Karakterisasi Dan Analisis Kekerabatan Tanaman Cincau di Kabupaten Gianyar, Tabanan, dan Badung Berdasarkan Karakter Morfologi dan Anatomi.

(1)

KARAKTERISASI DAN ANALISIS KEKERABATAN TANAMAN CINCAU

DI KABUPATEN GIANYAR, TABANAN DAN BADUNG BERDASARKAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN ANATOMI

Skripsi

Sebagai tugas akhir untuk memenuhi syarat mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana

Oleh

Eka Budi Mursafitri 1208305018

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA

BALI 2016


(2)

ii SKRIPSI

KARAKTERISASI DAN ANALISIS KEKERABATAN TANAMAN CINCAU

DI KABUPATEN GIANYAR, TABANAN DAN BADUNG

BERDASARKAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN ANATOMI

Oleh : Eka Budi Mursafitri

1208305018

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji dan telah dinyatakan lulus Pada tanggal 4 Maret 2016

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Dra. Eniek Kriswiyanti, M.Si Drs. Pande Ketut Sutara, M.Si

NIP : 195711241984032004 NIP: 195208191983031001

Mengesahkan Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana

Dwi Ariani Yulihastuti, S.Si, M.Si NIP. 197307111998022002


(3)

iii KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmat-Nya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Karakterisasi dan

Analisis Kekerabatan Tanaman Cincau Di Kabupaten Gianyar, Tabanan dan Badung Berdasarkan Karakter Morofologi dan Anatomi.

Untuk itu pada kesempatan ini diucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr. Dra. Eniek Kriswiyanti, M.Si dan Bapak Drs. Pande Ketut Sutara, M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan masukan, ide-ide, bimbingan dan semangat selama penulisan skripsi ini.

2. Ibu Dra. IG.A. Sugi Wahyuni, M.Si., Bapak Drs. Martin Joni, M.Si dan Bapak

Dr. Drs. A.A. Ketut Darmadi selaku penguji atas masukan, kritik dan saran selama penyusunan skripsi.

3. Ibu Dra. Ni Luh Watiniasih, M.Sc, P.hD., selaku dosen pembimbing akademik

atas bimbingan dan nasehatnya selama studi.

4. Ibu Dwi Ariani Yulihastuti, S.Si., M.Si dan Ibu Dra. Ni Made Suartini, M.Si

selaku ketua dan sekretaris jurusan biologi yang telah memberi izin dan fasilitas demi terlaksananya penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Ida Bagus Made Suaskara, M.Si selaku dekan FMIPA atas

bantuannya dalam kelancaran administrasi selama penyusunan skripsi ini. 6. Seluruh dosen pengajar, staf pegawai yang telah memberikan bantuan dalam

penyelesaian skripsi ini.

7. Kepada orang tua tercinta Alm. Sugeng Budi Kristiono, Bapak Eko

Suprantiono dan Ibu Wiwik Nurhayati serta adik Dwiky Zaking Maulana dan Shafiyyah Aulia Maghfiroh beserta seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan semangat, doa, kasih sayang dan dukungan serta motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Kepada Ruth Ellisa, Putri Arnila, Wiwik Sinta, Desi Damayanti, Dewi

Yuliani, yang telah memberi semangat, cinta, doa, menjadi sahabat, saudara, tempat berkeluh kesah selama penyelesaian skripsi ini. Kepada Febyan Arum


(4)

iv

Sari as a unbiological sister yang telah memberi semangat, doa dan

motivasinya, Mas Suratni yang sudah menjadi teman, sahabat, saudara selama bulan Agustus hingga sekarang, Tia Pramesti yang telah menemani sampling daluman. Kepada seluruh teman-teman di Jurusan Biologi dan semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna baik dari materi maupun penulisan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kelengkapan penulisan selanjutnya, terimkasih

Jimbaran, 10 Maret 2016


(5)

v Intisari

Karakterisasi dan Analisis Kekerabatan Tanaman Cincau

di Kabupaten Gianyar, Tabanan dan Badung Berdasarkan Karakteristik Morfologi dan Anatomi

Cincau merupakan salah satu tanaman yang cukup potensial sebagai obat dan minuman, selain itu cincau digunakan sebagai antioksidan. Penelitian tentang karakterisasi dan analisis kekerabatan tanaman cincau di kabupaten Gianyar,

Tabanan dan Badung berdasarkan karakteristik morfologi dan anatomi telah

dilakukan bertujuan untuk mengetahui ada beberapa jenis dan bagaimana hubungan kekerabatannya. Eksplorasi tanaman cincau dilakukan di beberapa Kabupaten wilayah provinsi Bali, pembuatan preparat di Laboratorium Struktur Perkembangan Tumbuhan dan Balai Besar Veteriner (BBVET) dilaksanakan mulai bulan September 2015-Januari 2016.

Metode penelitian menggunakan sampling eksplorasi, pembuatan preparat dengan teknik membuat awetan segar dan embedding, fiksatif FAA dan alkohol 70%, pewarnaan dengan 1% safranin dalam alkohol 70%. Hasil pengamatan morfologi dan anatomi dibuat deskripsi untuk identifikasi. Analisis hubungan kekerabatan berdasarkan karakter morfologi (23), anatomi (22), morfologi dan anatomi (45) menggunakan program minitab versi 14.

Hasil penelitian didapatkan empat jenis tanaman cincau yaitu Cyclea

barbata, Stephania japonica, Stephania capitata dan Cocculus orbiculatus.

Hubungan kekerabatan keempat jenis tanaman cincau dari tiga kabupaten sangat jauh baik berdasarkan karakter morfologi, anatomi maupun berdasarkan karakter gabungan morfologi dan anatomi.


(6)

vi Abstract

Characterization and Analysis of Cincau Kinship

in Gianyar, Tabanan and Badung

Based on Morphology and Anatomy Characteristics

Grass jelly is one of the plants of considerable potential as a drug and drink, also grass jelly is used as an antioxidant. Research on the characterization and analysis of kinship plant grass jelly in Gianyar, Tabanan and Badung based on morphological and anatomical characteristics have aimed to find out there are several types and how relationships are. Grass jelly plant exploration conducted in some districts of the province of Bali, making preparations in the Structures Laboratory of Plant Development and the Balai Besar Veteriner (BBVet) implemented starting in September 2015-January 2016.

The research method uses sampling exploration, making preparations to make the technique preserves the fresh and embedding, fixative FAA and alcohol 70%, with 1% safranin staining in 70% alcohol. The observation of morphological and anatomical descriptions are made for identification. Analysis of phylogenetic relationship based on morphological characters (23), anatomical (22), morphology and anatomy (45) using the program Minitab version 14.

The result showed that four species of plants grass jelly Cyclea barbata, Stephania japonica, Stephania capitata and Cocculus orbiculatus. Kinship four types of plants from three districts Cincau very far either based on morphological characters, anatomy and based on the combined morphological and anatomical characters.


(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

INTISARI ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan ... 3

1.4. Manfaat ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Karakteristik Tanaman Cincau ... 4

2.2. Manfaat Tanaman Cincau ... 5

2.3. Struktur Anatomi Daun dan Derivatnya ... 5

2.4. Hubungan Kekerabatan Tanaman ... 10

III. METODE PENELITIAN ... 12

3.1. Metode Pengumpulan Data ... 12

3.1.1. Waktu dan Tempat ... 12

3.1.2. Pelaksanaan Penelitian ... 12

1. Persiapan Penelitian ... 12

2. Teknik Sampling ... 12

3. Cara Kerja ... 13

3.2. Metode Pengolahan Data ... 15


(8)

viii

3.2.2. Analisis Data ... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

4.1. Hasil ... 20

4.1.1. Karakteristik Morfologi dan Anatomi Tanaman Cincau .... 20

4.1.2. Analisis Hubungan Kekerabatan Empat Jenis Tanaman Cincau ... 30

4.2. Pembahasan ... 33

4.2.1. Karateristik Morfologi dan Anatomi Tanaman ... 33

4.2.2. Hubungan Kekerabatan Tanaman Cincau Berdasarkan Karakter Morfologi dan Anatomi ... 36

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

5.1. Kesimpulan ... 39

5.2. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40


(9)

ix DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Skor Data Kualitatif dan Kuantitatif Karakter Morfologi ... 16

2. Skor Data Kualitatif dan Kuantitatif Karakter Anatomi ... 17

3. Contoh Tabel Operation Taxonomy Unit (OTU) ... 18

4. Data Lingkungan Lokasi Pengambilan Sampel ... 43


(10)

x DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur Anatomi Daun (Dikotil) ... 6

2. Stomata ... 7

3. Tipe Stomata ... 8

4. Macam-Macam Trikoma Glanduler ... 9

5. Macam-Macam Trikoma Non Glanduler ... 9

6. Macam-Macam Bentuk Daun Tanaman Cincau ... 24

7. Sayatan Melintang Daun Cincau ... 25

8. Berkas Pengangkut pada Sayatan Melintang Tulang Daun Cincau ... 26

9. Epidermis Bawah Daun Cincau ... 27

10.Epidermis Atas Daun Cincau ... 28

11.Trikoma pada Tanaman Cincau ... 29

12.Dendogram Hubungan Kekerabatan Empat Jenis Tanaman Cincau Berdasarkan Karakter Morfologi ... 30

13.Dendogram Hubungan Kekerabatan Empat Jenis Tanaman Cincau Berdasarkan Karakter Anatomi ... 31

14.Dendogram Hubungan Kekerabatan Empat Jenis Tanaman Cincau Berdasarkan Karakter Morfologi dan Anatomi ... 32


(11)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Lingkungan Lokasi Pengambilan Sampel ... 43 2. Operation Taxonomy Unit (OTU) ... 4


(12)

(13)

1 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonensia merupakan negara kepulauan yang terletak antara dua benua, yaitu benua Asia dan Australia, kurang lebih terdapat tujuh belas ribu pulau yang ada di Indonesia. Keanekaragaman hayati di Indonesia menempati nomer dua setelah Brazil, karena Indonesia memiliki hutan hujan tropis yang kaya akan flora dan fauna, selain itu terdapat hewan maupun tanaman endemik dalam jumlah yang sangat banyak dan keanekaragaman terumbu karang tertinggi di dunia. Indonesia disebut sebagai Megabiodiversity karena Indonesia memiliki keanekaragaman hayati di dunia : 10% tanaman berbunga, 12% hewan, 16% reptile, 17% jenis ikan dan 25% spesies burung (Astirin, 2010).

Keanekaragaman tanaman merupakan komponen penting dalam suatu lingkungan, secara umum tanaman dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan (sumber karbohidrat, protein dan vitamin), papan, pelindung dan sebagai tanaman pagar (Heyne, 1987). Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan pangan adalah cincau. Tanaman cincau termasuk tanaman asli Indonesia yang kini penyebarannya telah sampai ke mancanegara. Cincau memiliki nama yang berbeda di setiap daerah di Indonesia, diantaranya camcao, juju, kepleng (Jawa), camcauh (Sunda), daluman (Bali) (Astawan dan Loemitro, 2008).

Penyebaran tanaman cincau yang begitu cepat sampai ke mancanegara karena khasiatnya untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti panas dalam, demam, radang usus, sariawan dan berak darah (disentri) selain itu cincau juga dapat digunakan sebagai antitumor dan antioksidan. Cincau di Indonesia secara umum dikonsumsi sebagai minuman berupa gel yang berwarna hijau/hitam lunak dengan tekstur yang halus (Sugito, 2011). Manfaat dari tanaman cincau telah banyak

diketahui, sehingga dilakukan perbanyakan secara vegetatif maupun in vitro

(khususnya cincau hitam), dan tidak jarang masyarakat menanam cincau di pekarangan rumah untuk dikonsumsi pribadi (Miftakhurohmah dan Syahid, 2006).


(14)

2 Daun tanaman ini mengandung senyawa alkaloid, polifenol, karatenoid, kalsium, saponin dan klorofil. Akar mengandung bisbenzylisoquinoline, tetradine, limacine, talrugosin, cyclepeltin dan temuconin (Sugito, 2011).

Tanaman cincau ada lima jenis, yaitu cincau hijau rambat (Cyclea barbata), cincau perdu (Premna oblongifolia), cincau hitam (Mesona palustris) dan cincau minyak (Stephania capitata), cincau cina (Cocculus orbiculatus) (Lemmes dan Bunyaphrapatsara, 2003). Cincau hijau, cincau perdu dan cincau hitam merupakan tanaman cincau yang paling sering dimanfaatkan oleh masayarakat untuk pembuatan gel yang diperoleh dari perasan daunnya, tetapi jika dibandingkan dengan yang lain cincau hijau rambat (cincau bulu) adalah cincau yang paling digemari oleh masyarakat karena daunnya yang tipis dan lemas lebih mudah untuk diremas dan dijadikan gel, bentuk daunnya seperti perisai dan ujung meruncing. Cincau hitam memiliki daun berbentuk lonjong dengan ujung yang lancip. Cincau perdu memiliki perbedaan dari kenampakannya karena tanaman ini tidak merambat, daunnya berbentuk memanjang dengan ujung runcing. Cincau minyak daunnya berbentuk bulat telur dan ujung runcing, hal itu menunjukkan setiap jenis cincau memiliki perbedaan secara fisik (Pitojo dan Zumiyati, 2005).

Analisis kekerabatan merupakan salah satu cara untuk mengetahui hubungan kekerabatan makhluk hidup, salah satunya adalah tanaman, biasanya menggunakan metode analisis multivariat. Analisis multivariat merupakan salah satu analisis statistik yang dapat digunakan untuk menganalisis data. Pada analisis ini menggunakan lebih dari dua variabel, data yang diperoleh dari pengamatan variabel disebut dengan data multivariat. Metode yang digunakan untuk melihat korelasi (hubungan) dari variabel tersebut adalah metode statistika multivariat (Yusuf, 2003).

Analisis kekerabatan tanaman dengan berbagai metode telah diterapkan misalnya analisis kekerabatan tanaman paku famili Polypodiaceae oleh Nurcahyati (2010), analisis kekerabatan jambu air oleh Iriani, dkk (2014), analisis kekerabatan tanaman salak oleh Fatimah (2013), dan analisis kekerabatan tanaman timun oleh


(15)

3 Julisaniah, dkk (2008). Hasil survey dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) tahun 2014 di Kabupaten Badung, Gianyar dan Tabanan banyak terdapat pedagang minuman cincau. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada berapa jenis dan bagaimana hubungan kekerabatan tanaman cincau yang ada di Kabupaten Badung, Gianyar dan Tabanan di Provinsi Bali.

1.2. Rumusan Masalah

1. Ada berapa jenis dan bagaimana karakteristik morfologi dan anatomi

tanaman cincau di Kabupaten Badung, Gianyar dan Tabanan di Provinsi Bali?

2. Bagaimana hubungan kekerabatan tanaman cincau berdasarkan karakter

morfologi dan anatomi di Kabupaten Badung, Gianyar dan Tabanan di Provinsi Bali?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui ada berapa jenis dan bagaimana karakteristik morfologi

dan anatomi tanaman cincau di Kabupaten Badung, Gianyar dan Tabanan di Provinsi Bali

2. Untuk mengetahui hubungan kekerabatan tanaman cincau berdasarkan

karakteristik morfologi dan anatomi di Kabupaten Badung, Gianyar dan Tabanan di Provinsi Bali.

1.4. Manfaat

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai karakteristik mofologi dan anatomi sebagai bahan identifikasi tanaman cincau di Kabupaten Badung, Gianyar dan Tabanan provinsi Bali. Selain itu juga dapat digunakan sebagai dasar dari penelitian taksnomi tanaman, fitokosmetik, metabolisme sekunder, pemuliaan tanaman dan hortikultura.


(16)

1

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Tanaman Cincau

Tanaman cincau di Indonesia lebih dikenal sebagai minuman tradisional yang menyegarkan, terdapat lima jenis tanaman cincau : cincau hijau (Cyclea barbata), cincau perdu (Premna oblongifolia), cincau hitam (Mesona palustris) dan cincau minyak (Stephania capitata) dan cincau cina (Cocculus orbiculatus). (Lemmens dan Bunyapraphatsara, 2003). Tanaman cincau terbagi menjadi tiga family yaitu Menispermaceae, Verbenaceae dan Lamiaceae.

Cincau hijau, cincau minyak dan cincau cina merupakan tanaman dari famili Menispemaceae. Tanaman dari famili ini sangat mudah ditemukan dan dalam perwatannya tergolong sangat mudah, dapat tumbuh secara liar di hutan dan dapat tumbuh di halaman dekat pagar, tergolong tanaman merambat dengan panjang hingga 2,5 m atau lebih dan menyukai sinar matahari (Setiawan, 2008).

Batang dari cincau hijau kira-kira hanya berdiameter 1-3cm, dengan kulit batang yang kasap. Daun merupakan daun tunggal, tersebar, berbentuk perisai dengan ujung yang lancip dan pangkal yang berlekuk (Supriadi, 2001).

Tanaman dari Famili Verbenaceae genus Premna merupakan tanaman perdu yang memiliki tinggi sampai 8 m. Duduk daun berhadapan, bertangkai, tepi daun rata, permukaan daun tipis (Steenis, 2005). Contoh tanaman dari family Verbenaceae adalah cincau perdu. Cincau perdu merupakan salah satu tanaman cincau yang tidak merambat dan dapat hidup pada daerah yang memiliki ketinggian 50-1000 mdpl. Cincau perdu dapat digunakan sebagai obat, pencuci mulut dan minuman ringan yang sehat (Mardiah, 2007).

Tanaman cincau hitam yang termasuk famili Lamiaceae merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada ketinggian 150-1800 m diatas permukaan laut. Batangnya beruas, berbulu halus. Daun tanaman cincau hitam berwarna hijau, lonjong, tipis lemas, ujungnya lancip, pangkal hingga tepi daun bergerigi, dan memiliki bulu halus. Panjang daun sekitar 10 cm dan bertangkai sekitar 2 cm. Letak daun saling berhadapan dan berselang-seling dengan daun berikutnya (Pitojo dan Zumiyati, 2005)


(17)

2

2.2 Manfaat Tanaman Cincau

Tanaman cincau bermanfaat sebagai bahan makanan maupun obat-obatan tetapi tidak semua bagian tanaman dapat digunakan, hanya daun yang dapat digunakan karena pada daun mengandung komponen utama pembentuk gel yaitu polisakarida pektin (Nurdin dkk., 2008).

Lima jenis tanaman cincau berasal dari tiga famili yang berbeda. Gel yang dihasilkan dari daunnya digunakan untuk minuman penyegar. Tanaman ini dapat digunakan sebagai obat radang lambung, menghilangkan rasa mual dan menurunkan darah tinggi. Suatu bahan makanan dikatakan sehat jika didalamnya terdapat bahan-bahan yang diperlukan oleh tubuh, seperti halnya cincau perdu mengandung kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, C, selain itu terdapat komponen bahan aktif seperti karotenoid, flavonoid, klorofil. Cincau juga dapat digunakan sebagai obat panas dalam, disentri, sariawan, radang usus, keputihan (Mardiah, 2007). Cincau tidak hanya digunakan sebagai obat, beberapa penelitian membuktikan bahwa ekstrak daun cincau memiliki kapasitas antioksidan dan aman untuk dikonsumsi (Nurdin dkk., 2008). 2.3 Struktur Anatomi Daun dan Derivatnya

Anatomi tanaman mempelajari tentang bentuk dari jaringan penyusun tanaman. Anatomi ini dapat berhubungan langsung dengan ilmu lainnya seperti fisiologi tanaman dan hortikultura. Jaringan pada tanaman terdapat sistem jaringan dermal dimana akan membentuk pembungkus luar tanaman misalnya epidermis, selain itu terdapat jaringan vascular yang meliputi jaringan pengangkut seperti xylem dan floem, selanjutnya adalah sistem jaringan penguat yang meliputi sklerenkim, parenkim dan kolenkim (Juliarni dkk., 2007).

Struktur anatomi juga dapat membantu peneliti untuk melakukan identifikasi, karena setiap tanaman memiliki sturuktur anatomi yang berbeda. Contohnya saja tanaman cincau yang memiliki banyak jenis dari berbagai famili. Karakter anatomi yang khusus dari tanaman cincau tersebut selain digunakan sebagai identifikasi juga dapat digunakan sebagai bahan untuk analisis kekerabatan dari tanaman cincau yang ada di Bali.


(18)

3

Beberapa jenis tanaman cincau dibagi menjadi 3 famili yaitu Menispermaceae, Verbenaceae dan Lamiaceae. Tanaman ini merupakan tanaman dikotil dimana menurut Mulyani (2006) karakteristik anatomi tanaman dikotil yaitu terdapatnya bagian epidermis atas (a), palisade atau jaringan tiang (b), berkas pengangkut (c), jaringan spons (d), epidermis bawah (e).

Gambar 1. Struktur Anatomi Daun (Dikotil) (Juliarni dkk.,2007).

Epidermis merupakan jaringan yang fungsinya sebagai pelindung bagian luar dari tanaman. Sel-sel epidermis mengalami modifikasi yang biasanya disebut dengan derivate epidermis. Derivat epidermis ini misalnya stomata dan trikomata (rambut) (Arisanti, 2010).

Stomata merupakan celah pada epidermis yang yang berfungsi sebagai tempat pertukaran udara. Stomata juga disebut dengan celah yang terdapat pada dua sel penutup (sel penutup ), sedangkan sel penutup dikelilingi oleh sel-sel yang termodifikasi yang disebut dengan sel tetangga. Secara umum sel penutup pada tanaman dikotil berbentuk seperti ginjal. Pada tanaman yang hidup di daratan stomata secara umum terletak pada bagian bawah daun, tetapi terdapat pengecualian pada beberapa spesies karena ada juga tanaman yang memiliki

a

d \

c

b


(19)

4

stomata yang terdapat pada bagian epidermis bawah maupun atas daun. Untuk tanaman yang hidup di perairan biasanya memiliki stomata pada bagian atas daun, contohnya pada bunga Lili air (Lakitan, 2011).

Gambar 2. Stomata

Keterangan : Sel penutup (a), sel tetangga (b), porus (c), epidermis (d) (Rashid dan Parnell, 2013).

Mauseth (2008) menyatakan bahwa tipe stomata secara umum dibagi menjadi 5 tipe yaitu: Tipe anomositik, tipe ini memiliki sel tetangga yang mengelilingi sel penutup yang bentuknya tidak berbeda dengan bentuk sel epidermis lainnya. Tipe anisostik, tipe stomata yang memiliki sel tetangga sebanyak tiga buah yang ukurannya tidak sama. Tipe parasitik, setiap sel penutup diiringi sebuah sel tetangga atau lebih dengan panjang sumbu yang sama dengan sel penutup. Tipe diasitik, tipe ini memiliki dua sel tetangga yang tegak lurus terhadap poros panjang sel penutup. Tipe aktinositik, tipe ini memiliki tipe stomata yang dikelilingi oleh sel tetangga berjumlah empat atau lebih dan tersusun secara radial disekelilingnya.

a

b

c


(20)

5

a b

c d

e

Gambar 3. Tipe Stomata

Keterangan : Stomata tipe : anomositik (a), anisositik (b), parasitik (c), diasitik (d), aktinositik (e).

Apendik yang berasal dari epidermis adalah trikoma. Trikoma ini memiliki fungsi yaitu sebagai proteksi, sekresi, penyerapan, mengurangi penguapan.


(21)

6

Trikoma dibagi menjadi 2 berdasarkan ada tidaknya glanduler, yaitu trikoma berglanduler dan non glanduler.

Gambar 4. Macam-Macam Trikoma Glanduler

Keterangan gambar : Trikoma glanduler pada daun : tembakau (A) (B), Humulus sp. (C) (G) (H), panjang yang melipat (D), trikoma yang mengandung sistolit (E) (F) (Sumardi, 1993).


(22)

7

2.4 Hubungan Kekerabatan Tanaman

Identifikasi dan klasifikasi tanaman dapat menggunakan parameter-parameter bagian morfologi maupun anatomi untuk memasukkan setiap tanaman ke kelompok tertentu, sehingga hal tersebut menghasilkan cabang ilmu baru yang disebut dengan taksonomi. Selain melakukan klasifikasi dan pemberian nama ilmu taksonomi juga mengarah pada pengelompokan tanaman untuk menyatakan hubungan kekerabatan. Identifikasi dan klasifikasi merupakan penyederhana objek studi untuk semua makhluk yang ada di alam ini karena jumlah makhluk hidup khususnya tanaman yang sangat banyak dan memiliki keanekragaman yang sangat tinggi. Untuk menentukan hubungan kekerabatan pada tanaman dapat menggunakan beberapa metode yaitu metode fenetik maupun filogenetik. Metode fenetik analisis dengan mengunakan karakter morfologi, anatomi dan fitokimia. Metode fenetik ini berdasarkan seberapa besar kesamaan dan perbedaan dari individu yang diteliti, dimana hasilnya sebuah dendogram. Metode fenetik juga bisa disebut dengan taksonomi numeris karna untuk menganalisis karakter menggunakan prosedur numeris. Metode filogenetik merupakan analisis yang menggunakan nilai evolusi dari masing-masing karakter dimana dalam penelitian kekerabatannya lebih mempertimbangkan evolusinya, hasil klasifikasi berupa kladogram (Rustiami, 2012).

Salah satu contoh penelitian analisis kekerabatan adalah pada tanaman Pisang oleh Sukartini (2007). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kekerabatan antar aksesi pisang dengan menggunakan metode multivariate berdasarkan karakter morfologi yang diamati. Bahan dari penelitian ini adalah 26 aksesi pisang. Karakter yang diamati terdiri dari 28 parameter kualitatif dan 7 parameter kuatitatif, kemudian hasil dianalisis dengan menggunakan program Biodiversity Provisional Version 2.0 dan dihasilkan dendogram yang menyatakan hubungan antara 26 aksesi tanaman pisang. Hasil pada dendogram menunjukkan bahwa nilai jarak genetik menunjukkan keeratan antar aksesi pisang tersebut. Antara pisang kapok putih dan kapok kuning memiliki indeks kesamaan sebesar 94,1176% sedangakan jenis pisang monyet memiliki indeks kesamaan yang


(23)

8

paling rendah dengan aksesi pisang yang lain yaitu sekitar 83,1169%. Untuk jenis pisang lain seperti pisang monyet, sasi, mas, lampung, cici kuning, klutuk, klutuk wulung, byar, candi, nangka, ampyang, raja sere, raja pulut, seribu, raja lumut, sililit, awak, kapok gabu, kepok putih, kepok kuning, ebung, ambon kuning, ambon hong, barangan, ambon hijau dan badak memiliki indeks kesamaan yang sangat dekat. Hal tersebut ditunjukkan dengan mengumpulnya aksesi pisang tersebut dalam satu kelompok.

Penelitian dengan meode berbeda dilakukan oleh Julisaniah dkk. (2008) tentang analisis kekerabatan tanaman timun dengan menggunkan metode RAPD-PCR dan isozim. Timun yang digunakan berasal dari provinsi Jawa Timur dengan Sembilan varietas timun (varietas 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07, 08, 09) setelah dilakukan analisis dengan menggunakan metode RAPD-PCR dan isozim menunjukkan bahwa varietas 01 an 02 memiliki kemiripan sebesar 91.67%. Varietas 03 dan 08 86.11%. Varietas 05 memiliki kemiripan dengan varietas 01 dan 02 pada nilai 84.72%. Kelompok tersebut memiliki kermiripan sebesar 82.4% dengan varietas 04. Kelompok varietas 01,02,04 dan 05 memiliki kemiripan sebesar 78.24% dengan varietas 03 dan 08.Varietas 06 memiliki kemiripan sebesar 70.91% dengan kelompok diatas. Sedangkan varietas 09 memiliki kemiripan dengan kelompok diatas sebesar 52.72%. varietas terjauh merupakan 07 dengan nilai kemiripan 48.66%. Adanya variasi genetic ini memiliki dugaan bahwa varietas-varietas tersebut berasal dari tetua yang berbeda sehingga dapat mempengaruhi hasil analisis. Beberapa varietas yang memiliki nilai kemiripan yang cukup tinggi diduga berasal dari tetua yang dianggap berkerabat dekat sedangkan yang memiliki nilai kemiripan lebih rendah diduga tetua yang memiliki hubungan kekerabatan yang relative jauh.


(1)

3 Beberapa jenis tanaman cincau dibagi menjadi 3 famili yaitu Menispermaceae, Verbenaceae dan Lamiaceae. Tanaman ini merupakan tanaman dikotil dimana menurut Mulyani (2006) karakteristik anatomi tanaman dikotil yaitu terdapatnya bagian epidermis atas (a), palisade atau jaringan tiang (b), berkas pengangkut (c), jaringan spons (d), epidermis bawah (e).

Gambar 1. Struktur Anatomi Daun (Dikotil) (Juliarni dkk.,2007).

Epidermis merupakan jaringan yang fungsinya sebagai pelindung bagian luar dari tanaman. Sel-sel epidermis mengalami modifikasi yang biasanya disebut dengan derivate epidermis. Derivat epidermis ini misalnya stomata dan trikomata (rambut) (Arisanti, 2010).

Stomata merupakan celah pada epidermis yang yang berfungsi sebagai tempat pertukaran udara. Stomata juga disebut dengan celah yang terdapat pada dua sel penutup (sel penutup ), sedangkan sel penutup dikelilingi oleh sel-sel yang termodifikasi yang disebut dengan sel tetangga. Secara umum sel penutup pada tanaman dikotil berbentuk seperti ginjal. Pada tanaman yang hidup di daratan stomata secara umum terletak pada bagian bawah daun, tetapi terdapat pengecualian pada beberapa spesies karena ada juga tanaman yang memiliki

a

d \

c

b


(2)

4 stomata yang terdapat pada bagian epidermis bawah maupun atas daun. Untuk tanaman yang hidup di perairan biasanya memiliki stomata pada bagian atas daun, contohnya pada bunga Lili air (Lakitan, 2011).

Gambar 2. Stomata

Keterangan : Sel penutup (a), sel tetangga (b), porus (c), epidermis (d) (Rashid dan Parnell, 2013).

Mauseth (2008) menyatakan bahwa tipe stomata secara umum dibagi menjadi 5 tipe yaitu: Tipe anomositik, tipe ini memiliki sel tetangga yang mengelilingi sel penutup yang bentuknya tidak berbeda dengan bentuk sel epidermis lainnya. Tipe anisostik, tipe stomata yang memiliki sel tetangga sebanyak tiga buah yang ukurannya tidak sama. Tipe parasitik, setiap sel penutup diiringi sebuah sel tetangga atau lebih dengan panjang sumbu yang sama dengan sel penutup. Tipe diasitik, tipe ini memiliki dua sel tetangga yang tegak lurus terhadap poros panjang sel penutup. Tipe aktinositik, tipe ini memiliki tipe stomata yang dikelilingi oleh sel tetangga berjumlah empat atau lebih dan tersusun secara radial disekelilingnya.

a

b

c


(3)

5

a b

c d

e

Gambar 3. Tipe Stomata

Keterangan : Stomata tipe : anomositik (a), anisositik (b), parasitik (c), diasitik (d), aktinositik (e).

Apendik yang berasal dari epidermis adalah trikoma. Trikoma ini memiliki fungsi yaitu sebagai proteksi, sekresi, penyerapan, mengurangi penguapan.


(4)

6 Trikoma dibagi menjadi 2 berdasarkan ada tidaknya glanduler, yaitu trikoma berglanduler dan non glanduler.

Gambar 4. Macam-Macam Trikoma Glanduler

Keterangan gambar : Trikoma glanduler pada daun : tembakau (A) (B), Humulus sp. (C) (G) (H), panjang yang melipat (D), trikoma yang mengandung sistolit (E) (F) (Sumardi, 1993).


(5)

7

2.4 Hubungan Kekerabatan Tanaman

Identifikasi dan klasifikasi tanaman dapat menggunakan parameter-parameter bagian morfologi maupun anatomi untuk memasukkan setiap tanaman ke kelompok tertentu, sehingga hal tersebut menghasilkan cabang ilmu baru yang disebut dengan taksonomi. Selain melakukan klasifikasi dan pemberian nama ilmu taksonomi juga mengarah pada pengelompokan tanaman untuk menyatakan hubungan kekerabatan. Identifikasi dan klasifikasi merupakan penyederhana objek studi untuk semua makhluk yang ada di alam ini karena jumlah makhluk hidup khususnya tanaman yang sangat banyak dan memiliki keanekragaman yang sangat tinggi. Untuk menentukan hubungan kekerabatan pada tanaman dapat menggunakan beberapa metode yaitu metode fenetik maupun filogenetik. Metode fenetik analisis dengan mengunakan karakter morfologi, anatomi dan fitokimia. Metode fenetik ini berdasarkan seberapa besar kesamaan dan perbedaan dari individu yang diteliti, dimana hasilnya sebuah dendogram. Metode fenetik juga bisa disebut dengan taksonomi numeris karna untuk menganalisis karakter menggunakan prosedur numeris. Metode filogenetik merupakan analisis yang menggunakan nilai evolusi dari masing-masing karakter dimana dalam penelitian kekerabatannya lebih mempertimbangkan evolusinya, hasil klasifikasi berupa kladogram (Rustiami, 2012).

Salah satu contoh penelitian analisis kekerabatan adalah pada tanaman Pisang oleh Sukartini (2007). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kekerabatan antar aksesi pisang dengan menggunakan metode multivariate berdasarkan karakter morfologi yang diamati. Bahan dari penelitian ini adalah 26 aksesi pisang. Karakter yang diamati terdiri dari 28 parameter kualitatif dan 7 parameter kuatitatif, kemudian hasil dianalisis dengan menggunakan program Biodiversity Provisional Version 2.0 dan dihasilkan dendogram yang menyatakan hubungan antara 26 aksesi tanaman pisang. Hasil pada dendogram menunjukkan bahwa nilai jarak genetik menunjukkan keeratan antar aksesi pisang tersebut. Antara pisang kapok putih dan kapok kuning memiliki indeks kesamaan sebesar 94,1176% sedangakan jenis pisang monyet memiliki indeks kesamaan yang


(6)

8 paling rendah dengan aksesi pisang yang lain yaitu sekitar 83,1169%. Untuk jenis pisang lain seperti pisang monyet, sasi, mas, lampung, cici kuning, klutuk, klutuk wulung, byar, candi, nangka, ampyang, raja sere, raja pulut, seribu, raja lumut, sililit, awak, kapok gabu, kepok putih, kepok kuning, ebung, ambon kuning, ambon hong, barangan, ambon hijau dan badak memiliki indeks kesamaan yang sangat dekat. Hal tersebut ditunjukkan dengan mengumpulnya aksesi pisang tersebut dalam satu kelompok.

Penelitian dengan meode berbeda dilakukan oleh Julisaniah dkk. (2008) tentang analisis kekerabatan tanaman timun dengan menggunkan metode RAPD-PCR dan isozim. Timun yang digunakan berasal dari provinsi Jawa Timur dengan Sembilan varietas timun (varietas 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07, 08, 09) setelah dilakukan analisis dengan menggunakan metode RAPD-PCR dan isozim menunjukkan bahwa varietas 01 an 02 memiliki kemiripan sebesar 91.67%. Varietas 03 dan 08 86.11%. Varietas 05 memiliki kemiripan dengan varietas 01 dan 02 pada nilai 84.72%. Kelompok tersebut memiliki kermiripan sebesar 82.4% dengan varietas 04. Kelompok varietas 01,02,04 dan 05 memiliki kemiripan sebesar 78.24% dengan varietas 03 dan 08.Varietas 06 memiliki kemiripan sebesar 70.91% dengan kelompok diatas. Sedangkan varietas 09 memiliki kemiripan dengan kelompok diatas sebesar 52.72%. varietas terjauh merupakan 07 dengan nilai kemiripan 48.66%. Adanya variasi genetic ini memiliki dugaan bahwa varietas-varietas tersebut berasal dari tetua yang berbeda sehingga dapat mempengaruhi hasil analisis. Beberapa varietas yang memiliki nilai kemiripan yang cukup tinggi diduga berasal dari tetua yang dianggap berkerabat dekat sedangkan yang memiliki nilai kemiripan lebih rendah diduga tetua yang memiliki hubungan kekerabatan yang relative jauh.