejalan dengan bukti yang diperoleh dengan teknik DNA
(teknik biologi molekuler).
Kajian filogeni (kekerabatan) mempunyai peranan yang sangat
penting dalam pengelolaan satwa, terutama untuk mengatur strategi
penangkaran agar tidak mengalami kepunahan di alam. Dalam populasi
yang terdiri atas sejumlah kecil individu, terdapat resiko biologi yang
sangat besar, yaitu berkurangnya variabilitas genetik dan peningkatan
silang dalam. Silang dalam yang tinggi akan mengancam kelangsungan
hidup populasi, karena akan menghasilkan keturunan-keturunan yang

3
mempunyai ketahanan hidup yang rendah, bobot badan yang kurang,
ataupun steril (Selander 1983, Ralls et al. 1988, Haig & Nordstrom 1991).
Menurut Haig & Nordstrom (1991) untuk menunda proses
kepunahan diperlukan beberapa tindakan antara lain 1) pengelolaan
keanekaragaman

hayati

dalam

ekosistem

dan

2)

pengelolaan

keanekaragaman genetik dalam gene pool spesies. Dalam hubungannya
dengan upaya melestarikan keanekaragaman hayati, yang mencakup tiga
unsur penting yaitu keanekaragaman ekosistem, spesies dan genetic.,
Nampaknya masih sedikit sekali informasi mengenai keanekaragaman
genetik pada satwa asli Indonesia.
Ketiadaan data mengenai filogeni dari ke empat subspesies beo ini
mendorong penulis untuk mengkaji lebih dalam lagi baik mengenaii
morfologi, aktivitas harian empat subspesies beo, gambaran darah
maupun keragaman genetik serta karakter DNA mitokondrion (Asam
deoksiribonukleat) beo di lokasi penangkaran.
DNA mitokondrion memiliki banyak kelebihan sebagai penanda
molekular pada tingkatan intraspesies vertebrata karena pola pewarisan
melalui garis ibu yang menyebabkan tidak ada rekombinasi dan laju
mutasi tinggi (Avise 1994) beberapa kali lebih tinggi dibandingkan dengan
DNA inti (Brown et al. 1982). Daerah D-loop mitokondrion pada hewan
tidak

mengandung runutan DNA penyandi protein, namun mempunyai

variasi runutan DNA tertinggi di seluruh genom (Aquadro dan Greenberg
1983) dan D-loop domain I dan domain III mengandung variabilitas
nukleotida yang tinggi sedangkan domain II sangat abadi (conserve) pada
vertebrata (Baker& Marshall 1997, seperti yang diacu dalam Randi &
Lucchini 1998).
Burung beo asal Kalimantan dikelompokkan bersama burung beo
asal Medan menjadi satu subspesies

yaitu G.r.religiosa, tetapi

jika

diamati dengan teliti terdapat perbedaan yang menyolok antara beo asal
Medan dan asal Kalimantan yaitu bentuk cuping kuduknya yang khas.
Pada beo medan, cuping kuduk menyatu dengan cuping di pipi
membentuk segitiga, dan pangkal cuping terpisah, sedangkan beo

4
kalimantan memiliki cuping kuduk yang terpisah, dan cuping pipi yang
tegak, dan terpisah dengan cuping kuduk. Dengan perbedaan khas ini
membuat penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam sampai tingkat
molekuler (DNA) sehingga dapat memperjelas dan mempertegas
penamaan subspesies bagi beo kalimantan.

Penulis juga ingin

membandingkannya dengan hasil analisis morfometri, aktivitas harian, dan
gambaran darah burung beo dengan menggunakan analisis komponen
utama (SPSS), dengan tujuan agar ditemukannya suatu metode yang
dapat membedakan subspesies burung beo dengan biaya yang relatif
lebih ekonomis.
Perumusan Masalah
Permasalahan utama yang dihadapi dalam rangka konservasi
burung beo adalah (1) Akhir-akhir ini sudah sulit ditemukan lima
subspesies beo (beo nias (G.r.robusta), beo medan (G.r.religiosa), beo
lampung (G.r.batuensis), beo flores (G.r.mertensi) dan beo sumbawa
(G.r.venerata), baik di habitat alaminya maupun di penangkaran.
Disamping itu sampai saat ini masih belum jelas mengenai jumlah
subspesies beo di Indonesia dan diperlukan marker genetik yang handal
untuk dapat mengenali secara akurat perbedaan antar subspesies yang
ada. Salah satu marker genetik yang handal tersebut adalah fragmen
DNA di daerah bukan penyandi protein (D-loop) mtDNA; (2) Klasifikasi
subspesies burung beo asal Kalimantan dan asal Medan yang
digolongkan dalam 1 subspesies yaitu G.r.religiosa, sedangkan dari
pengamatan morfologi cuping kuduk tampak adanya perbedaan yang
sangat

menyolok

identifikasi

lebih

diantara
lanjut

keduanya;

mengenai

karenanya

taksonomi

perlu

berdasarkan

dilakukan
analisis

morfologi, akivitas harian, gambaran darah serta daerah D-Loop DNA
mitokondrion;

(3) Belum diketahui secara pasti mengenai tingkat

ketepatan analisis hubungan kekerabatan diantara beo berdasarkan
identifikasi morfologi, aktivitas harian, gambaran darah serta daerah Dloop DNA mitokondrion ; (4) belum diketahui tingkat kekerabatan antara

5
beo asal Indonesia dengan beo asal Thailand berdasarkan analisis daerah
D-loop DNA mitokondrion.
Untuk menjawab benarkah beo asal Medan dan asal Kalimantan
tergolong dalam satu subspesies maka penelitian mengenai analisis
filogeni berdasarkan molekuler perlu segera dilakukan bagi beberapa
subspesies burung beo, sebagai dasar bagi pengelolaan populasi beo di
habitat alaminya, sehingga terjamin kelestariannya. Analisis morfometri,
aktivitas harian dan gambaran darah dari empat subspesies beo di
penangkaran perlu dilakukan sebagai pembanding dan pelengkap dalam
penelitian ini dan diharapkan dapat diperoleh metode yang dapat
membedakan subspesies burung beo dengan biaya yang relatif lebih
ekonomis.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini terdiri atas dua lingkup yang
mendasar yaitu:
1. Biologi empat subspesies burung beo ( G.r. religiosa [beo medan],
G.religiosa spp. asal Kalimantan, G.r. robusta [beo nias], dan G.r.
mertensi [beo flores]) dari empat lokasi habitat alaminya, yang
meliputi: morfologi beo dewasa / variasi morfometri yang bersifat
kuantitatif (bobot badan, panjang total, panjang dan lebar cuping
kuduk, panjang paruh, panjang tarsus/kaki, panjang sayap, panjang
ekor, jumlah bulu primer, bulu sekunder dan bulu ekor), dan data
kualitatif (bentuk kepala, warna bulu punggung, warna bulu ekor,
warna dan bentuk paruh, warna tarsus/kaki, warna mata dan
bentuk serta warna cuping kuduk), aktivitas harian burung beo di
penangkaran

dan

gambaran

darah

(jumlah

eritrosit,

kadar

hemoglobin, nilai hematokrit, jumlah leukosit dan diferensiasi
leukosit).

Dari data yang diperoleh dianalisis kekerabatannya

berdasarkan morfometri, aktivitas harian, serta gambaran darah
burung beo.

6
2. Analisis filogeni molekuler dengan menggunakan metode PCRsekuensing DNA sebagian daerah kontrol D-loop mtDNA. Burung
yang dijadikan sampel diperoleh dari habitat aslinya (Nias, Medan,
Kalimantan

dan

Flores)

yang

dipelihara

di

Laboratorium

Penangkaran Satwaliar, Fakultas Kehutanan IPB, juga empat
sampel yang tidak diketahui asalnya. Sebagai pembanding dipakai
fragmen D-loop DNA mitokondrion beo thailand dari Genbank,
G.r.intermedia (no. akses AF411342) dan G.r.religiosa (no. akses
AF465252), urutan nukleotida ayam leghorn (Desjardins & Morais
1990 kode akses NC_001323), Pica pica pica (Magpies, Famili
Corvidae, Kryukov et al. 2004, kode akses AY701166), Pica pica
jankowskii (Magpies, Famili Corvidae, Kryukov et al. 2004, kode
akses AY701167), Cyanopica cyanus interposita (Famili Corvidae,
Kryukov et al. 2004, kode akses AY701152).

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan
kekerabatan dapat dianalisis berdasarkan variasi morfologi, variasi
aktivitas harian, serta variasi gambaran darah dari empat subspesies beo
sebagai dasar pengelolaan burung beo di penangkaran dan untuk
mengetahui dan menganalisis variabilitas genetik, jarak genetik dan
hubungan kekerabatan empat subspesies burung beo (G.r. religiosa (beo
medan), G.religiosa spp. (beo kalimantan) G.r. robusta (beo nias), G.r.
mertensi (beo flores), berdasarkan hasil perunutan sebagian daerah Dloop mtDNA, karena sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian
mengenai hal ini untuk beberapa subspesies beo asal Indonesia. Selain
itu penelitian ini bertujuan agar dapat ditemukan suatu metode yang dapat
membedakan subspesies burung beo dengan biaya yang relatif lebih
ekonomis.

7
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memperjelas jumlah subspesies
beo yang sebenarnya ada di Indonesia sehingga dapat diperoleh strategi
konservasi yang tepat bagi pengelolaan burung beo baik secara in-situ
maupun eks-situ. Data yang diperoleh diharapkan menjadi data dasar
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan, khususnya
di bidang bioteknologi.

Hipotesis
Terdapat

variasi

morfologi,

variasi

aktivitas

harian,

variasi

gambaran darah dan terdapat karakter nukleotida yang unik di daerah
sebagian D-loop mtDNA diantara empat subspesies burung beo Indonesia
(G.r. religiosa [beo medan] dan G.religiosa spp. [asal dari Kalimantan].
G.r. robusta [beo nias],

G. r. mertensi [beo flores]. Beo kalimantan

merupakan subspesies yang berbeda dengan beo medan.

TINJAUAN PUSTAKA
Bio-ekologi Burung Beo
Burung yang mampu menirukan suara-suara yang didengarnya,
terdiri dari beberapa ordo, salah satu diantaranya adalah Passeriformes.
Burung-burung yang termasuk ordo Passeriformes, subordo Passeres
merupakan burung penyanyi (Songbird) yang terdiri dari 52 famili. Namun
demikian, hanya tiga spesies dari ordo ini yang mampu menirukan suara
yaitu magpies (Corvus corax, Corvidae), mockingbirds (Mimus polyglottos,
Mimidae) (Lampiran 4) dan burung beo (Gracula religiosa) yang termasuk
famili Sturnidae (Rutgers & Norris 1977; Storer et al. 1979). Selain burung
beo, burung nuri dan kakatua juga mampu menirukan suara yang
didengarnya

(Forshow

1977;

Sudaryanti

1984),

walaupun

perbendaharaan kata yang diikuti tidak sebanyak burung beo. Hal ini
merupakan daya tarik tersendiri bagi penggemar burung untuk menjadikan
burung beo sebagai hewan kesayangan.
Taksonomi
Menurut Peters (1937) dan Monroe dan Sibley (1993) burung beo
diklasifikasikan ke dalam :
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

SubFilum

: Vertebrata

Kelas

: Aves

Ordo

: Passeriformes

SubOrdo

: Passeres

Famili

: Sturnidae

Genus

: Gracula

Spesies

: Gracula religiosa Linnaeus 1758

9
Orang yang pertama kali memberi nama beo dengan nama latin
Gracula religiosa adalah Linnaeus pada tahun 1758 (Peters 1937; Monroe
dan Sibley 1993).

Burung beo banyak disukai oleh masyarakat karena

kepandaiannya di dalam menirukan suara yang didengarnya. Burung beo
di Jawa dikenal dengan sebutan menco, sedangkan di Sumatera Utara
dinamai tiung atau tiong (Prijono dan Waluyo 1996), di Pulau Nias dikenal
dengan mageao (Sitepu 1997) dan dalam bahasa Inggris disebut Mynah
(Campbell dan Lack 1985).
Morfologi
Berdasarkan cuping kuduknya, beo di Indonesia dibedakan atas
lima subspesies (Peters 1962; Prijono dan Waluyo 1996, Gambar 1) yaitu:
1. G. r. religiosa Linnaeus 1758, mempunyai pangkal cuping kuduk
terpisah. Subspesies ini tersebar di Tanah Genting Kra Selatan,
Sumatera,

Simalue,

Enggano,

Pulau

Dua,

Bangka,

Belitung,

Kalimantan, Natuna, Karimata, Jawa, Bawean, Bali dan Kangean.
Dalam dunia perdagangan burung dikenal dengan nama beo medan.
2. G. r. robusta Salvadori 1887, memiliki cuping kuduk bersatu antara kiri
dan kanan. Daerah sebarannya meliputi Nias, Pulau Babi, Tuangku
dan Bangkaru dan dikenal dengan sebutan beo nias.
3. G. r. batuensis Finsch 1899, mempunyai ujung cuping kuduk
membelok ke atas dan pangkalnya terpisah. Penyebarannya meliputi
Tello, Siberut, Sipora, Pagi, Anambas, Tambelan dan Tioman, sering
disebut beo lampung.
4. G. r. mertensi Rensch 1928, memiliki ujung cuping kuduk yang
membelok ke atas, pangkalnya terpisah dan juga membelok ke atas.
Pangkal cuping kuduk jika dilihat dari atas berbentuk seperti dua garis
kuning memanjang ke arah paruh. Mempunyai daerah penyebaran di
Flores, Pulau Pantai dan Alor.
5. G. r. venerata Bonaparte 1851, hampir sama dengan G. r. mertensi
tapi ukurannya lebih kecil. Anak jenis beo ini tersebar di Sumbawa dan
kepulauan Sunda Kecil.

10

(a)

(b)

(d)

Gambar 1.

(c)

(e)

Beberapa spesimen beo yang diawetkan (Sumber : Prijono & Waluyo 1996
(a,c,d,e) dan dokumentasi pribadi (b))
a.
b.
c.

Beo medan (G.r.religiosa)
Beo kalimantan (G.religiosa spp)
Beo lampung (G.r.batuensis)

d.
e.

Beo nias (G.r.robusta)
Beo flores (G.r.mertensi)

Pada umumnya, beo mempunyai ukuran panjang tubuh sekitar
300-380 mm. Warna bulunya hitam mengkilap dengan refleksi ungu dan
hijau (Direktorat PPA 1981; Prijono & Waluyo 1996). Beo dewasa
mempunyai noda putih di ujung bulu primer, sedangkan beo muda
memiliki bulu yang kurang mengkilap. Paruh berwarna kuning, oranye
sampai merah dan di bawahnya terdapat cuping kuduk berwarna kuning
(Maradjo 1977). Beo memiliki leher yang pendek, berpial kuning di bawah
mata sampai belakang kepala (Direktorat PPA 1981). Kulmen (paruh beo
berukuran 30 mm, ulnar (sayap) 15 mm, ekor 69 mm dan tarsometatarsus (kaki) 30 mm (Direktorat PPA 1981). Karakter morfologi beo

11
thailand utara (n=206) memiliki ukuran bobot badan 189,37±15,94 g,
panjang badan 185,20± 7,40 mm, panjang cuping kuduk 28,60±5,60 mm,
panjang tarsus 32,80±2,10 mm dan panjang ekor 75,10±5,10 mm
(Archawaranon & Mevatee 2002, Lampiran 2).
Telur burung beo memiliki lebar yang bervariasi antara 22,90-33,00
mm (Whistler 1949), 22,50-25,00 mm (Noerdjito 1987), sedangkan
panjangnya berkisar antara 33,00-38,00 mm (Noerdjito 1987). Telur
berwarna biru kehijauan atau kecoklatan (Whistler 1949), kebiruan
(Direktorat PPA 1980a), berbintik biru kotor atau merah coklat (Direktorat
PPA 1981).

Menurut Hoogerwerf (1949)

uku