GAYA CINTA PADA REMAJA AKHIR

1

BAB I
Dewasa ini banyak ditemukan kasus yang melibatkan hubungan cinta remaja, hubungan yang
seharusnya dipenuhi kenyamanan dan kehangatan. Namun dalam kenyataannya, cinta
tidaklah berjalan sesuai yang diharapkan saja. Remaja banyak juga yang terkadang salah
menafsirkan makna berpacaran atau cinta itu sendiri. Dalam hal ini perlu dipahami bersama
bahwa cinta adalah seperangkat alat untuk menjalin relasi. Namun dalam beberapa kasus
yang melibatkan remaja, cinta dapat menjadi sesuatu hal yang salah. Misalkan saja kasus
kekerasan dalam pacaran, bahkan ada yang sampai bunuh diri karena putus cinta. Perlu
adanya tinjauan lagi dalam hubungan yang dijalin oleh para remaja saat ini. Kekerasan dalam
pacaran atau datting violance ini kebanyakan tidak hanya pada perempuan, namun laki-laki
juga bisa menjadi korban. Data yang ada sekitar 957 dari 3000 responden menyatakan pernah
mengalami kekerasan dalam pacaran.
Kebanyakan kekerasan dalam pacaran ini terjadi saat seorang remaja berada pada posisi
selalu ingin tau tentang pasangannya dan membatasi setiap ruang gerak pasangan karena rasa
takut kehilangan atau rasa memiliki yang terlalu tinggi, biasanya orang akan menyebutnya
sebagai pasangan yang posesif. Sedangkan orang yang menjadi korban adalah orang yang
mempunyai prinsip rela melakukan apapun demi pasangnnya atau dalam teori gaya cinta
lebih dikenal sebagai Altruistik. Kondisi ini akan terus berlangsung karena korban merasa
harus berkorban demi kebahagiaan pasangan yang dicintai, dan tidak akan melaporkan

kekerasan yang diterimanya. Kedua tipe cinta tersebut terlihat sangat menguras emosi,
bahkan cenderung penuh tekanan. Oleh karena itu, remaja perlu tahu tentang bagaimana
pemahaman gaya cinta yang sesuai tugas perkembangannya, begitupun orang tua untuk lebih
terlibat dan mengawasi relasi yang dijalani oleh remaja agar tidak banyak terjadi lagi
kekerasan dalam pacaran di kalangan remaja. (Harian Umum Pelita, 2012: Newsdetik, 2012)
Sedangkan gaya cinta selain altruistik dan posesif, menurut Lee masih ada empat gaya cinta
yang lain. Yaitu, kawan baik, main-main, pragmatic dan romantik. Dalam keenam jenis
tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan, biasanya remaja cenderung memiliki dua
sampai tiga jenis dari gaya cinta tersebut dalam sebuah relasi yang dijalin mereka. Selain itu
gaya cinta yang positif adalah gaya cinta yang menyenagkan dan terjalin dalam suasana yang
hangat, biasanya ada dalam bentuk gaya cinta kawan baik, juga altruistik yang merupakan
kombinasi dari eros dan storge. Sementara untuk keempat gaya cinta tersebut lebih menguras
tenaga dan bisa membawa dampak negatif. (Tylor, 2009 : 314 - 315)
Relasi yang dibangun manusia tak jarang adalah bentuk hubungan dengan lawan jenis, yang
biasanya disertai komitmen untuk setia selama menjalani hubungan. Relasi romantis ini
dimulai ketika manusia menginjak usia remaja, yaitu 14 tahun dan akan berlanjut hingga dia
dewasa. Hal ini sesuai dengan salah satu tugas perkembangan remaja akhir yaitu menjalin
relasi dengan lawan jenis, mulai lebih fokus dalam memilih pasangan, dan tidak lagi mainmain. Remaja pada usia 18-20 tahun memiliki gaya cinta atau bentuk cinta yang berbeda satu
sama lain, akan tetapi masing-masing tetap dominan dalam beberapa jenis gaya cinta saja.
Ternyata pola asuh juga turut berpengaruh pada jenis relasi yang dikembangkan oleh remaja.

Misalkan anak yang dibesarkan pada keluarga yang bercerai akan membangun relasinya
dengan penuh ketakutan dan lebih menutup diri (Santrock, 2003: 239).
Relasi atau hubungan ini biasanya disebut dengan pacaran atau hubungan cinta, yang fungsi
utamanya adalah mendapatkan seorang pasangan. Cinta sendiri didefinisikan oleh Hendrick
& Hendrick C. sebagai emosi intens misalnya, gairah, obsesi atau emosional stabil dan

2

afiliatif misalnya, kedekatan, keterikatan, persahabatan. Tidak ada fenomena yang dapat
menggambarkan apa itu cinta, dan pada akhirnya cinta hanyalah seperangkat keadaan
emosional dan mental yang kompleks. (Cannary, 1997; Santrock, 2007 ; Irmawati dan
Saragih : 2003).
Rubin (1970,1973) mengkonseptualisasikan cinta sebagai sikap terhadap orang lain, yakni
sekumpulan pikiran yang berbeda terhadap orang yang dicintainya. Rubin mengkonsepsikan
tiga tema utama dalam pemikiran orang tentang cinta. Tema satu, yang disebut sebagai
“keterikatan”, adalah memahami kebutuhan pasangan dan kesadaran akan tingkat
ketergantungan seseorang pada orang lain. Tema kedua berkaitan dengan perhatian pada
orang lain: keinginan untuk meningkatkan kebahagiaan orang lain dan responsif terhadap
kebutuhannya. Tema ketiga menekankan pada rasa saling percaya dan keterbukaan (Taylor,
2009 : 316-317). Menurut Sternberg, 1988. Cinta bukanlah suatu kesatuan tunggal,

melainkan gabungan dari berbagai perasaan, hasrat, dan pikiran yang terjadi secara
bersamaan sehingga menghasilkan perasaan global yang dinamakan cinta. (Marasabessy,
2007 : 7-9)
Sedangkan Lee menyimpulkan dalam perkembangannya ada enam bentuk gaya cinta.
Meskipun jarang ada individu yang dapat digolongkan dalam tipe “murni”, tetapi pada
umumnya individu memberikan nilai tinggi untuk dua atau tiga bentuk, atau nilai moderat
untuk beberapa yang lain dan nilai rendah untuk sisanya. Keenam bentuk gaya cinta tersebut
adalah (1) Gaya cinta romantik, (2) Cinta memiliki, (3) Cinta kawan baik, (4) Cinta
pragmatik, (5) Cinta altruistic, dan (6) Cinta main-main (Dayakisni dan Hudaniah, 2006 ;
Taylor, 2009).
Beberapa penelitian dan kajian tentang teori cinta yang dilakukan dari tahap ke tahap, dapat
disimpulkan bahwa cinta memiliki perbedaan dalam bentuk, jenis dan gaya yang kemudian
diterapkan dalam diri masing-masing individu. Menurut model kelekatan (attachment style),
gaya cinta bisa berkembang karena perkembangan pada masa anak-anak menjadi sumber
penting bagi timbulnya perbedaan bentuk atau gaya cinta pada masing-masing individu etnis
kelekatan itu antara lain secure adults (nyaman dengan intimasi, penyayang), avoidant adult
(kurang nyaman, atau kurang mempercayai pasangan, pengkritik dan kurang perhatian), dan
anxious/ambivalent adult (hubungan cinta sebagai obsesi, daya tarik emosi, dan
kecemburuan) (Dayakisni dan Hudaniah, 2006 ; Taylor, 2009).
Sebuah jajak pendapat yang dilakukan pada tahun 1998, dari 2344 mahasiswa dan mahasiswi

dengan rentan usia 18-23 tahun yang diteliti berpendapat, kesetiaan adalah prioritas tertinggi
dari daftar wanita, dengan 44% wanita berusia kurang dari 30 tahun mengatakan akan
mengakhiri sebuah hubungan jika pasangannya tidaklah setia lagi. Gambaran itu menurun
hingga 32% pada wanita yang berusia 30 tahunan, sedangkan pada wanita 40 tahun, 28%
menyatakan akan mengakhiri hubungan. Sedangkan hanya 11% menyatakan mengakhiri
hubungan pada wanita yang berusia 60 tahun. Ini menunjukkan semakin muda usia wanita
semakin kuat mereka dalam menghadapi pria yang tidak setia dan semakin penting pula nilai
kesetiaan dan monogami bagi mereka (Allan dan Barbara, 2005 : 202-205).
Dalam buku Sex And Gender Differences in Personal Relationships karya Canary, EmmersSommer dan Faulkner (1997) Nin (1992) menegaskan bahwa perempuan tidak membuat
perbedaan antara cinta dan seksualitas. Hite (1987) melaporkan pendapatnya terhadap wanita
dan cinta, dia percaya dengan adanya gagasan bahwa wanita membuat batas kecil antara
kasih sayang dan seks. Banyak perempuan berpendapat tentang keinginan untuk seks dan
cinta. 83% dari wanita yang disurvei Hite, seks berada dalam konteks keterlibatan emosional,

3

sedangkan13% dari wanita lajang dilaporkan menyukai seks bebas dan sesaat. Demikian
pula, Glass dan Wright menemukan bahwa perempuan lebih mungkin untuk menggunakan
cinta daripada seks sebagai pembenaran untuk berselingkuh. Para penulis menyimpulkan
bahwa wanita lebih cenderung percaya bahwa seks dan cinta adalah satu hal yang saling

berkaitan. Semetara itu dalam beberapa penelitian menyatakan bahwa pria lebih cepat jatuh
cinta dari pada wanita, dan pria lebih romantis dari pada wanita (Cannary dkk, 1997 : 68-72).
Penelitian-penelitian di Institut Kinsey menyatakan bahwa selama bercinta persepsi seorang
pria pada pasangannya terkait pada kedalaman perasaan intimnya terhadap pasangannya itu.
Artinya, bahwa pria memberikan nilai lebih tinggi pada daya tarik jasmaninya jika ia jatuh
cinta. Apabila daya tarik jasmani seorang wanita pada pertemuan pertama dinilai tinggi oleh
pria, maka hubungan pasangan itu akan hangat dan ini merupakan satu bagian penting dari
daya tariknya dalam jangka waktu yang lama (Allan dan Barbara, 2005 : 221).
Pria lebih mendominasi suatu hubungan dengan komponen passion misalnya dengan
mengekspresikan makna cinta dengan cara melakukan tingkah laku seksual mulai dari
berpegangan tangan, berciuman, bahkan sampai melakukan hubungan intim. Untuk aspek
perhatian dan kepribadian dalam berkencan, wanita menunjukkan minat yang lebih pada
pengungkapan kepribadian dan pengungkapan diri sendiri daripada para pria (Douvan &
Adelson, 1966; Feiring, 1992, 1995; Simon & Gagnon, 1969; Santrock, 2003).
Bailey, Hendrick dan Hendrick, (1987) meneliti bagaimana gaya cinta dan seksualitas
berhubungan dengan jenis kelamin. Hasil penelitian itu didukung oleh keyakinan populer
tentang hubungan antara peran gender dan pengertian tentang cinta. Secara khusus, cinta
sebagai permainan (Ludus) lebih mengarah pada maskulinitas dan jarang berhubungan
dengan feminitas. Jenis cinta posesif/tergantung (Manic) cenderung berkaitan dengan
feminitas dan jarang ada pada sifat maskulinitas. Perempuan lebih pragmatis (Pragma)

dibandingkan laki-laki. Wanita memiliki gagasan yang realistis dari cinta. Kesimpulannya
maskulinitas tidak berhubungan dengan sikap Eros (Romantis), Storge (persahabatan /
companionate), Agape (self-less), juga Pragma (pragmatis). Sementara itu feminitas terkait
dengan semua enam jenis cinta (Cannary dkk, 1997 : 79).
Dari penjelasan perbedaan gaya cinta cukup sulit untuk menggolongkan seseorang berada
dalam gaya cinta apa, dari enam jenis gaya cinta yang ada. Namun penulis dapat memberikan
analisa terkait gaya cinta yang digunakan yaitu perempuan cenderung memaknai cinta dalam
suatu hubungan dengan kedekatan emosional, atau cinta yang mengutamakan keakraban yang
menyenangkan, sementara laki-laki cenderung menggunakan kedekatan gaya cinta yang
berasal dari daya tarik fisik jasmaniah. Seperti hasil riset juga menunjukkan ada perbedaan
seks dalam gaya percintaan. Pria kelihatannya lebih cenderung pada gaya bercinta romantik,
main-main atau egosentric, sementara wanita cenderung pada gaya cinta persahabatan,
obsesive/inscure atau pragmatik (Dayakisni dan Hudaniah, 2006 : 197-199).
Seorang remaja akhir akan mengalami emosi intens yang disebut cinta, dan sebagaimana
telah disebutkan dari enam jenis gaya cinta diatas, ada beberapa bentuk gaya cinta yang
cukup menguras energi, ini akan berpengaruh pada perkembangan gaya cinta selanjutnya,
karena gaya cinta dapat berubah sesuai pengalaman remaja sebelumnya. Gaya cinta
berkembang dipengaruhi oleh lingkungan dan pola asuh keluarga. Apabila remaja tidak
mengenal gaya cinta yang sedang berkembang dalam dirinya, dia akan kesulitan untuk
mempersiapkan tahapan selanjutnya menuju dewasa awal. Untuk itu remaja perlu mengenali

tahapan perkembangan gaya cinta yang dilaluinya. Dan seharusnya gaya cinta remaja akhir

4

cenderung pada gaya cinta yang bersahabat dan terjalin lama, juga tetap pada pasangan yang
sama (Taylor, 2009; Santrock, 2003).

GAYA CINTA PADA REMAJA AKHIR
SKRIPSI

Oleh:
Ria Fitriani
07810224

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013

GAYA CINTA PADA REMAJA AKHIR


SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai
Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarana Psikologi

Ria Fitriani
NIM: 07810224

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013

SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh :
Ria Fitriani
Nim: 07810224
Telah dipertahankan di depan Dewan penguji pada tanggal, 01 Februari 2013
dan dinyatakan memenuhi syarat sebagai kelengkapan memperoleh gelar Sarjana (S1)
Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Susunan Dewan Penguji:

Ketua/Pembimbing I

Sekretaris/Pembimbing II

Hudaniah, M.Si.,Psi

Yuni Nurhamidah, S.Psi., M.Si

Anggota I

Anggota II

Dra Cahyaning Suryaningrum, M.Si

Ni’matuzahroh, S.Psi., M.Si

Mengesahkan,
Dekan

Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si


SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tanngan dibawah ini :
Nama

: Ria Fitriani

NIM

: 07810224

Fakultas / Jurusan

: Psikologi

Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul:

Gaya Cinta Pada Remaja Akhir.
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam
bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.
2. Hasil karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak bebas
Royalti non-eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan undangundang yang berlaku.

Mengetahui,

Malang, 01 Februari 2013

Ketua Program Studi

Yang Menyatakan,

Ni’matuzahroh S.Psi., M.Psi

Ria Fitriani

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa terpanjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya penyusunan skripsi berjudul “Gaya Cinta Pada Remaja
Akhir” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di
Universitas Muhammadiyah Malang dapat terselesaikan dengan baik.
Proses penulisan skripsi ini kiranya mampu terselesaikan atas bantuan berbagai pihak;
oleh karenanya dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih tak terhingga
kepada:
1. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Hudaniah, S.Psi., M.Si. dan Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si. selaku Pembimbing I dan II
yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan kritik sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Ari Firmanto, S.Psi., M.Si. selaku Dosen wali yang telah sabar memberi pengarahan dan
bimbingan kepada penulis sejak awal perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini.
4. Seluruh keluarga besar Fakultas Psikologi UMM (Staf Pengajar/Dosen dan Staf Tata
Usaha Fakultas Psikologi). Trimakasih atas pelajaran yang telah diberi selama penulis
berada di kampus tercinta
5. Kawan-kawan subjek penelitian penulis, kesediaan kalian sangat membantu dalam
penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu yang telah dengan sabar menunggu penulis hingga ke titik ini. Tetap
berjuang dalam pengharapan besar yang bahkan anandapun tak bisa membayangkan
pengorbanannya.
7. Nenek dan keluarga besarku (Sawojajar), terimakasih telah mengisi hariku selama
penulis di Malang.
8. Dani. Terimakasih karena atasmu saya tidak pernah menyerah pada keadaan dan
membuat saya selalu mencari cara untuk tidak menyerah hingga titik akhir. (Bukan
karena apa yang telah diberikan namun atas apa yang telah didapatkan)
9. Prahesti, Leni, Salman F, Anhar, Ade Nopi, Syifa, Luqman, Abdi, Yuda, Shalim,
Burhan, Engki, Makrus, Supri, Tatik. Terimakasih telah menyadarkan penulis untuk
tetap bertahan dan berjuang dalam situasi apapun, juga menemani penulis dalam diskusi
kecil warung kopi (99, Raja).

10. Guru terbaik dalam kehidupan (Untuk dipelajari agar untuk dimengerti) Yunda: Asfi,
Nida, Didin, Atul, Lilik, Happy. Kanda: Fadly, Fian. Kawan: Arie, Ratna, Doni, Dila.
Adinda: Yeni, Ansori, Fatwa, Ika, Ifa, Gilang, Mariam, Ulin, Indah, Jopy, Uly.
11. Terimakasih pula pada kawan yang telah memberi motivasi tersendiri bagi penulis.
Bowo.
12. HMI Cabang Malang, HMI KORKOM UMM (Psikologi, Hukum, ISIP, KIP, Ekonomi,
Pertanian, Petrik, AI, Teknik, Per.Kesehatan). Setiap sudut selalu ada kenangan antara
aku dan dimensi waktu yang menenggak romantisme kehidupan bersamamu.
13. Teman-teman angkatan 2007 kelas D, serta semua pihak yang telah membantu dalam
terselesaikannya skripsi ini dan tak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna baik dari aspek
materi, metodologi dan analisisnya. Kerenanya kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan untuk karya yang lebih baik di masa mendatang. Akhirnya hanya
kepada Allah Swt. penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Billahitaufiq Walhidayah
Wassalamualaikum Wr.Wb
Malang, 01 Februari 2013
Penulis,

Ria Fitriani

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
ABSTRAK .................................................................................................................

1-2

PENDAHULUAN .....................................................................................................

3-5

LANDASAN TEORI .................................................................................................

6-8

METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian............................................................................................

9

Metode Pengumpulan Data ............................................................................

9-12

Prosedur Penelitian.........................................................................................

12

Metode Analisa Data......................................................................................

13

HASIL PENELITIAN ...............................................................................................

14-16

DISKUSI ....................................................................................................................

16-17

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................................................

18

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Tabel 1.

Tipologi Cinta Lee ..................................................................................

6

Tabel 2.

Blue Print Skala Perbedaan Gaya Cinta .................................................

10

Tabel 3.

Indeks Distribusi Skala Gaya Cinta ........................................................

10

Tabel 4.

Indeks Reliabilitas Skala Gaya Cinta .....................................................

11

Tabel 5.

Blue Print Skala Gaya Cinta Setelah Try Out ........................................

12

Tabel 6.

Deskripsi Subjek Penelitian ....................................................................

14

Tabel 7.

Distribusi Gaya Cinta Ditinjau dari Jurusan ...........................................

14

Tabel 8.

Distribusi Gaya Cinta Ditinjau dari Jenis Kelamin ................................

15

Tabel 9.

Distribusi Gaya Cinta Ditinjau dari Usia ................................................

15

Tabel 10. Distribusi Gaya Cinta .............................................................................

15

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 1995. Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
_______________. 2009. Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cannary, D.J, Faulkner, S and Emmers-Sommer T.M. 1997. Sex and gender differnces in
personal relationship. New York: The Guilford Press.
Dayakisni, Tri dan Hudaniah. 2009. Psikologi sosial. Malang: UMM Press.
Feldman, Robert S. 1985. Social psychology, international student edition. Singapore: Kin
Keong Printing.
Hatfield, Elaine, Pillemer, Jane T., O’Brien, Mary U., & Le, Yen-Chi L. 2008. The
endurance of love: passionate and companionate love in newlywed and long-term
marriages. Interpersona 2(1), 35-64. (Journal). Campus Rouge: Honolulu-USA
Hatfield, Elaine, Nerenz, David, Greenberger, David, Lamberk, Philip and Spreacher,
Susan.____. Passionate and companionate love in newlywed couples (Journal).
University of Hawaii.
Irmawati dan Saranggih J.R.____. Fenomena jatuh cinta pada mahasiswi (Jurnal).
Universitas Sumatra Utara.
Maataa, K & Uusiautti, S. Love does not retire-not even after a half century of merriage.
International journal of aducational and sosial research vol.2 (1). Januari 2012.
Univercity of Lapland. Finland, USA.
Mahardika, Danu. 2012. Komnas PA: Penyebab Terbanyak Anak Bunuh Diri Karena
Putus Cinta (Artikel).http://news.detik.com/read/2012/07/23/145237/1972404/10/
diunduh Senin, 23/07/2012 14:52 WIB
Mapiare, Andi. 1996. Psikologi remaja. Surabaya: Usana Offset Printing.
Marabessy, Rismawati.____. Perbedaan cinta berdasarkan teori segi tiga Sternberg
antara wanita dengan pria masa dewasa awal (Jurnal). Universitas Gunadarma.
Meneg PP. 2012. Meneg PP: Satu dari Lima Remaja Alami Pelecehan Seksual (artikel).
Harian umum Pelita: http://www.pelita.or.id/baca.php?id=47477
Pease, Barbara & Allan. 2009. Why men don’t listen and women can’t read map
(Terjemahan). Jakarta: Cahaya Insan Suci.
Santrock, John W. 2003. Adolescence edisi keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga.
______________. 2007. Remaja edisi sebelas jilid dua. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Scully, Darragh._____. Love across the life span: Age effects on the Love attitudes Scale in
Three
age
groups
from
20
to
60+.
Cowan
University.
http://www.geocities.ws/darragh_scully/love_across_the_lifespan.html
Setyorini, E.W. 2007. Perbedaan gaya cinta pada remaja akhir ditinjau dari peran gender
(Jurnal). Universitas Muhammadiyah Malang: www.digilib.umm.ac.id

Taylor, Shelley E, Sears, D.O and Peplau. L.A. 2009. Psikologi sosial edisi kedua belas.
Jakarta: Kencana Perdana Media Group.
Tung, Tang Pui. 2007. Romantic relationship: Love styles, Triangular love, and
relationship satisfaction (Journal). University of Hongkong.