Latar Belakang Analisis faktor perilaku ibu hamil dalam pelaksanaan Program Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) di Puskesmas Kabupaten Jombang.

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV hanya menular antar manusia serta menyerang sistem kekebalan tubuh yaitu sistem yang melindungi tubuh terhadap infeksi. Tahun-tahun pertama setelah terinfeksi tidak ada gejala atau tanda infeksi, kebanyakan individu yang terinfeksi HIV tidak mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi. Individu yang terinfeksi HIV dapat tetap sehat bertahun-tahun tanpa ada tanda fisik atau gejala infeksi. Individu yang terinfeksi virus tersebut tetapi tanpa gejala adalah HIV positif atau memiliki penyakit HIV tanpa gejala, apabila gejala muncul , individu tersebut memiliki infeksi HIV bergejala atau penyakit HIV lanjutan. Pada stadium ini individu kemungkinan besar akan mengembangkan infeksi penyerta yang disebut oportunistik Grapes, 2005. Pada tahun 2013 World Health Organization WHO mengumumkan 34 juta orang di dunia mengidap virus HIV penyebab AIDS dan sebagian besar dari mereka hidup dalam kemiskinan dan di negara berkembang. Data WHO terbaru juga menunjukkan peningkatan jumlah pengidap HIV yangmendapatkan pengobatan.Tahun 2012 tercatat 9,7 juta orang, angka ini meningkat 300.000 orang lebih banyak dibandingkan satu dekade sebelumnya WHO, 2013. 1 2 Jumlah kasus HIV –AIDS dari tahun ke tahun terus meningkat meskipun usaha-usaha pencegahan terus dilaksanakan. Global Statistic UNAIDS menyebutkan bahwa ditahun 2014 penderita HIV mencapai 35.9 juta atau sekitar 33.3 juta-38.9 juta dan pada tahun 2015 jumlah penderita HIV di dunia meningkat mencapai 36.7 juta atau sekitar 3.0 juta-39.8 juta manusia menderita HIV. Daerah Afrika Timur dan Selatan menjadi daerah dengan prevalensi HIV tertinggi yaitu 19.0 juta penderita HIV , selanjutnya Amerika Latin dan Caribia 2.0 juta penderita HIV AIDS dan diikuti Asia Pasifik 5.1 juta penderita HIV UNAIDS, 2016. Sumber : UNAIDS, 2016 Gambar 1.1 Peta jumlah penderita HIV AIDS di Asia Pasifik Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang pertumbuhan kasus HIV-AIDS nya relatif lebih cepat . Indonesia merupakan epidemi terkonsentrasi concentrated level epidemic, artinya negara yang mempunyai tingkat prevalensi lebih dari 5 dari populasi resiko tinggi yaitu dari penjaja seks, pengguna narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif 3 lainnya NAPZA suntik, dan hubungan seksual tidak aman Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan RI, 2008. Di tahun 2015 jumlah penderita HIV Indonesia menempati urutan kedua di Asia Pasifik yaitu sebesar 690.000 penderita HIV setelah India sebesar 2.100.000 penderita HIV HIV and AIDS data hub for Asia Pasifik,2015. Berdasarkan data Ditjen PP PL Kemenkes RI tahun 2014, kasus HIV dan AIDS di Indonesia dalam triwulan bulan Juli sampai dengan September tercatat kasus HIV 7.335 , kasus sedangkan kasus AIDS 176 kasus. Estimasi dan proyeksi jumlah Orang Dengan HIV dan AIDS ODHA menurut populasi beresiko dimana jumlah ODHA di populasi wanita resiko rendah mengalami peningkatan dari 190.349 kasus pada tahun 2011 menjadi 279.276 kasus ditahun 2016 Kemenkes RI, 2014. Menurut data Kemenkes, sejak tahun 2005 sampai September 2015, terdapat kasus HIV sebanyak 184.929 yang didapat dari laporan layanan konseling dan tes HIV. Jumlah kasus HIV tertinggi yaitu di DKI Jakarta 38.464 kasus, diikuti Jawa Timur 24.104kasus, Papua 20.147 kasus, Jawa Barat 17.075 kasus dan Jawa Tengah 12.267 kasus. Epidemi HIV di Indonesia biasanya dihubungkan dengan pengguna jarum suntik Penasun dan pekerja seks perempuan WPS, akan tetapi saat ini situasi epidemi HIV dan AIDS telah berubah. Pada tahun mendatang diproyeksikan jumlah terbesar infeksi HIV baru akan terjadi di antara laki- laki yang berhubungan seks dengan laki-laki LSL, diikuti perempuan pada populasi umum perempuan risiko rendah, yang terdiri dari perempuan 4 terinfeksi melalui hubungan seks dengan pasangan yang telah terinfeksi serta wanita yang melakukan perilaku berisiko pada tahun-tahun sebelumnya dan mereka yang sebenarnya telah terinfeksi HIVdan baru dapat terdeteksi di kemudian hari. Jumlah infeksi HIV yang cukup besar terjadi pada laki-laki yang merupakan pelanggan pekerja seks dan laki-laki populasi umum,yang terdiri dari laki-laki yang terinfeksi melalui hubungan seksual dengan istri-istri mereka ditambah dengan laki-laki yang berhubungan seks dengan WPS pada tahun sebelumnya KemKes, 2013. Kasus HIV dan rantai penularannya masih menjadi masalah besar di Indonesia yang memerlukan perhatian serius. Salah satu penularan HIV Human Immunodeficiency Virus adalah melalui penularan dari Ibu ke Anak, baik selama kehamilan, persalina maupun selama menyusui Kemenkes RI, 2013 Berdasarkan data Kementrian Kesehatan menyebutkan Ibu Rumah Tangga menempati urutan terbesar orang dengan HIV-AIDS ODHA, menurut kelompok mata pencaharian sebanyak 9.096 , karyawan 8.287 dan tidak diketahui profesinya mencapai 21.434 orang sepanjang tahun 1987 sampai september 2015 Pijar A, 2015 Infeksi HIV pada ibu dapat mengancam kehidupan ibu serta ibu dapat menularkan virus kepada bayinya. Lebih dari 90 kasus anak terinfeksi HIV, ditularkan melalui proses penularan dari ibu ke anak atau Mother To Child Hiv Transmission MTCT. Virus HIV dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada anaknya selama kehamilan, saat persalinan dan saat menyusui MenKes, 5 2013. Data dari Kementrian Kesehatan 2011 menunjukkan dari 21.103 ibu hamil yang menjalani tes HIV, 534 2,5 diantaranya positif HIV. Hasil pemodelan Matematika Epidemi HIV kementerian Kesehatan tahun 2012 menunjukkan prevalensi HIV pada pada usia 15-49 tahun dan prevalensi HIV pada ibu hamil di indonesia akan meningkat. Sumber : Hasil pemodelan Matematika epidemic HIV Kementerian Kesehatan, 2012 Gambar 1.2 Hasil pemodelan Matematika epidemic HIV Penularan HIV dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya juga cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya perempuan dengan HIV positif yang tertular baik dari pasangan maupun akibat perilaku yang beresiko. Meskipun angka prevalensi dan penularan dan penularan HIV dari ibu ke bayi masih terbatas, jumlah ibu yang terinfeksi HIV cenderung meningkat. Prevalensi HIV pada ibu hamil diproyeksikan meningkat dari 0,38 2012 menjadi 0,49 2016, dan jumlah ibu hamil positif yang memerlukan layanan PPIAPMTCT juga akan meningkat dari 13.138 orang pada tahun 2012 menjadi 16.191 pada tahun 2016. Demikian pula Jumlah 6 anak berusia dibawah 15 tahun yang terinfeksi HIV dari ibunya pada saat dilahirkan maupun saat menyusui akan meningkat dari 4.3612012 menjadi 5.565 2016, yang berarti angka terjadi peningkatan angka kematian anak akibat AIDS PP MenKes No 51,2013. Sejak dilaporkan pertama kali pada tahun 1987, jumlah kasus HIV dan AIDS terus bertambah di Jawa Timur. Menurut data Dinkes Provinsi Jawa Timur, pada akhir Juni 2012 dilaporkan sebanyak14.034 orang 52, 6309 kasus AIDS dengan komposisi laki laki 4.11965,3 dan perempuan 2.19034,7.Pada ibu rumah tangga dilaporkan 88314 melebihi kasus pada PSK 7,6 . Kondisi ini menunjukkan telah terjadi feminisasi epidemi HIV di Indonesia. Dari hasil proyeksi HIV yang dibuat KPAN, diperkirakan pada waktu mendatang akan terdapat peningkatan prevalensi HIV pada populasi usia 15-49 tahun dari 0,22 pada tahun 2008 menjadi 0,37 di tahun 2014; serta peningkatan jumlah infeksi baru HIV pada perempuan, sehingga akan berdampak meningkatnya jumlah infeksi HIV pada anak. Sebanyak 215 ibu hamil terjangkit HIV dan 158 bayi telah lahir dari ibu HIV positif, dari 32 bayi yang test HIV 15 nya positif Kel.Semampir Kediri, 2014. Dari jumlah 45.375 dalam hasil pemeriksaan perempuan hamil atau Ibu Hamil bumil, sebesar 183 atau 0,59 persen positif HIV. Data itu yang disebutkan oleh Dinas kesehatan Jawa Timur dari tahun 2014 hingga Maret 2015 Berita Jatim,2016. Jumlah penderita HIVAids di Kabupaten Jombang menduduki peringkat ke 2 tertinggi di Jawa Timur. Kurun waktu 1999-April 2016 , 7 tercatat 958 warga positif menderita HIV-AIDS. Data yang dirilis Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, pertumbuhan kasus HIVAIDS cukup mencengangkan. Pada periode 1999-2012 saja, penderita HIVAIDS yang terdeteksi sebesar 443 orang. Kasus itu meningkat drastis selama tahun 2013 dengan ditemukan 157 kasus baru. Tahun 2014 dengan 139 kasus, tahun 2015 dengan 168 kasus dan pada bulan Januari – April telah ditemukan 71 kasus baru. Dengan demikian hingga April 2016, jumlah penderita HIVAIDS di Kota Jombang mencapai 958 orang. Tabel 1.1 Data temuan kasus HIV dan AIDS tahun 1999 – April 2016 di Kabupaten Jombang Tahun HIV AIDS Jumlah 1999 1 1 2000 1 1 2001 3 1 4 2002 1 1 2003 1 1 2004 1 4 5 2005 2 6 8 2006 8 17 25 2007 10 23 33 2008 19 21 40 2009 23 27 50 2010 26 36 62 2011 16 71 87 2012 64 41 105 2013 79 78 157 2014 68 71 139 2015 142 26 168 2016 sd April 63 8 71 Total 525 433 958 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, 2016 Data Dinas Kesehatan Dinkes Jombang juga menyebutkan, angka penderita HIVAIDS sampai triwulan awal tahun 2016 mencapai 71 8 penderita. Empat di antaranya mantan Pekerja Seks Komersial PSK penghuni eks Lokalisasi Dolly, Surabaya. . Tabel 1.2 Data temuan kasus HIV dan AIDS berdasarkan jenis kelamin tahun 1999-April 2016 di Kabupaten Jombang Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah 1999 1 1 2000 1 1 2001 4 4 2002 1 1 2003 1 1 2004 4 1 5 2005 6 2 8 2006 20 5 25 2007 16 17 33 2008 24 16 40 2009 30 20 50 2010 35 27 62 2011 49 38 87 2012 59 46 105 2013 92 65 157 2014 80 59 139 2015 99 69 168 2016 sd April 43 28 71 Total 565 393 958 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, 2016 Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang menjelaskan bahwa jumlah penderita HIV dan AIDS di Kabupaten Jombang berdasarkan jenis kelamin adalah Laki-laki berjumlah 565 orang, dan perempuan berjumlah 393 orang dengan total 958 penderita. Kerentanan perempuan terhadap HIV disebabkan berbagai faktor diantaranya ketimpangan gender yang berakibat pada ketidakmampuan perempuan untuk mengontrol perilaku seksual suami atau pasangan seksualnya serta kurang pengetahuan serta akses untuk mendapatkan 9 informasi dan pelayanan pengobatan kesehatan seksual, kesehatan reproduksi serta HIV AIDSIPPI, 2011. Tabel 1.3 Data temuan HIV dan AIDS berdasarkan usia tahun 1999-April 2016 di Kabupaten Jombang Tahun 4 5-14 15-19 20-24 25-49 50 Jumlah 1999 1 1 2000 1 1 2001 1 1 2 4 2002 1 1 2003 1 1 2004 5 5 2005 1 5 2 8 2006 1 22 2 25 2007 6 26 1 33 2008 3 2 2 29 4 40 2009 2 5 40 3 50 2010 1 5 52 4 62 2011 1 7 72 7 87 2012 4 1 5 86 9 105 2013 8 1 5 19 117 7 157 2014 1 3 3 14 103 15 139 2015 3 2 1 9 123 30 168 Jan- April 2016 2 1 6 55 7 71 Total 24 7 15 82 739 91 958 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, 2016 Berdasarkan data diatas rata-rata penderita HIV dan AIDS pada kurun waktu 1999-April 2016 adalah diusia 25 – 49 tahun yaitu sebesar 739 orang , dan masih banyaknya penderita pada usia kurang dari 4 tahun yaitu sebesar 24 orang dan diusia 5-14 tahun sebesar 7 orang. Hal ini mempunyai dampak yang besar bagi angka kesakitan dan kematian bagi anak dan ibu. Penularan dan penyebaran HIV-AIDS di Indonesia salah satunya melalui jalur penularan dari ibu hamil HIV positif kepada bayi yang 10 dikandungnya, atau yang popular dalam istilah bahasa inggris “Mother To Child Transmission” MTCT. Masalah penularan HIV di Indonesia dari ibu ke bayi dikhawatirkan semakin meningkat, karena pesatnya peningkatan kasus HIV – AIDS pada laki-laki. Hal ini bisa berakibat terjadinya penularan HIV ke pasangan seksualnya yang akhirnya kepada janin yang dikandungnya. Indivudu pengidap HIV tidak dapat dibedakan karena tidak menunjukkan gejala klinis dan hal ini bias terjadi selama 5-10 tahun, sampai saat ini HIV-AIDS adalah penyakit infeksi menular seksual yang dapat mengenai semua umur, ras, etnis, profesi, wilayah dan penularannya sepanjang masa. HIV AIDS masih belum dapat disembuhkan, belum ada vaksinasi. Ketidaktahuan adalah merupakan alasan utama mengapa epidemik ini diluar kendali UNESCO’S,2001 Dampak infeksi HIV pada Ibu antara lain : timbulnya stigma sosial, deskriminasi, mordibitas dan mortalitas maternal. Besarnya stigma sosial menyebabkan orang hidup dengan HIV-AIDS semakin menutup diri tentang keberadaannya, yang pada akhirnya akan mempersulit proses pencegahan dan pengendalian infeksi. Dampak buruk dari pengendalian HIV dari Ibu ka Anak dapat dicegah apabila : 1 Terdeteksi dini, 2 Ibu melakukan ANC secara teratur dan mendapatkan ARV profilaksis secara teratur. Pemberian intervensi tersebut dapat meminimalkan faktor resiko dan diketahui dapat mereduksi resiko transmisi hingga dibawah 2 dari total 25-45 resiko penularan jika tanpa intervensi Saputri dkk, 2011. 11 HIV AIDS akan berdampak negatif pada bidang ekonomi, system perawatan kesehatan, menurunkan umur harapan hidup, menurunkan jumlah anak yang berhasil bertahan hidup serta meningkatkan jumlah anak yatim piatu. Dampak pandemi HIV AIDS diantaranya adalah menyebabkan sakit dan penderitaan , kehilangan pekerjaan dan penghasilan, kematian anggota keluarga, kemiskinan, keputusasaan , penghambat perawatan kesehatan karena adanya stigma dan diskriminasi Kemenkes RI,2008 Pencegahan penularan HIV dari Ibu ke Anak merupakan sebuah upaya yang penting karena sebagian besar 90,3 perempuan HIV positif berada dalam usia reproduksi aktif. Lebih dari 90 kasus anak yang terinfeksi HIV, ditularkan melalui proses penularan dari Ibu ke Anak dan hanya 10 yang terjadi karena proses transfusi, Anak dengan HIV positif sering mengalami gangguan tumbuh kembang bahkan sampai menyebabkan kematian. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak PPIA telah terbukti sebagai intervensi yang sangat efektif untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak.. Menteri Kesehatan meluncurkan “Rencana Aksi Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak RAN-PPIA Indonesia 2013- 2017”, sebagai upaya untuk mencegah penularan HIV dari Ibu ke Anak di Indonesia. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak ditujukan untuk mencegah penularan HIV dari Ibu ke Anak yang dilakukan secara terintegrasi dan komprehensif dengan program-program lainnya yang berkaitan dengan pengendalian HIV-AIDS. Tujuan dari program PPIA 12 mengendalikan penularan HIV melalui upaya pencegahan penularan dari Ibu ke Anak yang terinfeksi HIV, serta menurunkan tingkat kesakitan dan kematian akibat HIV Kemenkes RI,2013. Kabupaten Jombang sebagai daerah epidemi HIV terkonsentrasi mentargetkan 60 ibu hamil mendapatkan pelayanan PPIA yaitu semua ibu hamil harus melakukan pelayanan antenatal dan setiap ibu hamil wajib di tawarkan untuk dilakukan tes HIV dan apabila terdapat ibu hamil yang menolak untuk dilakukan tes HIV, ibu hamil harus menandatangani informed consent penolakan tindakan medis tes HIV. Data tahun 2015 ibu hamil yang sudah dilayani PPIA yaitu 3.558 ibu hamil 14.27 dari 16.091 ibu hamil yang ditawarkan untuk pemeriksaan PPIA. Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan di Puskesmas Perak dari 10 orang ibu hamil yang ditawarkan tes PPIA terdapat 3 orang yang menolak untuk melakukan pemeriksaan PPIA. Mereka masih menutup diri atau malu tentang kondisinya dan mereka juga khawatir akan banyak masyarakat yang mengetahui tentang penyakitnya. Mereka juga terkadang menolak apabila ada petugas kesehatan yang berkunjung ke rumahnya untuk memberikan konseling. Beberapa faktor yang menyebabkan ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan secara dini antara lain kemungkinan kurangnya informasi, kemampuan dan dukungan dari keluarga serta beberapa perempuan tidak menyadari bahwa pasangan seksualnya beresiko terhadap penularan HIV Naidoo,2004 13 Penawaran tes HIV secara aktif oleh petugas kesehatan bagi seluruh ibu hamil yang melakukan pemeriksaan ANC di Puskesmas di Kabupaten Jombang sebagian besar dilakukan sejak tahun 2012 dan ditingkatkan terus pada tahun 2015 . Namun seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa cakupan ibu hamil yang melakukan pemeriksaan HIV masih belum mencapai target yang diharapakan . Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin menganalisis faktor perilaku ibu hamil dalam pemeriksaan HIV Program Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Anak PPIA di Kabupaten Jombang.

1.2 Kajian Masalah