Influence of Parenting Style and Methods of Socialization on Honesty and Responsibility Character of High School Students in Bogor

PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN METODE SOSIALISASI ORANG TUA
TERHADAP KARAKTER JUJUR DAN TANGGUNG JAWAB
SISWA SMA DI KOTA BOGOR

RIA MAGDALENA PASARIBU

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

 

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Gaya Pengasuhan
dan Metode Sosialisasi Orang Tua terhadap Karakter Jujur dan Tanggung Jawab
Siswa SMA di Kota Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Januari 2013

Ria Magdalena Pasaribu
NRP I251100081

 

ABSTRACT
RIA MAGDALENA PASARIBU. Influence of Parenting Style and Methods of
Socialization on Honesty and Responsibility Character of High School Students in
Bogor. Under direction of DWI HASTUTI and ALFIASARI.
Parenting style and methods of socialization are believed to be determining
factors of a successful child development. The purpose of this research was to
analyze the influence of parenting style and methods of socialization on character
of high school students in Bogor, especially character of honesty and
responsibility. This research was conducted at six schools representing public
and vocational high schools with total sample of 200 adolescents consisted of
100 male and 100 female adolescents. The sample criteria were grade 10
students and came from an intact family. The data was collected from May until

June 2012. The result showed that there were positive significant correlations
between family income and father’s permissive parenting style and mother’s
authoritarian parenting style; authoritative parenting style of both parents and
methods of socialization of both parents; authoritative parenting style of both
parents and adolescent’s character; and between methods of socialization of
both parents and adolescent’s character. Contrary to that, significant negative
correlations were found between permissive parenting style of both parents and
methods of socialization of both parents, and between permissive parenting style
of both parents and adolescent’s character. Regression analyses (R2 = 0.267)
showed that authoritative parenting style and methods of socialization of mothers
were dominant variables which influenced adolescent’s character positively, while
permissive parenting style of mothers influenced adolescent’s character
negatively.
Keywords: authoritarian, authoritative, honesty, permissive, responsibility.

 

RINGKASAN
RIA MAGDALENA PASARIBU. Pengaruh Gaya Pengasuhan dan Metode
Sosialisasi Orang Tua terhadap Karakter Jujur dan Tanggung Jawab Siswa SMA

di Kota Bogor. Dibimbing oleh DWI HASTUTI dan ALFIASARI.
Karakter yang baik merupakan keharusan bagi setiap remaja Indonesia
sebagai generasi penerus bangsa. Permasalahan perilaku tidak jujur dan tidak
bertanggung jawab umum ditemukan di kalangan remaja seperti perilaku
menyontek, berbohong, membolos sekolah, dan tidak menyelesaikan tugas atau
tanggung jawab. Agar permasalahan perilaku tersebut tidak terbawa terus
sampai dewasa maka sangat penting untuk menanamkan karakter jujur dan
tanggung jawab pada remaja. Lingkungan yang berperan utama dan pertama
dalam pembentukan karakter remaja adalah keluarga sebagai tempat
pengasuhan dan sosialisasi nilai karakter. Karakter penting untuk diteliti di usia
remaja karena pada masa tersebut anak mengalami banyak perubahan biologis,
kognitif maupun sosial, merupakan masa perkembangan identitas dan
kemandirian dan penelitian-penelitian sebelumnya merekomendasikan penelitian
mengenai peranan pengasuhan dalam hal sosialisasi nilai-nilai moral.
Dalam menjalankan fungsi pengasuhan, cara orang tua melakukannya
disebut gaya pengasuhan. Gaya pengasuhan biasa digambarkan dalam tiga
dimensi besar yaitu authoritarian (otoriter), permissive (permisif), dan
authoritative (otoritatif). Gaya pengasuhan otoriter adalah gaya pengasuhan yang
memiliki dimensi tuntutan tinggi dan dimensi kehangatan rendah. Gaya
pengasuhan permisif adalah gaya pengasuhan yang memiliki dimensi tuntutan

rendah dan dimensi kehangatan tinggi. Gaya pengasuhan otoritatif adalah gaya
pengasuhan yang yang memiliki dimensi tuntutan tinggi dan dimensi kehangatan
tinggi.
Dalam pembentukan karakter anak, faktor lingkungan (nurture) yaitu usaha
memberikan pendidikan dan sosialisasi sangat berperan untuk menentukan
‘buah’ seperti apa yang akan dihasilkan nantinya dari seorang anak. Sosialisasi
nilai karakter oleh orang tua terhadap anak (remaja) perlu dilakukan melalui
berbagai metode sosialisasi yaitu metode sosialisasi preventif (teladan,
penjelasan, penetapan standar, penguatan positif) dan korektif (hukuman).
Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Strategis Nasional Tahun
2012 yang diketuai oleh Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc berjudul Model Harmonisasi
Peran Keluarga dan Sekolah Dalam Pembentukan Karakter Mulia Remaja Bagi
Tercapainya Visi ”Insan Cerdas Komprehensif Tahun 2014”. Penelitian dilakukan
di enam sekolah sebagai perwakilan SMA dan SMK negeri dan swasta di Kota
Bogor dengan menggunakan desain cross sectional. Empat sekolah yang
mewakili SMA dan SMK negeri dan swasta terpilih secara acak kelompok
berdasarkan data Dinas Pendidikan Kota Bogor. Berdasarkan kenyataan di
lapangan, ditambah dua sekolah lagi untuk kepentingan penelitian. Kriteria
contoh dalam penelitian ini adalah remaja kelas sepuluh SMA/SMK dari sekolah
terpilih dan memiliki orang tua lengkap. Selanjutnya, berdasarkan kriteria contoh,

di setiap sekolah dipilih secara acak remaja yang menjadi contoh penelitian ini.
Jumlah total remaja responden adalah 200 orang yang terdiri dari 100 remaja
laki-laki dan 100 remaja perempuan. Pengambilan data dilakukan mulai bulan
Mei sampai dengan Juni 2012.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer (karakteristik remaja dan keluarga, gaya pengasuhan,

metode sosialisasi orang tua, karakter remaja) dikumpulkan dengan alat bantu
kuesioner sebagai instrumen pengumpul data, sedangkan data sekunder (jumlah
siswa dan profil sekolah) dikumpulkan melalui data sekolah. Kontrol kualitas data
dilakukan melalui uji validitas dan uji reliabilitas. Uji reliabilitas instrumen
berdasarkan koefisien Cronbach’s alpha instrumen gaya pengasuhan, metode
sosialisasi orang tua, dan karakter telah reliabel (α = 0.60). Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistika deskriptif dan analisis
statistika inferensial. Analisis statistika inferensial yang digunakan adalah uji
korelasi Spearman dan Pearson, uji beda t-test, dan uji regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia remaja adalah 15.60
tahun, tiga perempat ayah dan separuh dari ibu berada pada kategori dewasa
madya dengan rata-rata usia 45.98 tahun untuk ayah dan 41.85 tahun untuk ibu.
Rata-rata pendapatan keluarga per bulan adalah Rp 3 379 750.00 dan lebih dari

separuh keluarga responden termasuk dalam kategori keluarga sedang yang
memiliki anggota keluarga antara lima sampai tujuh orang. Tingkat pendidikan
hampir separuh ayah (47.0%) dan ibu (44.0%) dari remaja pada penelitian ini
adalah diploma.
Sebagian besar remaja diasuh dengan gaya pengasuhan otoritatif baik
oleh ayah (91.5%) maupun ibunya (93.5%) dan hanya sebagian kecil yang
diasuh secara otoriter dan permisif. Metode sosialisasi orang tua terdiri dari lima
dimensi yaitu teladan, penjelasan, penetapan standar, penguatan positif, dan
hukuman (Berns, 1997). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari tiga
perempat ayah (78.0%) dan hampir tiga per empat ibu (70.5%) memiliki tingkat
metode sosialisasi sedang. Berdasarkan kategori kualitas karakter, hampir tiga
perempat remaja (74.5%) memiliki kualitas karakter sedang, lebih dari satu
perlima berkualitas karakter tinggi (23.5%) dan hanya sebagian kecil (2.0%) yang
masuk dalam kategori kualitas karakter rendah.
Hasil uji korelasi menunjukkan tidak adanya hubungan antara jenis kelamin
dan usia remaja dengan gaya pengasuhan ayah dan ibu. Selain itu juga tidak
ditemukan hubungan antara usia ayah dan ibu, tingkat pendidikan ayah dan ibu,
dan besar keluarga dengan gaya pengasuhan. Hubungan nyata positif
ditemukan antara pendapatan keluarga dengan pengasuhan ayah permisif dan
pengasuhan ibu otoriter. Antara variabel karakteristik remaja dan keluarga

dengan metode sosialisasi orang tua tidak ditemukan adanya hubungan.
Hasil penelitian juga menemukan bahwa gaya pengasuhan otoriter ayah
dan ibu tidak berhubungan dengan metode sosialisasi nilai karakter oleh ayah
dan ibu. Gaya pengasuhan permisif ayah dan ibu berhubungan nyata negatif
dengan metode sosialisasi ayah dan ibu. Gaya pengasuhan otoritatif ayah dan
ibu berhubungan nyata positif dengan metode sosialisasi ayah dan ibu.
Penelitian ini tidak menemukan hubungan antara karakteristik remaja dan
keluarga dengan karakter. Gaya pengasuhan ayah dan ibu yang otoriter tidak
berhubungan dengan karakter pada remaja. Hubungan nyata negatif terlihat
antara gaya pengasuhan permisif ayah dan ibu dengan karakter remaja. Gaya
pengasuhan otoritatif ayah dan ibu berhubungan nyata positif dengan karakter
remaja. Metode sosialisasi ayah dan ibu berhubungan nyata positif dengan
karakter remaja.
Hasil uji regresi linier berganda (R2 = 0.267) menunjukkan bahwa gaya
pengasuhan otoritatif dan metode sosialisasi ibu adalah variabel-variabel yang
mempengaruhi karakter remaja secara positif, sedangkan gaya pengasuhan
permisif ibu mempengaruhi karakter remaja secara negatif.
 
Kata kunci: jujur, otoritatif, otoriter, permisif, tanggung jawab.


© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin IPB

 

PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN METODE SOSIALISASI ORANG TUA
TERHADAP KARAKTER JUJUR DAN TANGGUNG JAWAB
SISWA SMA DI KOTA BOGOR

RIA MAGDALENA PASARIBU

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Diah Krisnatuti, M.S.

Judul Tesis
Nama
NRP

: Pengaruh Gaya Pengasuhan dan Metode Sosialisasi Orang
Tua terhadap Karakter Jujur dan Tanggung Jawab Siswa SMA
di Kota Bogor
: Ria Magdalena Pasaribu
: I251100081


Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc.
Ketua

Alfiasari, S.P., M.Si.
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi
Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc. M.Sc.

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc., Agr


Tanggal Ujian: 21 Desember 2012
 

Tanggal Lulus:

 

 

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas
segala kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang
berjudul “Pengaruh Gaya Pengasuhan dan Metode Sosialisasi Orang Tua
terhadap Karakter Jujur dan Tanggung Jawab Siswa SMA di Kota Bogor” yang
merupakan syarat dalam menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Magister
Sains dalam bidang keahlian Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak.
Terima kasih dan rasa hormat penulis sampaikan pada Dr. Ir. Dwi Hastuti,
M.Sc. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Alfiasari, S.P., M.Si. selaku Anggota
Komisi Pembimbing, yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan
wawasan pengetahuan yang bermanfaat bagi tersusunnya tesis ini. Ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Diah Krisnatuti, M.S. sebagai
dosen penguji luar komisi dan Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc. M.Sc. sebagai
wakil dari Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak dalam sidang
tesis.
Tesis ini merupakan bagian dari Penelitian Strategis Nasional Tahun 2012
yang diketuai oleh Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc. berjudul Model Harmonisasi Peran
Keluarga dan Sekolah Dalam Pembentukan Karakter Mulia Remaja Bagi
Tercapainya Visi ”Insan Cerdas Komprehensif Tahun 2014”. Penulis
menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh anggota tim yang
telah bekerja bersama penulis dalam pengambilan data di lapangan.
Tak ada kata yang dapat menggambarkan rasa terima kasih penulis untuk
orang tua tercinta, Dr. Ir. Bonar P. Pasaribu dan Faridah Nazir, kakak Rouli
Esther Pasaribu, M.A., suami Christian Andy Guyana, S.H. serta anak-anak
tersayang Cleo Aster Netanya Guyana dan Keio Toga Nathaniel Guyana atas
segala curahan kasih, doa, dukungan, dan semangat yang diberikan kepada
penulis selama menjalani studi pascasarjana.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan mahasiswa
Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak
angkatan 2010 yang selalu saling mendukung dalam mengarungi perjalanan
penuh perjuangan yang sangat berharga. Untuk semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas doa, dukungan, dan semangat
bagi penulis.
Akhir kata, semoga tesis ini bermanfaat. Tuhan memberkati.

Bogor, Januari 2013
Ria Magdalena Pasaribu

 

 

 

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kobe, Jepang pada tanggal 24 Januari 1981 dari ayah
Dr. Ir. Bonar P.Pasaribu dan ibu Faridah Nazir. Penulis merupakan putri kedua
dari dua bersaudara.
Tahun 1999 penulis lulus dari SMA Regina Pacis Bogor dan pada tahun
yang sama lulus seleksi UMPTN dan diterima di Fakultas Hukum Universitas
Indonesia. Pada tahun 2003 penulis memperoleh gelar Sarjana Hukum dan
kemudian mengajar selama dua tahun di Sekolah Bogor Raya sebagai staf
pengajar Playgroup/Taman Kanak Kanak.
Setelah lima tahun memutuskan untuk berkonsentrasi membesarkan anak,
pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor (IPB) pada program studi Ilmu Keluarga dan
Perkembangan Anak.

 

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………...........

xi

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………...........

xii

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………...........

xiii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ……………………………………………………………...........
Perumusan Masalah ………………………………………………………..........
Tujuan Penelitian …………………………………………………………...........
Manfaat Penelitian ……………………………………………………….............

1
4
6
7

TINJAUAN PUSTAKA
Keluarga ……………………………………………………………………..........
Teori Keluarga Struktural Fungsional ………………………………............
Teori Ekologi Keluarga…………………………………………………..........
Gaya Pengasuhan ……………………………………………………….............
Metode Sosialisasi Orang Tua …………………………………………............
Karakter ……………………………………………………………………...........
Teori Karakter …………………………………………………………............
Karakter Jujur dan Tanggung Jawab ……………………………….............

8
9
10
11
16
20
22
24

KERANGKA PEMIKIRAN ……………………………………………………............

28

METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ……………………………….............
Populasi, Contoh, dan Teknik Penarikan Contoh …………………................
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ……………………………………............
Pengolahan dan Analisis Data …………………………………………............
Definisi Operasional ………………………………………………………..........

31
31
32
33
37

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian ………………………………………..........
Karakteristik Remaja ……………………………………………………….........
Karakteristik Keluarga ……………………………………………………...........
Gaya Pengasuhan ……………………………………………………….............
Metode Sosialisasi Orang Tua ……………………………………..…..............
Karakter ………………………………………………………………..................
Hubungan Antara Karakteristik Remaja, Karakteristik Keluarga, Gaya
Pengasuhan, Metode Sosialisasi Orang Tua, serta Karakter ………….........
Variabel-variabel yang Mempengaruhi Karakter ………………….................
Pembahasan Umum …………………………………………………….............

47
52
54

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ……………………………………………………………………..........
Saran ………………………………………………………………………...........

59
60

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….........

62

LAMPIRAN ……………………………………………………………………............

69

39
39
40
43
44
46


 

 

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Jenis dan cara pengumpulan data ............................................................

33

2

Reliabilitas instrumen gaya pengasuhan, metode sosialisasi, karakter ....

34

3

Pengolahan data gaya pengasuhan, metode sosialisasi, karakter............

35

4

Sebaran remaja menurut usia dan jenis kelamin remaja ..........................

40

5

Sebaran keluarga menurut usia orang tua dan jenis kelamin remaja .......

41

6

Sebaran keluarga menurut pendidikan ayah dan jenis kelamin remaja ....

41

7

Sebaran keluarga menurut pendidikan ibu dan jenis kelamin remaja .......

42

8

Sebaran keluarga menurut pendapatan keluarga dan jenis kelamin
remaja .......................................................................................................

42

Sebaran keluarga menurut besar keluarga dan jenis kelamin remaja ......

43

10 Sebaran remaja menurut kategori gaya pengasuhan orang tua dan jenis
kelamin remaja ..........................................................................................

43

11 Sebaran remaja menurut kategori metode sosialisasi jujur dan jenis
kelamin remaja ..........................................................................................

44

12 Sebaran remaja menurut kategori metode sosialisasi tanggung jawab
dan jenis kelamin remaja ...........................................................................

45

13 Sebaran remaja menurut kategori karakter dan jenis kelamin remaja ......

46

14 Nilai koefisien korelasi antara karakteristik remaja dan keluarga dengan
gaya pengasuhan orang tua ......................................................................

47

15 Nilai koefisien korelasi antara gaya pengasuhan dengan metode
sosialisasi orang tua ..................................................................................

48

16 Nilai koefisien korelasi antara karakteristik remaja dan keluarga dengan
metode sosialisasi orang tua .....................................................................

49

17 Nilai koefisien korelasi antara karakteristik remaja dan keluarga dengan
karakter remaja .........................................................................................

50

18 Nilai koefisien korelasi antara gaya pengasuhan dan metode sosialisasi
orang tua dengan karakter remaja ............................................................

51

19 Hasil analisis regresi linier berganda variabel-variabel yang
mempengaruhi karakter remaja ...............................................................

52

9

xi 
 

 

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Model ekologi perkembangan manusia Bronfenbrenner ...........................

10

2

Kerangka pemikiran penelitian pengaruh gaya pengasuhan dan metode
sosialisasi orang tua terhadap karakter jujur dan tanggung jawab siswa
SMA di Kota Bogor ....................................................................................

30

Kerangka penarikan contoh ......................................................................

32

3

xii 
 

 

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi setiap variabel
yang diteliti ................................................................................................

70

2

Rata-rata dan kisaran skor metode sosialisasi ayah dan ibu per karakter

72

3

Rata-rata dan kisaran skor metode sosialisasi ayah per karakter dan per
dimensi ......................................................................................................

73

Rata-rata dan kisaran skor metode sosialisasi ibu per karakter dan per
dimensi ......................................................................................................

74

5

Rata-rata dan kisaran skor karakter per karakter ......................................

75

6

Matriks korelasi antarvariabel berdasarkan uji Pearson (data numerik)
dan uji Spearman (data kategorik) ............................................................

76

Hasil uji beda t-test karakter remaja laki-laki dan perempuan ...................

77

4

7

xiii 
 

 

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa ditandai oleh tingkat Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkualitas. Contohnya, negara Singapura, meskipun tidak memiliki
wilayah yang luas, jumlah penduduk yang besar dan sumber daya alam yang
melimpah, namun karena memiliki SDM yang berkualitas, saat ini menjadi
negara yang sangat maju. Singapura menempati peringkat ke-26 dalam hasil
survey Human Development Index (HDI) tahun 2011 dan termasuk dalam
kategori negara dengan HDI sangat tinggi. Sementara itu peringkat Indonesia
sangat jauh di bawah Singapura yaitu pada peringkat ke-124 dari 187 negara,
dan masih kalah dari negara-negara tetangga seperti Malaysia (peringkat ke-61)
dan Thailand (peringkat ke-103).
Salah satu Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat berperan dalam
pembangunan nasional adalah generasi muda. Remaja adalah generasi penerus
bangsa yang akan berperan dalam kegiatan pembangunan di masa yang akan
datang dan menjadi tumpuan harapan bangsa. Oleh karenanya, remaja
Indonesia perlu dibina dan dikembangkan agar menjadi SDM yang berkualitas
untuk memajukan Indonesia menjadi lebih baik.
Lickona (1991) dalam bukunya Educating for Character menyatakan bahwa
ada sepuluh tanda-tanda kehancuran suatu bangsa yang meliputi meningkatnya
kekerasan di kalangan remaja, penggunaan bahasa dan kata-kata kotor,
pengaruh kelompok teman sebaya yang kuat dalam tindak kekerasan,
meningkatnya perilaku merusak diri seperti penggunaan narkoba, seks bebas
dan alkohol, semakin kaburnya pedoman moral antara hal-hal yang baik dan
buruk, penurunan etos kerja, semakin rendahnya rasa hormat kepada orangtua
dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab sebagai individu dan warga negara,
semakin membudayanya nilai ketidakjujuran, dan semakin meningkatnya rasa
kebencian dan saling curiga. Uraian tersebut menunjukkan betapa pentingnya
pembentukan karakter remaja untuk mencegah kehancuran bangsa.
Kenyataan yang terjadi di Indonesia saat ini adalah makin seriusnya
permasalahan di kalangan remaja khususnya dalam bidang sosial, budaya, dan
moral yaitu kenakalan kriminal, asusila, pergaulan bebas, kehilangan identitas
diri, terpengaruh budaya barat serta masalah degradasi moral seperti kurang
menghormati orang lain, tidak jujur sampai ke usaha menyakiti diri sendiri seperti


 
narkoba, mabuk-mabukan, dan bunuh diri (Puspitawati, 2009). Pada dasawarsa
terakhir kenakalan remaja yang dilakukan secara berkelompok seperti tawuran
telah menjurus kepada tindakan brutal seperti pengrusakan, penganiayaan,
bahkan pembunuhan (Ramayanti, 2000). Berdasarkan data Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI), pada tahun ini sudah 17 pelajar meninggal dunia akibat
tawuran di wilayah Jabodetabek sejak 1 Januari 2012 hingga 26 September
2012. Kasus tawuran yang paling menghebohkan terjadi di Jakarta Selatan dan
memakan satu korban jiwa. Lalu hanya berselang dua hari, seorang pelajar di
Jakarta Timur juga kembali menjadi korban jiwa akibat tawuran.1
Selain kenakalan remaja major atau kriminal, terdapat bentuk lain dari
kenakalan remaja yaitu kenakalan yang tidak melanggar hukum atau kenakalan
minor. Contoh dari kenakalan yang tidak melanggar hukum diantaranya adalah
berbohong, memutarbalikkan fakta dengan tujuan menipu orang atau menutupi
kesalahan, membolos, kabur meninggalkan rumah tanpa ijin orang tua atau
menentang keinginan orang tua (Puspitawati, 2006). Perilaku remaja tersebut
sudah umum terjadi dan sudah dianggap biasa di kalangan remaja dan dapat
digolongkan menjadi dua perilaku yaitu perilaku tidak jujur dan tidak bertanggung
jawab. Perilaku tidak jujur misalnya dengan menyontek pada saat ujian dan
berbohong kepada orang tua atau guru. Berbagai penelitian telah membuktikan
bahwa menyontek adalah fenomena yang umum di sekolah menengah pertama,
sekolah menengah atas dan perguruan tinggi (Anderman et al., 2004). Pada
tahun 1987, Departemen Pendidikan California menyatakan bahwa menyontek
adalah epidemi setelah menemukan bahwa 75 persen siswa sekolah menengah
telah melakukan perbuatan menyontek pada suatu waktu di sekolah. Perilaku
menyontek lebih sering terjadi di sekolah menengah atas dibandingkan sekolah
menengah pertama (Anderman et al., 2004).
Selain ketidakjujuran, sikap tidak bertanggung jawab juga banyak
ditemukan pada remaja misalnya dengan membolos sekolah, tidak menepati
janji, dan tidak menyelesaikan tugas atau tanggung jawab yang diberikan orang
tua atau sekolah. Rasa tanggung jawab adalah produk dari interaksi sosial yang
dimulai sejak usia dini dan menjadi kritis pada masa remaja dan selanjutnya
makin solid serta terlihat dalam berbagai aspek kehidupan di masa dewasa
(Mahmud et al., 2011). Selain kejujuran, tanggung jawab juga merupakan
                                                            
1

http://metro.news.viva.co.id/news/read/354946-sederet-tawuran-pelajar-di-jabodetabek-sejakawal-2012, diakses 23 Oktober 2012.


 
karakter yang pada akhirnya bermuara pada integritas (Peterson & Seligman,
2004) yaitu konsistensi antara perilaku moral dan kehidupan individu (Ianinska,
2006). Agar sikap tidak jujur dan tidak bertanggung jawab tidak terbawa terus
oleh remaja sampai ia dewasa maka akan menyebabkan kemerosotan moral dan
menghasilkan pribadi yang tidak berintegritas. Lebih lanjut, kondisi ini pada
akhirnya dapat menghancurkan karakter bangsa. Oleh karenanya, untuk
mencegah hal tersebut terjadi, perlu ditanamkan karakter jujur dan bertanggung
jawab pada diri remaja.
Hasil penelitian George Boggs pada tahun 1997 menunjukkan bahwa ada
13 faktor penunjang keberhasilan seseorang di dunia kerja yaitu jujur dan dapat
diandalkan; bisa dipercaya dan tepat waktu; bisa menyesuaikan diri dengan
orang lain; bisa bekerja sama dengan atasan; bisa menerima dan menjalankan
kewajiban; mempunyai motivasi kuat untuk terus belajar dan meningkatkan
kualitas diri; berpikir bahwa dirinya berharga; bisa berkomunikasi dan
mendengarkan secara efektif; bisa bekerja mandiri dengan supervisi minimum;
dapat menyelesaikan masalah pribadi dan profesinya; mempunyai kemampuan
dasar (kecerdasan); bisa membaca dengan pemahaman memadai; mengerti
dasar-dasar matematika (Megawangi, 2009). Dari ketigabelas faktor tersebut
sepuluh di antaranya adalah kualitas karakter dan hanya tiga yang merupakan
faktor kecerdasan. Jika dirinci lebih jauh, dari kesepuluh kualitas karakter
tersebut terlihat bahwa karakter jujur dan tanggung jawab mendominasi.
Kenyataan ini menunjukkan betapa pentingnya kedua karakter tersebut untuk
dimiliki remaja dan dapat menjadi modal untuk keberhasilan dalam dunia kerja.
Faktor penentu yang sangat penting dan kritis bagi keberfungsian
masyarakat adalah perkembangan nilai moral anak dan kemampuan anak untuk
mengatur pemikiran, emosi, dan perilaku mereka agar sesuai dengan nilai-nilai
moral (Steinberg, 1990). Penanaman nilai moral khususnya nilai kejujuran dan
tanggung jawab dimulai pertama kali dalam keluarga, yaitu oleh orang tua, dan
metode yang digunakan keluarga dalam hal penanaman nilai dan norma disebut
metode sosialisasi.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, karakter penting untuk diteliti
di usia remaja karena pada masa tersebut anak mengalami banyak perubahan
biologis, kognitif maupun sosial, serta merupakan masa perkembangan identitas
dan kemandirian (Padilla-Walker, 2007; Barni et.al., 2011). Tingkat pentingnya
nilai-nilai moral bagi remaja telah dihubungkan dengan kecenderungan remaja


 
terhadap tindakan moral (Bond & Chi, 1997; Hardy & Carlo, 2005; Padilla-Walker
& Carlo, 2007) dan terdapat hubungan yang kuat antara proses sosialisasi
keluarga dengan konten dari pemikiran moral remaja (White, 2000). Hardy et.al
(2008) merekomendasikan pentingnya penelitian untuk menjelaskan peranan
pengasuhan dalam hal sosialisasi nilai-nilai moral secara spesifik. Dalam
pengasuhan, salah satu faktor yang mempengaruhi karakter anak, termasuk di
dalamnya karakter jujur dan bertanggung jawab, adalah gaya pengasuhan yang
diterapkan oleh orang tua. Gaya pengasuhan digambarkan dalam tiga dimensi
disiplin besar (Baumrind, 1967) yaitu authoritarian (otoriter), permissive
(permisif), dan authoritative (otoritatif). Gaya pengasuhan otoritatif disimpulkan
sebagai gaya pengasuhan yang paling optimal berdasarkan meta analisis
Lamborn et. al (1991) dan Steinberg et.al (1994). Ritter (2005) menemukan
bahwa gaya pengasuhan otoritatif berhubungan dengan tingkat resiliensi yang
tinggi, sedangkan gaya pengasuhan otoriter dan permisif paling sering
dihubungkan dengan partisipan yang memiliki tingkat resiliensi rendah. Remaja
dari orang tua otoriter cukup berprestasi secara akademik tetapi rendah
kepercayaan dirinya (Lamborn et. al, 1991). Selain gaya pengasuhan, sosialisasi
nilai juga sangat berperan untuk menentukan ‘buah’ seperti apa yang akan
dihasilkan nantinya dari seorang anak. Sosialisasi nilai karakter oleh orang tua
terhadap anak (remaja) perlu dilakukan melalui berbagai metode sosialisasi
(Berns, 1997) yaitu metode sosialisasi preventif (teladan, penjelasan, penetapan
standar, penguatan positif) dan korektif (hukuman). Karakter remaja merupakan
hasil dari gaya pengasuhan dan sosialisasi nilai yang dilakukan oleh orang tua
baik dilihat secara individual maupun interaksi antar keduanya (Hillaker et.al.,
2008).
Berdasarkan pemaparan tersebut maka penelitian ini meneliti mengenai
pengaruh gaya pengasuhan dan metode sosialisasi orang tua terhadap karakter
jujur dan tanggung jawab remaja.

Perumusan Masalah
Pembentukan karakter remaja merupakan hal yang sangat penting bagi
terciptanya SDM yang berkualitas. Karakter jujur dan tanggung jawab merupakan
karakter yang mutlak dimiliki individu agar dapat menjadi pribadi yang memiliki
integritas dalam kehidupannya. Sebaliknya, jika individu tidak jujur dan tidak
bertanggung jawab maka akan menghasilkan tindakan-tindakan amoral yang


 
merugikan diri sendiri dan lingkungan dan dalam jangka panjang, kondisi ini
dapat menyebabkan kemerosotan moral dan karakter bangsa. Pembentukan
karakter dimulai dari keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama bagi anak.
Sesuai dengan teori struktural fungsional, keluarga seharusnya memiliki struktur
yang kokoh dan setiap anggota keluarga memiliki fungsi masing-masing demi
terciptanya suatu keharmonisan. Permasalahan terjadi ketika keluarga mudah
goyah dan tidak dapat menjalankan fungsinya. Salah satu akibatnya adalah
pembentukan karakter anak tidak berhasil. Oleh karenanya, faktor pengasuhan
sangat penting dalam usaha menanamkan nilai dan norma kepada anak
termasuk di dalamnya karakter jujur dan tanggung jawab.
Perilaku tidak jujur di kalangan remaja di Indonesia dapat dilihat dari hasil
suatu survey dilakukan oleh Litbang Medisa Group pada tanggal 19 April 2007 di
enam kota besar Indonesia (Makasar, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Jakarta,
Medan) melalui wawancara terstruktur melalui telepon terhadap 480 responden
dewasa yang dipilih secara acak (Kautsar, 2009). Hasil survey tersebut
menyatakan bahwa mayoritas pelajar, baik yang duduk di bangku sekolah
ataupun Perguruan Tinggi melakukan kecurangan akademik dalam bentuk
menyontek.
Selain itu, rendahnya karakter kejujuran di Indonesia dapat dilihat dari
tingginya tingkat korupsi saat ini. Hal yang sangat menyedihkan dan memalukan
adalah Indonesia berada pada peringkat kedua negara terkorup menurut survei
Political and Economical Risk Consultancy (PERC) terhadap 16 negara tujuan
investasi di Asia Pasifik, dengan skor 9,25 dari nilai 10 dan hanya berbeda 0,02
poin dari Kamboja yang menempati peringkat pertama dengan skor 9,27. Pada
tahun 2010, Indonesia adalah negara terkorup menurut survey yang sama
dengan skor 9,07.2 Meskipun pada tahun 2011 Indonesia bukan lagi di peringkat
pertama namun jika dilihat dari skor survei dengan nilai 10 sebagai nilai tertinggi
tingkat korupsi, skor Indonesia di tahun 2011 mengalami kenaikan dari tahun
2010 yang mengindikasikan semakin parahnya tingkat korupsi di Indonesia.3
Budaya korupsi merupakan praktek pelanggaran moral yaitu ketidakjujuran, tidak
bertanggung jawab, rendahnya disiplin, dan rendahnya komitmen terhadap nilainilai kebaikan (Megawangi, 2009).
                                                            
2
3

 http://www.asiarisk.com, diakses 9 Februari 2012. 
 http://nasional.kompas.com/read/ 2010/03/08/21205485/PERC.Indonesia.Negara. Paling.Korup,
diakses 9 Februari 2012. 


 
Perilaku tidak bertanggung jawab remaja dapat dilihat dari berbagai bentuk
kenakalan yang dilakukan remaja mulai dari membolos, tidak menaati orang tua
dan guru, tidak menepati janji, dan tidak menyelesaikan tugas atau tanggung
jawab yang dipercayakan kepadanya.
Mengingat pentingnya karakter jujur dan tanggung jawab bagi generasi
muda

Indonesia

maka

hal

yang

pertama

harus

dilakukan

adalah

menanamkannya melalui keluarga. Keluarga merupakan tempat yang paling
pertama dan utama dalam hal sosialisasi anak sesuai dengan nilai-nilai keluarga
dan norma masyarakat yang dianut. Ruhidawati (2005) menjelaskan bahwa
keluarga adalah pilar pertama dan utama dalam membentuk manusia yang
berkualitas melalui proses pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua. Dalam
pengasuhan, salah satu faktor yang mempengaruhi karakter anak adalah gaya
pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua. Gaya pengasuhan digambarkan
dalam tiga dimensi disiplin besar (Baumrind, 1967) yaitu authoritarian (berpusat
pada orangtua), permissive (berpusat pada anak) dan authoritative (demokratis).
Tipe orang tua otoriter berusaha untuk menentukan, mengontrol, dan menilai
tingkah laku dan sikap anak sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan. Tipe
orang tua permisif tidak menghukum dan membolehkan semua perilaku anak
tanpa ada kontrol dari orang tua. Sementara itu, tipe orang tua otoritatif
mengontrol perilaku anak dengan demokratis namun tegas dan berusaha untuk
merangsang tingkah laku yang diinginkan pada anak.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan kajian tentang 1)
bagaimana karakteristik remaja khususnya siswa SMA dan karakteristik
keluarganya, 2) bagaimana gaya pengasuhan dan metode sosialisasi orang tua,
3) bagaimana karakter jujur dan bertanggung jawab pada remaja, 4) bagaimana
pengaruh gaya pengasuhan dan metode sosialisasi orang tua terhadap
pembentukan karakter jujur dan bertanggung jawab pada remaja.

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum:
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis pengaruh
gaya pengasuhan dan metode sosialisasi orang tua terhadap karakter jujur dan
tanggung jawab pada remaja laki-laki dan perempuan yang merupakan siswasiswi SMA di Kota Bogor.


 
Tujuan Khusus:
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi gaya pengasuhan orang tua, metode sosialisasi orang tua,
dan karakter jujur dan bertanggung jawab pada remaja.
2. Menganalisis perbedaan karakter remaja laki-laki dan perempuan.
3. Menganalisis hubungan antarvariabel yaitu karakteristik remaja, karakteristik
keluarga, gaya pengasuhan, metode sosialisasi orang tua, dan karakter
remaja.
4. Menganalisis pengaruh karakteristik remaja, karakteristik keluarga, gaya
pengasuhan dan metode sosialisasi orang tua terhadap karakter remaja.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi semua pihak terkait.
Bagi keluarga, penelitian ini dapat memberikan gambaran untuk dapat
memperhatikan gaya pengasuhan serta metode sosialisasi nilai moral yang
positif bagi remaja. Penelitian juga diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak lain
yang dapat berperan bagi pembentukan karakter remaja seperti organisasi
keagamaan dan komunitas pemuda. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam pengembangan keilmuan khususnya dalam bidang
ilmu keluarga dan perkembangan anak serta dapat menjadi bahan pertimbangan
bagi pengembangan penelitian-penelitian sejenis di masa yang akan datang.

 

TINJAUAN PUSTAKA
Keluarga
Keluarga adalah suatu kelompok orang yang terdiri dari suami isteri, ayah
dan ibu, anak laki-laki dan perempuan yang disatukan oleh ikatan perkawinan,
darah dan adopsi untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga menurut U.S
Census Bureau adalah dua atau lebih orang-orang yang memiliki hubungan
darah, adopsi atau perkawinan yang tinggal dalam satu rumah tangga (Saxton,
1990). Menurut Undang Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga adalah unit
terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Fungsi keluarga menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun
1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera, berjumlah
delapan yang meliputi fungsi-fungsi pemenuhan kebutuhan fisik dan nonfisik
yang terdiri atas fungsi keagamaan, sosial, budaya, cinta kasih, perlindungan,
reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan.
Menurut Rice & Tucker (1986), fungsi keluarga terdiri dari fungsi instrumental dan
fungsi ekspresif. Fungsi instrumental adalah manajemen sumber daya untuk
mencapai berbagai tujuan keluarga melalui prokreasi dan sosialisasi anak serta
dukungan dan pengembangan anggota keluarga. Fungsi ekspresif adalah
memenuhi kebutuhan emosi dan perkembangan, termasuk moral, loyalitas, dan
sosialisasi anak.
Orangtua didefinisikan sebagai individu yang merawat seluruh segi dari
pertumbuhan anak, yang mengasuh, melindungi dan membimbing kehidupan
baru melalui tahap-tahap perkembangan (Brooks, 2001). Menurut para ahli
sosial, tugas utama orangtua adalah untuk menyediakan kebutuhan fisik
(makanan, tempat tinggal, pakaian) dan emosional (cinta, kasih sayang,
perhatian dan pengasuhan yang sensitif dan responsif) anak; perlindungan dan
keamanan; stimulasi yang pantas dan kesempatan untuk mengembangkan
keterampilan fisik, intelektual dan sosial; nilai dan moral dan teladan sebagai
anggota yang bahagia dan berkontribusi terhadap keluarga dan masyarakat
(Brooks, 2001).
Secara umum, orangtua memiliki tiga tujuan utama dalam pengasuhan
anak

yaitu

menjamin

kesehatan

fisik

dan

kelangsungan

hidup

anak,


 
mempersiapkan anak untuk menjadi orang dewasa yang mandiri secara ekonomi
dan mendorong perilaku personal dan sosial yang positif, misalnya penyesuaian
psikologis, kompetensi intelektual dan kemampuan untuk membentuk hubungan
sosial dengan teman (Brooks, 2001).

Teori Keluarga Struktural Fungsional
Dalam kajian keluarga, salah satu grand theory yang menjadi landasan
pengembangan kajian yang dilakukan adalah teori struktural fungsional. Teori
struktural fungsional menitikberatkan pada struktur dan fungsi dari sebuah
sistem. Teori ini bersumber dari filsafat Platonik, yaitu filsafat yang mengakui
kebenaran adanya pembagian tugas (Megawangi, 2005). Perspektif teori
struktural fungsional pada awalnya dikembangkan untuk menganalisa keadaan
sosial kemasyarakatan secara umum (Klein & White, 1996).
Pendekatan teori struktural fungsional yang merupakan teori sosiologi
kemudian lebih lanjut dikembangkan oleh Ogburn dan Parsons dalam institusi
keluarga

karena

keluarga

sebagai

sebuah

institusi

dalam

masyarakat

mempunyai prinsip-prinsip serupa dengan yang terdapat dalam kehidupan sosial
masyarakat. Pendekatan ini mempunyai warna yang jelas yaitu mengakui
adanya segala keragaman dalam kehidupan sosial dan keragaman ini
merupakan sumber utama dari adanya struktur masyarakat pada akhirnya,
keragaman dalam fungsi sesuai dengan posisi seseorang dalam struktur sebuah
sistem. Struktur dan fungsi ini tidak pernah lepas dari pengaruh budaya, norma
dan nilai-nilai yang melandasi sistem masyarakat (Megawangi, 2005). Menurut
Parsons, fungsi keluarga pada zaman modern terutama dalam hal sosialisasi
anak dan manajemen tekanan untuk masing-masing anggota keluarga, justru
akan semakin terasa penting. Keluarga tidak bersifat statis atau tidak dapat
berubah, melainkan keluarga selalu beradaptasi secara mulus menghadapi
perubahan lingkungan atau suatu kondisi yang disebut dynamic equilibrium.
Perspektif teori struktural fungsional terhadap keluarga menganggap keluarga
sebagai salah satu dari berbagai subsistem dalam masyarakat misalnya sistem
ekonomi, politik, pendidikan dan agama. Dalam interaksinya dengan subsistemsubsistem tersebut, keluarga berfungsi untuk memelihara keseimbangan sosial
dalam masyarakat atau equilibrium state (Megawangi, 2005).
Teori struktural fungsional memiliki enam konsep yaitu struktur organisasi
yang jelas, diferensiasi peran, menjalankan fungsi atau tugas-tugas, mempunyai

10 
 
h
diikutii dan penca
apaian tujuan (Megaw
wangi,
aturan, nilai dan norrma yang harus
alam keluarrga menuru
ut perspektiff struktural fungsional, harus terd
dapat
2005). Da
struktur hirarkis yang
g menganu
ut paham konservatif bahwa
b
pria
a adalah pe
encari
an wanita sebagai ibu rumah ta
angga (Bosss, 1993). Setiap ang
ggota
nafkah da
keluarga memiliki pe
eran, fungssi serta tug
gas masing
g-masing yyang diatur oleh
suatu aturran keluarg
ga yang sesuai denga
an nilai dan
n norma da
alam masya
arakat
dan memp
punyai tujua
an untuk me
encapai keh
harmonisan
n dan keseim
mbangan.
Teori Eko
ologi Kelua
arga
Psikkolog

pe
erkembanga
an

Bronffenbrenner

(1979)

ndang
meman

perkemba
angan anakk dalam perrspektif eko
ologi. Anak selalu berrkembang dalam
d
konteks hubungan se
eperti kelua
arga dan ba
ahwa perke
embangan m
merupakan hasil
a
denga
an keluarga
a kandung dan komp
ponen lain d
dari masya
arakat
interaksi anak
(Klein & White, 199
96). Bronfe
enbrenner meyakini bahwa
b
kontteks sosiall dari
interaksi dan penga
alaman individu mene
entukan sejauh mana
a individu dapat
d
mengemb
bangkan da
an menyad
dari kemam
mpuan me
ereka dan model ek
kologi
perkemba
angan manusia yang dikembang
gkannya me
empelajari manusia dalam
d
lingkungan

sosial

yang

beragam

(B
Berns,

199
97).

Berda
asarkan

model
m

Bronfenbrrenner, terd
dapat empa
at struktur dasar (sisttem lingkun
ngan) dimana di
dalamnya terjadi hu
ubungan dan interaks
si yang membentuk
m
pola-pola yang
garuhi perke
embangan manusia.
m
Keempat
K
stru
uktur dasarr tersebut ad
dalah
mempeng
mikrosiste
em, mesosisstem, eksossistem, dan makrosiste
em.

Gambar 1 Model ekologi perkem
mbangan ma
anusia Bron
nfenbrennerr
(Sumber: htttp://www.em
meraldinsight.com)

11 
 
1. Mikrosistem
Lapisan pertama ini adalah lingkungan yang langsung mempengaruhi anak
seperti misalnya keluarga, sekolah, kelompok teman sebaya, dan lingkungan
tetangga. Perkembangan anak dipengaruhi oleh interaksinya dengan
komponen dalam mikrosistem.
2. Mesosistem
Lapisan kedua adalah mesosistem yang terdiri dari hubungan dan interaksi
antara dua atau lebih mikrosistem yang mempengaruhi perkembangan anak,
misalnya hubungan keluarga dengan sekolah atau keluarga dengan kelompok
teman sebaya anak.
3. Eksosistem
Lapisan ketiga ini adalah sistem dimana anak tidak berpartisipasi secara
langsung namun mempengaruhi perkembangannya di dalam salah satu
mikrosistemnya. Yang termasuk dalam eksosistem misalnya tempat kerja
orang tua, keluarga besar, dan media massa.
4. Makrosistem
Makrosistem adalah sistem budaya dimana anak tinggal dimana nilai, gaya
hidup, pilihan, dan pola interaksi sosial mempengaruhi anak dan keluarga.
Menurut

Couchenour

&

Chrisman

(2004),

teori

bioecological

Bronfenbrenner menyediakan dukungan substansial terhadap praktek melibatkan
keluarga dalam pengasuhan dan pendidikan anak sejak usia dini. Keluarga
termasuk dalam mikrosistem yang merupakan pengaruh pertama dan langsung
terhadap perkembangan anak. Oleh karena itu, orang tua harus memperhatikan
pengasuhan yang tepat untuk mengoptimalkan perkembangan anak.
Gaya Pengasuhan
Pengasuhan anak yang tepat terdapat dalam keluarga yang sehat (healthy
family). Keluarga disebut sehat jika memiliki karakteristik umum tertentu yaitu
menunjukkan cinta dan penerimaan, saling berkomunikasi, kesatuan atau
keeratan hubungan antar anggota keluarga, komunikasi nilai dan standar dan
kemampuan untuk mengatasi masalah dengan efektif. Cinta dan penerimaan
ditunjukkan dalam keluarga secara fisik (tersenyum, memeluk, menyentuh) dan
verbal (perkataan positif yang menunjukkan penghargaan). Komunikasi dalam
keluarga ditunjukkan oleh anggota keluarga secara spontan, jujur, terbuka dan
penuh penerimaan dan konflik yang terjadi dalam keluarga diselesaikan dengan

12 
 
baik. Kesatuan dan keeratan keluarga terlihat dari kegiatan bersama yang
dilakukan oleh keluarga namun kegiatan pribadi dan kemandirian tiap anggota
keluarga juga dihargai. Orang tua dalam keluarga yang kuat dan sehat
mengkomunikasikan nilai-nilai dan batasan yang jelas bagi anak-anak mereka,
termasuk di dalamnya konsekuensi, toleransi dan rasa hormat. Orangtua adalah
teladan

bagi

anak-anak.

Permasalahan

yang

dihadapi

dalam

keluarga

diselesaikan dengan optimis dan ada dukungan dari tiap anggota keluarga
(Berns, 1997).
Hubungan antara anak dengan keluarga adalah hal yang sangat penting
bagi perkembangannya. Pendekatan orang tua yang hangat dan peduli terhadap
anak, ekspektasi mereka dari anak, komunikasi dan sikap disiplin dari orang tua
membentuk sikap pengasuhan anak oleh orangtua (Bartell, 2005). Darling dan
Steinberg (1993) membuat konseptualisasi mengenai gaya pengasuhan sebagai
kumpulan sikap terhadap anak yang dikomunikasikan kepada anak dan
menciptakan

iklim

emosional

yang

di

dalamnya

perilaku

orang

tua

terekspresikan. Gaya pengasuhan orang tua dapat mempengaruhi anak dalam
hal karakteristik kepribadian dan penyesuaian diri terhadap lingkungan (Locke,
2002). Selain itu, gaya pengasuhan yang tepat penting untuk mendukung
kompetensi anak.
Baumrind menyatakan dalam teorinya “Family Attitudes” (1967) bahwa
terdapat tiga tipe gaya pengasuhan yaitu authoritarian atau otoriter, permissive
atau permisif, dan authoritative atau otoritatif (Lamb & Baumrind, 1978). Ketiga
gaya pengasuhan ini berdasarkan dua konstrak ortogonal dari perilaku
pengasuhan

yaitu

demandingness

dan

responsiveness.

Demandingness

mengacu pada seberapa jauh orang tua menunjukkan kontrol, kekuasaan,
pengawasan, tuntutan kedewasaan, dan menetapkan batasan. Responsiveness
mengacu pada seberapa jauh orang tua menunjukkan kehangatan kasih sayang
dan

penerimaan

terhadap

anak

mereka,

memberikan

dukungan

dan

menjelaskan alasan. Gaya pengasuhan otoriter yaitu orang tua memiliki tingkat
demandingness yang tinggi dan responsiveness yang rendah, gaya pengasuhan
permisif menunjukkan orang tua memiliki tingkat demandingness rendah dan
responsiveness yang tinggi, dan gaya pengasuhan otoritatif adalah gaya
pengasuhan

dimana

orang

tua

memiliki

tingkat

demandingness

dan

responsiveness yang tinggi. Berikut tiap gaya pengasuhan tersebut dijelaskan
satu persatu.

13 
 
Gaya pengasuhan otoriter merupakan gaya pengasuhan yang mengontrol
perilaku anak dengan tegas, berorientasi kekuasaan, menuntut ketaatan dan
tanpa memperhatikan karakteristik individual anak. Orang tua

tipe ini

menekankan pada kontrol tanpa sikap mengasuh dan dukungan terhadap anak
(Brooks, 2001), menilai perilaku dan sikap anak dengan standar absolut serta
menghargai ketaatan, rasa hormat terhadap otoritas dan tradisi (Berns, 1997).
Peraturan dan batasan yang ditetapkan orang tua bersifat kaku dan dibentuk
dengan tingkat otoritas yang tinggi. Dalam gaya pengasuhan tipe ini, yang
bernilai bagi orang tua adalah ketaatan anak tanpa bertanya dan orang tua ikut
campur dan membatasi perilaku anak tanpa ragu untuk kebaikan anak (Önder &
Gülay, 2009). Orang tua tipe ini tidak memberi dukungan dan kekuatan bagi anak
dan percaya bahwa apa yang mereka katakan harus diterima oleh anak sebagai
kebenaran (Bartell, 2005). Meskipun tingkat kepedulian terhadap anak rendah,
orang tua memiliki tingkat tertinggi dari kontrol (Johnson, 2006). Mereka
menerapkan hukuman verbal dan nonverbal (fisik) untuk mengatasi perilaku anak
yang tidak diinginkan dan tidak memuji perilaku positif serta mengalami stress
dalam hal menghilangkan perilaku anak yang tidak diharapkan (Lamb &
Baumrind 1978). Dalam gaya pengasuhan otoriter, orang tua memiliki ekspektasi
terhadap anak di luar kemampuan nyata anak (Cunning

Dokumen yang terkait

Analyzed The Influence Of Profit Accounting Information, And Cashflow Statement In The Banking Firms On Bei During The Periode Off 2008-2011

0 29 87

An Analysis On Primary School Students’ Ability To Use Personal Pronouns. A Case Study On The Sixth Year Students Of Sdn No. 101878 Tg. Morawa.

6 42 55

An Analysis On High School Students’ Ability To Master Passive Voice A Study Case : The Second Year Students At SMK Negeri 2 Pematangsiantar

1 73 52

Influence Of Parenting Syle And Peer Relations On Smoking And Drinking Behavior Among High School Student In Bogor

0 7 206

THE INFLUENCE OF PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO INCREASE STUDENTS ACHIEVEMENT AND STUDENTS CHARACTER OF COOPERATION AND RESPONSIBILITY ON THE TEACHING OF SOLUBILITY AND SOLUBILITY PRODUCT IN SENIOR HIGH SCHOOL.

0 2 21

STUDENTS ACHIEVEMENT AND STUDENTS CHARACTER OF COOPERATION AND ACTIVENESS ON THE TEACHING OF ELECTROLYTE AND NON ELECTROLYTE SOLUTION IN SENIOR HIGH SCHOOL.

0 2 22

THE EFFECT OF CHARACTER EDUCATION IMPLEMENTATION IN STUDENTS RESPONSIBILITY AND PROBLEM SOLVING COMPETENY OF LIGHT USING PROBLEM SOLVING STRATEGY AT JUNIOR HIGH SCHOOL.

0 0 24

The Influence of Attachment, Environmental Quality of Parenting, and Parental Acceptance Rejection on Children Character in Rural and Urban Area of Bogor

0 0 8

THE INFLUENCE OF SCHOOL CULTURE, COMPENSATION AND INTERNAL MOTIVATION ON PERFORMANCE OF TEACHERS OF HIGH SCHOOL IN THE DISTRIC MADAPANGGA OF KABUPATEN BIMA

0 0 17

View of Nationalism Among Students: A Comparison Between Students of Islamic Junior High School and Students Of Junior High School in Serang Municipality and Serang Regency

0 0 20