Penambahan Biji Ketumbar (Coriandrum sativum L.) dalam Ransum terhadap Bobot Karkas,.Persentase Potongan Komersial, Lemak Abdominal, dan Kolesterol Karkas Broiler

RINGKASAN
FENNI ULDA SARI. D24080127. 2012. Penambahan Biji Ketumbar
(Coriandrum sativum L.) dalam Ransum terhadap Bobot Karkas, Persentase
Potongan Komersial, Lemak Abdominal, dan Kolesterol Karkas Broiler. Skripsi.
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Ibnu Katsir Amrullah, M.S
Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr.
Kekhawatiran yang ditimbulkan dari residu antibiotik menjadi alasan
perlunya sumber feed additive lain untuk menggantikan antibiotik dalam pakan.
Tanaman herbal sebagai bahan alami yang memiliki khasiat sebagai obat dan aman
digunakan, tidak meninggalkan residu pada ternak maupun produk ternak yang
dihasilkan. Biji ketumbar merupakan jenis herbal yang digunakan dalam penelitian
ini. Tanaman ketumbar memiliki manfaat sebagai bumbu dan rempah-rempah selain
untuk meningkatkan rasa juga mempunyai nilai medis, kandungan flavonoidnya
berperan menurunkan kolesterol, bermanfaat sebagai efek stimulasi dalam proses
pencernaan. Aktivitas biologis di dalamnya dapat merangsang enzim pencernaan dan
peningkatan fungsi hati, sehingga dapat meningkatkan nafsu makan. Biji ketumbar
banyak mengandung berbagai macam mineral dan vitamin sebagai nutrien yang
dibutuhkan ternak, sehingga berpotensi sebagai bahan pakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui pengaruh dari

penambahan biji ketumbar dalam ransum terhadap bobot karkas, persentase
potongan komersial, lemak abdominal, dan kolesterol karkas broiler. Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Lapang Bagian Unggas, Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan. Pemeliharaan dilakukan selama lima
minggu, sebanyak 120 ekor DOC (day old chiken) broiler komersial (strain Cobb CP
707) dibagi dalam 4 perlakuan dan 3 ulangan yang setiap ulangan terdiri dari 10 ekor
ayam. Perlakuan yang diberikan adalah: R0 = Ransum tanpa (0%) biji ketumbar, R1
= Ransum mengandung biji ketumbar 1%, R2 = Ransum mengandung biji ketumbar
2%, dan R3 = Ransum mengandung biji ketumbar 3%. Pakan dan air minum
diberikan ad libitum. Data yang diperoleh dianalisis statistik dengan menggunakan
Rancangan Acak lengkap (RAL) dan dilakukan uji lanjut polinomial ortogonal bila
antar perlakuan terdapat perbedaan.
Hasil sidik ragam memperlihatkan perlakuan penambahan biji ketumbar tidak
menunjukkan perbedaan pada bobot karkas, persentase potongan komersial, dan
lemak abdominal. Walaupun secara statistik tidak terdapat perubahan yang
signifikan, namun secara numerik memperlihatkan bahwa perlakuan dengan
penambahan biji ketumbar mampu meningkatkan bobot hidup akhir (1.183,331.310,33 g), bobot karkas (791,67-840,33 g), persentase potongan komersial, yaitu:
dada (30,55%-33,81%), paha atas (16,08%-17,44%), paha bawah (14,95%-16,22%),
sayap (11,98%-13,31%), dan punggung (22,70%-26,57%). Biji ketumbar pada level
3% mampu menurunkan kolesterol (8,71-29,43 mg/ 100 g) pada broiler.

Kata-kata kunci: biji ketumbar, bobot karkas, potongan komersial, lemak abdominal,
................kolesterol

ABSTRACT
Addition of Coriander Seeds (Coriandrum sativum L. ) to the Ratio on
Carcass Weight, Percentage of Commercial Cuts, Abdominal Fat,
and Carcass Cholesterol of Broiler
Sari, F. U., I. K. Amrullah, and R. Mutia
The consumer recently start to choose selectively broiler carcass, especially for
carcass with low fat and cholesterol. Fat and cholesterol from broiler chiken has
been known for the negative effect for human health. Coriander seed is known as
herbal medicine have containing active material which is able to reduce fat and
cholesterol. The research was conducted to determine the effect of the addition of
coriander seeds on carcass weight, percentage of commercial cuts, abdominal fat,
and carcass cholesterol of broiler. One hundred and twenty (1-day old) commercial
broiler chiken (Cobb CP 707) were randomly assigned to four treatments with three
replication (ten birds/ pen). The birds were fed experimental diets containing 0%
(R0), 1% (R1), 2% (R2), and 3% (R3) coriander seeds respectively. Water and feed
were provided ad libitum during five weeks experimental period. There were no
significant different on carcass weight (791,67-840,33 g), percentage of commercial

cuts: chicken breast (30,55%-33,81%), whole leg (16,08%-17,44%), drumstick
(14,95%-16,22%), wing (11,98%-13,31%), back (22,70%-26,57%), and abdominal
fat (18,70%-24,64)% in birds fed coriander seed as compared to control diet. Carcass
cholesterol (8,71-29,43 mg/ 100 g) of broiler was lower in 3% (R3) coriander seed
than other groups.
Keywords: coriander seed, carcass weight, percentage of commercial cut, abdominal
fat, cholesterol

 

 

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan

jumlah

penduduk


dan

perbaikan

di

bidang

ekonomi

menyebabkan permintaan daging semakin meningkat. Usaha peternakan yang dapat
memenuhi permintaan pasar untuk mencukupi kebutuhan akan protein hewani
dengan cepat adalah ternak ayam broiler. Broiler merupakan istilah yang biasa
dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki
karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhannya cepat, sebagai penghasil
daging dengan konversi makanan rendah, dan siap dipotong pada usia yang relatif
muda. Pakan menjadi faktor penting dalam mengembangkan usaha peternakan, pada
umumnya peternak memberikan ransum komersil dalam menjalankan usahanya
karena telah memenuhi standar kebutuhan zat-zat makanan yang telah ditetapkan.
Ransum komersil di dalamnya sudah terkandung bahan pakan tambahan

(feed/additive) yang sengaja ditambahkan pada ransum untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi ternak. Feed addtive yang umum digunakan adalah jenis antibiotik. Antibiotik
untuk memacu pertumbuhan dan mencegah penyakit. Antibiotik dapat memberikan
keseimbangan bakteri di dalam saluran pencernaan, dengan membunuh pertumbuhan
bakteri patogen dan meningkatkan populasi bakteri yang menguntungkan dalam
saluran pencernaan. Namun penggunaan antibiotik berakibat buruk bagi ternak,
karena resistensi ternak terhadap jenis-jenis mikroorganisme patogen tertentu. Selain
itu residu dari antibiotik akan terbawa dalam produk unggas yang berbahaya bagi
konsumen.
Perkembangan ilmu dan teknologi meningkatkan kesadaran masyarakat yang
menyebabkan konsumen lebih selektif dalam memilih produk agar sesuai dengan
selera, tidak terakumulasi residu antibiotik yang dapat membahayakan bagi
kesehatan, dan daging dengan kadar lemak dan kolesterol yang rendah.
Kekhawatiran yang ditimbulkan dari residu antibiotik menjadi alasan perlu dilakukan
penelitian untuk memperoleh sumber feed additive yang lain untuk menggantikan
antibiotik. Sumber feed additive lain yang dapat digunakan adalah tanaman herbal,
sebagai bahan alami yang memiliki khasiat sebagai obat dan aman untuk
menggantikan fungsi antibiotik.
1
 


Ketumbar merupakan jenis herbal yang digunakan dalam penelitian ini. Biji
ketumbar sangat berpotensi sebagai bahan pakan, karena mengandung beraneka
macam mineral dan vitamin. Tanaman ketumbar memiliki manfaat sebagai bumbu
dan rempah-rempah selain untuk meningkatkan rasa juga mempunyai nilai medis.
Kandungan flavonoidnya berperan menurunkan kolesterol dan sebagai antioksidan.
Biji ketumbar juga bermanfaat sebagai efek stimulasi dalam proses pencernaan.
Aktivitas biologis di dalamnya dapat merangsang enzim pencernaan dan peningkatan
fungsi hati, sehingga dapat meningkatkan nafsu makan. Fungsi yang terkandung
pada tanaman herbal sebagai sumber feed additive alternatif adalah kemampuannya
yang sama dengan antibiotik tetapi aman digunakan karena tidak meninggalkan
residu pada ternak maupun produk ternak yang dihasilkan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui pengaruh dari
penambahan biji ketumbar dalam ransum terhadap bobot karkas, persentase
potongan komersial, lemak abdominal, dan kolesterol karkas broiler.

2
 


TINJAUAN PUSTAKA
Ketumbar (Coriandrum sativum L.)
Tanaman ketumbar berupa semak semusim, dengan tinggi sekitar satu meter.
Buahnya berbentuk bulat, waktu masih muda berwarna hijau, dan setelah tua
berwarna kuning kecokelatan. Berdasarkan ukuran buahnya, ketumbar dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu Coriandrum sativum var sativum (ukuran buahnya besar),
Coriandrum sativum var microcarpum (ukuran buahnya kecil), dan Coriandrum
sativum var indicum (buahnya berbentuk lonjong). Berdasarkan diameter bijinya,
ketumbar dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Coriandrum sativum var vulgare
(diameter bijinya 3-6 mm) dan Coriandrum sativum var microcarpum (diameter
bijinya 1,5-3 mm) (Astawan, 2009).
  

Tanaman ketumbar di Indonesia dikenal dengan sebutan, yaitu: katuncar

(Sunda), ketumbar (Jawa, Gayo, dan Melayu), penyijang (Kerinci), katumbare
(Makasar dan Bugis), katumba (Padang, Nusa Tenggara, dan Bima), katombar
(Madura), keutumba (Aceh), katumbah (Bali), katumbaii (Gorontalo), dan hatumbar
(Medan) (Astawan, 2009). Menurut Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
(2004), secara taksonomi ketumbar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom

: Plantae

Sub kingdom : Trachebionta
Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Sub kelas

: Rosidae


Ordo

: Apiles

Famili

: Apiaceae

Genus

: Coriandrum

Spesies

: Coriandrum sativum

Menurut Astawan (2009), tanaman ketumbar berasal dari sekitar Laut Tengah
dan Kaukasus. Ketumbar berakar tunggang bulat, bercabang, dan berwarna putih.
Batangnya berkayu lunak, beralur, dan berlubang dengan percabangan dichotom

berwarna hijau. Tangkainya berukuran sekitar 5-10 cm. Daunnya majemuk,
3
 

menyirip, berselundang dengan tepi hijau keputihan. Tanaman dapat dipanen setelah
berumur tiga bulan. Tanaman ketumbar di Indonesia belum dibudidayakan secara
intensif dalam skala luas, penanaman hanya terbatas pada lahan pekarangan dengan
sistem tumpang sari dan jarang secara monokultur. Daerah

penanaman

yang

dianggap cocok dan sudah ada tanamannya adalah daerah Cipanas, Cibodas,
Jember, Boyolali, Salatiga, Temanggung, dan Sumatera Barat. Berbagai jenis biji
ketumbar dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Biji Ketumbar
Sumber: www.cybehealt.cbn.net.id 2011


Sifat Kimia, Fisika, Zak Aktif, dan Khasiat Ketumbar
Tanaman ketumbar memiliki manfaat sebagai bumbu dan rempah-rempah
selain untuk meningkatkan rasa juga mempunyai nilai medis (De.Souza et al., 2005).
Komponen aktif pada ketumbar adalah sabinene, myrcene, alfa-terpinene, ocimene,
linalool, geraniol, dekanal, desilaldehida, trantridecen, asam petroselinat, asam
oktadasenat, d-mannite, skopoletin, p-simena, kamfena, dan felandren. Komponenkomponen tersebutlah yang menyebabkan ketumbar memiliki reputasi yang bagus
sebagai komponen obat (Astawan, 2009).
Ketumbar mempunyai aroma yang khas, aromanya disebabkan oleh
komponen kimia yang terdapat dalam minyak atsiri. Ketumbar mempunyai
kandungan minyak atsiri berkisar antara 0,4%-1,1%. Komponen aktif pada ketumbar
adalah linalool yang berjumlah sekitar 60%-70% total minyak esensial dengan
komponen pendukung yang lainnya, yaitu geraniol 1,6%-2,6%, geranil asetat 2%3%, kamfor 2%-4%, dan mengandung senyawa golongan hidrokarbon berjumlah
sekitar 20% (α-pinen, β-pinen, dipenten, p-simen, α-terpinen, γ-terpinen, terpinolen,
4
 

dan fellandren) (Lawrence dan Reynolds, 1988; Guenther, 1990). Komposisi nutrien
per 100 g biji ketumbar.disajikan pada.Tabel.1.
Tabel 1. Komposisi Nutrien per 100 g Biji Ketumbar (as fed)
Komposisi
Energi Metabolis
Kadar Air
Protein
Lemak
Serat
Kalsium
Fosfor
Magnesium
Sodium
Potasium
Besi
Minyak Atsiri
Niasin (B3)
Riboflavin (B2)
Asam Folat (B9)
Vitamin C

Kkal
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
mg
mg
mg
mg

Sumber 1

Sumber 2

298
11,2
12,37
17,77
41,9
0,709
0,409
0,330
0,035
1,267
0,016
1
2,13
0,29
0,1
21

404
11,2
14,1
16,1
0,630
0,370
0,017
-

Sumber: 1USDA National Nutrient Data (2009)
................2Artikel Astawan (2009)

Biji ketumbar juga bermanfaat sebagai efek stimulasi dalam proses
pencernaan (Cabuk et al., 2003). Kandungan flavonoidnya berperan menurunkan
kolesterol (Chithra dan Leelamma, 1997), dan sebagai antioksidan (Wangensteen et
al., 2004). Biji ketumbar banyak mengandung vitamin. Vitamin yang banyak
terkandung dalam biji ketumbar adalah vitamin C dan B. Vitamin C berperan sebagai
antioksidan. Antioksidan berperan dalam mencegah dan mengurangi bahaya yang
ditimbulkan radikal bebas. Radikal bebas adalah suatu senyawa yang dapat
mengganggu metabolisme tubuh yang berbahaya bagi kesehatan (Wangensteen et al.,
2004). Minyak atsiri yang dikandungnya berkhasiat sebagai stimulan, penguat organ
pencernaan, merangsang enzim pencernaan, dan peningkatan fungsi hati, sehingga
dapat meningkatkan nafsu makan (Hernandez et al., 2004).
5
 

Penelitian Tentang Biji Ketumbar
Menurut Guler et al. (2005), penggunaan tepung biji ketumbar pada ransum
dengan level 0,5%, 1%, 2%, dan 4% terhadap performa puyuh, dimana pengunaan
biji ketumbar 2% dapat meningkatkan konsumsi ransum dan pertambahan bobot
badan lebih tinggi dibanding kontrol. Penggunaan 1% tepung biji ketumbar mampu
menurunkan nilai konversi pakan puyuh umur 1-6 minggu. Penggunaan 1%-4%
tepung biji ketumbar mampu meningkatkan persentase karkas pada puyuh. Menurut
Chithra dan Leelamma (1997), penambahan biji ketumbar pada makanan dapat
menurunkan produk peroksida lipid dan kolesterol darah, namun belum diketahui
taraf yang optimal untuk ternak. Selain itu, ransum ayam broiler dengan
suplementasi 0,3% biji ketumbar mampu meningkatkan bobot badan, konsumsi
ransum, dan menurunkan konversi pakan. Penggunaan 2% biji ketumbar dalam
ransum mampu meningkatkan bobot badan broiler strain Ross saat pemeliharaan
musim dingin, namun tidak efisien dalam konsumsi dan konversi pakan (Sunbul et
al., 2010).
Feed Additive
Menurut Suprijatna et al. (2005), beberapa bahan seperti antibiotik, xantofil,
antioksidan, koksidiostat, dan elektrolit perlu ditambahkan dalam pakan meskipun
jumlahnya relatif sedikit. Beberapa diantaranya berhubungan langsung dengan
metabolisme. Antibiotik berfungsi untuk memacu pertumbuhan mikroorganisme
patogen di saluran pencernaan. Efeknya meningkatkan proses pencernaan dan
penyerapan zat-zat makanan. Biasanya bahan kimia ini diberikan dalam pakan ayam
broiler pada periode starter dan grower.
Ayam Broiler
Broiler merupakan istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil
budidaya teknologi peternakan yang memiliki ciri khas pertumbuhannya cepat,
sebagai penghasil daging dengan konversi makanan rendah, dan siap dipotong pada
usia yang relatif muda. Menurut Amrullah (2004), ayam broiler termasuk ke dalam
ordo Galiformes, famili Phasianidae, genus Gallus, dan spesies Gallus domesticus
yang dihasilkan dari bangsa ayam tipe berat Cornish.
6
 

Ayam broiler merupakan ayam tipe berat pedaging yang lebih muda dan
berukuran lebih kecil, dapat tumbuh sangat cepat sehingga dapat dipanen pada umur
empat minggu yang ditujukan untuk menghasilkan daging dan menguntungkan
secara ekonomis jika dibesarkan. Bangsa ayam ini dipilih yang berbulu putih dan
seleksi diteruskan hingga dihasilkan ayam broiler seperti sekarang (Amrullah,.2004).
Bibit broiler dirancang untuk memuaskan konsumen yang menginginkan performa
yang konsisten dan produk daging yang beraneka ragam. Ayam ini dijumpai dalam
beberapa strain di Indonesia, beragamnya jenis strain ayam broiler yang beredar
sekarang ini pada dasarnya tidak jauh berbeda antara satu dengan yang lain dilihat
dari segi produktifitasnya. Broiler strain Cobb memiliki keunggulan dan
karakteristik tersendiri, yaitu pada perbaikan FCR, dan pengembangan genetik
diarahkan pada pembentukan daging dada (Charoen Pokphand, 2004). Standar
pertumbuhan ayam broiler strain cobb CP 707 disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Standar Pertumbuhan Ayam Broiler CP 707
Konsumsi pakan

Umur
.(minggu)

(g/ ekor)

1

Kumulatif

Bobot Badan
(g/ ekor)

Konversi Pakan

150

150

159

0,94

2

370

520

418

1,24

3

610

1130

800

1,24

4

800

1930

1265

1,53

5

990

2920

1765

1,65

6

1130

4050

2255

1,80

Sumber: Charoen Pokphand (2005)

Rekayasa

genetik,

perkembangan

teknologi

pakan,

dan

manajemen

perkandangan menyebabkan strain broiler yang ada sekarang lebih peka terhadap
formula pakan yang diberikan (Unandar, 2001). Menurut Wahju (2004), pakan
broiler harus mengandung energi yang cukup. Membutuhkan protein yang seimbang,
fosfor, kalsium, dan vitamin. Semua nutrien ini memiliki peran penting dalam tahaptahap hidupnya. Kebutuhan nutrien ransum broiler disajikan pada Tabel 3.

7
 

Tabel 3. Kebutuhan Nutrien Broiler (High Nutrient Density Diet)
Starter

Grower

Finisher

(0-3 minggu)

(4-5 minggu)

(6-7 minggu)

22

20

18

Energi Metabolis (kkal/ kg)

3050

3100

3150

Kalsium (%)

0,95

0,92

0,89

Fosfor Tersedia (%)

0,45

0,41

0,38

Methionin (%)

0,50

0,44

0,38

Methionin + Sistin (%)

0,95

0,88

0,75

Lysin (%)

1,30

1,15

1,00

Komponen
Protein Kasar (%)

Sumber: Lesson dan Summers (2005)

Respon Suhu Lingkungan Panas
Cekaman panas merupakan kondisi tubuh yang kepanasan, karena suhu atau
kelembaban lingkungan yang melebihi kisaran zona nyaman pertumbuhan (Austic,
2000). Indonesia merupakan daerah tropis secara umum suhu harian berfluktuasi
antara 27,7-34,6 °C dengan kelembaban 55,8%-86,6% (Badan Pusat Statistik, 2003).
Suhu dan kelembaban lingkungan yang direkomendasikan untuk pertumbuhan
optimum broiler yang memasuki umur tiga minggu adalah 25 °C dan kelembaban
60% (Charoen Pokphand, 2005). Besar kecilnya kerugian akibat suhu lingkungan
panas dipengaruhi oleh umur, bobot badan, suhu maksimum, lamanya cekaman yang
diterima, kecepatan perubahan suhu udara, kepadatan kandang, serta kandungan
nutrisi yang tidak sesuai kebutuhan (Austic, 2000).
Bobot dan Persentase Karkas
Muchtadi dan Sugiyono (1992) menyatakan bahwa komponen karkas terdiri
dari otot, lemak, tulang, dan kulit. Karkas ayam adalah bobot badan ayam setelah
dipotong dikurangi dengan kepala, leher, kaki, darah, bulu, serta organ dalam.
Persentase karkas sering digunakan untuk menilai produksi ternak daging. Persentase
karkas diperoleh dari perbandingan bobot karkas dengan bobot hidup ayam akhir
dikali 100%. Pesti dan Bakalli (1997) menyatakan bahwa ada hubungan yang erat
8
 

antara rasio energi dan protein dengan persentase karkas yaitu semakin tinggi rasio
energi dan protein maka semakin tinggi pula persentase karkas yang dapat diperoleh.
Menurut Pesti dan Bakali (1997), persentase karkas ayam broiler umur lima minggu
yaitu antara 60,52%-69,51%.
Menurut Soeparno (1994) bahwa produksi karkas erat hubungannya dengan
bobot hidup. Pendapat lain, Siregar (1980) menyatakan bahwa bobot karkas
dipengaruhi oleh strain, jenis kelamin, umur, bobot hidup, dan makanan. Konsumen
produk ayam kini semakin selektif dalam memilih karkas khususnya karkas dengan
kadar lemak dan kolesterol yang rendah. Kadar lemak dan kolesterol dalam daging
ayam broiler dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan manusia. Konsumen
cenderung untuk mengkonsumsi suatu produk pangan yang aman dengan kata lain
suatu produk hewani yang memiliki kadar lemak dan kolesterol yang rendah.
Lemak Abdominal
Menurut Amrullah (2004), lemak abdominal merupakan lemak yang
dihasilkan karena kelebihan energi asam lemak yang disimpan dalam tubuh terutama
di bawah kulit dan rongga perut. Turunnya tingkat pertumbuhan akan mengurangi
kebutuhan akan protein sehingga kelebihan protein akan disimpan dalam bentuk
lemak. Kadar lemak meningkat sejalan dengan meningkatnya umur. Pertambahan
bobot badan diikuti dengan terbentuknya akumulasi sejumlah lemak di rongga
abdominal yang tidak diinginkan. Menurut Lesson dan Summers (2000), dalam
keadaan normal persentase lemak abdominal berkisar antara 1%-2,5 % dari bobot
badan.
Kolesterol
Kolesterol berasal dari kata cholesterine yang berasal dari bahasa Yunani,
chole berarti empedu dan stereos berarti padat. Pada saat kolesterol pertama kali
ditemukan didapat dengan cara mengisolasi dari batu empedu. Penemuan ini terjadi
pada tahun 1932 oleh Wieland dan Wirdaus. Menurut Frandson (1992), kolesterol
merupakan zat alami yang terdapat dalam tubuh diperlukan dalam proses-proses
penting dalam tubuh. Kebutuhan kolesterol dalam tubuh sebagian besar dipenuhi
melalui sintesa kolesterol dalam tubuh dan dibentuk di dalam hati. Fungsi kolesterol
bagi tubuh adalah untuk mensintesis hormon seks, hormon korteks adernal yang
9
 

berperan dalam metabolisme dan keseimbangan garam dalam tubuh. Mayes (2003)
menyatakan bahwa sedikit lebih dari separuh jumlah kolesterol tubuh berasal dari
sintesis (sekitar 700 mg/ hari), dan sisanya berasal dari makan sehari-hari. Pada
konsumsi makanan yang beraneka ragam, kurang lebih setengah dari kolesterol
berasal dari biosintesis tubuh sendiri yang berlangsung di dalam usus, kulit, terutama
dalam hati (kira-kira 50%), selebihnya kolesterol diambil dari bahan makanan.
Potongan Komersial
Menurut Priyatno (2003), potongan komersial atau parting (chicken part)
istilah yang digunakan untuk menyebut karkas yang dipotong-potong menjadi
beberapa bagian menurut aturan atau pesanan tertentu atau bisa juga untuk persiapan
proses pengambilan tulang (boneless). Hasil pemotongan terdiri atas beberapa bagian
yaitu: dada ayam utuh (chicken breast), paha utuh (whole leg), sayap (wing), dan
punggung (back). Gambar 2. menyajikan gambar kerangka ayam. untuk
memudahkan dalam menentukan bagian-bagian potongan komersial ayam broiler.

Gambar 2. Kerangka Ayam
Sumber: Suprijatna et al., 2005

10
 

Keterangan gambar
1. Paruh
2. Pangkal paruh
3. Paruh bawah
4. Tulang-tulang leher
5. Ruas tulang leher
6. Jari kedua
7. Jari pertama
8. Jari ketiga
9. Meta carpus
10. Carpus
11. Radius

12. Lengan atas
13. Tulang belakang
14. Scapula
15. Tulang selangka
16. Tulang garpu
17. Tulang rusuk
18. Tulang panggul
19. Illium
20. Pubis
21. Ischium
22. Tulang ekor

23. Ruas tulang ekor
24. Tulang paha
25. Tulang dada
26. Lutut (tempurung lutut)
27. Fibula
28. Tibia
29. Tulang jalan
30. Jari kaki pertama
31. Jari kaki keempat
32. Jari kaki kedua
33. Jari kaki ketiga

Menurut Amrullah (2004), potongan komersial dapat lebih meningkatkan
daya tarik tersendiri dalam penjualan produk peternakan yang akan dipasarkan.
Proses ini dilakukan untuk memudahkan pembeli dalam memilih bagian produk yang
lebih disukai secara leluasa. Menurut Priyatno (2003), pemotongan kepala sebaiknya
dilakukan sebelum proses pengeluaran isi perut dengan maksud untuk memudahkan
pengeluaran isi perut. Tempat pemotongan kaki sendi berada di bawah lutut,
sehingga hasil pemotongannya membentuk seperti angka delapan. Sayap dipisahkan
dari punggung dengan cara memotong persendian sayap.

11
 

MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan Agustus hingga Oktober
tahun 2011. Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Lapang Bagian Unggas
(Kandang B), Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas
Peternakan (FAPET), Institut Pertanian Bogor (IPB). Analisa proksimat kandungan
biji ketumbar dilakukan di Laboratorium Terpadu, Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan (INTP), (FAPET, IPB). Analisa kolesterol karkas ayam broiler di
Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan (FKH, IPB).
 

 

 

 

 

 

                                                               Materi 
Ternak
Penelitian menggunakan 120 ekor ayam broiler umur satu hari (day old
chicken/ DOC) strain Cobb CP 707  dari PT Charoen Pokphand Indonesia di Parung,
terbagi dalam 4 perlakuan dengan 3 ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 10 ekor
ayam.

Kandang
Kandang yang digunakan sebanyak 3 buah kandang besar ukuran 5 m2,
dengan sistem litter dari sekam padi yang telah difumigasi. Setiap kandang dibagi
menjadi 4 petak dengan ukuran masing-masing petak 1 m2.

Peralatan Penunjang
Peralatan lain yang digunakan yaitu: tempat pakan (feeder tray dan feeder
tube), tempat minum, lampu pijar 60 watt, lingkar pembatas, pemanas buatan
(brooder), termometer, gelas ukur, tirai penutup, timbangan digital (DJ series
electronic balance), timbangan biasa, tali rafia, kertas koran, kompor gas, dan pisau.
Untuk sanitasi peralatan dan kandang digunakan: sapu, sikat lantai, kain pel, sabun,
kapur sirih, serta bahan kimia berupa larutan desinfektan.

12
 

Ransum
Bahan baku ransum yang digunakan adalah jagung kuning, dedak padi,
tepung ikan, bungkil kedelai, CPO (crude palm oil), CaCO3 (calcium carbonate),
DCP (dicalcium phosphate), premiks, L-lysin, DL-methionin, dan biji ketumbar.
Pemberian ransum dengan penambahan biji ketumbar dilakukan mulai awal DOC
datang hingga umur lima minggu. Peralihan ransum starter ke finisher dilakukan
dengan rasio perbandingan pemberian pakan starter : finisher, yaitu 75% : 25%, 50%
: 50%, 25% : 75%, dan 100% pakan fase .finisher. Pengenalan pakan dengan
pemberian secara bertahap dilakukan selama empat hari berturut-turut.

Prosedur
Pemilihan Biji Ketumbar
Biji ketumbar diperoleh dari pasar tradisional di Pasar Kota Bogor, Pasar
Parung, dan Pasar Cibereum-Ciampea. Biji ketumbar dari pasar-pasar tersebut
dipasok dari tanggerang (impor), Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Uji Kandungan Minyak Biji Ketumbar dengan Pemanasan
Biji ketumbar diuji dengan metode pemanasan (sangrai), disiapkan kompor
dan penggorengan tanpa minyak goreng. Biji ketumbar dimasukkan ke dalam
penggorengan, disangrai selama ±5 menit, lalu diamati aroma yang terbentuk
setelah,penyangraian. Tingkat aroma antar sampel yang terbentuk dibandingkan.
Aroma yang paling menyengat dari sampel, digunakan sebagai bahan baku ransum
penelitian. Biji ketumbar yang digunakan berbentuk bulat dan berwarna kuning
kecokelatan. Setelah itu, biji ketumbar digiling dengan mesin giling hingga
bertekstur tepung (mash).
Tahap Pembuatan Ransum Penelitian
Pembuatan ransum penelitian dan bahan baku ransum diperoleh dari PT
Indofeed Bogor. Komposisi bahan dan nutrien ransum penelitian disajikan pada
Tabel 4.

13
 

Tabel.4..Komposisi Bahan dan Nutrien Ransum Penelitian
Starter

Finisher

Bahan Pakan
R0

R1

R2

R0

R1

R2

R3

53,82

60,41

60,01

59,61

59,22

Jagung Kuning

54,14

Dedak Padi

6,00

5,17

4,85

4,01

5,17

4,73

4,30

3,86

Bungkil Kedelai

28,00

28,00 28,00

28,00

19,46

19,33

19,19

19,06

Tepung Ikan

6,05

5,99

5,93

5,88

9,39

9,45

9,52

9,58

3,61

3,38

3,34

3,09

3,37

3,27

3,18

3,08

0,00

1,00

2,00

3,00

0,00

1,00

2,00

3,00

CaCO3

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

Dicalcium Phosphate

0,50

0,50

0,50

0,50

0,50

0,50

0,50

0,50

Premiks2

0,50

0,50

0,50

0,50

0,50

0,50

0,50

0,50

L-Lysin

0,10

0,10

0,10

0,10

0,10

0,10

0,10

0,10

DL-Methionin

0,10

0,10

0,10

0,10

0,10

0,10

0,10

0,10

EM (Kkal/kg)

3050

3050

3050

3050

3100

3100

3100

3100

Bahan Kering (%)

84,23

84,42

84,47

84,68

84,13

84,42

84,32

84,42

Protein Kasar (%)

22

22

22

22

20

20

20

20

Lemak Kasar (%)

6,19

6,10

6,20

6,10

6,17

6,22

6,27

6,32

Serat Kasar (%)

2,97

3,30

3,66

3,98

2,81

3,16

3,51

3,87

Kalsium (%)

0,96

0,97

0,97

0,97

1,16

1,17

1,18

1,20

Fosfor Tersedia (%)

0,53

0,53

0,53

0,52

0,62

0,62

0,62

0,63

Lysin (%)

1,44

1,43

1,43

1,42

1,35

1,34

1,34

1,34

Methionin (%)

0,54

0,53

0,53

0,53

0,55

0,54

0,54

0,54

Crude Palm Oil (CPO)
Biji Ketumbar

1

54,26 53,68

R3

Komposisi Nutrien

Keterangan:..1Komposisi nutrien biji ketumbar (Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan,.2011), 2Komposisi premiks (disajikan di lampiran), komposisi nutrien bahan
pakan.(Lesson.dan/Summers,.2005),.EM.(Energi.Metabolis)..Perlakuan.:.RO.(Ransum
tanpa.(0%).bijibketumbar);R1.(Ransum..mengandung.1%.biji./ketumbar),.R2.(Ransum
mengandung,2%.biji..ketumbar);.dan.R3.(Ransum.mengandung 3%.biji.ketumbar).

Pembuatan ransum penelitian yang pertama dilakukan yaitu penimbangan
bahan baku ransum sesuai formulasi. Bahan pertama yang dicampur adalah jagung
kuning dan CPO (Crude Palm Oil). Bahan kedua yang dicampur adalah bungkil
kedelai dan tepung ikan. Bahan ketiga yang dicampur adalah tepung biji ketumbar,
dedak padi, CaCO3 (calcium carbonate), DCP (dicalcium phosphate), premiks,
L-lysin, dan DL-methionin. Seluruh bahan selanjutnya diaduk hingga homogen
14
 

dalam mesin pencampur (mixer). Bahan yang telah homogen kemudian dibentuk
menjadi pellet di mesin pellet. Proses selanjutnya adalah ransum dibentuk menjadi
crumble di mesin crumble. Ransum yang telah jadi kemudian ditimbang dan
dikemas sesuai perlakuan.
Sampel Bobot Karkas, Lemak Abdominal, Potongan Komersial, dan Kolesterol
Sampel diambil saat umur ayam lima minggu. Sebanyak 12 ekor ayam
(1ekor/ ulangan) dipotong (disembelih), dipegang kedua sayap dan kedua kaki,
kemudian diamkan beberapa saat sampai darahnya berhenti mengalir agar darah
dapat keluar dengan cepat dan sempurna. Setelah dipotong, ayam dibiarkan dalam
kondisi kepala berada di bawah selama beberapa menit. Selanjutnya, dicelupkan
ayam yang telah dipotong ke dalam air panas yang sudah disiapkan pada suhu sekitar
40-70 °C selama ±1 menit (sampai bulu sayap mudah dicabut), lalu dilakukan
pencabutan bulu secara manual. Bulu-bulu halus yang masih ada dibersihkan.
Setelah itu diambil lemak yang ada di sekeliling gizzard dan di sekitar kloaka, lalu
ditimbang sebagai data lemak abdominal. Setelah itu, dipotong pada leher dan kaki
ayam pada bagian sendi lutut. Untuk potongan komersial dipotong dan ditimbang
karkas pada bagian: dada, paha atas, paha bawah, punggung, dan sayap. Kolesterol
karkas pada daging ayam broiler bagian paha kanan atas sebanyak ±2 g, dicincang
sampai daging hancur dan homogen, lalu dilakukan analisa dengan menggunakan
metode Liberman Burchard.
Teknik Pemotongan Karkas Komersial
1..Potongan komersial dada: diperoleh dengan cara memotong bagian karkas pada
....daerah scapula sampai bagian tulang dada dan selanjutnya ditimbang (g).
2..Potongan komersial paha: diperoleh dengan cara memotong sepanjang persendian
....tulang paha selanjutnya ditimbang (g).
3..Potongan komersial punggung: diperoleh dari pemisahan tulang belakang sampai
....tulang panggul dan selanjutnya dilakukan penimbangan (g).
4.,Potongan komersial sayap: diperoleh dengan cara memotong bagian persendian
....antara lengan atas dengan scapula dan selanjutnya dilakukan penimbangan (g).

15
 

Analisa Kolesterol Karkas
Kolesterol karkas diukur dengan metode Lieberman Burchard. Sebanyak ±2
g sampel daging paha kanan atas yang sudah dicincang halus hingga homogen
dimasukkan ke dalam tabung. Setelah itu, ditambahkan 10 ml diethyl ether pro
analisis. Lalu diaduk dan dikocok hingga bercampur dengan baik, dibiarkan dietyl
ether pada suhu kamar selama 48 jam, sampai diethyl ether menguap seluruhnya.
Jaringan yang sudah diekstrak dikeluarkan dari tabung dengan pinset dan ekstrak
yang menempel pada tabung yang diencerkan dengan 1 ml Phospat Buffer Salin
(PBS) pada pH 7,2. Kemudian, disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15
menit. Supernatan dituangkan atau dipindahkam ke dalam tabung eppendorf dan siap
untuk dianalisa kolesterol. Lalu, dilakukan pembacaan absorbansinya dengan
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang (λ) 500 nm dengan
konsentrasi standar yang digunakan 200 mg/ dl. Nilai kolesterol diperoleh dari
perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Kolesterol.(mg/.100/g).=

Absorbans Sampel
Absorbans Standar

x.200.mg/.dl x

100
BBerat.Sampel

Rancangan dan Analisis Data
Perlakuan
Penelitian menggunakan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang
diberikan sebagai berikut:
R0 = Ransum tanpa (0%) biji ketumbar (kontrol)
R1 = Ransum mengandung biji ketumbar 1%
R2 = Ransum mengandung biji ketumbar 2%
R3 = Ransum mengandung biji ketumbar 3%

Peubah
1. Bobot.Hidup.Akhir.(g/.ekor).

....

.....Penimbangan..bobot/.ayam..hidup..pada/umur/lima./minggu//sebelum..dipotong.
16
 

2...Bobot.Karkas.(g).
Penimbangan bobot ayam setelah dipotong dan yang telah dikurangi darah, bulu,
kepala, leher, kaki, dan organ dalam selain paru-paru.
3.. Persentase.Karkas.(%).
Diperoleh dengan membagi bobot karkas dengan bobot hidup broiler akhir
penelitian dikalikan 100%.
4.. Bobot Potongan Komersial Karkas (g).
Diperoleh dari pemotongan karkas yang telah dipotong menjadi bagian-bagian
sebagai berikut: dada, paha atas, paha bawah, punggung, dan sayap.
5., Persentase Potongan Komersial Karkas (%).
Diperoleh dengan membagi masing-masing potongan komersial karkas dengan
bobot karkas dikalikan 100%.
6.. Lemak Abdominal.(g).
Berat lemak abdominal pada bagian sekeliling gizzard dan sekitar kloaka pada
ayam broiler umur.lima.minggu.
7...Persentase.Lemak.Abdominal.(%).
Diperoleh dengan membagi berat lemak abdominal.dengan bobot hidup dikalikan
100%.
8. Kolesterol Karkas (mg/ 100 g).
Data ini diperoleh dengan melakukan analisa karkas pada paha kanan atas dengan
metode Lieberman Burchard.
Rancangan
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang
terdiri atas empat perlakuan dan tiga ulangan. Setiap ulangan terdiri dari sepuluh
ekor ayam. Model matematika dalam rancangan tersebut adalah sebagai berikut:
Yij = µ + τi + εij
Keterangan :
Y

: nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ

: nilai rataan umum
17

 

τ1

: efek perlakuan ke-i

εij

: galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati dilakukan analisis ragam
(ANOVA). Perlakuan yang berpengaruh nyata (p(R0), jadi
peningkatan bobot karkas seiring dengan peningkatan bobot hidup akhir, dan sesuai
dengan pendapat Soeparno (1994) mengatakan bahwa produksi karkas erat
hubungannya dengan bobot hidup.
Pendapat lain, Siregar (1980) menyatakan bahwa bobot karkas dipengaruhi
oleh strain, jenis kelamin, umur, bobot hidup, dan makanan. Dilihat dari data yang
ada bahwa bobot hidup akhir perlakuan (R3)>(R2)>(R1)>(R0) tetapi bobot karkas
perlakuan (R2)>(R3)>(R1)>(R0).
Menurut Hernandez et al. (2004), biji ketumbar mengandung minyak atsiri
yang berkhasiat sebagai stimulan, penguat organ pencernaan, merangsang enzim
pencernaan, dan peningkatan fungsi hati sehingga dapat meningkatkan nafsu makan.
Jadi, dapat dikatakan makanan/.pakan dengan penambahan biji ketumbar
mempengaruhi bobot karkas tetapi tidak menunjukkan pengaruh yang nyata.
Persentase Karkas
Persentase karkas merupakan perbandingan bobot karkas dengan bobot hidup
ayam akhir penelitian dikali 100%, sehingga bobot hidup yang besar akan diikuti
pula oleh bobot karkas yang besar begitupun sebaliknya. Untuk melihat pengaruh
dari perlakuan terhadap persentase karkas, maka dilakukan analisa ragam..Hasil sidik
ragam menunjukkan bahwa perlakuan (R1), (R2,) dan (R3). tidak memberikan
perbedaan yang nyata terhadap persentase karkas ayam broiler, dibandingkan dengan
ransum kontrol. Penelitian ini menggunakan ransum yang memiliki kandungan
energi metabolis dan protein yang sama. Menurut Pesti dan Bakalli (1997), ada
hubungan yang erat antara rasio energi dan protein dengan persentase karkas, yaitu
semakin tinggi rasio energi dan protein maka semakin tinggi pula persentase karkas
yang dapat diperoleh. Penambahan biji ketumbar diduga tidak terlalu mempengaruhi
efisiensi penggunaan energi dan protein ransum tersebut, sehingga persentase karkas
yang dihasilkan tidak berbeda nyata secara statistik.
Pesti dan Bakali (1997) menyatakan bahwa persentase karkas ayam broiler
umur panen lima minggu yaitu antara 60,52%-69,51%, hal ini menunjukkan bahwa
semua perlakuan dalam penelitian ini menghasilkan persentase karkas yang masih
dalam kisaran yang dinyatakan Pesti dan Bakali (1997) tersebut yaitu antara 63,25%
- 67,32%.
22 
 

Lemak Abdominal
Menurut Amrullah (2004), lemak abdominal merupakan lemak yang
dihasilkan karena kelebihan energi asam lemak yang disimpan dalam tubuh terutama
di bawah kulit dan rongga perut. Produksi ayam broiler ditujukan untuk tumbuh
lebih cepat dengan bobot tubuh yang cukup dan konversi pakan yang baik, tetapi
konsekuensinya lemak tubuh meningkat. Lemak.abdominal pada penelitian ini
adalah lemak yang terdapat di sekeliling gizzard dan di sekitar kloaka. Persentase
lemak abdominal yaitu perbandingan berat lemak abdominal dengan bobot hidup
dikali 100%. Perbedaan kuantitas lemak abdominal adalah hasil perbedaan kecepatan
pertumbuhan, ada pembawaan lemak abdominal meningkat dengan meningkatnya
bobot tubuh.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan terhadap
kandungan lemak abdominal tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol.
Minyak atsiri dalam biji ketumbar 0,5%-1% berkhasiat meningkatkan palatabilitas
makanan dan antimikroba (Isao et al., 2004). Hal ini mengakibatkan jumlah energi
yang dikonsumsi akan lebih banyak. Selanjutnya akan meningkatkan jumlah
kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Kelebihan energi
tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya kelebihan lemak tubuh. Tinggi
rendahnya lemak abdominal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi selera
konsumen terhadap ayam broiler. Penimbunan lemak yang tidak berlebihan untuk
dipasarkan merupakan hal penting, karena akan memberikan penampilan karkas
yang baik dan memperbaiki kualitas daging, karena lemak yang berlebihan dapat
membahayakan kesehatan.
Kolesterol Karkas
Kolesterol merupakan zat alami yang terdapat dalam tubuh diperlukan dalam
proses-proses penting dalam tubuh. Kebutuhan kolesterol dalam tubuh sebagian
besar dipenuhi melalui sintesa kolesterol dalam tubuh dan dibentuk di dalam hati
(Frandson, 1992). Hendrawati (1999) menyatakan bahwa kolesterol dalam daging
ayam broiler yang baik berkisar antara 80 sampai 91 mg/ 100 g. Manusia
membutuhkan rata-rata 1,1 g kolesterol setiap hari untuk memelihara dinding sel dan
fungsi fisiologis lain. Sekitar 25%-40% dari jumlah tersebut berasal dari makanan
dan selebihnya disintesis dalam tubuh. Tabel 8. memperlihatkan bahwa penambahan
23 
 

biji ketumbar dalam ransum mampu menurunkan kolesterol karkas paha kanan atas
ayam broiler. Perlakuan (R3) dengan penambahan biji ketumbar 3% nilai kolesterol
karkas berada dibawah kadar kolesterol kontrol (R0). Menurut Chithra dan
Leelamma (1997), ketumbar ada kandungan flavonoid berperan menurunkan
kolesterol. Penambahan biji ketumbar 3% efektif untuk menurunkan kolesterol.
Menurut Robinson (1995), zat aktif flavonoid mempunyai sifat tidak larut
pada enzim-enzim pencernaan dan lipid. Hal ini dapat membantu kinerja garam
empedu, fungsi utama garam empedu dan lesitin dalam empedu adalah untuk
membuat gelembung siap untuk dipecah oleh pengadukan di dalam usus halus.
Empedu mengandung air, garam-garam pigmen empedu, kolesterol, dan lipid. Akibat
dari peningkatan sekresi empedu dan pankreas ke duodenum, ekskresi asam empedu
dan kolesterol akan dikeluarkan bersama feses.
Potongan Komersial
Potongan komersial istilah yang digunakan untuk menyebut karkas yang di
potong-potong menurut pesanan. Merkley et al. (1980), membagi karkas menjadi
lima bagian besar potongan komersial yaitu dada, pangkal paha, paha bawah, sayap,
dan punggung. Persentase potongan komersial dalam penelitian ini adalah rasio
bobot potong komersial dengan bobot karkas dikali 100%. Menurut Amrullah
(2004), ayam broiler dapat menghasilkan daging dalam jumlah banyak, bagianbagian tubuh ayam broiler tidak sama rasanya satu dengan yang lain, pada bagian
betis lebih keras karena lebih berotot, bagian dada lebih empuk dan sedikit
mengandung lemak.
Menurut Priyatno (2003), potongan komersial atau parting (chicken part)
istilah yang digunakan untuk menyebut karkas yang dipotong-potong menjadi
beberapa bagian menurut aturan atau pesanan tertentu atau bisa juga untuk persiapan
proses pengambilan tulang (boneless). Potongan komersial ini merupakan suatu
proses yang dilakukan untuk memudahkan pembeli dalam memilih bagian produk
yang lebih disukai secara leluasa. Potongan komersial dapat lebih meningkatkan
daya tarik tersendiri dalam penjualan produk peternakan yang akan dipasarkan. Hasil
penelitian penambahan biji ketumbar terhadap persentase potongan komersial
dengan pemeliharaan selama lima minggu disajikan pada Tabel 9.
24 
 

Tabel 9. Persentase Potongan Komersial Ayam Broiler Umur 5 Minggu
Peubah

Perlakuan

Dada

(%)

Paha atas

(%)

Paha.bawah

(%)

Sayap

(%)

Punggung

(%)

R0
30,55
± 1,51
16,92
± 0,82
15,83
± 0,18
12,17
± 1,49
24,51
± 1,56

R1
33,81
± 1,32
16,08
± 0,91
14,95
± 0,37
12,54
± 0,09
22,70
± 0,91

R2
31,59
± 1,52
17,44
± 1,90
16,22
± 2,06
13,31
± 0,87
26,57
± 3,98

R3
32,47
± 1,54
17,41
± 1,38
15,98
± 2,07
11,98
± 0,60
24,84
± 2,07

Keterangan : RO (Ransum tanpa (0%) biji ketumbar/ kontrol); R1 (Ransum + 1% biji ketumbar);
R2 (Ransum.+ 2% biji.ketumbar);.dan R3 (Ransum + 3% biji ketumbar).

Potongan Komersial Dada
Dada merupakan potongan yang paling banyak disukai oleh konsumen karena
memiliki daging yang tebal serta rendah kandungan lemaknya. Hasil statistik dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan biji ketumbar dalam ransum pada
taraf yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap potongan
komersial dada. Menurut Amrullah (2004) persentase potongan komersial dada umur
lima minggu adalah 30,1% pada jantan dan 29,7% betina. Penelitian yang dilakukan
kisaran persentase potongan komersial dada yaitu 31,59%-33,81%, dapat dikatakan
pakan dengan penambahan biji ketumbar mempengaruhi persentase potongan
komersial tetapi tidak menunjukan pengaruh yang nyata.
Komersial Paha
Potongan

komersial

paha

merupakan

bagian

karkas

yang

banyak

mengandung jaringan otot sehingga perkembangannya lebih banyak dipengaruhi
oleh zat makanan khususnya protein (Bahij, 1991). Betis lebih keras karena lebih
berotot (Amrullah, 2004). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan
biji ketumbar dengan taraf yang berbeda dalam ransum tidak berpengaruh nyata
terhadap potongan komersial paha atas dan paha bawah pada penelitian ini.

25 
 

Potongan Komersial Sayap
Sayap merupakan bagian karkas yang lebih banyak mengandung jaringan
tulang daripada jaringan otot, maka yang lebih berpengaruh adalah mineral ransum
untuk masa pertumbuhannya (Basoeki, 1983). Berdasarkan hasil uji statistik
menunjukkan bahwa penambahan biji ketumbar dalam ransum tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap persentase potongan komersial sayap pada penelitian
ini.
Potongan.Komersial.Punggung
Punggung merupakan bagian karkas yang banyak mengandung jaringan
tulang sehingga yang lebih berpengaruh dalam masa pertumbuhannya adalah mineral
ransum (Basoeki, 1983). Perlakuan pemberian pakan dengan penambahan biji
ketumbar dalam ransum ternyata tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
potongan.komersial.punggung.
Keuntungan Penggunaan Biji Ketumbar dalam Ransum
Data-data mengenai evaluasi biaya penggunaan biji ketumbar dalam ransum
terhadap pertambahan bobot badan broiler umur lima minggu disajikan Tabel 10.
Tabel.10..Biaya Penggunaan Biji Ketumbar dalam Ransum Terhadap Pertambahan
....

Bobot Badan Broiler Umur 5 Minggu

Penilaian
Konsumsi Ransum Starter (g/ekor)
Harga Ransum Starter (Rp/Kg)
Biaya Ransum Starter (Rp/ekor)
Konsumsi Ransum Finisher (g/ekor)
Harga Ransum Finisher (Rp/Kg)
Biaya Ransum Finisher (Rp/ekor)
Total Biaya Ransum (Rp/ekor)
Pertambahan Bobot Badan (g/ekor)
Biaya Ransum Perbobot Badan (Rp/g)

Perlakuan
R0
815,74
6.350
5.180
1.383
6.200
8.576
13.756
1.175
11,70

R1
691,87
6.500
4.497
1.339
6.400
8.568
13.065
1.173
11,14

R2
835,81
6.700
5.600
1.388
6.550
9