Efek Warna Cahaya Penerangan Berbeda pada Ayam Broiler Terhadap Bobot Hidup, Persentase Karkas dan Potongan Komersial Karkas
EFEK WARNA CAHAYA PENERANGAN BERBEDA PADA
AYAM BROILER TERHADAP BOBOT HIDUP, PERSENTASE
KARKAS DAN POTONGAN KOMERSIAL KARKAS
SKRIPSI
SONY ARFIANSYAH
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
RINGKASAN
Sony Arfiansyah. D14103006. 2010. Efek Warna Cahaya Penerangan Berbeda
Pada Ayam Broiler Terhadap Bobot Hidup, Persentase Karkas dan Potongan
Komersial Karkas. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Hj. Ir. Niken Ulupi, MS.
Pembimbing Anggota : Ahmad Yani S. TP, MSi
Secara umum pertumbuhan ayam broiler dipengaruhi oleh cahaya. Cahaya
terdiri dari tiga aspek yang berbeda yaitu intensitas, lama pencahayaan, dan warna
cahaya. Pada kondisi lingkungan yang dapat dikendalikan, ayam mempunyai
kepekaan terhadap berbagai warna cahaya. Di antara warna cahaya yang ada, ayam
mempunyai kepekaan paling baik terhadap warna hijau, biru, merah, dan kuning.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai warna
cahaya lampu sebagai tambahan penerangan pada malam hari terhadap bobot hidup,
persentase karkas dan potongan komersial ayam broiler. Ternak yang digunakan
adalah ayam broiler strain Ross umur satu hari sebanyak 160 ekor yang dipelihara
sampai umur 34 hari. Perlakuan dimulai pada saat ayam berumur lima belas hari.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan empat perlakuan pemberian warna cahaya lampu penerangan yaitu kuning,
merah, biru dan hijau. Setiap perlakuan terdiri dari lima ulangan dengan masingmasing terdiri atas delapan ekor ayam. Peubah yang diukur adalah bobot hidup,
persentase karkas dan potongan komersial ayam broiler (dada, paha, sayap dan
punggung). Data yang diperoleh dianalisis dengan ragam.
Hasil penelitian pada masing-masing peubah yang diamati adalah sebagai
berikut: rataan bobot hidup yang diperoleh berkisar antara 1.461,10 – 1.573,80
gram/ekor. Persentase karkas berkisar antara 60,52 – 69,91 % dari bobot hidup.
Persentase dada, paha, sayap dan punggung yang diperoleh berkisar antara 38,06 –
38,86 %, 30,02 – 30,88 %, 12,67 – 15,67 % dan 22,46 – 23,34 %. Warna cahaya
lampu penerangan kandang yang diberikan setelah masa brooding tidak berpengaruh
terhadap bobot hidup, persentase karkas, dan persentase potongan komersial (dada,
paha, sayap, punggung).
Kata-kata kunci: warna cahaya lampu, broiler, bobot hidup, karkas, potongan
komersial karkas.
ABSTRACT
Effect of Lighting Colour on Broiler Growth
Sony Arfiansyah, N. Ulupi, Ahmad Yani
Lighting is one important factor affecting broiler growth. Light consist of three
different aspects those are intensity, duration and colour. The objective of the present
research was to observe the effect of lighting colour on the percentage of weight and
percentage of commercial carcass. A hundread sixty broiler chick (Ross strain) were
used in the research. A complete randomized design with four different colour
lighting (yellow, red, blue, and green) was used. Chickens were reared until 34 days.
The observed parameter were weight, the percentage of carcass, the percentage of
commercial carcass and the final body weight of the chicken. The result showed that
lighting colour did not significantly influence the weight and the percentage of
carcass, the percentage of commercial carcass (chest, thigh, wing and back) and the
final weight of chicken. The percentage weight of carcass ranged 66,52-69,91 %. The
percentage weight of chest, thigh, wing and back ranged 38,06-38,86 %, 30,02-30,08
%, 12,67-15,67 % and 22,46-23,34 %. The final weight of the chicken varied from
1.461,1-1.573,8 g. Lighting colour after brooding period (period of week 3 to week 5)
did not affect the observed parameters. The growth and development of each digestive
tract of the chicken was proportional to the daily gain.
Keyword : Lamp light colour, broiler, body weight, carcass percentage, commercial
cutting percentage.
EFEK WARNA CAHAYA PENERANGAN BERBEDA PADA
AYAM BROILER TERHADAP BOBOT HIDUP, PERSENTASE
KARKAS DAN POTONGAN KOMERSIAL KARKAS
SONY ARFIANSYAH
D14103006
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
Judul : Efek Warna Cahaya Penerangan Berbeda pada Ayam Broiler
Terhadap Bobot Hidup, Persentase Karkas dan Potongan
Komersial Karkas
Nama : Sony Arfiansyah
NIM
: D14103006
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Ir. Niken Ulupi, MS
NIP 19570127 198303 2 001
Ahmad Yani, S.TP, M.Si
NIP 19720503 199903 1 004
Mengetahui,
Ketua Departem
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr. Sc.
NIP. 19591212 198603 1004
Tanggal Ujian : 5 November 2010
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 25 Juni 1985. Penulis
adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Aep Saepudin dan Ibu
Lilis Kurniati.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Rimba Putera Bogor
pada tahun 1997, lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama di
SLTP Insan Kamil Bogor pada tahun 2000.
Setelah menyelesaikan pendidikan di SLTP Insan Kamil Bogor, pada tahun
2000 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Insan Kamil
Bogor dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun tersebut penulis diterima sebagai
mahasiswa di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI).
Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor penulis aktif di
Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak (HIMAPROTER) Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor pada tahun 2003-2004. Selain itu penulis juga mengikuti
berbagai kegiatan, antara lain dalam bentuk seminar nasional, paduan suara dan
kapanitiaan kegiatan kemahasiswaan.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan sebesar-besarnya pada Allah
SWT karena ridho dan rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skirsi
dengan judul
“Efek Warna Cahaya Penerangan Berbeda Pada Ayam Broiler
Terhadap Bobot Hidup, Persentase Karkas dan Potongan Komersial karkas”.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW,
keluarga, sahabat dan umatnya yang tetap istiqomah sampai akhir zaman. Skripsi ini
ditulis untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pada Program Sarjana
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini merupakan wujud peran
aktif dan kontribusi dalam dunia peternakan.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam kelancaran penelitian. Penulis pun menyadari bahwa penelitian
ini masih ada kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, tetapi penulis berharap
semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Bogor, Novenber 2010
Penulis
DAFTAR ISI
RINGKASAN………………………………………………………………
Halaman
i
ABSTRACT………………………………………………………………...
ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………...
vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….
vi
DAFTAR TABEL………………………………………………………….
ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….
x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… .
xi
PENDAHULUAN…………………………………………………………..
1
Latar Belakang………………………………………………………
Tujuan……………………………………………………………….
1
2
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………….
3
Ayam Broiler………………………………………………………..
Cahaya bagi Ayam Broiler………………………………………….
Fungsi Cahaya……………………………………………....
Mekanisme Rangsangan Cahaya……………………………
Intensitas Pencahayaan……………………………………...
Lama Pencahayaan………………………………………….
Warna dan Panjang Gelombang Cahaya……………………
Bobot Hidup………………………………………………………. .
Karkas…………………………………………………………….. ..
Potongan Komersial Karkas………………………………………. .
3
3
3
4
4
5
6
7
8
8
MATERI DAN METODE………………………………………………….
10
Lokasi dan Waktu………………………………………………… .
Materi……………………………………………………………….
Ternak………………………………………………………
Pakan dan Vitamin………………………………………. ..
Kandang Peralatan…………………………………………
Rancangan……………………………………………………….. ..
Prosedur………………………………………………………….. ..
Persiapan Kandang dan Peralatan………………………….
Pemeliharaan……………………………………………….
Pemotongan dan Pengambilan Sampel…………………….
Pengukuran Peubah…………………………………………
10
10
10
10
10
11
11
11
12
13
13
HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………….
15
Kondisi Lingkungan Mikro Kandang……………………………….
Kandang Penelitian………………………………………….
Suhu dan Kelembaban Udara Relatif Kandang……………..
Intensitas Cahaya…………………………………………….
15
15
15
16
Bobot Hidup…………………………………………………………
Karkas dan Persentase Potongan Komersial………………………...
Persentase Karkas……………………………………………
Potongan Komersial Dada…………………………………..
Potongan Komersial Paha………………………………… ..
Potongan komersial Sayap………………………………… .
Potongan Komersial Punggung…………………………… .
17
18
19
20
20
21
21
KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………….
22
Kesimpulan…………………………………………………………
Saran…………………………………………………………… ….
22
22
UCAPAN TERIMA KASIH………………………………………………
23
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… …...
24
LAMPIRAN………………………………………………………………
28
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Rekomendasi Program Pencahayaan untuk Ayam Broiler………
5
2. Rataan Intensitas Cahaya setiap Warna Lampu Penerangan……
16
3. Rataan Bobot Hidup Ayam Broiler pada Berbagai Warna Lampu
Penerangan……………………………………………………….
18
4. Hasil Pengamatan Pengaruh Warna Lampu Penerangan Terhadap
Rataan Persentase Karkas dan Potongan Komersial Ayam Broiler..
19
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Tampilan Kandang Penelitian………………………………
15
2. Tampilan Kandang pada Siang dan Malam Hari… ………
15
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Rataan Suhu Kandang Setiap Minggu Selama Penelitian…………
29
2. Estimasi Rataan Kelembaban Udara Relatif Kandang Setiap
Minggu Selama Penelitian………………………………………….
29
3. Komposisi Nutrisi Pakan Penelitian……………………………….
29
4. Rataan Konsumsi Pakan Broiler Selama Pemeliharaan……………
30
5. Mortalitas Broiler Selama Pemeliharaan…………………………..
30
6. Analisis Ragam Bobot Hidup………………………………………
30
7. Analisi Ragam Persentase Karkas…………………………………
30
8. Analisis Ragam Persentase Dada…………………………………
30
9. Analisis Ragam Persentase Paha…………………………………
30
10. Analisis Ragam Persentase Sayap………………………………
30
11. Analisis Ragam Persentase Punggung……………………………
31
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam merupakan hewan homeotermic, artinya ayam harus mempertahankan
suhu tubuh dalam kisaran normal untuk hidup dan berproduksi secara efisien.
Keadaan temperatur lingkungan yang cukup tinggi pada siang hari di daerah tropis
dapat menimbulkan cekaman panas yang dapat menurunkan konsumsi pakan. Untuk
menanggulangi keadaan ini perlu diberikan tambahan cahaya pada malam hari. Hal
ini akan memberikan kesempatan pada ayam untuk mengkonsumsi pakan yang lebih
banyak sehingga konsumsi nutrisi akan dapat terpenuhi. Disamping hal tersebut, suhu
pada malam hari yang lebih rendah memungkinkan terjadinya proses metabolisme
yang lebih baik yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap kecepatan
pertumbuhan.
Selain mempengaruhi konsumsi pakan, cahaya secara umum mempengaruhi
pertumbuhan ayam broiler. Unggas merespon cahaya dengan beragam cara yang
mencakup pertumbuhan dan performa produksi. Cahaya berfungsi dalam proses
penglihatan, merangsang siklus internal dan menstimulasi pelepasan hormon, baik
hormon pertumbuhan maupun hormon reproduksi. Pada kondisi lingkungan yang
dapat dikendalikan, ayam mempunyai kepekaan terhadap berbagai warna cahaya.
Cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda mempunyai efek yang
bervariasi pada retina mata dan dapat mengakibatkan perubahan pola tingkah laku
yang selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Di antara warna
cahaya yang ada, ayam mempunyai kepekaan paling baik terhadap warna hijau, biru,
merah, dan kuning (Widjaja dan Haerudin, 2006). Warna cahaya hijau dan biru
memberikan efek tenang pada ayam (Rozenboim et al, 2004) sehingga energi yang
digunakan lebih besar untuk pertumbuhan, hal ini dapat dilihat dari bobot badan akhir
yang lebih tinggi. Warna cahaya merah dan kuning dapat menimbulkan aktivitas
(Rozenboim et al., 2004; Widjaja dan Haerudin, 2006) yang menyebabkan rendahnya
pertumbuhan. Pertumbuhan yang rendah disebabkan oleh banyaknya energi yang
terpakai untuk beraktivitas. Dalam beraktivitas paha dan sayap adalah organ yang
banyak berperan. Dengan pemberian warna cahaya yang berbeda akan menyebabkan
terjadinya perbedaaan aktivitas, sehingga dengan adanya perbedaan aktivitas akan
mempengaruhi terhadap persentase beberapa bagian tertentu dalam tubuh ternak.
Warna cahaya penerangan dalam sistem kandang tertutup (closed house)
dengan kondisi suhu yang stabil dan optimal untuk pertumbuhan serta diberikan
selama 23 jam setiap harinya, memberikan efek yang berbeda terhadap aktivitas yang
selanjutnya berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler. Warna
cahaya merah dan kuning dapat meningkatkan aktivitas dan agresifitas, sementara
warna biru dan hijau justru sebaliknya dapat mengontrol agresifitas dan aktifitas ayam
sehingga ayam menjadi lebih tenang. Ayam broiler yang dipelihara dengan
penerangan cahaya lampu warna hijau atau biru
dengan intensitas 0,1 W/m2
menghasilkan bobot badan yang nyata lebih tinggi dibandingkan ayam yang
dipelihara dengan penerangan lampu warna merah (Rozenboim et al., 1999).
Pemeliharaan ayam broiler pada sistem kandang terbuka di daerah tropis
seringkali dengan suhu yang lebih tinggi dari suhu optimal untuk pertumbuhan.
Kondisi ini menyebabkan ayam mengalami cekaman panas sehingga ayam
meningkatkan konsumsi air minum yang berakibat penurunan konsumsi pakan. Untuk
menanggulangi masalah tersebut maka perlu diberi tambahan cahaya penerangan pada
malam hari. Akan dicobakan berbagai warna lampu penerangan pada sistem kandang
terbuka. Apakah warna cahaya lampu penerangan pada kandang tersebut masih
mampu memberikan efek terhadap aktivitas yang akan mempengaruhi pertumbuhan
yang tercermin dari persentase karkas dan potongan komersialnya.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pemberian berbagai warna cahaya
lampu sebagai tambahan penerangan pada malam hari terhadap
persentase karkas, dan potongan komersial karkas ayam broiler.
bobot hidup,
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Broiler
Ayam diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum chordate, class
aves, ordo Galliformes, family Phasianidea, genus Gallus, species Gallus gallus dan
subspecies Gallus gallus domesticus. Ayam yang dikembangkan oleh peternak
sekarang di seluruh dunia berasal dari ayam hutan liar yang dijinakan (domestikasi)
sekitar 8000 tahun yang lalu oleh masyarakat Asia (Poultry Indonesia, 2006). Lebih
lanjut dijelaskan bahwa strain ayam broiler berasal dari hasil silang antara White
Plymouth Rock dan White Cornish. Di Indonesia ayam broiler baru populer sejak
tahun 1980-an.
Menurut BAPPENAS (2000), ayam broiler merupakan jenis ras unggulan
hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktivitas tinggi.
Pemeliharaan ayam broiler relatif singkat yaitu sekitar lima sampai enam minggu.
Sebelumnya North dan Bell (1990) menyatakan bahwa ayam broiler merupakan hasil
rekayasa teknologi yang memiliki ciri khas dalam hal pertumbuhan bobot badan yang
cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah, siap dipotong pada umur
relatif muda dan menghasilkan daging berserat lunak.
Strain ayam broiler yang banyak beredar di pasaran adalah : Super 77, Tegel
70. ISA, Kim Cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro,
Plich, Yabro, Goto, Arbor Arcres, Tatum, Indian River, Hybro, Cornish, Brahma,
Langshans, Hypeco-broiler, Ross, Marshall”m”, Euribid, A.A 70, Sussex, Bromo dan
Cp 707 (BAPPENAS, 2000).
Cahaya bagi Ayam Broiler
Cahaya merupakan energi berbentuk gelombang yang dapat membantu proses
penglihatan, bergerak lurus ke semua arah, tidak dapat membelok dan dapat
dipantulkan. Sumber cahaya yang paling banyak digunakan dalam kandang tertutup
(closed house) untuk memproduksi ayam broiler bersumber dari lampu pijar
(Olanrewaju et al., 2006).
Fungsi Cahaya
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang mengontrol proses biologi dan
tingkah laku unggas. Cahaya berfungsi dalam proses penglihatan (Manser, 1996),
memungkinkan unggas untuk mengatur ritme harian dan mensinkronisasikan
beberapa fungsi penting di dalam tubuh seperti suhu tubuh dan bermacam tahapan
metabolis yang terkait dengan pemberian pakan dan pencernaan. Selain itu, cahaya
juga merangsang pola sekresi beberapa hormon yang mengontrol pertumbuhan,
pendewasaan, dan reproduksi (Olanrewaju et al., 2006).
Mekanisme Rangsangan Cahaya
Card dan Nesheim (1972) menyatakan bahwa unggas merupakan ternak yang
peka terhadap cahaya. Cahaya akan mempengaruhi proses biologis melalui aktivitas
hormonal, antara lain mempengaruhi pertumbuhan. Mekanisme proses fisiologis yang
terjadi dalam penerimaan rangsangan cahaya sehingga dapat mempengaruhi organ
tubuh, diawali dengan rangsangan mekanis pada syaraf penglihatan yang selanjutnya
secara kimia berlangsung melalui rangsangan hormonal.
Cahaya yang mengenai mata ayam akan diterima oleh reseptor pada mata
ayam, merangsang syaraf mata dan kemudian rangsangan ini diteruskan ke hypofisa.
Hasil kerja selanjutnya menyebabkan pengeluaran hormon pengendali dari hypofisa
anterior yang berfungsi mengatur pengeluaran kelenjar endokrin. Hormon pengendali
tersebut terdiri dari hormon stimulasi tiroid yang meningkatkan stimulasi tiroid dan
hormon somatotropik yang berfungsi mengatur pertumbuhan, yaitu mengendalikan
metabolisme asam amino dalam pembentukan protein.
Hormon pertumbuhan merupakan suatu hal yang penting dalam pengendalian
pertumbuhan dan aspek lainnya dari metabolisme dalam tubuh unggas, karena dapat
merangsang metabolisme lemak, karbohidrat dan protein. Kelenjar Endokrin lainnya
termasuk kelenjar pankreas, tiroid, dan adrenal serta berbagai fungsi kekebalan tubuh.
Intensitas Pencahayaan
Program pencahayaan pada tahap pertumbuhan awal, yaitu anak ayam yang
berumur antara satu sampai tujuh hari digunakan intensitas cahaya minimum 20 lux
yang diberikan secara terus menerus. Pemberian cahaya seperti ini bertujuan untuk
memastikan anak ayam dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya serta
meningkatkan aktivitas sehingga mengurangi terjadinya kelainan cacat pada kaki. Hal
ini dapat diindikasikan oleh konsumsi pakan dan air minum yang optimal. Pada tahap
pertumbuhan ayam selanjutnya, dilakukan pembatasan intensitas cahaya dan lama
pencahayaan antara dua sampai enam jam perhari (Olanrewaju et al., 2006).
Cahaya berimplikasi pada perubahan struktur morfologi mata. Cahaya yang
sangat rendah (< 5 lux) dapat menyebabkan retina mata, bupthalmos, myopia,
glaucoma, dan kerusakan lensa mata yang berakibat pada kebutaan (Busye et al.,
1996). Rekomendasi program pencahayaan untuk ayam broiler disajikan dalam Tabel
1
Tabel 1. Rekomendasi Program Pencahayaan untuk Ayam Broiler
Umur
(Hari)
0–7
Intensitas Cahaya
(Lux)
20,0
8 – 14
5,0
16 T ; 8 G
15 – 21
5,0
16 T ; 3 G ; 2 T ; 3 G
22 – 28
5,0
16 T ; 2 G ; 4 T ; 2 G
29 – 35
5,0
16 T ; 1 G ; 6 T ; 1 G
36 – 49
5,0
23 T ; 1 G
Periode Pencahayaan Perhari
23 T ; 1 G
Sumber :Randen et. al (1996)
Keterangan : T : Terang
G: Gelap
Lama Pencahayaan
Lama pencahayaan (photoperiode) yang pendek pada awal-awal tahap
pemeliharaan dapat mengurangi asupan pakan dan menekan tingkat pertumbuhan
(Olanrewaju et al., 2006). Hal ini disebabkan oleh periode penggelapan yang lebih
lama akan membatasi akses terhadap pakan, yang selanjutnya mengurangi asupan
pakan dan menekan pertumbuhan (Clansens et al., 2004).
Pencahayaan secara terus-menerus menyebabkan terjadinya gangguan ritme
harian (diurnal). Ayam broiler yang diberi cahaya terus menerus memiliki peluang
yang lebih tinggi terkena kelainan kaki dan tulang (Sanotra et al., 2002) dan efek
selanjutnya menyebabkan unggas mengalami kesulitan untuk mendapatkan pakan dan
air minum (Wong-Valle et al., 1993). Unggas yang tetap berada pada posisi ritme
harian, mampu secara normal mengatur pola tingkah laku seperti makan, tidur,
bergerak dan istirahat (Olanrewaju et al., 2006). Penggunaan cahaya secara terus
menerus menyebabkan ayam mudah stres dan tingkat mortalitas yang tinggi (Freeman
et al., 1981). Ayam broiler yang diberi pencahayaan secara bergantian (intermittent
lighting) mengalami pengurangan tingkat stres dibandingkan dengan ayam broiler
dalam kondisi pencahayaan terus menerus yang diukur berdasarkan plasma
kortikosteron. Plasma kortikosteron akan meningkat pada ayam broiler yang
mengalami stres (Puvadolpirod dan Thaxton, 2000d). Pemberian lama pencahayaan
enam belas jam dapat menurunkan stres fisiologis, peningkatan respon kekebalan,
peningkatan waktu tidur, peningkatan aktivitas total, peningkatan metabolisme tulang
dan peningkatan kesehatan kaki (Classen et al., 2004).
Unggas yang diberi perlakuan dengan periode gelap yang cukup, mempunyai
masalah kesehatan yang lebih sedikit seperti sudden death syndrome, mortalitas dan
gangguan pada kaki (Moore dan Siopes, 2000). Beberapa penjelasan secara fisiologis
dapat menerangkan kejadian ini. Melatonin merupakan hormon yang disekresikan
dari kelenjar pineal yang terlibat dalam proses ritme harian suhu tubuh. Beberapa
fungsi esensial metabolisme tubuh terkait dengan konsumsi pakan dan pencernaan
serta sekresi beberapa limphokines yang terkait dengan sistem kekebalan (Apeldoom
et al., 1999). Periode gelap harian diperlukan untuk membentuk pola sekresi hormon
melatonin secara normal. Melatonin yang disintesis dalam kelenjar pineal dan retina
unggas disekresikan selama periode gelap sebagai respon terhadap aktivitas
serotonin-N-acetyltransferase, yaitu enzim yang mengkatalisis sintesa melatonin baik
pada retina maupun kelenjar pineal (Binkley et al., 1973).
Lama pencahayaan tergantung pada umur ayam dan tipe kandang yang
digunakan (Blokguis, 1983). Pada sistem kandang yang didesain sebagai kandang
tertutup memungkinkan pengontrolan secara intensif terhadap faktor lingkungan
seperti suhu, kelembaban, kecepatan udara, gas, intensitas cahaya, warna dan lama
pencahayaan (Olanrewaju et al., 2006).
Warna dan Panjang Gelombang Cahaya
Panjang gelombang yang berbeda-beda diintrepetasikan oleh otak sebagai
warna cahaya. Gelombang cahaya tersebut mampu merangsang retina mata, yang
menghasilkan sensasi penglihatan yang disebut dengan pandangan, oleh karena itu
penglihatan memerlukan mata yang berfungsi dan cahaya yang nampak (United
Nations Environment Programme, 2006). Cahaya nampak adalah sebagian dari
spektrum yang mempunyai panjang gelombang antara 400 sampai 800 nanometer.
Gelombang cahaya dibawah 400 nanometer (ultraviolet/UV) dan diatas 800
nanometer (infra merah) tidak dapat dilihat.
Cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda mempunyai efek yang
bervariasi pada retina dan dapat mengakibatkan perubahan pola tingkah laku yang
selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ayam (Lewis dan Morris,
2000).
Warna cahaya lampu dapat mempengaruhi performa ayam broiler. Lampu
berwarna biru memberikan suasana tenang pada unggas, sementara lampu berwarna
merah dapat meningkatkan aktivitas mengepak-ngepakan sayap dan kanibalisme.
Lampu berwarna hijau kebiruan dapat menstilmulasi pertumbuhan anak ayam,
sementara warna lampu jingga kemerahan menstimulasi reproduksi (Rozenboim et
al., 1999; 2004). Menurut Widjaja dan Herudin (2006) lampu warna merah dan
kuning dapat meningkatkan aktivitas ayam sedangkan warna biru dan hijau
sebaliknya. Warna merah akan meningkatkan agresivitas dan aktifitas ayam sehingga
feed intake terpenuhi serta disarankan untuk periode brooding. Sebaliknya warna biru
dan hijau akan mengontrol agresifitas dan aktivitas ayam broiler agar tidak
berlebihan, selain itu warna biru dan hijau juga mampu menggertak sintesa protein
dan memberikan kesempatan pada ayam untuk melakukan perbanyakan serabutserabut otot dalam kondisi yang lebih tenang. Menurut Rozenboim et al. (2004)
cahaya hijau dapat merangsang pertumbuhan unggas muda, sedangkan cahaya biru
merangsang pada unggas yang lebih tua.
Menurut Olanrewaju et al. (2006) kemampuan ayam untuk memvisualisasikan
warna sama dengan manusia, akan tetapi ayam tidak dapat melihat dengan baik ketika
mendapat warna cahaya dengan panjang gelombang yang pendek (biru-hijau).
Dartnall et al. (1983) menyatakan bahwa unggas sensitif terhadap panjang gelombang
415, 455, 508, dan 571 nm, sedangkan pada manusia maksimal pada panjang
gelombang 419, 531 dan 558 nm.
Bobot Hidup
Menurut North dan Bell (1990) faktor-faktor yang mempengaruhi bobot hidup
ayam broiler adalah pakan, genetik, jenis kelamin, suhu, dan tatalaksana. Salah satu
faktor dalam tata laksana ini adalah pemberian cahaya pada ayam. Ayam broiler yang
dipelihara sampai umur 4 minggu dengan suhu 21,1 0C menghasilkan bobot hidup
1.060 gram/ekor, konsumsi pakan 1.490 gram/ekor dan konversi pakan 1.410
gram/ekor.
North dan Bell (1990) menyatakan bahwa peningkatan mingguan pada bobot
hidup tidak terjadi secara seragam. Menurut Oluyemi dan Roberts (1980) kenaikan
bobot hidup seiring dengan bertambahnya umur, selain itu diikuti oleh peningkatan
jumlah penutupan bulu, juga mempengaruhi peningkatan konsumsi pakan dan
menurunkan efisiensi penggunaan pakan.
Karkas
Definisi karkas menurut USDA yang dikutip oleh Mountney (1976) adalah
bagian tubuh ayam tanpa darah, bulu, kepala, kaki, dan organ dalam. Produksi ternak
daging umumya dinilai dengan menggunakan persentase karkas. Lubis (1992)
mendefinisikan persentase karkas sebagai perbandingan antara bobot karkas dengan
bobot hidup. Rendahnya bobot hidup tidak selalu menghasilkan persentase bobot
karkas yang lebih rendah. Menurut Summers (2004) bagian terbesar dari karkas
adalah daging, yaitu sekitar 54% dari karkas. Daging pada karkas paling banyak
terdeposisi pada bagian dada, paha atas (thighs), dan paha bawah (drumstick). Sekitar
70% bagian dada dan thighs adalah daging serta lebih sedikit lagi pada bagian
drumstick.
Lesson dan Summers (1980) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
persentase bobot karkas adalah bangsa, umur, jenis kelamin, bobot badan, dan pakan.
Persentase bobot karkas rata-rata ayam broiler umur enam minggu berkisar antara
64,7 – 71,2% dari bobot hidup.
Potongan Komersial Karkas
Pemotongan bagian-bagian komersial karkas dapat dilakukan secara manual
dengan pisau atau otomatis dengan mesin (Sams, 2001). Selain diperdagangkan dalam
bentuk utuh, karkas ayam juga diperjualbelikan dalam bentuk potongan bagian dada,
sayap, punggung, paha, dan kaki atau kepala (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Ayam
broiler lebih disukai jika dipotong menjadi beberapa bagian (Snyder dan Orr, 1964).
Sams (2001) menyatakan bahwa karkas ayam biasanya dipotong menjadi dua bagian,
empat bagian, delapan bagian atau sembilan bagian.
Potongan komersial dada mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi daripada
potongan yang lainnya karena perdagingan yang tebal di daerah ini. Bagian dada
merupakan tempat perletakan daging yang banyak, perkembangan tulang dada akan
menunjukan produksi daging (Mansjoer, 1981). Paha merupakan bagian karkas yang
mengandung jaringan otot terbanyak kedua setelah dada, perkembangannya banyak
dipengaruhi oleh pakan terutama kandungan protein (Bahij, 1991). Sayap adalah
potongan karkas yang memiliki bobot tulang lebih banyak dari pada daging. Potongan
punggung merupakan bagian yang terbesar persentase tulangnya dibandingkan
potongan komersial yang lainnya.
Menurut Bahij (1991), potongan komersial dada adalah bagian karkas yang
dipotong pada batas persendian taju tulang belikat hingga batas tulang punggung.
Potongan komersial sayap adalah bagian karkas yang dipotong mulai dari persendian
tulang pangkal lengan sampai persendian taju tulang belikat. Sedangkan potongan
komersial paha adalah bagian karkas yang dipotong dari sendi lutut sampai sendi
intertarsica.
Grey et al. (1982) menjelaskan bahwa persentase potongan komersial karkas
dipengaruhi oleh jenis kelamin dan umur. Selanjutnya Merkley et al. (1980)
melaporkan bahwa persentase potongan komersial karkas juga dipengaruhi strain dan
hasil persilangan antar strain. Dikatakan juga bahwa persentase potongan komersial
karkas yang terdiri dari paha bawah, paha atas, dada, sayap dan punggung terhadap
bobot hidup ayam broiler strain Hubbard masing-masing sebesar 15,96%; 17,94%;
27,76%; 13,42% dan 24,93%. Heath et al. (1984) menyatakan bahwa persentase
potongan karkas dipengaruhi oleh bobot, volume dan dimensi karkas tersebut.
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama lima minggu mulai dari bulan Maret sampai
dengan April 2007 di Laboratorium Lapang Kandang B (Kandang ayam),
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Materi
Ternak
Penelitian ini menggunakan 160 ekor anak ayam broiler (DOC) strain Ross
yang diproduksi oleh PT Cibadak Indah Sari Farm. Perlakuan dimulai pada saat ayam
berumur 2 minggu dengan bobot rata-rata 455,5 ± 25,29 gram/ekor dengan koefisien
keragaman 5,6%.
Pakan dan Vitamin
Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah PC 100 diproduksi oleh PT
Charoen Phokphand. Pakan dan air minum diberikan ad libitum. Vitamin yang
digunakan adalah Vita chick, Vita Strees. Vaksin yang digunakan adalah ND dan
Gumboro A produksi PT Medion.
Kandang dan Peralatan
Jumlah kandang yang digunakan sebanyak 20 petak dengan ukuran 1 x 1 m2.
Pada setiap petak kandang dipelihara delapan ekor ayam. Pada setiap kandang
dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum. Untuk penerangan kandang
digunakan lampu pijar bening 60 watt masing-masing sebanyak 20 buah dan lampu
berwarna (merah, biru dan hijau) serta lampu bening masing-masing sebanyak lima
buah dengan daya lima watt.
Peralatan yang digunakan antara lain bambu, kawat tali, kardus, kertas karton
putih, koran bekas, desinfektan, alat tulis, timbangan digital merk Acis berskala 0,1
gram, gunting, nampan, pita ukur berskala 0,1 cm, dan kertas label yang digunakan
untuk identifikasi level perlakuan. Label ditempelkan pada tempat pakan dan kandang
perlakuan.
Rancangan
Perlakuan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL). Sebagai perlakuan adalah warna cahaya lampu pijar yang
terdiri dari empat macam, yaitu lampu berwarna cahaya bening sebagai perlakuan
pertama (P1, kontrol), merah sebagai perlakuan ke-dua (P2), biru sebagai perlakuan
ke-tiga (P3), dan hijau sebagai perlakuan ke-empat (P4). Masing-masing perlakuan
terdiri dari lima ulangan dan setiap ulangan terdapat delapan ekor ayam broiler.
Peubah yang diamati meliputi bobot hidup, persentase karkas, persentase
potongan komersial karkas yang terdiri dari dada, paha, sayap, dan punggung. Data
yang diperoleh dalam satuan persentase dengan rentang data antara 0-30%
ditransformasi terlebih dahulu dengan transformasi akar kuadrat dan data persentase
yang lain dengan transformasi arcsin (√% ). Data yang diperoleh dianalisis ragam
dengan model sebagai berikut :
Yij = µ + αi + εij
Keterangan :
Yij
:
Nilai pengamatan pada penambahan warna cahaya lampu pijar ke-i dan
ulangan ke-j.
:
Nilai rataan umum.
αi
:
Pengaruh pemberian warna cahaya ke-i (i = 1,2,3, dan 4).
ij
:
Pengaruh galat pada pemberian warna cahaya lampu pijar ke-i dan
ulangan ke-j (j = 1,2,3,4 dan 5).
Hasil analisis yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Tukey (Steel dan
Torrie, 1997).
Prosedur
Persiapan Kandang dan Peralatan
Kandang dipersiapkan satu minggu sebelum ayam datang. Kandang
dibersihkan terlebih dahulu dan didesinfeksi, kemudian dilakukan pengapuran secara
merata. Peralatan yang digunakan, yaitu tempat pakan dan tempat air minum juga
didesinfeksi, kemudian dilakukan penaburan litter (sekam padi) dan pemasangan tirai
plastik dan selanjutnya dibiarkan sampai kering. Setelah penaburan litter kemudian
ditutupi dengan koran, hal ini dilakukan satu hari menjelang ayam datang.
Kandang diberi nomor urut dari 1 sampai 20. Pada minggu pertama dan
minggu kedua lampu pijar dengan daya (60 watt) berfungsi sebagai penghangat
sekaligus penerangan ruang kandang, untuk minggu selanjutnya lampu pijar hanya
berfungsi sebagai penerangan saja (yang diberi mulai jam 18.00 sampai dengan jam
06.00 WIB). Untuk tahap selanjutnya sampai umur potong (lima minggu) diberi
warna lampu pijar yang berbeda (warna merah, biru, hijau, dan kuning sebagai
kontrol) sesuai perlakuan pada setiap kandangnya dengan daya lima watt. Penempatan
warna cahaya lampu tersebut dalam masing-masing petak kandang dilakukan secara
acak.
Pemeliharaan
Penempatan ayam di dalam kandang dilakukan secara acak. Pada saat anak
ayam datang, diberikan air gula merah dengan konsentrasi lima persen untuk
mengganti energi yang hilang selama pengangkutan atau perjalanan. Pakan diberikan
pada pagi hari dengan pengecekan rutin siang dan sore harinya untuk mengetahui
ketersediaan pakan, sedangkan air minum diganti dua kali sehari agar kebersihan dan
kesegarannya tetap terjaga. Pada hari ke-empat diberikan vaksin ND tahap pertama
dan minggu kedua vaksin Gumboro. Vitamin anti stress terutama diberikan sebelum
dan sesudah penimbangan dan pemberian vaksin untuk mencegah cekaman pada
ayam.
Pada minggu pertama dan minggu ke-dua masing-masing kandang diberikan
cahaya penuh selama 24 jam yang berfungsi sebagai indukan sekaligus untuk
mempercepat proses adaptasi ayam terhadap lingkungannya, selepas itu cahaya lampu
hanya diberikan pada malam hari. Pengaturan ketinggian lampu pada massa brooding
(selama dua minggu) dilihat berdasarkan ayam di dalam kandang yang bertujuan
untuk memberikan suhu yang lebih nyaman. Ketinggian lampu pada umur ayam lima,
sembilan, dan empat belas hari adalah 10,15 dan 30 sentimeter yang diukur dari
permukaan litter (sekam padi). Setelah masa brooding sampai finisher (lima minggu)
ketinggian lampu 60 sentimeter.
Tirai kandang ditutup sepenuhnya baik siang maupun malam hari ketika ayam
berumur kurang dari satu minggu. Setelah ayam berumur di atas satu minggu tirai
kandang mulai dibuka sedikit-sedikit pada siang hari dan pada malam harinya ditutup
kembali sampai akhirnya tirai kandang dilepas. Tirai berfungsi untuk menahan air dan
angin saat terjadi hujan besar sekaligus menahan pancaran sinar matahari yang
berlebihan. Untuk menjaga kesehatan ayam dilakukan pembersihan lingkungan dan
penyemprotan kandang setiap tiga hari sekali serta penggantian litter jika dinilai telah
basah.
Pemotongan dan Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel sebesar 25 persen dari total ayam penelitian atau dua
ekor untuk tiap perlakuan dan tiap ulangan. Pemotongan ayam dilakukan pada umur
34 hari. Sebelum dilakukan pemotongan, ayam dipuasakan terlebih dahulu lebih
kurang dua belas jam. Pemuasaan bertujuan agar lebih mudah dalam processing dan
mengurangi kontaminasi pencemaran mikroorganisme ke karkas.
Pemotongan dilakukan dengan metode kosher style pada bagian occipito
atlantis, yaitu antara tulang kranial (kepala) dengan tulang atlas. Bagian yang
dipotong adalah pembuluh darah vena jugularis, arteri karotidea, esophagus, dan
trakea. Sebelumnya ayam digantung dengan posisi kepala di bawah dan setelah
dipotong dibiarkan lebih kurang selama dua setengah menit dalam posisi tersebut,
agar pengeluaran darah lebih banyak. Tahap selanjutnya ayam dicelupkan ke dalam
air panas dengan suhu sekitar 600C selama 30 detik, kemudian dimasukan ke dalam
mesin pencabut bulu. Setelah sampel ayam dibersihkan bulunya lalu ayam ditimbang
terlebih dahulu untuk mengetahui bobot karkas, lalu dilakukan pemotongan karkas
yang dapat diuraikan menjadi dada, paha, sayap, dan punggung.
Potongan bagian dada, dipotong pada persendian tulang belikat sampai batas
tulang punggung. Potongan bagian paha, dipotong sepanjang persendian tulang paha.
Potongan bagian sayap, dipotong mulai dari persendian tulang pangkal lengan sampai
persendian tulang belikat. Potongan bagian punggung, dipotong pada batas persendian
tulang belikat yang berbatasan dengan potongan dada sampai dengan persendian
tulang paha.
Pengukuran Peubah
Peubah yang diukur adalah bobot hidup, karkas, persentase potongan
komersial paha, sayap, dada dan punggung. Persentase bobot karkas diperoleh dari
bobot karkas dibagi dengan bobot badan akhir dan dikalikan dengan 100 persen.
Persentase potongan komersial karkas ayam broiler diperoleh dari pembagian masingmasing bobot potongan komersial dengan bobot karkas dikalikan 100 persen. Bobot
hidup diperoleh dari penimbangan ayam pada akhir pemeliharaan
Untuk lebih jelasnya, perhitungan peubah di atas dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Persentase bobot karkas =
Bobot karkas (g)
Bobot badan akhir(g)
Bobot dada (g)
X 100%
Persentase dada
=
Persentase paha
=
Persentase sayap
=
Persentase punggung
= Karkas (%) – Bagian Dada (%) – Bagian Paha (%) –
Bagian sayap (%)
Bobot karkas (g)
Bobot paha (g)
Bobot karkas (g)
Bobot sayap (g)
Bobot karkas (g)
X 100%
X 100%
X 100%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Lingkungan Mikro Kandang
Kandang Penelitian
Kandang penelitian yang digunakan yaitu tipe kandang dinding terbuka (open
sided wall house). Kandang ini di bagi menjadi beberapa sekat-sekat yang dibuat dari
bambu dan kardus dengan ukuran masing-masing 1 x 1 m2, setiap sekat diisi dengan
delapan ekor ayam. Desain kandang dan keadaan warna lampu penerangan dapat
dilihat pada Gambar. 1, 2 dan 3.
Keadaan kandang pada malam hari
Suhu dan Kelembaban Udara Relatif Kandang
Suhu dan kelembaban udara relatif merupakan suatu unsur lingkungan mikro
yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ayam. Pengukuran suhu
dilakukan setiap hari pada pagi hari, siang, dan malam hari dengan termometer bola
kering dan bola basah yang diletakan di dalam kandang. Hasil pengukuran suhu pada
pagi hari berkisar antara 25–28,2 0C dengan rataan 25,76 0C, siang hari berkisar antara
27,94–32,29 0C dengan rataan 31,09 0C dengan malam harinya 25–27,92 0C dengan
rataan 25,94
0
C. Estimasi rataan kelembaban udara relatif yang dicatat dari
pengukuran pagi, siang dan malam hari masing-masing 89,1; 71,1 dan 89,0%.
Suhu lingkungan dan kelembaban yang tinggi sangat berpangaruh terhadap
pertumbuhan ayam broiler (Butcher dan Miles, 2006). Stres panas merupakan
masalah utama dalam produksi unggas, tidak hanya suhu lingkungan yang tinggi
tetapi juga suhu yang berfluktuasi. Ini terjadi secara alami pada perubahan temperatur
siang dan malam. Ayam cenderung lebih baik berada pada suhu lingkungan tetap,
tetapi akan lebih stres berada pada suhu berfluktuasi. Ketika terjadi fluktuasi suhu,
ayam membutuhkan banyak energi untuk menjaga agar temperatur tubuhnya tetap
yaitu 41–42 0C. Apabila temperatur tubuh melebihi 42 0C kematian mulai terjadi
(Canadian Poultry Consultants, 2006).
Suhu dan kelembaban udara relatif dalam kandang penelitian berfluktuasi dan
lebih tinggi bila dibandingkan dengan kisaran suhu dan kelembaban udara relatif
optimal untuk pertumbuhan ayam broiler yaitu antara 18–26 0C dan 50-70%
(Oluyemi dan Roberts, 1980). Dengan suhu lingkungan yang lebih tinggi dari suhu
optimal untuk pertumbuhan, maka ayam akan mengalami stres panas yang akan
menurunkan tampilan produksi karena berkaitan langsung dengan perubahanperubahan fisiologik, biokimiawi dalam tubuh, dan membangkitkan adaptasi perilaku
(behavior), yang semuanya memerlukan energi yang pada akhirnya menurunkan
penempilan ayam (Poultry Indonesia, 2007). Kelembaban udara relatif juga
berpengaruh terhadap stres panas melalui interaksi dengan suhu. Selain itu
kelembaban udara yang terlalu rendah akan menyebabkan dehidrasi pada ayam,
sedangkan kelembaban udara yang terlalu tinggi dapat menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan mikroorganisme patogen seperti coccidia pada litter (Oluyemi dan
Roberts, 1980).
Intesitas Cahaya
Rataan intensitas cahaya masing-masing warna lampu penerangan kandang
ayam broiler selama pemeliharaan dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Rataan Intensitas Cahaya setiap Warna Cahaya Lampu Penerangan
Minggu
Intensitas Cahaya (Lux)
Merah
Hijau
14,18
15,78
III
Bening
28,48
Biru
12,93
IV
28,96
14,85
18,99
14,00
V
26,14
12,33
16,11
11,67
Rataan
27,86
13,79
16,96
12,87
Pada Tabel 2 disajikan rataan intensitas cahaya lampu warna kuning 27,86 lux,
hijau 16,96 lux, merah 13,79 lux dan biru 12,87 lux. Intensitas cahaya tersebut berada
dalam kisaran normal seperti yang disarankan Oluyemi dan Roberts (1980) yaitu
2,69-53,8 lux. Intensitas cahaya yang lebih rendah dari kisaran normal dapat
menyebabkan degenerasi retina mata, buphthalamus, myopia, glaucoma dan
kerusakan lensa mata yang berakibat pada kebutaan (Busye et al., 1996), sedangkan
cahaya dengan intensitas yang tinggi dapat menyebabkan stres yang berakibat pada
penurunan laju pertumbuhan (Oluyemi dan Roberts, 1980).
Rataan intensitas cahaya masing-masing lampu penerangan kandang
meningkat pada minggu keempat. Peningkatan ini disebabkan oleh panambahan
sekam (litter), sehingga alat sensor pengukur cahaya (lux meter) semakin dekat
dengan sumber cahaya (lampu penerangan). Pada minggu kelima rataan intensitas
menurun kembali, ini disebabkan oleh penggantian sekam baru sehingga alat sensor
pengukur cahaya lebih jauh dari sumber cahaya. Penambahan dan penggantian sekam
ini dilakukan untuk menjaga kebersihan dan kelembaban sekam di dalam petak
kandang. Alas kandang cepat basah dan lembab disebabkan oleh feses ayam yang
cair. Feses cair ini disebabkan oleh suhu kandang yang tinggi, sehingga ayam banyak
minum (Butcher dan Miles, 2006).
Bobot Hidup
Secara umum bobot badan akhir ayam broiler dipengaruhi oleh pakan,
genetik, jenis kelamin, suhu dan tata laksana adalah seragam, sehingga tidak menjadi
faktor dalam mempengaruhi bobot badan akhir ayam broiler. Rataan bobot hidup
tidak menunjukan hasil yang berbeda. Dengan kata lain, perlakuan cahaya yang
berbeda tidak nyata berpengaruh terhadap bobot hidup ayam broiler.
Rataan bobot hidup ayam broiler per ekor pada umur 34 hari pada setiap
perlakuan warna lampu penerangan kandang, tercantum pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan Bobot Hidup Ayam Broiler pada Berbagai Warna Cahaya Lampu
Penerangan.
No
Warna Lampu Penerangan
Rataan Bobot Hidup (g/ekor)
1
Bening
1.561,20 85,95
2
Merah
1.461,10 119,47
3
Biru
1.512,50 136,36
4
Hijau
1.573,80 118,72
Rataan Bobot hidup yang didapatkan selama pemeliharaan adalah 1.527,12
gram/ekor dengan kisaran antara 1.461,10–1.573,80 gram/ekor. Rataan bobot hidup
yang dihasilkan masih sesuai dengan bobot hidup hasil penelitian Maulana (2007),
bobot hidup ayam broiler strain Ross yang dipelihara pada suhu lingkungan yang
sama selama 32 hari sebesar 1.416,5 gram/ekor. Untuk standar bobot hidup ayam
broiler strain Ross umur lima minggu adalah sebesar 1.768 gram/ekor.
Bobot hidup yang sama juga disebabkan oleh kondisi perlakuan pada saat
siang hari. Pada saat siang hari kandang perlakuan diberikan cahaya yang sama, yaitu
cahaya sinar matahari, sehingga hal ini memberikan pengaruh yang hampir sama pada
kondisi kandang perlakuan. Cahaya sinar matahari, menyebabkan aktivitas ternak
sama, meskipun diberikan perlakuan penyinaran yang berbeda pada malam harinya,
sehingga aktivitas makan maupun aktivitas pergerakan lainnya sama dengan ayam
pada perlakuan kontrol maupun pada perlakuan yang memakai warna cahaya yang
berbeda.
Konsumsi pakan juga menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap
perlakuan, jadi adanya penyinaran yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap konsumsi pakan, sehingga bobot hidup yang dihasilkan juga tidak
berbeda nyata.
Karkas dan Persentase Potongan Komersial
Hasil pengamatan mengenai pengaruh warna lampu penerangan terhadap
rataan persentase karkas dan persentase potongan komersial ayam broiler per ekor
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Pengamatan Pengaruh Warna Cahaya Lampu Penerangan Terhadap
Rataan Persentase Karkas dan Persentase Potongan Komersial Ayam
Broiler
Warna Lampu Penerangan
Peubah
Kuning
Merah
Hijau
Biru
Karkas (%)
68,60±5,10
68,57±5,04
68,66±1,43
67,79±1,98
Bagian dada (%)
38,14±2,47
38,10±1,76
38,71±1,42
38,86±0,69
Bagian Paha(%)
30,88±1,23
30,02±1,10
30,44±1,02
30,24±0,80
Bagian Sayap (%)
11,08±0,33
11,36±0,90
11,07±0,27
11,26±0,61
Bagian Punggung(%)
19,12±0,96
20,26±1,16
19,40±1,13
19,38±0,89
Persentase Karkas
Rataan persentase karkas yang diperoleh selama 34 hari penelitian sebesar
68,39% dengan kisaran persentase bobot karkas 67,79-68,69%. Hasil yang didapatkan
masih sesuai dengan pernyataan Pesti dan Bakalli (1997) yaitu persentase bobot
karkas ayam broiler berkisar antara 60,52-69,91% dari bobot hidup. Lesson dan
Summer (1980) menyatakan bahwa persentase karkas yang dihasilkan berkisar 64,772%. Menurut hasil penelitian Maulana (2007) persentase karkas broiler umur 32 hari
berkisar 69,11% dari bobot hidup. Menurut Bell dan Weaver (2002) persentase karkas
dengan bobot hidup sebesar 1.520 gram/ekor adalah 65,5%.
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa persentase karkas tidak dipengaruhi
oleh pemberian cahaya warna lampu penerangan berbeda. Hal ini disebabkan
kemampuan ayam yang relatif sama dalam mencerna makanan sehingga diperoleh
bobot hidup yang juga tidak berbeda. Kemampuan ayam untuk mencerna makanan
dapat digambarkan melalui data tentang konsumsi dan konversinya. Rataan konsumsi
pakan pada penelitian ini berkisar antara 2.418,7-2.556,8 gram/ekor.
Summer (2004) menyatakan bahwa ayam makan memenuhi kebutuhan
proteinnya. Protein yang terkandung dalam pakan nantinya akan digunakan untuk
pertumbuhan jaringan tubuh terutama jaringan otot yang pertumbuhannya sangat
cepat pada ayam. Pertumbuhan jaringan otot memerlukan asupan protein yang cukup
agar dapat tumbuh dengan optimal. Pada penelitian ini, konsumsi dan konversi pakan
tidak berbeda untuk setiap perlakuan. Hal ini berarti asupan protein juga tidak berbeda
serta kemampuan ayam dalam memanfaatkan protein yang terkandung dalam pakan
untuk pertumbuhan jaringan tubuhnya juga tidak berbeda sehingga menyebabkan
persentase karkas yang dihasilkan juga tidak berbeda.
Potongan Komersial Dada
Potongan komersial dada merupakan potongan komersial karkas yang paling
banyak mengandung daging. Menurut Amrullah (2002), potongan komersial dada
ayam broiler merupakan bagian yang empuk dan sedikit mengandung lemak.
Potongan dada diperoleh dari punggung pada persendian tulang bahu dan sepanjang
tulang belakang dan tulang rusuk.
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap persentase dada. Warna cahaya penerangan yang berbeda tidak
memberikan pengaruh terhadap aktivitas ayam sehingga aktivitas bergerak untuk tiap
perlakuan sama. Hal ini akan berakibat pada aktivitas otot dada yang tidak berbeda.
Bobot dada ada pada kisaran 38,06–38,86%, sangat jauh berbeda dengan penelitian
Bannowati (2006), bahwa persentase potongan komersial dada ayam broiler strain
Cobb pada umur 5 minggu sebesar 24,01-32,05%. Bahij (1991), menyatakan bahwa
potongan komersial dada merupakan bagian karkas yang banyak mengandung
jaringan otot sehingga perkembangannya lebih banyak dipengaruhi oleh zat makanan
khususnya protein. Penggunaan pakan yang sama pada penelitian ini menyebabkan
perkembangan potongan komersial dada hampir sama.
Potongan Komersial Paha
Potongan komersial paha merupakan bagian karkas yang banyak mengandung
jaringan otot sehingga perkembangannya lebih banyak dipengaruhi oleh zat makanan
khususnya protein (Bahij, 1991).
Rataan bobot potongan komersial paha ayam broiler umur 34 hari pada
penelitian ini berkisar antara 299,40–312,40 gram/ekor dengan persentase 30,0230,88%. Hasil ini menunjukan nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan hasil
penelitian Bannowati (2006), bahwa persentase pot
AYAM BROILER TERHADAP BOBOT HIDUP, PERSENTASE
KARKAS DAN POTONGAN KOMERSIAL KARKAS
SKRIPSI
SONY ARFIANSYAH
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
RINGKASAN
Sony Arfiansyah. D14103006. 2010. Efek Warna Cahaya Penerangan Berbeda
Pada Ayam Broiler Terhadap Bobot Hidup, Persentase Karkas dan Potongan
Komersial Karkas. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Hj. Ir. Niken Ulupi, MS.
Pembimbing Anggota : Ahmad Yani S. TP, MSi
Secara umum pertumbuhan ayam broiler dipengaruhi oleh cahaya. Cahaya
terdiri dari tiga aspek yang berbeda yaitu intensitas, lama pencahayaan, dan warna
cahaya. Pada kondisi lingkungan yang dapat dikendalikan, ayam mempunyai
kepekaan terhadap berbagai warna cahaya. Di antara warna cahaya yang ada, ayam
mempunyai kepekaan paling baik terhadap warna hijau, biru, merah, dan kuning.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai warna
cahaya lampu sebagai tambahan penerangan pada malam hari terhadap bobot hidup,
persentase karkas dan potongan komersial ayam broiler. Ternak yang digunakan
adalah ayam broiler strain Ross umur satu hari sebanyak 160 ekor yang dipelihara
sampai umur 34 hari. Perlakuan dimulai pada saat ayam berumur lima belas hari.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan empat perlakuan pemberian warna cahaya lampu penerangan yaitu kuning,
merah, biru dan hijau. Setiap perlakuan terdiri dari lima ulangan dengan masingmasing terdiri atas delapan ekor ayam. Peubah yang diukur adalah bobot hidup,
persentase karkas dan potongan komersial ayam broiler (dada, paha, sayap dan
punggung). Data yang diperoleh dianalisis dengan ragam.
Hasil penelitian pada masing-masing peubah yang diamati adalah sebagai
berikut: rataan bobot hidup yang diperoleh berkisar antara 1.461,10 – 1.573,80
gram/ekor. Persentase karkas berkisar antara 60,52 – 69,91 % dari bobot hidup.
Persentase dada, paha, sayap dan punggung yang diperoleh berkisar antara 38,06 –
38,86 %, 30,02 – 30,88 %, 12,67 – 15,67 % dan 22,46 – 23,34 %. Warna cahaya
lampu penerangan kandang yang diberikan setelah masa brooding tidak berpengaruh
terhadap bobot hidup, persentase karkas, dan persentase potongan komersial (dada,
paha, sayap, punggung).
Kata-kata kunci: warna cahaya lampu, broiler, bobot hidup, karkas, potongan
komersial karkas.
ABSTRACT
Effect of Lighting Colour on Broiler Growth
Sony Arfiansyah, N. Ulupi, Ahmad Yani
Lighting is one important factor affecting broiler growth. Light consist of three
different aspects those are intensity, duration and colour. The objective of the present
research was to observe the effect of lighting colour on the percentage of weight and
percentage of commercial carcass. A hundread sixty broiler chick (Ross strain) were
used in the research. A complete randomized design with four different colour
lighting (yellow, red, blue, and green) was used. Chickens were reared until 34 days.
The observed parameter were weight, the percentage of carcass, the percentage of
commercial carcass and the final body weight of the chicken. The result showed that
lighting colour did not significantly influence the weight and the percentage of
carcass, the percentage of commercial carcass (chest, thigh, wing and back) and the
final weight of chicken. The percentage weight of carcass ranged 66,52-69,91 %. The
percentage weight of chest, thigh, wing and back ranged 38,06-38,86 %, 30,02-30,08
%, 12,67-15,67 % and 22,46-23,34 %. The final weight of the chicken varied from
1.461,1-1.573,8 g. Lighting colour after brooding period (period of week 3 to week 5)
did not affect the observed parameters. The growth and development of each digestive
tract of the chicken was proportional to the daily gain.
Keyword : Lamp light colour, broiler, body weight, carcass percentage, commercial
cutting percentage.
EFEK WARNA CAHAYA PENERANGAN BERBEDA PADA
AYAM BROILER TERHADAP BOBOT HIDUP, PERSENTASE
KARKAS DAN POTONGAN KOMERSIAL KARKAS
SONY ARFIANSYAH
D14103006
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
Judul : Efek Warna Cahaya Penerangan Berbeda pada Ayam Broiler
Terhadap Bobot Hidup, Persentase Karkas dan Potongan
Komersial Karkas
Nama : Sony Arfiansyah
NIM
: D14103006
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Ir. Niken Ulupi, MS
NIP 19570127 198303 2 001
Ahmad Yani, S.TP, M.Si
NIP 19720503 199903 1 004
Mengetahui,
Ketua Departem
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr. Sc.
NIP. 19591212 198603 1004
Tanggal Ujian : 5 November 2010
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 25 Juni 1985. Penulis
adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Aep Saepudin dan Ibu
Lilis Kurniati.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Rimba Putera Bogor
pada tahun 1997, lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama di
SLTP Insan Kamil Bogor pada tahun 2000.
Setelah menyelesaikan pendidikan di SLTP Insan Kamil Bogor, pada tahun
2000 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Insan Kamil
Bogor dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun tersebut penulis diterima sebagai
mahasiswa di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI).
Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor penulis aktif di
Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak (HIMAPROTER) Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor pada tahun 2003-2004. Selain itu penulis juga mengikuti
berbagai kegiatan, antara lain dalam bentuk seminar nasional, paduan suara dan
kapanitiaan kegiatan kemahasiswaan.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan sebesar-besarnya pada Allah
SWT karena ridho dan rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skirsi
dengan judul
“Efek Warna Cahaya Penerangan Berbeda Pada Ayam Broiler
Terhadap Bobot Hidup, Persentase Karkas dan Potongan Komersial karkas”.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW,
keluarga, sahabat dan umatnya yang tetap istiqomah sampai akhir zaman. Skripsi ini
ditulis untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pada Program Sarjana
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini merupakan wujud peran
aktif dan kontribusi dalam dunia peternakan.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam kelancaran penelitian. Penulis pun menyadari bahwa penelitian
ini masih ada kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, tetapi penulis berharap
semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Bogor, Novenber 2010
Penulis
DAFTAR ISI
RINGKASAN………………………………………………………………
Halaman
i
ABSTRACT………………………………………………………………...
ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………...
vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….
vi
DAFTAR TABEL………………………………………………………….
ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….
x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… .
xi
PENDAHULUAN…………………………………………………………..
1
Latar Belakang………………………………………………………
Tujuan……………………………………………………………….
1
2
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………….
3
Ayam Broiler………………………………………………………..
Cahaya bagi Ayam Broiler………………………………………….
Fungsi Cahaya……………………………………………....
Mekanisme Rangsangan Cahaya……………………………
Intensitas Pencahayaan……………………………………...
Lama Pencahayaan………………………………………….
Warna dan Panjang Gelombang Cahaya……………………
Bobot Hidup………………………………………………………. .
Karkas…………………………………………………………….. ..
Potongan Komersial Karkas………………………………………. .
3
3
3
4
4
5
6
7
8
8
MATERI DAN METODE………………………………………………….
10
Lokasi dan Waktu………………………………………………… .
Materi……………………………………………………………….
Ternak………………………………………………………
Pakan dan Vitamin………………………………………. ..
Kandang Peralatan…………………………………………
Rancangan……………………………………………………….. ..
Prosedur………………………………………………………….. ..
Persiapan Kandang dan Peralatan………………………….
Pemeliharaan……………………………………………….
Pemotongan dan Pengambilan Sampel…………………….
Pengukuran Peubah…………………………………………
10
10
10
10
10
11
11
11
12
13
13
HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………….
15
Kondisi Lingkungan Mikro Kandang……………………………….
Kandang Penelitian………………………………………….
Suhu dan Kelembaban Udara Relatif Kandang……………..
Intensitas Cahaya…………………………………………….
15
15
15
16
Bobot Hidup…………………………………………………………
Karkas dan Persentase Potongan Komersial………………………...
Persentase Karkas……………………………………………
Potongan Komersial Dada…………………………………..
Potongan Komersial Paha………………………………… ..
Potongan komersial Sayap………………………………… .
Potongan Komersial Punggung…………………………… .
17
18
19
20
20
21
21
KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………….
22
Kesimpulan…………………………………………………………
Saran…………………………………………………………… ….
22
22
UCAPAN TERIMA KASIH………………………………………………
23
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… …...
24
LAMPIRAN………………………………………………………………
28
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Rekomendasi Program Pencahayaan untuk Ayam Broiler………
5
2. Rataan Intensitas Cahaya setiap Warna Lampu Penerangan……
16
3. Rataan Bobot Hidup Ayam Broiler pada Berbagai Warna Lampu
Penerangan……………………………………………………….
18
4. Hasil Pengamatan Pengaruh Warna Lampu Penerangan Terhadap
Rataan Persentase Karkas dan Potongan Komersial Ayam Broiler..
19
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Tampilan Kandang Penelitian………………………………
15
2. Tampilan Kandang pada Siang dan Malam Hari… ………
15
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Rataan Suhu Kandang Setiap Minggu Selama Penelitian…………
29
2. Estimasi Rataan Kelembaban Udara Relatif Kandang Setiap
Minggu Selama Penelitian………………………………………….
29
3. Komposisi Nutrisi Pakan Penelitian……………………………….
29
4. Rataan Konsumsi Pakan Broiler Selama Pemeliharaan……………
30
5. Mortalitas Broiler Selama Pemeliharaan…………………………..
30
6. Analisis Ragam Bobot Hidup………………………………………
30
7. Analisi Ragam Persentase Karkas…………………………………
30
8. Analisis Ragam Persentase Dada…………………………………
30
9. Analisis Ragam Persentase Paha…………………………………
30
10. Analisis Ragam Persentase Sayap………………………………
30
11. Analisis Ragam Persentase Punggung……………………………
31
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam merupakan hewan homeotermic, artinya ayam harus mempertahankan
suhu tubuh dalam kisaran normal untuk hidup dan berproduksi secara efisien.
Keadaan temperatur lingkungan yang cukup tinggi pada siang hari di daerah tropis
dapat menimbulkan cekaman panas yang dapat menurunkan konsumsi pakan. Untuk
menanggulangi keadaan ini perlu diberikan tambahan cahaya pada malam hari. Hal
ini akan memberikan kesempatan pada ayam untuk mengkonsumsi pakan yang lebih
banyak sehingga konsumsi nutrisi akan dapat terpenuhi. Disamping hal tersebut, suhu
pada malam hari yang lebih rendah memungkinkan terjadinya proses metabolisme
yang lebih baik yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap kecepatan
pertumbuhan.
Selain mempengaruhi konsumsi pakan, cahaya secara umum mempengaruhi
pertumbuhan ayam broiler. Unggas merespon cahaya dengan beragam cara yang
mencakup pertumbuhan dan performa produksi. Cahaya berfungsi dalam proses
penglihatan, merangsang siklus internal dan menstimulasi pelepasan hormon, baik
hormon pertumbuhan maupun hormon reproduksi. Pada kondisi lingkungan yang
dapat dikendalikan, ayam mempunyai kepekaan terhadap berbagai warna cahaya.
Cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda mempunyai efek yang
bervariasi pada retina mata dan dapat mengakibatkan perubahan pola tingkah laku
yang selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Di antara warna
cahaya yang ada, ayam mempunyai kepekaan paling baik terhadap warna hijau, biru,
merah, dan kuning (Widjaja dan Haerudin, 2006). Warna cahaya hijau dan biru
memberikan efek tenang pada ayam (Rozenboim et al, 2004) sehingga energi yang
digunakan lebih besar untuk pertumbuhan, hal ini dapat dilihat dari bobot badan akhir
yang lebih tinggi. Warna cahaya merah dan kuning dapat menimbulkan aktivitas
(Rozenboim et al., 2004; Widjaja dan Haerudin, 2006) yang menyebabkan rendahnya
pertumbuhan. Pertumbuhan yang rendah disebabkan oleh banyaknya energi yang
terpakai untuk beraktivitas. Dalam beraktivitas paha dan sayap adalah organ yang
banyak berperan. Dengan pemberian warna cahaya yang berbeda akan menyebabkan
terjadinya perbedaaan aktivitas, sehingga dengan adanya perbedaan aktivitas akan
mempengaruhi terhadap persentase beberapa bagian tertentu dalam tubuh ternak.
Warna cahaya penerangan dalam sistem kandang tertutup (closed house)
dengan kondisi suhu yang stabil dan optimal untuk pertumbuhan serta diberikan
selama 23 jam setiap harinya, memberikan efek yang berbeda terhadap aktivitas yang
selanjutnya berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler. Warna
cahaya merah dan kuning dapat meningkatkan aktivitas dan agresifitas, sementara
warna biru dan hijau justru sebaliknya dapat mengontrol agresifitas dan aktifitas ayam
sehingga ayam menjadi lebih tenang. Ayam broiler yang dipelihara dengan
penerangan cahaya lampu warna hijau atau biru
dengan intensitas 0,1 W/m2
menghasilkan bobot badan yang nyata lebih tinggi dibandingkan ayam yang
dipelihara dengan penerangan lampu warna merah (Rozenboim et al., 1999).
Pemeliharaan ayam broiler pada sistem kandang terbuka di daerah tropis
seringkali dengan suhu yang lebih tinggi dari suhu optimal untuk pertumbuhan.
Kondisi ini menyebabkan ayam mengalami cekaman panas sehingga ayam
meningkatkan konsumsi air minum yang berakibat penurunan konsumsi pakan. Untuk
menanggulangi masalah tersebut maka perlu diberi tambahan cahaya penerangan pada
malam hari. Akan dicobakan berbagai warna lampu penerangan pada sistem kandang
terbuka. Apakah warna cahaya lampu penerangan pada kandang tersebut masih
mampu memberikan efek terhadap aktivitas yang akan mempengaruhi pertumbuhan
yang tercermin dari persentase karkas dan potongan komersialnya.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pemberian berbagai warna cahaya
lampu sebagai tambahan penerangan pada malam hari terhadap
persentase karkas, dan potongan komersial karkas ayam broiler.
bobot hidup,
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Broiler
Ayam diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum chordate, class
aves, ordo Galliformes, family Phasianidea, genus Gallus, species Gallus gallus dan
subspecies Gallus gallus domesticus. Ayam yang dikembangkan oleh peternak
sekarang di seluruh dunia berasal dari ayam hutan liar yang dijinakan (domestikasi)
sekitar 8000 tahun yang lalu oleh masyarakat Asia (Poultry Indonesia, 2006). Lebih
lanjut dijelaskan bahwa strain ayam broiler berasal dari hasil silang antara White
Plymouth Rock dan White Cornish. Di Indonesia ayam broiler baru populer sejak
tahun 1980-an.
Menurut BAPPENAS (2000), ayam broiler merupakan jenis ras unggulan
hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktivitas tinggi.
Pemeliharaan ayam broiler relatif singkat yaitu sekitar lima sampai enam minggu.
Sebelumnya North dan Bell (1990) menyatakan bahwa ayam broiler merupakan hasil
rekayasa teknologi yang memiliki ciri khas dalam hal pertumbuhan bobot badan yang
cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah, siap dipotong pada umur
relatif muda dan menghasilkan daging berserat lunak.
Strain ayam broiler yang banyak beredar di pasaran adalah : Super 77, Tegel
70. ISA, Kim Cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro,
Plich, Yabro, Goto, Arbor Arcres, Tatum, Indian River, Hybro, Cornish, Brahma,
Langshans, Hypeco-broiler, Ross, Marshall”m”, Euribid, A.A 70, Sussex, Bromo dan
Cp 707 (BAPPENAS, 2000).
Cahaya bagi Ayam Broiler
Cahaya merupakan energi berbentuk gelombang yang dapat membantu proses
penglihatan, bergerak lurus ke semua arah, tidak dapat membelok dan dapat
dipantulkan. Sumber cahaya yang paling banyak digunakan dalam kandang tertutup
(closed house) untuk memproduksi ayam broiler bersumber dari lampu pijar
(Olanrewaju et al., 2006).
Fungsi Cahaya
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang mengontrol proses biologi dan
tingkah laku unggas. Cahaya berfungsi dalam proses penglihatan (Manser, 1996),
memungkinkan unggas untuk mengatur ritme harian dan mensinkronisasikan
beberapa fungsi penting di dalam tubuh seperti suhu tubuh dan bermacam tahapan
metabolis yang terkait dengan pemberian pakan dan pencernaan. Selain itu, cahaya
juga merangsang pola sekresi beberapa hormon yang mengontrol pertumbuhan,
pendewasaan, dan reproduksi (Olanrewaju et al., 2006).
Mekanisme Rangsangan Cahaya
Card dan Nesheim (1972) menyatakan bahwa unggas merupakan ternak yang
peka terhadap cahaya. Cahaya akan mempengaruhi proses biologis melalui aktivitas
hormonal, antara lain mempengaruhi pertumbuhan. Mekanisme proses fisiologis yang
terjadi dalam penerimaan rangsangan cahaya sehingga dapat mempengaruhi organ
tubuh, diawali dengan rangsangan mekanis pada syaraf penglihatan yang selanjutnya
secara kimia berlangsung melalui rangsangan hormonal.
Cahaya yang mengenai mata ayam akan diterima oleh reseptor pada mata
ayam, merangsang syaraf mata dan kemudian rangsangan ini diteruskan ke hypofisa.
Hasil kerja selanjutnya menyebabkan pengeluaran hormon pengendali dari hypofisa
anterior yang berfungsi mengatur pengeluaran kelenjar endokrin. Hormon pengendali
tersebut terdiri dari hormon stimulasi tiroid yang meningkatkan stimulasi tiroid dan
hormon somatotropik yang berfungsi mengatur pertumbuhan, yaitu mengendalikan
metabolisme asam amino dalam pembentukan protein.
Hormon pertumbuhan merupakan suatu hal yang penting dalam pengendalian
pertumbuhan dan aspek lainnya dari metabolisme dalam tubuh unggas, karena dapat
merangsang metabolisme lemak, karbohidrat dan protein. Kelenjar Endokrin lainnya
termasuk kelenjar pankreas, tiroid, dan adrenal serta berbagai fungsi kekebalan tubuh.
Intensitas Pencahayaan
Program pencahayaan pada tahap pertumbuhan awal, yaitu anak ayam yang
berumur antara satu sampai tujuh hari digunakan intensitas cahaya minimum 20 lux
yang diberikan secara terus menerus. Pemberian cahaya seperti ini bertujuan untuk
memastikan anak ayam dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya serta
meningkatkan aktivitas sehingga mengurangi terjadinya kelainan cacat pada kaki. Hal
ini dapat diindikasikan oleh konsumsi pakan dan air minum yang optimal. Pada tahap
pertumbuhan ayam selanjutnya, dilakukan pembatasan intensitas cahaya dan lama
pencahayaan antara dua sampai enam jam perhari (Olanrewaju et al., 2006).
Cahaya berimplikasi pada perubahan struktur morfologi mata. Cahaya yang
sangat rendah (< 5 lux) dapat menyebabkan retina mata, bupthalmos, myopia,
glaucoma, dan kerusakan lensa mata yang berakibat pada kebutaan (Busye et al.,
1996). Rekomendasi program pencahayaan untuk ayam broiler disajikan dalam Tabel
1
Tabel 1. Rekomendasi Program Pencahayaan untuk Ayam Broiler
Umur
(Hari)
0–7
Intensitas Cahaya
(Lux)
20,0
8 – 14
5,0
16 T ; 8 G
15 – 21
5,0
16 T ; 3 G ; 2 T ; 3 G
22 – 28
5,0
16 T ; 2 G ; 4 T ; 2 G
29 – 35
5,0
16 T ; 1 G ; 6 T ; 1 G
36 – 49
5,0
23 T ; 1 G
Periode Pencahayaan Perhari
23 T ; 1 G
Sumber :Randen et. al (1996)
Keterangan : T : Terang
G: Gelap
Lama Pencahayaan
Lama pencahayaan (photoperiode) yang pendek pada awal-awal tahap
pemeliharaan dapat mengurangi asupan pakan dan menekan tingkat pertumbuhan
(Olanrewaju et al., 2006). Hal ini disebabkan oleh periode penggelapan yang lebih
lama akan membatasi akses terhadap pakan, yang selanjutnya mengurangi asupan
pakan dan menekan pertumbuhan (Clansens et al., 2004).
Pencahayaan secara terus-menerus menyebabkan terjadinya gangguan ritme
harian (diurnal). Ayam broiler yang diberi cahaya terus menerus memiliki peluang
yang lebih tinggi terkena kelainan kaki dan tulang (Sanotra et al., 2002) dan efek
selanjutnya menyebabkan unggas mengalami kesulitan untuk mendapatkan pakan dan
air minum (Wong-Valle et al., 1993). Unggas yang tetap berada pada posisi ritme
harian, mampu secara normal mengatur pola tingkah laku seperti makan, tidur,
bergerak dan istirahat (Olanrewaju et al., 2006). Penggunaan cahaya secara terus
menerus menyebabkan ayam mudah stres dan tingkat mortalitas yang tinggi (Freeman
et al., 1981). Ayam broiler yang diberi pencahayaan secara bergantian (intermittent
lighting) mengalami pengurangan tingkat stres dibandingkan dengan ayam broiler
dalam kondisi pencahayaan terus menerus yang diukur berdasarkan plasma
kortikosteron. Plasma kortikosteron akan meningkat pada ayam broiler yang
mengalami stres (Puvadolpirod dan Thaxton, 2000d). Pemberian lama pencahayaan
enam belas jam dapat menurunkan stres fisiologis, peningkatan respon kekebalan,
peningkatan waktu tidur, peningkatan aktivitas total, peningkatan metabolisme tulang
dan peningkatan kesehatan kaki (Classen et al., 2004).
Unggas yang diberi perlakuan dengan periode gelap yang cukup, mempunyai
masalah kesehatan yang lebih sedikit seperti sudden death syndrome, mortalitas dan
gangguan pada kaki (Moore dan Siopes, 2000). Beberapa penjelasan secara fisiologis
dapat menerangkan kejadian ini. Melatonin merupakan hormon yang disekresikan
dari kelenjar pineal yang terlibat dalam proses ritme harian suhu tubuh. Beberapa
fungsi esensial metabolisme tubuh terkait dengan konsumsi pakan dan pencernaan
serta sekresi beberapa limphokines yang terkait dengan sistem kekebalan (Apeldoom
et al., 1999). Periode gelap harian diperlukan untuk membentuk pola sekresi hormon
melatonin secara normal. Melatonin yang disintesis dalam kelenjar pineal dan retina
unggas disekresikan selama periode gelap sebagai respon terhadap aktivitas
serotonin-N-acetyltransferase, yaitu enzim yang mengkatalisis sintesa melatonin baik
pada retina maupun kelenjar pineal (Binkley et al., 1973).
Lama pencahayaan tergantung pada umur ayam dan tipe kandang yang
digunakan (Blokguis, 1983). Pada sistem kandang yang didesain sebagai kandang
tertutup memungkinkan pengontrolan secara intensif terhadap faktor lingkungan
seperti suhu, kelembaban, kecepatan udara, gas, intensitas cahaya, warna dan lama
pencahayaan (Olanrewaju et al., 2006).
Warna dan Panjang Gelombang Cahaya
Panjang gelombang yang berbeda-beda diintrepetasikan oleh otak sebagai
warna cahaya. Gelombang cahaya tersebut mampu merangsang retina mata, yang
menghasilkan sensasi penglihatan yang disebut dengan pandangan, oleh karena itu
penglihatan memerlukan mata yang berfungsi dan cahaya yang nampak (United
Nations Environment Programme, 2006). Cahaya nampak adalah sebagian dari
spektrum yang mempunyai panjang gelombang antara 400 sampai 800 nanometer.
Gelombang cahaya dibawah 400 nanometer (ultraviolet/UV) dan diatas 800
nanometer (infra merah) tidak dapat dilihat.
Cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda mempunyai efek yang
bervariasi pada retina dan dapat mengakibatkan perubahan pola tingkah laku yang
selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ayam (Lewis dan Morris,
2000).
Warna cahaya lampu dapat mempengaruhi performa ayam broiler. Lampu
berwarna biru memberikan suasana tenang pada unggas, sementara lampu berwarna
merah dapat meningkatkan aktivitas mengepak-ngepakan sayap dan kanibalisme.
Lampu berwarna hijau kebiruan dapat menstilmulasi pertumbuhan anak ayam,
sementara warna lampu jingga kemerahan menstimulasi reproduksi (Rozenboim et
al., 1999; 2004). Menurut Widjaja dan Herudin (2006) lampu warna merah dan
kuning dapat meningkatkan aktivitas ayam sedangkan warna biru dan hijau
sebaliknya. Warna merah akan meningkatkan agresivitas dan aktifitas ayam sehingga
feed intake terpenuhi serta disarankan untuk periode brooding. Sebaliknya warna biru
dan hijau akan mengontrol agresifitas dan aktivitas ayam broiler agar tidak
berlebihan, selain itu warna biru dan hijau juga mampu menggertak sintesa protein
dan memberikan kesempatan pada ayam untuk melakukan perbanyakan serabutserabut otot dalam kondisi yang lebih tenang. Menurut Rozenboim et al. (2004)
cahaya hijau dapat merangsang pertumbuhan unggas muda, sedangkan cahaya biru
merangsang pada unggas yang lebih tua.
Menurut Olanrewaju et al. (2006) kemampuan ayam untuk memvisualisasikan
warna sama dengan manusia, akan tetapi ayam tidak dapat melihat dengan baik ketika
mendapat warna cahaya dengan panjang gelombang yang pendek (biru-hijau).
Dartnall et al. (1983) menyatakan bahwa unggas sensitif terhadap panjang gelombang
415, 455, 508, dan 571 nm, sedangkan pada manusia maksimal pada panjang
gelombang 419, 531 dan 558 nm.
Bobot Hidup
Menurut North dan Bell (1990) faktor-faktor yang mempengaruhi bobot hidup
ayam broiler adalah pakan, genetik, jenis kelamin, suhu, dan tatalaksana. Salah satu
faktor dalam tata laksana ini adalah pemberian cahaya pada ayam. Ayam broiler yang
dipelihara sampai umur 4 minggu dengan suhu 21,1 0C menghasilkan bobot hidup
1.060 gram/ekor, konsumsi pakan 1.490 gram/ekor dan konversi pakan 1.410
gram/ekor.
North dan Bell (1990) menyatakan bahwa peningkatan mingguan pada bobot
hidup tidak terjadi secara seragam. Menurut Oluyemi dan Roberts (1980) kenaikan
bobot hidup seiring dengan bertambahnya umur, selain itu diikuti oleh peningkatan
jumlah penutupan bulu, juga mempengaruhi peningkatan konsumsi pakan dan
menurunkan efisiensi penggunaan pakan.
Karkas
Definisi karkas menurut USDA yang dikutip oleh Mountney (1976) adalah
bagian tubuh ayam tanpa darah, bulu, kepala, kaki, dan organ dalam. Produksi ternak
daging umumya dinilai dengan menggunakan persentase karkas. Lubis (1992)
mendefinisikan persentase karkas sebagai perbandingan antara bobot karkas dengan
bobot hidup. Rendahnya bobot hidup tidak selalu menghasilkan persentase bobot
karkas yang lebih rendah. Menurut Summers (2004) bagian terbesar dari karkas
adalah daging, yaitu sekitar 54% dari karkas. Daging pada karkas paling banyak
terdeposisi pada bagian dada, paha atas (thighs), dan paha bawah (drumstick). Sekitar
70% bagian dada dan thighs adalah daging serta lebih sedikit lagi pada bagian
drumstick.
Lesson dan Summers (1980) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
persentase bobot karkas adalah bangsa, umur, jenis kelamin, bobot badan, dan pakan.
Persentase bobot karkas rata-rata ayam broiler umur enam minggu berkisar antara
64,7 – 71,2% dari bobot hidup.
Potongan Komersial Karkas
Pemotongan bagian-bagian komersial karkas dapat dilakukan secara manual
dengan pisau atau otomatis dengan mesin (Sams, 2001). Selain diperdagangkan dalam
bentuk utuh, karkas ayam juga diperjualbelikan dalam bentuk potongan bagian dada,
sayap, punggung, paha, dan kaki atau kepala (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Ayam
broiler lebih disukai jika dipotong menjadi beberapa bagian (Snyder dan Orr, 1964).
Sams (2001) menyatakan bahwa karkas ayam biasanya dipotong menjadi dua bagian,
empat bagian, delapan bagian atau sembilan bagian.
Potongan komersial dada mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi daripada
potongan yang lainnya karena perdagingan yang tebal di daerah ini. Bagian dada
merupakan tempat perletakan daging yang banyak, perkembangan tulang dada akan
menunjukan produksi daging (Mansjoer, 1981). Paha merupakan bagian karkas yang
mengandung jaringan otot terbanyak kedua setelah dada, perkembangannya banyak
dipengaruhi oleh pakan terutama kandungan protein (Bahij, 1991). Sayap adalah
potongan karkas yang memiliki bobot tulang lebih banyak dari pada daging. Potongan
punggung merupakan bagian yang terbesar persentase tulangnya dibandingkan
potongan komersial yang lainnya.
Menurut Bahij (1991), potongan komersial dada adalah bagian karkas yang
dipotong pada batas persendian taju tulang belikat hingga batas tulang punggung.
Potongan komersial sayap adalah bagian karkas yang dipotong mulai dari persendian
tulang pangkal lengan sampai persendian taju tulang belikat. Sedangkan potongan
komersial paha adalah bagian karkas yang dipotong dari sendi lutut sampai sendi
intertarsica.
Grey et al. (1982) menjelaskan bahwa persentase potongan komersial karkas
dipengaruhi oleh jenis kelamin dan umur. Selanjutnya Merkley et al. (1980)
melaporkan bahwa persentase potongan komersial karkas juga dipengaruhi strain dan
hasil persilangan antar strain. Dikatakan juga bahwa persentase potongan komersial
karkas yang terdiri dari paha bawah, paha atas, dada, sayap dan punggung terhadap
bobot hidup ayam broiler strain Hubbard masing-masing sebesar 15,96%; 17,94%;
27,76%; 13,42% dan 24,93%. Heath et al. (1984) menyatakan bahwa persentase
potongan karkas dipengaruhi oleh bobot, volume dan dimensi karkas tersebut.
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama lima minggu mulai dari bulan Maret sampai
dengan April 2007 di Laboratorium Lapang Kandang B (Kandang ayam),
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Materi
Ternak
Penelitian ini menggunakan 160 ekor anak ayam broiler (DOC) strain Ross
yang diproduksi oleh PT Cibadak Indah Sari Farm. Perlakuan dimulai pada saat ayam
berumur 2 minggu dengan bobot rata-rata 455,5 ± 25,29 gram/ekor dengan koefisien
keragaman 5,6%.
Pakan dan Vitamin
Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah PC 100 diproduksi oleh PT
Charoen Phokphand. Pakan dan air minum diberikan ad libitum. Vitamin yang
digunakan adalah Vita chick, Vita Strees. Vaksin yang digunakan adalah ND dan
Gumboro A produksi PT Medion.
Kandang dan Peralatan
Jumlah kandang yang digunakan sebanyak 20 petak dengan ukuran 1 x 1 m2.
Pada setiap petak kandang dipelihara delapan ekor ayam. Pada setiap kandang
dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum. Untuk penerangan kandang
digunakan lampu pijar bening 60 watt masing-masing sebanyak 20 buah dan lampu
berwarna (merah, biru dan hijau) serta lampu bening masing-masing sebanyak lima
buah dengan daya lima watt.
Peralatan yang digunakan antara lain bambu, kawat tali, kardus, kertas karton
putih, koran bekas, desinfektan, alat tulis, timbangan digital merk Acis berskala 0,1
gram, gunting, nampan, pita ukur berskala 0,1 cm, dan kertas label yang digunakan
untuk identifikasi level perlakuan. Label ditempelkan pada tempat pakan dan kandang
perlakuan.
Rancangan
Perlakuan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL). Sebagai perlakuan adalah warna cahaya lampu pijar yang
terdiri dari empat macam, yaitu lampu berwarna cahaya bening sebagai perlakuan
pertama (P1, kontrol), merah sebagai perlakuan ke-dua (P2), biru sebagai perlakuan
ke-tiga (P3), dan hijau sebagai perlakuan ke-empat (P4). Masing-masing perlakuan
terdiri dari lima ulangan dan setiap ulangan terdapat delapan ekor ayam broiler.
Peubah yang diamati meliputi bobot hidup, persentase karkas, persentase
potongan komersial karkas yang terdiri dari dada, paha, sayap, dan punggung. Data
yang diperoleh dalam satuan persentase dengan rentang data antara 0-30%
ditransformasi terlebih dahulu dengan transformasi akar kuadrat dan data persentase
yang lain dengan transformasi arcsin (√% ). Data yang diperoleh dianalisis ragam
dengan model sebagai berikut :
Yij = µ + αi + εij
Keterangan :
Yij
:
Nilai pengamatan pada penambahan warna cahaya lampu pijar ke-i dan
ulangan ke-j.
:
Nilai rataan umum.
αi
:
Pengaruh pemberian warna cahaya ke-i (i = 1,2,3, dan 4).
ij
:
Pengaruh galat pada pemberian warna cahaya lampu pijar ke-i dan
ulangan ke-j (j = 1,2,3,4 dan 5).
Hasil analisis yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Tukey (Steel dan
Torrie, 1997).
Prosedur
Persiapan Kandang dan Peralatan
Kandang dipersiapkan satu minggu sebelum ayam datang. Kandang
dibersihkan terlebih dahulu dan didesinfeksi, kemudian dilakukan pengapuran secara
merata. Peralatan yang digunakan, yaitu tempat pakan dan tempat air minum juga
didesinfeksi, kemudian dilakukan penaburan litter (sekam padi) dan pemasangan tirai
plastik dan selanjutnya dibiarkan sampai kering. Setelah penaburan litter kemudian
ditutupi dengan koran, hal ini dilakukan satu hari menjelang ayam datang.
Kandang diberi nomor urut dari 1 sampai 20. Pada minggu pertama dan
minggu kedua lampu pijar dengan daya (60 watt) berfungsi sebagai penghangat
sekaligus penerangan ruang kandang, untuk minggu selanjutnya lampu pijar hanya
berfungsi sebagai penerangan saja (yang diberi mulai jam 18.00 sampai dengan jam
06.00 WIB). Untuk tahap selanjutnya sampai umur potong (lima minggu) diberi
warna lampu pijar yang berbeda (warna merah, biru, hijau, dan kuning sebagai
kontrol) sesuai perlakuan pada setiap kandangnya dengan daya lima watt. Penempatan
warna cahaya lampu tersebut dalam masing-masing petak kandang dilakukan secara
acak.
Pemeliharaan
Penempatan ayam di dalam kandang dilakukan secara acak. Pada saat anak
ayam datang, diberikan air gula merah dengan konsentrasi lima persen untuk
mengganti energi yang hilang selama pengangkutan atau perjalanan. Pakan diberikan
pada pagi hari dengan pengecekan rutin siang dan sore harinya untuk mengetahui
ketersediaan pakan, sedangkan air minum diganti dua kali sehari agar kebersihan dan
kesegarannya tetap terjaga. Pada hari ke-empat diberikan vaksin ND tahap pertama
dan minggu kedua vaksin Gumboro. Vitamin anti stress terutama diberikan sebelum
dan sesudah penimbangan dan pemberian vaksin untuk mencegah cekaman pada
ayam.
Pada minggu pertama dan minggu ke-dua masing-masing kandang diberikan
cahaya penuh selama 24 jam yang berfungsi sebagai indukan sekaligus untuk
mempercepat proses adaptasi ayam terhadap lingkungannya, selepas itu cahaya lampu
hanya diberikan pada malam hari. Pengaturan ketinggian lampu pada massa brooding
(selama dua minggu) dilihat berdasarkan ayam di dalam kandang yang bertujuan
untuk memberikan suhu yang lebih nyaman. Ketinggian lampu pada umur ayam lima,
sembilan, dan empat belas hari adalah 10,15 dan 30 sentimeter yang diukur dari
permukaan litter (sekam padi). Setelah masa brooding sampai finisher (lima minggu)
ketinggian lampu 60 sentimeter.
Tirai kandang ditutup sepenuhnya baik siang maupun malam hari ketika ayam
berumur kurang dari satu minggu. Setelah ayam berumur di atas satu minggu tirai
kandang mulai dibuka sedikit-sedikit pada siang hari dan pada malam harinya ditutup
kembali sampai akhirnya tirai kandang dilepas. Tirai berfungsi untuk menahan air dan
angin saat terjadi hujan besar sekaligus menahan pancaran sinar matahari yang
berlebihan. Untuk menjaga kesehatan ayam dilakukan pembersihan lingkungan dan
penyemprotan kandang setiap tiga hari sekali serta penggantian litter jika dinilai telah
basah.
Pemotongan dan Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel sebesar 25 persen dari total ayam penelitian atau dua
ekor untuk tiap perlakuan dan tiap ulangan. Pemotongan ayam dilakukan pada umur
34 hari. Sebelum dilakukan pemotongan, ayam dipuasakan terlebih dahulu lebih
kurang dua belas jam. Pemuasaan bertujuan agar lebih mudah dalam processing dan
mengurangi kontaminasi pencemaran mikroorganisme ke karkas.
Pemotongan dilakukan dengan metode kosher style pada bagian occipito
atlantis, yaitu antara tulang kranial (kepala) dengan tulang atlas. Bagian yang
dipotong adalah pembuluh darah vena jugularis, arteri karotidea, esophagus, dan
trakea. Sebelumnya ayam digantung dengan posisi kepala di bawah dan setelah
dipotong dibiarkan lebih kurang selama dua setengah menit dalam posisi tersebut,
agar pengeluaran darah lebih banyak. Tahap selanjutnya ayam dicelupkan ke dalam
air panas dengan suhu sekitar 600C selama 30 detik, kemudian dimasukan ke dalam
mesin pencabut bulu. Setelah sampel ayam dibersihkan bulunya lalu ayam ditimbang
terlebih dahulu untuk mengetahui bobot karkas, lalu dilakukan pemotongan karkas
yang dapat diuraikan menjadi dada, paha, sayap, dan punggung.
Potongan bagian dada, dipotong pada persendian tulang belikat sampai batas
tulang punggung. Potongan bagian paha, dipotong sepanjang persendian tulang paha.
Potongan bagian sayap, dipotong mulai dari persendian tulang pangkal lengan sampai
persendian tulang belikat. Potongan bagian punggung, dipotong pada batas persendian
tulang belikat yang berbatasan dengan potongan dada sampai dengan persendian
tulang paha.
Pengukuran Peubah
Peubah yang diukur adalah bobot hidup, karkas, persentase potongan
komersial paha, sayap, dada dan punggung. Persentase bobot karkas diperoleh dari
bobot karkas dibagi dengan bobot badan akhir dan dikalikan dengan 100 persen.
Persentase potongan komersial karkas ayam broiler diperoleh dari pembagian masingmasing bobot potongan komersial dengan bobot karkas dikalikan 100 persen. Bobot
hidup diperoleh dari penimbangan ayam pada akhir pemeliharaan
Untuk lebih jelasnya, perhitungan peubah di atas dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Persentase bobot karkas =
Bobot karkas (g)
Bobot badan akhir(g)
Bobot dada (g)
X 100%
Persentase dada
=
Persentase paha
=
Persentase sayap
=
Persentase punggung
= Karkas (%) – Bagian Dada (%) – Bagian Paha (%) –
Bagian sayap (%)
Bobot karkas (g)
Bobot paha (g)
Bobot karkas (g)
Bobot sayap (g)
Bobot karkas (g)
X 100%
X 100%
X 100%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Lingkungan Mikro Kandang
Kandang Penelitian
Kandang penelitian yang digunakan yaitu tipe kandang dinding terbuka (open
sided wall house). Kandang ini di bagi menjadi beberapa sekat-sekat yang dibuat dari
bambu dan kardus dengan ukuran masing-masing 1 x 1 m2, setiap sekat diisi dengan
delapan ekor ayam. Desain kandang dan keadaan warna lampu penerangan dapat
dilihat pada Gambar. 1, 2 dan 3.
Keadaan kandang pada malam hari
Suhu dan Kelembaban Udara Relatif Kandang
Suhu dan kelembaban udara relatif merupakan suatu unsur lingkungan mikro
yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ayam. Pengukuran suhu
dilakukan setiap hari pada pagi hari, siang, dan malam hari dengan termometer bola
kering dan bola basah yang diletakan di dalam kandang. Hasil pengukuran suhu pada
pagi hari berkisar antara 25–28,2 0C dengan rataan 25,76 0C, siang hari berkisar antara
27,94–32,29 0C dengan rataan 31,09 0C dengan malam harinya 25–27,92 0C dengan
rataan 25,94
0
C. Estimasi rataan kelembaban udara relatif yang dicatat dari
pengukuran pagi, siang dan malam hari masing-masing 89,1; 71,1 dan 89,0%.
Suhu lingkungan dan kelembaban yang tinggi sangat berpangaruh terhadap
pertumbuhan ayam broiler (Butcher dan Miles, 2006). Stres panas merupakan
masalah utama dalam produksi unggas, tidak hanya suhu lingkungan yang tinggi
tetapi juga suhu yang berfluktuasi. Ini terjadi secara alami pada perubahan temperatur
siang dan malam. Ayam cenderung lebih baik berada pada suhu lingkungan tetap,
tetapi akan lebih stres berada pada suhu berfluktuasi. Ketika terjadi fluktuasi suhu,
ayam membutuhkan banyak energi untuk menjaga agar temperatur tubuhnya tetap
yaitu 41–42 0C. Apabila temperatur tubuh melebihi 42 0C kematian mulai terjadi
(Canadian Poultry Consultants, 2006).
Suhu dan kelembaban udara relatif dalam kandang penelitian berfluktuasi dan
lebih tinggi bila dibandingkan dengan kisaran suhu dan kelembaban udara relatif
optimal untuk pertumbuhan ayam broiler yaitu antara 18–26 0C dan 50-70%
(Oluyemi dan Roberts, 1980). Dengan suhu lingkungan yang lebih tinggi dari suhu
optimal untuk pertumbuhan, maka ayam akan mengalami stres panas yang akan
menurunkan tampilan produksi karena berkaitan langsung dengan perubahanperubahan fisiologik, biokimiawi dalam tubuh, dan membangkitkan adaptasi perilaku
(behavior), yang semuanya memerlukan energi yang pada akhirnya menurunkan
penempilan ayam (Poultry Indonesia, 2007). Kelembaban udara relatif juga
berpengaruh terhadap stres panas melalui interaksi dengan suhu. Selain itu
kelembaban udara yang terlalu rendah akan menyebabkan dehidrasi pada ayam,
sedangkan kelembaban udara yang terlalu tinggi dapat menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan mikroorganisme patogen seperti coccidia pada litter (Oluyemi dan
Roberts, 1980).
Intesitas Cahaya
Rataan intensitas cahaya masing-masing warna lampu penerangan kandang
ayam broiler selama pemeliharaan dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Rataan Intensitas Cahaya setiap Warna Cahaya Lampu Penerangan
Minggu
Intensitas Cahaya (Lux)
Merah
Hijau
14,18
15,78
III
Bening
28,48
Biru
12,93
IV
28,96
14,85
18,99
14,00
V
26,14
12,33
16,11
11,67
Rataan
27,86
13,79
16,96
12,87
Pada Tabel 2 disajikan rataan intensitas cahaya lampu warna kuning 27,86 lux,
hijau 16,96 lux, merah 13,79 lux dan biru 12,87 lux. Intensitas cahaya tersebut berada
dalam kisaran normal seperti yang disarankan Oluyemi dan Roberts (1980) yaitu
2,69-53,8 lux. Intensitas cahaya yang lebih rendah dari kisaran normal dapat
menyebabkan degenerasi retina mata, buphthalamus, myopia, glaucoma dan
kerusakan lensa mata yang berakibat pada kebutaan (Busye et al., 1996), sedangkan
cahaya dengan intensitas yang tinggi dapat menyebabkan stres yang berakibat pada
penurunan laju pertumbuhan (Oluyemi dan Roberts, 1980).
Rataan intensitas cahaya masing-masing lampu penerangan kandang
meningkat pada minggu keempat. Peningkatan ini disebabkan oleh panambahan
sekam (litter), sehingga alat sensor pengukur cahaya (lux meter) semakin dekat
dengan sumber cahaya (lampu penerangan). Pada minggu kelima rataan intensitas
menurun kembali, ini disebabkan oleh penggantian sekam baru sehingga alat sensor
pengukur cahaya lebih jauh dari sumber cahaya. Penambahan dan penggantian sekam
ini dilakukan untuk menjaga kebersihan dan kelembaban sekam di dalam petak
kandang. Alas kandang cepat basah dan lembab disebabkan oleh feses ayam yang
cair. Feses cair ini disebabkan oleh suhu kandang yang tinggi, sehingga ayam banyak
minum (Butcher dan Miles, 2006).
Bobot Hidup
Secara umum bobot badan akhir ayam broiler dipengaruhi oleh pakan,
genetik, jenis kelamin, suhu dan tata laksana adalah seragam, sehingga tidak menjadi
faktor dalam mempengaruhi bobot badan akhir ayam broiler. Rataan bobot hidup
tidak menunjukan hasil yang berbeda. Dengan kata lain, perlakuan cahaya yang
berbeda tidak nyata berpengaruh terhadap bobot hidup ayam broiler.
Rataan bobot hidup ayam broiler per ekor pada umur 34 hari pada setiap
perlakuan warna lampu penerangan kandang, tercantum pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan Bobot Hidup Ayam Broiler pada Berbagai Warna Cahaya Lampu
Penerangan.
No
Warna Lampu Penerangan
Rataan Bobot Hidup (g/ekor)
1
Bening
1.561,20 85,95
2
Merah
1.461,10 119,47
3
Biru
1.512,50 136,36
4
Hijau
1.573,80 118,72
Rataan Bobot hidup yang didapatkan selama pemeliharaan adalah 1.527,12
gram/ekor dengan kisaran antara 1.461,10–1.573,80 gram/ekor. Rataan bobot hidup
yang dihasilkan masih sesuai dengan bobot hidup hasil penelitian Maulana (2007),
bobot hidup ayam broiler strain Ross yang dipelihara pada suhu lingkungan yang
sama selama 32 hari sebesar 1.416,5 gram/ekor. Untuk standar bobot hidup ayam
broiler strain Ross umur lima minggu adalah sebesar 1.768 gram/ekor.
Bobot hidup yang sama juga disebabkan oleh kondisi perlakuan pada saat
siang hari. Pada saat siang hari kandang perlakuan diberikan cahaya yang sama, yaitu
cahaya sinar matahari, sehingga hal ini memberikan pengaruh yang hampir sama pada
kondisi kandang perlakuan. Cahaya sinar matahari, menyebabkan aktivitas ternak
sama, meskipun diberikan perlakuan penyinaran yang berbeda pada malam harinya,
sehingga aktivitas makan maupun aktivitas pergerakan lainnya sama dengan ayam
pada perlakuan kontrol maupun pada perlakuan yang memakai warna cahaya yang
berbeda.
Konsumsi pakan juga menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap
perlakuan, jadi adanya penyinaran yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap konsumsi pakan, sehingga bobot hidup yang dihasilkan juga tidak
berbeda nyata.
Karkas dan Persentase Potongan Komersial
Hasil pengamatan mengenai pengaruh warna lampu penerangan terhadap
rataan persentase karkas dan persentase potongan komersial ayam broiler per ekor
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Pengamatan Pengaruh Warna Cahaya Lampu Penerangan Terhadap
Rataan Persentase Karkas dan Persentase Potongan Komersial Ayam
Broiler
Warna Lampu Penerangan
Peubah
Kuning
Merah
Hijau
Biru
Karkas (%)
68,60±5,10
68,57±5,04
68,66±1,43
67,79±1,98
Bagian dada (%)
38,14±2,47
38,10±1,76
38,71±1,42
38,86±0,69
Bagian Paha(%)
30,88±1,23
30,02±1,10
30,44±1,02
30,24±0,80
Bagian Sayap (%)
11,08±0,33
11,36±0,90
11,07±0,27
11,26±0,61
Bagian Punggung(%)
19,12±0,96
20,26±1,16
19,40±1,13
19,38±0,89
Persentase Karkas
Rataan persentase karkas yang diperoleh selama 34 hari penelitian sebesar
68,39% dengan kisaran persentase bobot karkas 67,79-68,69%. Hasil yang didapatkan
masih sesuai dengan pernyataan Pesti dan Bakalli (1997) yaitu persentase bobot
karkas ayam broiler berkisar antara 60,52-69,91% dari bobot hidup. Lesson dan
Summer (1980) menyatakan bahwa persentase karkas yang dihasilkan berkisar 64,772%. Menurut hasil penelitian Maulana (2007) persentase karkas broiler umur 32 hari
berkisar 69,11% dari bobot hidup. Menurut Bell dan Weaver (2002) persentase karkas
dengan bobot hidup sebesar 1.520 gram/ekor adalah 65,5%.
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa persentase karkas tidak dipengaruhi
oleh pemberian cahaya warna lampu penerangan berbeda. Hal ini disebabkan
kemampuan ayam yang relatif sama dalam mencerna makanan sehingga diperoleh
bobot hidup yang juga tidak berbeda. Kemampuan ayam untuk mencerna makanan
dapat digambarkan melalui data tentang konsumsi dan konversinya. Rataan konsumsi
pakan pada penelitian ini berkisar antara 2.418,7-2.556,8 gram/ekor.
Summer (2004) menyatakan bahwa ayam makan memenuhi kebutuhan
proteinnya. Protein yang terkandung dalam pakan nantinya akan digunakan untuk
pertumbuhan jaringan tubuh terutama jaringan otot yang pertumbuhannya sangat
cepat pada ayam. Pertumbuhan jaringan otot memerlukan asupan protein yang cukup
agar dapat tumbuh dengan optimal. Pada penelitian ini, konsumsi dan konversi pakan
tidak berbeda untuk setiap perlakuan. Hal ini berarti asupan protein juga tidak berbeda
serta kemampuan ayam dalam memanfaatkan protein yang terkandung dalam pakan
untuk pertumbuhan jaringan tubuhnya juga tidak berbeda sehingga menyebabkan
persentase karkas yang dihasilkan juga tidak berbeda.
Potongan Komersial Dada
Potongan komersial dada merupakan potongan komersial karkas yang paling
banyak mengandung daging. Menurut Amrullah (2002), potongan komersial dada
ayam broiler merupakan bagian yang empuk dan sedikit mengandung lemak.
Potongan dada diperoleh dari punggung pada persendian tulang bahu dan sepanjang
tulang belakang dan tulang rusuk.
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap persentase dada. Warna cahaya penerangan yang berbeda tidak
memberikan pengaruh terhadap aktivitas ayam sehingga aktivitas bergerak untuk tiap
perlakuan sama. Hal ini akan berakibat pada aktivitas otot dada yang tidak berbeda.
Bobot dada ada pada kisaran 38,06–38,86%, sangat jauh berbeda dengan penelitian
Bannowati (2006), bahwa persentase potongan komersial dada ayam broiler strain
Cobb pada umur 5 minggu sebesar 24,01-32,05%. Bahij (1991), menyatakan bahwa
potongan komersial dada merupakan bagian karkas yang banyak mengandung
jaringan otot sehingga perkembangannya lebih banyak dipengaruhi oleh zat makanan
khususnya protein. Penggunaan pakan yang sama pada penelitian ini menyebabkan
perkembangan potongan komersial dada hampir sama.
Potongan Komersial Paha
Potongan komersial paha merupakan bagian karkas yang banyak mengandung
jaringan otot sehingga perkembangannya lebih banyak dipengaruhi oleh zat makanan
khususnya protein (Bahij, 1991).
Rataan bobot potongan komersial paha ayam broiler umur 34 hari pada
penelitian ini berkisar antara 299,40–312,40 gram/ekor dengan persentase 30,0230,88%. Hasil ini menunjukan nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan hasil
penelitian Bannowati (2006), bahwa persentase pot