Pemanfaatan Roti Afkir Dalam Ransum Terhadap Karkas Itik Peking Umur 1-8 Minggu
PEMANFAATAN ROTI AFKIR DALAM RANSUM TERHADAP KARKAS ITIK PEKING UMUR 1-8 MINGGU
SKRIPSI Oleh :
YOGIE BELLABUR 090306017
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara
PEMANFAATAN ROTI AFKIR DALAM RANSUM TERHADAP KARKAS ITIK PEKING UMUR 1-8 MINGGU
SKRIPSI Oleh :
YOGIE BELLABUR/PETERNAKAN 090306017
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara
Judul Skripsi
Nama NIM Program Studi
: Pemanfaatan Roti Afkir Dalam Ransum Terhadap Karkas Itik Peking Umur 1-8 Minggu : Yogie Bellabur : 090306017 : Peternakan
Disetujui oleh: Komisi Pembimbing
Ir.Tri Hesti Wahyuni, M.Sc. Ketua
Usman Budi, SPt. Msi Anggota
Diketahui oleh
Dr.Ir. Ma’ruf Tafsin M.Si. Ketua Program Studi Peternakan
Tanggal ACC :
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
YOGIE BELLABUR: Pemanfaatan Roti Afkir Dalam Ransum terhadap Karakas itik Peking Umur 1-8 Minggu, dibimbing oleh TRI HESTI WAHYUNI dan USMAN BUDI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan roti afkir terhadap bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas. Penelitian ini dilaksanakan di jl. Bunga raya 3 no 87 Asam Kumbang, yang berlangsung pada bulan Desember sampai dengan Januari 2014. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan 4 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 5 ekor day old duck (DOD). Perlakuan terdiri dari P0 (ransum tanpa roti afkir); P1 (Ransum dengan 10% roti afkir); P2 (ransum dengan 20% roti afkir); P3 (ransum dengan 30% roti afkir); P4 (Ransum dengan 40% roti afkir).
Hasil penelitian menunjukan rataan bobot potong ( g/ekor) secara berturutturut untuk perlakuan P0, P1, P2, P3 dan P4 sebesar ( 794.33; 818.42;819.25; 966.58; dan 889.33 ). Bobot karkas secara keseluruhan (436.08; 439.67; 440.50; 536.25 dan 495.00). Persentase karkas secara berturut-turut (54.86; 53.44; 53.92; 55.09 dan 55.41). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap bobot potong dan berpengaruh nyata terhadap bobot karkas, serta tidak memberikan pengaruh nyata terhadap persentase karkas. Kesimpulannya adalah bahwa roti afkir dapat digunakan dalam ransum 30%.
Kata Kunci : Roti afkir, Karkas, Itik Peking.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
YOGI BELLABUR, 2014: The Utilization of Salvage Bread in Peking Duck Rations on Carcass of 8th Weeks of Age. Under Supervisied by TRI HESTI WAHYUNI and USMAN BUDI.
The research aimed to determine the utilization of the use of salvage bread to slaughter weight, carcass weight and carcass percentage. The research has been conducted in the jl. Bunga raya 3 no 87 Asam Kumbang from August 2013 until January 2014. The design used in completely randomized design (CRD) with 5 treatments and 4 replications each replications consist of 5 DOD. Treatments were consisted of P0 ( without salvage bread); P1 (10 % salvaga bread ration); P2 (20 % salvage bread ration); P3 (30 % salvage bread ration); P4 (40 % salvage bread ration). The parameters studied were slaughter weigth, carcass weight and carcass percentage.
The result showed the average slaughter weight (g/head) for the treatments of P0, P1, P2, P3 and P4 were (794.33; 818.42; 819.25; 966.58 and 889.33 respectively). Average carcass weight (436.08; 439.67; 440.50; 536.25 and 495.00 respectively). Average carcass percentage (54.86; 53.44; 53.92; 55.09 and 55.41 respectively). The results of this study showed that treatment significantly different on slaughter weight, carcass weight and nonsignificant differently on carcass percentage . The conclusion is that the salvage bread can be used in the ration of 30% . Keywords: Salvage bread, Carcass, Peking duck
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 19 Agustus 1991 dari Ayah Syam Budiono dan Ibu Astamaniah Ulfa. Penulis Merupakan putera pertama dari 3 bersaudara.
Penulis lulus dari SMAN 21 Medan pada tahun 2009 yang sama masuk ke Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara melalui jalur ujian tertulis Ujian Masuk Bersama (UMB).
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di desa Pardugul Kecamatan Pangunguran, Kabupaten Samosir dimulai dari bulan Juli sampai dengan September 2012.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ Pemanfaatan Roti Afkir Dalam Ransum Terhadap Karkas Itik Peking Umur 1-8 Minggu”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis yang telah mendidik penulis selama ini. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Ibu Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc, selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Usman Budi, SPt. M.Si. selaku anggota komisi pembimbing serta semua pihak yang ikut membantu dan memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang peternakan.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………... i
ABSTRACT………………………………………………………….. ii
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………… iii
KATA PENGANTAR ……………………………………………… iv
DAFTAR ISI ………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL …………………………………………………... vi
PENDAHULUAN Latar Belakang ……………………………………………………….. Tujuan Penelitian …………………………………………………….. Hipotesis Penelitian ………………………………………………….. Kegunaan Penelitian ………………………………………………….
1 2 2 2
TINJAUAN PUSTAKA Itik peking ……………………………………………………………. Kebutuhan Nutrisi dan Ransum Itik …………………………………. Roti Afkir ……………………………………………………………. Karkas…………………………………………………………………
3 4 7 9
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………….. Bahan ………………………………………………………………… Alat ………………………………………………………………….. Metode Penelitian …………………………………………………… Parameter Penelitian ………………………………………………… Pelaksanaan Penelitian ……………………………………………….
12 12 12 13 15 16
HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Potong…………………………………………………………. Bobot Karkas…………………………………………………………. Persentase Karkas……………………………………………………..
17 18 20
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan........................................................................................ ... Saran....................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA
22 22
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL 1. Laju pertumbuhan dan konsumsi makanan itik pedaging (Kg)… 5 2. Kebutuhan Nutrisi Itik Peking (%) …………………………….. 6 3. Kebutuhan Nutrisi Roti Afkir (%)……………………………… 8 4. Ciri-ciri Kualitas Karkas ……………………………………… 10 5. Susunan formula ransum starter ( 0-2 minggu )………………. 12 6. Susunan formula ransum finisher ( 2-8 minggu )…………….. 13 7. Rataan bobot potong itik peking umur 8 minggu (g/ekor)……. 17 8. Analisis keragaman bobot potong umur 8 minggu……………. 17 9. Rataan bobot karkas itik peking umur 8 minggu(g/ekor)……… 18 10. Analisis keragaman bobot karkas umur 8 minggu……………. 19 11. Rataan persentase karkas itik peking umur 8 minggu(%)…….. 20 12. Analisis keragaman persentase karkas itik peking umur 8 minggu 20 13. Rekapitulasi penelitian................................................................. 21
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
YOGIE BELLABUR: Pemanfaatan Roti Afkir Dalam Ransum terhadap Karakas itik Peking Umur 1-8 Minggu, dibimbing oleh TRI HESTI WAHYUNI dan USMAN BUDI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan roti afkir terhadap bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas. Penelitian ini dilaksanakan di jl. Bunga raya 3 no 87 Asam Kumbang, yang berlangsung pada bulan Desember sampai dengan Januari 2014. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan 4 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 5 ekor day old duck (DOD). Perlakuan terdiri dari P0 (ransum tanpa roti afkir); P1 (Ransum dengan 10% roti afkir); P2 (ransum dengan 20% roti afkir); P3 (ransum dengan 30% roti afkir); P4 (Ransum dengan 40% roti afkir).
Hasil penelitian menunjukan rataan bobot potong ( g/ekor) secara berturutturut untuk perlakuan P0, P1, P2, P3 dan P4 sebesar ( 794.33; 818.42;819.25; 966.58; dan 889.33 ). Bobot karkas secara keseluruhan (436.08; 439.67; 440.50; 536.25 dan 495.00). Persentase karkas secara berturut-turut (54.86; 53.44; 53.92; 55.09 dan 55.41). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap bobot potong dan berpengaruh nyata terhadap bobot karkas, serta tidak memberikan pengaruh nyata terhadap persentase karkas. Kesimpulannya adalah bahwa roti afkir dapat digunakan dalam ransum 30%.
Kata Kunci : Roti afkir, Karkas, Itik Peking.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
YOGI BELLABUR, 2014: The Utilization of Salvage Bread in Peking Duck Rations on Carcass of 8th Weeks of Age. Under Supervisied by TRI HESTI WAHYUNI and USMAN BUDI.
The research aimed to determine the utilization of the use of salvage bread to slaughter weight, carcass weight and carcass percentage. The research has been conducted in the jl. Bunga raya 3 no 87 Asam Kumbang from August 2013 until January 2014. The design used in completely randomized design (CRD) with 5 treatments and 4 replications each replications consist of 5 DOD. Treatments were consisted of P0 ( without salvage bread); P1 (10 % salvaga bread ration); P2 (20 % salvage bread ration); P3 (30 % salvage bread ration); P4 (40 % salvage bread ration). The parameters studied were slaughter weigth, carcass weight and carcass percentage.
The result showed the average slaughter weight (g/head) for the treatments of P0, P1, P2, P3 and P4 were (794.33; 818.42; 819.25; 966.58 and 889.33 respectively). Average carcass weight (436.08; 439.67; 440.50; 536.25 and 495.00 respectively). Average carcass percentage (54.86; 53.44; 53.92; 55.09 and 55.41 respectively). The results of this study showed that treatment significantly different on slaughter weight, carcass weight and nonsignificant differently on carcass percentage . The conclusion is that the salvage bread can be used in the ration of 30% . Keywords: Salvage bread, Carcass, Peking duck
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk yang begitu besar menuntut adanya peningkatan
kebutuhan akan protein hewani dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan zat gizi semakin meningkat. Kebutuhan protein hewani ini didapat dari sektor peternakan yang berperan dalam penyediaan kebutuhan pangan.
Penyediaan protein hewani didapat dari sektor usaha ternak unggas, diantaranya adalah itik. Itik merupakan unggas air yang tujuan pemeliharaan utamanya untuk penghasil telur, dan pedaging. Itik yang digolongkan sebagai pedaging salah satunya itik peking.
Terjaminnya kebutuhan protein hewani masyarakat banyak mengalami kendala, dimana pengembangannya dihadapkan pada masalah ransum yang mahal. Salah satu upaya dalam memenuhi kebutuhan tersebut dengan mencari sumber bahan baku alternatif. Dengan memperhatikan mutu dan nilai ekonomisnya perlu diperhatikan produk yang berkualitas dengan harga yang terjangkau bagi konsumen dengan pendapatan rendah.
Salah satu bahan pakan alternatif yang berpotensi adalah limbah roti afkir. Roti afkir adalah roti yang sudah tidak layak dikonsumsi lagi oleh manusia. Limbah roti afkir ini mempunyai kandungan zat pakan yang cukup baik, yang sesuai dengan kebutuhan zat pakan itik pedaging, selain itu harganya juga cukup murah dan ketersediaan bahan baku cukup melimpah. Harga dari roti afkir itu juga cukup murah
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan dengan jagung harga roti afkir berkisar (Rp.1000-Rp.2000/Kg) sedangkan jagung (Rp.3000-Rp.4000/Kg). Ketersediannya limbah roti cukup melimpah di daerah Pantai Labu, dimana terdapat pengumpul roti afkir dan dapat mengumpulkan 300-400/Kg/Minggu. Roti yang dikumpulkan adalah roti Dunkin Donuts. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “pemanfaatan roti afkir dalam ransum terhadap karkas itik peking umur 1-8 minggu”. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pemanfaatan roti afkir dalam ransum terhadap karkas itik peking umur 8 minggu. Hipotesis Penelitian
Penggunaan roti afkir dapat meningkatkan bobot potong, bobot karkas, dan persentase karkas. Kegunaan Penelititan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti dan peternak serta masyarakat pada umumnya, bahwa roti afkir dapat digunakan sebagai pakan alternatif bagi itik peking. Kegunaan penelitian lainnya sebagai sumber informasi dimasa mendatang, terutama bagi para pengambil keputusan dan para pembuat kebijakan sebagai acuan dalam rangka pembangunan usaha ternak itik agar lebih berkembang.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami
perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara dilingkungan subtropis maupun tropis. Itik peking mudah beradaptasi dan keinginan untuk terbang kecil sekali. Umumnya dipelihara secara intensif dengan dilengkapi kolam yang dangkal (Murtidjo, 1996).
Itik peking termasuk golongan itik pedaging yang mulai popular di Indonesia. Produksi dagingnya dapat mencapai 3 sampai 3,5 kg pada umur 7-8 minggu. Namun meskipun itik peking adalah itik pedaging, pemeliharaannya belum meluas, kemungkinan karena masalah harga saat itik dipasarkan (Anggorodi, 1995).
Tujuan pokok pemeliharaan itik pedaging adalah untuk menghasilkan daging bagi konsumsi manusia. Itik pedaging adalah itik yang mampu tumbuh cepat dan dapat mengubah pakan secara efisien menjadi daging yang bernial gizi tinggi. Disamping itu itik pedaging harus memiliki konfirmasi dan struktur perdagingan yang baik (Srigandono, 1996).
Berbeda dengan itik petelur, itik pedaging mempunyai badan yang besar dan tubuhnya tidak tegak berdiri, tetapi mendatar atau horizontal, dagingnya juga banyak. Bangsa-bangsa itik termasuk dalam itik pedaging putih, itik Aylesbury, itik Manila, itik Rouaan. Banyak kemungkinaan untuk masa mendatang, itik peking akan menjadi popular, terutama untuk membantu pemenuhaan gizi masyarakat pedesaan (Rasyaf, 1982).
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan Nutrisi Itik Pedaging Bahan pakan itik pedaging adalah bahan pakan yang memiliki unsur-unsur
gizi seperti energi, mineral, protein, vitamin, karbohidrat dan air. Bahan pakan untuk itik biasanya jagung kuning, bungkil kedelai, tepung ikan dan pakan lainnya yang menjadi sumber energi. (Wahyu, 1992).
Ransum untuk itik pada dasarnya sama seperti untuk anak ayam, kesamaannya terutama dalam penggunaan bahan pakan. Ransum itik umumnya diberikan agak basah, Air perlu ditambahkan kedalam ransum untuk membuat bahan ransum saling melekat, akan tetapi ransum tidak boleh begitu basah sehingga becek (Anggorodi, 1995).
Unsur-unsur gizi untuk itik terdiri dari protein yang merupakan unsur gizi yang paling banyak dibutuhkan untuk kehidupan dan produksi, energi dan air. Kebutuhan protein untuk itik dipengaruhi oleh: umur itik, pertumbuhan, reproduksi dan iklim, dimana temperatur mempengaruhi konsumsi ransum. Pada temperatur yang panas itik mengurangi konsumsinya dan sebaliknya pada musim dingin. Bila protein dan asam aminonya kekurangan atau tidak terpenuhi akan menyebabkan pertumbuhannya terganggu dan proses pembentukan dan keindahan bulunya terganggu (Rasyaf, 1982).
Secara garis besar dianjurkan bahwa pada periode starter hendaknya ransum mengandung protein 20 sampai 22% dengan energi metabolisme 2800 sampai 3000 kkal, sedangkan setelah umur 2 minggu sampai saat dipotong protein diturunkan menjadi 16 sampai 17% dan energi 3000 kkal (Srigandono, 1997).
Universitas Sumatera Utara
Laju pertumbuhan dan konsumsi itik pedaging menurut NRC (1994) Disitasi Srigandono (1997) dicantumkan pada Tabel 1 berikut:
Tabel1. Laju pertumbuhan konsumsi makanan itik pedaging
Umur
Berat badan Konsumsi seminggu
(Mg)
(kg)
(kg)
Jantan Betina Jantan
Betina
0 0.06 0.06
1 0.27 0.27 0.22 0.22
2 0.78 0.74 0.77 0.73
3 1.38 1.28 1.12 1.11
4 1.96 1.82 1.28 1.28
5 2.49 2.30 1.48 1.43
6 2.96 2.73 1.63 1.59
7 3.34 3.60 1.68 1.63
8 3.61 3.29 1.68 1.63
Sumber: NRC (1994) disitasi Srigandono (1997)
Konsumsi kumulatif
(kg)
Jantan
Betina
0.22 0.22 0.99 0.95 2.11 2.05 3.40 3.33 4.87 4.76 6.50 6.35 8.18 7.98 9.86 9.61
Penggolongan zat-zat nutrisi adalah karbohidrat, lemak, protein, zat-zat
mineral, zat-zat vitamin dan air. Fungsi karbohidrat pada ternak unggas adalah
sebagai energi dan panas serta disimpan sebagai lemak jika berlebihan, sementara
karena lemak mudah tengik, maka sebagian besar ransum mengandung tidak lebih
dari sekitar 4-5% lemak. Protein adalah unsur pokok alat tubuh dan jaringan lunak
tubuh ternak unggas, zat tersebut diperlukan untuk pertumbuhan, pengelolaan dan
produksi telur serta merupakan bagian semua enzim dalam tubuh. Zat-zat mineral dan
vitamin merupakan nutrisi mikro penting untuk mencegah penyakit-penyakit
defisiensi. Sementara air mempunyai peranan penting sebagai stabilitator suhu
(Anggorodi, 1997).
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan gizi itik peking menurut NRC (1994) disitasi Anggorodi (1997)
dicantumkan pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Kebutuhan nutrisi itik peking
Nutrisi
Pemula
Pertumbuhan
(0-2 minggu) (0-2 minggu)
Em (Kkal/Kg)
2900
3000
Protein (%)
22,00
16,00
Aginin (%)
1,10 1,00
Lisin (%)
1,10 0,90
Methionin+sistin(%)
0,80
0,60
Kalsium (%)
0,68 0,60
Fosfor tersedia (%)
0,40
0,35
Natrium (%)
0,15 0,15
Khlor (%)
0,12 0,12
Magnesium (mg)
500 500
Mangan (mg)
40,00
40,00
Zinkum (mg)
60,00
60,00
Selenium (mg)
0,14 0,14
Vitamin A (IU)
4000
4000
Vitamin D (ICU)
220 220
Vitamin K (mg)
0,40 0,40
Riboflavin (mg)
4,00 4,00
Asam Pantothenat(mg)
11,00
11,00
Niasin (mg)
55,00
55,00
Sumber : National Rescarch Council (199 ) disitasi Anggorodi (1997)
Breeding
2900 15,00
0,70 0,55 2,75 0,35 0,15 0,12 500 40,00 60,00 0,14 4000 220 0,40 4,00 11,00 55,00
Roti Afkir Roti merupakan makanan manusia yang praktis, yang memberikan kebutuhan
untuk pertumbuhan badan yang sehat. Bahan pokok dalam pembuatan roti terdiri dari
tepung terigu, ragi dan air. Tepung terigu dibuat dari gandum, karena itu kandungan
karbohidratnya cukup tinggi berkisar 70-73%, yang terdiri dari amilosa dan
amilopektin dalam jumlah yang sama (1 : 1). Sedangkan kadar proteinnya secara
umum terdiri dari glutenin dan gliadin (Astawan,2007).
Universitas Sumatera Utara
Roti afkir adalah roti yang sudah tidak layak lagi dikonsumsi oleh manusia
dikarenakan sudah melewati batas ketahanan roti tersebut. Roti afkir sudah tidak
memiliki nutrisi yang sama seperti roti yang belum afkir, dikarenakan roti afkir
sudah mengalami perubahan tekstur, aroma dan rasa. Oleh karena itu, roti afkir dijual
dengan harga yang murah berkisar Rp 1700 sampai Rp 2000 per kg nya. Roti afkir
tidak langsung dibuang karena dapat menjadi pakan alternatif bagi hewan unggas
ataupun hewan lainnya (Daghir,1995).
Roti yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia mengandung energi
sebesar 215 kkal, protein 5,29 g, karbohidrat 44,95 g, lemak 1,9 g, kalsium 15 mg,
fosfor 94 mg dan zat besi 1,24 mg. Selain itu di dalam roti coklat juga terkandung
vitamin A sebanyak 2 IU dan vitamin B1 0,06 mg. Hasil tersebut didapat dari
melakukan penelitian terhadap 100 g roti. Kandungan nutrisi yang terkandung pada
roti afkir tidak jauh berbeda dengan roti yang belum afkir. Pada Tabel 3 disajikan
kandungan nilai gizi dari roti afkir :
Tabel 3. Komposisi nutrisi roti afkir
Jenis Nutrisi
Kandungan
Energi metabolis (Kkal/kg)
2952u
Protein kasar (%)
6,47a
Lemak kasar (%)
24,34a
Serat kasar (%)
0,85a
Abu (%)
1,90a
Sumber : u Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Fakultas
Peternakan UNPAD ( 2007 ). a Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Prodi Peternakan Fakultas Pertanian USU (
2013).
Universitas Sumatera Utara
Karkas Karkas unggas adalah daging bersama tulang hasil pemotongan setelah
dipisahkan dari kepala sampai pangkal leher dan dari kaki sampai batas lutut, isi rongga perut serta darah dan bulu (Murtidjo, 1992).
Karkas itik peking bewarna kuning dan kelihatan sangat menarik, tekstur dagingnya juga sangat bagus. Persilangan dengan bangsa itik Aylesbury menghasilkan keturunan dengan tekstur daging yang lebih bagus lagi. Daging itik sebenarnya mirip dengan bahan yang lezat dan bergizi tinggi. Kandungan protein daging ini sepadan dengan jenis ternak lain, sedangkan kandungan lemaknya terlalu tinggi (Srigandono, 1997).
Sifat karkas yang baik adalah berbentuk padat, tidak kurus, tidak terdapat kerusakan kulit ataupun dagingnya, sedangkan untuk karkas yang kurang baik mempunyai daging yang kurang pada bagian dada sehingga kelihatan panjang dan kurus (Siregar et al., 1980).
Kualitas daging dan karkas dipengaruhi oleh faktor sebelum dan sesudah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain adalah genetik, species, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur dan ransum. Faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi antara lain metode pemanasan, ph karkas dan daging. Faktor yang menentukan nilai dari karkas meliputi berat karkas, jumlah daging yang dihasilkan, dan kualitas daging dari karkas yang bersangkutan (Soeparno,1994).
Universitas Sumatera Utara
Disamping itu bahwa produksi karkas sangat erat kaitannya dengan bobot badan, sedangkan pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh bahan pakan penyusun ransum (Nataamidjaya dkk, 1995).
Menurut Ensminger (1992), kualitas karkas terbagi atas 3 bagian, yaitu kualitas A, kualitas B dan kualitas C. Ciri-ciri dari masing-masing kualitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:
Tabel 4. Ciri-ciri kualitas karkas
Faktor Kualitas Konformasi
Pedagingan Perlemakan Keutuhan
Perubahan warna
Kualitas A Sempurna
Tebal Cukup Sempurna
Bebas dari memar
Kualitas B
Kualitas C
Boleh ada cacat Ada cacat sedikit
sedikit tapi tidak
boleh pada bagian
paha
Sedang
Tipis
Cukup
Tipis
Tulang sempurna Tulang boleh ada
kulit boleh sobek yang patah,Ujung
sedikit tapi tidak sayap boleh lepas,
pada bagian paha kulit boleh ada
sobek tapi tidak
terlalu lebar
Ada memar Ada memar sedikit tapi tidak pada bagian dada
Bobot Potong Ternak itik yang layak dipotong biasanya berumur 7-8 minggu. Sebelum
dipotong itik dipuasakan terlebih dahulu 8-10 jam. Pemuasaan bertujuan agar saluran pencernaan relative kosong sehingga pada saat diproses karkas tidak terkontaminasi oleh kotoran atau isi saluran pencernaan. (Srigandono, 1997).
Universitas Sumatera Utara
Persentase karkas Persentase karkas merupakan faktor penting untuk menilai produksi ternak,
karena produksi erat kaitannya dengan bobot hidup, dimana semakin bertambah bobot hidupnya maka produksi karkasnya semakin meningkat (Murtidjo, 1996).
Menurut Kartadisastra (1998), persentase karkas adalah perbandingan antara bobot karkas dengan bobot tubuh kosong (BTK) atau bobot ternak setelah dipuasakan dikali 100%. Secara umum persentase karkas unggas berkisar antara 65-75% dari berat hidup (Priyatno, 1997).
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Jl. Bunga raya 3 no 87 asam kumbang.
Penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu lebih kurang 1-8 minggu.
Bahan dan Alat Penelitian Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah itik peking umur 1 hari (DOD) sebanyak 100 ekor. Bahan penyusun ransum terdiri atas jagung, dedak padi, bungkil kelapa, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati, bungkil inti sawit, roti afkir, Top Mix. Air minum untuk memenuhi kebutuhan air dalam tubuh. Air gula untuk mengurangi stress dari kelelahan transportasi. Rodalon sebagai desinfektan kandang dan peralatan tempat pakan dan minum. Formalin 40% untuk fumigasi kandang. Vitamin dan suplemen tambahan seperti Vitachick.
Alat Adapun alat yang digunakan adalah kandang baterai berukuran 100 cm x 100
cm x 50 cm, sebanyak 20 unit dan tiap unit diisi 5 ekor anak itik (DOD). Peralatan kandang terdiri dari 20 unit tempat pakan dan 20 unit tempat minum. Timbangan Salter digital kapasitas 3000 g untuk menimbang bobot badan itik dan menimbang ransum. Alat penerang dan pemanas berupa lampu pijar 40 watt sebanyak 20 buah. Thermometer sebagai pengukur suhu kandang. Alat pencatat data seperti buku data,
Universitas Sumatera Utara
alat tulis dan kalkulator. Alat pembersih kandang berupa sapu, sekop dan hand
sprayer. Alat lalu berupa plastik, ember dan pisau.
Metode Penelitian
Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap
(RAL) dengan 5 perlakuan 4 ulangan setiap ulangan terdiri atas 5 (DOD).
Rancangan acak lengkap adalah suatu desain percobaan dengan menempatkan perl
akuan secara random terhadap unit percobaan. Rancangan ini biasa dilakukan pada p
ercobaan dengan kondisi yang relatif homogen. Perlakuan adalah sebagai berikut:
T0 = Ransum tanpa Roti Afkir T1 = Ransum dengan 10% Roti Afkir T2 = Ransum dengan 20% Roti Afkir T3 = Ransum dengan 30% Roti Afkir T4 = Ransum dengan 40% Roti Afkir Pada Tabel 5 dapat dilihat susunan formula ransum starter (0-2 minggu) :
Tabel 5. Susunan formula ransum starter (0-2 minggu)
Bahan Roti afkir T. jagung BIS B. kedelai B. kelapa T. ikan Dedak Top mix M. nabati Total PK (%) EM (kkal/g)
T0 0,0 40,0 13,0 17,0 5,90 8,0 14,0 0,10 2,0 100,0 21,54 2736,89
T1 10,0 30,0 13,0 17,0 5,90 8,0 14,0 0,10 2,0 100,0 21,29 2700,09
T2 20,0 23,0 13,0 16,40 4,50 9,0 12,0 0,10 2,0 100,0 21,06 2725,39
T3 30,0 14,0 11,90 16,50 3,50 10,0 12,0 0,10 2,0 100,0
21,10 2717,20
T4 40,0 8,0 8,0 18,50 3,20 10,0 10,20 0,10 2,0 100,0
21,19 2748,88
Universitas Sumatera Utara
SK (%)
6,08 5,96 5,48 5,18 4,48
LK (%)
5,26
7,30
9,24
11,30
13,04
Ca 0,63 0,63 0,69 0,74 0,73
P 0,67 0,67 0,67 0,70 0,64 Pada Tabel 6 dapat dillihat formulasi ransum (2-8 minggu) sebagai berikut :
Tabel 6. Susunan formula ransum finisher (2-8 minggu)
Bahan
T0 T1 T2 T3 T4
Roti afkir
0,0 10,0 20,0 30,0 40,0
T. jagung
48,0 40,0 36,90 30,0 20,0
BIS
22,50
22,0
8,0
8,0 5,90
B. kedelai
3,0 4,0 6,0 7,0 9,0
B. kelapa
3,50 3,0 4,0 4,0 5,0
T. ikan
8,0 8,0 8,0 8,0 8,0
Dedak
12,90
10,90
15,0
10,90
10,0
Top mix
0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
M. nabati
2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
Total
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
PK (%) EM (kkal/g) SK (%) LK (%) Ca P
16,60 2801,07 6,37 5,81 0,63 0,69
16,59 2805,37 5,93 7,63 0,63 0,66
16,00 2840,78 5,11 9,62 0,57 0,61
16,02 2864,67 4,52 11,26 0,58 0,56
16,43 2833,45 4,24 13,08 0,58 0,54
Kombinasi perlakuan dan ulangan sebagai berikut: P22 P44 P34 P11 P42 P12 P24 P43 P23 P21 P03 P33 P01 P13 P04 P32
P41 P02 P14 P31
Model matematika percobaan yang digunakan adalah : Yij = µ + σi + ᶓij
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
I=
1 , 2 , 3, …,, i = perlakuan
j=
1 , 2 , 3 …,,, j = ulangan
Yij =
nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j
µ=
nilai tengah umum
σi = ij =
pengaruh perlakuan ke-i efek j galat pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j
Parameter penelitian
Parameter yang diukur dalam penelitian adalah:
1. Bobot potong (g/ekor)
Bobot potong adalah bobot ternak setelah dipuasakan 12 jam.
2. Bobot Karkas (g/ekor)
Bobot karkas merupakan daging bersama tulang hasil pemotongan setelah
dipisahkan bulu dan darah, kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai
batas lutut dan isi rongga bagian dalam.
3. Persentase Karkas (%)
Persentase karkas merupakan perbandingan antara bobot karkas dengan bobot
potong dikalikan 100 (%).
Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan adalah sistem baterai, terdiri dari 20 unit, Setiap
unit terdapat 5 ekor anak itik. Sebelum anak itik dimasukan, kandang dibersihkan
dengan air dan detergen kemudian didesinfektan menggunakan rodalon dan fumigasi
Universitas Sumatera Utara
menggunakan formalin 40%. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta alat penerangan. Istirahat kandang dilakukan selama 1 minggu, Air gula diberikan pada saat DOD baru tiba untuk mengurangi cengkaman stress selama perjalanan.
2. Random anak itik Sebelum anak itik dimasukkan kedalam kandang, terlebih dahulu dilakukan
penimbangan untuk mengetahui kisaran bobot badan awal yang akan di gunakan, kemudian ditempatkan di dalam percobaan. 3. Penyusun Ransum
Sebelum penyusunan ransum dilakukan roti afkir terlebih dahulu dicacah dilanjutkan dengan pengeringan dengan matahari dan dilanjutkan dengan menggrinder roti afkir untuk jadikan menjadi tepung. Bahan penyusun yang digunakan terdiri dari jagung, dedak padi, bungkil kedelai, tepung ikan, bungkil inti sawit, minyak nabati, roti afkir,top mix dan kapur, bahan penyusun ransum yang digunakan ditimbang terlebih dahulu sesuai komposisi susunan ransum yang telah ditentukan dalam formulasi tiap perlakuan. Metode yang digunakan dalam mencampur ransum adalah secara manual dan ransum disusun dua kali seminggu untuk mencegah terjadinya ketengikan pada ransum. 4. Pemeliharaan Itik
Itik dipelihara dalam kandang perlakuan diberi penerangan (lampu pijar 45 watt), ransum dan air minum diberikan secara ad-libitum.
Universitas Sumatera Utara
5. Pengambilan Sampel
Sampel dimbil secara acak, setiap plot 3 ekor, Mewakili masing-masing
perlakuan dan ulangan, Itik diambil lalu ditimbang untuk mendapatkan bobot potong,
Dengan demikian jumlah sampel seluruhnya sebanyak 60 ekor.
6. Pemrosesan itik
Itik disembelih pada bagian leher tepatnya dibagian vena jugularis sesuai
dengan syariat islam, Itik dibiarkan hingga mati. Setelah mati itik dicelupkan kedalam
air panas dengan suhu 60oC (1420F) selama ± menit
(Ensmeninger, 1992).
Kemudian itik dibului sampai bulunya bersih, selanjutnya dipotong kepala sampai
pangkal leher, kaki sampai batas lutut, dikeluarkan jeroannya dan karkas pun
ditimbang.
7. Analisis Data
Analisi data dilakukan setelah penelitian selesai dan semua data yang
dibutuhkan telah diperoleh. Jika semua data telah diperoleh maka dilanjutkan uji
lanjut berdasarkan koefisien keragaman yang telah dihitung. Bila nilai F hitung yang
diperoleh lebih besar dari nilai F Tabel maka perlakuan berpelakuan nyata atau sangat
nyata terhadap objek. Bila nilai F hitung lebih kecil atau sama dengan nilai F tabel
maka perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap tidak nyata terhadap objek.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot Potong
Bobot potong merupakan bobot yang diperoleh setelah ternak dipuasakan
selama 12 jam. Data rataan bobot potong dapat dilihat pada Tabel 7:
Tabel 7. Rataan bobot potong itik peking umur 8 minggu (g/ekor).
Perlakuan 1
P0 731,00 P1 834,67 P2 826,67 P3 947,33
P4 905,67
2 855,33 830,67 725,00 962,00
791,00
Ulangan 3 789,67 728,67 759,33 983,00
891,67
4 801,33 879,67 966,00 974,00
969,00
Total
3177,33 3273,67 3277,00 3866,33 3557,33
Rataan±sd
794,33±51,00 818,42±63,82 819,25±106,56 966,58±15,45 889,33±73,69
Dari Tabel di atas rataan bobot potong tertinggi diperoleh dari hasil penelitian
ada pada perlakuan P3 (Ransum dengan 30% Roti Afkir) sebesar 966,58g dan
terendah pada perlakuan P0 (Ransum tanpa Roti Afkir) sebesar 794,33g.
Untuk mengetahui pengaruh pemberiaan roti afkir dalam ransum terhadap
bobot potong, maka dilakukan analisis keragamaan yang tertera pada Tabel 8:
Tabel 8. Analisis keragaman bobot potong umur 8 minggu.
SK dB
Perlakuan 4
Galat
15
Total
19
keterrangan : * = nyata
JK KT F hitung
79572,39 19893,1 4,19734* 71091,81 4739,45 150664,19
F Tabel 0,05 3,06
0,01 4,89
Penelitian ini memberikan hasil bahwa itik peking yang memiliki bobot
potong paling besar terdapat pada perlakuan P3. Bobot itik peking pada P0 memiliki
bobot potong paling kecil dikarenakan bobot hidupnya juga merupakan bobot paling
Universitas Sumatera Utara
kecil diantara P1, P2, P3 dan P4. Pendapat tersebut didukukung oleh Anggorodi
(1985) yang menyatakan bahwa energi dalam menentukan banyaknya jumlah ransum
yang dikonsumsi.
Bobot Karkas Bobot karkas merupakan bobot yang diperoleh dari selisih bobot tubuh setelah
dipuasakan (bobot potong) dengan daging bersama tulang hasil pemotongan setelah
dipisahkan bulu dan darah, kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai batas lutut
dan isi rongga bagian dalam. Data rataan bobot karkas dapat dilihat dari Tabel 9:
Tabel 9. Rataan bobot karkas itik peking umur 8 minggu(g/ekor).
Perlakuan
P0 P1 P2 P3 P4
1 394,33 465,00 457,00 553,67 512,00
2 479,00 462,33 384,67 538,33 422,00
Ulangan 3
423,33 334,00 428,67 539,67 478,33
4 447,67 497,33 491,67 513,33 567,67
Total
1744,33 1758,67 1762,00 2145,00 1980,00
Rataan±Sd
436,08±35,97 439,67±72,22 440,50±45,27 536,25±16,78 495,00±61,08
Tabel di atas rataan bobot karkas tertinggi yang diperoleh dari hasil
penelitian ada perlakuan P3 (Ransum dengan 30% Roti Afkir) yaitu sebesar 604,33g
dan terendah pada perlakuan P0 (Ransum tanpa Roti Afkir ) sebesar 458,00g.
Untuk mengetahui pengaruh pemberiaan roti afkir dalam ransum terhadap
bobot karkas, maka dilakukan analisis keragamaan yang tertera pada Tabel 10:
Tabel 10. Analisis keragaman bobot karkas umur 8 minggu.
SK Db
Perlakuan 4
Galat
15
Total
19
keterrangan : * = nyata
JK
31814,06 37696,5 69510,56
KT
7953,51 2513,1
Fhitung F Tabel 0,05
3,16482* 3,06
0,01 4,89
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini memberikan hasil bahwa itik peking yang memiliki bobot potong besar akan memiliki bobot karkas yang besar juga. Bobot itik peking pada P3 memiliki bobot paling besar dikarenakan bobot potong yang dimiliki oleh itik peking besar juga. Bobot itik peking pada P0 memiliki bobot potong paling kecil dikarenakan bobot hidupnya juga merupakan bobot paling kecil diantara P1, P2, P3 dan P4. Penelitian ini memberikan hasil bahwa semakin besar bobot potong akan menghasilkan bobot karkas yang besar juga.
Faktor lain yang berpengaruh pada bobot karkas adalah tingkat konsumsi unggas itu sendiri, semakin tinggi konsumsi maka akan semakin baik pula bobot karkas yang dihasilkan. Akan tetapi hal tersebut juga akan dipengaruhi oleh daya cerna ternak terhadap bahan pakan yang dikonsumsinya. Jenis kelamin ternak juga sangat berpengaruh pada bobot karkas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Siregar (1994) yang menyatakan bahwa bobot, mutu dan kualitas karkas juga dipengaruhi oleh genetik, jenis kelamin dan umur.
Pemberian ransum yang berenergi tinggi dengan imbangan yang baik antara protein, vitamin dan mineral akan menghasilkan bobot karkas yang tinggi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Nataamidjaya et al., 1995) yang menyatakan bahwa produksi karkas sangat erat kaitannya dengan bobot badan, dimana pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh bahan pakan penyusun ransum. Adapun bahan-bahan pakan penyusun ransum dilakukan dua kali seminggu, sehingga ketengikan pakan tersebut dapat dihindari.
Universitas Sumatera Utara
Persentase Karkas
Persentase karkas merupakan perbandingan antara bobot karkas dengan bobot
potong dikalikan 100 (%). Data rataan persentase karkas itik peking dapat dilihat
pada Tabel 11:
Tabel 11. Rataan persentase karkas itik peking umur 8 minggu.
Perlakuan
P0 P1 P2 P3 P4
1 53,94 55,71 55,28 58,16 56,06
2 56,00 55,66 53,06 55,96 53,35
Ulangan 3
53,61 45,84 56,45 53,54 53,64
4 55,87 56,54 50,90 52,70 58,58
Total Rataan±Sd
219,42 213,74 215,69 220,36 221,64
54,86±1,25 53,44±5,08 53,92±2,46 55,09±2,47 55,41±2,44
Tabel di atas diperoleh bahwa rataan persentase karkas tertinggi terdapat pada
perlakuan P4 sebesar 55,41%, sedangkan persentase terkecil pada P2 53,92%.
Persentase terbesar tidak dihasilkan dari bobot hewan yang terbesar.
Untuk mengetahui pengaruh pemberian roti afkir terhadap persentase karkas
dapat dilihat pada Tabel 12:
Tabel 12. Analisis keragaman persentase karkas itik peking umur 8 minggu. ,
SK Db JK
Perlakuan 4
11,04
Galat
15 136,465
Total
19 147,50
Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata
KT
2,75948 9,09766
Fhitung 0,30tn
F Tabel 0,05 3,06
0,01 4,89
Penelitian ini memberikan hasil bahwa persentase itik peking umur 8 minggu dalam penelitian ini pada perlakuan P4 sebesar 55,41%, sedangkan persentase terkecil pada P2 53,92%. Rataan persentase karkas yang diperoleh Wiloeto (1990)
Universitas Sumatera Utara
yang disitasi oleh Srigandono (1997) yang menyatakan bahwa itik peking pada umur 50-56 hari mencapai persentase karkas sampai 65%, namun tingkat pertumbuhan tersebut terjadi pada keadaan suhu lingkungan pemeliharaan 13-27 C. Didaerah yang suhunya lebih tinggi, misalnya didaerah tropis yang suhu udaranya berada diantara 28-29 C, tingkat pertumbuhan yang dapat kira-kira 10% lebih rendah.
Rekapitulasi Hasil Penelitian Rekapitulasi penelitian terhadap bobot potong, bobot karkas, dan persentase
karkas dapat dilihat pada tabel 13:
Tabel 13. Rekapitulasi hasil penelitian pemanfaatan roti afkir dalam ransum
Karkas itik peking umur 1-8 minggu.
Perlakuan
P0 P1 P2 P3 P4
Keterangan
Bobot Potong (g/ekor) 794,33* 818,42* 819,25* 966,58* 889,33*
: tn = berbeda tidak nyata
Bobot Karkas (g/ekor) 436,08* 439,67* 440,50* 536,25* 495,00*
Persentase karkas
(%) 54,86 tn 53,44 tn 53,92 tn 55,09 tn 55,41 tn
Berdasarkan hasil penelitian di atas diperoleh bahwa pemanfaatan roti afkir
memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot potong, bobot karkas pada
perlakuan P3 memberikan pengaruh nyata dibandingkan dengan perlakuan P0, P1,
P2, P4 dan tidak berpengaruh nyata terhadap persentase karkas.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Pemberian roti afkir dalam ransum itik peking umur 8 minggu dengan pemberian level 30 % roti afkir berpengaruh nyata meningkatkan bobot potong, bobot karkas dan tidak berpengaruh nyata terhadap persentase karkas umur 8 minggu. Saran
Pemanfaataan roti afkir dalam ransum untuk peternak itik peking disarankan level 30%.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R, 1995 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir Fakultas Peternkan IPB, Bogor.
Anggorodi, R,. 1997. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka,Jakarta. Astawan, M. 2007. Kandungan serat dan Gizi pada Roti Ungguli Mie dan Nasi.
Kompas Cyber Media, Bogor. Daghir, N.J.,1992. Poultry Production in Hot Climates. Singapore. Direktorat Jendral peternakan, 1991. Pemanfaatan Limbah Industri Rumah
Tangga Sebagai Pakan. Ensminger, M.E.,1992.Poultry Science. Interstate Publisher. Danville, Illionis. Hasibuan, J., 1996. Pengaruh Isi Rumen Sapi Sebagai Subtitusi Dedak Halus
Dalam Ransum Terhadap Bobot Badan, Karkas, dan Lemak Abdominal Ayam Broiler. Skripsi jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Usu, Medan. Hanafiah, A.H,. 2000. Rancangan Percobaan Raja Grafindo Persada,Jakarta. Kartadisastra, H.R., 1998. Beternak Kelinci Unggul. Kansius, Yogyakarta. Laboratorium Ilmu Nutrisi Dan Pakan Ternak, 2013. Hasil Analisa Roti Afkir. Program studi Peternakan FP USU,Medan. Murtidjo, B,A., 1992. Bahan Makanan Unggas. Kansius,Yogyakarta. Murtidjo, B,A., 1996. Mengelola Itik. Kansius, Yogyakarta. NRC, 1994. Nutrient Requirements for Poultry. National Research Council, Washington D. C. USA. Prawirokusumo, Y . B., 1994. Ilmu Usaha Tani. BPFE, Yogyakarta. Priyatno, M.A., 1997. Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. Penebar swadaya, Jakarta. Rasyaf, 1982. Beternak itik. Kansius, Yogyakarta. Soeparno, 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. UGM Press, Yogyakarta.
Universitas Sumatera Utara
Srigandono, B., 1996. Beternak Itik Pedaging. PT. Trubus Agrywudya, Ungaran. Srigandono, 1997. Ilmu Unggas Air. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wahyu, J., 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. UGM Press, Yogyakarta. Yuniastuti, A.,2002. Efek Pakan Berserat Pada Ransum Ayam terhadap Kadar
Lemak Dan kolesterol Daging Ayam Broiler, Jurnal Ilmiah Sainteks, Vol IX No. 3 hal 175. Semarang.
Universitas Sumatera Utara
SKRIPSI Oleh :
YOGIE BELLABUR 090306017
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara
PEMANFAATAN ROTI AFKIR DALAM RANSUM TERHADAP KARKAS ITIK PEKING UMUR 1-8 MINGGU
SKRIPSI Oleh :
YOGIE BELLABUR/PETERNAKAN 090306017
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara
Judul Skripsi
Nama NIM Program Studi
: Pemanfaatan Roti Afkir Dalam Ransum Terhadap Karkas Itik Peking Umur 1-8 Minggu : Yogie Bellabur : 090306017 : Peternakan
Disetujui oleh: Komisi Pembimbing
Ir.Tri Hesti Wahyuni, M.Sc. Ketua
Usman Budi, SPt. Msi Anggota
Diketahui oleh
Dr.Ir. Ma’ruf Tafsin M.Si. Ketua Program Studi Peternakan
Tanggal ACC :
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
YOGIE BELLABUR: Pemanfaatan Roti Afkir Dalam Ransum terhadap Karakas itik Peking Umur 1-8 Minggu, dibimbing oleh TRI HESTI WAHYUNI dan USMAN BUDI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan roti afkir terhadap bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas. Penelitian ini dilaksanakan di jl. Bunga raya 3 no 87 Asam Kumbang, yang berlangsung pada bulan Desember sampai dengan Januari 2014. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan 4 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 5 ekor day old duck (DOD). Perlakuan terdiri dari P0 (ransum tanpa roti afkir); P1 (Ransum dengan 10% roti afkir); P2 (ransum dengan 20% roti afkir); P3 (ransum dengan 30% roti afkir); P4 (Ransum dengan 40% roti afkir).
Hasil penelitian menunjukan rataan bobot potong ( g/ekor) secara berturutturut untuk perlakuan P0, P1, P2, P3 dan P4 sebesar ( 794.33; 818.42;819.25; 966.58; dan 889.33 ). Bobot karkas secara keseluruhan (436.08; 439.67; 440.50; 536.25 dan 495.00). Persentase karkas secara berturut-turut (54.86; 53.44; 53.92; 55.09 dan 55.41). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap bobot potong dan berpengaruh nyata terhadap bobot karkas, serta tidak memberikan pengaruh nyata terhadap persentase karkas. Kesimpulannya adalah bahwa roti afkir dapat digunakan dalam ransum 30%.
Kata Kunci : Roti afkir, Karkas, Itik Peking.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
YOGI BELLABUR, 2014: The Utilization of Salvage Bread in Peking Duck Rations on Carcass of 8th Weeks of Age. Under Supervisied by TRI HESTI WAHYUNI and USMAN BUDI.
The research aimed to determine the utilization of the use of salvage bread to slaughter weight, carcass weight and carcass percentage. The research has been conducted in the jl. Bunga raya 3 no 87 Asam Kumbang from August 2013 until January 2014. The design used in completely randomized design (CRD) with 5 treatments and 4 replications each replications consist of 5 DOD. Treatments were consisted of P0 ( without salvage bread); P1 (10 % salvaga bread ration); P2 (20 % salvage bread ration); P3 (30 % salvage bread ration); P4 (40 % salvage bread ration). The parameters studied were slaughter weigth, carcass weight and carcass percentage.
The result showed the average slaughter weight (g/head) for the treatments of P0, P1, P2, P3 and P4 were (794.33; 818.42; 819.25; 966.58 and 889.33 respectively). Average carcass weight (436.08; 439.67; 440.50; 536.25 and 495.00 respectively). Average carcass percentage (54.86; 53.44; 53.92; 55.09 and 55.41 respectively). The results of this study showed that treatment significantly different on slaughter weight, carcass weight and nonsignificant differently on carcass percentage . The conclusion is that the salvage bread can be used in the ration of 30% . Keywords: Salvage bread, Carcass, Peking duck
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 19 Agustus 1991 dari Ayah Syam Budiono dan Ibu Astamaniah Ulfa. Penulis Merupakan putera pertama dari 3 bersaudara.
Penulis lulus dari SMAN 21 Medan pada tahun 2009 yang sama masuk ke Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara melalui jalur ujian tertulis Ujian Masuk Bersama (UMB).
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di desa Pardugul Kecamatan Pangunguran, Kabupaten Samosir dimulai dari bulan Juli sampai dengan September 2012.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ Pemanfaatan Roti Afkir Dalam Ransum Terhadap Karkas Itik Peking Umur 1-8 Minggu”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis yang telah mendidik penulis selama ini. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Ibu Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc, selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Usman Budi, SPt. M.Si. selaku anggota komisi pembimbing serta semua pihak yang ikut membantu dan memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang peternakan.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………... i
ABSTRACT………………………………………………………….. ii
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………… iii
KATA PENGANTAR ……………………………………………… iv
DAFTAR ISI ………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL …………………………………………………... vi
PENDAHULUAN Latar Belakang ……………………………………………………….. Tujuan Penelitian …………………………………………………….. Hipotesis Penelitian ………………………………………………….. Kegunaan Penelitian ………………………………………………….
1 2 2 2
TINJAUAN PUSTAKA Itik peking ……………………………………………………………. Kebutuhan Nutrisi dan Ransum Itik …………………………………. Roti Afkir ……………………………………………………………. Karkas…………………………………………………………………
3 4 7 9
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………….. Bahan ………………………………………………………………… Alat ………………………………………………………………….. Metode Penelitian …………………………………………………… Parameter Penelitian ………………………………………………… Pelaksanaan Penelitian ……………………………………………….
12 12 12 13 15 16
HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Potong…………………………………………………………. Bobot Karkas…………………………………………………………. Persentase Karkas……………………………………………………..
17 18 20
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan........................................................................................ ... Saran....................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA
22 22
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL 1. Laju pertumbuhan dan konsumsi makanan itik pedaging (Kg)… 5 2. Kebutuhan Nutrisi Itik Peking (%) …………………………….. 6 3. Kebutuhan Nutrisi Roti Afkir (%)……………………………… 8 4. Ciri-ciri Kualitas Karkas ……………………………………… 10 5. Susunan formula ransum starter ( 0-2 minggu )………………. 12 6. Susunan formula ransum finisher ( 2-8 minggu )…………….. 13 7. Rataan bobot potong itik peking umur 8 minggu (g/ekor)……. 17 8. Analisis keragaman bobot potong umur 8 minggu……………. 17 9. Rataan bobot karkas itik peking umur 8 minggu(g/ekor)……… 18 10. Analisis keragaman bobot karkas umur 8 minggu……………. 19 11. Rataan persentase karkas itik peking umur 8 minggu(%)…….. 20 12. Analisis keragaman persentase karkas itik peking umur 8 minggu 20 13. Rekapitulasi penelitian................................................................. 21
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
YOGIE BELLABUR: Pemanfaatan Roti Afkir Dalam Ransum terhadap Karakas itik Peking Umur 1-8 Minggu, dibimbing oleh TRI HESTI WAHYUNI dan USMAN BUDI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan roti afkir terhadap bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas. Penelitian ini dilaksanakan di jl. Bunga raya 3 no 87 Asam Kumbang, yang berlangsung pada bulan Desember sampai dengan Januari 2014. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan 4 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 5 ekor day old duck (DOD). Perlakuan terdiri dari P0 (ransum tanpa roti afkir); P1 (Ransum dengan 10% roti afkir); P2 (ransum dengan 20% roti afkir); P3 (ransum dengan 30% roti afkir); P4 (Ransum dengan 40% roti afkir).
Hasil penelitian menunjukan rataan bobot potong ( g/ekor) secara berturutturut untuk perlakuan P0, P1, P2, P3 dan P4 sebesar ( 794.33; 818.42;819.25; 966.58; dan 889.33 ). Bobot karkas secara keseluruhan (436.08; 439.67; 440.50; 536.25 dan 495.00). Persentase karkas secara berturut-turut (54.86; 53.44; 53.92; 55.09 dan 55.41). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap bobot potong dan berpengaruh nyata terhadap bobot karkas, serta tidak memberikan pengaruh nyata terhadap persentase karkas. Kesimpulannya adalah bahwa roti afkir dapat digunakan dalam ransum 30%.
Kata Kunci : Roti afkir, Karkas, Itik Peking.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
YOGI BELLABUR, 2014: The Utilization of Salvage Bread in Peking Duck Rations on Carcass of 8th Weeks of Age. Under Supervisied by TRI HESTI WAHYUNI and USMAN BUDI.
The research aimed to determine the utilization of the use of salvage bread to slaughter weight, carcass weight and carcass percentage. The research has been conducted in the jl. Bunga raya 3 no 87 Asam Kumbang from August 2013 until January 2014. The design used in completely randomized design (CRD) with 5 treatments and 4 replications each replications consist of 5 DOD. Treatments were consisted of P0 ( without salvage bread); P1 (10 % salvaga bread ration); P2 (20 % salvage bread ration); P3 (30 % salvage bread ration); P4 (40 % salvage bread ration). The parameters studied were slaughter weigth, carcass weight and carcass percentage.
The result showed the average slaughter weight (g/head) for the treatments of P0, P1, P2, P3 and P4 were (794.33; 818.42; 819.25; 966.58 and 889.33 respectively). Average carcass weight (436.08; 439.67; 440.50; 536.25 and 495.00 respectively). Average carcass percentage (54.86; 53.44; 53.92; 55.09 and 55.41 respectively). The results of this study showed that treatment significantly different on slaughter weight, carcass weight and nonsignificant differently on carcass percentage . The conclusion is that the salvage bread can be used in the ration of 30% . Keywords: Salvage bread, Carcass, Peking duck
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk yang begitu besar menuntut adanya peningkatan
kebutuhan akan protein hewani dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan zat gizi semakin meningkat. Kebutuhan protein hewani ini didapat dari sektor peternakan yang berperan dalam penyediaan kebutuhan pangan.
Penyediaan protein hewani didapat dari sektor usaha ternak unggas, diantaranya adalah itik. Itik merupakan unggas air yang tujuan pemeliharaan utamanya untuk penghasil telur, dan pedaging. Itik yang digolongkan sebagai pedaging salah satunya itik peking.
Terjaminnya kebutuhan protein hewani masyarakat banyak mengalami kendala, dimana pengembangannya dihadapkan pada masalah ransum yang mahal. Salah satu upaya dalam memenuhi kebutuhan tersebut dengan mencari sumber bahan baku alternatif. Dengan memperhatikan mutu dan nilai ekonomisnya perlu diperhatikan produk yang berkualitas dengan harga yang terjangkau bagi konsumen dengan pendapatan rendah.
Salah satu bahan pakan alternatif yang berpotensi adalah limbah roti afkir. Roti afkir adalah roti yang sudah tidak layak dikonsumsi lagi oleh manusia. Limbah roti afkir ini mempunyai kandungan zat pakan yang cukup baik, yang sesuai dengan kebutuhan zat pakan itik pedaging, selain itu harganya juga cukup murah dan ketersediaan bahan baku cukup melimpah. Harga dari roti afkir itu juga cukup murah
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan dengan jagung harga roti afkir berkisar (Rp.1000-Rp.2000/Kg) sedangkan jagung (Rp.3000-Rp.4000/Kg). Ketersediannya limbah roti cukup melimpah di daerah Pantai Labu, dimana terdapat pengumpul roti afkir dan dapat mengumpulkan 300-400/Kg/Minggu. Roti yang dikumpulkan adalah roti Dunkin Donuts. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “pemanfaatan roti afkir dalam ransum terhadap karkas itik peking umur 1-8 minggu”. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pemanfaatan roti afkir dalam ransum terhadap karkas itik peking umur 8 minggu. Hipotesis Penelitian
Penggunaan roti afkir dapat meningkatkan bobot potong, bobot karkas, dan persentase karkas. Kegunaan Penelititan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti dan peternak serta masyarakat pada umumnya, bahwa roti afkir dapat digunakan sebagai pakan alternatif bagi itik peking. Kegunaan penelitian lainnya sebagai sumber informasi dimasa mendatang, terutama bagi para pengambil keputusan dan para pembuat kebijakan sebagai acuan dalam rangka pembangunan usaha ternak itik agar lebih berkembang.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami
perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara dilingkungan subtropis maupun tropis. Itik peking mudah beradaptasi dan keinginan untuk terbang kecil sekali. Umumnya dipelihara secara intensif dengan dilengkapi kolam yang dangkal (Murtidjo, 1996).
Itik peking termasuk golongan itik pedaging yang mulai popular di Indonesia. Produksi dagingnya dapat mencapai 3 sampai 3,5 kg pada umur 7-8 minggu. Namun meskipun itik peking adalah itik pedaging, pemeliharaannya belum meluas, kemungkinan karena masalah harga saat itik dipasarkan (Anggorodi, 1995).
Tujuan pokok pemeliharaan itik pedaging adalah untuk menghasilkan daging bagi konsumsi manusia. Itik pedaging adalah itik yang mampu tumbuh cepat dan dapat mengubah pakan secara efisien menjadi daging yang bernial gizi tinggi. Disamping itu itik pedaging harus memiliki konfirmasi dan struktur perdagingan yang baik (Srigandono, 1996).
Berbeda dengan itik petelur, itik pedaging mempunyai badan yang besar dan tubuhnya tidak tegak berdiri, tetapi mendatar atau horizontal, dagingnya juga banyak. Bangsa-bangsa itik termasuk dalam itik pedaging putih, itik Aylesbury, itik Manila, itik Rouaan. Banyak kemungkinaan untuk masa mendatang, itik peking akan menjadi popular, terutama untuk membantu pemenuhaan gizi masyarakat pedesaan (Rasyaf, 1982).
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan Nutrisi Itik Pedaging Bahan pakan itik pedaging adalah bahan pakan yang memiliki unsur-unsur
gizi seperti energi, mineral, protein, vitamin, karbohidrat dan air. Bahan pakan untuk itik biasanya jagung kuning, bungkil kedelai, tepung ikan dan pakan lainnya yang menjadi sumber energi. (Wahyu, 1992).
Ransum untuk itik pada dasarnya sama seperti untuk anak ayam, kesamaannya terutama dalam penggunaan bahan pakan. Ransum itik umumnya diberikan agak basah, Air perlu ditambahkan kedalam ransum untuk membuat bahan ransum saling melekat, akan tetapi ransum tidak boleh begitu basah sehingga becek (Anggorodi, 1995).
Unsur-unsur gizi untuk itik terdiri dari protein yang merupakan unsur gizi yang paling banyak dibutuhkan untuk kehidupan dan produksi, energi dan air. Kebutuhan protein untuk itik dipengaruhi oleh: umur itik, pertumbuhan, reproduksi dan iklim, dimana temperatur mempengaruhi konsumsi ransum. Pada temperatur yang panas itik mengurangi konsumsinya dan sebaliknya pada musim dingin. Bila protein dan asam aminonya kekurangan atau tidak terpenuhi akan menyebabkan pertumbuhannya terganggu dan proses pembentukan dan keindahan bulunya terganggu (Rasyaf, 1982).
Secara garis besar dianjurkan bahwa pada periode starter hendaknya ransum mengandung protein 20 sampai 22% dengan energi metabolisme 2800 sampai 3000 kkal, sedangkan setelah umur 2 minggu sampai saat dipotong protein diturunkan menjadi 16 sampai 17% dan energi 3000 kkal (Srigandono, 1997).
Universitas Sumatera Utara
Laju pertumbuhan dan konsumsi itik pedaging menurut NRC (1994) Disitasi Srigandono (1997) dicantumkan pada Tabel 1 berikut:
Tabel1. Laju pertumbuhan konsumsi makanan itik pedaging
Umur
Berat badan Konsumsi seminggu
(Mg)
(kg)
(kg)
Jantan Betina Jantan
Betina
0 0.06 0.06
1 0.27 0.27 0.22 0.22
2 0.78 0.74 0.77 0.73
3 1.38 1.28 1.12 1.11
4 1.96 1.82 1.28 1.28
5 2.49 2.30 1.48 1.43
6 2.96 2.73 1.63 1.59
7 3.34 3.60 1.68 1.63
8 3.61 3.29 1.68 1.63
Sumber: NRC (1994) disitasi Srigandono (1997)
Konsumsi kumulatif
(kg)
Jantan
Betina
0.22 0.22 0.99 0.95 2.11 2.05 3.40 3.33 4.87 4.76 6.50 6.35 8.18 7.98 9.86 9.61
Penggolongan zat-zat nutrisi adalah karbohidrat, lemak, protein, zat-zat
mineral, zat-zat vitamin dan air. Fungsi karbohidrat pada ternak unggas adalah
sebagai energi dan panas serta disimpan sebagai lemak jika berlebihan, sementara
karena lemak mudah tengik, maka sebagian besar ransum mengandung tidak lebih
dari sekitar 4-5% lemak. Protein adalah unsur pokok alat tubuh dan jaringan lunak
tubuh ternak unggas, zat tersebut diperlukan untuk pertumbuhan, pengelolaan dan
produksi telur serta merupakan bagian semua enzim dalam tubuh. Zat-zat mineral dan
vitamin merupakan nutrisi mikro penting untuk mencegah penyakit-penyakit
defisiensi. Sementara air mempunyai peranan penting sebagai stabilitator suhu
(Anggorodi, 1997).
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan gizi itik peking menurut NRC (1994) disitasi Anggorodi (1997)
dicantumkan pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Kebutuhan nutrisi itik peking
Nutrisi
Pemula
Pertumbuhan
(0-2 minggu) (0-2 minggu)
Em (Kkal/Kg)
2900
3000
Protein (%)
22,00
16,00
Aginin (%)
1,10 1,00
Lisin (%)
1,10 0,90
Methionin+sistin(%)
0,80
0,60
Kalsium (%)
0,68 0,60
Fosfor tersedia (%)
0,40
0,35
Natrium (%)
0,15 0,15
Khlor (%)
0,12 0,12
Magnesium (mg)
500 500
Mangan (mg)
40,00
40,00
Zinkum (mg)
60,00
60,00
Selenium (mg)
0,14 0,14
Vitamin A (IU)
4000
4000
Vitamin D (ICU)
220 220
Vitamin K (mg)
0,40 0,40
Riboflavin (mg)
4,00 4,00
Asam Pantothenat(mg)
11,00
11,00
Niasin (mg)
55,00
55,00
Sumber : National Rescarch Council (199 ) disitasi Anggorodi (1997)
Breeding
2900 15,00
0,70 0,55 2,75 0,35 0,15 0,12 500 40,00 60,00 0,14 4000 220 0,40 4,00 11,00 55,00
Roti Afkir Roti merupakan makanan manusia yang praktis, yang memberikan kebutuhan
untuk pertumbuhan badan yang sehat. Bahan pokok dalam pembuatan roti terdiri dari
tepung terigu, ragi dan air. Tepung terigu dibuat dari gandum, karena itu kandungan
karbohidratnya cukup tinggi berkisar 70-73%, yang terdiri dari amilosa dan
amilopektin dalam jumlah yang sama (1 : 1). Sedangkan kadar proteinnya secara
umum terdiri dari glutenin dan gliadin (Astawan,2007).
Universitas Sumatera Utara
Roti afkir adalah roti yang sudah tidak layak lagi dikonsumsi oleh manusia
dikarenakan sudah melewati batas ketahanan roti tersebut. Roti afkir sudah tidak
memiliki nutrisi yang sama seperti roti yang belum afkir, dikarenakan roti afkir
sudah mengalami perubahan tekstur, aroma dan rasa. Oleh karena itu, roti afkir dijual
dengan harga yang murah berkisar Rp 1700 sampai Rp 2000 per kg nya. Roti afkir
tidak langsung dibuang karena dapat menjadi pakan alternatif bagi hewan unggas
ataupun hewan lainnya (Daghir,1995).
Roti yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia mengandung energi
sebesar 215 kkal, protein 5,29 g, karbohidrat 44,95 g, lemak 1,9 g, kalsium 15 mg,
fosfor 94 mg dan zat besi 1,24 mg. Selain itu di dalam roti coklat juga terkandung
vitamin A sebanyak 2 IU dan vitamin B1 0,06 mg. Hasil tersebut didapat dari
melakukan penelitian terhadap 100 g roti. Kandungan nutrisi yang terkandung pada
roti afkir tidak jauh berbeda dengan roti yang belum afkir. Pada Tabel 3 disajikan
kandungan nilai gizi dari roti afkir :
Tabel 3. Komposisi nutrisi roti afkir
Jenis Nutrisi
Kandungan
Energi metabolis (Kkal/kg)
2952u
Protein kasar (%)
6,47a
Lemak kasar (%)
24,34a
Serat kasar (%)
0,85a
Abu (%)
1,90a
Sumber : u Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Fakultas
Peternakan UNPAD ( 2007 ). a Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Prodi Peternakan Fakultas Pertanian USU (
2013).
Universitas Sumatera Utara
Karkas Karkas unggas adalah daging bersama tulang hasil pemotongan setelah
dipisahkan dari kepala sampai pangkal leher dan dari kaki sampai batas lutut, isi rongga perut serta darah dan bulu (Murtidjo, 1992).
Karkas itik peking bewarna kuning dan kelihatan sangat menarik, tekstur dagingnya juga sangat bagus. Persilangan dengan bangsa itik Aylesbury menghasilkan keturunan dengan tekstur daging yang lebih bagus lagi. Daging itik sebenarnya mirip dengan bahan yang lezat dan bergizi tinggi. Kandungan protein daging ini sepadan dengan jenis ternak lain, sedangkan kandungan lemaknya terlalu tinggi (Srigandono, 1997).
Sifat karkas yang baik adalah berbentuk padat, tidak kurus, tidak terdapat kerusakan kulit ataupun dagingnya, sedangkan untuk karkas yang kurang baik mempunyai daging yang kurang pada bagian dada sehingga kelihatan panjang dan kurus (Siregar et al., 1980).
Kualitas daging dan karkas dipengaruhi oleh faktor sebelum dan sesudah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain adalah genetik, species, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur dan ransum. Faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi antara lain metode pemanasan, ph karkas dan daging. Faktor yang menentukan nilai dari karkas meliputi berat karkas, jumlah daging yang dihasilkan, dan kualitas daging dari karkas yang bersangkutan (Soeparno,1994).
Universitas Sumatera Utara
Disamping itu bahwa produksi karkas sangat erat kaitannya dengan bobot badan, sedangkan pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh bahan pakan penyusun ransum (Nataamidjaya dkk, 1995).
Menurut Ensminger (1992), kualitas karkas terbagi atas 3 bagian, yaitu kualitas A, kualitas B dan kualitas C. Ciri-ciri dari masing-masing kualitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:
Tabel 4. Ciri-ciri kualitas karkas
Faktor Kualitas Konformasi
Pedagingan Perlemakan Keutuhan
Perubahan warna
Kualitas A Sempurna
Tebal Cukup Sempurna
Bebas dari memar
Kualitas B
Kualitas C
Boleh ada cacat Ada cacat sedikit
sedikit tapi tidak
boleh pada bagian
paha
Sedang
Tipis
Cukup
Tipis
Tulang sempurna Tulang boleh ada
kulit boleh sobek yang patah,Ujung
sedikit tapi tidak sayap boleh lepas,
pada bagian paha kulit boleh ada
sobek tapi tidak
terlalu lebar
Ada memar Ada memar sedikit tapi tidak pada bagian dada
Bobot Potong Ternak itik yang layak dipotong biasanya berumur 7-8 minggu. Sebelum
dipotong itik dipuasakan terlebih dahulu 8-10 jam. Pemuasaan bertujuan agar saluran pencernaan relative kosong sehingga pada saat diproses karkas tidak terkontaminasi oleh kotoran atau isi saluran pencernaan. (Srigandono, 1997).
Universitas Sumatera Utara
Persentase karkas Persentase karkas merupakan faktor penting untuk menilai produksi ternak,
karena produksi erat kaitannya dengan bobot hidup, dimana semakin bertambah bobot hidupnya maka produksi karkasnya semakin meningkat (Murtidjo, 1996).
Menurut Kartadisastra (1998), persentase karkas adalah perbandingan antara bobot karkas dengan bobot tubuh kosong (BTK) atau bobot ternak setelah dipuasakan dikali 100%. Secara umum persentase karkas unggas berkisar antara 65-75% dari berat hidup (Priyatno, 1997).
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Jl. Bunga raya 3 no 87 asam kumbang.
Penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu lebih kurang 1-8 minggu.
Bahan dan Alat Penelitian Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah itik peking umur 1 hari (DOD) sebanyak 100 ekor. Bahan penyusun ransum terdiri atas jagung, dedak padi, bungkil kelapa, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati, bungkil inti sawit, roti afkir, Top Mix. Air minum untuk memenuhi kebutuhan air dalam tubuh. Air gula untuk mengurangi stress dari kelelahan transportasi. Rodalon sebagai desinfektan kandang dan peralatan tempat pakan dan minum. Formalin 40% untuk fumigasi kandang. Vitamin dan suplemen tambahan seperti Vitachick.
Alat Adapun alat yang digunakan adalah kandang baterai berukuran 100 cm x 100
cm x 50 cm, sebanyak 20 unit dan tiap unit diisi 5 ekor anak itik (DOD). Peralatan kandang terdiri dari 20 unit tempat pakan dan 20 unit tempat minum. Timbangan Salter digital kapasitas 3000 g untuk menimbang bobot badan itik dan menimbang ransum. Alat penerang dan pemanas berupa lampu pijar 40 watt sebanyak 20 buah. Thermometer sebagai pengukur suhu kandang. Alat pencatat data seperti buku data,
Universitas Sumatera Utara
alat tulis dan kalkulator. Alat pembersih kandang berupa sapu, sekop dan hand
sprayer. Alat lalu berupa plastik, ember dan pisau.
Metode Penelitian
Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap
(RAL) dengan 5 perlakuan 4 ulangan setiap ulangan terdiri atas 5 (DOD).
Rancangan acak lengkap adalah suatu desain percobaan dengan menempatkan perl
akuan secara random terhadap unit percobaan. Rancangan ini biasa dilakukan pada p
ercobaan dengan kondisi yang relatif homogen. Perlakuan adalah sebagai berikut:
T0 = Ransum tanpa Roti Afkir T1 = Ransum dengan 10% Roti Afkir T2 = Ransum dengan 20% Roti Afkir T3 = Ransum dengan 30% Roti Afkir T4 = Ransum dengan 40% Roti Afkir Pada Tabel 5 dapat dilihat susunan formula ransum starter (0-2 minggu) :
Tabel 5. Susunan formula ransum starter (0-2 minggu)
Bahan Roti afkir T. jagung BIS B. kedelai B. kelapa T. ikan Dedak Top mix M. nabati Total PK (%) EM (kkal/g)
T0 0,0 40,0 13,0 17,0 5,90 8,0 14,0 0,10 2,0 100,0 21,54 2736,89
T1 10,0 30,0 13,0 17,0 5,90 8,0 14,0 0,10 2,0 100,0 21,29 2700,09
T2 20,0 23,0 13,0 16,40 4,50 9,0 12,0 0,10 2,0 100,0 21,06 2725,39
T3 30,0 14,0 11,90 16,50 3,50 10,0 12,0 0,10 2,0 100,0
21,10 2717,20
T4 40,0 8,0 8,0 18,50 3,20 10,0 10,20 0,10 2,0 100,0
21,19 2748,88
Universitas Sumatera Utara
SK (%)
6,08 5,96 5,48 5,18 4,48
LK (%)
5,26
7,30
9,24
11,30
13,04
Ca 0,63 0,63 0,69 0,74 0,73
P 0,67 0,67 0,67 0,70 0,64 Pada Tabel 6 dapat dillihat formulasi ransum (2-8 minggu) sebagai berikut :
Tabel 6. Susunan formula ransum finisher (2-8 minggu)
Bahan
T0 T1 T2 T3 T4
Roti afkir
0,0 10,0 20,0 30,0 40,0
T. jagung
48,0 40,0 36,90 30,0 20,0
BIS
22,50
22,0
8,0
8,0 5,90
B. kedelai
3,0 4,0 6,0 7,0 9,0
B. kelapa
3,50 3,0 4,0 4,0 5,0
T. ikan
8,0 8,0 8,0 8,0 8,0
Dedak
12,90
10,90
15,0
10,90
10,0
Top mix
0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
M. nabati
2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
Total
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
PK (%) EM (kkal/g) SK (%) LK (%) Ca P
16,60 2801,07 6,37 5,81 0,63 0,69
16,59 2805,37 5,93 7,63 0,63 0,66
16,00 2840,78 5,11 9,62 0,57 0,61
16,02 2864,67 4,52 11,26 0,58 0,56
16,43 2833,45 4,24 13,08 0,58 0,54
Kombinasi perlakuan dan ulangan sebagai berikut: P22 P44 P34 P11 P42 P12 P24 P43 P23 P21 P03 P33 P01 P13 P04 P32
P41 P02 P14 P31
Model matematika percobaan yang digunakan adalah : Yij = µ + σi + ᶓij
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
I=
1 , 2 , 3, …,, i = perlakuan
j=
1 , 2 , 3 …,,, j = ulangan
Yij =
nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j
µ=
nilai tengah umum
σi = ij =
pengaruh perlakuan ke-i efek j galat pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j
Parameter penelitian
Parameter yang diukur dalam penelitian adalah:
1. Bobot potong (g/ekor)
Bobot potong adalah bobot ternak setelah dipuasakan 12 jam.
2. Bobot Karkas (g/ekor)
Bobot karkas merupakan daging bersama tulang hasil pemotongan setelah
dipisahkan bulu dan darah, kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai
batas lutut dan isi rongga bagian dalam.
3. Persentase Karkas (%)
Persentase karkas merupakan perbandingan antara bobot karkas dengan bobot
potong dikalikan 100 (%).
Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan adalah sistem baterai, terdiri dari 20 unit, Setiap
unit terdapat 5 ekor anak itik. Sebelum anak itik dimasukan, kandang dibersihkan
dengan air dan detergen kemudian didesinfektan menggunakan rodalon dan fumigasi
Universitas Sumatera Utara
menggunakan formalin 40%. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta alat penerangan. Istirahat kandang dilakukan selama 1 minggu, Air gula diberikan pada saat DOD baru tiba untuk mengurangi cengkaman stress selama perjalanan.
2. Random anak itik Sebelum anak itik dimasukkan kedalam kandang, terlebih dahulu dilakukan
penimbangan untuk mengetahui kisaran bobot badan awal yang akan di gunakan, kemudian ditempatkan di dalam percobaan. 3. Penyusun Ransum
Sebelum penyusunan ransum dilakukan roti afkir terlebih dahulu dicacah dilanjutkan dengan pengeringan dengan matahari dan dilanjutkan dengan menggrinder roti afkir untuk jadikan menjadi tepung. Bahan penyusun yang digunakan terdiri dari jagung, dedak padi, bungkil kedelai, tepung ikan, bungkil inti sawit, minyak nabati, roti afkir,top mix dan kapur, bahan penyusun ransum yang digunakan ditimbang terlebih dahulu sesuai komposisi susunan ransum yang telah ditentukan dalam formulasi tiap perlakuan. Metode yang digunakan dalam mencampur ransum adalah secara manual dan ransum disusun dua kali seminggu untuk mencegah terjadinya ketengikan pada ransum. 4. Pemeliharaan Itik
Itik dipelihara dalam kandang perlakuan diberi penerangan (lampu pijar 45 watt), ransum dan air minum diberikan secara ad-libitum.
Universitas Sumatera Utara
5. Pengambilan Sampel
Sampel dimbil secara acak, setiap plot 3 ekor, Mewakili masing-masing
perlakuan dan ulangan, Itik diambil lalu ditimbang untuk mendapatkan bobot potong,
Dengan demikian jumlah sampel seluruhnya sebanyak 60 ekor.
6. Pemrosesan itik
Itik disembelih pada bagian leher tepatnya dibagian vena jugularis sesuai
dengan syariat islam, Itik dibiarkan hingga mati. Setelah mati itik dicelupkan kedalam
air panas dengan suhu 60oC (1420F) selama ± menit
(Ensmeninger, 1992).
Kemudian itik dibului sampai bulunya bersih, selanjutnya dipotong kepala sampai
pangkal leher, kaki sampai batas lutut, dikeluarkan jeroannya dan karkas pun
ditimbang.
7. Analisis Data
Analisi data dilakukan setelah penelitian selesai dan semua data yang
dibutuhkan telah diperoleh. Jika semua data telah diperoleh maka dilanjutkan uji
lanjut berdasarkan koefisien keragaman yang telah dihitung. Bila nilai F hitung yang
diperoleh lebih besar dari nilai F Tabel maka perlakuan berpelakuan nyata atau sangat
nyata terhadap objek. Bila nilai F hitung lebih kecil atau sama dengan nilai F tabel
maka perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap tidak nyata terhadap objek.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot Potong
Bobot potong merupakan bobot yang diperoleh setelah ternak dipuasakan
selama 12 jam. Data rataan bobot potong dapat dilihat pada Tabel 7:
Tabel 7. Rataan bobot potong itik peking umur 8 minggu (g/ekor).
Perlakuan 1
P0 731,00 P1 834,67 P2 826,67 P3 947,33
P4 905,67
2 855,33 830,67 725,00 962,00
791,00
Ulangan 3 789,67 728,67 759,33 983,00
891,67
4 801,33 879,67 966,00 974,00
969,00
Total
3177,33 3273,67 3277,00 3866,33 3557,33
Rataan±sd
794,33±51,00 818,42±63,82 819,25±106,56 966,58±15,45 889,33±73,69
Dari Tabel di atas rataan bobot potong tertinggi diperoleh dari hasil penelitian
ada pada perlakuan P3 (Ransum dengan 30% Roti Afkir) sebesar 966,58g dan
terendah pada perlakuan P0 (Ransum tanpa Roti Afkir) sebesar 794,33g.
Untuk mengetahui pengaruh pemberiaan roti afkir dalam ransum terhadap
bobot potong, maka dilakukan analisis keragamaan yang tertera pada Tabel 8:
Tabel 8. Analisis keragaman bobot potong umur 8 minggu.
SK dB
Perlakuan 4
Galat
15
Total
19
keterrangan : * = nyata
JK KT F hitung
79572,39 19893,1 4,19734* 71091,81 4739,45 150664,19
F Tabel 0,05 3,06
0,01 4,89
Penelitian ini memberikan hasil bahwa itik peking yang memiliki bobot
potong paling besar terdapat pada perlakuan P3. Bobot itik peking pada P0 memiliki
bobot potong paling kecil dikarenakan bobot hidupnya juga merupakan bobot paling
Universitas Sumatera Utara
kecil diantara P1, P2, P3 dan P4. Pendapat tersebut didukukung oleh Anggorodi
(1985) yang menyatakan bahwa energi dalam menentukan banyaknya jumlah ransum
yang dikonsumsi.
Bobot Karkas Bobot karkas merupakan bobot yang diperoleh dari selisih bobot tubuh setelah
dipuasakan (bobot potong) dengan daging bersama tulang hasil pemotongan setelah
dipisahkan bulu dan darah, kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai batas lutut
dan isi rongga bagian dalam. Data rataan bobot karkas dapat dilihat dari Tabel 9:
Tabel 9. Rataan bobot karkas itik peking umur 8 minggu(g/ekor).
Perlakuan
P0 P1 P2 P3 P4
1 394,33 465,00 457,00 553,67 512,00
2 479,00 462,33 384,67 538,33 422,00
Ulangan 3
423,33 334,00 428,67 539,67 478,33
4 447,67 497,33 491,67 513,33 567,67
Total
1744,33 1758,67 1762,00 2145,00 1980,00
Rataan±Sd
436,08±35,97 439,67±72,22 440,50±45,27 536,25±16,78 495,00±61,08
Tabel di atas rataan bobot karkas tertinggi yang diperoleh dari hasil
penelitian ada perlakuan P3 (Ransum dengan 30% Roti Afkir) yaitu sebesar 604,33g
dan terendah pada perlakuan P0 (Ransum tanpa Roti Afkir ) sebesar 458,00g.
Untuk mengetahui pengaruh pemberiaan roti afkir dalam ransum terhadap
bobot karkas, maka dilakukan analisis keragamaan yang tertera pada Tabel 10:
Tabel 10. Analisis keragaman bobot karkas umur 8 minggu.
SK Db
Perlakuan 4
Galat
15
Total
19
keterrangan : * = nyata
JK
31814,06 37696,5 69510,56
KT
7953,51 2513,1
Fhitung F Tabel 0,05
3,16482* 3,06
0,01 4,89
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini memberikan hasil bahwa itik peking yang memiliki bobot potong besar akan memiliki bobot karkas yang besar juga. Bobot itik peking pada P3 memiliki bobot paling besar dikarenakan bobot potong yang dimiliki oleh itik peking besar juga. Bobot itik peking pada P0 memiliki bobot potong paling kecil dikarenakan bobot hidupnya juga merupakan bobot paling kecil diantara P1, P2, P3 dan P4. Penelitian ini memberikan hasil bahwa semakin besar bobot potong akan menghasilkan bobot karkas yang besar juga.
Faktor lain yang berpengaruh pada bobot karkas adalah tingkat konsumsi unggas itu sendiri, semakin tinggi konsumsi maka akan semakin baik pula bobot karkas yang dihasilkan. Akan tetapi hal tersebut juga akan dipengaruhi oleh daya cerna ternak terhadap bahan pakan yang dikonsumsinya. Jenis kelamin ternak juga sangat berpengaruh pada bobot karkas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Siregar (1994) yang menyatakan bahwa bobot, mutu dan kualitas karkas juga dipengaruhi oleh genetik, jenis kelamin dan umur.
Pemberian ransum yang berenergi tinggi dengan imbangan yang baik antara protein, vitamin dan mineral akan menghasilkan bobot karkas yang tinggi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Nataamidjaya et al., 1995) yang menyatakan bahwa produksi karkas sangat erat kaitannya dengan bobot badan, dimana pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh bahan pakan penyusun ransum. Adapun bahan-bahan pakan penyusun ransum dilakukan dua kali seminggu, sehingga ketengikan pakan tersebut dapat dihindari.
Universitas Sumatera Utara
Persentase Karkas
Persentase karkas merupakan perbandingan antara bobot karkas dengan bobot
potong dikalikan 100 (%). Data rataan persentase karkas itik peking dapat dilihat
pada Tabel 11:
Tabel 11. Rataan persentase karkas itik peking umur 8 minggu.
Perlakuan
P0 P1 P2 P3 P4
1 53,94 55,71 55,28 58,16 56,06
2 56,00 55,66 53,06 55,96 53,35
Ulangan 3
53,61 45,84 56,45 53,54 53,64
4 55,87 56,54 50,90 52,70 58,58
Total Rataan±Sd
219,42 213,74 215,69 220,36 221,64
54,86±1,25 53,44±5,08 53,92±2,46 55,09±2,47 55,41±2,44
Tabel di atas diperoleh bahwa rataan persentase karkas tertinggi terdapat pada
perlakuan P4 sebesar 55,41%, sedangkan persentase terkecil pada P2 53,92%.
Persentase terbesar tidak dihasilkan dari bobot hewan yang terbesar.
Untuk mengetahui pengaruh pemberian roti afkir terhadap persentase karkas
dapat dilihat pada Tabel 12:
Tabel 12. Analisis keragaman persentase karkas itik peking umur 8 minggu. ,
SK Db JK
Perlakuan 4
11,04
Galat
15 136,465
Total
19 147,50
Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata
KT
2,75948 9,09766
Fhitung 0,30tn
F Tabel 0,05 3,06
0,01 4,89
Penelitian ini memberikan hasil bahwa persentase itik peking umur 8 minggu dalam penelitian ini pada perlakuan P4 sebesar 55,41%, sedangkan persentase terkecil pada P2 53,92%. Rataan persentase karkas yang diperoleh Wiloeto (1990)
Universitas Sumatera Utara
yang disitasi oleh Srigandono (1997) yang menyatakan bahwa itik peking pada umur 50-56 hari mencapai persentase karkas sampai 65%, namun tingkat pertumbuhan tersebut terjadi pada keadaan suhu lingkungan pemeliharaan 13-27 C. Didaerah yang suhunya lebih tinggi, misalnya didaerah tropis yang suhu udaranya berada diantara 28-29 C, tingkat pertumbuhan yang dapat kira-kira 10% lebih rendah.
Rekapitulasi Hasil Penelitian Rekapitulasi penelitian terhadap bobot potong, bobot karkas, dan persentase
karkas dapat dilihat pada tabel 13:
Tabel 13. Rekapitulasi hasil penelitian pemanfaatan roti afkir dalam ransum
Karkas itik peking umur 1-8 minggu.
Perlakuan
P0 P1 P2 P3 P4
Keterangan
Bobot Potong (g/ekor) 794,33* 818,42* 819,25* 966,58* 889,33*
: tn = berbeda tidak nyata
Bobot Karkas (g/ekor) 436,08* 439,67* 440,50* 536,25* 495,00*
Persentase karkas
(%) 54,86 tn 53,44 tn 53,92 tn 55,09 tn 55,41 tn
Berdasarkan hasil penelitian di atas diperoleh bahwa pemanfaatan roti afkir
memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot potong, bobot karkas pada
perlakuan P3 memberikan pengaruh nyata dibandingkan dengan perlakuan P0, P1,
P2, P4 dan tidak berpengaruh nyata terhadap persentase karkas.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Pemberian roti afkir dalam ransum itik peking umur 8 minggu dengan pemberian level 30 % roti afkir berpengaruh nyata meningkatkan bobot potong, bobot karkas dan tidak berpengaruh nyata terhadap persentase karkas umur 8 minggu. Saran
Pemanfaataan roti afkir dalam ransum untuk peternak itik peking disarankan level 30%.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R, 1995 Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir Fakultas Peternkan IPB, Bogor.
Anggorodi, R,. 1997. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka,Jakarta. Astawan, M. 2007. Kandungan serat dan Gizi pada Roti Ungguli Mie dan Nasi.
Kompas Cyber Media, Bogor. Daghir, N.J.,1992. Poultry Production in Hot Climates. Singapore. Direktorat Jendral peternakan, 1991. Pemanfaatan Limbah Industri Rumah
Tangga Sebagai Pakan. Ensminger, M.E.,1992.Poultry Science. Interstate Publisher. Danville, Illionis. Hasibuan, J., 1996. Pengaruh Isi Rumen Sapi Sebagai Subtitusi Dedak Halus
Dalam Ransum Terhadap Bobot Badan, Karkas, dan Lemak Abdominal Ayam Broiler. Skripsi jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Usu, Medan. Hanafiah, A.H,. 2000. Rancangan Percobaan Raja Grafindo Persada,Jakarta. Kartadisastra, H.R., 1998. Beternak Kelinci Unggul. Kansius, Yogyakarta. Laboratorium Ilmu Nutrisi Dan Pakan Ternak, 2013. Hasil Analisa Roti Afkir. Program studi Peternakan FP USU,Medan. Murtidjo, B,A., 1992. Bahan Makanan Unggas. Kansius,Yogyakarta. Murtidjo, B,A., 1996. Mengelola Itik. Kansius, Yogyakarta. NRC, 1994. Nutrient Requirements for Poultry. National Research Council, Washington D. C. USA. Prawirokusumo, Y . B., 1994. Ilmu Usaha Tani. BPFE, Yogyakarta. Priyatno, M.A., 1997. Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. Penebar swadaya, Jakarta. Rasyaf, 1982. Beternak itik. Kansius, Yogyakarta. Soeparno, 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. UGM Press, Yogyakarta.
Universitas Sumatera Utara
Srigandono, B., 1996. Beternak Itik Pedaging. PT. Trubus Agrywudya, Ungaran. Srigandono, 1997. Ilmu Unggas Air. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wahyu, J., 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. UGM Press, Yogyakarta. Yuniastuti, A.,2002. Efek Pakan Berserat Pada Ransum Ayam terhadap Kadar
Lemak Dan kolesterol Daging Ayam Broiler, Jurnal Ilmiah Sainteks, Vol IX No. 3 hal 175. Semarang.
Universitas Sumatera Utara