Kelimpahan Artropoda Predator Permukaan Tanah pada Tiga Ekosistem Pertanaman

KELIMPAHAN ARTROPODA PREDATOR
PERMUKAAN TANAH PADA TIGA EKOSISTEM
PERTANAMAN

ALFIANSYAH PUTRA NASUTION

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

ABSTRAK

ALFIANSYAH PUTRA NASUTION. Kelimpahan Artropoda Predator
Permukaan Tanah pada Tiga Ekosistem Pertanaman. Dibimbing oleh I WAYAN
WINASA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan artropoda predator
permukaan tanah pada ekosistem pertanaman jagung, ubi jalar dan cabai di
Kelurahan Situgede Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Lubang perangkap
yang dipergunakan untuk mengambil artropoda predator permukaan tanah terbuat

dari gelas plastik bekas air mineral bervolume 240 ml. Dalam satu buah lubang
perangkap dimasukkan formalin 2% sebanyak 30 ml. Jumlah lubang perangkap
pada masing-masing pertanaman 20 buah yang dipasang menyebar secara
sistematis dengan jarak 5 m antar lubang perangkap. Perangkap dipasang selama 3
x 24 jam dengan interval satu minggu selama delapan minggu. Artropoda predator
permukaan tanah yang berhasil ditangkap dihitung jumlahnya dan diidentifikasi di
laboratorium serta diawetkan ke dalam botol film yang berisi alkohol 90%.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Kelimpahan total artropoda predator permukaan tanah pada pertanaman
jagung berjumlah 1196 individu, sedangkan pada pertanaman ubi jalar dan cabai
masing-masing berjumlah 532 dan 421 individu. Artropoda predator permukaan
tanah yang dominan pada tiga ekosistem pertanaman adalah semut (Formicidae),
kumbang tanah (Carabidae) dan laba-laba serigala (Lycosidae). Proporsi ketiga
artropoda predator tersebut pada pertanaman jagung adalah 54.52%, 25.42%, dan
16.97%, sedangkan pada pertanaman ubi jalar masing-masing sebesar 66.92%,
19.36%, dan 13.16%, serta pada pertanaman cabai masing-masing sebesar
45.13%, 44.89% dan 6.89%. Perkembangan kelimpahan artropoda predator pada
tiga ekosistem pertanaman dipengaruhi oleh serasah, sedangkan curah hujan dan
Collembola tidak tampak jelas pengaruhnya. Berdasarkan data yang telah
dianalisis secara statistik menunjukkan bahwa rata-rata kelimpahan total artropoda

predator permukaan tanah pada pertanaman jagung tertinggi dan berbeda nyata
bila dibandingkan dengan pertanaman ubi jalar dan cabai.
Kata kunci: lubang perangkap, kelimpahan, artropoda predator permukaan tanah.

KELIMPAHAN ARTROPODA PREDATOR
PERMUKAAN TANAH PADA TIGA EKOSISTEM
PERTANAMAN

ALFIANSYAH PUTRA NASUTION

Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2012

Judul Skripsi

: Kelimpahan Artropoda Predator Permukaan Tanah pada Tiga
Ekosistem Pertanaman
Nama Mahasiswa : Alfiansyah Putra Nasution
NIM
: A34070018

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

(Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si)
NIP. 19611210 198703 1 003

Mengetahui,
Ketua Departemen Proteksi Tanaman

(Dr. Ir. Abjad Asih Nawangsih, M.Si)

NIP. 19650621 198910 2 001

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Aekkanopan, 18 Februari 1989, dari pasangan
Juragan, S.Pd dan Masneli Siregar, S.Pd. Penulis merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara.
Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kualuh Hulu pada tahun 2007. Pada
tahun yang sama, penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk
IPB (USMI) dan tercatat sebagai mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007.

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala karuniaNya sehingga tugas akhir ini berhasil diselesaikan. Adapun judul tugas akhir saya
ini adalah “Kelimpahan Artropoda Predator Permukaan Tanah pada Tiga
Ekosistem Pertanaman”. Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk mengetahui
kelimpahan artropoda predator permukaan tanah pada ekosistem pertanaman
jagung, ubi jalar dan cabai di Kelurahan Situgede Kecamatan Bogor Barat, Kota
Bogor, sedangkan pelaksanaan tugas akhir ini pada bulan Februari sampai Juni

2011. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan selama masa perkuliahan dan juga
selama proses penyelesaian tugas akhir ini, antara lain:
1. Bapak Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si. selaku dosen pembimbing atas waktu,
kesabaran, ilmu, dan bimbingannya selama proses penulisan tugas akhir.
2. Bapak Dr. Ir. Kikin Hamzah Mutaqin, M.Si. selaku Dosen Penguji Tamu.
3. Ibu Dr. Dra. Endang Sri Ratna selaku Dosen Moderator Seminar Tugas Akhir
saya.
5. Bapak Dr. Ir. Sugeng Santoso, M.Agr. selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan bimbingannya selama saya berada di Departemen
Proteksi Tanaman IPB.
6. Ayahanda dan Ibunda tercinta, yang telah memberikan kasih sayang,
dukungan, serta doa yang tidak ada habisnya, serta abang dan adikku tercinta
(drh.Sutan Parlindungan Nasution, dr.Lira Erliana Nasution), yang selalu
memberikan dukungan yang terbaik bagi penulis.
7. Pak Wawan, Pak Slamet, Pak Boni, Pak Endang yang telah membantu saya
dalam pelaksanaan penelitian hingga ujian akhir skripsi saya ini.
8. Teman-teman Proteksi Tanaman angkatan 44 terutama ”Basil” yang telah
memberikan pengalaman berarti selama proses perkuliahan.


Bogor, Januari 2012

Alfiansyah Putra Nasution

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................

vi

PENDAHULUAN ................................................................................

1

Latar Belakang ..........................................................................
Tujuan .......................................................................................

Manfaat .....................................................................................

1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................

3

Agroekosistem (Ekosistem Pertanian) .......................................
Tanaman Jagung ..................................................................
Tanaman Ubi Jalar ...............................................................
Tanaman Cabai ....................................................................
Artropoda Predator Permukaan Tanah ......................................
Lycosidae ............................................................................
Salticidae .............................................................................
Carabidae ............................................................................
Staphylinidae .......................................................................
Carcinophoridae ..................................................................

Formicidae ..........................................................................
Teknik Pengamatan Artropoda Predator Permukaan Tanah .......

3
3
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9

BAHAN DAN METODE .....................................................................

10


Bahan dan Alat ..........................................................................
Tempat dan Waktu ....................................................................
Pemasangan Lubang Perangkap .................................................
Pengamatan di Laboratorium .....................................................
Analisis Data .............................................................................

10
10
10
11
11

HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................

12

Keragaman Artropoda Predator Permukaan Tanah dan
Collembola pada Tiga Ekosistem Pertanaman ..........................
Proporsi Artropoda Predator Permukaan Tanah pada Tiga
Ekosistem Pertanaman ..............................................................

Perkembangan Kelimpahan Artropoda Predator Permukaan
Tanah pada Tiga Ekosistem Pertanaman ....................................
Pengaruh Ekosistem Pertanaman terhadap Kelimpahan
Artropoda Predator Permukaan Tanah dan Collembola .............

12
15
18
24

KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................

26

Kesimpulan ...............................................................................
Saran .........................................................................................

26
26


DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................

27

LAMPIRAN .........................................................................................

30

DAFTAR TABEL
No

Teks

Halaman

1. Keragaman artropoda predator permukaan tanah dan Collembola
pada tiga ekosistem pertanaman .....................................................

13

2. Perbandingan kelimpahan artropoda predator permukaan tanah dan
Collembola pada tiga ekosistem pertanaman ..................................

24

DAFTAR GAMBAR
No

Teks

Halaman

1. Proporsi artropoda predator permukaan tanah pada ekosistem
pertanaman jagung ...........................................................................

15

2. Proporsi artropoda predator permukaan tanah pada ekosistem
pertanaman ubi jalar..........................................................................

16

3. Proporsi artropoda predator permukaan tanah pada ekosistem
pertanaman cabai ............................................................................

17

4. a. Perkembangan kelimpahan artropoda predator permukaan tanah
pada ekosistem pertanaman jagung .............................................
b. Curah hujan selama pengamatan .................................................
c. Perkembangan kelimpahan Collembola pada ekosistem
pertanaman jagung .....................................................................
5. a. Perkembangan kelimpahan artropoda predator permukaan tanah
pada ekosistem pertanaman ubi jalar ..........................................
b. Curah hujan selama pengamatan .................................................
c. Perkembangan kelimpahan Collembola pada ekosistem
pertanaman ubi jalar ...................................................................
6. a. Perkembangan kelimpahan artropoda predator permukaan tanah
pada ekosistem pertanaman cabai ...............................................
b. Curah hujan selama pengamatan .................................................
c. Perkembangan kelimpahan Collembola pada ekosistem
pertanaman cabai ........................................................................

20
20
20
21
21
22
23
23
23

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ekosistem pertanian atau agroekosistem dihuni berbagai kelompok
komunitas yang saling berinteraksi, dan komunitas artropoda mendominasi
dengan jumlah spesies dan kelimpahan yang tinggi (Herzog & Funderburk 1986).
Komunitas artropoda dalam ekosistem pertanian dapat dikelompokkan menjadi
artropoda predator, parasitoid serta artropoda fitofag (Rauf 1996). Artropoda
predator permukaan tanah merupakan salah satu komunitas artropoda yang hidup
sebagai predator pada permukaan tanah.
Perkembangan hama pada suatu pertanaman dapat dipengaruhi oleh
musuh alaminya seperti artropoda predator permukaan tanah. Winasa (2001)
menyatakan bahwa kehadiran predator penghuni permukaan tanah berpeluang
memberikan sumbangan terhadap penekanan populasi hama di pertanaman
kedelai. Penelitian tersebut memberikan informasi bahwa tingginya tekanan
pemangsaan pada larva dan pupa umpan yang ditempatkan pada permukaan tanah
pada pertanaman kedelai menunjukkan bahwa predator penghuni permukaan
tanah merupakan komponen penting dari komunitas predator yang menghuni
ekosistem kedelai.
Penelitian terhadap kelimpahan artropoda permukaan tanah pada beberapa
ekosistem pertanian telah banyak dilakukan. Winasa (2001) menyatakan bahwa
lebih dari 15 spesies artropoda yang bersifat predator pada permukaan tanah pada
pertanaman kedelai di Cianjur didominasi oleh laba-laba serigala Pardosa
pseudoannulata dan kumbang tanah Pheropsophus occipitalis, sedangkan di
Karawang hanya didominasi oleh P. pseudoannulata. Keberadaan suatu artropoda
pada suatu pertanaman budidaya tidak dapat dipastikan berapa jumlahnya karena
banyak faktor yang dapat mempengaruhinya yaitu budidaya pertanaman, umur
tanaman serta interaksi antar artropoda (Tamrin et al. 2004). Disebutkan juga
bahwa umur tanaman berpengaruh nyata terhadap kelimpahan artropoda pada
pertanaman jagung, semakin tinggi umur tanaman jagung maka semakin rendah
kelimpahan artropoda pada pertanaman jagung tersebut. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi kelimpahan artropoda predator permukaan tanah pada suatu

2
ekosistem pertanaman adalah pemberian mulsa jerami atau serasah. Winasa
(2001) menyatakan bahwa pemberian mulsa jerami di pertanaman kedelai dapat
meningkatkan kelimpahan kompleks predator permukaan tanah.
Tanaman jagung, ubi jalar dan cabai merupakan tanaman yang banyak
dibudidayakan di Indonesia. Kelimpahan hama pada pertanaman tersebut dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah musuh alami, termasuk
artropoda predator permukaan tanah. Syamsudin (2007) menyatakan bahwa
jumlah hama pada pertanaman jagung dapat dipengaruhi oleh komposisi atau
kelimpahan musuh alaminya seperti artropoda predator permukaan tanah.
Disebutkan bahwa artropoda predator permukaan tanah jenisnya sangat banyak.
Keragaman jenis artropoda tersebut tergantung pada lingkungan ataupun
ekosistem pertanamannya. Tamrin et al. (2004) menyatakan bahwa kelimpahan
total artropoda di permukaan tanah pada pertanaman jagung yang dibudidayakan
secara polikultur lebih tinggi dibandingkan dengan jagung yang dibudidayakan
secara monokultur, sedangkan artropoda yang mendominasi pada pertanaman
jagung, baik tanaman jagung yang dibudidayakan secara monokultur maupun
polikultur adalah artropoda yang bersifat predator di permukaan tanah seperti
semut (Formicidae), kumbang tanah (Carabidae) dan laba-laba (Araneae).
Artropoda predator permukaan tanah pada ekosistem pertanaman ubi jalar dan
cabai belum banyak diketahui baik kelimpahan maupun jenisnya sehingga perlu
dilakukan penelitian.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan artropoda predator
permukaan tanah pada ekosistem pertanaman jagung, ubi jalar dan cabai di
Kelurahan Situgede Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kelimpahan
artropoda predator permukaan tanah pada pertanaman jagung, ubi jalar dan cabai
yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun strategi pengendalian hama
pada pertanaman tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

Agroekosistem (Ekosistem Pertanian)
Agroekosistem merupakan salah satu ekosistem yang berhubungan dengan
pertanian. Reijntjs et al. (1999) menyatakan bahwa agroekosistem adalah kesatuan
komunitas tumbuhan dan hewan serta lingkungan kimia dan fisiknya yang telah
dimodifikasi oleh manusia untuk menghasilkan makanan, serat, bahan bakar, dan
produk lainnya bagi konsumsi dan pengolahan umat manusia. Di dalam ekosistem
pertanian telah terjadi campur tangan manusia karena adanya kepentingan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini yang menjadi perbedaan antara
agroekosistem dengan ekosistem alami. Selain itu, agroekosistem memiliki
keanekaragaman hayati yang lebih rendah dibandingkan dengan ekosistem alami
(Tarumingkeng 1994). Agroekosistem terbentuk dari berbagai macam komponen
seperti tanah, udara, cahaya, tanaman dan berbagai macam organisme pengganggu
tanaman (OPT), musuh alami, organisme pengurai, serta komponen pendukung
lainnya yang saling berinteraksi satu sama lain.

Tanaman Jagung. Jagung merupakan tanaman semusim. Tanaman
jagung berasal dari daerah tropis. Jagung dapat tumbuh pada berbagai macam
tanah bahkan pada kondisi tanah yang agak kering. Pola tanam jagung ada
beberapa macam yaitu tumpang sari, tumpang gilir, bersisipan dan campuran.
Sementara itu, tahapan budidaya tanaman jagung umumnya yaitu pengolahan
tanah, penyulaman, penyiangan gulma, pembumbunan batang agar tanaman
jagung tidak rebah, pemupukan, pengairan yang secukupnya, serta penyemprotan
pestisida yang harus memperhatikan kelestarian musuh alami dan tingkat populasi
hama yang menyerang tanaman jagung (BPTP 1998).
Hama yang banyak dilaporkan petani pada tanaman jagung adalah ulat
grayak Spodoptera litura Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae), lalat bibit
Atherigona sp. (Diptera: Muscidae), penggerek batang Ostrinia furnacalis Guenee
(Lepidoptera: Noctuidae), penggerek tongkol Helicoverpa armigera Hubner
(Lepidoptera: Noctuidae) dan belalang Locusta sp. (Orthoptera: Acrididae)

4
(Sudarmono 1999), sedangkan musuh alami khususnya predator, yang penting
pada tanaman jagung adalah predator Euborellia annulipes Lucas (Dermaptera:
Carcinophoridae) sebagai predator larva dan pupa O. furnacalis, Sycanus sp.
(Hemiptera:

Reduviidae),

Andrallus

spinidens

Fabricius

(Hemiptera:

Pentatomidae), Solenopsis geminata Fabricius (Hymenoptera: Formicidae)
sebagai predator S. litura, dan predator lainnya yaitu Clubiona japonicola Boes. &
Str. (Araneae: Clubionidae) sebagai predator dari imago lalat bibit Atherigona sp.
(Deptan 2007).

Tanaman Ubi Jalar. Ubi jalar termasuk tanaman semusim. Ubi jalar
dapat dipanen pada umur 4–8 bulan. Umumnya ubi jalar ditanam diawal hingga
pertengahan musim kemarau. Jenis tanah yang paling baik sebagai tempat tumbuh
tanaman ubi jalar adalah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan
organik, aerasi serta drainasenya baik. Selain itu, ubi jalar biasa ditanam pada
daerah yang udaranya lembab dan daerah yang mendapat sinar matahari 11-12
jam/hari. Guludan pada lahan ubi jalar biasanya diberikan mulsa. Sistem
penanaman ubi jalar dapat dilakukan secara monokultur atau tumpangsari dengan
tanaman kacang tanah. Tanaman ubi jalar juga dapat beradaptasi luas terhadap
lingkungan tumbuh. Tanaman ubi jalar cocok ditanam di dataran rendah hingga
ketinggian 500 m dpl. Tahapan budidaya tanaman ubi jalar umumnya meliputi
pembibitan, pengolahan media tanam (persiapan dan pembentukan bedengan),
hingga

pemeliharaan

tanaman

(penyulaman,

penyiangan,

pembumbunan,

pemupukan, pengairan) (Rukmana 1997).
Hama utama pada tanaman ubi jalar adalah hama boleng Cylas
formicarius Fabricius (Coleoptera: Curculionidae), penggerek batang Omphisa
anastomosalis Guenee (Lepidoptera: Pyralidae) (Kalshoven 1981). Musuh alami
khususnya predator yang terdapat pada tanaman ubi jalar adalah Pheidole
megacephala Fabricius (Hymenoptera: Formicidae) yang efektif memangsa C.
formicarius, sedangkan predator lainnya meliputi semut (Hymenoptera:
Formicidae), kumbang (Coleoptera), dan laba-laba (Araneae) yang hidup aktif
pada pertanaman ubi jalar (Supriyatin 2001).

5
Tanaman Cabai. Cabai merupakan tanaman yang mudah ditanam di
dataran rendah maupun dataran tinggi. Tanaman cabai juga cocok ditanam pada
tanah yang kaya humus, gembur serta tidak tergenang air. Umumnya, tanaman
cabai ditanam pada lahan yang memiliki saluran drainase yang baik. Tahapan
budidaya

pada

tanaman

cabai

adalah

pembibitan,

pengolahan

tanah/penggemburan tanah, pemupukan yang tepat jenis dan dosisnya, dan
pemeliharaan tanaman dengan cara memberi mulsa agar tanah menjadi lembab
dan gembur jika memasuki musim kering (Sumarni & Muharam 2005).
Hama utama pada tanaman cabai adalah Thrips sp. (Thysanoptera:
Tripidae), wereng hijau Empoasca sp. (Hemiptera: Cicadellidae), kutu daun Aphis
sp., kutu daun Myzus persicae Sulzer (Hemiptera: Aphididae), kutu kebul Bemisia
tabaci Gennadius (Hemiptera: Aleyrodidae), dan lalat buah Bactrocera dorsalis
Hendel (Diptera: Tephritidae) yang dapat menyebabkan kerusakan besar terhadap
tanaman cabai, sedangkan belalang Valanga nigricornis Burm (Orthoptera:
Acrididae), ulat grayak Spodoptera litura Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae), dan
kepik perisai Nezara viridula

Linnaeus (Hemiptera: Pentatomidae) yang

menimbulkan kerusakan ringan pada tanaman cabai (BPTS 2003).
Musuh alami khususnya predator yang ditemukan pada tanaman cabai
yakni enam genus semut (Hymenoptera: Formicidae) yaitu Pheidologeton spp.,
Pheidole spp., Anoplolephis sp., Solenopsis sp., Dorylus sp. dan Lasius sp., dua
kelompok belalang sembah (Orthoptera: Mantidae) yaitu Stagmomantis carolina
Say dan Cretobater sp. serta satu jenis cecopet (Dermaptera: Carcinophoridae)
yaitu Euborellia annulipes Lucas yang dapat memangsa lalat buah B. dorsalis
(Annie et al. 2007). Selain itu, predator penting pada tanaman cabai adalah
Menochilus sexmaculatus Fabricius (Coleoptera: Coccinellidae) yang dapat
memangsa kutu kebul B. tabaci, dimana kutu kebul ini berperan sebagai vektor
penyakit gemini pada tanaman cabai (Setiawati 2005).

Artropoda Predator Permukaan Tanah
Predator (pemangsa) merupakan suatu organisme yang memenuhi
kebutuhan hidupnya dalam hal mencari makan dengan cara menangkap dan
memakan serangga hama dan binatang lain. Pemangsa menyebabkan kematian

6
mangsanya sekaligus. Umumnya, satu ekor pemangsa dapat memakan banyak
mangsa selama hidupnya. Artropoda predator permukaan tanah yang banyak
ditemukan di pertanaman adalah :

Lycosidae. Lycosidae sering disebut sebagai laba-laba serigala. Kelompok
ini merupakan laba-laba besar yang mencari mangsa di atas permukaan tanah.
Kebanyakan dari mereka berwarna coklat hitam dan dapat dikenali dari pola
matanya yang khas, yaitu empat mata yang kecil pada baris pertama, dan dua mata
sangat besar di baris yang kedua dan dua mata kecil di baris ketiga (Borror et al.
1996).
Laba-laba serigala ini tersebar secara luas di permukaan tanah. Umumnya
laba-laba ini hidup sebagai predator. Salah satu jenis famili ini adalah Pardosa
pseudoannulata Boes. & Str. P. pseudoannulata adalah jenis laba-laba serigala
yang sangat aktif, yang dalam waktu singkat mampu melakukan kolonisasi ke
pertanaman (Shepard et al. 1987). Laba-laba ini mampu melakukan kolonisasi
lebih awal di pertanaman padi dan memangsa serangga hama sebelum populasi
hama meningkat dan menimbulkan kerusakan. Selain wereng, mangsa utama labalaba serigala ini adalah lalat, ngengat, ulat, dan beberapa jenis artropoda lainnya
termasuk laba-laba (Shepard et al. 1987). Kolonisasi laba-laba serigala ke
pertanaman terutama dilakukan dengan cara berjalan (Tulung 1999). Tulung
(1999) melaporkan bahwa populasi laba-laba P. pseudoannulata di pertanaman
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya populasi wereng punggung
putih atau meningkatnya kelembaban di pertanaman.

Salticidae. Laba-laba peloncat (Salticidae) merupakan keluarga terbesar
dalam laba-laba (Araneae) (Borror et al. 1996). Sepasang mata pada baris depan
menjadi penciri untuk membedakan kelompok ini dengan laba-laba lainnya. Pada
Salticidae, sepasang mata pada bagian depan berkembang menjadi lebih besar dan
mata tersebut memiliki ketajaman penglihatan yang jauh lebih bagus daripada
Artropoda lainnya, bahkan dibandingkan dengan capung.
Perkembangan penglihatan laba-laba peloncat ini sangat baik. Aktivitas
seperti berburu pada laba-laba ini sangat berkaitan dengan alat penglihatannya.

7
Secara morfologis, sebagian besar laba-laba ini memiliki kombinasi warna-warna
yang cerah seperti hijau, biru, merah, dan kuning, pada tubuh mereka, tetapi ada
beberapa jenis dari laba-laba ini yang berwarna gelap (Borror et al. 1996).
Beberapa jenis dari famili ini dapat mengubah bentuk tubuhnya meniru morfologi
hewan lainnya seperti semut, kumbang, bahkan belalang sembah dan
kalajengking. Kebiasaan berburu mereka adalah dengan menyergap. Beberapa
jenis yang termasuk ke dalam famili ini adalah Plexippus paykulli Audouin dan
Bianor spp.

Carabidae. Kumbang tanah (Carabidae) umumnya merupakan serangga
predator. Sebagian dari larva Carabidae ini merupakan predator yang biasanya
hidup di permukaan tanah (Borror et al. 1996). Di lapangan, persebaran kumbang
tanah ini dijumpai berkelompok. Faktor kelembaban tanah, lingkungan (iklim,
suhu, curah hujan), dan faktor persebaran mangsanya merupakan faktor yang
sangat mempengaruhi persebaran kumbang tanah ini di lapangan (Lovei &
Sunderland 1996).
Kumbang tanah umumnya ditemukan di bawah batu-batuan, daun-daun,
ataupun kulit kayu. Bila terganggu, kumbang ini akan berlari dengan cepat.
Kebanyakan jenis kumbang tanah ini bersembunyi pada waktu siang hari,
sedangkan malam harinya mereka mencari makan. Hampir semua jenis dari famili
ini bersifat pemangsa serangga-serangga lain (Borror et al. 1996). Beberapa
imago dan larva dari famili ini merupakan predator hama yang penting.
Contohnya adalah kumbang tanah Chlaenius flaviguttatus Macl. yang diketahui
sebagai predator larva penggulung daun pada tanaman kedelai di Jawa (Kalshoven
1981).

Staphylinidae. Serangga ini bentuk tubuhnya ramping dan memanjang,
memiliki elitra yang pendek yang tidak menutup seluruh abdomennya. Ciri-ciri
lain serangga ini adalah alat mulutnya panjang, ramping, tajam. Biasanya
serangga ini berwarna merah kekuningan, coklat dan hitam. Serangga ini
ditemukan di berbagai habitat, seperti di bawah batu ataupun pada benda-benda

8
lain yang berada di tanah. Serangga ini juga sering ditemukan di tempat
tersembunyi seperti dalam gulungan daun. Saat berlari serangga ini sering
menaikkan ujung abdomen seperti kalajengking.
Umumnya sebagian besar serangga dari famili ini bersifat predator.
Mangsa dari famili ini biasanya adalah serangga-serangga kecil maupun
Collembola. Paederus fuscipes Curtis merupakan salah satu spesies dari famili ini
yang dapat memangsa wereng coklat dan berbagai hama padi lainnya seperti
ngengat (Shepard et al. 1987).

Carcinophoridae. Serangga ini sering disebut dengan nama cecopet.
Cecopet ini mempunyai ciri khas pada tubuhnya yakni capit yang tajam pada
ujung abdomennya. Anggota yang paling banyak dari famili ini adalah Forficula
auricularia Linnaeus. Serangga yang berwana hitam kecoklat-coklatan ini
umumnya bersifat predator (Borror et al. 1996). Biasanya cecopet ini berlindung
pada beberapa tempat yang memiliki celah, lubang-lubang yang kecil, ataupun di
bawah kulit kayu.
Cecopet ini merupakan salah satu predator yang penting yang ada pada
permukaan tanah. Contohnya adalah Euborellia annulipes Lucas. Jenis cecopet ini
dapat memangsa larva dan pupa penggerek batang tanaman jagung O. furnacalis
(Borror et al. 1996).

Formicidae. Semut (Formicidae) merupakan serangga yang paling banyak
ditemukan di permukaan tanah dan di lahan-lahan pertanian. Sebagian besar
semut bermanfaat bagi pertanian seperti Dolichoderus bituberculatus Mays yang
dapat menyerang ulat dan beberapa macam hama lain seperti Helopeltis spp.
(Hutauruk 1998). Semut dikenal sebagai predator yang memiliki koloni dan
sarang yang teratur, terkadang terdiri dari ribuan semut per koloni. Satu koloni
dapat menguasai daerah secara luas untuk mendukung kegiatan memangsa
mereka.
Semut menggunakan mandibel untuk menggigit dan mengunyah
mangsanya. Mandibel tersebut penting bagi keberhasilan berburu semut predator

9
(Borror et al. 1996). Semut juga merupakan predator yang sangat efektif yang
berkembang dalam jumlah besar. Mereka sangat agresif mempertahankan
wilayahnya dari predator lain.

Teknik Pengamatan Artropoda Predator Permukaan Tanah
Lubang perangkap (pitfall trap) termasuk salah satu perangkap yang
dipergunakan untuk mengamati artropoda predator permukaan tanah (Powel et al.
1996). Lubang perangkap tersebut dapat dibuat dari gelas plastik bekas air mineral
yang bervolume 240 ml. Perangkap ini umumnya menggunakan formalin untuk
membunuh dan mengawetkan artropoda predator permukaan tanah yang
tertangkap. Perangkap ini biasanya diberi atap berupa seng agar tidak terkena
hujan saat dipasang di lapangan.
Kelimpahan artropoda yang tertangkap pada lubang perangkap biasanya
disebut kelimpahan aktivitas (Powel et al. 1996), sedangkan hasil tangkapannya
dipengaruhi oleh kondisi iklim dan keadaan vegetasi dan efisiensi perangkap
(Luff 1987). Perangkap ini umum digunakan untuk memperoleh data kualitatif
dan kuantitatif artropoda permukaan tanah karena mudah diaplikasikan di lapang.

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang dipergunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah
lahan pertanaman jagung dengan luas sekitar 900 m2, lahan pertanaman ubi jalar
dengan luas sekitar 800 m2, lahan pertanaman cabai dengan luas sekitar 1000 m2,
gelas plastik bekas air mineral yang bervolume 240 ml, formalin 2% sebanyak 30
ml per lubang perangkap, kantong plastik, seng, label, pulpen, sekop kecil, kain
kasa, mikroskop, jarum, botol film, alkohol 90% dan kamera digital.

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan pada pertanaman jagung, ubi jalar dan cabai milik
petani di Kelurahan Situgede Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, sedangkan
identifikasi artropoda predator permukaan tanah dilaksanakan di Laboratorium
Ekologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2011.

Pemasangan Lubang Perangkap
Perangkap dipasang pada pertanaman jagung, ubi jalar dan cabai. Di setiap
pertanaman dipasang 20 lubang perangkap yang letaknya menyebar secara
sistematis dengan jarak antar perangkap sekitar 5 m. Kelimpahan artropoda
permukaan tanah diamati dengan cara memasang lubang perangkap (pitfall trap).
Lubang perangkap tersebut dibuat dari gelas plastik air mineral yang bervolume
240 ml. Kemudian, ke dalam gelas tersebut dimasukkan formalin dengan
konsentrasi 2% sebanyak 30 ml per lubang perangkap. Lubang perangkap tersebut
lalu dibenamkan ke tanah dan permukaannya diatur sedemikian rupa sehingga rata
dengan permukaan tanah. Untuk menghindarkan dari curahan air hujan,
perangkap diberi atap dari seng. Letak atap seng diatur sehingga tidak
mengganggu aktivitas artropoda yang menuju perangkap.
Pemasangan lubang perangkap pada pertanaman dilakukan dengan cara
memasang 20 buah lubang perangkap pada masing-masing guludan pertanaman

11
jagung, ubi jalar dan cabai yang letaknya menyebar secara sistematis dengan jarak
5 m antar lubang perangkap. Perangkap dipasang 3 x 24 jam dengan interval satu
minggu selama delapan minggu pengamatan.

Pengamatan di Laboratorium
Setelah pemasangan lubang perangkap selama 3 x 24 jam, perangkap
selanjutnya diangkat dan diberi label lalu dimasukkan ke dalam plastik dan diikat
agar artropoda yang tertangkap tidak tumpah. Perangkap kemudian dibawa ke
laboratorium untuk identifikasi artropoda yang tertangkap. Di laboratorium,
artropoda predator permukaan tanah yang tertangkap disaring dengan kain kasa
dan dibilas dengan air. Artropoda tersebut kemudian dipindahkan ke cawan petri
untuk selanjutnya diamati di bawah mikroskop. Artropoda diidentifikasi dan
dihitung jumlahnya. Setelah diamati, Artropoda yang tertangkap dimasukkan ke
dalam botol film yang berisi alkohol 90%. Identifikasi artropoda predator
permukaan tanah menggunakan acuan buku (Kalshoven 1981), (Shepard et al.
1987) dan (Borror et al. 1996).

Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data hasil
pengamatan diolah menggunakan Microsoft Excell 2003, dan analisis ragam
menggunakan program SAS versi 9.0.1. Nilai rata-rata kemudian diuji lanjut
dengan uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 5 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaman Artropoda Predator Permukaan Tanah dan Collembola pada
Tiga Ekosistem Pertanaman
Artropoda predator permukaan tanah yang ditemukan pada tiga ekosistem
baik pada pertanaman jagung, ubi jalar maupun cabai adalah laba-laba/Araneae
(Lycosidae

dan

Salticidae),

Coleoptera

(Carabidae

dan

Staphylinidae),

Dermaptera (Carcinophoridae), dan Hymenoptera (Formicidae) (Tabel 1). Selama
percobaan berlangsung, pada pertanaman jagung terkumpul sebanyak 1196
individu artropoda predator permukaan tanah. Jumlah individu yang banyak
tertangkap berasal dari semut, kumbang tanah, serta laba-laba serigala masingmasing

sebanyak

652,

304

dan

203

individu,

sedangkan

cecopet

(Carcinophoridae), kumbang jelajah (Staphylinidae) dan laba-laba peloncat
(Salticidae) berturut-turut 19, 10 dan 8 individu (Tabel 1). Spesies yang dominan
dari famili Formicidae adalah Solenopsis sp., dan Carabidae adalah Pheropsophus
javanus Dejean, sedangkan spesies yang dominan dari famili Lycosidae adalah
Pardosa pseudoannulata Boes. & Str.
Pada pertanaman ubi jalar terkumpul sebanyak 532 individu artropoda
predator permukaan tanah dan jumlah individu yang banyak tertangkap adalah
semut (Formicidae), kumbang tanah (Carabidae) serta laba-laba serigala
(Lycosidae) yaitu masing-masing 356, 103 dan 70 individu, sedangkan laba-laba
peloncat (Salticidae), kumbang jelajah (Staphylinidae) yakni masing-masing 2
individu (Tabel 1). Tidak berbeda dengan pertanaman jagung, spesies yang
dominan dari famili Formicidae adalah Solenopsis sp., dan Carabidae adalah
Chlaenius spp. serta Lycosidae adalah P. pseudoannulata.
Pada pertanaman cabai terkumpul sebanyak 421 individu artropoda
predator permukaan tanah. Semut (Formicidae), kumbang tanah (Carabidae) serta
laba-laba serigala (Lycosidae) merupakan artropoda predator permukaan tanah
yang banyak tertangkap yakni berturut turut 190, 189 dan 22 individu, sedangkan
cecopet (Carcinophoridae), laba-laba peloncat (Salticidae) dan kumbang jelajah
(Staphylinidae), berturut-turut 11, 1 dan 1 individu. Spesies yang dominan dari

13
Formicidae adalah Solenopsis sp. dan Carabidae adalah Chlaenius spp. Sementara
itu, P. pseudoannulata menjadi spesies yang dominan dari Lycosidae.

Tabel 1 Keragaman artropoda predator permukaan tanah dan Collembola pada
tiga ekosistem pertanaman
Artropoda predator permukaan tanah dan
Collembola
Araneae
Lycosidae
Pardosa birmanica Simon
P. pseudoannulata
Boes. & Str.
Jumlah
Salticidae
Bianor spp.
Plexippus paykulli Audouin.
Jumlah
Coleoptera
Carabidae
Chlaenius spp.
Pheropsophus javanus Dejean.
Jumlah
Staphylinidae
Paederus sp. dan lainnya
Jumlah
Dermaptera
Carcinophoridae
Euborellia sp.
Jumlah
Hymenoptera
Formicidae
Jumlah
Total
Collembola

Jumlah individu (ekor)
Jagung Ubi Jalar
Cabai

2
201

2
68

0
29

203

70

29

2
6
8

0
2
2

1
10
11

159
145
304

74
29
103

127
62
189

10
10

1
1

1
1

19
19

0
0

1
1

652
1196
7763

356
532
2037

190
421
599

Tingginya kelimpahan artropoda predator pada pertanaman jagung
dikarenakan banyaknya serasah pada permukaan tanah yang diduga berpengaruh
terhadap kelimpahan artropoda tersebut. Marshall & Rypstra (1999) menyatakan
bahwa dengan membiarkan serasah di permukaan tanah melalui cara bercocok

14
tanam tanpa olah tanah atau teknik konservasi dapat meningkatkan kelimpahan
artropoda predator di permukaan tanah.
Berbeda dengan pertanaman jagung, pada pertanaman ubi jalar yang
terlihat di lapangan hanya sedikit serasah pada permukaan tanahnya, namun
serasahnya masih lebih banyak dari pertanaman cabai. Hal ini menyebabkan
kelimpahan artropoda predator yang ditemukan pada ubi jalar tersebut lebih
sedikit daripada pertanaman jagung namun masih lebih banyak daripada
pertanaman cabai.
Pada permukaan tanah pertanaman cabai serasah hampir tidak ada karena
petani selalu melakukan penyiangan seminggu sekali. Hal ini diduga berpengaruh
terhadap rendahnya kelimpahan artropoda predator yang ditemukan pada
permukaan tanah di pertanaman cabai. Selain itu, rendahnya artropoda predator
permukaan tanah yang tertangkap pada pertanaman cabai diduga juga disebabkan
oleh aktivitas penyemprotan pestisida yang dilakukan pada pertanaman cabai
tersebut. Selama pengamatan lahan cabai tersebut disemprot dengan fungisida
Antracol 70 WP yang berbahan aktif propineb 700 g/kg dan insektisida Rotraz
200 EC yang berbahan aktif amitraz 200 g/l dan penyemprotannya dilakukan rutin
setiap dua minggu sekali. Hal ini diduga berpengaruh terhadap kelimpahan
artropoda predator permukaan tanah yang tertangkap karena dampak pestisida
tersebut. Herlinda et al. (2008) menyatakan bahwa aplikasi insektisida sintetik
mempengaruhi keanekaragaman dan kelimpahan artropoda predator yang aktif di
permukaan tanah.
Kelimpahan artropoda predator permukaan tanah juga dapat dipengaruhi
oleh organisme penghuni tanah lainnya seperti Collembola. Hal ini terjadi karena
Collembola merupakan salah satu mangsa alternatif dari artropoda predator
permukaan tanah. Walaupun Collembola merupakan mangsa utama dari tungau,
namun Collembola juga dapat dimangsa oleh artropoda predator permukaan tanah
seperti semut dan laba-laba (Hopkin 1997). Penelitian lain menyatakan bahwa
Collembola bersama dengan tungau merupakan komponen utama penyusun
mesofauna tanah di hampir semua ekosistem darat, dan Collembola berperan
penting pada proses dekomposisi serasah dan membentuk struktur mikro pada
tanah (Rusek 1998).

15
Serasah merupakan sumber makanan bagi organisme pengurai seperti
Collembola dan Collembola tersebut akan menjadi salah satu mangsa artropoda
predator permukaan tanah seperti laba-laba, semut predator, Carabidae, dan
Staphylinidae. Selain itu, serasah juga berperan sebagai tempat berlindung
artropoda predator tersebut. Hal ini menyebabkan kelimpahan artropoda tersebut
tinggi pada lahan yang berserasah. Kelimpahan Collembola tertinggi pada
pertanaman jagung dikarenakan serasah pada pertanaman tersebut cukup banyak
dibandingkan dengan pertanaman ubi jalar dan cabai.

Proporsi Artropoda Predator Permukaan Tanah pada Tiga Ekosistem
Pertanaman
Artropoda predator permukaan tanah yang memiliki proporsi yang besar
pada pertanaman jagung adalah Formicidae yakni sebesar 54.52%, dan dua famili
lainnya Carabidae dan Lycosidae yang masing-masing memiliki proporsi sebesar
25.42% serta 16.97% (Gambar 1), sedangkan proporsi untuk tiga famili lainnya,
yakni

Carcinophoridae

sebesar

1.59%,

Salticidae

sebesar

0.67%

serta

Staphylinidae sebesar 0.83%.
Lain-lain
3.09%

Lain-lain:

Lycosidae
16.97%

Carabidae
25.42%

1.59% Carcinophoridae
0.67% Salticidae
0.83% Stapylinidae

Formicidae
54.52%

Gambar 1 Proporsi artropoda predator permukaan tanah pada ekosistem
pertanaman jagung
Sama halnya dengan pertanaman jagung, pada pertanaman ubi jalar
proporsi artropoda predator yang besar berasal dari Formicidae yakni sebesar
66.92%, kemudian disusul oleh Carabidae serta Lycosidae masing-masing sebesar

16
19.36%, dan 13.16% (Gambar 2). Sisanya 0.56% terbagi ke dalam dua famili
yaitu Salticidae sebesar 0.37%, dan Staphylinidae sebesar 0.19%.

Lycosidae
13.16%

Lain-lain
0.56%

Lain-lain:

0.37% Salticidae
0.19% Stapylinidae

Carabidae
19.36%

Formicidae
66.92%

Gambar 2 Proporsi artropoda predator permukaan tanah pada ekosistem
pertanaman ubi jalar

Berbeda dengan pertanaman jagung dan ubi jalar, pada pertanaman cabai
proporsi artropoda predator permukaan tanah didominasi oleh dua famili saja
yakni Formicidae dan Carabidae masing-masing sebesar 45.13% dan 44.89%,
sedangkan proporsi Lycosidae hanya sebesar 6.89%. Sementara itu, proporsi
untuk tiga famili lainnya, Carcinophoridae, Staphylinidae dan Salticidae berturutturut 0,24%, 0.24%, dan 2.61% (Gambar 3) .
Artropoda predator permukaan tanah yang memiliki proporsi yang besar
pada ketiga ekosistem pertanaman adalah semut (Formicidae), kumbang tanah
(Carabidae), dan laba-laba serigala (Lycosidae). Booij & Noorlander (1992)
melaporkan bahwa jenis artropoda predator permukaan tanah yang sering
dijumpai di lahan pertanian adalah kumbang tanah (Coleoptera: Carabidae), labalaba

serigala

Staphylinidae).

(Araneae:

Lycosidae)

dan

kumbang

jelajah

(Coleoptera:

17
Lain-lain
3.09%

Lain-lain:

Lycosidae
6.89%

0.24% Carcinophoridae
2.61% Salticidae
0.24% Stapylinidae

Formicidae
45.13%

Carabidae
44.89%

Gambar 3 Proporsi artropoda predator permukaan tanah pada ekosistem
pertanaman cabai

Proporsi semut (Formicidae) cukup besar pada ekosistem pertanaman
jagung (Gambar 1), ubi jalar (Gambar 2) maupun cabai (Gambar 3). Hal ini
menunjukkan bahwa adaptasi semut pada ketiga ekosistem pertanaman tersebut
cukup baik. Samway (1995) menyatakan semut merupakan salah satu serangga
yang relatif tahan terhadap insektisida. Selain itu, semut merupakan serangga
yang menyukai lahan-lahan yang kering (Kalshoven 1981). Semua lahan
ekosistem pertanaman yang diteliti umumnya kering, hal ini menyebabkan semut
predator tersebut dapat bertahan di lahan tersebut.
Predator lainnya yakni kumbang tanah (Carabidae) juga memiliki adaptasi
yang tinggi terhadap tiga ekosistem pertanaman tersebut. Kumbang tanah
memiliki proporsi cukup besar diduga disebabkan oleh kelembaban tanah yang
tinggi dan mangsanya cukup tersedia. Luff (1987) melaporkan bahwa faktor
lingkungan terutama kelembaban tanah serta mangsa sangat berpengaruh terhadap
persebaran kumbang tanah tersebut. Pada lahan terlihat bahwa pada pertanaman
jagung, ubi jalar dan cabai memiliki kelembaban yang cukup tinggi karena pada
saat pengamatan sering turun hujan (Gambar 4b).
Faktor yang menyebabkan laba-laba serigala (Lycosidae) memiliki
proporsi cukup besar pada ekosistem pertanaman jagung, ubi jalar dan cabai
diduga karena pada lahan tersebut terdapat beberapa organisme sebagai
mangsanya. Tulung (1999) melaporkan bahwa mangsa utama laba-laba serigala

18
adalah wereng, selain itu laba-laba serigala juga dapat memangsa lalat, ngengat,
ulat, dan beberapa jenis artropoda lainnya.

Perkembangan Kelimpahan Artropoda Predator Permukaan Tanah pada
Tiga Ekosistem Pertanaman
Artropoda predator permukaan tanah yang dominan selama penelitian ini
berlangsung yakni semut (Formicidae), kumbang tanah (Carabidae) dan laba-laba
serigala (Lycosidae) memiliki perkembangan kelimpahan yang berfluktuasi pada
pertanaman jagung, ubi jalar dan cabai. Pengamatan pertama pada pertanaman
jagung, kelimpahan semut adalah 69 ekor/20 lubang perangkap. Walaupun sempat
menurun pada pengamatan ketiga, kelimpahan semut kemudian memuncak pada
pengamatan kelima yakni 138 ekor/20 lubang perangkap. Selanjutnya, pada
pengamatan keenam kelimpahan semut menurun, namun meningkat kembali
hingga akhir pengamatan menjadi 82 ekor/20 lubang perangkap. Kelimpahan
kumbang tanah relatif tinggi pada pengamatan pertama dan kedua kemudian
menurun pada pengamatan ketiga. Walaupun sempat meningkat kembali pada
pengamatan keempat, kelimpahan kumbang tanah akhirnya menurun kembali
pada akhir pengamatan. Berbeda dengan kedua artropoda predator sebelumnya,
kelimpahan laba-laba serigala awalnya relatif rendah, namun kemudian meningkat
hingga pengamatan kelima, selanjutnya menurun hingga akhir pengamatan
(Gambar 4a).
Perkembangan kelimpahan semut, kumbang tanah dan laba-laba serigala
berfluktuasi pada pertanaman jagung diduga disebabkan oleh banyaknya serasah.
Serasah yang terdapat pada pertanaman jagung, ubi jalar dan cabai dapat
mempengaruhi kelimpahan artropoda predator permukaan tanah. Serasah dapat
mempengaruhi

kelimpahan artropoda

predator

permukaan

tanah karena

merupakan tempat berlindungnya predator tersebut dan juga dapat menjaga
kelembaban tanah (Halaj et al. 2000). Pada penelitian sebelumnya, Marshall dan
Rypstra (1999) juga melaporkan bahwa membiarkan serasah di permukaan tanah
melalui bercocok tanam tanpa olah tanah atau teknik konservasi dapat
meningkatkan kelimpahan artropoda predator permukaan tanah.

19
Faktor lain yang diduga menyebabkan perkembangan kelimpahan
artropoda predator permukaan tanah berfluktuasi adalah curah hujan dan
Collembola. Namun kedua faktor ini setelah diamati tidak mempengaruhi
perkembangan artropoda predator tersebut, hanya saja curah hujan dapat
menurunkan artropoda predator permukaan tanah yang tertangkap. Terlihat bahwa
perkembangan kelimpahan semut berkorelasi negatif dengan curah hujan selama
pengamatan (Gambar 4b) pada pertanaman jagung. Pada awal pengamatan,
kelimpahan semut relatif tinggi sedangkan curah hujan yang mengguyur lahan
relatif rendah. Curah hujan yang rendah tersebut menyebabkan aktivitas semut
akan meningkat sehingga hal itu diduga sebagai penyebab semut tertangkap tinggi
pada pengamatan tersebut. Seperti yang diketahui, semut menyukai lahan-lahan
yang bersifat kering (Kalshoven 1981). Pada pengamatan ketiga dan keenam
kelimpahan semut relatif rendah diduga karena aktivitas semut terganggu akibat
curah hujan yang meningkat sehingga semut tertangkap rendah pada pengamatan
tersebut.
Berbeda dengan semut, perkembangan kumbang tanah berkorelasi positif
dengan curah hujan selama pengamatan karena diduga curah hujan tidak
mempengaruhi aktivitas kumbang tanah. Kumbang tanah diketahui menyenangi
habitat yang lembab (Luff 1987). Terlihat pada awal pengamatan, kelimpahan
kumbang tanah yang relatif tinggi sejalan dengan curah hujan yang relatif tinggi
pula. Sebaliknya, saat kelimpahan kumbang tanah menurun pada akhir
pengamatan, curah hujan saat itu diketahui menurun juga. Sama halnya dengan
kumbang tanah, perkembangan kelimpahan laba-laba serigala juga berkorelasi
positif juga dengan data curah hujan yang mengguyur lahan pengamatan. Hal ini
dikarenakan laba-laba serigala menyukai lahan yang lembab (Agnew & Smith
1989).
Perkembangan kelimpahan Collembola pada pertanaman jagung juga tidak
mempengaruhi kelimpahan artropoda predator permukaan tanah (Gambar 4c).
Namun beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa Collembola dapat
mempengaruhi kelimpahan artropoda predator permukaan tanah karena termasuk
mangsa alternatif dari artropoda predator tersebut (Hopkin 1997).

20
a
Ke l imp a h a n / 20 lub a
pe r an g k a p (ek o r )

140
120

Formicidae

100

Carabidae

80

Lycosidae

60

Salticidae

40
Staphylinidae

20
0
1

2

3

4

5

6

7

8

Pengamatan (Minggu)

b

Ra t aan (mm

25
20
15
Curah hujan

10
5
0
1

2

3

4

5

6

7

8

Pengamatan (Minggu)
Ke l imp a h a n /20 lub a
pe r an g k a p (ek o r )

c

1000
800
600

Collembola

400
200
0
1

2

3

4

5

6

7

8

Pengamatan (Minggu)
Gambar 4 a Perkembangan kelimpahan artropoda predator permukaan tanah pada
ekosistem pertanaman jagung
b Curah hujan selama pengamatan
c Perkembangan kelimpahan Collembola pada ekosistem pertanaman
jagung

21
Berbeda dengan pertanaman jagung, pada pertanaman ubi jalar, semut
menjadi artropoda predator permukaan tanah yang paling dominan dan
perkembangan kelimpahannya juga berfluktuasi (Gambar 5a). Pada pengamatan
pertama, kelimpahan semut begitu tinggi yakni 91 ekor/20 lubang perangkap,
selanjutnya menurun hingga pengamatan ketiga. Kemudian, kelimpahannya
meningkat kembali pada pengamatan keempat dan kelima, namun pada akhir
pengamatan kelimpahannya menurun kembali hingga 9 ekor/20 lubang
perangkap. Terlihat bahwa penurunan kelimpahan semut pada pengamatan
pertama hingga ketiga disebabkan meningkatnya curah hujan yang mengguyur
lahan pengamatan. Setelah curah hujan menurun, kelimpahan semut pun mulai
meningkat kembali pada pengamatan keempat hingga keenam, tetapi akhirnya
menurun kembali pada akhir pengamatan.

a

Kelimpahan /20 lubang
perangkap (ekor)

140
120

Formicidae

100

Carabidae

80

Lycosidae

60

Salticidae

40

Staphylinidae

20
0
1

2

3

4

5

6

7

8

Pengamatan (Minggu)
b

Ra t aa n (mm

25
20
15

Curah hujan

10
5
0
1

2

3

4

5

6

Pengamatan (Minggu)

7

8

c

Ke l imp a ha n /20 lub a n
pe r ang k a p (eko r )

22

1000
800
600

Collembola

400
200
0
1

2

3

4

5

6

7

8

Pengamatan (Minggu)

Gambar 5 a Perkembangan kelimpahan artropoda predator permukaan tanah pada
ekosistem pertanaman ubi jalar
b Curah hujan selama pengamatan
c Perkembangan kelimpahan Collembola pada ekosistem pertanaman
ubi jalar
Kelompok artropoda predator permukaan tanah yang dominan pada
pertanaman cabai adalah semut (Formicidae) dan kumbang tanah (Carabidae),
sedangkan laba-laba serigala (Lycosidae) tidak begitu dominan (Gambar 6a).
Kelimpahan semut pada pengamatan pertama yakni 34 ekor/20 lubang perangkap,
kemudian terus menurun hingga akhir pengamatan menjadi 4 ekor/20 lubang
perangkap. Berbeda dengan semut, kumbang tanah pada pengamatan pertama
kelimpahannya relatif rendah, namun meningkat pada pengamatan ketiga,
selanjutnya relatif menurun pada pengamatan kelima. Pada pengamatan keenam
hingga pengamatan terakhir kelimpahan kumbang tanah ini meningkat kembali.
Terlihat bahwa kelimpahan semut relatif tinggi diawal pengamatan, hal ini
diduga karena curah hujan yang mengguyur lahan pengamatan juga relatif rendah.
Kemudian, kelimpahan semut mulai menurun hingga pengamatan terakhir
diakibatkan curah hujan yang meningkat juga pada lahan (Gambar 6b). Selain itu,
curah hujan juga mempengaruhi perkembangan kelimpahan kumbang tanah. Saat
curah hujan mengguyur lahan pengamatan begitu tinggi pada awal pengamatan,
kelimpahan kumbang tanah juga meningkat. Sebaliknya, saat curah hujan relatif
rendah, kelimpahan kumbang tanah juga menjadi rendah. Sementara itu,
Collembola juga tidak mempengaruhi kelimpahan artropoda predator permukaan
tanah pada pertanaman cabai (Gambar 6c).

23
a
Ke l imp a h a n /20 lub a
pe r an g k a p (ek o r )

140
Formicidae

120

Carabidae

100

Lycosidae

80

Salticidae

60

Staphylinidae

40
20
0
1

2

3

4

5

6

7

8

Pengamatan (Minggu)

Ra t aa n (mm

b
25
20
15

Curah hujan

10
5
0
1

2

3

4

5

6

7

8

c

Ke l imp a h a n /20 lub a
pe r an g k a p (ek o r )

Pengamatan (Minggu)

1000
800
600

Collembola

400
200
0
1

2

3

4

5

6

7

8

Pengamatan (Minggu)
Gambar 6 a Perkembangan kelimpahan artropoda predator permukaan tanah pada
ekosistem pertanaman cabai
b Curah hujan selama pengamatan
c Perkembangan kelimpahan Collembola pada ekosistem pertanaman
cabai

24
Pengaruh Ekosistem Pertanaman terhadap Kelimpahan Artropoda Predator
Permukaan Tanah dan Collembola
Kelimpahan artropoda predator permukaan tanah dapat dipengaruhi oleh
banyak hal, salah satunya adalah ekosistem pertanaman. Setiap pertanaman
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kelimpahan artropoda predator
permukaan tanah dalam hal budidaya pertanaman seperti kelembaban tanah dan
sifat lahan. Kelembaban tanah dalam budidaya pertanaman tersebut dapat
mempengaruhi kelimpahan artropoda karena beberapa artropoda seperti kumbang
tanah (Carabidae) dan laba-laba serigala (Lycosidae) menyukai tempat yang
lembab (Lovei & Sunderland 1996), sedangkan artropoda predator permukaan
tanah seperti semut (Formicidae) menyukai lahan yang bersifat relatif kering
(Kalshoven 1981).
Berdasarkan data yang telah dianalisis secara statistik menunjukkan bahwa
kelimp