III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2008 sampai dengan Maret 2009. Di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan,
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah empat jenis bambu menurut tipe ikatan pembuluh yang ditunjukan pada Tabel 1. Contoh uji diambil
berdasarkan pembagian pangkal, tengah dan ujung, untuk bambu jenis Arundinaria japonica tidak dilakukan pembagian batang karena jumlah sampel
yang sangat terbatas. Tabel 1 Jenis bahan baku bambu berdasarkan empat tipe ikatan pembuluh
menurut Liese dan Groser 1973, Zuhud et al. 1994 dan Botanical Garden of
Indonesia 2001 Tipe
Ikatan Genus Bambu
Jenis bambu Lokasi
Pengambilan I Arundinaria
Arundinaria japonica Sieb Zucc ex Steud
K. Raya Bogor
II Cephalostachyum Cephalostachyum pergracile Munro
K. Raya Bogor
III Oxynantera Dendrocalamus strictus Roxb.
K. Raya Bogor
IV Dendrocalamus Dendrocalamus giganteus Munro K.
Raya Bogor
Bahan kimia yang digunakan adalah asam nitrat HNO
3
, natrium hidroksida NaOH, asam asetat glasial CH
3
COOH, natrium klorit Na
2
ClO
3
, natrium hipoklorit NaHClO
2
, asam sulfat H
2
SO
4
, etanol benzene, dan aquades.
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan adalah boiling water bath, corong, gelas piala 80
dan 1000 ml, labu erlenmeyer 250, 500 dan 1000 ml, gelas ukur 10, 500 dan 1000 ml, pipet volumetrik, pipet Mohr, labu takar 500, 1000 ml, timbangan digital,
oven suhu 103±2ºC, Oven tanur 600ºC, desikator, sudip spatula, pengaduk gelas, kertas saring, termometer, seperangkat alat sohklet, timbel reaksi,
desikator, cawan porselen, gegep, gelas arloji dan cawan petri.
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Persiapan Sampel untuk Analisis Kimia TAPPI T-257 os 76
Bambu dirajang dan dipotong-potong sebesar batang korek api, dikering udarakan kemudian digiling dengan menggunakan Hammer mill dan disaring
hingga diperoleh serbuk dengan ukuran 40-60 mesh. Serbuk bambu dimasukan ke dalam timbel diekstrak dalam peralatan sokhlet dengan menggunakan 300 ml
campuran pelarut etanol benzene 1:2. Ekstraksi dilakukan selama 6-8 jam, mencuci sampel minimal 24 kali atau hingga
shiponing pada peralatan sokhlet berwarna bening. Kayu dipindahkan ke corong bunsher, kemudian lakukan
ekstraksi dengan menggunakan 95 etanol selama 4 jam. Kelebihan pelarut setelah ekstraksi dapat dihilangkan dengan melakukan pengisapan dengan
menggunakan vakum. Pindahkan serbuk kayu ke dalam erlemeyer 1000 ml dan tambahkan 500
ml air destilasi mendidih. Setelah ekstraksi, saring pada kertas saring dan cuci dengan 500 ml air aquades mendidih. Kondisikan serbuk kayu pada kondisi
kering udara kemudian dihitung kadar airnya.
3.3.2 Penentuan Kadar Air ASTM Standard D 2016
Serbuk sebanyak 1 gram ditempatkan pada cawan porselen yang telah diketahui bobotnya kemudian dimasukan ke dalam oven dengan suhu 103±2ºC
selama 24 jam untuk menghilangkan seluruh air. Sampel dimasukan ke dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang hingga bobotnya tetap.
Kadar air = [ BA-BKTBKT ] x 100 Keterangan :
BA = Bobot awal gram
BKT = Bobot kering tanur serbuk gram
3.3.3 Penentuan Komponen Kimia Struktural Bambu 3.3.3.1 Penentuan Holoselulosa Browning, 1967
Serbuk bambu sebanyak 2 gram 40-60 mesh dimasukan ke dalam labu erlemeyer dan camurkan secara berturut-turut 100 ml air aquades, 0.5 ml asaam
asetat glasial dan 30 ml natrium hipoklorit. Labu erlemeyer ditempatkan pada penangas air dengan suhu 70 - 80
°C selama satu jam dengan sesekali digoyangkan. Setelah satu jam tambahkan berturut-turut 0.2 ml asam asetat
glasial dan 30 ml natrium hipoklorit. Ulangi penambahan asam asetat dan natrium hipoklorit pada akhir jam ke dua dan ke tiga. Dalam setiap penambahan
asam asetat selalu dilakukan pertama kali. Selanjutnya saring holoselulosa pada kertas saring yang telah diketahui
bobotnya. Holoselulosa yang diperoleh dicuci dengan air panas dan tambahkan 25 ml asam asetat 10 lalu dicuci dengan air panas hingga bebas asam.
Sampel dioven dengan mengeringkannya dalam oven dengan suhu 103±2ºC hingga bobotnya tetap.
Kadar holoselulosa = [BKTAhBKTBs] x 100 Keterangan :
BKTAh = Bobot kering tanur holoselulosa gram BKTBs = Bobot kering tanur serbuk bambu gram
3.3.3.2 Kadar Selulosa Cross dan Bevan 1912
Sebanyak ± 2.5 gram serbuk bebas zat ekstraktif dimasukan ke dalam
labu erlemeyer 300 ml lalu tambahkan 125 ml larutan asam nitrat 3.5 dan dipanaskan dalam waterbath selama 12 jam suhu 80
°C. Setelah pemanasan sampel disaring dengan air destilata hingga tidak berwarna dan kering udarakan.
Sampel dipindahkan ke dalam erlemeyer kembali lalu ditambahkan 125 ml larutan campuran NaOH dan Na
2
SO
3
dan panaskan 2 jam pada suhu 50 °C.
Saring dengan cawan saring dan cuci dengan air destilata hingga filtrat tak berwarna. Tambahkan 100 ml larutan sodium hipoklorit 10 dan cuci dengan air
hingga diperoleh endapan berwarna putih. Tambahkan 100 ml asam asetat 10 lalu dicuci hingga bebas asam. Sampel dioven pada suhu 103
± 2°C dan timbang hingga bobotnya tetap.
Kadar selulosa = [BKTAsBKTBs ] x 100 Keterangan :
BKTAs = bobot kering tanur selulosa gram
BKTBs = bobot kering tanur serbuk gram
3.3.3.3 Kadar Alfa Selulosa ASTM 1980
Sebanyak 2 gram serbuk selulosa ditempatkan dalam erlemeyer 250 ml. Masukan 16 ml NaOH 17.5 dalam gelas ukur pada suhu 20
°C sambil diaduk kemudian pada saat reaksi 5, 10 dan 15 menit ditambahkan 5 ml NaOH 17.5
tutup dengan gelas arloji lalu biarkan sampai 45 menit. Saring sampel dengan kertas saring lalu dibilas dengan 125 ml NaOH 8 dan usahakan pembilasan
berlangsung selama 5 menit. Bilas dengan menggunakan asam asetat 10 lalu bilas dengan air hingga bebas asam. Sampel dikeringkan pada suhu 103±2
°C dan ditimbang hingga bobotnya tetap.
Alfa selulosa = [BKTAaBKTBs] x 100 Keterangan :
BKTAa = Bobot kering tanur alfa selulosa gram BKTBs
= Bobot kering tanur serbuk gram.
3.3.3.4 Kadar Lignin Klason
Serbuk kayu bebas zat ekstraktif sebanyak 1,0 ± 0,1 gram dalam gelas piala. Tambahkan 15 ml larutan asam sulfat 72. Penambahan asam dilakukan
secara perlahan dan bertahap sambil diaduk pada temperatur 2 ± 1 ºC. Setelah tercampur sempurna, simpan gelas piala pada suhu 20 ± 1 ºC selama dua jam
sambil diaduk sesekali. Ditambahkan sekitar 300-400 ml air ke dalam erlemeyer 1000 ml dan pindahkan sampel dari gelas piala ke erlemeyer. Bilas dan encerkan
larutan dengan air aquades hingga dicapai konsentrasi asam sulfat 3 yaitu hingga total volume 575 ml. Didihkan larutan selama 4 jam dan jaga agar volume
larutan tetapdengan menambahkan air panas. Lignin disaring dengan kertas saring dan dicuci dengan air panas hingga bebas asam. Sampel lignin
dikeringkan dalam oven pada suhu 105 ±3 ºC hingga bobotnya tetap. KadarLignin = [BKTALBKTBs] x 100
Keterangan : BKTAL = Bobot kering tanur lignin gram
BKTBs = Bobot tanur serbuk gram
3.3.4 Penentuan Komponen Kimia Non-struktural Bambu 3.3.4.1 Kelarutan dalam Etanol-benzene TAPPI T 204 om 88
Serbuk bambu sebanyak 10 gram dimasukan ke dalam kertas saring yang dibuat seperti timble yang telah diketahui bobotnya. Ektraksi dilakukan di
dalam sokhlet dengan menggunakan etanol benzene 1:2 sebanyak 300 ml selama 6-8 jam atau minimal 24 kali pencucian timble oleh pelarut. Setelah itu
timble dicuci menggunakan etanol hingga larutan bening. Untuk menghilangkan sisa pelarut digunakan vakum dan dioven pada suhu 103±2ºC hingga bobotnya
tetap. Kelarutan = [BKA-BKTB] BKTB x 100
Keterangan : BKTA = Bobot kering tanur serbuk sebelum ekstraksi gram
BKTB = Bobot kering tanur serbuk setelah ekstraksi gram
3.3.4.2 Kelarutan kayu dalam Air Dingin TAPPI T 207 om-93
Serbuk kayu sebanyak 2 gram diekstrak dengan 300 ml aquades dingin dalam erlemeyer 400 ml selama 48 jam pada suhu kamar sambil diaduk.
Kemudian serbuk disaring melalui kertas saring yang telah diketahui bobotnya. Cuci dengan 200 ml air aquades dingin dan keringkan pada oven bersuhu
103 ±2°C, simpan pada desikator dan timbang sampai bobotnya tetap.
Kelarutan = [ BKTA – BKTB ] BKTA x 100
3.3.4.3 Kelarutan Kayu dalam Air Panas TAPPI T 207 om-93
Serbuk kayu sebanyak 2 gram, diekstrak dengan 100 ml aquades panas yang dimasukan ke dalam erlemeyer 250 ml. Sampel dipanaskan di dalam
waterbath selama 3 jam dan diaduk sesekali. Kemudian sampel disaring dan dicuci dengan menggunakan air panas. Masukan sampel ke dalam oven dengan
suhu 103 ±2°C selama 2 jam.
Kelarutan = [ BKTA – BKTB ] BKTB x 100
3.3.4.4 Kelarutan Kayu dalam NaOH 1 TAPPI T 212 om-93
Sebanyak 2 gram serbuk bambu ditempatkan dalam gelas piala 200 ml. Tambahkan 100
±1 ml larutan NaOH 1 dan aduk dengan pengaduk kaca. Tutup gelas piala dengan gelas arloji dan tempatkan dalam waterbath. Aduk larutan
dengan dengan pengaduk kaca selama masing-masing 5 detik setelah setelah
pemanasan 10, 15, dan 25 menit. Setelah 60 menit pindahkan sampel dalam gelas filter dan cuci dengan 100 ml air panas. Kemudian tambahkan 25 ml asam
asetat 10 dan biarkan sampel terendam selama 1 menit sebelum larutan asam asetat dihilangkan. Cuci dengan air panas hingga bebas asam. Keringkan glass
filter dan sampel dalam oven pada suhu 105 ± 3°C, kemudian timbang hingga
bobotnya tetap. Kelarutan = [ BKTA – BKTB ] BKTB x 100
3.3.4.5 Penentuan Kadar Abu dalam Kayu TAPPI 211 om-93
Serbuk kayu sebanyak 1 gram kering ovgen ditimbang dalam cawan abu yang telah diketahui bobotnya dan dioven pada suhu 100
°C, lalu ditingkatkan sampai 525
°C secara bertahap sehingga terjadi karbonisasi tanpa pembakaran. Atur suhu pengabuan pada kisaran 525 ± 25
°C. Pembakaran selesai apabila partikel hitam telah hilang kemudian sampel dimasukan ke dalam desikator
kemudian timbang hingga tetap. Kadar abu = [BKTAb BKTBs] x 100
Keterangan : BKTAb = Bobot kering tanur abu gram
BKTBs = Bobot kering tanur serbuk kayu kering gram
3.4 Analisis Data
Analisis data kadar komponen kimia kayu setiap jenis bambu dilakukan secara deskriftif. Untuk mengetahui kecenderungan dari pangkal ke ujung
disajikan dalam bentuk grafik. Analisis data kadar komponen kimia bambu menurut tipe ikatan pembuluh pada bagian pangkal, tengah dan ujung digunakan
Rancangan Percobaan Tersarang Tak Seimbang Unbalanced Nested Design
dengan model persamaan sebagai berikut :
Dimana : Y
ijk
= Nilai pengamatan pada jenis bambu ke-i, bagian bamu ke-j dan ulangan ke-k.
µ = nilai tengah populasi
τ
i
= pengaruh utama dari faktor jenis bambu ke-i, β
ji
= pengaruh dari faktor tersarang bagian bambu ke-j
Y
ijk
= µ + τ
i
+ β
ji
+ ε
ijk
ε
ijk
= pengaruh galat perlakuan pada jenis bambu ke-i, bagian bambu ke-j dan ulangan ke-k
i = Jenis bambu menurut tipe ikatan pembuluh 1 = Tipe I, 2 = Tipe II, 3
Tipe III, 4 Tipe IV. j
= Bagian bambu 1 = Pangkal, 2 = Tengah, 3 = Ujung, 4 = Seluruh bagian digunakan
k = Jumlah ulangan dua ulangan.
Dengan menggunakan software Minitab 15.0 uji analisis keragaman
dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan yang diberikan kepada respon berupa uji F pada tingkat kepercayaan 95. Apabila nilai p-value hasil uji
lebih kecil daripada nilai α = 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan
berpengaruh nyata. Untuk mengetahui respon mana saja yang menunjukan perbedaan dilakukan uji lanjut Tukey.
3.5 Diagram Alir Penelitian
Adapun diagram alir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai berikut :
Persiapan Bahan Untuk Analisis Komponen Kimia
Kadar Holoselulosa Kadar Selulosa
Kadar α selulosa
Kadar Lignin Komponen Kimia Struktural
Komponen Kimia Non Struktural Zat terlarut etanol benzene
Zat terlarut dalam NaOH Zat terlarut dalam air dingin
Zat terlarut dalam air panas Kadar Abu
Empat jenis bambu pada empat tipe ikatan pembuluh
Pembagian Batang pangkal, tengah, ujung
Analisis Data Serbuk ukuran 40-60 mesh
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN